IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PEMBERDAYAAN UKM PADA BANK MANDIRI.
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan oleh :
DESSY DWI MULYANI
0713010043/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
memberikan seluruh rahmat serta hidayahNya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul
IMPLEMENTASI PROGRAM
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(CSR) DALAM
PEMBERDAYAAN UKM PADA BANK MANDIRI.
Penulisan skripsi ini
sebagai salah satu syarat ketentuan program strata satu pada Fakultas Ekonomi
UPN “Veteran” Jawa Timur
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa
Timur.
2.
Dr. Dhani Ichsannuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
UPN”Veteran” Jawa Timur.
3.
Drs. Ec. Rahmat A. Suwaidi, MS selaku pembantu Dekan I
4.
Dr. Sri Trisnaningsih, MSi selaku kepala Progdi Akuntansi Fakultas
Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan ijin untuk
mengadakan penelitian.
5.
Dr. Indrawati Y. MM, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah sangat
sabar membimbing dalam penulisan skripsi ini dan Dosen telah menjadi
motivator dan inspirator bagi saya.
(3)
memberikan semangat serta doa.
9.
Seluruh direksi, staf dan karyawan Bank Mandiri Surabaya yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian
guna mengolah data-data sebagai bahan penyusunan skripsi.
10.
Para informan yang telah membantu saya dalam memperoleh informasi
guna mengolah data-data.
11.
Buat tersayang Gugun Triyantoro terima kasih sudah meluangkan
waktunya untuk membantu mengerjakan skripsi ini, serta dukungan yang
diberikan dan selalu setia menemani dalam suka dan duka.
12.
Para sahabat Lupiedepha: Mama Lusi, Bunda Upied, Emak Eva, Cintaku
Fuji. Terima kasih atas kebersamaan kita dalam suka dan duka serta
dukungan dan motivasi
13.
Para teman seperjuangan Shandy si Betet, Ricky, Mumun si Jhoni, Yohan,
Selly, Andreas, Ajeng, yang selalu memotivasi dalam pengerjaan skripsi
ini. Serta Mas Bagus yang telah sangat membantu dalam proses
memperoleh data.
14.
Semua pihak yang terkait yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan
satu persatu
Dengan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki maka
peneliti dengan senang hati menerima saran dan kritik yang dapat meningkatkan
(4)
Surabaya, Mei 2011
Peneliti
(5)
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I : PENDAHULUAN ……….
1
1.1.
Latar Belakang ………
1
1.2.
Permasalahan ……….
6
1.3.
Tujuan Penelitian ………
6
1.4.
Manfaat Penelitian ………...
6
1.4.1.
Manfaat Teoritis ………
6
1.4.2.
Manfaat Praktis ……….………
7
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ……….
8
2.1.
Penelitian Terdahulu ………. .
8
2.2.
Landasan Teori ………..
13
2.2.1. Akuntansi ………..
13
2.2.2.
Corporate Social Responsibility
(CSR) …..…….
14
2.2.2.1.Pengertian
Corporate Social Responsibility
(CSR) ……..………
14
2.2.2.2.Manfaat
Corporate Social Responsibility
(CSR) ………..
16
2.2.2.3.Penerapan
Corporate Social Responsibility
(CSR) ………..
17
2.2.3. Hubungan
Good Corporate Governance (GCG)
dengan
Corporate Social Responsibility
(CSR
)
...
19
2.2.3.1.Prinsip-prinsip
Good Corporat Governance
(GCG) ………
19
2.2.3.2.Prinsip-prinsip
Corporate Social
Responsibility
(CSR) ………..……
21
2.2.3.2.1
.
Konsep
Triple Bottom Line ……
.
21
2.2.3.3.Ruang Lingkup
Corporate Social
Responsibility
(CSR) ………..
22
2.2.4. Usaha Kecil Menengah (UKM) ………
24
2.2.4.1. Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM).
24
2.2.4.2.Kriteria Usaha Kecil Menengah (UKM) ...
25
2.2.4.3.Kekuatan Usaha Kecil Menengah (UKM) ...
25
(6)
3.4. Alasan Ketertarikan Peneliti (
Acknowladge
) ………
32
3.5. Informan ………
33
3.6. Sumber Data dan Jenis Data ……….
33
3.7. Prosedur Pengumpulan Data ………..… .
34
3.8. Teknik Analisis Data ………
35
3.9. Pengujian Kredibilitas Data ………
36
BAB IV : DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN ………..
39
4.1. Profil Bank Mandiri ………
39
4.2. Visi dan misi Bank Mandiri ………
41
4.2.1. Visi ………..
41
4.2.2. Misi ………
41
4.3. Struktur Organisasi Bank Mandiri ………..
42
4.4.
Corporate Social Responsibility
(CSR) Bank Mandiri ..
44
4.4.1. Sejarah Berdirinya
Corporate Social
Responsibility
(CSR) Bank Mandiri …………
45
4.4.2. Tujuan
Corporate Social
Responsibility
(CSR) Bank Mandiri …………
46
4.5. Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)
Di Bank Mandiri Surabaya ………
47
4.5.1. Struktur Organisasi PKBL ………..
50
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………...
51
5.1. Implementasi Program CSR (
Corporate Social
Responsibility
) dalam memberdayakan UKM ………….
51
5.2. Tingkat Keberhasilan UKM dengan adanya Program
CSR (
Corporate Social Responsibility
) Bank Mandiri …
67
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ………
78
6.1. Kesimpulan ……… 78
(7)
Tabel 5.2: Realisasi Anggaran Program Kemitraan ………...
65
Tabel 5.3: Refleksi syarat-syarat yang diajukan untuk dapat
menjadi anggota binaan Bank Mandiri ……….…….
69
Tabel 5.4: Refleksi mengenai kondisi UKM sebelum dan sesudah
bergabung dalam anggota binaan Bank Mandiri …………..
71
Tabel 5.5.Refleksi mengenai kendala yang dialami para informan
(8)
Gambar 4.1: Struktur Organisasi Bank Mandiri ………..
43
Gambar 4.2: Struktur Organisasi PKBL ………..
50
Gambar 5.1: Grafik penjualan usaha ibu Elizabeth ……….
72
(9)
Dessy Dwi Mulyani
Abstrak
Di era globalisasi ini, peran perusahaan dalam masyarakat adalah untuk
meningkatkan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan. Pada mulanya tidak
banyak perusahaan apalagi di Indonesia yang memperhatikan hal tersebut. Peneliti
ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam tentang penerapan Program CSR
dalam pemberdayaan UKM pada Bank Mandiri.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, yaitu mengamati orang
dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi serta berusaha memahami dengan
berbagai latar belakang. Data yang digunakan oleh peneliti adalah data primer.
Untuk prosedur pengumpulan data yang peneliti pergunakan adalah survey
pendahuluan, survey lapangan dengan cara: wawancara informal maupun formal
dengan pihak terkait, dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan
dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian, studi kepustakaan berupa pengumpulan
data-data dari literatur yang relevan dengan permasalahan ini dan digunakan
sebagai landasan teori.
Berdasarkan hasil analisa bahwa Program CSR Bank Mandiri telah
dilaksanakan dan dijalankan dengan baik sesuai dengan Peraturan Menteri dan
dokumen-dokumen terkait yang ada. Adapun kelemahan Bank Mandiri dalam
menjalankan Program CSR yaitu kurangnya SDM yang ada dalam hal jumlah staf
PKBL, dan adanya tingkat kemacetan pengembalian pinjaman yang masih sangat
tinggi.
(10)
1.1. Latar Belakang
Di era globalisasi ini, perusahaan di Indonesia melakukan kegiatan terencana untuk sampai kepada tujuan khusus maupun tujuan umum yang telah mereka tentukan. Dalam pencapaian tujuan tersebut, tentunya melewati berbagai proses pelaksanaan kegiatan dimana tidak hanya mengikutsertakan satu pihak saja (dalam hal ini perusahaan itu sendiri), tetapi juga secara langsung ataupun tidak langsung terkait dengan pihak luar. Pihak luar tersebut misalnya pemerintah, negara asing, masyarakat dan lembaga-lembaga sosial. Tak lepas dari pihak luar tersebut, maka perusahaan-perusahaan banyak melakukan kerjasama dengan pihak yang mendukung pada pencapaian tujuan, khususnya menyangkut kepentingan perusahaan.
Perusahaan tidak hanya memiliki sisi tanggung jawab ekonomis. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dengan lingkungannya. Interaksi ini karena sumber-sumber ekonomi yang digunakan oleh perusahaan secara keseluruhan berasal dari lingkungan dan pada akhirnya dikonsumsi juga oleh lingkungan. Penerapan CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan komitmen dunia usaha untuk terus bertindak etis, beroperasi secara legal dan
(11)
berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas. Fakta telah mnunjukkan bagaimana resistensi masyarakat sekitar muncul ke permukaan perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan faktor sosial dan lingkungan. adanya keyakinan bahwa keberlangsungan perusahaan akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi terkait lainnya, termasuk dimensi sosial dan lingkungan. Dalam era globalisasi kesadaran akan penerapan CSR menjadi penting seiring dengan perubahan paradigma yang mengatakan bahwa CSR bukan dilihat sebagai sentra biaya (cost center) melainkan sebagai sentra laba (profit center) di masa mendatang. (Wibisono,2007)
CSR dapat dijalankan melalui tiga pilar yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan. Kegiatan yang dilakukan berupa Community Development yang kemudiaan dikembangkan untuk mencapai citra yang baik di mata para stakeholders perusahaan. Adanya beberapa pihak yang masih memandang pelaksanaan CSR dalam konteks profitabilitas perusahaan merupakan tantangan perusahaan tersendiri, karena perusahaan juga harus mempehatikan orang dan lingkungan sekitarnya. Di sini kemitraan antara perusahaan dan pemerintah dan masyarakat sipil merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan CSR (Pambudi,2006)
Penerapan CSR di Indonesia telah diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan dan keputusan menteri, yaitu UU No.40 Tahun 2007
(12)
tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat 1 Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa “Perseroan yng menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab social dan lingkungan”. (Priyanto Susiloadi,2008)
Dalam menerapkan CSR, umumnya perusahaan akan melibatkan partisipasi masyarakat, baik sebagai objek maupun sebagai subjek program CSR. Hal ini dikarenakan masyarakat adalah salah satu pihak yang cukup berpengaruh dalam menjaga eksistensi suatu perusahaan. Masyarakat adalah pihak yang paling merasakan dampak dari kegiatan produksi suatu perusahaan, baik itu dampak positif ataupun negatif. Dampak ini dapat terjadi dalam bidang sosial, ekonomi, politik maupun lingkungan. CSR menjadi topik yang menarik dalam pemberdayaan masyarakat dalam rangka mengurangi pengangguran dan kemiskinan.
Pemberdayaan masyarakat termasuk usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi tidak hanya menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Namun menjadi tugas dan tanggung jawab dunia usaha, Konsep Triple Bottom Line menjadi koridor utama dalam pengembangan, hal ini dikarenakan penekanan pada aspek pemberdayaan masyarakat di dalam politik. CSR di Indonesia menetapkan dimensi yang sangat lekat dengan kebutuhan masyarakat Indonesia saat ini (Ambadar,2008). Meski dalam hal ini bukan merupakan Community Development semata, namun kondisi di Indonesia yang mana masih tingginya angka pengangguran, banyaknya jumlah kemiskinan, serta belum lagi rendahnya kualitas
(13)
pendidikan dan kesehatan, maka CSR sebagai sebuah konsep yang berubah dan tumbuh sesuai dengan perkembangan dunia usaha dan kebutuhan masyarakat yang mana dalam hal ini Community Development sebagai ujung tombak praktik penetapan CSR bisa menjadi salah satu jawaban.
Corporate Social Responsibility atau yang lebih dikenal dengan sebutan CSR adalah sebuah program yang mengimplementasikan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat luas (pihak stakeholders), di mana tanggung jawab sosial perusahaan ini hendaknya dilakukan dengan sukarela (volunteer) oleh perusahaan, bukan sebagai kewajiban.
Pada kenyataaannya, penerapan tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR ini hanya merupakan sebuah kesukarelaan, maka banyak perusahaan di Indonesia yang berhasil dalam menerapkan CSR di kalangan UKM tetapi dalam pelaksanaannya program kemitraan ini belum optimal karena program yang berjalan 3 tahun ini baru mendampingi 700 ribu Usaha Kecil Menengah (UKM) (Beky Subechi,2010). Hal ini sesuai dengan Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Sehingga, pada akhirnya penerapan dan pelaksanaannya bukan lagi sebuah kesukarelaan tetapi berubah menjadi sebuah kewajiban.
Sebagai contoh Bank Mandiri yang telah berhasil membawa usahawan muda khususnya mahasiswa untuk mendapatkan penghargaan kepada Bank Mandiri yang konsisten menjalankan program
(14)
yang betul-betul tepat. Sasaran kegiatan ini benar-benar fundamental untuk mendorong mahasiswa menjadi tulang punggung dan penggerak perekonomian. CSR Bank Mandiri sangat tepat sasaran. Dengan program CSR ini Bank Mandiri berupaya mengajak masyarakat Indonesia untuk menjadi masyarakat yang mandiri, sehingga diharapkan dapat terwujud suatu masyarakat yang bukan hanya pencari kerja namun mampu menjadi pencipta lapangan pekerjaan. (Anonim, 2010)
PT. Bank Mandiri mempunyai Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang dikenal dengan nama Corporate Social Responsibility (CSR). Sebagian besar mitra binaaan Bank Mandiri dalam program CSR adalah pengusaha kecil dan menengah (UKM). Bank Mandiri mempunyai banyak hubungan dengan berbagai pihak dalam menjalankan usahanya. Dalam menjaga hubungan baik dengan masyarakat sebagai salah satu pihak stakeholders, PT. Bank Mandiri telah menjalankan beberapa program CSR, diantaranya adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang sejalan dengan strategi pemerintah untuk menjadikan UKM sebagai ujung tombak pertumbuhan perekonomian nasional.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik mengetahui sejauh mana penerapan program CSR (Corporate Social Responsibility) Bank Mandiri dalam pengembangan UKM tersebut, dilakukan penelitian mengenai “Implementasi Program
(15)
CSR (Corporate Social Responsibility) dalam Pemberdayaan UKM pada Bank Mandiri “.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka berikut ini dibuat suatu permasalahan dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana implementasi program CSR (Corporate Social Responsibility) dalam memberdayakan UKM pada Bank Mandiri?
1.3. Tujuan Penelitian
Setelah melakukan kajian masalah, yang selanjutnya dilakukan rumusan masalah atas permasalahan yang terjadi, berikut ini di buat suatu tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui implementasi program CSR dalam memberdayakan UKM pada Bank Mandiri.
1.4. Manfaat Penelitian
Tercapainya tujuan penelitian yang telah disebutkan diatas, maka hasil penelitian akan memiliki manfaat praktis dan teoritis.
1.5.1. Manfaat Teoritis
Implementasi program CSR Bank Mandiri akan dapat membantu perusahaan untuk memberdayakan UKM
(16)
1.5.2. Manfaat Praktis
Implementasi program CSR Bank Mandiri ini diharapkan dapat dilakukan dengan baik, maka akan bermanfaat bagi keberhasilan UKM binaannya.
(17)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan Corporate Social Responsibility (CSR) sudah pernah dikaji dalam beberapa skripsi. Pada bagian ini dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaannya.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Hardi Segaranto (2010) dengan judul “ Studi tentang Penerapan dan Pelaporan CSR pada PT. Pelabuhan Indonesia III (PERSERO) ”. Dalam penelitian ini digunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan kepada obyek dan perijinan, tahap eksplorasi informasi umum, tahap eksplorasi terfokus, kemudian analisis data lapangan dan penyusunan laporan. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden atau narasumber. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menngunakan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa PT. Pelabuhan Indonesia III sebagai pihak yang melakukan aktivitas CSR yang mengacu pada regulasi yang lebih tinggi sebagai BUMN yang aktivitas social kepada masyarakat terdapat unsur kemanusiaan yang dilakukan perusahaan dengan berupaya memberikan timbal balik perusahaan kepada masyarakat yang seharusnya
(18)
menjadi sarana tolak ukur keberhasilan mitra binaan yang dibina ternyata belum bisa mengakomodir data perkembangan mitra binaan yang menyangkut efektivitas bantuan yang disalurkan. Kegiatan evaluasi ini dirasakan masyarakat berdampak pada pelaporan perkembangan mitra binaan.
Selanjutnya penelitian dilakukan oleh Arif Wicaksono (2010) dengan judul “ Akuntabilitas Pelaporan dan Pengukuran CSR pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk ”. Dalam penelitian ini digunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan kepada obyek dan perijinan, tahap eksplorasi informasi umum, tahap eksplorasi terfokus, kemudian analisis data lapangan dan penyusunan laporan. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden atau narasumber. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menngunakan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengakomodasian segala bentuk aktifitas social yang dilakukan PT. Telekomunikasi, Tbk kepada masyarakat dilaporkan dalam bentuk laporan yang disebut sebagai laporan keberlanjutan. Laporan ini dikatakan sebagai bentuk dari upaya perusahaan dalam mewujudkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik yaitu akuntanbilitas dan transparansi. Unit pelaksana kegiatan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan di TELKOM dilaksanakan oleh unit yang disebut sebagai CDC (Community Development Center). Pelaporan yang aktivitas social oleh CDC dilakukan
(19)
berdasarkan kebijakan perusahaan yaitu yang pertama, pelaporan aktivitas kegiatan PKBL dilakukan setiap bulan, hal itu dimaksudkan agar pihak perusahaan dapat memonitoring unit bisnis CDC setiap saat ditiap-tiap wilayah operasional kerja TELKOM dan yang kedua pelaporan yang dimaksudkan untuk mengetahui proses perealisasian anggaran yang telah ditetapkan yang dimana pelaporan tersebut dilaporkan setiap triwulan, setengah tahun, dan akhir tahun. Kedua cara pelaporan tersebut merupakan bagian dari teknik pelaporan yang sebelumnya telah melalui proses modifikasi sebagaimana hal tersebut telah disesuaikan dengan kebijakan dan kondisi internal perusahaan.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Chandra Kurniawan dan Indra Yuhertiana (2009) dengan judul “ Studi tentang Penerapan dan Pelaporan CSR pada PT. Semen Gresik (PERSERO), Tbk ”. Dalam penelitian ini digunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan kepada obyek dan perijinan, tahap eksplorasi informasi umum, tahap eksplorasi terfokus, kemudian analisis data lapangan dan penyusunan laporan. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden atau narasumber. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menngunakan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyisihan laba perusahaan dibahas dan ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Salah satu yang menjadi pertimbangan jumlah droping yang diperoleh adalah saldo dana yang tersisa pada akhir periode
(20)
sehingga ada kecenderungan bahwa semakin banyak dana yang tersisa semakin kecil jumlah droping yang diperoleh. PKBL mempunyai posisi sebagai unit kerja yang mandiri dan mempunyai kewenangan atas pengelolaan dana, sumberdaya dan pelaporan aktifitas CSR secara terpisah dengan perusahaan induknya. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Bandang Maulana (2010) dengan judul “ Implementasi dan Pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan sebagai wujud tanggungjawab social perusahaan kepada stakeholders diperusahaan Pertamina UPMS V Surabaya ”. Dalam penelitian ini digunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan kepada obyek dan perijinan, tahap eksplorasi informasi umum, tahap eksplorasi terfokus, kemudian analisis data lapangan dan penyusunan laporan. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden atau narasumber. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menngunakan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mulai dari penerapan dan pelaksanaan hingga perkembangannya PKBL telah dilaksanaka dan dijalankan dengan baik sesuai dengan Peraturan MenteriNo. 05/MBU/2007 dan Buku Tata Kerja Organisasi PT. Pertamina. Unit PKBL PT. Pertamina UPMS V juga telah berhasil menarik minat UKM-UKM terhadap Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang telah dijalankan selama ini. Pertamina telah mengadakan banyak kegiatan yang berkaitan dengan PKBL yang
(21)
bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM , usaha mitra binaan, dan juga kesejahteraan masyarakat.
Selanjutnya dilakukan penelitian oleh M.Reza Maulana (2009) dengan judul “ Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Rekayasa Industri dalam Rangka Pengembangan Masyarakat “ . Dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan, yaitu kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam mengenai sejauhmana CSR berbasiskan pemberdayaan masyarakat dengan memperhatikan konteks yang relevan. Pendekatan kuantitatif yang dilakukan berjenis penelitian survei. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa Implementasi CSR yang dilakukan oleh suatu perusahaan akan berdampak pada perusahaan itu sendiri dan pada masyarakat yang tinggal di lokasi pelaksanaan CSR. Dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat diantaranya adalah peningkatan taraf hidup dan kelembagaan berkelanjutan. peningkatan taraf hidup masyarakat akan dilihat dari peningkatan pendapatan, rumah atau papan, kesehatan, pangan dan (sarana) komunikasi. Sedangkan dampak yang akan dirasakan oleh perusahaan adalah peningkatan citra perusahaan di mata masyarakat.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang mampu
(22)
memberikan pemahaman yang mendalam mengenai program CSR. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini lebih focus meneliti ke implementasinya program CSR Bank Mandiri.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Akuntansi
CSR adalah suatu konsep yang menunjukkan bagaimana perusahaan secara sukarela memberi kontribusi bagi terbentuknya masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih bersih. Sebuah perusahaan yang menunjukkan tanggung jawab sosialnya akan memberikan perhatian kepada peningkatan kualitas perusahaan (profit), masyarakat (people), serta lingkungan hidup (planet) (Elkington,1997). Yang dimana CSR ini berhubungan dengan akuntansi sosial yang merupakan alat pengukuran, pendokumentasian, pelaporan baik keuangan maupun non keuangan yang berkaitan dengan interaksi suatu organisasi lingkungan masyarakat. (Masnila,2006)
Informasi non keuangan dan keterlibatan sosial perusahaan dikomunikasikan kepada para stakeholder. Pengkomunikasian aktivitas tersebut dilakukan dengan berbagai cara dan media pengungkapan. Salah satu alat yang dapat digunakan adalah laporan keuangan. Di Indonesia, pada dasarnya pelaporan nonkeuangan ini secara umum telah terakomodasi dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 tahun 2009 tentang Penyajian Laporan Keuangan, bagian
(23)
Tanggungjawab atas Laporan Keuangan paragraph 09 dinyatakan bahwa: “Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana factor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industriyang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”.
2.2.2. Corporate Social Responsibility (CSR)
2.2.2.1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Adapun definisi-definisi CSR menurut pandangan para ahli dan berbagai organisasi dunia antara lain : (Priyanto Susiloadi,2008)
1. Howard R. Bowen : Mengacu pada kewajiban pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakatdi tempat perusahaannya beroperasi.
2. Magnan dan Farrel (2004) : Menekankan pada perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil pelaku bismis melalui perilaku yang secara social bertanggungjawab.
3. Komisi Eropa: CSR adalah suatu konsep yang menunjukkan bagaimana perusahaan secara sukarela memberi kontribusi bagi terbentuknya masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih bersih.
(24)
4. Elkington (1997): Sebuah perusahaan yang menunjukkan tanggungjawab sosialnya akan memberikan perhatian kepada peningkatan kualitas perusahaan (profit), masyarakat (people), serta lingkungan hidup (planet).
5. Ani Marlia (2008): CSR sebagai kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur yang tepat dan professional.
6. Achda (2006): CSR sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak operasinya dalam dimensi social, ekonomi, dan lingkungan, serta terus-menerus menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya.
Konsep tanggungjawab social perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR), muncul akibat adanya kenyataan bahwa pada dasarnya karakter alami dari setiap perusahaan adalah mencari keuntungan semaksimal mungkin tanpa memperdulikan kesejahteraan karyawan, masyarakat dan lingkungan alam. Seiring dengan meningkatnya kesadaran dan kepekaan dari stakeholders perusahaan maka konsep tanggungjawab social ini muncul dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang. Tanggungjawab social secara lebih sederhana dapat dikatakan sebagai timbal balik
(25)
perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya karena perusahaan telah mengambil keuntungan.
2.2.2.2. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)
Apapun alasan atau motif perusahaan melakukan CSR, yang pasti CSR penting dilakukan. Sebagaimana yang telah dikemukakan (Priyanto Susiloadi,2008) bahwa CSR dipandang sebagai asset strategis dan kompetitif bagi perusahaan di tengah iklim bisnis yang makin sarat kompetisi. CSR dapat memberi banyak keuntungan yaitu :peningkatan profitabilitas bagi perusahaan dan kinerja financial yang lebih baik. Banyak perusahaan-perusahaan besar yang mengimplementasikan program CSR menunjukkan keuntungan yang nyata terhadap peningkatan nilai saham, mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat dipandang sebagai social marketing bagi perusahaan tersebut yang juga merupakan bagian dari pembangunan citra perusahaan. Social Marketing akan member manfaat dalam pembentukan brand image suatu perusahaam dalam kaitannya dengan kemampuan perusahaan terhadap komitmen yang tinggi terhadap lingkungan selain memiliki produk yang berkualitas tinggi. Hal ini akan memberi dampakpositif terhadap volume unit produksi yang terserap pasar yang akhirnya akan mendatangkan keuntungan yang besar terhadap peningkatan laba perusahaan.
(26)
2.2.2.3. Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)
Penerapan CSR dangat dipengaruhi oleh pandangan perusahaan mengenai CSR. Wibisono (2007) menjelaskan beberapa cara pandang perusahaan terhadap CSR, yaitu: (1) Sekedar basa-basi atau keterpaksaan. Perusahaan mempraktekkan CSR karena external driven (faktor eksternal), environmental driven (karena terjadi masalah lingkungan dan reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan); (2) Sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance); (3) CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal driven).
Saidi (2004) dalam Tanudjaja (2008) membagi CSR menjadi 4 model, yaitu keterlibatan langsung, melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, bermitra dengan pihak lain, dan mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Sementara itu, Wibisono (2007) menjelaskan bahwa penerapan CSR yang dilakukan oleh perusahan dapat dibagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan.
CSR yang diterapkan oleh perusahaan akan mendatangkan berbagai manfaat bagi perusahaan dan masyarakat yang terlibat dalam menjalankannya. Menurut Wibisono (2007) manfaat bagi perusahaan yang berupaya menerapkan CSR, yaitu dapat mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan, layak mendapatkan social licence to operate, mereduksi risiko bisnis perusahaan, melebarkan akses sumberdaya, membentangkan akses menuju market, mereduksi
(27)
biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan serta berpeluang mendapatkan penghargaan. Implementasi CSR yang dilakukam oleh suatu perusahaan akan berdampak pada perusahaan itu sendiri dan pada masyarakat yang tinggal di lokasi pelaksanaan CSR. Dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat diantaranya adalah peningkatan taraf hidup dan kelembagaan berkelanjutan. peningkatan taraf hidup masyarakat akan dilihat dari peningkatan pendapatan, rumah atau papan, kesehatan, pangan dan (sarana) komunikasi. Sedangkan dampak yang akan dirasakan oleh perusahaan adalah peningkatan citra perusahaan di mata masyarakat.
Implementasi CSR yang dilakukan oleh perusahaan dapat berupa keterlibatan perusahaan secara langsung, melalui yayasan/organisasi sosial, bermitra dengan pihak lain, maupun membentuk atau bergabung dalam suatu konsorsium. Implementasi CSR dipengaruhi oleh bentuk strategi pengembangan masyarakat yang digunakan. Bentuk strategi tersebut dibagi dalam tiga strategi, yaitu Power coercive (strategi pemaksaan), Rational Empirical (empirik rasional) dan Normatif Re-educative (pendidikan yang berulang secara normatif). Bentuk strategi pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan saling mempengaruhi dengan tingkat partisipasi masyarakat. Tingkat partisipasi masyarakat dilihat dari peran serta masyarakat dalam tahapan pelaksanaan CSR, yaitu perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan.
(28)
Selain saling mempengaruhi dengan tingkat partisipasi masyarakat, strategi pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan sangat dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan tersebut mengenai CSR. Karena suatu perusahaan akan melaksanakan CSR apabila memiliki kebijakan atau peraturan mengenai implementasi CSR dalam menjalankan usahanya. Kebijkan perusahan mengenai CSR juga diperngaruhi oleh dua faktor, yaitu kebijakan pemerintah dan pandangan perusahaan mengenai CSR. Kebijakan pemerintah yang mempengaruhi kebijakan perusahaan terkait penerapan CSR diatur dalam beberapa peraturan dan perundang-undangan, yaitu UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003.
2.2.3. Hubungan Good Corporate Governance (GCG) dengan Corporate Social Responsibility (CSR)
2.2.3.1. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG)
GCG merupakan suatu sistem dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham dan dewan komisaris serta dewan direksi demi tercapainya tujuan korporasi. Dalam arti luas mengatur hubungan seluruh stakeholders dapat dipenuhi secara proporsional. CSR yang baik memadukan 5 prinsip Good Corporate Governance (GCG) yakni: (Arif Wicaksono,2010)
(29)
Secara sederhana, bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi. Dalam mewujudkan prinsip ini perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat dan tepat waktu kepada stakeholdesr-nya. b. Akuntabilitas (Accountability)
Merupakan kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggung jawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka aka nada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban dan wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi.
c. Pertanggungjawaban (Responsibility)
Bentuk pertanggungjawaban perusahaan adalah kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku , kebiasaan dan etika binis. Dengan demikian prinsip ini diharapkan menyadarkan perusahaan bahwa kegiatn usahanya harus dipertanggungjawaban kepada shareholders maupun kepada stakeholders.
d. Kemandirian (Independency)
Intinya agar perusahaan dikelola secara professional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa adanya tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
e. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)
Adanya perlakuan yang adil dalam pemenuhan hak stakeholder sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Diharapkan fairness dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan
(30)
memberikan jaminan perlakuan adil diantara beragam kepentingan dalam perusahaan.
2.2.3.2. Prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility (CSR) 2.2.3.2.1. Konsep Triple Bottom Line
Gambar 1: Konsep Triple Bottom Line
Berdasarkan konsep Triple Bottom Line di atas dapat dideskripsikan menjadi:
Sumber: SWA.Edisi 26/XXI/19 Desember 2005-11 Januari 2006
1. Profit (keuntungan)
Profit merupakan unsure terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan usaha. Tak heran bila focus utama dari setiap kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi-tingginya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Inilah bentuk tanggung jawab social ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham.
People ( Sosial )
(31)
2. People (Masyarakat)
Menyadari bahwa masyarakat merupakan stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan mereka, terutama masyarakat sekitar, sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan, maka sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat lingkungan, perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada mereka. Selain itu juga perlu disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat. Karenanya pula perusahaan perlu untuk melakukan bebrbagai kegiatan yang menyentuh kebutuhan masyarakat, intinya, jika ingin eksis dan akseptabel, perusahaan harus menyertakan pula taanggung jawab social.
3. Planet (Lingkungan)
Unsur ketiga yang mesti diperhatikan juga adalah planet atau lingkungan. Jika perusahaan ingin eksis maka harus disertakan pula tanggung jawab kepada lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang kehidupan kita.
2.2.3.3. Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR)
Meskipun isu utamanya akan berbeda baik antara sector industry maupun antar perusahaan, namun secara umum isu CSR mencakup 5 (lima) komponen pokok. (Darwin, 2006):
(32)
Bagaimana perusahaan menyingkapi masalah HAM dan strategi serta kebijakan apa yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari terjadinya pelanggaran HAM di perusahaan yang bersangkutan.
2. Tenaga Kerja (Buruh)
Bagaimana kondisi tenaga kerja di pabrik milik sendiri mulai dari soal system penggajian, kesejahteraan hari tua, dan keselamatan kerja, peningkatan keterampilan dan profesionalisme karyawan, sampai pada soal penggunaan tenaga kerja dibawah umur.
3. Lingkungan hidup
Bagaimana strategi dan kebijakan yang berhubungan dengan masalah lingkungan hidup. Bagaimana perusahaan mengatasi dampak lingkungan atas produk atau jasa mulai dari pengadaan bahan baku sampai pada masalah buangan limbah, serta dampak lingkungan yang diakibatkan oleh proses produksi dan distribusi produk.
4. Social masyarakat
Bagaimana strategi dan kebijakan dalam bidang social dan pengembangan masyarakat setempat, serta dampak operasi peusahaan terhadap kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat.
5. Dampak produk dan jasa terhadap pelanggan
Apa saja yang dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan bahwa produk dan jasa bebas dari dampak negative seperti: mengganggu kesehatan, mengancam keamanan dan produk terlarang.
(33)
Mencermati prinsip-prinsip GCG dan prinsip-prinsip CSR di atas, rasanya tidak sulit mencari benang merah hubungan antara GCG dengan CSR, yang mana dalam konteks ini adanya penekanan yang signifikan diberikan kepada stakeholder perusahaan. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa penerapan CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep GCG. Sebagai entitas bisnis yang bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.
2.2.4. Usaha Kecil Menengah (UKM)
2.2.4.1. Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM)
1. Usaha Kecil
Adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi criteria usaha kecil.
2. Usaha Menengah
Adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikusai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.
(34)
2.2.4.2. Kriteria Usaha Kecil Menengah (UKM)
1. Usaha Mikro(menurut keputusan Menkue No. 40/KMK.06/2003, tentang pendanaan kredit usaha mikro dan kecil)
- Kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan informal dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan belum bebadan hukum.
- Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000 2. Usaha Kecil(menurut UU no. 9 tahun 1995, tentang usaha kecil).
- Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.1.000.000.000 3. Usaha Menengah (menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia
No.10 tahun 1999, tentang pemberdayaan usaha menengah).
- Merupakan usaha yang memiliki kekayaan di atas Rp.200.000.000 hingga Rp. 10.000.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan.
- Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000. Perbedaaan criteria usaha kecil dan menengah diatas cukup signifikan. (Nur Rodiah,2010)
2.2.4.3. Kekuatan Usaha Kecil Menengah (UKM)
Usaha mikro, kecil dan menengah dengan karakteristik skalanya yang serba terbatas ternyata memiliki sejumlah kekuatan. Kekuatan
(35)
dimaksud terletak pada kemampuan melakukan fleksibilitas dalam menghadapi berbagai tantangan lingkungan. Setiap kegiatan usaha yang secara ekonomis tidak mungkin dilakukan oleh usaha skala besar pada dasarnya menjadi kekuatan usaha kecil. Kekuatan yang dimaksud meliputi antara lain: (Nur Rodiah,2010)
1. Mengembangkan Kreatifitas Usaha Baru
Kreatifitas tidak selalu dilakukan dengan menampilkan sesuatu produk yang secara murni baru, namun dapat dilakukan dengan cara meniru produk yang telah beredar dipasar
2. Melakukan Inovasi
Lazimnya dimana sulit seseorang selalu berusaha menemukan solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi dengan cara yang berbeda.
3. Ketergantungan Usaha Besar Terhadap Usaha Kecil
Pada umumnya produk yang dihasilkan perusahaan besar tidak selalu atau boleh dikatakan agak sulit untuk menjangkau para pembeli kecil ditempat terpencil. Selain daerah terpencil sulit dijangkau juga daya beli pembeli didaerah terpencil pada umumnya juga rendah.
4. Daya Tahan Usaha Kecil Pasca Krisis Tahun 1989
Fakta membuktikan bahwa krisis ekonomi yang berlanjut kepada krisis kepercayaan yang terjadi pada tahun 1989, tidak berpengaruh banyak terhadap eksistensi usaha kecil. Beberapa peneliti bidang ekonomi bahkan menyatakan tidak lumpuhnya sama sekali
(36)
perekonomian Indonesia berkat jasa pelaku usaha kecil atau UKM. Bila demikian dengan bangga dapat kita nyatakan kelompok pelaku UKM telah menyelamatkan Indonesia dari kehancuran total. Dan secara umum dapat dikatakan bahwa ini juga merupakan kekuatan dari usaha kecil yang mampu bertahan dan bahkan mampu menyelamatkan perekonomian Indonesia.
2.2.4.4. Kelemahan Usaha Kecil Menengah (UKM)
Sebaliknya dari sejumlah kekuatan ternyata usaha mikro, kecil, dan menengah tidak lepas dari factor kelemahan. Factor kelemahan juga disebabkan oleh karakteristik ukurannya yang kecil. Diantara kelemahan- kelemahan yang melekat kepada usaha mikro, kecil, dan menengah antara lain:
1. Lemahnya Ketrampilan Manajemen
Pelaku UKM seringkali berangkat berwirausaha dengan bekal sumber daya seadanya. Ketidakpastian tersebut bukan hanya dalam hal modal dana dan atau peralatan lainnya, tetapi juga ketidaksiapan dalam penguasaan kompetensi bidang usaha maupun kecilnya keterampilan manajemen. Dari penelitian terbukti bahwa kegagalan nomor dua sebagai akibat dari lemahnya keterampilan manajemen. Sebagai akibat dari lemahnya ketrampilan manajemen, seringkali terjadi ketidakseimbangan antara perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.
(37)
2. Tingkat Kegagalan dan Penyebabnya
Menurut Siropolis (1994), tingkat kegagalan usaha kecil (UKM) sebesar 44% disebabkan oleh kurangnya kompetensi dalam dunia usaha. Yang dimaksud dengan kurangnya kompetensi disini meliputi kurangnya penguasaan tentang bidang usaha yang dijalankan dan kemampuan dalam mengelola kegiatan usaha baik secara fisik. Penyebab kegagalan yang kedua adalah akibat lemahnya kemampuan manjemen yang menempati prosentase sebesar 17%. Pengertian lemahnya kemampuan manjemen disini adalah penguasaan pengetahuan dan pengalaman dalam hal mengelola sumber daya lainnya. Sumber kegagalan yang ketiga disebabkan oleh ketidakseimbangan pengalaman.
3. Keterbatasan Sumber Daya
Keterbatasan sumber daya bagi pelaku UKM telah merupakan hal yang sangat umum. Keterbatasan tersebut bukan semata-mata dalam hal dana, peralatan fisik namun juga dalam hal informasi. Termasuk keterbatasan dalam informasi disini adalah kurangnya wawasan yang dimiliki guna membekali gambaran tentang kegiatan usaha yang akan dilakukan.
(38)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis penelitian
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tanggung jawab sosial (CSR) berbasiskan pemberdayaan UKM pada Bank Mandiri dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka digunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian Kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution, 1988 : 55 dalam Sugiyono, 2008 : 180). Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah orang, yaitu informan Bank Mandiri yaitu Bapak Ikbal bagian Marketing Mikro Kredit, Bapak Wahyu bagian Busines Development, Bapak Hery bagian PKBL dan informan UKM binaan Bank Mandiri yaitu Ibu Elisabeth, dan Bapak Halim dengan berbagai latar belakangnya. Dengan digunakan metode kualitatif maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai.
Penggunaan metode kualitatif ini, bukan karena metode ini baru, tetapi memang permasalahan lebih tepat datanya dengan metode kualitatif.
(39)
Dengan metode kuantitatif, hanya bisa diteliti beberapa variabel saja, sehingga seluruh permasalahan yang telah dirumuskan tidak akan terjawab dengan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif hanya dapat digali fakta-fakta yang bersifat empiris dan terukur. Fakta-fakta yang tidak tampak oleh indera akan sulit diungkapkan. Dengan metode kualitatif, maka akan dapat diperoleh data yang lebih tuntas, pasti, sehingga memiliki kredibilitas yang tinggi.
3.2. Fokus Penelitian
Setelah melakukan observasi maka objek penelitian ditetapkan pada pegawai Bank Mandiri. Berdasarkan hasil pengamatan, maka fokus penelitian diarahkan pada:
1. Penerapan CSR Bank Mandiri terhadap UKM.
2. Tingkat keberhasilan UKM binaan Bank Mandiri dengan adanya program CSR.
(40)
Tabel 3.1: Daftar Pertanyaan Pendukung
Question Research Data Sources and Methods Justifications
Bagi Bank Mandiri:
1. Bagaimana sejarah berdirinya CSR Bank Mandiri?
2. Apa tujuannya Bank Mandiri mendirikan program CSR?
3. Faktor apa yang mempengaruhi Bank Mandiri membuat program UKM sebagai salah satu bentuk CSR perusahaan? 4. Bagaimana
penerapan CSR Bank Mandiri dalam UKM?
Informan Bank Mandiri:
Bapak Ikbal bagian Marketing Micro Kredit.
Bapak Wahyu bagian Busines Development.
Bapak Hery bagian PKBL.
Informan UKM:
Ibu Elisabeth Pemilik UKM binaan Bank Mandiri.
Bapak Halim Wibowo Santoso Pemilik UKM binaan Bank Mandiri.
Documentary sources:
Official website Bank Mandiri. (www.bankmandiri.co.id)
Bagi Bank Mandiri:
Q1: Untuk mengetahui bagaimana sejarah Bank Mandiri mendirikan program CSR.
Q2: untuk mengetahui tujuannya Bank Mandiri mendirikan program CSR
Q3 : untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Bank Mandiri membuat program UKM sebagai salah satu bentuk CSR perusahaan.
Q4: Untuk mengetahui penerapan CSR Bank Mandiri dalam UKM.
Bagi UKM:
Q1: untuk mengetahui syarat-syarat untuk menjadi mitra binaan Bank Mandiri.
Q2: untuk mengetahui berapa lama UKM ini menjadi mitra binaan Bank Mandiri.
Q3: untuk mengetahui kondisi UKM ini sebelum menjadi mitra binaannya.
Q4: untuk mengetahui kendala yang di hadapi UKM ini selama menjadi mitra binaannya..
Bagi UKM:
1. Apa
syarat-syarat yang harus di penuhi agar dapat menjadi mitra binaan Bank Mandiri?
2. Sudah berapa
lama usaha anda menjadi mitra binaannya Bank Mandiri?
3. Bagaimana
kondisi usaha anda sebelum menjadi mitra binaan Bank Mandiri?
4. apakah ada
kendala yang dialami oleh bapak/ibu selama menjadi mitra binaannya?
(41)
3.3. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah Bank Mandiri dan UKM binaan Bank Mandiri di Surabaya, Jawa Timur. Dalam penelitian ini kita akan mengetahui penerapan program CSR (Corporate Social Responsibility) dalam memberdayakan UKM sebagai objek yang dipilih adalah Bank Mandiri dan UKM binaan Bank Mandiri Surabaya.
3.4. Alasan Ketertarikan Peneliti (Acknowladge)
Ketertarikan peneliti dalam penerapan program CSR ini dapat memberikan banyak manfaat bagi perusahaan. Serta hubungannya dengan akuntansi yakni akuntansi sosial yang merupakan alat yang sangat berguna bagi perusahaan dalam mengungkapkan aktivitas sosialnya di dalam laporan keuangan. Dalam Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 4 ayat 2 menyebutkan bahwa tanggungjawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan. Tetapi dalam PSAK No.1 Tahun 2009 tentang Penyajian Laporan Keuangan bagian Tanggungjawab atas Laporan Keuangan paragraph 09 tidak disebutkan penyajian Laporan Keuangan atas program CSR, maka peneliti tertarik untuk mengetahui penerapan dan penyajian CSR pada Laporan Keuangan Bank Mandiri serta tingkat keberhasilan UKM dengan adanya penerapan CSR Bank Mandiri.
(42)
3.5. Informan
Jumlah informan ditetapkan dengan menggunakan teknik snowball sampling. Menurut Sugiyono (2005) snowball sampling adalah teknik penarikan sampel yang pada awalnya responden dipilih secara random selanjutnya responden yang telah terpilih tersebut diminta untuk memberikan informasi mengenai responden-responden lainnya sehingga diperoleh tambahan responden. Semakin lama kelompok responden tersebut semakin besar, ibarat bola salju yang jika menggelinding semakin lama semakin besar.
Informan yang dipilih sebagai kunci dari informasi adalah Bapak Wahyu bagian Busines Development yang mengetahui tentang penerapan CSR. Selanjutnya diteruskan kepada informan-informan lain yang direkomendasikan oleh informan kunci serta informan yang oleh peneliti dianggap berhubungan langsung dalam proses penerapan program CSR pada Bank Mandiri. Informan selanjutnya adalah Ibu Elisabeth, Bapak Halim pemilik UKM binaan program CSR Bank Mandiri juga menjadi informan.
3.5. Sumber Data dan Jenis Data
Unit analisis data penelitian ini pertama adalah pejabat dan karyawan yang mengerti situasi dan kondisi secara luas penerapan CSR Bank Mandiri Surabaya, dengan criteria:
(43)
2. Mengguasai penerapan Corporate Social Responsibility.
3. Mengetahui kondisi, strategi Corporate Social Responsibility.
4. Mengetahui tentang penyajian informasi Corporate Social Responsibility perusahaan.
Kedua, unit analisis yang berupa situasi kegiatan informan (terutama untuk teknik observasi) yang meliputi: situasi para informan didalam kantor masing-masing pada jam kerja, rapat dengan pihak-pihak terkait,berbincang-bincang santai baik dalam gedung maupun diluar gedung.
Data yang diperoleh adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan dan responden atau narasumber yang terkait. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumentasi serta literature yang berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan pegawai Bank Mandiri bagian PKBL (Program Kemitraan Bina Lingkungan).
3.6. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
(44)
1. Survey pendahuluan, yaitu dengan mengadakan peninjauan dan penelitian secara umum pada unit usaha tersebut untuk mendapatkan informasi yang diperlukan sehingga masalah menjadi jelas.
2. Survey lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data-data pendukung yang akurat dan relevan, dilakukan dengan :
a. Wawancara secara informal maupun formal dengan pihak-pihak yang terkait dengan unit usaha tersebut.
b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian.
c. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data-data dari literatur yang relevan dengan permasalahan ini dan digunakan sebagai landasan teori.
3.7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles and Huberman dan Spradley.
Miles dan Huberman (1984) dalam Wirdiyanto (2009), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
(45)
Selanjutnya menurut Spradley teknik analisis data disesuaikan dengan tahapan dalam penelitian. Pada tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grand tour question, analisis data dilakukan dengan analisis domain. Pada tahap menentukan fokus analisis data dilakukan dengan analisis taksonomi. Pada tahap selection, analisis data dilakukan dengan analisis komponensial. Selanjutnya untuk sampai menghasilkan judul dilakukan dengan analisis tema.
3.8. Pengujian Kredibilitas Data
Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara : 1. Perpanjangan pengamatan
Penelitian ini diperpanjang sampai tiga kali, karena pada periode I dan II, data yang diperoleh dirasa belum memadai dan belum kredibel. Belum memadai karena belum semua rumusan masalah dan fokus terjawab melalui data, belum kredibel karena sumber data masih ragu-ragu dalam memberikan data, sehingga data yang diperoleh pada tahap I dan II ternyata masih belum konsisten, masih berubah-rubah. Dengan perpanjangan pengamatan sampai tiga kali maka data yang diperoleh dirasa telah jenuh
2. Meningkatkan ketekunan
Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian dengan cermat, sehingga dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya.
(46)
Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memeberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.
3. Triangulasi
Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber data dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi sumber, dilakukan dengan menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya adalah pegawai Bank Mandiri dan UKM Binaan Bank Mandiri. Triangulasi waktu artinya pengumpulan data dilakukan pada berbagai kesempatan, pagi, siang, dan sore hari. Dengan triangulasi dalam pengumpulan data tersebut, maka dapat diketahui apakah narasumber memberikan data yang sama atau tidak. Kalau narasumber memberikan data yang berbeda, maka berarti datanya belum kredibel.
(47)
4. Analisis Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti masih mendapatkan data-data yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan merubah temuannya.
(48)
BAB IV
DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
4.1. Sejarah Berdirinya Bank Mandiri
Bank Mandiri merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan Pemerintah untuk menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling Terdepan dan Terpercaya. Bank Mandiri didirikan pada tanggal 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintahan Indonesia. Bank Mandiri berdiri sejak adanya Bank Merger yang menggabungkan dari 4 Bank Pemerintah yaitu Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Export Import (Bank Exim) dan Bank Pembangunan Indonesia (BAPINDO) kemudian dari ke-4 Bank ini di lebur menjadi Bank Mandiri. Masing-masing dari keempat legacy banks memainkan peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia perbankan dan perekonomian Indonesia.
Setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi secara menyeluruh. Pada saat itu, Bank Mandiri menutup 194 kantor cabang yang saling berdekatan dan mengurangi jumlah karyawan, dari jumlah gabungan 26.600 menjadi 17.620. Brand Bank Mandiri mengimplementasikan secara sekaligus ke semua jaringan dan seluruh kegiatan periklanan dan promosi lainnya.
(49)
Dari sekian banyak keberhasilan Bank Mandiri yang paling signifikan adalah keberhasilan dalam menyelesaikan implementasi sistem teknologi baru yaitu yang sebelumnya Bank Mandiri mewarisi 9 core Banking System yang berbeda dari keempat Bank dengan melakukan investasi awal untuk segera mengkonsolidasikan ke dalam system yang terbaik, kini Bank Mandiri mengganti core Banking System menjadi satu system yang mempunyai kemampuan untuk mendukung kegiatan Consumer Banking yang sangat agresif. Dan sekarang, infrastruktur IT Bank Mandiri memberikan layanan straight-through, processing dan interface tunggal pada seluruh nasabah.
Nasabah Corporate Bank Mandiri sampai dengan saat ini masih mewakili kekuatan utama perekonomian Indonesia. Menurut sektor usahanya, portofolio kredit korporasi terdiversifikasi dengan baik, dan secara khusus sangat aktif dalam sektor manufaktur Food dan Beverage, agrobisnis, konstruksi, kimia dan tekstil.
Sejak berdirinya, Bank Mandiri telah bekerja keras untuk menciptakan tim manajemen yang kuat dan professional yang bekerja berlandaskan pada prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang telah diakui secara Internasional. Bank Mandiri di supervisi oleh Dewan Komisaris yang ditunjuk oleh Menteri Negara BUMN yang dipilih berdasarkan anggota Komunitas Keuangan yang terpandang. Manajemen ekskutif tertinggi adalah Dewan Direksi yang dipimpin oleh Direktur Utama. Dewan Direksi Bank Mandiri terdiri dari Banker dari Legacy
(50)
Banks dan juga dari luar yang independen dan sangat kompeten. Bank Mandiri juga mempunyai fungsi offices of compliance, audit dan corporate secretary, dan juga menjadi obyek pemeriksaan rutin dari auditor eksternal yang dilakukan oleh Bank Indonesia, BPKP dan BPK serta auditor internasional. Dan Bank Mandiri juga mendapatkan penghargaan dari Asia Money magazine atas komitmen Bank Mandiri dalam penerapan GCG dengan memberikan Corporate Governance Award untuk kategori Best Overall for Corporate Governance in Indonesia dan Best for Disclosure and transparency.
4.2. Visi dan Misi Bank Mandiri 4.2.1. Visi
Menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling di kagumi dan selalu progresif.
4.2.2. Misi
1. Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar. 2. Mengembangkan sumber daya manusia profesional. 3. Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholders. 4. Melaksanakan manajemen terbuka.
(51)
4.3. Struktur Organisasi Bank Mandiri
Dalam konteks pelaksanaan CSR, Bank Mandiri dalam hal ini memiliki berbagai unit bisnis, berbagai unit bisnis tersebutlah yang di tugaskan untuk mengakomodir seluruh aspek yang berkaitan dengan CSR. Namun dalam hal sebagaimana PKBL merupakan suatu program yang telah di regulasikan oleh Pemerintah terhadap BUMN, maka dalam hal ini MBDC (Micro Business District Center) adalah unit bisnis yang memiliki peran sebagai pelaksana regulasi tersebut. Unit bisnis MBDC merupakan unit yang bertanggungjawab mengelola PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan).
(52)
Gambar 4.2: Struktur Organisasi Bank Mandiri
Keterangan:
CM = Cluster Manager MMM = Micro Mandiri Manager MMS = Mitra Mandiri Supervisor PKS = Prog. Kemitraan Supervisor
KCM = Kepala Cabang Mikro CSR = Cust. Service Representative
MKS = Mikro Kredit Sales MKA = Mikro Kredit Analis CA = Cluster Administration PSPM = PS. Performance Monitoring
CAO = Credit Administration Officer
CQO = Credit Quality Officer
Micro Business Development Group
MBDC Manager
Jakarta Network & Regional Network Group Kanwil
MBU
MMM KCM MMC MKS Teller CSR MKS MKA MKA satpam MMS PKS CM CQO CAO APKSCA CMCM
Clerk PSPM
MKS MKA
(53)
4.4. CSR (Corporate Social Responsibility) Bank Mandiri
Bank Mandiri adalah salah satu BUMN yang bergerak di bidang perbankan sehingga Bank Mandiri bertanggungjawab untuk memenuhi harapan masyarakat pemegang saham, serta pantas dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya.
Perusahaan mewujudkan salah satu misi perseroan yang terkait dengan usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Perseroan secara berkelanjutan dan sistematis menerapkan program CSR yang meliputi PKBL. Program Kemitraan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dan dari bagian laba perseroan. Sedangkan Program Bina Lingkungan mencakup bidang sarana umum, ibadah, kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan dan bidang lainnya.
Bank Mandiri mempunyai program WM (Wirausaha Mandiri) yang didirikan pada tahun 2007 merupakan program CSR Bank Mandiri. Program WM ini sudah menjelma sebagai ikon pengembangan wirausaha muda nasional yang reputasinya semakin diakui oleh para stakeholders. Program WM semakin diminati oleh para mahasiswa dan alumni perguruan tinggi sebagai jembatan untuk menjadi wirausahawan yang tangguh di masa mendatang terbukti dengan adanya pemenang dari Program WM yang mendapatkan penghargaan.
(54)
4.4.1. Sejarah Berdirinya CSR (Corporate Social Responsibility) Bank Mandiri
Bank Mandiri tidak bisa mengelak dari kepedulian kepada masyarakat sebagai wujud tanggungjawab sosial perusahaan. Fenomena sosial yang dialami oleh masyarakat merupakan sesuatu yang jelas tergambar dengan didirikannya CSR Bank Mandiri, sehingga perusahaan mengakomodasi fenomena tersebut dengan menerapkan CSR, sejak tahun 1996 Bank Mandiri sudah menerapkan Program CSR Bank Mandiri sesuai dengan Peraturan Pemerintah UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 ayat 1 yang berbunyi Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggungjawab sosial dan lingkungan. Perusahaan tidak hanya dihadapkan pada tanggungjawab yang berpijak pada perolehan keuntungan/laba perusahaan semata, tetapi juga harus memperhatikan tanggungjawab sosial dan lingkungan.
Adapun dana yang digunakan untuk Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan berasal dari penyisihan laba bersih Bank Mandiri sebesar 2%. hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 pada Pasal 9 ayat 1 dan 2 tentang Penetapan dan Penggunaan Dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang menyebutkan bahwa:
(55)
1. Dana Program Kemitraan bersumber dari:
a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2%.
b. Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bungan deposito dan/ jasa giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional.
c. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain,jika ada, 2. Dana Program Bina Lingkungan bersumber dari:
a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2%.
b. Hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program Bina
Lingkungan.
4.4.2. Tujuan CSR (Corporate Social Responsibility) Bank Mandiri
Tujuan Bank Mandiri membuat program CSR ini sebagai wujud kepedulian Bank Mandiri terhadap masyarakat untuk mensejahterakan kehidupan Indonesia. Jadi keuntungannya Bank Mandiri bukan hanya diperuntukkan kepada Bank Mandiri tetapi dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk CSR. Tercermin dari yang dialami oleh masyarakat berupa kemiskinan dan pengangguran, dahulu pola kehidupan yang dikatakan sudah cukup kini menjadi tertinggal dikarenakan ada suatu gerakan ekonomi yang besar.
Oleh karena itu wujud timbal balik yang dilakukan perusahaan adalah suatu hal yang wajar atau bahkan bisa dikatakan tanggungjawab besar yang harus diemban oleh perusahaan. Pada dasarnya aktivitas social
(56)
yang dilakukan perusahaan bukan dilakukan tanpa pamrih, didalamnya terdapat kepentingan perusahaan yang melatar belakangi. Aktifitas social perusahaan kepada masyarakat diharapkan dapat mendongkrak citra perusahaan dan dalam jangka panjang dapat berpengaruh terhadap kelancaran bisnis perusahaan itu sendiri. Namun demikian, diluar kepentingan tersebut terdapat juga unsur etis yang dilakukan perusahaan yang berupaya memberikan timbal balik perusahaan kepada masyarakat, karena kondisi lingkungan tidak bisa dikembalikan sebagaimana asalnya, maka perusahaan harus membangun kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar operasi perusahaan. Perusahaan harus maju dan tumbuh bersama masyarakat sehingga keberadaan perusahaan harus memberikan manfaat dan menciptakan kesejahteraan.
4.5. Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) di Bank Mandiri Surabaya
Dalam rangka mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dan terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perjan, Perum, dan Persero, BUMN di wajibkan melakukan pembinaan terhadap usaha kecil sehingga menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Dengan berkembangnya usaha kecil yang di bina BUMN di harapkan dapat
(57)
memberikan efek berupa meningkatnya taraf hidup masyarakat serta mendorong tumbuhnya kemitraan antara BUMN dengan usaha kecil.
Adapun dana pembinaan yang di maksud bersumber dari penyisihan laba BUMN. Berdasarkan Undang-undang Nomor: 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, di samping melakukan pembinaan usaha kecil, BUMN dapat pula menyisihkan sebagian labanya untuk keperluan pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Kegiatan pembinaan usaha kecil dan masyarakat sekitar melalui penyisihan laba dilaksanakan BUMN melalui Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL).
Setiap BUMN yang melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan di sebut BUMN Pembina wajib membentuk unit organisasi yang khusus mengelola Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Unit organisasi ini ini di sebut unit PKBL. Unit PKBL merupakan bagian dari organisasi BUMN Pembina yang berada di bawah pengawasan seorang direksi.
Di samping membentuk unit yang khusus menangani Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, BUMN Pembina wajib melakukan pembukuan atas pelaksanaan program tersebut. Selama ini¸ pembukuan yang diselenggarakan pada beberapan unit PKBL masih menggunakan tata buku tunggal berbasis kas (Cash Basis Single Entry) terdapat beberapa BUMN Pembina yang belum memiliki kebiijakan
(58)
akuntansi atas pedoman akuntansi yang memadai sehingga praktek akuntansi antara satu unit PKBL dengan unit PKBL lainnya menjadi berbeda-beda sesuai dengan kebijakan masing-masing BUMN Pembina.
Sesuai dengan perkembangan kondisi dan tuntutan untuk meningkatkan akuntabilitas dan penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada suatu entitas ekonomi, basis pencatatan akuntansi diarahkan untuk menggunakan tata buku ganda berbasis akrual (Accrual Basis Double Entry). Memperhatikan kondisi yang berlaku di unit PKBL serta tuntutan untuk menerapkan GCG, maka sudah seharusnnya dalam pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan BUMN Pembina memiliki Pedoman Akuntansi guna mengakomodasi ketentuan-ketentuan penyusunan Laporan Keuangan yang sesuai dengan prinsip dan praktik akuntansi yang di terima secara umum di Indonesia, dalam hal ini Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) dan Peraturan-peraturan yang terkait dengan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan.
(59)
4.5.1. Struktur Organisasi PKBL
Unit PKBL di Bank Mandiri Surabaya dipimpin oleh seorang Kepala yang membawahi 2 Asisten Program Kemitraan, yaitu Asisten Program Kemitraan Supervisor (APKS) Sales & Admin, APKS Collection. Bagan struktur organisasinya dapat dilihat seperti dibawah ini:
Gambar 4.3: Struktur Organisasi PKBL
Sumber: MBDC (Micro Business District Center) Surabaya Officer PKS
Hery Purnomo
APKS Sales & Admin
Agus Susilo
APKS Collection A.M. Yusuf
(60)
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Implementasi Program CSR (Corporate Social Responsibility) dalam memberdayakan UKM
Program Bina Lingkungan (BL) yang menjadi dasar praktik derma social BUMN, merupakan kebijakan social BUMN yang menyatu dengan dukungan terhadap usaha kecil dan koperasi yang disebut dengan Program Kemitraan (PK). Kedua aspek tersebut, baik program BL maupun PK, terwadahi dalam satu ketentuan hukum yang sama yakni Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan usaha kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL) dan Surat Edaran Menteri BUMN Nomor: SE-433/MBU/2003 yang merupakan petunjuk pelaksanaan dari keputusan menteri tersebut. Selanjutnya karena KEP-236/MBU/2003 dipandang belum cukup memberikan landasan operasional bagi peningkatan Pelaksanaan Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan usaha kecildan Program Bina Lingkungan maka Menteri BUMN menetapkan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Bina Lingkungan dan SE-04/MBU.5/2007 sebagai petunjuk Pelaksanaan dari Peraturan Menteri tersebut. Sehingga dengan ditetapkannya peraturan
(61)
ini maka KEP-236/MBU/2003 dan ketentuan-ketentuan yang bertentangan dengan peraturan menteri dinyatakan tidak berlaku. Dalam Peraturan Menteri Nomor: PER-05/MBU/2007, penyelenggaraan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan diatur berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
a. Sumber dana berasal dari penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2%. [Ps.9(1)a dan 2(a)]
b. Besar dana ditetapkan melalui Rapat Umum Pemegang Saham untuk Persero dan oleh Menteri untuk Perum. [Ps.9(3)]
c. Dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang berasal dari penyisihan laba setelah pajak di setorkan ke rekening dana PKBL paling lambat 45 hari setelah penetapan. [Ps.9(5)]
d. Beban operasional Program Kemitraan dibiayai dari dana hasil jasa administrasi pinjaman dan bunga deposito [Ps.14(1)] dan besarnya sebesar jasa administrasi dan bunga deposito [Ps.14(2)]. Sedangkan beban operasional BL dibiayai dari dana program BL sebesar maksimal 5% [Ps.15] dan BUMN dilarang menggunakan dana PKBL untuk hal-hal diluar ketentuan yang diatur.
e. Pembukuan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dilaksanakan secara terpisah dari pembukuan BUMN induk. [Ps.9(6)] f. Setiap BUMN Pembina wajib menyusun laporan pelaksanaan PKBL
[Ps.21(1)]. Laporan pelaksanaan PKBL terdiri dari laporan Triwulanan dan laporan Tahunan [Ps.21(2)]. Laporan pelaksanaan
(62)
PKBL disampaikan secara terpisah dari laporan berkala dan laporan tahunan BUMN.
g. Direksi BUMN Pembina wajib menyampaikan laporan pelaksanaan PKBL kepada Menteri/Pemegang Saham, laporan triwulanan paling lambat 30 hari setelah berakhir triwulan [Ps.22(1a)] laporan tahunan termasuk laporan keuangan paling lambat 5 bulan setelah berakhirnya tahun anggaran [Ps.22(1b)]. Auditor yang memeriksa laporan keuangan pelaksanaan PKBL ditetapkan oleh Menteri untuk Perum dan RUPS untuk Persero. [Ps.23]
Sedangkan menurut SE-04/MBU.5/2007 yang merupakan pedoman akuntansi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sebagai petunjuk pelaksanaan dari Peraturan Menteri, BUMN Pembina wajib melakukan pembukuan atas pelaksanaan program PKBL. Pembukuan yang diselenggarakan pada beberapa unit PKBL masih menggunakan tata buku tunggal berbasis kas (cash basis single entry). Di samping itu, terdapat beberapa BUMN Pembina belum memiliki kebijakan akuntansi atau pedoman akuntansi yang memadai sehingga praktik akuntansi antara satu unit PKBL dengan unit PKBL lainnya menjadi berbeda-beda.
Penyelenggaraan program sosial pada rumsan kebijakan Bank Mandiri mengacu pada regulasi atau kebijakan dari Menteri baik yang tertuang dalam Peraturan Menteri Nomor: PER-05/MBU/2007 maupun petunjuk pelaksanaannya SE-04/MBU.5/2007. Sifat program dapat dikatakan imperative dan perusahaan hanya sebagai pelaksana kebijakan
(63)
semata. Sehingga tidak memerlukan ketentuan tambahan ditingkat perusahaan ataupun dalam rumusan kebijakan yang dibuat.
Dengan adanya perubahan regulasi yang merupakan unsur mandatory dari Menteri BUMN maka terjadi juga berbagai perubahan yang dilakukan di tubuh PKBL dari sebelum adanya Keputusan Menteri yang khusus mengatur tentang PKBL sampai muncul wadah berupa KEP-236/MBU/2003 yang kemudian di sempurnakan oleh PER-05/MBU/2007.
(64)
Gambaran sebelum adanya regulasi khusus yang mengatur PKBL dan sesudahnya sebagai berikut:
Tabel 5.1. Kebijakan Penerapan CSR
Sebelum Kepmen KEP-236/MBU/2003 PER-05/MBU/2007 1. Dana-dana sosial berasal dari biaya perusahaan yang dianggarkan tiap tahun melalui RKAP 2. Biaya operasional berasal dari anggaran perusahaan.
3. Belum ada aturan yang jelas tentang pelaksanaan kegiatan social BUMN, bentuk dan mekanisme pelaksanaan.
Dana sosial BUMN merupakan dana yang berasal dari penyishan laba perusahaan sebesar 1%-3%
Biaya operasional berasal maksimal 70% dari pendapatan jasa administrasi dan bunga deposito (PK). Untuk BL berasala maksimal 3%dari dana Program BL
Pelaksanaan kegiatan social terwadahi dalam Keputusan Menteri dan petunjuk pelaksanaannya
Dana bersumber dari penyisihan laba setelah
pajak maksimal sebesar 2%
Beban operasional berasal dari maksimal
sebesar jasa administrasi dan bunga
deposito (PK). Untuk BL berasal maksimal 5% dari dana BL
Penyempurnaan dari Keputusan Menteri yang dipandang belum cukup memberikan landasan operasional
Sumber: Kurniawan, Chandra dan Yuhertiana, Indrawati, 2009
Penerapan CSR Bank Mandiri ada 2 pendekatan melalui Program Kemitraan dan Program WM (Wirausaha Mandiri). Di Program Kemitraan, Bank Mandiri telah memberikan pinjaman kepada lebih dari 38.000 mitra binaan yang ingin mengembangkan usahanya. Dan dalam Program Bina
(65)
Lingkungannya Bank Mandiri akan memberikan pelatihan/pembinaan, pameran dan kunjungan kerja selama masih menjadi binaannya Bank Mandiri. Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Bank Mandiri menyelenggarakan pameran tersebut untuk meningkatkan pemasaran dan promosi mitra binaan. Pameran ini menjadi sarana yang mendukung sekaligus fasilitas untuk memperluas pangsa pasar, kegiatan ini bertujuan untuk memperlihatkan kepada masyarakat luas tentang prestasi dan reputasi Bank Mandiri sebagai perusahaan terbuka dan terkemuka, khususnya dalam membina dan mengembangkan mitra binaannya
Unit PKBL juga melakukan pensosialisasian untuk mengenalkan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan kepada masyarakat khususnya ke UKM.
Hal ini ditegaskan oleh pernyataan Bapak Wahyu selaku Business Development seperti di bawah ini:
“Program CSR Bank Mandiri dikenal dengan nama Program Kemitraan dan Bina Lingkungan khususnya untuk Program Kemitraan kita membangun mitra-mitra binaan Bank Mandiri yang merupakan sentra-sentra UKM yang ada di masyarakat sekitar. Program Kemitraan ini kita akan memberikan pinjaman dana untuk modal usaha. Sedangkan untuk Bina Lingkungannya kita tidak hanya memberikan dana tetapi kita akan memberikan pelatihan, pembinaan, dan kalo ada pameran mereka kita undang.”
(66)
Berdasarkan penelitian di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa pensosialisasian Program Kemitraan ke UKM memberikan pinjaman dengan bunga yang sedikit. Sedangkan Program Bina Lingkungan memberikan pelatihan, pembinaaan, dan pameran.
Selain melalui kegiatan Program Kemitraan, Unit PKBL telah memberikan pinjaman kepada mitra binaannya. Untuk Program Bina Lingkungannya unit PKBL memberikan pelatihan/pembinaan dan pameran untuk meningkatkan pemasaran dan promosi mitra binaan serta menigkatkan kecintaan dan kebanggaan masyarakat terhadap pengguna produk-produk dalam negeri. Unit PKBL telah melakukan pembinaan yang meliputi:
1. Pelatihan
- Pelatihan pembukuan sederhana dan Basic Mentality di Ruang Pertemuan Bank Mandiri Area Surabaya Gentengkali
- Pelatihan pembukuan sederhana dan Basic Mentality di Kanwil VIII, Jl.Basuki Rahmat No. 129-137 Surabaya
- Perijinan usaha, strategi pemasaran dan teknik pengemasan di Hotel Tanjung, Jl. Panglima Sudirman No. 43-45 Surabaya - Bagaimana memulai ekspor di Hotel Tanjung, Jl. Panglima
Sudirman No. 43-45 Surabaya
- Pelatihan pembukuan sederhana dan Basic Mentality di Kanwil VIII, Jl. Basuki Rahmat No. 129-137 Surabaya
(67)
- Edukasi nasabah mikro dan mitra binaan (pemberdayaan potensi dan wawasan kewirausahaan debitur mikro Bank Mandiri) di Hotel Novotel Surabaya
- Workshop wirausaha muda mandiri sekolah menengah kejuruan negeri Surabaya di Hotel Novotel Surabaya
- Sosialisasi pembiayaan program kemitraan bagi UKM binaan YDBA Astra/LPB Waru di Surabaya City Operation, Jl. Pahlawan No. 120 Surabaya
- Alignment/workshop “6 Step to a Better Business” di Hotel Novotel Surabaya
- Alignment/workshop bersama Action Coach & Bank Mandiri di Hotel Novotel Surabaya
- Pelatihan pembukuan sederhana dan Basic Mentality di Hotel Tanjung Lt2, Jl. Panglima Sudirman No. 43-45 Surabaya
- Pelatihan dan sosialisasi bagi petani jagung mitra binaan PT. Titan Multi Agro (20 kelompok atau 675 petani)00 di Bojonegoro
2. Pameran
- Pameran SME’s CO Festival ke 5 tahun 2007 di Convention Center Hall A-B Jakarta
- Pameran Nusantara Expo ’07 di Gedung Graha Wisata Jl. Slamet Riyadi Solo
(1)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
a. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai implementasi dan berdasarkan pembahasan serta data-data yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Bank Mandiri dalam melakukan aktifitas CSR mengacu pada regulasi yang lebih tinggi sesuai konteks kedudukan Bank Mandiri sebagai BUMN, regulasi tersebut adalah PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
b. Unit pelaksana kegiatan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di Bank Mandiri dilaksanakan oleh unit yang disebut MBDC (Micro Businesss District Center).
c. Penerapan CSR Bank Mandiri ada 2 pendekatan yaitu dari Program Kemitraan dan Program WM (Wirausaha Mandiri). Di Program Kemitraan, Bank Mandiri memberikan pinjaman kepada UKM yang ingin mengembangkan usahanya sedangkan untuk Program WM ditujukan untuk mahasiswa, alumni, dan pascasarjana yang ingin
(2)
d. Program WM ini bertujuan untuk membangun kemandirian bangsa, ingin menanamkan kepada masyarakat dan generasi muda. Program ini akan terus diperkaya dan dikembangkan guna menciptakan lebih banyak lagi wirausahawan muda mandiri yang tangguh. Dengan adanya Program CSR ini banyak UKM (Usaha Kecil Menengah) yang berhasil diantaran usaha Pak Halim “Oishi Donuts & Bakery” setelah menjadi binaan Bank Mandiri usahanya sukses karena usaha donatnya menjadi pemenang 1 Boga dengan kategori Alumni, dan usaha Ibu Elisabeth “Concordia” sebelum menjadi binaan Bank Mandiri usahnya kekurangan modal karena modalnya dari tabungan sendiri, setelah menjadi binaannya usaha Ibu Elizabeth tidak kekurangan modal dan kini usahanya diikutkan dalam pameran yang di Jatim Expo Surabaya. e. Peneliti juga menemukan kelemahan pada unit PKBL Bank Mandiri
dalam melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Kelemahan yaitu pada minimnya SDM yang ada dalam hal jumlah staf unit PKBL. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya tunggakan yang belum tertagih untuk unit PKBL terhadapa mitra binaan yang kurang bertanggungjawab sehingga terjadi tingkat kemacetan pengembalian pinjaman yang masih sangat tinggi sampai saat ini.
(3)
6.2. Saran
Untuk mencapai manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, maka dikemukakan saran:
1. Bagi lembaga pendidikan akuntansi, hendaknya di masukkan materi mengenai tanggungjawab sosial perusahaan agar mahasiswa bisa mempunyai persepsi/pemahaman seperti apa tanggungjawab sosial perusahaan itu sebenarnya. Selain itu juga, lebih banyak diberikan kesempatan kepada mahasiswa yang melakukan penelitian kualitatif agar mahasiswa tidak terpacu pada pemikiran bahwa akuntansi selalu identik dengan penelitian bersifat kuantitatif. Untuk itu, perlu lebih sering lagi mengadakan seminar-seminar tentang penelitian kualitatif dan diberikan peraturan yang baku.
2. Bagi perusahaan, hendaknya menambah SDM berkualitas yang lebih banyak agar tujuan serta sasaran dari Program Pemerintah tersebut
dapat tercapai. Selain itu, lebih memantau mitra binaan yang masih belum dapat melunasi pinjaman selama ini agar tingkat kemacetan pengembalian bisa lebih diminimumkan lagi, terutama bagi mitra binaan yang melakukan pinjaman di Bank Mandiri.
3. Bagi mitra binaan, hendaknya lebih bertanggungjawab lagi terhadap masalah pengangsuran pinjaman. Hal ini akan mempermudah mitra
(4)
4. Bagi penelitian selanjutnya, hendaknya memperluas lagi cakupan penelitian, tidak hanya pada unit PKBL Bank Mandiri saja bisa ke BUMN-BUMN lain yang berada di wilayah Jawa Timur. Selain itu, terdapat minat-minat untuk melakukan penelitian yang bersifat kualitatif, dimana masih sedikit sekali mahasiswa akuntansi yang berminat di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, Pedoman Penyusunan Usulan dan Skripsi, Jurusan Akuntansi, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
Anonim, 2010, CSR Bank Mandiri sangat tepat sasaran,
http://bataviase.co.id/detailberita-10568211.html
Ambadar, Jackie, 2008, Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Praktik di Indonesia, Elek Media Komputindo, Jakarta.
Belkaoui, Ahmed, 2000, Teori Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta.
Bogdan dan Taylor, 1993, Kualitatif Dasar-dasar Penelitian, Usaha Nasional, Surabaya.
Elkington, J. 1997, Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line Of 21st Century Bussiness, Capstone: Oxford.
Harahap, Syafri Sofyan, 2007, Teori Akuntansi, Rajagrafindo Persada, Jakarta. Ikhsan, Arfan, dan Muhammad Ishak, 2005, Akuntansi Keprilakuan, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
Irawan, Ronny. 2008, Corporate Social Responsibility: Tinjauan Menurut Peraturan Perpajakan di Indonesia. Makalah Seminar The 2nd National
Conference, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Kurniawan, Chandra, dan Yuhertiana, Indrawati, 2009, Studi Tentang
Penerapan dan Pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Semen Gresik (PERSERO), Tbk, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Masnila, Nelly, 2006, Corporate Social Responsibility: An Overview from Accounting Perspective, http:/google.com.
Mattew B. Milles dan A. Michael Huberman, 19 92. Analisis Data kualitatif,
Jakarta: UI-Press.
(6)
Maulana, Reza, 2009, Peranan Corporate Social Responsibility PT. Rekayasa Industri dalam rangka pengembangan masyarakat,
http://kolokiumkpmipb.wordpress.com/2009/04/22.
Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-03/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kemitraan Program
Bina Lingkungan.
Rodiah, Nur, 2010, Studi Tentang Penerapan Pencatatan Keuangan Bagi
Pelaku Usaha Kecil dan Menengah, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Siregar, Chairil N, 2007, Analisis Sosiologi Terhadap Implementasi Corporate Social Responsibility Pada Masyarakat Indonesia, http:/google.com
Segaranto, Hardi, 2010, Studi Tentang Penerapan dan Pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Pelabuhan Indonesia III (PERSERO), Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung.
Suharto, Edi, 2008, Corporate Social Responsibility:What is and Benefit for Corporate,http:CSR2008/[email protected].
Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Susiloadi, Priyanto, 2008, Implementasi Corporate Sosial Responsibility Untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan, Jurnal Administrasi Negara Vol. 4, No. 2, Oktober 2008: 123-130, http:/google.com.
SWA, Edisi 26/XXI/19 Desember 2005-11 Januari 2006.
Tambunan, DR.Tulus T.H, 2009, UMKM di Indonesia, Penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Wibisono, Yusuf, 2007, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, Fascho,
Publishing, Gresik.
Wicaksono A.P, Arif, 2010, Akuntabilitas Pelaporan dan Pengukuran
Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.