KINERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SRAGEN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN (P2FM)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
KINERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SRAGEN DALAM
PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN (P2FM) ( Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam Pengembangan
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) )
Skripsi
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Ilmu Sosial
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik OLEH :
ARIFIANA NINGSIH ISTI OKTAVIA D0107034
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
commit to user
ii
PERSETUJUAN
Judul Skripsi
” KINERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SRAGEN DALAM
PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN (P2FM) (KINERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SRAGEN DALAM
PENGEMBANGAN KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE))” Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi untuk dipertahankan dihadapan
Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 15 Juni 2011
Mengetahui Pembimbing Skripsi
Dra. Retno Suryawati, M.Si NIP. 19600106 198702 2 001
(3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari : Selasa
Tanggal : 19 Juli 2011
Panitia Penguji :
1. Dra. Sri Yuliani, M.Si ( )
NIP. 19630730 199003 2 002 Ketua Penguji
2. Drs. Ali, M.Si ( )
NIP. 19504830 198503 1 002 Sekretaris Penguji
3. Dra. Retno Suryawati, M.Si ( )
NIP. 19600106 198702 2 001
Penguji
Mengetahui, Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Prof. Drs. Pawito, Ph.D NIP. 1954 0805 1985 031 002
(4)
commit to user
iv
MOTTO
Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan, jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan, tetapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran.
(James Thunder)
Tak ada manusia yang terlahir sempurna, jangan kau sesali sgala yang telah terjadi. Kita pasti pernah dapatkan cobaan yang berat seakan hidup ini tak ada aertinya lagi. Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah tetap jalani hidup ini
melakukan yang terbaik ( Jangan menyerah by D’masiv)
Sesuatu tidak akan datang dengan sendirinya, terkadang kita perlu melakukan pengorbanan untuk bisa mendapatkan apa yang kita inginkan,
Maka terus berusaha dan berdoalah selagi kita mampu dan jangan menyerah pada keadaan yang mungkin kurang mendukungmu .
(5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Melalui karya kecilku ini aku persembahkan setulus hati kepada:
- Bapak & Ibu yang telah mendoakan anak-anaknya untuk menjadi orang yang sukses
- Adik-adikku,
- Teman- temanku yang selalu memberi warna di hidupku - Semua yang mengasihi dan kukasihi
(6)
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirohiim Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdullilahi rabbil’aalamiin, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pelaksanaan P2FM ( Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE) ”
Skripsi ini disusun dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat akademis untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan. Sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Retno Suryawati, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs, Suharsono, M.S selaku Pembimbing Akademis
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara atas ilmu yang
diberikan selama ini.
5. Bapak Eddy Indaryatno, BSc selaku Seksi Pemberdayaan Kesejahteraan
Sosial Masyarakat.yang telah bersedia membantu pengumpulan data.
6. Para anggota KUBE yang telah bersedia untuk memberikan informasi
7. Teman- teman baikku Tity, wulan, Lusy, Ike, Lia, Linda, Dwi ratna sari, farah.
8. Semua teman-teman angkatanku AN ’07.
(7)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini banyak kekurangan. Untuk itu penulis selalu terbuka untuk menerima masukan yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Meskipun demikian penulis berharap agar penelitian ini dapat dijadikan awal bagi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam dan dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, Juni 2011
(8)
commit to user
viii
ABSTRAK
Arifiana Ningsih Isti Oktavia, D0107034, Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011, Hal.
Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE karena perkembangan KUBE di Sragen masih rendah. Selain itu juga untuk mengetahui hambatan- hambatan yang dihadapi dalam pengembangan KUBE. Dalam mengukur kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen digunakan tiga indikator yaitu efektivitas, responsivitas dan akuntabilitas. Dengan ketiga indikator tersebut dapat diketahui sejauh mana kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif sehingga dapat menggambarkan kinerja Dinas Sosial kaitannya dengan pengembangan KUBE. Teknik penarikan sampel yang digunakan bersifat purposif sampling yaitu dengan memilih sampel yang dianggap tahu tentang seluk beluk masalah. Sumber data yang digunakan meliputi data primer yang diperoleh melalui proses wawancara dengan sumber data atau informan dan data sekunder yang yang berasal dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara wawancara dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan dengan menggunakan teknik trianggulasi data yaitu menguji data yang sejenis dari berbagai sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara umum kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE sudah cukup baik meskipun masih ada kekurangan. Hal ini dapat dilihat dari indikator efektivitas, upaya- upaya yang dilakukan oleh Dinas Sosial sudah cukup baik namun berdasarkan hasil perkembangannya, KUBE yang berkembang masih sedikit. Dilihat dari responsivitas Dinas Sosial dalam memenuhi aspirasi dan kebutuhan KUBE juga sudah cukup baik meskipun masih terdapat kekurangan yaitu dalam hal pemeliharaan kesehatan ternak, pihak Dinas Sosial belum mampu menyediakan mantri hewan. Lalu untuk Akuntabilitas Dinas Sosial kepada masyarakat maupun pemerintah juga sudah cukup baik. Tetapi dalam pelaksanaannya Dinas Sosial Kabupaten Sragen masih mengalami hambatan- hambatan sehingga realisasi target belum bisa dicapai oleh semua kelurahan. Hambatan- hambatan itu antara lain kurangnya SDM dan Dana, lalu rendahnya pendidikan anggota KUBE dan peran pendamping yang kurang optimal.
Oleh sebab itu masih diperlukan upaya dalam mengatasi dan menghadapi berbagai hambatan tersebut demi tercapainya tujuan program. Maka dari itu seorang pendamping harus dipilih dari seseorang yang paham tentang peternakan dan yang mau aktif. SDM dari Dinas Sosial yang mengurusi KUBE pun perlu ditambah. Selain itu dana yang digunakan untuk perkembangan KUBE juga perlu ditambah supaya perkembangan bisa optmal terlaksana.
(9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x .
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO... ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR GAMBAR... ... xi
DAFTAR TABEL... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... .. 1
B. Perumusan Masalah ... .. 11
C. Tujuan Penelitian... 11
D. Manfaat Penelitian... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja... ... 13
B. Pengembangan KUBE... 33
C. Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam Pengembangan KUBE... 36
D. Kerangka Pikir... 38
BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian ... .. 41
B. Lokasi Penelitian... 41
C. Teknik Penarikan Sampel ... .. 42
D. Sumber Data... ... .. 43
(10)
commit to user
xi
F. Validitas Data... ... . 46
G. Teknik Analisis... ... . 47
BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi ... 49
B. Pembahasan ... 67
1. Produktivitas... ... 68
2. Responsivitas... ... 86
3. Akuntabilitas... ... 103
4. Faktor Penghambat ………. 107
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 114
B. Saran ... 118
DAFTAR PUSTAKA REFERENSI LAIN LAMPIRAN
(11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 40 Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif……….. 48 Gambar 4.1 Bagan struktur organisasi Dinas Sosial Kabupaten Sragen……... 54 Gambar 4.2 Meknisme Penyaluran Bantuan Modal Usaha ………. 79
(12)
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Kecamatan, Jumlah KUBE, Jumlah KK FM penerima
P2FM, Jumlah KK FM Keseluruhan……….. 8
Tabel 1.2 Data Perkembangan KUBE Di Kecamatan Penerima Dana KUBE
di Kabupaten Sragen……… 9
Tabel 4.1 Jumlah Pegawai Dinas Sosial Kabupaten Sragen berdasarkan
Tingkat Pendididkannya... ... 66 Tabel 4.2 Matriks Kegiatan dan hasilnya ………. 82
Tabel 4.3 Perbandingan Target dan Realisasi Perkembangan KUBE masing-
masing Kelurahan tahun 2009... . 84 Tabel 4.4 Data Anggota KUBE berdasarkan tingkat Pendidikan di Kelurahan
Geneng... ... 112
(13)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1 BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan suatu masalah pembangunan kesejahteraan sosial yang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya yang ditandai oleh pengangguran, keterbelakangan dan ketidakberdayaan. Kemiskinan merupakan suatu persoalan yang sangat mendasar, karena disatu sisi hal ini menentukan tingkat perkembangan suatu masyarakat dan di sisi lain menjadi salah satu indikator tidak berhasilnya proses pembangunan. Oleh karena itu, kemiskinan yang terutama diderita oleh fakir miskin merupakan masalah yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial.
Di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pun telah dituliskan dengan jelas mengenai tujuan negara kita yang salah satunya adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur serta memajukan kesejahteraan umum dan untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu adanya suatu
pembangunan secara merata. Pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat Indonesia telah dilakukan sejak awal kemerdekaan. Misalnya, dibidang pendidikan, pemerintah melancarkan pemberantasan buta huruf di sekolah formal dan non formal kemudian dilanjutkan dengan
(14)
commit to user
dicanangkan wajib belajar 9 tahun pada era pak Soeharto. Dibidang kesehatan, pemerintah meluncurkan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia dan memperkenalkan sistem santunan sosial, Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat di tingkat kecamatan (Puskesmas), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di setiap desa yang merupakan suatu program untuk mengurangi tingkat kemiskinan keluarga. (www.yobeldki.com)
Dalam rangka menanggulangi masalah kemiskinan, pemerintah meluncurkan berbagai Instruksi Presiden (Inpres), seperti Inpres Kesehatan, Inpres Perhubungan, Inpres pasar, Inpres Desa Tertinggal (IDT) dan seterusnya. Dapat dicatat juga program-program perberdayaan lainnya seperti Program Pembinaan dan Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), Program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT), Jaring Pengaman Sosial (JPS), Program Pemberian Beras Mskin (Raskin), Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan sebagainya. (www.yobeldki.com)
Berbagai upaya penanggulangan kemiskinan telah dilakukan pemerintah dan dana yang telah dikeluarkan pemerintah untuk pelaksanaan program- program tersebut telah mencapai puluhan triliun rupiah. Untuk tahun 2005, alokasi dana untuk penanggulangan kemiskinan mencapai 23 Triliun. Pada tahun 2009 meningkat menjadi 66,2 Triliun, sedangkan pada tahun 2010
(15)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
alokasi dananya meningkat lagi menjadi sekitar 80
Triliun.(economy.okezone.com)
Namun, dengan jumlah alokasi dana yang besar itu belum mampu mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia secara maksimal. Penurunan tingkat kemiskinan dari tahun ke tahun hanya sekitar 1 % saja. Menurut data dari BPS yang dihitung setiap bulan maret, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 37,17 juta jiwa atau 16,58 % dari jumlah penduduk di Indonesia seluruhnya. Pada tahun 2008, jumlah penduduk miskin sebanyak 34,96 juta jiwa atau 15,42 % drai jumlah penduduk di Indonesia seluruhnya. Sedangkan pada tahun 2009 sebanyak 32,53 juta jiwa atau 14,15 % dari jumlah penduduk di Indonesia seluruhnya. (www.bps.go.id)
Kegagalan Pemerintah untuk memaksimalkan upaya dalam memerangi masalah kemiskinan kiranya bersumber dari cara pemahaman yang salah dari penanggulangan kemiskinan yang selalu ditekankan pada permasalahan ekonomi semata. Pada kenyataannya penanganan masalah kemiskinan tidak bisa dilakukan secara sepihak yaitu pada masalah ekonomi saja melainkan haruslah memperhatikan masalah-masalah lain. Masalah- masalah lain yang perlu diperhatikan dalam penanganan kemiskinan itu seperti ketersediaan sarana fisik, sumber daya alam yang menunjang, budaya masyarakat, kemampuan manajerial serta sikap dan perilaku masyarakat juga perlu diperhatikan dan dilaksanakan secara bersamaan agar kebijakan yang
(16)
commit to user
dibuat Pemerintah dapat ditekankan pada akar penyebab kemiskinan itu sendiri.
Kebijakan/ Program pengentasan kemiskinan yang berorientasi pada aspek ekonomi seperti Program Bantua Langsung Tunai (BLT) dan Program Pemberian Beras Miskin (Raskin) menjadikan masyarakat miskin menjadi ketergantungan terhadap bantuan Pemerintah dan menjadi kurang mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupya. Salah satu strategi pembangunan guna meningkatkan sumber daya manusia dan mengentaskan penduduk miskin, Pemerintah mencanangkan Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) yang merupakan tindak lanjut dari Program Penaggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) yang berorientasi pada pemberdayaan, pelembagaan dan kemandirian pembangunan. Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) ini diselenggarakan pada tahun 2004.
Landasan Hukum Pelaksanaan P2FM adalah Surat Keputusan Menteri Sosial Nomor 84/HUK/1997 Tentang Pelaksanaan Pemberian Bantuan Fakir Miskin. Selain itu Landasan Hukum lainnya adalah Surat Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Tengah Nomor 466/218 tanggal 15 Maret 2007 periahal Pemberdayaan Fakir Miskin Melalui KUBE.
Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) merupakan program untuk meningkatkan kapasitas para Keluarga Binaan Sosial (KBS) agar mereka memiliki kemempuan dan kepercayaan diri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Program ini mengupayakan kemandirian dan
(17)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
kesejahteraan Fakir Miskin . Mandiri berarti mampu mengorganisasikan diri untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada disekitarnya dan mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah yang dihadapinya khususnya masalah kemiskinan. Para Keluarga Binaan Sosial (KBS) diberikan dana amanah yang dalam pelaksanaan P2FM diposisikan sebagai dana stimulan untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku masyarakat agar dapat sejahtera. Dana stimulan yang dikelola KBS kemudian akan digulirkan ke KBS lainnya yang belum terkena program ini. (www.banjar-jabar.go.id)
Dalam Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) yang sasarannya para fakir miskin atau Keluarga miskin mempunyai tujuan untuk mengupayakan agar mereka mampu memperbaiki taraf kesejahteraan sosialnya sehingga dapat hidup layak tanpa ketergantungan pada pihak/ orang lain dan akhirnya akan mampu berperan dalam proses pembangunan. Sebagai salah satu upaya untuk memperlancar pelaksanaan P2FM itu melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah suatu kelompok Keluarga Binaan Sosial (KBS) yang terdiri dari 10 orang yang atas bimbingan dan kesadaran bersama berupaya meningkatkan kesejahteraannya dengan diberi tanggung jawab untuk mengelola Stimulan Ekonomis Produktif yang merupakan wahana untuk meningkatkan kesejahteraan masing-masing anggota dengan aturan mengembangkan dan menggulirkan stimulan tersebut
(18)
commit to user
kepada warga lainnya sebagai wujud rasa kesadaran tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial. (Buku Petunjuk Praktis Pengelolaan KUBE, 1: 2003)
Tujuan utama pelaksanaan KUBE adalah :
1. Meningakatkan taraf kesejahteraan fakir miskin dari segala kondisi keterbatasannya secara bersama-sama.
2. Meningkatkan pendapatan anggota KUBE fakir miskin melalui usaha yang
mandiri.
3. Meningkatkan kemampuan KUBE fakir miskin dalam mengakses berbagai
pelayanan sosial dasar dan pasar perbankan untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya.
4. Peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial diantara para anggota KUBE dan dengan masyarakat sekitar.
(Buku Petunjuk Teknis P2FM melalui KUBE, 2008:2)
Pemberian bantuan melalui KUBE dalam P2FM sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. Dengan memberikan dana untuk kegiatan ekonomi produktif yang disalurkan langsung kepada masyarakat sangat bermanfaat untuk mengatasi ketergantungan pada bantuan tunai saja. Dengan modal yang diberikan melalui P2FM, masyarakat dilatih untuk belajar mengelola bantuan dan memanfaatkannya untuk kegiatan usaha yang terus menerus sehingga masyarakat dapat memiliki pekerjaan dan penghasilannya sendiri. Dengan bantuan modal yang diberikan, KUBE diharapkan bisa mandiri dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
(19)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Salah satu kabupaten yang melaksanakan Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) adalah Kabupaten Sragen. Berdasarkan data rekapitulasi data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kabupaten Sragen tahun 2009 bahwa jumlah Kepala Keluarga Fakir Miskin masih cukup besar yaitu 61.003 KK atau 24,67 % dari jumlah penduduk Sragen menurut BPS yang berjumlah 247.230 KK (856.483 jiwa) . Dengan jumlah kepala keluarga fakir miskin di Kabupaten Sragen yang masih cukup besar , maka ini masih menjadi masalah utama yang harus segera dipecahkan oleh Pemerintah Kabupaten Sragen. Sehubungan dengan hal tersebut Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) khususnya KUBE diharapkan dapat menekan populasi kemiskinan di Kabupaten Sragen.
Bentuk kegiatan KUBE ini berbentuk usaha pemeliharaan ternak. Pemeliharaan ternak itu berupa ternak kambing atau ternak sapi. Pelaksanaan KUBE di Kabupaten Sragen dilaksanakan di empat kecamatan yang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
(20)
commit to user
Tabel 1.1
Data Kecamatan, Jumlah KUBE, Jumlah KK FM Penerima Bantuan P2FM, Jumlah KK FM keseluruhan
No Kecamatan Jumlah
KUBE
Jml KK Penerima
Program
Jml KK FM keseluruhan
1 Tanon 20 200 3.831
2 Miri 20 200 2.956
3 Gesi 20 200 1.356
4 Karang Malang 10 100 3.021
Jumlah 70 700 11.173
Sumber: Data Perkembangan KUBE FM dan Rekapitulasi PMKS Kab.Sragen thn 2009
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah KK miskin penerima bantuan di 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Tanon, Miri, Gesi, dan Karang Malang masih belum sepenuhnya menerima bantuan. Didalam tabel yang mendapat bantuan hanya 6,3 % saja dari jumlah keseluruhan fakir miskin di 4 Kecamatan tersebut. Rata- rata setiap kecamatan yang menerima bantuan hanya 200 KK saja kecuali Karang Malang yaitu 100 KK.
Pelaksanaan KUBE di Kabupaten Sragen dimulai dari tahun 2007 dan itupun masih 2 kecamatan saja yaitu Tanon dan Miri, sedangkan untuk kecamatan Gesi dan Karang Malang dimulai pada tahun 2008. Perkembangan KUBE dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
(21)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Tabel 1.2
Data Perkembangan KUBE Di Kecamatan Penerima Dana KUBE di Kabupaten Sragen
No Kecamatan Desa/
kelurahan Jml KUBE Thn dibentuk Jenis Usaha Keterangan Perkembangan KUBE
Maju Stagnan
(tetap) Gagal
1 Tanon
Gading 10 2007 Ternak - 10 -
Karang Talun
10
2007
Ternak 3 7 -
2 Miri
Jeruk 10 2007 Ternak 2 8 -
Geneng 10 2007 Ternak - 10 -
3 Gesi
Gesi 10 2008 Ternak - 10 -
Poleng
10 2008 Ternak 1 9 -
4 Karang
Malang
Mojorejo 10 2008 Ternak 1 9 -
Jumlah 70 7 63
Sumber: Data Perkembangan KUBE FM tahun 2009 di Kab. Sragen
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari 70 KUBE yang ada di Kabupaten Sragen hingga tahun 2009 yang masih dalam kategori “maju” hanya terdapat 7 KUBE saja. Untuk 63 KUBE yang lainnya masuk dalam kategori “stagnan (tetap)”, dalam artian tidak ada penambahan jumlah ternak dari awal dibentuk sampai tahun 2009. Sehubungan dengan tabel 1.2, jumlah
(22)
commit to user
KUBE yang mengalami kemajuan hanya 10 % dari jumlah KUBE seluruhnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perkembangan KUBE di Kabupaten Sragen masih kurang maksimal yang ditandai dengan masih sedikitnya KUBE yang mengalami perkembangan.
Dalam pelaksanaan P2FM khususnya KUBE Dinas Sosial Kabupaten Sragen mempunyai tugas seperti melakukan Seleksi Keluarga Binaan Sosial (KBS) penerima KUBE, seleksi pendamping, Sosialisasi program, pemberian stimulan Bantuan Modal Usaha. Sedangkan setelah KUBE terbentuk Dinas Sosial berperan sebagai pembina KBS sasaran penerima KUBE yang dibantu oleh pendamping dan Kepala Desa atau Kelurahan setempat. Selain itu, Dinas Sosial juga mempunyai peran untuk melakukan Evaluasi. (Buku Petunjuk Teknis P2FM melalui KUBE, 4-11:2008)
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti ingin meneliti tentang sejauh mana kinerja yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) khususnya Kinerja Dinas Sosial dalam pengembangan KUBE. Dengan demikian, melalui penelitian ini diharapkan nantinya akan memperoleh gambaran mengenai Kinerja Dinas Sosial dalam pengembangan KUBE khususnya diwilayah Kabupaten Sragen.
(23)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah disampaikan maka perumusan masalahnya adalah:
“Bagaimana Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pelaksanaan P2FM khususnya dalam pengembangan KUBE di Kabupaten Sragen ? “
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai penulis, antara lain :
1. Tujuan Operasional
a. Untuk mengetahui kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan Fakir Miskim (P2FM) khususnya dalam pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
b. Untuk mengetahui hambatan- hambatan yang dihadapi Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
2. Tujuan Fungsional
Untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah (skripsi) sarjana (S-1) Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
(24)
commit to user D. Manfaat Penelitian
Dalam sebuah penelitian diharapkan akan menghasilkan manfaat yang dapat dirasakan, baik oleh penulis maupun orang lain. Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini, antara lain :
1. Memberikan gambaran mengenai Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen
dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) khususnya dalam pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di wilayah Sragen.
2. Merupakan informasi untuk kepentingan penelitian lanjutan tentang Kinerja birokrasi yang menyangkut perkembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Kabupaten Sragen.
(25)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13 BAB II
LANDASAN TEORI A. Kinerja
1. Pengertian kinerja
Istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang sering diartikan diartikan oleh para cendikiawan sebagai “penampilan”, “unjuk kerja”, atau “prestasi’. Sedangkan dalam kamus Illustrated Oxford Dictionary (1998; 606), istilah ini menunjukkan “the execution or fulfillment of a duty” (pelaksanaan atau pencapaian dari suatu tugas), atau
a person’s achievement under test conditions e13tc. (pencapaian hasil dari seseorang ketika diuji, dsb). (Keban, 2004:192)
Menurut Otley dalam Mahmudi (2005: 6), kinerja mengacu pada sesuatu yang terkait dengan kegiatan melakukan pekerjaan yang meliputi hasil yang dicapai kerja tersebut. Menurut Rogers dalam Mahmudi (2005:6), mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja itu sendiri (outcomes of work), karena hasil kerja memberi keterkaitan yang kuat terhadap tujuan-tujuan strategik organisasi, kepuasan pelanggan, dan kontribusi ekonomi.
Bernardin dan Russel dalam Keban (2004: 192) mendefinisikan kinerja sebagai ‘’.... the record of outcomes produced on a specified job function or activity during specified time period....’’ dalam definisi ini, aspek yang ditekankan oleh kedua pengarang tersebut adalah catatan
(26)
commit to user
tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu. Sedangkan Widodo (2008: 78-79) menyebutkan bahwa kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi organisasi.
Widodo (2008: 79) menyatakan bahwa pada hakikatnya kinerja berkaitan dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam menjalankan apa yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang telah diberikan kepadanya. Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan.
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan kinerja atau performance merupakan capaian/hasil kerja dari suatu organisasi atau instansi dalam jangka waktu tertentu. Yang dinilai dari kinerja ini adalah sejauh mana organisasi atau instansi melaksanakan tugasnya sesuai dengan target/sasaran yang telah ditentukan sebelumnya atau kesesuaian pelaksanaan tugas dengan visi misi yang diemban oleh organisasi atau instansi tersebut.
(27)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja merupakan suatu hal yang banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanannya. Menurut Mahmudi (2005:20), Kinerja merupakan suatu konstruk multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah:
a. Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, ketrampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.
b. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan,
semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer terhadap team leader.
c. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan satu tim, kepercayaan terhadap sesame anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.
d. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, dan kultur kerja dalam organisasi. e. Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan
lingkungan eksternal dan internal.
Yuwono dkk dalam Tangkilisan (2007: 180) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi kinerja suatu organisasi meliputi upaya manajemen dalam menerjemahkan dan menyelaraskan
(28)
commit to user
tujuan organisasi, budaya organisasi, kualitas sumber daya manusia yang dimiliki organisasi dan kepemimpinan yang efektif.
Mengenai gaya kepemimpinan, Andre A. de Wall dalam jurnal “Performance Performance-driven behavior as the key to improved organizational performance, vol 14. No 1. 2010.” (2010: 83) menyatakan bahwa:
“A manager with an effective style is able to explicitly steer on results while simultaneously giving support to employees to help them in obtaining the desired results. Steering entails making clear agreements, monitoring, discussing progress issues and calling upon the own responsibility of employees. Support asks for a coaching management style which is aimed at enlarging people’s insight into their possibilities for influencing their own results and at stimulating their feelings of responsibility. When the management style is restricted to only steering, a directive style without much regard for the importance of individual responsibility will be the result. However, when the management style is limited to only supporting and coaching, decreased commitment and disorientation will be the result. The combination ofresult-oriented steering and coaching equals the style of result-oriented coaching.”
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa manajer dengan cara yang efektif sangat berperan dalam mengendalikan dan memberi dukungan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Ada dua gaya manajemen, yaitu gaya manajemen yang menekankan pada hasil (result oriented steering) dan gaya manajemen pembinaan (coaching) yang berorientasi pada pembinaan dan memberikan kebebasan pada karyawan. Ketika manajer hanya berorientasi pada gaya manajemen yang menekankan pada hasil, maka akan tanggung jawab individual akan sedikit diperhatikan. Apabila manajemen hanya berorientasi pada gaya
(29)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
manajemen pembinaan, maka akan mengurangi komitmen dan disorientasi. Karena itu keduanya harus berjalan secara seimbang.
Ruky dalam Tangkilisan (2007 : 180) mengidentifikasikan faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut :
a. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi. Semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut.
b. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi.
c. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan, dan kebersihan.
d. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan.
e. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota
organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi. f. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi,
imbalan, promosi, dan lain-lain.
Sedangkan Soesilo dalam Tangkilisan (2007 : 180-181) mengemukakan bahwa kinerja suatu organisasi birokrasi di masa depan dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
a. Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi yang menjalankan aktivitas organisasi.
(30)
commit to user
b. Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi.
c. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas karyawan untuk bekerja dan berkarya secara optimal.
d. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan
data base untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi.
e. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan
penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap aktivitas organisasi.
Atmosoeprapto dalam Tangkilisan (2007: 181-182)
mengemukakan bahwa kinerja suatu organisasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal berikut ini :
a. Faktor eksternal yang terdiri dari :
1) Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan kekuasaan Negara yang berpengaruh pada keamanan dan ketertiban, yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi untuk berkarya secara maksimal.
2) Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang
berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai suatu system ekonomi yang lebih besar.
3) Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di tengah masyarakat, yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos kerja yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi.
(31)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b. Faktor internal yang terdiri dari :
1) Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin diproduksi oleh suatu organisasi.
2) Struktur organisasi, sebagai desain antara fungsi yang akan dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada. 3) Sumber daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota
organisasi sebagai penggerak jalanya organisasi secara
keseluruhan.
4) Budaya organisasi, yaitu gaya identitas suatu organisasi dalam pola kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan.
Kedua faktor ini adalah berbagai hal yang ada di dalam maupun diluar organisasi yang akan selalu dihadapi oleh organisasi atau instansi dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
3. Penilaian Kinerja
Chandler dan Plano dalam Keban (2004: 195) penilaian kinerja adalah “…an evaluation of an employee’s progress or lack of progress measured in terms of job effectiveness….”. batasan ini lebih menekankan evaluasi kemajuan atau kegagalan dari seorang pegawai. Sedangkan Bernadin dan Russel dalam Keban (2004 : 195 ) mendefinisikan penilaian kinerja itu sebagai “… a way of measuring the contributions of individuals to their organization…”. Yang ditekankan dalam batasan ini adalah cara mengukur kontribusi yang diberikan oleh setiap individu bagi
(32)
commit to user
organisasinya. Dan tujuannya adalah memberikan insentif atau desentif kepada hasil kerja yang dicapai masa lampau, dan memberi motivasi terhadap perbaikan kinerja dimasa mendatang.
Menurut Widodo (2008: 95), pengukuran kinerja merupakan aktivitas menilai kinerja yang dicapai oleh organisasi, dalam melaksanakan kegiatan berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Dengan pengukuran kinerja maka dapt dilihat tingkat keberhasilan dan kegagalan dari suatu organisasi dalam melaksanakan kebijakan, program dan kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam rencana strategis.
Menurut Mahmudi (2005: 14) tujuan dilakukan penilaian kinerja di sektor publik adalah :
a. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi
b. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai
c. Memperbaiki kinerja periode berikutnya
d. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan
keputusan pemberian reward and punishment
e. Memotivasi pegawai
f. Menciptakan akuntabilitas publik
Pengukuran kinerja mempunyai beberapa manfaat. Simon dalam Mahsun (2009 : 26) menyebutkan bahwa pengukuran kinerja membantu manajer dalam memonitor implementasi stategi bisnis dengan cara
(33)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
membandingkan antara hasil aktual dengan sasaran dan tujuan strategis. Dari manfaat ini dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
Pengukuran kinerja menjadi suatu keharusan bagi setiap unit organisasi instansi pemerintah, karena:
a. Jika kinerja tidak diukur, maka tidak mudah membedakan antara keberhasilan dan kegagalan.
b. Jika suatu keberhasilan tidak diidentifikasi, maka kita tidak dapat menghargainya.
c. Jika keberhasilan tidak dihargai, kemungkinan besar malahan
menghargai kegagalan.
d. Jika tidak mengenali keberhasilan, berarti juga tidak akan bisa belajar dari kegagalan.
(Widodo 2008:94)
Dari berbagai hal diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja mempunyai peran yang penting dalam pengembangan kapasitas organisasi, mengukur tingkat keberhasilan program dan penentuan strategi selanjutnya dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi atau instansi. Selain itu tanpa adanya pengukuran kinerja, maka tidak akan diketahui
(34)
commit to user
mana yang harus dihargai serta dipertahankan dan mana yang harus diperbaiki oleh organisasi atau instansi tersebut.
Menurut Widodo (2008: 95) pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan cara:
a. Membandingkan antara rencana dengan realisasi
b. Realisasi tahun ini dengan tahun lalu
c. Membandingkan organisasi lain yang sejenis
d. Membandingkan antara realisasi dengan standarnya
Dalam menilai suatu kinerja, ada berbagai faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil suatu penilaian kinerja. Menurut Decotiit dan Petit dalam Keban (2004: 201), mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang menentukan efektivitas suatu penilaian kinerja, yaitu:
a. Relevansi dari kriteria kinerja yang dipilih
b. Kemampuan penilai dalam mengevaluasi kinerja pihak yang dinilai secara benar
c. Motif penilai dalam mengevaluasi secara tepat.
d. Penerimaan pihak yang dinilai terhadap proses penilaian
Menurut Siagian yang dikutip oleh Keban (2004: 197), sistem penilaian kinerja yang baik akan sangat bermanfaat untuk berbagai kepentingan, seperti mendorong peningkatan prestasi kerja, bahan pengambilan keputusan dalam pemberian imbalan, kepentingan mutasi pegawai, penyusunan program pendidikan dan pelatihan, dan membantu pegawai dalam menentukan rencana kariernya.
(35)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Sistem pengukuran kinerja organisasi yang baik juga sangat diperlukan karena merupakan suatu kerangka dasar untuk akuntabilitas dan pengambilan keputusan dengan unsur-unsur utamanya yaitu:
a. Perencanaan dan penetapan tujuan
b. Pengembangan cara pengukuran yang sesuai (relevan)
c. Perencanaan dan penetapan tujuan
d. Pengembangan cara pengukuran yang sesuai (relevan)
e. Pelaporan hasil secara formal
f. Pemanfaatan informasi
(widodo 2008:95)
Karena sebagai kerangka dasar inilah, sistem pengukuran kinerja hendaknya dibuat sebaik dan seefektif mungkin untuk mencapai pengukuran kinerja yang akurat demi tercapainya tujuan pengukuran kinerja organisasi.
4. Indikator Kinerja
Dalam mengukur kinerja suatu instansi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, tentunya diperlukan indikator sebagai alat ukur untuk mengetahui seberapa jauh pencapaian kerja organisasi tersebut, apakah sudah sesuai dengan standar indikator tersebut atau tidak.
Indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan (Widodo 2008:97).
(36)
commit to user
Indikator kinerja sebagai alat untuk mengukur kinerja hendaknya perlu mempertimbangkan berbagai hal dalam penyusunannya. Menurut Mahmudi (2005: 91), indikator yang dikembangkan hendaknya memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Sederhana dan mudah dipahami
b. Dapat diukur
c. Dapat dikuantifikasikan
d. Dikaitkan dengan standar atau target kinerja
e. Berfokus pada customer service, kualitas, dan efisiensi f. Dikaji secara teratur
Menurut Mahmudi (2005: 91-94), penentuan indikator kinerja juga perlu mempertimbangkan komponen berikut:
a. Biaya pelayanan
Indikator biaya merupakan elemen penting untuk mengukur ekonomi dan efisiensi. Manfaat indikator biaya adalah untuk menilai kelayakan tariff pelayanan dengan tingkat pelayanan yang diberikan serta untuk melakukan analisis keuangan.
b. Tingkat pemanfaatan
Indikator tingkat pemanfaatan (utilisasi) diperlukan untuk mengetahui ada atau tidaknya kapasitas yang menganggur (idle capacity) atas sumber daya yang dimiliki organisasi. Tingkat utilisasi dapat diketahui
(37)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dengan cara membandingkan tingkat pemanfaatan dengan kapasitas yang tersedia.
c. Kualitas dan standar pelayanan
Indikator kualitas pelayanan ini misalnya kecepatan pelayanan, ketepatan waktu, kecepatan respon, keramahan, kenyamanan, kenyamanan, kebersihan, keamanan, keindahan, etika dan sebagainya. Standar pelayanan terkait dengan tingkat pelayanan minimal yang harus diberikan.
d. Cakupan pelayanan
Indikator cakupan pelayan diperlukan uuntuk mengetahui tingkat penyediaan pelayanan yang diberikan (supply) dengan permintaan pelayanan yang dibutuhkan (demand). Pembuatan indikator pelayanan penting untuk perencanaan mengenai peningkatan kapasitas pelayanan, alternatif pelayanan atau substitusi pelayanan.
e. Kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan merupakan salah satu bentuk hasil suatu pelayanan publik. Kepuasan pelanggan dapat dikategorikan sebagai tujuan tingkat tinggi dalam suatu system pengukuran kinerja. Oleh karena itu, pembuatan indikator kinerja harus memasukkan indikator kepuasan pelanggan.
(38)
commit to user
Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005:179- 182) menjelaskan bahwa untuk mengukur kinerja harus dipergunakan dua jenis ukuran, yaitu ukuran yang berorientasi pada proses dan ukuran yang berorientasi pada hasil. Adapun ukuran atau indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut:
a. Indikator kinerja yang berorientasi pada Hasil, yamg meliputi:
1) Evektivitas
Efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi. Akan tetapi pencapaian tujuan ini harus mengacu pada visi organisasi.
2) Produktivitas
Produktivitas adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah untuk menghasilkan keluaran yang dibutuhkan oleh masyarakat
3) Efisiensi
Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara keluaran dan masukan. Idealnya Pemerintah harus dapat menyelenggarakan suatu jenis pelayanan tertentu dengan masukan (biaya dan waktu) yang sedikit mungkin. Dengan demikian, kinerja Pemerintah Daerah akan menjadi semakin tinggi apabila tujuan-tujuan yang
(39)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
telah ditetapkan dapat dicapai dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan dengan biaya yang semurah-murahnya.
4) Kepuasan
Kepuasan artinya seberapa jauh Pemerintah Daerah dapat memenuhi kebutuhan karyawan dan masyarakat.
5) Keadilan
Keadilan yang merata, artinya cakupan atau jangkauan kegiatan pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diperlakukan secara adil.
b. Indikator kinerja yang berorientasi pada proses, yang meliputi:
1) Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan provider untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat dapat dikatakan bahwa responsivitas ini mengukur daya tanggap provider terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan customers.
(40)
commit to user
2) Responsibilitas
Responsibilitas adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pemerintahan dengan hokum atau peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan.
3) Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggara pemerintahan dengan ukuran- ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh stakeholders, seperti nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.
4) Keadaptasian
Adalah ukuran yang menunjukkan daya tanggap organisasi terhadap tuntutan perubahan yang terjadi di lingkungannya.
5) Kelangsungan hidup
Artinya seberapa jauh Pemerintah Daerah atau program dapat menunjukkan kemampuan untuk terus berkembang dan bertahan hidup dalam berkompetisi dengan daerah atau program lain.
6) Keterbukaan/transparasi
Keterbukaaan atau transparasi adalah bahwa prosedur/tata cara, penyelenggaraan pemerintahan dan hal-hal lain yang berkaitan
(41)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dengan proses pelayanan umum, wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.
7) Empati
Adalah perlakuan atau perhatian Pemerintah Daerah atau penyelenggara jasa pelayanan atau peoviders terhadap isu-isu actual yang sedang berkembang dalam masyarakat.
Menurut Mithat Zeydan dan Cu¨ neyt C¸ olpan dalam International Journal of Production Research Vol. 47, No. 15, 1 August 2009 hal 4327– 4349 (dalam www.informaworld.com) disebutkan bahwa:
“The choice of performance indicators has a major impact on the operation of any organization and the direction it takes for the future. Thus, knowledge of the factors which drive the behaviour of the organisation and influence its performance becomes crucial (Audit Commission for Local Authorities 2000). The performance indicators could be, in general, considered as measures of efficiency and effectiveness. It is worth expanding here on these two words which sound similar but are often used interchange ably albeit mistakenly. Effectiveness is a measure of obtaining desired results such as the right product with expected quality. Efficiency is defined as the ratio of output to input as in data envelopment analysis (DEA) (Meredith 1992, Vonderembse and White 1995). In other words, effectiveness is doing the right things, and efficiency is doing things right (Chase and Aquilano 1992)”
(42)
commit to user
(Pemilihan indikator kinerja memiliki pengaruh besar terhadap pengoperasian setiap organisasi dan arah yang diperlukan untuk masa depan. Dengan demikian, pengetahuan tentang faktor-faktor yang mendorong perilaku organisasi dan mempengaruhi kinerja perusahaan menjadi sangat penting (Komisi Audit Pemerintah Daerah 2000). Indikator kinerja dapat, secara umum, dianggap sebagai ukuran efisiensi dan efektifitas. Perlu memperluas dua kata yang terdengar serupa tetapi sering digunakan dengan kemampuan pertukaran meskipun keliru. Efektivitas adalah ukuran untuk mendapatkan hasil yang diinginkan seperti produk yang tepat dengan kualitas yang diharapkan. Efisiensi didefinisikan sebagai rasio output terhadap input seperti dalam balutan analisis data (DEA) (Meredith 1992, Vonderembse dan White 1995). Dengan kata lain, efektivitas adalah melakukan hal yang benar, dan efisiensi adalah melakukan hal yang benar (Chase dan Aquilano 1992) "
Agus Dwiyanto (2008: 49-51) mengemukakan bahwa penilaian kinerja birokrasi publik tidak cukup hanya menggunakan indikator-indikator yang melekat pada birokrasi itu, seperti efisiensi dan efektivitas, tetapi harus dilihat juga dari indikator-indikator yang melekat pada penggunan jasa, seperti kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas, responsivitas. Untuk itu Agus Dwiyanto mengemukakan lima indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik, yaitu:
(43)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
a. Produktivitas
Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output.
b. Kualitas layanan
Dengan menggunakan indikator ini, informasi mengenai kepuasan masyarakat seringkali tersedia secara mudah dan murah. Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan sering kali dapat diperoleh dari media massa atau diskusi publik.
c. Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
d. Responsibilitas
Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan
organisasi itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang baik dan benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi.
(44)
commit to user
e. Akuntabilitas
Konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak.
Menurut Widodo (2008: 91-92) terdapat lima indikator kinerja yaitu masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefits), dan dampak (impacts). Indikator masukan merupakan suatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan program berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator keluaran merupakan segala sesuatu berupa produk sebagai hasil langsung pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan. Indikator hasil merupakan suatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Merupakan seberapa jauh setiap produk/jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Indikator manfaat merupakan kegunaan suatu keluaran yang dirasakan langsungoleh masyarakat, dapat berupa fasilitas yang dapat diakses oleh publik. Indikator dampak merupakan ukuran tingkat pengaruh social, ekonomi, lingkungan, atau kepentingan umum lain yang dimulai oleh capaian kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan.
(45)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Sehubungan dengan penelitian kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ada beberapa indikator yang dapat digunakan antara lain Efektivitas, Responsivitas dan Akuntabilitas. Alasan pemilihan indikator tersebut adalah ketiga indikator tersebut sesuai untuk menilai kinerja dari Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pelaksanaan P2FM khususnya dalam pengembangan KUBE di Kabupaten Sragen.
B. Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ) 1. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) merupakan wujud kegiatan dari Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) dan P2FM merupakan bagian dari kebijakan Pengentasan Kemiskinan. Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) merupakan program untuk meningkatkan kapasitas para Keluarga Binaan Sosial (KBS) agar mereka memiliki kemampuan dan kepercayaan diri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Program ini mengupayakan kemandirian dan kesejahteraan Fakir Miskin . Mandiri berarti mampu mengorganisasikan diri untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada disekitarnya dan mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah yang dihadapinya khususnya masalah kemiskinan. Para Keluarga Binaan Sosial (KBS) diberikan dana amanah yang dalam pelaksanaan P2FM
(46)
commit to user
diposisikan sebagai dana stimulan untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku masyarakat agar dapat sejahtera. Dana stimulan yang dikelola KBS kemudian akan digulirkan ke KBS lainnya yang belum terkena program ini.
(www.banjar-jabar.go.id)
Dalam Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) yang sasarannya para fakir miskin atau Keluarga miskin mempunyai tujuan untuk mengupayakan agar mereka mampu memperbaiki taraf kesejahteraan sosialnya sehingga dapat hidup layak tanpa ketergantungan pada pihak/ orang lain dan akhirnya akan mampu berperan dalam proses pembangunan. Sebagai salah satu upaya untuk memperlancar pelaksanaan P2FM itu melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah suatu kelompok Keluarga Binaan Sosial (KBS) yang terdiri dari 10 orang yang atas bimbingan dan kesadaran bersama berupaya meningkatkan kesejahteraannya dengan diberi tanggung jawab untuk mengelola Stimulan Ekonomis Produktif yang merupakan wahana untuk meningkatkan kesejahteraan masing-masing anggota dengan aturan mengembangkan dan menggulirkan stimulan tersebut kepada warga lainnya sebagai wujud rasa kesadaran tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial. (Buku Petunjuk Praktis Pengelolaan KUBE, 1: 2003)
(47)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Ciri- ciri sasaran program ini yang akan menjadi anggota KUBE antara lain:
a. Ekonomi tidak mampu
b. Memilikki berbagai keterbatasan penghasilan, pendidikan,perumahan,
ketrampilan,hubungan sosial c. Usia 21- 55 tahun
d. Memiliki embrio usaha
e. Bersedia mengembangkan KUBE secara berkelanjutan
f. Berdomosili di Desa/ Kelurahan lokasi kegiatan
g. Mempunyai kemauan dan keinginan untuk berkembang dan mandiri
(Buku Petunjuk Teknis P2FM melalui KUBE, 2008:2)
Tujuan utama pelaksanaan KUBE adalah :
a. Meningakatkan taraf kesejahteraan fakir miskin dari segala kondisi keterbatasannya secara bersama-sama.
b. Meningkatkan pendapatan anggota KUBE fakir miskin melalui usaha yang
mandiri.
c. Meningkatkan kemampuan KUBE fakir miskin dalam mengakses berbagai
pelayanan sosial dasar dan pasar perbankan untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya.
d. Peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial diantara para anggota KUBE dan dengan masyarakat sekitar.
(48)
commit to user 2. Pengembangan
Pengertian Pengembangan menurut J.S Badudu dan Sutan Muhammad Zain dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1994) memberikan definisi pengembangan adalah hal, cara, atau hasil kerja mengembangkan. Sedangkan mengembangkan itu berarti membuka, memajukan, membuat jadi maju dan bertambah baik. Jadi Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk memajukan atau menjadikan lebih maju suatu obyek atau hasil kerja agar menjadi lebih baik dari sebelumnya dan mempunyai hasil guna bagi kepentingan bersama. Biasanya pengembangan dilakukan secara terencana untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian, pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah suatu usaha yang dilakukan untuk memajukan atau membuat lebih maju KUBE agar menjadi lebih baik dan dapat mempunyai hasil guna bagi kepentingan bersama yang sesuai dengan tujuan KUBE yang hendak dicapai.
C. Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Dari pengertian- pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam Pengembangan KUBE adalah upaya atau kemampuan Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam memajukan
(49)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
atau menjadikan lebih maju KUBE untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu. Dalam penelitian ini kinerja yang dinilai adalah kinerja dalam jangka waktu mulai dari sejak pertama kalinya KUBE dibentuk di Kabupaten Sragen yaitu pada tahun 2007 sampai sekarang.
Sehubungan dengan penilaian kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen ada berbagai indikator yang dapat digunakan, antara lain Efektivitas, responsivitas, dan akuntabilitas Beberapa indikator ini dapat memberikan gambaran penilaian mengenai keberhasilan dan kegagalan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam kurun waktu tertentu dimana pada akhirnya dapat dijadikan input bagi perbaikan dan peningkatan kinerja selanjutnya. Secara spesifik indikator-indikator tersebut juga mampu memberikan penilaian tentang tanggung jawab Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakatnya yang lemah ekonominya, kaitannya dengan penelitian ini adalah mengenai pengembangan KUBE yang dilakukan Dinas Sosial Kabupaten Sragen dan pada akhirnya juga akan memberikan gambaran tingkat pencapaian tujuan atau target dari program tersebut. Penjelasan indikator Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE adalah sebagai berikut:
1. Efektivitas yaitu dengan mengukur tingkat tercapainya tujuan yang telah ditetapkan baik itu dalam bentuk target dalam jangka waktu tertentu. Selain itu indikator Efektivitas ini dapat untuk mengukur seberapa besar
(50)
commit to user
pengembangan itu memiliki hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen.
2. Responsiveness atau responsivitas yaitu dengan mengukur daya tanggap atau kemampuan Dinas Sosial Kabupaten Sragen terhadap harapan, keinginan, kebutuhan dan aspirasi serta tuntutan masyarakat mengenai pelaksanaan pengembangan KUBE itu sendiri agar mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
3. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja ini tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh pemerintah, seperti pencapaian target, tetapi harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat dan yang dimiliki oleh stakeholder.
Ketiga indikator inilah yang nantinya akan digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian terhadap Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen.
D. Kerangka Pikir
Dalam kerangka pemikiran ini akan dijelaskan proses berpikir peneliti dalam rangka mengadakan penelitian tentang kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen. Dalam merealisasikan kinerjanya dalam pengembangan program ini dapat diketahui melalui beberapa indikator, diantaranya adalah Efektivitas, responsivitas dan akuntabilitas. Indikator-indikator itu dipilih karena dapat
(51)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai bagaimana pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Kabupaten Sragen. Apakah proses tersebut sudah sesuai atau tidak dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam kenyataannya, perkembangan KUBE di Kabupaten Sragen kurang dapat berkembang secara maksimal. Bagaimana kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam menghadapi masalah ini tentunya tidak terlepas dari faktor- faktor penghambat yang dihadapi dalam melakukan pengembangan KUBE
Untuk meningkatkan kinerjanya dalam pengembangan KUBE Di Kabupaten Sragen maka Dinas Sosial harus dapat mengatasi berbagai faktor penghambat yang ada. Upaya yang dilakukan tersebut tentunya digunakan untuk memperbaiki kinerjanya dalam mencapai tujuan dari KUBE itu sendiri. Kerangka berpikir dari kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen ini dapat dilihat dari gambar 2.1 :
(52)
commit to user Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Kurang
berkembangnya KUBE yang ada di Kabupaten Sragen
Faktor Penghambat
Berkembangnya KUBE Kinerja Dinas
Sosial Kabupaten Sragen:
1. Efektivitas 2. Responsivitas 3. Akuntabilitas
(53)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian
Berdasarkan masalah yang diangkat dalam penelitian yang menekankan pada proses dan makna, maka bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan maksud memberikan gambaran masalah secara sistematis, cermat, rinci dan mendalam mengenai kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) khususnya pengembangan KUBE. Menurut H.B Sutopo (2002: 48) penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna, lebih memfokuskan pada data kualitas dengan analisis kualitatifnya. Dengan kata lain penelitiam kualitatif lebih mementingkan makna, tidak ditentukan oleh kuantitasnya, tetapi lebih ditentukan oleh proses terjadinya dan cara memandang atau perspektifnya.
B. Lokasi penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Sragen, dengan pertimbagan sebagai berikut :
1. Kabupaten Sragen merupakan wilayah yang masih mempunyai jumlah
(54)
commit to user
jumlah penduduk Sragen menurut BPS yang berjumlah 247.230 KK (856.483 jiwa) .
2. KUBE di Kabupaten Sragen yang bentuk usahanya berupa pemeliharaan ternak dari segi produktivitasnya masih kurang maksimal padahal Sragen merupakan daerah yang subur yang mudah untuk mencari makanan ternak. 3. Adanya izin dari pihak-pihak terkait untuk melakukan penelitian di daerah–
daerah tersebut.
C. Teknik Penarikan Sampel
Penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling, dimana informan diambil berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu itu misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti. (Sugiyono, 2009: 53-54)
Dalam purposive sampling pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri- ciri atau sifat- sifat tertentu yang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat dari populasinya tersebut, sehingga dalam mencari informasi didasarkan pada sumber atau informan yang dianggap tepat yaitu orang yang mengetahui tentang seluk beluk masalah tersebut. Dalam penelitian ini, sampel yang dipilih adalah pegawai Dinas Sosial Kabupaten Sragen bidang pemberdayaan sosial yang menangani P2FM melalui KUBE yang berperan
(55)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
sebagai pelaksana program tingkat kabupaten dan warga masyarakat atau keluarga binaan sosial (KBS) penerima KUBE.
D. Sumber Data
Menurut Sugiyono (2009: 62), dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya lewat wawancara maupun pengamatan. Dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat dokumen atau arsip.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data sebagai berikut:
1. Informan
Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (informan/ narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasi. Peneliti dan narasumber memiliki posisi yang sama dan narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi narasumber lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki (H.B. Sutopo, 2002:50).
Informan dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Seksi Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat yang menangani KUBE
(56)
commit to user
c. Kepala Desa yang ada dilingkungan KUBE
d. Pendamping dari KUBE
2. Dokumen/arsip
Dokumen atau arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Banyak peristiwa yang telah lama terjadi bisa diteliti dan dipahami atas dasar kajian dari dokumen atau arsip-arsip yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti (H.B. Sutopo, 2002: 54). Dokumen- dokumen tersebut meliputi buku petunjuk praktis pengelolaan KUBE tahun 2003, buku petunjuk teknis P2FM melalui KUBE tahun 2008, data perkembangan KUBE di Sragen tahun 2009 dan Data Rekapitulasi Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kabupaten Sragen tahun 2009 dan dokumen- dokumen lain yang mendukung penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa langkah yang kami lakukan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, antara lain :
1. Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data untuk memperoleh informasi melalui tanya-jawab secara langsung dengan nara sumber atau responden yang diteliti untuk melengkapi data yang diperlukan.
(57)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2009 : 72), Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Dalam penelitian ini, wawancara untuk mendapatkan data yang sesuai akan dilakukan pada pegawai Dinas Sosial Kabupaten Sragen bidang pemberdayaan sosial yang menangani P2FM melalui KUBE, dan warga masyarakat atau KBS penerima KUBE.
2. Observasi
Observasi merupakam teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan langsung dilokasi penelitian mengenai kegiatan yang ada dan sedang berlangsung. Dalam hal ini peneliti mengamati wujud keadaan kegiatan KUBE yang ada dimasing- masing warga masyarakat atau KBS penerima KUBE.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang.(Sugiyono, 2009: 82).
Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan mempelajari dan mencatat dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian ini demi kesempurnaan penulisan. Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi yang dilakukan adalah dengan cara mencatat dan mengumpulkan data yang bersumber dari arsip, buku-buku, laporan-laporan serta dokumen yang
(58)
commit to user
berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian. Dokumen- dokumen tersebut meliputi buku petunjuk praktis pengelolaan KUBE tahun 2003, buku petunjuk teknis P2FM melalui KUBE tahun 2008, data perkembangan KUBE di Sragen tahun 2009 dan Data Rekapitulasi Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kabupaten Sragen tahun 2009 dan dokumen- dokumen lain yang mendukung penelitian ini.
F. Validitas Data
Ketepatan dan kemantapan data tidak hanya tergantung dari ketepatan memilih sumber data dan tehnik pengumpulan data. Data yang berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat, perlu diuji dengan pengembangan dengan melakukan validitas data agar membuktikan apakah sesuatu yang diamati sesuai dengan yang senyatanya. Validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian. Untuk menguji kebenaran dari hasil yang diperoleh maka dalam penelitian ini dilakukan triangulasi data.
Menurut H.B.Sutopo (2002:79) triangulasi data atau sumber
memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis. Triangulasi data digunakan untuk mengarahkan peneliti agar mengumpulkan data dari beragam sumber data yang berbeda untuk menggali data sejenis sehingga apa yang diperoleh dari sumber data yang satu dapat lebih teruji kebenarannya bila digali dari sumber data yang berbeda. Yang penekanannya pada perbedaan sumber data, bukan pada teknik pengumpulan
(59)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
data atau yang lain. Cara ini digunakan untuk mengarahkan peneliti agar dalam pengumpulan data wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia, artinya data yang sama/sejenis akan lebih mantap kebenarannya apabila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Triangulasi data digunakan dengan membandingkan antara data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan data yang diperoleh dari hasil observasi dan telaah arsip, dokumen, dan artikel dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini triangulasi metode dilakukan melalui metode wawancara dengan berbagai informan baik dari pihak pegawai Dinsos Sragen, masyarakat atau KBS penerima KUBE, Kepala Desa yang ada dilingkungan KUBE serta Pendamping KUBE, observasi, dan telaah arsip, dokumen, dan artikel dari berbagai sumber untuk memperoleh data yang valid.
G. Teknik Analisis Data:
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model interaktif yaitu data yang telah terkumpul akan dianalisisa melalui 3 tahap yaitu:
1. Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data yang kasar yang dilaksanakan dalam penelitian dan mengatur sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan.
2. Penyajian Data
Penyajian data ini adalah rangkaian informasi yang digunakan memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat penyajian data, peneliti akan lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan
(60)
commit to user
lebih jauh menganalisa/mengambil tindakan berdasar atas pemahaman yang didapat dari penyajian data tersebut. Penyajian data ini dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang perlu dan susah diraih.
3. Penarikan kesimpulan
Dalam awal pengumpulan data peneliti sudah mulai mengerti hal-hal yang diteliti, sehingga memudahkan dalam pengambilan kesimpulan yang longgar tetap terbuka tetapi kesimpulan sudah disediakan mula-mula belum jelas kemudian menguat menjadi lebih rinci dan mengakar kuat. (Miles&Huberman dalam Sutopo, 2002).
Gambar 3.1
Model Analisis Interaktif (H.B. Sutopo, 2002: 96)
Penarikan simpulan/ verifikasi
Sajian data Reduksi data
Pengumpulan data
(61)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan melakukan pembahasan terkait dengan hasil penelitian terhadap Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Melalui penelitian yang telah dilakukan maka peneliti memperoleh data-data dari berbagai pihak terkait, baik berupa hasil wawancara, hasil observasi, maupun data-data tertulis lainnya. Adapun Hasil Penelitian ini adalah sebagai berikut :
A. DESKRIPSI LOKASI
1. Gambaran umum wilyah Kabupaten Sragen
a. Kondisi Geografis
Kabupaten sragen merupakan salah satu kabupaten di
propinsi Jawa Tengah.Secara geografis Kabupaten Sragen berada di perbatasan antara Jawa Tengah da Jawa Timur.Batas batas wilayah Kabupaten Sragen:
1) Sebelah Timur : Kabupaten Ngawi ( propinsi Jawa Timur)
2) Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali
3) Sebelah Selatan : Kabupaten Karanganyar
(62)
commit to user
Luas Wilayah Kabupaten Sragen adalah 941,55 km2 yang terbagi dalam 20 kecamatan, 8 kelurahan dan 200 desa. Secara fisiologi, wilayah Kabupaten Sragen terbagi atas :
a) 40.037,93 Ha (42,52%) Lahan Basah (Sawah)
b) 54.117,88 Ha (57,48%) Lahan Kering
Kabupaten Sragen terletak pada :
a) 7º 15 LS dan 7º 30 LS
b) 110º 45 BT dan 111º 10 BT
Wilayah kabupaten Sragen berada di dataran dengan ketinggian rata- rata 109 M diatas permukaan laut. Sragen mempunyai iklim tropis dengan suhu harian yang berkisar antara 19 31 ºC. Curah hujan rata-rata dibawah 300mm per tahun dengan hari hujan dibawah 150 hari per tahun.
b. .Kondisi Penduduk
Berdasarkan data dari BPS tahun 2010, mata pencaharian penduduk usia 10 tahun keatas pada tahun 2009 adalah
1) Pekerjaan di bidang pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan sebanyak 197.588 jiwa
2) Pekerjaan di bidang pertambangan dan penggalian sebanyak 565.000 jiwa
(63)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3) Pekerjaan di bidang industri pengolahan sebanyak 26.623 jiwa
4) Pekerjaan di bidang listrik, gas dan air sebanyak 328.300 jiwa
5) Pekerjaan di bidang bangunan sebanyak 22.397 jiwa
6) Pekerjaan di bidang Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel sebanyak 64.533 jiwa
7) Pekerjaan di bidang Angkutan, penggudangan dan
komunikasi sebanyak 5.923 Jiwa
8) Pekerjaan di bidang keuangan, asuransi, usaha sewa
bangunan, tanah dan jasa perusahaan sebanyak 2.233 jiwa
9) Pekerjaan di bidang Jasa kemasyarakatan sebanyak 112.776 jiwa
2. Visi dan Misi Dinas Sosial
a. Visi Dinas Sosial Kabupaten Sragen adalah :
Mewujudkan Dinas Sosial menjadi dinas terdepan dalam inovasi kepemerintahan yang membangun kepercayaan rakyat dibidang kesejahteraan sosial.
(1)
commit to user
Sosial Kabupaten Sragen dibantu oleh kelurahan didaerah setempat.
Sedangkan untuk sosialisasi diselenggarakan dikantor kelurahan setempat.
Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan, pada tahap ini kegiatan yang
dilaksanakan adalah pemberian Stimulan Bantuan Modal Usaha. Bantuan
Modal Usaha yang diberikan oleh Dinas Sosial kepada KUBE sebesar 17
juta per KUBE untuk KUBE yang terbentuk tahun 2007 sedangkan KUBE
yang terbentuk pada tahun 2008 bantuannya sebesar 16 juta per KUBE.
Untuk tahap ketiga adalah tahap evaluasi kegiatan. Upaya yang dilakukan
pada tahap ini adalah melakukan monitoring secara periodik dan
melakukan pembinaan serta pengarahan kepada anggota dan pengurus
KUBE. Selain itu indikator efektivitas juda dapat diukur melalui realisasi
target yang telah ditentukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen. Dalam
realisasinya berdasarkan data evaluasi pada tahun 2009, KUBE yang
mencapai target adalah kelurahan Karang Talun, Jeruk, Poleng, dan
Mojorejo. Sedangkan untuk kelurahan Gading, Geneng, dan Gesi tidak
memenuhi target. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Dinas
Sosial Kabupaten Sragen dari segi efektivitas adalah masih kurang baik,
buktinya masih sedikit KUBE yang mengalami perkembangan.
2.
Indikator responsivitas
Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE antara
lain dapat dilihat dari bentuk responsivitas Dinas Sosial Kabupaten Sragen
terhadap aspirasi masyarakat penerima KUBE dan Responsivitas Dinas
(2)
commit to user
Sosial dalam memenuhi kebutuhan- kebutuhan KUBE. Bentuk
responsivitas Dinas Sosial Kabupaten Sragen terhadap aspirasi masyarakat
Penerima KUBE selama ini sudah cukup baik yaitu Dinas Sosial
Kabupaten Sragen menyerahkan sepenuhnya kepada anggota KUBE
mengenai jenis usaha yang akan dikelola agar sesuai dengan minat dan
kebutuhan KUBE. Sedangkan bentuk Responsivitas Dinas Sosial
Kabupaten Sragen terhadap kebutuhan KUBE antara lain kebutuhan akan
kandang ternak, makanan ternak, kesehatan ternak, penyediaan
pendamping dan pemberian motivasi. Responsivitas Dinas Sosial dalam
pembuatan kandang Ternak, Dinas Sosial kurang dapat memberikan
respon yang merata karena bantuan pembuatan ternak hanya diberikan
pada KUBE yang terbentuj pada tahun 2008 saja. Untuk Responsivitas
Dinas Sosial dalam kesediaan makanan pokok ternak sudah cukup baik,
namun untuk kesediaan makanan tambahan seperti bekatul, Dinas Sosial
belum mampu menyediakannya karena anggaran terbatas. Sedangkan
Responsivitas Dinas Sosial terhadap Kesehatan ternak kurang baik, hal itu
terjadi karena mantri/ dokter hewan yang disediakan Dinas Sosial tidak
berperan aktif. Selain itu KUBE yang mendapatkan Vaksinasi hanya
KUBE yang terbentuk pada tahun 2007 saja. Selanjutnya adalah bentuk
responsivitas Dinas Sosial terhadap penyediaan Pendamping, didalam
realisasinya seorang pendamping kurang mampu berperan aktif dalam
melakukan pendampingan sehingga perkembangan KUBE tidak dapat
(3)
commit to user
berjalan dengan lancar. Lalu untuk Responsivitas Dinas Sosial dalam
pemberian motivasi sudah cukup baik yaitu dengan mengajak KUBE
untuk berkunjung ke UPTD Peternakan di Desa Dawung Kecamatan
Sambirejo dan memberikan
reward
/
hadiah bagi KUBE yang terbaik.
Dari keseluruhan kesimpulan yang dijelaskan diatas, maka secara garis
besar dapat disimpulkan bahwa Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen
dilihat dari indikator Responsivitas dinilai sudah cukup baik, namun masih
terdapat kekurangan- kekurangan.
3.
Indikator Akuntabilitas
Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dinilai dari sisi Akuntabilitas
dapat dilihat dari dua aspek yaitu Akuntabilitas Dinas Sosial Kabupaten
Sragen terhadap masyarakat dan Akuntabilitas terhadap Pemerintah.
Akuntabilitas terhadap masyarakat khususnya penerima KUBE dilakukan
dengan memberikan bantuan dan tanggapan yang maksimal terhadap
KUBE, selain itu Dinas Sosial juga memberikan bimbingan atau
pembinaan kepada anggota KUBE supaya dapat berkembang. Sedangkan
Akuntabilitas Dinas Sosial Kabupaten Sragen kepada Pemerintah sudah
cukup baik yaitu dengan membuat laporan perkembangan KUBE ke Dinas
Sosial Provinsi Jawa Tengah setiap satu tahun sekali yang dibuat pada
akhir tahun. Namun untuk tahun 2010 laporan perkembangan KUBE
belum dibuat oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen.
(4)
commit to user
B.
Saran
Setelah melakukan penelitian dan analisa data, penulis ingin
menyampaikan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
Dinas Sosial Kabupat en Sragen:
1.
Pendamping merupakan seseorang yang bertugas untuk membimbing atau
mendampingi KUBE supaya kegiatan KUBE dapat berjalan dengan lancar
dan mengalami perkembangan. Pendamping seharusnya mampu menjadi
tangan panjang Dinas Sosial Kabupaten Sragen di lapangan supaya bisa
memberikan tanggapan terhadap masalah- masalah yang dihadapi oleh
anggota KUBE. Dalam realisasinya selama ini di lapangan, seorang
pendamping belum mampu berperan aktif dalam membimbing atau
mendampingi KUBE. Pendamping selama ini kurang dapat berkomunikasi
dengan lancar dengan KUBE-nya. Dalam pemilihan pendamping yang
nantinya dapat menjadi tangan panjang Dinas Sosial Kabupaten Sragen di
lapangan seharusnya dipilih dari seseorang yang mengetahui tentang cara-
cara berternak dan yang mau aktif mendampingi supaya apabila KUBE
mengalami masalah, seorang pendamping dapat memecahkan masalah
tersebut. Maka dari itu seorang pendamping seharusnya dipilih dari petugas
yang bekerja di UPT Dinas Peternakan di masing- masing kecamatan Selain
itu seorang Pendamping perlu untuk membuat laporan pertanggungjawaban
atas kerjanya karena pendamping juga mendapatkan gaji meskipun hanya
(5)
commit to user
pada tahun pertama saja. Hal ini bertujuan agar pendamping mampu
menjalankan tugasnya dengan baik dari waktu ke waktu.
2.
Sumber Daya Manusia merupakan sesuatu yang penting untuk melaksanakan
suatu kegiatan karena tanpa adanya Sumber Daya Manusia suatu kegiatan
tidak dapat terealisasi dengan baik. Selama ini Sumber Daya Manusia yang
menangani KUBE di Dinas Sosial Kabupaten Sragen sangatlah minim yaitu
cuma satu orang. Dengan jumlah SDM yang satu orang tersebut membuat
kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE menjadi
kurang maksimal misalnya saja untuk proses monitoring pengembangan
KUBE khususnya untuk tahun 2010 tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
Hal itu terjadi karena untuk Seksi Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial
Masyarakat tidak hanya bertugas untuk mengurusi KUBE saja tetapi banyak
program- program lain yang harus ditangani. Maka dari itu Sumber Daya
Manusia dari Dinas Sosial Kabupaten Sragen yang menangani KUBE
sebaiknya ditambah supaya perkembangan KUBE dapat terpantau dengan
baik. Penambahan SDM bisa dilakukan dengan cara berkoordinasi dengan
seksi lain yang masih satu bidang yaitu bidang pemberdayaan sosial atau
berkoordinasi dengan bidang lain. Dengan Sumber Daya Manusia yang cukup
maka sebuah kegiatan dapat berjalan dengan lancar.
3.
Dana merupakan alat yang digunakan untuk memperlancar suatu kegiatan,
maka dari apabila ada dananya cukup maka kegiatan pun dapat berjalan
dengan lancar. Dalam pengembangan KUBE ini salah satu masalah yang
(6)