Pengaruh Kemampuan Aparatur Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Program Pembangunan Desa (Studi Pada Kegiatan Bahan Bantuan Rumah BBR Program Pemberdayaan Fakir Miskin P2FM Di Desa Keupok Nibong Kecamatan Nibong Kab. Aceh Utara)

(1)

PENGARUH KEMAMPUAN APARATUR TERHADAP

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN

DESA

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

0 3 0 9 0 3 0 1 9

Sahlan Sahputra

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakangMasalah ………... 1

B. Perumusan Masalah ………... 5

C. Tujuan Penelitian ………... 5

D. Mamfaat Penelitian ……….... 5

E. Kerangka Teori ……….. 6

1. Kemampuan Aparatur ………. 6

2. Efektivitas Pelaksanaan Program Pembangunan Desa ……… 14

3. Program (BRR-P2FM) ……… 26

4. Hubungan Kemampuan Aparatur dengan Efektivitas Pelaksanaan Program Pembangunan Desa ……… 38

F. Hipotesis ……….. 40

G. Defenisi Konsep ……….. 40

H. Defenisi Operasional ………... 41

BAB II METODELOGI PENELITIAN A. Bentuk Penelitian ……… 44

B. Lokasi Penelitian ………. 44

C. Populasi dan Sampel ……… 44

D. Tehnik Pengumpulan Data ……….. 45


(3)

F. Tehnik Analisa Data ………. 47

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis ………... 51

B. Keadaan Penduduk ……….. 53

C. Visi dan Misi Desa ……… 55

D. Sarana dan Prasarana Desa ………... 56

E. Kelembagaan Desa ……… 57

F. Pola penggunaan tanah ………. 57

G. Pemilikan Ternak ………. 58

BAB IV PENYAJIAN DATA A. Data Umum Identitas Responden ……….. 59

B. Variabel Penelitian 1. Kemampuan Aparatur ……….. 62

2. Efektivitas Pelaksanaan Porgram Pembangunan Desa ……… 73

BAB V ANALISIS DATA A. Klasifikasi Data 1. Kemampuan Aparatur ………. 84

2. Efektivitas Pelaksanaan Program Pembangunan Desa ……… 85

3. Pengaruh Kemampuan Aparatur Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Program Pembangunan Desa ……….. 85

a. Analisa Koefisien Korelasi Product Moment …………... 85

b. Uji Hipotesis ………. 87


(4)

B. Analisa Data ……… 90 BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ………. 96

B. Saran ……… 97


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jumlah desa dalam Kecamatan Nibong tahun 2008

Tabel 2 : Distribusi penduduk menurut kelompuk Umur dan Jenis Kelamin tahun 2008

Tabel 3 : Persentasi pendapatan/penghasilan penduduk desa Keupok Nibong Tabel 4 : Tingkat kesejahteraan masyarakat

Tabel 5 : Penggunaan lahan

Tabel 6 : Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 7 : Distribusi responden menurut umur

Tabel 8 : Distribusi responden menurut pendidikan terakhir Tabel 9 : Disribusi responden berdasarkan pekerjaan

Tabel10 : Tanggapan responden mengenai sesuai atau tidak pendidikan formal yang pernah ditempuh aparat desa dengan pekerjaannya

Tabel 11 : Tanggapan responden mengenai sesuai atau tidak jenis pendidikan yang pernah ditempuh aparat desa dengan jabatan yang dipegang sekarang

Tabel 12 : Tanggapan responden mengenai sesuai atau tidak pelatihan yang diikuti aparat desa dengan jenis pekerjaannya

Tabel 13 : Tanggapan responden mengenai menunjang atau tidak pelatihan yang pernah diikuti apaprat desa dalam pelaksanaan tugas sehari-hari

Tabel 14 : Tanggapan responden mengenai dapat menunjang atau tidak ketrampilan yang dimiliki aaparat desa dalam pelaksanaan tugas Tabel 15 : Tanggapan responden mengenai sesuai atau tidak ketrampilan

khusus yang dimilki aparat desa terhadap pekerjaaan yang dilakukan

Tabel 16 : Tanggapan responden mengenai memeberi nilai tambah atau tidak ketrampilan yang dimilki aparat desa terhadap pekerjaan yang dilakukan


(6)

Tabel 17 : Tanggapan responden mengenai selama bekerja aparat desa menambah kemampuan dan pengetahuannya sendiri atau tidak Tabel 18 : Tanggapan responden mengenai sesuai atau tidak pengalaman yang

dimikili aparat desa dengan pekerjaan yang dipegang sekarang Tabel 19 : Tanggapan responden mengenai ada atau tidaknya koordinasi

didalam pelaksanaan program BBR

Tabel 20 : Tanggapan responden mengenai sudah baik atau belum system koordianasi yang dijalankan

Tabel 21 : Tanggapan responden mengenai sesuai atau tidak jumlah dana yang diterima masyarakat dengan yang dijanjikan

Tabel 22 : Tanggapan responden mengenai sesuai atau tidak pelaksanaan program BBR dengan tujuan yang diharapkan

Tabel 23 : Tanggapan responden mengenai dapat mencapai sasaran atau tidak pelaksanaan program BBR

Tabel 24 : Tanggapan responden mengenai tepat sasaran atau tidak orang-orang yang menerima Bantuan Bahan Rumah (BBR).

Tabel 25 : Tanggapan responden mengenai baik atau buruk kinerja aparat dalam pencapaian tujuan program BBR

Tabel 26 : Tanggapan responden mengenai baik atau buruk pengawasan yang dilakukan aparat desa dalam pencapaian tujuan BBR

Tabel 27 : Tanggapan responden mengenai sesuai atau tidak pelaksanaan program BBR dengan batas waktu yang diberikan

Tabel 28 : Tanggapan responden mengenai pelaksanaan program BBR dapat diselesaikan tepat waktu atau tidak

Tabel 29 : Tanggapan responden mengenai waktu yang diberikan digunakan dengan sebaik mungkin atau tidak

Tabel 30 : Tanggapan responden mengenai efektif atau tidak prosedur yang diterapkan aparat desa agar pelaksanaan tepat waktu

Tabel 31 : Tanggapan responden mengenai pelaksanaan program BBR dapat meningkatkan kualitas hidup amsyarakat atau tidak


(7)

Tabel 32 : Tanggapan responden mengenai dapat memeberi manfaat atau tidak pelaksanaan program BBR bagi masyarakat sesuai dengan kebutuhannya

Tabel 33 : Tanggapan responden mengenai puas atau tidaknya masyarakat dengan hasil yang dicapai program BBR.


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat permohonan pengajuan judul skripsi

Lampiran 2 : Surat undangan Seminar Ususlan Pnenelitian Skripsi kepada Dosen Pembimbing

Lampiran 3 : Surat undangan Seminar Ususlan Penelitian Skripsi Kepada Dosen Penguji

Lampiran 4 : Jadwal seminar usulan Skripsi

Lampiran 5 : Bwerita Acara Seminar Rencana Usulan Penelitian Departemen Ilmu Administrasi Negara

Lampiran 6 : Daftar hadir peserta seminar proposal Lampiran 7 : Penunjukan Dosen Pembimbing

Lampiran 8 : Surat keterangan selesai penelitian dari Kantor Camat Nibong Kabupaten Aceh Utara

Lampiran 9 : Surat keterangan sedang mengadakan riset/penelitian dari Gampong/Desa Keupok Nibong Kecamatan Nibong Kabupaten Aceh Utara.

Lampiran 10 : Daftar pertanyaan bagi masyrakat Lampiran 11 : Hasil wawancara dengan key informan

Lampiran 12 : Lembaran Koding jawaban responden terhadap variabel Kemampuan Aparatur(X)

Lampiran 13 : Lembaran Koding jawaban responden terhadap variabel Efktivitas Pelaksanaan Program Pembangunan Desa (X) Lampiran 14 : Nilai variabel kemampuan Aparatur dan Efektivitas

pelaksanaan Program Pembangunan Desa(Y) Lampiran 15 : Tabel nilai r Product Moment

Lampiran 16 : Peta Kecamatan Nibong


(9)

DAFTAR BAGAN

BAGAN 1 : Struktur Organisasi Pemerintahan Desa

BAGAN 2 : Struktur Kelembagaan Desa Keupok Nibong Kecamatan Nibong Kabupaten Aceh Utara


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pembangunan merupakan serangkaian usaha yang di lakukan secara sadar dan terencana serta berkelanjutan yang dilaksanakan oleh suatu bangsa dengan harapan membawa perubahan dan pertumbuhan guna mempercepat modernisasi kehidupan bangsa dalam rangka pencapaian tujuan akhir bangsa tersebut. Dalam kaitannya dengan pembangunan nasional dewasa ini, maka nampak bahwa pemerinthah menitik-beratkan pada usaha meningkatkan aktivitas pembangunan di sektor pedesaan yang mempunyai nilai strategis dalam konteks pembangunan nasional karena kenyataannya sebahagian besar penduduk Indonesia bermukim di pedesaan yang merupakan potensi sumber-sumber manusiawi, di samping potensi sumber-sumber-sumber-sumber kekayaan alam.

Dengan kenyataan bahwa 70% penduduk Negara adalah bermukim di desa-desa dengan keadaan dan kondisi senyatanya saat ini masih termasuk dalam keadaan “tertinggal” pada hampir di segala bidang, maka upaya pembangunan dan pemberdayaan Desa-desa merupakan langkah penting yang harus dilakukan dan di tingkatkan dengan cermat dan efektif. Hal ini terkait pula dengan tuntutan dan kebutuhan yang tidak dapat di hindarkan bahwa seluruh Bangsa Indonesia mau tidak mau dan mampu tidak mampu harus menghadapi era globalisasi, era komunikasi, informasi dan teknologi yang terus melanda dunia termasuk Indonesia dengan pelaksanaanya yang semakin menigkat dan semakin canggih.


(11)

Upaya-upaya pembangunan dan pemberdayaan desa tersebut telah dilaksanakan oleh pemerintah. Upaya tersebut seperti dilakukan pengaturan kembali tentang desa yang mana semula diatur dalam penjelasan UUD 1945, sekarang sudah diatur dalam pasal tersendiri yaitu Pasal 18B ayat (2) UUD 1945. (Soewito,2007 : 14)

Ketentuan Pasal 18B ayat (2) tersebut dengan tegas menyatakan bahwa Negara mengakui dan menghormati keberadaan desa-desa atau sebutan lain sesuai dengan kondisi sosial masyarakat setempat sebagai kesatuan masyarakat hukum adat istiadat setempat atau berdasarkan hak ototnomi asli ,namun tetap dalam prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bunyi pasal 18B ayat (2) ini jelas bahwa pemerintah memberikan perhatian yang besar terhadap desa ini yaitu Negara memberikan otonomi seluas-luasnya terhadap pelaksanaan roda pemerintahan desa tersebut. (Soewito, 2007:14)

Dengan berlakunya otonomi tersebut, kerangka perencanaan pembangunan desa tersebut mengalami perubahan yang dulunya perencanaan pembangunan bersifat top-buttom pada era orde baru, berubah menjadi buttom-up yang dimulai pada era reformasi hingga sekarang. berlakunya otonomi tersebut juga telah mengembalikan desa-desa diseluruh Indonesia pada identitas aslinya yang pada era orde baru diseragamkan. Dengan berlakunya otonomi tersebut maka kembalilah desa-desa di provinsi NAD ini kedalam bentuk gampong (Qanun No.5 tahun 2003/ UU Syari’at Islam ).

Selain upaya kejelasan di dalam pengaturan desa ini pemerintah juga menciptakan program-program pembangunan desa. Diantaranya seperti Inpres


(12)

Desa Tertinggal (IDT) dan Program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P4DT) dan program-program pembangunan lainnya. Di Desa keupok nibong, Kecamatan Nibong, Kabupaten Aceh Utara terdapat banyak program-program pembangunan desa baik pembangunan infrastruktur maupun pembangunan pemberdayaan masyarakat desa. Salah satu program pembangunan yang diangkat penulis pada kesempatan kali ini adalah Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM). Program P2FM ini meliputi 3(tiga) kegiatan yaitu: kegiatan penggemukan sapi fakir miskin, Kegiatan bantuan Sarana Lingkungan (Sarling), kegiatan Bantuan Bahan Rumah (BBR). Dan unutk mempersingkat waktu penelitian penulis hanya berfokus pada kegiatan P2FM-BBR.

Penulis memilih program P2FM-BBR dikarenakan menurut penulis suatu program akan mudah diukur tingkat keefektivannya apabila program tersebut sudah selesai dilaksanakan dibandingkan dengan program pembangunan yang masih dalam tahap perencanaan atau sudah dalam tahap pelaksanaan tetapi belum selesai dilaksanakan karena adanya suatu kendala tertentu. Dan sebagaimana kita ketahui bahwasanya pada penelitian ini kita ingin melihat seberapa besar pengaruh kemampuan aparatur terhadap efktivitas pelaksanaan program pembangunan desa, tentunya program/kegiatan yang dipilih adalah program/kegiatan yang pihak pelaksananya adalah aparat desa bukan pihak luar (swasta). Untuk itu menurut penulis program/kegiatan P2FM inilah yang memenuhi kriteria yang disebut diatas disbanding program/kegiatan yang lainnya.


(13)

Pada prinsipnya pelaksanaan program pembangunan desa merupakan sutau proses yang semestinya dilaksanakan secara baik dan terorganisir di setiap desa agar Efektivitas pelaksanaan program pembangunan dapat tercipta. Namun pada umumnya keadaan dan kondisi organisasi dan manajemen desa masih dalam keadaan lemah dan perlu ditingkatkan kualitas dan kapasitasnya serta kemampuan Aparatur pemerintahan Desa tersebut ditambah lagi dengan para tokoh/pemuka masyarakat dan para stakeholder atau pemangku kepentingan lainnya dalam menerima aspirasi masyarakat,menganalisa dan permasalahan yang dihadapi dan kemudian menyusun perencanaan desa secara partisipatif, pelaksanaan dan sistem evaluasi dan tindak lanjutnya yang berkesinambungan masih perlu ditingkatkan.

Sebagaimana Schumacher (dalam Wasistiono 2006 :41) menyatakan bahwa persoalan pokok yang dihadapi negara-negara berkembang terletak pada dua juta desa yang miskin dan terbelakang. Schumacher berpendapat bahwa selama beban hidup di pedesaan tidak dapat diringankan, masalah kemiskinan di dunia ini tidak dapat diselesaikan, dan mau tidak mau pasti akan lebih buruk. Selanjutnya shcumacher juga mengemukakan bahwa dari berbagai sebab kemiskinan, faktor-faktor material seperti kekurangan kekayaan alam, atau tak ada modal, tak cukup prasarana hanya merupakan sebab ke dua saja. Sebab-sebab uatamanya adalah kekurangan dibidang pendidikan, organisasi dan disiplin.

Dari pandangan Schumacher sebagimana dikemukakan di atas, dapat diketahui adanya tiga sebab utama kemiskinan di pedesaan yang ternyata


(14)

berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia serta wadah keja sama antar mereka. Kualitas sumber daya manusia ini dapat dilihat dari kemampuan aparatur pemerintahan desa tersebut. Walaupun desa tersebut tersedianya sumber daya alam dan modal yang cukup, belum tentu dapat menjamin desa tersebut bisa berkembang jika kemampuan aparaturnya masih dikategorikan rendah. Karena kemampuan aparatur mempunyai pengaruh yang besar dalam pengelolaan sumber daya dan modal tersebut.

Berdasarkan gambaran latar belakang maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: PENGARUH KEMAMPUAN APARATUR TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN

PROGRAM PEMBANGUNAN DESA (Studi Tentang program Bantuan

Bahan Rumah-Program Pemberdayaan Fakir Miskin (BBR-P2FM).

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : Seberapa besar pengaruh kemampuan aparatur terhadap efektivitas pelaksanaan program BBR-P2FM di desa Keupok Nibong kec. Nibong, Kab. Aceh Utara ini?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kemampuan aparatur dalam melaksanakan program pembangunan desa di Desa Keupok Nibong, Kec. Nibong, Kab.Aceh Utara.


(15)

2. Untuk mengetahui Efektivitas pelaksanaan program pembangunan di Desa Keupok Nibong, Kec. Nibong, Kab. Aceh Utara.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kemampuan aparatur terhadap efektivitas pelaksanaan program pembangunan di Desa Keupok Nibong, Kec. Nibong, Kab. Aceh Utara.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis bermanfaat untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir dalam menganalisa setiap gejala dan permasalahan yang dihadapi di lapangan.

2. Bagi pemerintah Desa Keupok Nibong, Kec.Nibong, Kab. Aceh Utara dapat dijadikan sebagai acuan dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan program pembangunan desa.

3. Bagi FISIP-USU bermanfaat dalam memperkaya bahan referensi ilmiah di bidang Ilmu Administrasi Negara khususnya dan Ilmu sosial pada umumnya.

E. KERANGKA TEORI

1. Kemampuan Aparatur

A. Pengertian Kemampuan Aparatur

Menurut Gibson (1994 : 54) bahwa kemampuan adalah sifat yang dibawa sejak lahir atau yang dipelajari yang memungkinkan seseorang menyelesaikan pekerjaannya. Menurut Davis (dalam Tjokroamadjojo, 1989 : 4) menjelaskan pengertian kemampuan sebagai “it is generally accepted that


(16)

knowledge and one’s skill in applying it constitute the human trait called capability (biasanya diakui bahwa pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki seseorang dalam penerapannya menjadi sifat manusia tersebut, disebut kemampuan).

Sehubungan dengan konsep kemampuan aparatur, Miftah Toha (1980:37) berpendapat kemampuan merupakan salah satu unsur yang berkaitan dengan pengetahuan atau ketrampilan yang dapat diperoleh pegawai melalui pendidikan dan latihan atau pengalaman kerja.

Dari pendapat di atas dapatlah dimengerti bahwa kemampuan aparat merupakan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai dalam melaksanakana suatu tugas/pekerjaan atau tersedianya modal pada diri seseorang pegawai yang berpotensi memiliki skill, pengetahuan atau pengalaman yang memungkinkan seseorang itu berbuat melakukan pekerjaan secara efektif dan efisien. Suatu pekerjaan pemerintah sekalipun tidak efisien dalam arti input dan output tetapi tercapai tujuan itu adalah efektif. Sebab mempunyai pengaruh yang besar terhadap kepentingan masyarakat banyak baik politik, ekonomi, sosial dan sebagainya. Dengan demikian berhasil atau tidaknya suatu kegiatan yang dilaksanakan akan sangat tergantung pada manusia sebagai pelaksana atau kemampuan aparatur pemerintah desa itu sendiri. Sedangkan efisiensi menunjukan kemampuan aparatur pemerintahan desa didadalm menjalankan tugasnya secara berdayaguna dan berhasil guna.

Pembangunan aparatur negara diarahkan untuk meningkatkan kualitas aparatur Negara yang lebih baik, memiliki sikap dan prilaku yang lebih


(17)

berintikan pengabdian, tanggung jawab, disiplin, keadilan dan kewibawaan sehingga dapat memberikan pelayanan dan pengayoman kepada masyarakat sesuai dengan tuntutan hati nurani rakyat. Sejalan dengan itu, perlu jajaran dan perangkat aparatur negara sehingga terlaksana penyelenggaraan administrasi Negara yang bersih, berwibawa, efisien dan efektif.

Keampuan aparatur sangat tergantung pada pengetahuan dan ketrampilan/ kecakapan, adapun tingkat pengetahuan ini bisa dilihat melalui (Toha,1980:37) :

a. Jenjang pendidikan formal yang ditempuh.

b. Pendidikan non formal seperti kursus, pelatihan dan penataran. c. Pengalaman kerja.

Sedangkan pada tingkat kecakapan / ketrampilan biasa dilihat melalui :

a. Cara pelaksanaan kerja

b. Ketepatan waktu dalam pelaksanaan kerja c. Hasil yang dicapai. (Toha, 1980:37)

Selain tergantung pada pengetahuan dan ketrampilan tentunya kemampuan aparatur didalam melaksanakan tugas juga harus dibarengi dengan sifat dapat dipercaya (kredibility) dan koordinasi yang baik. Mengingat tugas-tugas aparatur semakin kompleks dan rentan terhadap penyelewengan. Untuk itu kejujuran dan koordinasi yang baik diperlukan.

Sebagaimana dikemukakan Echols dan shadily, kredibility merupakan keadaan dapat dibercaya yang berasal dari kata Credible yang artinya dapat


(18)

dipercaya. Keadaan ini dapat dibangun sifat jujur tentunya dan menurut Albert Hendra Wijaya (dalam Siu Tao, http://www.siutao.com) bahwa jujur jika diartikan secara baku adalah "mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran". Dalam praktek dan penerapannya, secara hukum tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi. Bila berpatokan pada arti kata yang baku dan harafiah maka jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal sesuai yang sebenarnya, orang tersebut sudah dapat dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik, atau, lainnya. Mengingat aparat pemerintah didalam melaksanakan tugas sangat rentan terhadap penyelewengan,maka aparat pemerintah diharuskan bersikap jujur agar mendapat kepercayaan dari masyarakat (kredibilitas).

Sedangkan koordinasi menurut menurut James D. Mooney (dalam Sutarto,141:1993) merupakan pengaturan usaha sekelompok orang secara teratur untuk menciptakan kesatuan tindakan dalam mengusahakan tercapainya suatu tujuan bersama. Dan menurut Leonard D. White (dalam Sutarto,141:1993) koordinasi adalah penyesuaian diri dari bagian-bagian satu sama lain , dan gerakan serta pengerjaan bagian-bagian pada saat yang tepat sehingga masing-masing dapat memberikan sumbangan yang maksimum pada hasil secara keseluruhan.


(19)

Dari kedua pengertian diatas, maka dapat diambil inti sari dari koordinasi adalah sebagai berikut (Sutarto, 145:1993):

a. Koordinasi berintisarikan kesatuan tindakan atau kesatuan usaha b. Koodinasi berintisarikan penyesuaian antara bagian

c. Koodinasi berintisarikan keseimbangna antarsatuan d. Koordinasi berintisarikan keselarasan

e. Koordinasi berintisarikan sinkronisasi

Dalam pelaksanaan program pembanguan desa, kemampuan aparat sangatlah dibutuhkan sekali. Kemampuan aparat yang dimaksud adalah kemampuan aparat pemerintah desa dalam melaksanakan semua kegiatan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Karena desa merupakan unit pemerintahan terendah dalam struktur organisasi pemerintahan Negara dan hakekatnya merupakan basis, dasar dan landasan kehidupan bangsa dan Negara di bidang ideology, politik, ekonomi, sosial, budaya, petahanan, keamanan, dan agama. Sehingga menjadi tumpuan segenap pelaksanaan urusan pemerintahan bahkan hampir semua program dan proyek pemerintahan, pembangunan dan kemsyarakatan diarahkan ke pedesaan atau desa merupakan basis atau ujung tombak pemerintahan. Aparatur karena posisinya sebagai pelaksanan tugas pemerintah maka harus dapat mengikuti perkembangan dan secara bertahap selalu meningkatkan dirinya. (Sutanto, dalam Zaerudy Alamsyah, 1994: 30).

Itulah secara ideal yang menjadi persyaratan aparat pemerintah yang bisa tanggap, tangguh dan terampil dalam menghadapi perubahan lingkungan.


(20)

Cara kerja akan menjadi tantangan baru dalam pelaksanaan tugas-tugas selanjutnya. Pemimpin organisasi juga menanggapi kompleksitas lingkungan dengan melakukan adaptasi dan menjadi inovatif. (Bryant, 1989 :74).

B. Aparatur Pemerintahan Desa

Didalam PP No. 72 tahun 2005 pasal 1 point 7 bahwa yang dimaksud dengan pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Kemudian Badan Permusyawaratan atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. (PP No. 72 tahun 2005 point 8). Jadi pemerintahan desa terdiri dari Pemerintah Desa dan BPD. Dan didalam PP No.72 tahun 2005 pasal 12 ayat (1) disebutkan bahwa Pemerintah Desa sendiri terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa. Perangkat Desa sebagai mana yang dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya (pasal 12 ayat 2). Perangkat lainnya yang dimaksud pada ayat (2) terdiri atas :

a. Sekretaris desa

b. Pelaksana teknis lapangan

c. Unsur kewilayahan (pasal 12 ayat 3)

Berdasarkan Ketentuan yang telah disebutkan diatas, maka dapat kita lihat struktur organisasi pemerintahan desa meneurut PP No.72 tahun 2005


(21)

sebagai berikut :

BAGAN 1 : Struktur Organisasi Pemerintahan Desa

Pelaksana teknis lapangan

Unsur kewilayahan (Sumber : Dwipayana, 2003:37)

Mengingat tugas dan fungsi pemerintahan desa yang sangat luas dan komplek agar jalannya pemerintahan desa dapat berlangsung secara baik dan lancar, maka diperlukan aparat yang mampu untuk melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 64 tahun 1999 telah dimuat syarat-syarat untuk menjadi perangkat desa. Di dalam pasal 9 dinyatakan bahwa Kepala Desa adalah penduduk desa Warga Negara Indonesia dengan syarat-syarat :

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Setia dan taat kepada pancasila dan Undang-Undang Dsar 1945

Kepala Desa BPD

Sekretaris Desa Para Kepala

Urusan

Para Kepala Dusun


(22)

c. Tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang mengkhianati Pancasila dan UUD 1945, G 30 S/ PKI dan / berpengetahuan yang sederajat.

d. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan / atau berpengetahuan sederajat.

e. Berumur sekurang-kurangnya 25 tahun. f. Sehat jasmani dan rohani.

g. Nyata-nyata tidak terganggu jiwa / ingatannya. h. Berkelakuan baik, jujur dan adil.

i. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana.

j. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

k. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di desa setempat. l. Bersedia di calonkan menjadi kepala desa, dan

m. Memenuhi syarat-syarat lain yang sesuai dengan adat istiadat yang diatur dalam peraturan daerah.

Selanjutnya mengenai Sekretaris Desa, Menurut PP No.72 pasal 25 ayat1, diisi dari Pegawai Negeri Sipil. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh sekretaris desa dan kepala-kepala urusan adalah :

a. berpendidikan paling rendah lulusan SMU atau sederajat b. mempunyai pengetahuan tentang teknis pemerintahan c. mempunyai kemampuan di bidang administrasi perkantoran


(23)

d. mempunyai pengalaman di bidang administrasi keuangan dan di bidang perencanaa

e. memahami sosial budaya masyarakat setempat; dan f. bersedia tinggal di desa yang bersangkutan.

Untuk kepala dusun sendiri, syarat-syarat untuk menjadi kepala dusun adalah sama dengan syarat-syarat perangkat desa lainnya dan diatur dalam Peraturan Kabupaten/ kota. ( PP No.72 tahun 2005, pasal 26 ayat 4).

Kemampuan aparat pemerintah desa dapat dilihat dari empat indicator yaitu pendidikan formal, pelatihan yang pernah diikuti, keahlain atau ketrampilan khusus yang pernah dimiliki dan pengalaman kerja.

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan jiwa seseorang untuk dapat bertindak secara logis dan rasional dalam kehidupannya sehari-hari. Seseorang yang mendapat pendidikan akan mengalami interaksi antara kecerdasan, perhatian dan pengalaman. Berpikir kreatif dengan mudah akan dapat memecahkan berbagai permasalahan, baik yagn menyangkut masalah pribadi maupun masalah yang timbul dalam masyarakat.

Pelatihan merupakan hal yang penting untuk memberikan rangsangan dan latihan dalam bertindak secara logis dan rasional sebagai upaya pemecahan permasalahan dalam pekerjaan sebari-hari. Dengan latihan menjadikan sesorang kreatif, dan cepat mengadakan antisipasi/peka dengan pekerjaan yang akan dihadapi, berpikir proaktif terhadap sesuatu yang akan


(24)

timbul sebagai akibat dari pekerjaan yang dilakukan sehingga dengan pelatihan merupakan upaya peningkatan kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas.

Ketrampilan atau keahlian yang bersifat spesialisasi sesuai dengan jenis pekerjaan dan jabatan sangat menunjang kemampuan aparat dalam melaksanakan tugas. Ketrampilan yang dimiliki aparat dalam menyelesaikan pekerjaan sangat memberikan kemudahan dan memberikan suatu nilai tambah tersendiri bagi aparat yang bersangkutan.

Pengalaman kerja menyatakan lamanya seseorang melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jabatan yang menunjukan tentang kemampuan seseorang aparat. Dengan menggunakan istilah dimana pengalaman itu merupakan guru yang terbaik. Sesuatu dapat dikatakan pengalaman adalah apabila hal itu telah dilalui dengan sukses. Maka dengan pengalaman kerja akan menjadikan motivasi sebagai dorongan untuk lebih sukses dan memperbaiki kesalahan-kesalahan dimasa lalu.

2. Efektivitas Pelaksanan Program Pembangunan Desa

A. Efektivitas

Setiap organisasi mempunyai tujuan. Tujuan yang hendak dicapai selalu berorientasi pada efektif dan efisien. Efektivitas umumnya disebut sebagai tingkat sampai dimanan tujuan-tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dicapai atau dapat dikatakan efektif itu diarahkan pada keberhasilan pencapaian tujuan. Sedangkan efisien diarahkan pada


(25)

pendayagunaan waktu, biaya, dan cara untuk mencapi tujuan. Menurut Echols dan shadily, efektivitas berasal dari kata efektiveness yang berarti keefektivan, kata dasarnya adalah efektive yang berarti berhasil atau ditaati. (echols, 1990:207). Sedangkan Handoko mengatakan bahwa efktivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Handoko, 1982:7).

Menurut Emerson (dalam Handayaningrat, 1987:16) menyebutkan tentang efektivitas itu adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan maupun sasaran sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa keberhasilan suatu organisasi selalu diukur dengan konsep efektivitas itu sendiri. Sehingga efektivitas merupakan suatu keadaan yang menunjukan tingkat keberhasilan dari kegiatan manajemen didalam mencapai tujuannya. Dengan demikian efektivitas mengandung pengertian tingkat kemampuan sebuah organisasi dalam hal memanage sumber daya yang ada melalui kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.

Sedangkan efektivitas dalam bidang pemerintahan adalah suatu perkerjaan pemerintah sekalipun tidak efisien dalam arti input dan output, tetapi tercapainya tujuan itu efektif sebab mempunyai pengaruh yang besar terhadap kepentingan masyarakat banyak, baik politik, ekonomi, maupun sosial. Dari pengertian ini konsep efektivitas diukur dari sisi organisasi yang bersifat non frofit dimana pemerintah didalam menyelenggarakan tugas dan pekerjaan lebih mengutamakan pada pencapaian tujuan yang mempunyai efek


(26)

yang besar terhadap kelangsungan kehidupan nasional dalam usaha menciptakan masyarakat yang adil dan makmur dan bukan pada efisiensi.

Untuk efktivitas biaya menunjukan jumlah hasil-hasil yang dapat dicapai dengan pengeluaran sejumlah rupiah tertentu. Akan tetapi efektivitas biaya harus dipertimbangkan pula terhadap hasil-hasil dari sudut mamfaat biaya. Untuk itu orang disamping mengukur biaya-biaya maupun mamfaat menrut nilai sekarang yang tepat, kemudian membuat suatu perbandingan mamfaat / biaya dimana mamfaat dinyatakan dalam rupiah dibagi dengan biaya yang dinyatakan dalam rupiah.

Jika perbandingan itu lebih besar dari satu (>1) maka kesimpulannya proyek itu dapat dibenarkan karena mamfaat melebihi biayanya.

Mamfaat Rp. 50 Juta 2(>1) Umpamanya : ________ = __________ = _____ Biaya Rp. 25 Juta 1 Mamafaat Rp. 25 Juta 1(<1) Sebaliknya : ________ = __________ = _____

Biaya Rp. 50 Juta 2 (Handayaningrat,1989:182)

Wijaya lebih cenderung memberikan istilah pendayagunaan daripada efktivitas. Pendayagunaan adalah segala usaha untuk meningkatkan dalam melaksanakan tugas. Ini berarti adanya kemampuan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan organisasi dalam menyusun pedoman dan program, merumuskan kebijaksanaan dan


(27)

melaksanakannya serta kemampuan untuk mengawasi dan mengendalikan. (Wijaya, 1990:146).

Selanjutnya kemampuan dalam menyusun program dan pedoman adalah kemampuan organisasi dalam merencanakan apa dan bagaimana cara kerja maupun pekerjaan itu sendiri yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang. Kemampuan untuk memuaskan kebijakan adalah kemampuan dari aparat pemerintah untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dan memilih apa-apa yang penting dan mendesak untuk dilaksanakan dalam kepentingan sebagai abdi masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan dalam pelaksanaan adalah kemampuan yang terpenting dan yang paling erat hubungannya dengan penelitian ini, yakni efektifnya pelaksanaan program pembangunan desa.

Ivan rich dan Donnely mendefinisikan efektif sebagai suatu hal yang menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan usaha atau dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya yang ideal, taraf efektif dapat dinyatakan dalam ukuran-ukuran yang pasti. (Ivan, 1987:28). Sementara itu apabila ditinjau dari aspek mamfaat yang dihasilkan M. Steers mengatakan bahwa efektivitas adalah suatu usaha untuk mencapai keuntungan yang diperoleh organisasi maka organisasi itu semakin efktif. (Steers, 1980:74).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas itu pada dasarnya merupakan suatu tolak ukur tercapainya suatu sasaran atau tujuan dari pekerjaan tersebut tercapai sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan semula. Dan sebaliknya bila sasaran atau tujuan dari pekerjaan


(28)

tidak dapat dicapai maka organisasi yang melaksanakan tugas pekerjaan tersebut tidak mencapai efektivitas.

Sebagaimana disampaikan diatas bahwa efktivitas pada dasarnya merupakan tolak ukur keberhasilan untuk mencapai sasaran dan tujuan dari suatu pekerjaan. Sehubungan dengan hal tersebut lebih lanjut Richar M. Steers (1985:167), mengemukakan 19 macam variable pengukuran dari efektivitas yaitu: efektivitas keseluruhan, kualitas, kesiagaan, produktivitas, efisiensi, laba, atau penghasilan, pertumbuhan, pemamfaatan lingkungan, stabilitas, perputaran kerja, kemangkiran, kecelakaan, semangat kerja, motivasi, kepuasan, penerimaan tujuan, kepaduan, keluwesan, dan penilaian pihak luar.

Dengan demikian menurut berbagai persepsi pengertian efektivitas diatas dapat ditinjau dari tiga indikator yaitu :

a. Pencapaian tujuan b. Ketepatan waktu c. mamfaat

Ditinjau dari aspek Pencapaian tujuan, menurut Emerson dalam Handayaningrat (1989:16), efektivitas ialah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebebelumnya adalah efektif. Jadi jika tujuan atau sasaran itu tidak selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, pekerjaan itu tidak efektif.


(29)

Sealanjutnya ditinjau dari aspek Ketepatan waktu, maka menurut Siagian (2002: 171), efektivitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan. Artinya apakah pelaksanaan suatu tugas dinilai baik atau tidak adalah sangat tergantung bilamana tugas tersebut diselesaikan dan tidak terutama menjawab pertanyaan tentang bagaimana melaksanakannya serta biaya yang dikeluarkan untuk itu. Berdasarkan defenisi tersebut dapat disimpulkan pengertian efektivitas kerja itu semata-mata ditinjau dari segi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan bukan pada metode ataupun biaya yang dibutuhkan untuk mnyelesaikan pekerjaan tersebut.

Sedangkan bila ditinjau dari aspek mamfaat dan kemampuan melakukan tugas, maka menurut Arouf (dalam Sedarmayanti, 2000:183) efektivitas adalah berkaitan dengan pencapaian unjuk kerja yang maksimal dengan pencapaian kualitas,kuantitas, dan waktu. suatu tujuan atau sasaran yang telah tercapai sesuai dengan rencana adalah efektif, tetapi belum tentu efisien. Suatu pekerjaan pemerintah sekalipun tidak efisien dalam arti input dan output, tetapi tercapainya tujuan itu adalah efektif sebab mempunyai efek atau pengaruh yang besar terhadap kepentingan masyarakat banyak, baik politik, ekonomi, maupun sosial.


(30)

Pembangunan dalam arti sebenarnya haruslah mencerminkan pemerataan hasil-hasil pembangunan bagi masyarakat, karena suatu pembangunan tidak ada artinya apabila tidak memberikan manfaat bagi masyarakat. Untuk mencapai adanya pemerataan pembangunan dan tujuan yang diinginkan maka pemerintah menggiatkan pembangunan sampai ke desa-desa dengan berbagai program dan proyek yang sesuai dengtan keinginan dari masyarakat desa itu sendiri. Pembangunan desa yang bertujuan mengatasi berbagai permasalahan seperti adanya kemiskinan dan keterbelakangan dituangkan dalam bentuk program-program. Untuk mewujudkan program-program secara nyata diperlukan adanya pelaksanaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program merupakan awal dari suatu kegiatan pembangunan.

Untuk tercapainya suatu tujuan agar berhasil dengan baik perlu ditetapkan sasaran yang akan dicapai guna meletakkan dasar-dasar pertumbuhan dan perkembangan pembangunan nasional yang sehat dan kuat dengan meningkatkan perkembangan desa dari desa swasembada ke desa swakarya dan dari desa swakarya menuju desa swasembada terus menuju desa pancasila. Sasaran tersebut akan meliputi sasaran fisik dan non fisik. Sasaran fisik adalah :

1. Pembanguan prasarana desa yang dibutuhkan. 2. Meningkatkan pendapatan (income) masyarakat. 3. Memperluas lapangan kerja.


(31)

4. Menigkatkan kesehatan dan lingkungan melalui program K-3 (Kebersiahan, Keindahan dan Ketertiban).

Sedangkan sasaran non fisik yang bersifat penyuluhan berupa penyuluhan mengenai:

1. Pertahanan dan keamanan. 2. Agama.

3. PKK.

4. Generasi Muda.

5. K-3. ( Manunggal Sakato, 1996:11)

Menurut Cheema dan Rondinelli, pelaksanaan atau implementasi maksudnya adalah melakukan suatu program kebijaksanaan. Dan dijelaskan bahwa suatu proses interaksi diantaranya merancang dan menentukan sasaran yang diinginkan.(Cheema, 1991).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan pelaksanaan. Program akan menunjang pelaksanaan, karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek antara lain :

a. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

b. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang harus diambil dalam mencapai tujuan itu.

c. Adanya aturan-aturan yang harus dilalui.

d. Adanya perkiraan pembiayaan yang dibutuhkan. e. Adanya strategi dalam pelaksanaan.


(32)

Dengan program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Lebih lanjut Charles O. Jones memberikan pengertian tentang program itu adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. (Jones, 1991:296). Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam proses pelaksanaan program yaitu adanya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program sehingga masyarakat tersebut merasa ikut dilibatkan dan membawa hasil dari program yang dijalankan dan adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Tanpa memberikan mamfaat kepada masyarakat maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan.

Berhasil tidaknya suatu program dilaksanankan tergantung pada unsur pelaksana ini yang merupakan unsur ketiga. Pelaksana penting artinya karena pelaksana itu dapat berupa baik itu organisasi maupun perorangan, yang bertanggung jawab dalam pengelolaan maupun pengawasan dalam proses pelaksanaan.

Batasan tentang pembangunan desa adalah suatu usaha pembangunan dari masyarakat pada unit pemerintahan yang terendah yang harus dilaksanakan dan dibina terus menerus, sistematis dan terarah sebagai bagian yang penting dalam usaha pembangunan Negara, sebagai usaha yang menyeluruh. (Nurdin, 1989 : 26)

Sedangkan pengertian pembangunan merupakan suatu usaha pertumbuhan dan perubahan yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, Negara, dan pemertintah menuju modernitas (S.P. Siagian, 1982:2). Selanjutnya desa itu sendiri menurut ketentuan Undang-Undang No.32 tahun


(33)

2004 adalah suatu masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasrkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemertintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Wasistiono, 2006:26).

Pembangunan desa mempunyai peranan yang strategis dalam pembangunan nasional, bukan saja karena sebagian masyarakat Indonesia tinggal di desa tetapi justru dari sanalah yang memberikan sumbangan yang besar dalam rangka menciptakan stabilitas nasional. (Soetigno, 1985 :17). Kemudian pembangunan desa itu juga dapat diberikan batasan sebagai pembangunan yang sepanjang prosesnya masyarakat desa yang bersangkutan diharapkan berpartisipasi aktif dan dikelola ditingkat desa. (Ndraha, 1984 :15). Taliziduhu Ndraha juga mengatakan bahwa pembangunan desa meliputi segi-segi sebagai berikut :

a. Pembangunan pedesaan haruslah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berperan serta aktif dalam masyarakat.

b. Pembangunan pedesaan harus menyerahkan tanggungjawab pembangunan kepada masyarakat setempat.

c. Pembangunan masyarakat harus dapat mengembangkan kemampuan untuk menggali kebutuhannya sendiri dan dapat memenuhi kebutuhannya tersebut menurut kemampuannya.

d. Pembangunhan desa harus juga membangun sarana fisik. e. Lingkungan hidup yang serasi harus pula dibangun.


(34)

Pada umumnya pembangunan desa sering disebut community development yaitu proses pembangunan yang diarahkan pada masyarakat (people centered), mengutamakan segi kehidupan manusia dan mementingkan aspek-aspek humanisme. (Maskun, 1993:21). Menurut kertas kerja Bank Dunia ditekankan tentang pembangunan pedesaan yaitu suatu strategi yang dirancang untuk meningkatkan kehidupan kelompok sosial ekonomi masyarakat tertentu, warga desa yang miskin. Strategi ini mengandung pemerataan mamfaat pembangunan kepada golongan miskin diantaranya mereka yang mencari kehidupan dipedesaan. Kelompok ini mencakup petani kecil, petani penyewa dan tidak memiliki tanah. (Chanbers.1987:188).

Dari uraian yang dikemukakan diatas oleh kertas Bank Dunia menunjukkan bahwa pembangunan masyarakat desa tidak ditujukan untuk suatu teritorial, tetapi golongan tertentu dari masyarakat desa seperti petani kecil, petani penyewa. Dengan demikian, pembangunan masyarakat desa tidak hanya dilihat dari penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang berbentuk fisik saja (jalan, jembatan, saluran irigasi) dan jarang sekali ada desa yang mampu menciptakan nilai tambah, seperti usaha yang dapat menghasilkan keuntungan ekonomi produktif dalam bentuk Bank Desa, KUD dan peningkatan kerajinan desa.

Selain itu dalam Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 21 Tahun 1981 telah jelas dikatakan bahwa pembangunan Desa adalah seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung dipedesaan dan meliputi seluruh


(35)

aspek kehidupan masyarakat, dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong royong. (Dirjen Bangdes, 1984).

Dari uraian diatas jelaslah perubahan menuju kemajuan yang dilaksanakan secara sadar, berencana dan berkelanjutan dengan mengikutsertakan masyarakat desa yang dilaksanakan secara terpadu dan terprogram dengan mengembangkan swadaya gotong royong dan diarahkan mengembangkan secara optimal sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat desa.

Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 1969 ditegaskan bahwa program pembangunan desa adalah suatu usaha pembangunan dari masyarakat pada unit pemerintahan terendah yang harus dilaksanakan dan dibina terus menerus, sistematis dan terarah sebagai bagian penting dalam usaha pembangunan Negara sebagai usaha menyeluruh.

Di bagian lain dijelaskan pula bahwa pembangunan masyarakat sendiri meiliki sasaran yaitu:

1. Berupa kerohanian (mental, agama, ketrampilan, kebudayaan, kesehatan dan perumahan).

2. Berupa ekonomi dan kebendaan (produksi, pemasaran, prasarana, perkreditan, dan lapangan kerja).

3. Berupa pemerintahan dan ketertiban.

Selain itu Ndraha (1984:28) juga mengemukakan tentang pembangunan desa ada dua istilah yang terkenal menurut cara pendekatannya yaitu pembanguanan masyarakat dan pembangunan daerah. Pembangunan


(36)

masyarakat pendekatannya adalah dari segi masyarakat sebagai suatu kesatuan sedangkan pembangunan daerah adalah pendekatan dari segi wilayah. Yang pertama dapat disebut pembangunan masyarakat desa sedangkan yang kedua disebut pembangunan pedesaan.

Selanjutnya menurut Hanafiah (1986:27) karena semakin luasnya konsep dan pendekatan pembangunan pedesaan ia membagi menjadi urutan-urutan kegiatan yaitu dimulai dari pendekatan pembangunan masyarakat (community development), pemabngunan pedesaan (integrated rural development) sampai kepada konsep pembangunan kedaerahan (local development).

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pembangunan desa adalah suatu usaha pembangunan dari masyarakat sebagai suatu kesatuan pada unit pemerintahan terendah untuk mencapai suatu keadaan pertumbuhan dan peningkatan dalam jangka panjang yang merupakan bagian penting dalam usaha pemabangunan Negara.

3. Program/kegiatan Bantuan Bahan Rumah(BRR)Program

Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM)

Program P2FM ini adalah terobosan yang dilakukan oleh Pemerintah melalui Departemen Sosial dalam upaya mengentasan kemiskinan pada tahun 2007 melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE). P2FM dilatar belakngi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan dan tingginya persentase penduduk miskin di Indonesia. Hasil pendataan yang dilakukan oleh BPS tahun 2006, di Indonesia terdapat 10 juta rumah tangga miskin atau sekitar 40 juta jiwa


(37)

penduduk. Didalamnya termasuk 4 juta rumah tangga yang dikategorikan miskin adalah 15,5 juta rumah tangga atau sekitar 62 juta jiwa yang tersebar di seluruh Indonesia. Khusus Kabupaten Aceh Utara, Masyarakat miskin /dhu’afa telah mencapai 65,5% dan hampir semua dari persentase tersebut berdomisili di daerah pedesaan. Peluncuran P2FM ini dilandasi pada:

a. Undang-Undang No. 6 Tahun 1074 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial.

b. Pemeraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 Tahun 1981 tentang Pelayanan Kesejahteraan Sosial bagi Fakir Miskin.

c. Peraturan Presiden RI No. 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

d. Peraturan Presiden RI No. 19 Tahun 2006 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2007.

e. Peraturan Menteri Sosial RI No. 82/HUK/2006 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial RI.

f. Keputusan menteri Sosial RI No. 19/HUK/1988 tentang Pelayanan Kesejahteraan Sosial bagi Fakir Miskin yang diselenggerakan oleh masyarakat.

g. Keputusan Bersama Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah dan Menteri Sosial No. 05/SKB/M/V/1999-45/HUK1999.

h. Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan RI No. S-4411/PB/2006 Perihal Izin Penerbitan Surat Kuasa Pengguna


(38)

Anggaran (SKPA) Satker Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin TA.2007

i. Peraturan Direktur Jendral Perbendaharaan No. 19 Tahun 2006 tentang Penyaluran Bantuan Kepada Masyrakat.

Tujuan Utama pelaksanaan Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) di Kab. Aceh Utara meliputi:

1. Meningkatkan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraan keluarga fakir miskin.

2. Pemerintah Kab. Aceh Utara mampu mensinergikan segenap potensi diwilayahnya dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga fakir miskin. 3. Meningkatkan aksesibilitas keluarga fakir miskin terhadap pelayanan

sosial dasar dan jaminan kesejahteraan sosial.

4. Peningkatan jumlah aset individual fakir miskin anggota KUBE.

5. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab sosial masyarakat dan dunia usaha dalam program pemberdayaan fakir miskin.

6. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam pemberdayaan fakir miskin.

7. Meningkatkan manajemen pelayanan kesejahteraan sosial terhadap keluarga fakir miskin.

8. Meningkatkan peran serta masyarakat terutama kelompok fakir miskin dan perempuan dalam mengelola KUBE.

9. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan potensi dan sumberdaya local.


(39)

10.Melembagakan keuangan mikro dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin.

11.Pemerintah Kab/Kota mampu secara mandiri mengelola program pemberdayaan sosial kepada fakir miskin di wilayahnya sendiri.

Adapun program P2FM ini meliputi berbagai kegiatan, seperti kegiatan penggemukan sapi yang dilaksanakan melalui KUBE Usaha Ekonomi Produktif, kegiatan Bantuan Sarana Lingkungan (SARLING), dan kegiatan Bantuan Bahan Rumah (BBR).

A. Program/Kegiatan Bantuan Bahan Rumah (BBR)

Bantuan Bahan Rumah (BRR) merupakan stimulant bahan bahan untuk memperbaiki/memugar rumah bagi fakir miskin/dhuafa yang belum memiliki rumah layak huni. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Bina Sosial Kab. Aceh Utara selanjutnya disebut Dinas PMBS adalah Dinas yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan Bantuan Bahan Rumah Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin Tahun Anggaran 2007. Dan Kelompok Usaha Bersama yang selanjutnya disebut KUBE adalah Pelaksana kegiatan Bantuan Bahan Rumah (BBR) dimasing-masing Gampong.

B. Kebijaksanaan Umum Program/Kegiata Bntuan Bahan Rumah

(BRR)

1. Kebijaksanaan dan langkah yang ditempuh untuk kegiatan Bantuan Bahan Rumah (BBR) Program Pemberdayaan Fakir Miskin Tahun Anggaran 2007 diprioritaskan untuk:


(40)

b. Klasifikasi kepemilikikan yang didukung rekomendasi Geuchik dan Camat serta Konsultan Pendamping Daerah.

2. Alokasi Dana

Alokasi dana untuk masing-masing KUBE akan disesuaikan dengan hasil pendataan Tim sesuai kebutuhan dari masing-masing KUBE. 3. Pelaksana Fisik Kegiatan.

Ketua KUBE, dimana yang menjadi Ketua KUBE adalah Geuchik/Kepala Desa sendiri mengajukan kebutuhan dana sesuai daftar Bahan Bangunan Rumah dari masing-masing nama anggota KUBE yang telah ditetapkan dalam Keputusan Bupati Aceh Utara No. 463/526/2007 tanggal 13 November 2007.

4. Penyaluran Dana

Penyaluran dana ini disalurkan secara utuh/penuh melalui rekening masing-masing Ketua KUBE, tanpa potongan pajak. Pajak yang timbul sebagai akibat pembayaran (pembelian) diselesaikan oleh wajib pajak (Penjual/toko) yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku.

C. Mekanisme Pelaksanaan BBR-P2FM

1. Sumber Dana

Kegiatan Bantuan Bahan Rumah (BRR) Program Pemberdayaan Fakir Miskin Tahun Anggaran 2007 bersumber dari dana APBN Tahun Anggaran 2007 diprioritaskan kepada 90 (Sembilan puluh ) unit rumah untuk Kecamatan Nibong Kabupaten Aceh Utara. Untuk Desa Keupok


(41)

sendiri direhab 22 unit rumah, dan nama-nama penduduk yang mendapatkan bantuan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Mahmuddin, dengan rincian dana : Perbaikan atap : Rp 2.350.000,00 Perbaikan Lantai : Rp

Perbaikan dinding :

Jumlah : Rp 5.000.000,00 Rp 2.650.000,00

Dibulatkan :Rp 5.000.000,00 b. Nurman, dengan rincian dana :

Perbaikan atap : Rp 3.158.000,00 Perbaikan Lantai : Rp 1.414.000,00 Perbaikan dinding :

Jumlah : Rp 5.004.000,00 Rp 432.000,00

Dibulatkan : Rp 5.000.000,00 c. Baharuddin, dengan rincian dana :

Perbaikan atap : Rp 2.185.000,00 Perbaikan lantai : Rp 1.407.000,00 Perbaikan dinding : Rp 1.412.000,00 Jumlah : Rp 5.004.000,00 Dibulatkan : Rp 5.000.000,00 d. Tgk. Tarmizi R, dengan rincian dana :

Perbaikan atap : Rp 1.673.000,00 Perbaiakan lantai : Rp 875.000,00


(42)

Perbaikan dinding : Rp 2.456.000,00 Jumlah : Rp 5.004.000,00 Dibulatkan : Rp 5.000.000,00 e. Aminah Malem, dengan rincian dana :

Perbaikan atap : Rp 1.855.000,00 Perbaiakan lantai : Rp 3.145.000,00 Perbaikan dinding :

Jumlah : Rp 5.000.000,00

Rp –__________

Dibulatkan : Rp 5.000.000,00 f. Hajarah, dengan rincian dana :

Perbaiakan atap : Rp 1.775.000,00 Perbaikan lantai : Rp 2.919.000,00 Perbaikan dinding :

Jumlah :Rp 5.009.000,00 Rp 315.000,00

Dibulatkan : Rp 5.000.000,00 g. Idris, dengan rincian dana :

Perbaiakan atap : Rp 3.070.000,00 Perbaiakan lantai : Rp –

Perbaikan dinding :

Jumlah : Rp 5.003.000,00 Rp 1.933.000,00

Dibulatkan : Rp 5.000.000,00 h. Buleun, dengan rincian dana :


(43)

Perbaiakan lantai : Rp 3.369.000,00 Perbaiakan dinding :

Jumlah : Rp 5.003.000,00 Rp 1.610.000,00

Dibulatkan : Rp 5.000.000,00 i. Hawiyah, dengan rincian dana :

Perbaikan atap : Rp 2.590.000,00 Perbaikan lantai : Rp –

Perbaiakan dinding :

Jumlah : Rp 5.005.000,00 Rp 2.415.000,00

Dibulatkan : Rp 5.000.000,00 j. Syamaun, dengan rincian dana :

Perbaikan atap : Rp 2.925.000,00 Perbaiakan lantai : Rp 660.000,00 Perbaikan dinding :

Jumlah : Rp 5.009.000,00 Rp 1.424.000,00

Dibulatkan : Rp 5.000.000,00 k. Halimah, dengan rincian dana :

Perbaikan atap : Rp 2.430.000,00 Perbaiakan lantai : Rp –

Perbaikan dinding :

Jumlah : Rp 5.003.000,00 Rp 2.573.000,00

Dibulatkan : Rp 5.000.000,00 l. A. Azis B, dengan rincian dana :


(44)

Perbaikan atap : Rp –

Perbaiakan lantai : Rp 1.513.000,00 Perbaiakan dinding :

Jumlah : Rp 5.006.000,00 Rp 3.493.000,00

Dibulatkan : Rp 5.000.000,00 m. Hj. Juariah, dengan rincian dana :

Perbaiakan atap : Rp 1.486.000,00 Perbaiakan lantai : Rp –

Perbaiakan dinding :

Jumlah : Rp 5.004.000,00 Rp 3.519.000,00

Dibulatkan : Rp 5.000.000,00 n. Basyaruddin, dengan rincian dana :

Perbaiakan atap : Rp – Perbaikan lanatai : Rp – Perbaikan dinding :

Jumlah : Rp 5.000.000,00 Rp 5.000.000,00

Dibulatkan : Rp 5.000.000,00 o. Ibrahim Ys, dengan rincian dana :

Perbaikan atap : Rp 1.340.000,00 Perbaiakan Lantai : R P1.540.000,00 Perbaikan dinding :

Jumlah : Rp 5.005.000,00 Rp 2.125.000,00


(45)

p. Rusli Amin, dengan rincian dana : Perbaiakan atap : Rp 1.645.000,00 Perbaikan lantai : Rp 1.447.000,00 Perbaiakan dinding :

Jumlah : Rp 5.000.000,00 Rp 1.908.000,00

Dibulatkan : Rp 5.000.000,00 q. Jamaluddin Amin, dengan rincian dana :

Perbaiakan atap : Rp 5.001.000,00 Perbaiakan lantai : Rp –

Perbaikan dinding : Rp –

Jumlah :

Dibulatkan : Rp 5.000.000,00 Rp 5.001.000,00

r. Syahbuddin, dengan rincian dana : Perbaikan atap : Rp 2.560.000,00 Perbaiakan lantai : Rp –

Perbaiakan dinding :

Jumlah : Rp 5.003,000,00 Rp 2.443.000,00

Dibulatkan : RP 5.000.000,00 s. Tizalikha, dengan rincian dana :

Perbaiakan atap : Rp 5.006.000,00 Perbaiakan lantai : Rp –

Perbaiakan dinding :

Jumlah : Rp 5.006.000,00 Rp –_________


(46)

Dibulatkan : Rp 5.000.000,00 t. Nunabah, dengan rincian dana :

Perbaiakan atap : Rp 1.940.000,00 Perbaikan lantai : Rp 3.064.000,00 Perbaiakan dinding :

Jumlah : Rp 5.004.000,00 Rp –_________

Dibulatkan : Rp 5.000.000,00 u. Amiruddin, dengan rincian dana :

Perbaikan atap : Rp 3.250.000,00 Perbaikan lantai : Rp –

Perbaiakan dinding :

Jumlah : Rp 5.004.000,00 Rp 1.854.000,00

Dibulatkan : Rp 5.000.000,00 v. Mansur B, dengan rincian dana :

Perbaikan atap : Rp 2.490.000,00 Perbaikan lantai : Rp –

Perbaikan dinding :

Jumlah : Rp 5.003.000,00 RP 2.513.000,00

Dibulatkan : Rp 5.000.000,00

2. Pelaksanaan Kegiatan Bantuan Rumah (BRR) Program Pemberdayaan Fakir Miskin.


(47)

a. Penetapan calon Penerima Bantuan Bahan Rumah (BBR) telah ditetapkan dengan Keputusan Bupati Aceh Utara No. 463/526/2007 tanggal 13 November 2007.

b. Kegiatan Pengadaan Bantuan Bahan Rumah (BBR) dilakukan secara swakelola oleh KUBE, sesuai daftar kebutuhan yang telah disepakati bersama antara Ketua KUBE, Dinas PMBS dan Konsultan Pendamping Daerah.

c. Pemerintah Kabupaten Aceh Utara d/p. Dinas PMBS dalam hal ini bertindak sebagai penyedia anggaran dan penanggung jawab kegiatan, sedangkan KUBE sebagai pelaksana.

3. Pencairan Dana

Setelah Ketua KUBE mendapatkan kebutuhan bahan rumah dari masing-masing anggota, maka Ketua KUBE mengajukan permohonan untuk pencairan dana kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Utara d/p. Dinas PMBS secara bertahap. Tahap pertama setinggi-tingginya 50% (lima puluh persen) apabila KUBE selaku Pelaksana Lapangan telah siap untuk melaksanakan pekerjaan dan Tahap kedua 50%9lima puluh persen) sisanya apabila pekerjaan telah mencapai 30% (tiga puluh persen).

Perlengkepan Administrasi yang harus dipenuhi oleh Kelompok Pekerja Masyarakat selaku Pelaksana Lapangan (KPM) dalam mengajukan pencairan dana adalah sebagai berikut :


(48)

b. Berita Acara Serah Terima Barang

c. Copy/Gambar Visual 0%, 30%, dan 100%

Pencairan/penyaluran dana dilakaukan melalui BPD Kantor Kas Geudong Kab. Aceh Utara atas Permintaan Kadis PMBS Kabupaten Aceh Utara selaku Kuasa Pengguna Anggaran.

D. Sistem Pelaporan Dan Pengawasan

1. Pelaporan

a. Laporan Kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan keuangan dilaporkan oleh KUBE selaku pelaksana pekerjaan kepada Dinas PMBS Kabupaten Aceh Utara setiap bulannya secara rutin.

b. Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan oleh Konsultan Pendamping Daerah dilaporkan kepada Kepala Dinas Pemberdayaan Masyrakat dan Bina Sosial Kabupaten Aceh Utara. 2. Pengawasan

Pengawasan pelaksanaan pekerjaan diawasi oleh Konsultan Pendamping Daerah dilaporkan kepada Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Bina Sosial Kabupaten Aceh Utara.

4. Hubungan Kemampuan Aparatur Dengan Efektivitas Pelaksanaan

Program Pembangunan Desa

Kemampuan merupakan sifat yang dibawa sejak lahir atau yang dipelajari yang memungkinkan seseorang menyelesaikan pekerjaannya (Gibson,1994:54). Kemampuan aparat merupakan salah satu unsur yang


(49)

berkaitan dengan pengetahuan atau ketrampilan yang dapat diperoleh pegawai melalui pendidikan dan latihan atau pengalaman kerja. (Toha,1980:37). Jadi kemampuan aparat ini dapat dilihat dari segi pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki aparat tersebut yang diperoleh melalui pendidikan,latihan dan pengalaman kerja . Fungsi dari kemampuan aparat adalah untuk menunjang aparat tersebut dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan desa. Mengingat tugas-tugas aparat dalam pembangunan semakin lama semakin luas dan komplek, agar tugas-tugas pembangunan dapat dilaksanakan dengan baik, maka setiap aparat dituntut memiliki kemampuan yang memadai.

Menurut Stanley (dalam Lauer, 1989:323) ada tiga kategori utama fungsi pemerintahan, yaitu:

1. Menciptakan landasan fisik dan sosial bagi pembangunan 2. Menciptakan pembangunan yang menyeluruh dan terpadu

3. Menghasilkan produksi dan distribusi barang barang yang lebih banyak dan efisien.

Karena fungsi-fungsi yang harus dijalankan itulah, terutama fungsi pembangunan dan pendorong perubahan sosial membuat pemerintah dalam hal ini aparat harus selalu berada selangkah didepan dinamika masyarakatnya. Ini berarti bahwa pemerintah termasuk organisasinya sebagai wadah kerja sama, harus bersifat adaptif dan inovatif terhadap setiap perubahan yang terjadi di masyarakat.


(50)

Setiap organisasi mempunyai tujuan, begitu pula halnya dengan organisasi pemeritahan desa yang bersifat non frofit dimana pemerintah didalam menyelenggarakan tugas dan pekerjaan lebih mengutamakan pada pencapaian tujuan yang mempunyai efek yang besar terhadap kelangsungan kehidupan nasional dalam usaha menciptakan masyarakat yang adil dan makmur dan bukan pada efisiensi.

Setiap tujuan yang ingin dicapai selalu berorientasi pada efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif, maka aparatur desa atau pemerintah desa yang bertindak sebagai agen pembangunan harus melaksanakan fungsi-fungsi yang disebutkan diatas terutama fungsi pembangunan dan pendorong perubahan sosial dengan baik. Agar fungsi-fungsi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka aparat tersebut harus didukung dengan kemampuan yang memadai sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa keberhasilan suatu organisasi selalu diukur dengan konsep efektivitas itu sendiri. Sehingga efektivitas merupakan suatu keadaan yang menunjukan tingkat keberhasilan dari kegiatan manajemen didalam mencapai tujuannya. Dengan demikian efektivitas mengandung pengertian tingkat kemampuan sebuah organisasi dalam hal memanage sumber daya yang ada melalui kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. (Emerson dalam Handayaningrat, 1987:16).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kemampuan aparatur maka cenderung semakin efektif pelaksanaan program


(51)

pembangunan. Sehingga terdapatnya hubungan yang kuat antara kemampuan aparatur terhadap efektivitas pelaksanaan program pembangunan desa.

F. HIPOTESIS

Menurut Sugiyono (2002:39) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian. Berdasarkan permasalahan penelitian di atas maka peneliti merumuskan hipotesa terhadap penelitian ini sebagai berikut: Hipotesis Alternative : Terdapat pengaruh yang positif antara Kemampuan

Aparatur dengan Efektivitas Pelaksanaan Program Pembangunan Desa pada program BBR-P2FM di desa Keupok Nibong Kec. Nibong Kabupaten Aceh Utara.

Hipotesis Nol : Tidak terdapat pengaruh yang positif antara Kemampuan

Aparatur dengan Efektivitas Pelaksanaan Program Pembangunan Desa pada program BBR-P2FM di desa Keupok Nibong Kec. Nibong Kab. Aceh utara. G. DEFENISI KONSEP

Singarimbun (1995:31) mengemukakan bahwa konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

Adapun definisi konsep yang penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah:


(52)

1. Kemampuan Aparatur adalah aparat yang memiliki kecakapan dibidang administrasi dan manajemen dalam pelaksanaan pembangunan. Kemampuan aparat ini sangatlah mempengaruhi kegiatan pemerintahan dan kenegaraan sehingga perlu untuk terus ditingkatkan potensi kemampuan yang dimiliki sesuai dengan perkembangan terutama dalam penemuan ide baru dan pemecahan masalah. Dari uraian diatas dapat diketahui istilah kemampuan adalah menunjukan potensi untuk melaksanakan tugas dalam arti makin banyak tugas yang dapat dikerjakan aparat maka makin besar tingkat kemampuannya. Kemampuan aparatur disini adalah kemampuan aparatur desa yang melaksanakan tugasnya sehari-hari dalam melaksanakan program pembangunan desa.

2. Efektivitas dalam pelaksanaan program pembangunan desa adalah suatu pekerjaan pemerintah sekalipun tidak efisien dalam arti input dan output, tetapi tercapainya tujuan itu efektif sebab mempunyai pengaruh yang besar terhadap kepentingan masyarakat banyak, baik politik, ekonomi, maupun sosial. Dari pengertian ini konsep efektivitas diukur dari sisi organisasi yang bersifat non profit dimana pemerintah dalam menyelenggarakan tugas dan pekerjaannya lebih mengutamakan pada pencapaian tujuan yang mempunyai efek yang besar terhadap kelangsungan kehidupan nasional dalam usaha menciptakan masyarakat yang adil dan makmur bukan pada efisiensi.


(53)

Definisi operasional adalah unsur yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur variabel melalui indikator-indikatornya.

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kemampuan Aparatur dengan indikatornya sebagai berikut:

a. Pendidikan formal yang pernah ditempuh.

Jenjang pendidikan formal seseorang aparat merupakan kunci untuk memiliki kemampuan melaksanakan tugas.

b. Pelatihan yang pernah diikuti.

Pelatihan yang sesuai dengan jenis pekerjaan dan jabatan dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas.

c. Keahlian/ketrampilan khusus yang dimiliki.

Keahlian/ketrampilan khusus yang bersifat spesialisasi sesuai dengan jenis pekerjaan dan jabatan sangat menunjang kemampuan aparat dalam melaksanakan tugas.

d. Pengalaman kerja.

Pengalaman kerja menyatakan lamanya seseorang melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jabatan yang menunjukkan tentang kemampuan seorang aparat.

e. Koordinasi

Mencipatakan kesatuan/keselarasan didalam pelaksanaan tugas antar aparat agar aparat tersebut agar dapat bekerja sama dengan baik dan mencapai tujuan bersama


(54)

f. Kejujuran/dapat dipercaya (kredibilitas)

kejujuran merupakan sifat/prilaku dari aparat mengingat dalam pelaksanaan tugas/kewajibannya sangat rentan terhadap penyelewengan maka setiap aparat harus jujur agar mendapat kepercayaan dari masyarakat 2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Efektivitas Pelaksanaan Program Pembangunan Desa dengan indikator sebagai berikut:

a. Pencapaian tujuan.

Program/kegiatan dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan/sasaran yang telah ditentukan/ditetapkan sebelumnya.

b. Ketepatan waktu

Program/kegiatan tersebut dikatakan efektif apabila penyelesaian atau tercapainya tujuan sesuai waktu/jadwal yang telah ditetapkan.

c. Manfaat

Program/kegiatan tersebut dikatakan efektif apabila tujuan itu memberikan mamfaat bagi masyarakat setempat sesuai dengan kebutuhannya.


(55)

BAB II

METODELOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Adapun metode korelasional adalah metode penelitian yang meneliti hubungan diantara variable-variabel yang ada. Metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variable yang satu memiliki hubungan sebab akibat dengan variable yang lain. Karena penelitian ini menghubungkan dua variable saja, maka korelasinya disebut korelasi sederhana.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada Desa/Gampong Keupok Nibong Kecamatan Nibong Kabupaten Aceh Utara.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sebelum penelitian dilaksanakan, maka penulis terlebih dahulu menentukan populasi yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (2005:90) bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk datarik kesimpulannya.

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga desa yang memperoleh Bantuan Bahan Rumah sebanyak 22 orang serta


(56)

Aparat desa yang melaksanakan program tersebut sebanyak 10 orang dan jumlah seluruhnya menjadi 32 orang.

2. Sampel

sampel adalah sebahagian atau wakil populasi yang diteliti. Mengingat jumlah populasinya tergolong kecil, maka penulis menetapkan bahwa jumlah populasi diambil keseluruhannya untuk dijadikan sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1989:107) dimana apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 2 teknik pengumpulan data. Berikut ini akan diuraikan pengumpulan data sebagai berikut:

1. Data primer, adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Data primer tersebut dilakukan dengan instrument sebagai berikut:

a. Metode Angket (kuesioner)

Yaitu: pemberian daftar pertanyaan secara tertutup kepada responden yang dilengkapi dengan beberapa alternative jawaban.

b. Metode Wawancara (interview)

Yaitu: mengadakan Tanya jawab langsung kepada pihak-pihak yang terkait dan punya relevansi terhadap masalah penelitian.


(57)

Yaitu: dilakukan pengamatan terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan fokus penelitian serta mencatatnya kedalam catatan peneliti (field-note).

2. Data Sekunder, adalah data yang tersedia dan diperoleh di lembaga Pemerintah, organisasi, atau lembaga-lembaga lainnya melalui studi pustaka yang terdiri dari:

a. Penelitian Kepustakan

Yaitu; pengumpulan data-data yang diperoleh melalui buku-buku ilmiah, tulisan, karangan ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.

b. Studi Dokumentasi

Teknik ini dilakukan dengan menelaah kebijakan yang berupa UU, PP, Keppres, Perda, serta catatan tertulis, arsip yang menyangkut masalah yang diteliti yang ada pada instansi terkait.

E. Teknik Penentuan Skor

Teknik penentuan skor oleh nilai yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik memakai skala ordinal yang menunjukkan posisi dalam urutan tertentu (Nawawi, 1987:43) unutk menilai jawaban kuesioner yang akan disebarkan kepada responden.

Adapun skor dari setiap pertanyaan yang ditemukan adalah; a. Untuk jawaban alternatif A diberi skor 3

b. Untuk jawaban alternatif B diberi skor 2 c. Untuk jawaban alternatif C diberi skor 1


(58)

Kemudian untuk menentukan kategori jawaban responden terhadap masing-masing alternatif apakah tergolong tertinggi, sedang atau rendah terlebih dahulu ditentukan skala intervalnya dengan cara sebagai berikut:

Maka diperoleh:

Dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variable yaitu:

a. Score untuk kategori tertinggi : b. Score untuk kategori sedang : c. Score untuk kategori rendah :

Untuk menentukan jawaban responden tergolong tinggi, sedang, atau rendah maka jumlah jawaban responden akan ditentukan rata-ratanya dengan membagi jumlah pertanyaan. Dari hasil pembagian tersebut akan diketahui kategori jawaban dari responden.

F. Teknik Analisa Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tenik analisa kuantitatif yang digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.


(59)

1. Koefisien Product Moment

Cara ini dipergunakan untuk mengetahui ada tidaknya dan besar kecilnya hubungan antara variable bebas dengan variable terikat (Sugiyono, 2006:212)

Keterangan:

= angka index korelasi r product moment = populasi

= jumlah seluruh score x = jumlah seluruh score y

= jumlah hasil kali antar score x dan y

Untuk melihat hubungan antara kedua variable tersebut, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Nilai yang positif menunjukkan kedua variable yang positif, artinya kenaikan nilai variable yang satu diikuti oleh nilai variable yang lain. b. Nilai “ ” yang negatif menunjukan hubungan kedua variable negatif,

artinya menurunnya nilai variable yang satu diikuti oleh meningkatnya nilai variable yang lain.

c. Nilai “ ” yang sama dengan nol menunjukan kedua variable tidak mempunyai hubungan, artinya variable yang satu tidak akan berubah meskipun yang lainnya berubah.


(60)

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variable berdasarkan nilai r (Koefisien Korelasi) digunakan penafsiran atau interpretasi angka yang dikemukakan oleh Sugiyono (2006:241), yaitu:

Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment

Besarnya r Product

Moment Interpretasi

0,00 0,199 0,20 0,399 0,40 0,599 0,60 0,799 0,80 1,000

Sangat Rendah Rendah

Sedang Kuat

Sangat Kuat

Dengan nilai r yang kita peroleh, kita dapat melihat secara langsung melalui table korelasi unutk menguji apakah nilai r yang diperoleh tersebut berarti atau tidak. Tabel korelasi ini mencantumkan “ r “ yang signifikan, dalam hal ini signifikan 5%. Bila nilai “ r ” tersebut signifikan hipotesis kerja atau hipotesis alternatif dapat diterima.

2. Untuk menguji hipotesis, pengaruh antara Kemampuan aparatur terhadap efektivitas Pelaksanaan Program Pembangunan Desa maka diadakan uji hipotesis dengan membandingkan r hitung dengan nilai r tabel, untuk tingkat kesalahan 5%. r - hitung r - tabel , hipotesis diterima; r - hitung

r - tabel, hipotesis ditolak. 3. Koefisien Determinan


(61)

Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variable bebas terhadap variable terikat. Perhitungan dilakukan dengan mengkuadratkan nilai koefisien product moment dan dikalikan dengan 100%.

KP . 100%

Keterangan:

KP Koefisien Determinan


(62)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Geografis

Kecamatan Nibong merupakan salah satu dari 27 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Aceh Utara dan terletak 31 Km dari pusat pemerintahan Kabupaten Aceh utara dan 431 Km dari ibukota Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. Luas wilayah kecamatan Nibong adalah 4704 Ha, yang terdiri dari permukiman dengan luas 2.388 Ha, sawah dengan luas 1.092 Ha, Ladang/tegalan dengan luas 125 Ha, perkebunan dengan luas 895 Ha, padang rumput dengan luas 2 Ha, hutan rakyat/negara dengan luas 200 Ha, perikanan darat/air tawar dengan luas 1 Ha, lain-lain dengan luas 2 Ha.

Batas-batas wilayah kecamatan terdiri dari sebagai berikut: - Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Syamtalira Aron

- Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Tanah Luas dan Kecamatan Meurah Mulia

- Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Samudera, kecamatan Meurah Mulia, kecamatan Syamtalira Aron

- Sebelah timur berbatasan dengan Tanah Luas, Exxon Mobil

Kecamatan Nibong terdiri dari 20 (dua puluh) desa seperti pada table berikut :


(63)

Tabel 1: Jumlah desa dalam kecamatan Nibong Tahun 2008

No Nama Desa Luas (km)

1 Nibong Baroh 257

2 Nibong Wakheuh 257

3 Keude Nibong 0,43

4 Keupok Nibong 1,50

5 Dayah Nibong 1,49

6 Keh Nibong 1,28

7 Sumbok Rayek 3,21

8 Paya Terbang 2,36

9 Teupin Jok 1,88

10 Mamplam 2,63

11 Keulilee 2,35

12 Meunye Lhee 1,95

13 Ranto 3,00

14 Seulunyok 3,00

15 Tanjong Putoh 3,03

16 Alue Ie Mirah 2,95

17 Maddi 3,29

18 Alue Ngom 1,4

19 Alue Panah 1,70

20 Bumban 2,94

Jumlah 554,22


(64)

Dari 20 desa tersebut yang dijadikan objek penelitian ini adalah satu desa saja yakni desa Keupok Nibong.

B. Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk pada desa objek penelitian menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2008 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel2: Distribusi penduduk menurut kelompok Umur dan Jenis

Kelamin Tahun 2008

Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

0 s/d 6 Thn 27 Jiwa 30 Jiwa 57 Jiwa

7 s/d 12 Thn 20 Jiwa 30 Jiwa 39 Jiwa

13 s/d 18 Thn 24 Jiwa 19 Jiwa 42 Jiwa 19 s/d 25 Thn 27 Jiwa 18 Jiwa 57 Jiwa 26 s/d 40 Thn 37 Jiwa 30 Jiwa 85 Jiwa 41 s/d 54 Thn 25 Jiwa 48 Jiwa 55 Jiwa

55 Keatas 21 Jiwa 33 Jiwa 54 Jiwa

Jumlah 181 Jiwa 208 Jiwa 389 Jiwa

Sumber :

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kebanyakan usia penduduk pada desa objek penelitian berkisar 0 tahun sampai dengan 54 tahun. Usia tersebut merupakan usia anak-anak, usia sekolah dan usia produktif. Dengan komposisi penduduk yang demikian, sangat potensial dalam kegiatan pembangunan. Usia 0 sampai 18 tahun adalah usia pertumbuhan dan sekolah sedangkan usia yang paling banyak adalah usia 19 tahun hingga 54 tahun yang merupakan usia yang sangat produktif dengan berkarya unutk mengisi pembangunan, serta usia yang paling sedikit adalah usia 55 tahun keatas, hal


(65)

ini disebabkan banyaknya penduduk pada usia ini yang telah meninggal karena sesuai dengan umur yang mereka miliki.

Bila ditinjau dari komposisi penduduk dari segi jenis kelamin, terlihat bahwa penduduk Keupok Nibong lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan dibandingkan yang berjenis kelamin laki-laki. Dan desa tersebut terdiri dari 85 Kepala Keluarga yang terbagi dalam 2 Dusun yaitu Dusun T. Datu terdapat 41 KK dan Dusun T. Midat. Sebanyak 44 KK.

Bila ditinjau dari segi pendapatan, dapat kita lihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3: Persentase Pendapatan/penghasilan penduduk desa Keupok

Nibong

Jenis pekerjaan/penghasilan Jumlah Pendapatan

1 Petani 90%

2 Pegawai Negri/Honor/Swasta 5%

3 Lain-lain 5%

Jumlah 100%

Sumber

Dari tabel diatas dapat bahwa sebahagian besar masyarakat di desa objek penelitian berprofesi sebagai petani dibandingkan sebagai pegawai negeri atau swasta, ini dapat kita lihat dimana 90% pendapatan penduduk berasal dari bertani, selebihnya berasal dari pegawai negri/honorer/swasta dan lain-lain.

: Statistik Desa Keupok Nibong

Bila ditinjau dari tingkat kesejahteraan masyarakat, menunjukan bahwa masih banyaknya masyarakat setempat yang tergolong kurang mampu. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut :


(66)

Tabel 4: Tingkat Kesejahteraan Masyarakat

No Tingkat Kesejahteraan Jumlah Kepala Keluarga

1 Kaya 5 kk

2 Sedang 20 kk

3 Kurang mampu 60 kk

Jumlah 85 kk

Sumber : Statistik desa keupok nibong

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat desa keupok masih tergolong kurang mampu, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat desa keupok nibong masih tergolong rendah.

C. Visi dan Misi Desa

a. Visi

Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan dea. Penyusunan visi desa keupok nibong dilakukan dengan pendekatan partisipatif, melebatkan pihak-pihak yang berkepentingan didesa seperti Pemerintah Desa, BPD, Tokoh Masyrakat, Tokoh Agama, Lembaga Masyarakat desa pada umumnya. Pertimbangan eksternal didesa seperti satuan kerja wilayah pembangunan di kecamatan Nibong mempunyai tiitk berat sektor pertanian.

Maka berdasrkan pertimbangan diatas Visi desa keupok Nibong adalah untuk menciptakan swadaya masyarakat yang lebih baik


(67)

Selain penyusunan visi juga telah ditetapkan misi-misi yang membuat sesuatu yang harus dilaksanakan oleh desa agar terciptanya visi desa tersebut. Visi berada diatas misi, pernyataan visi kemudian dijabarakan kedalam misi agar dapat dioperasionalkan/dikerjakan. Sebagaimana penyusunan visi, misipun dalam penyusunannya menggunakan pendekatan partisipatif dan pertimbangan potensi dan kebutuhan desa keupok Nibong, sebagaimana proses yang dilakukan maka misi desa keupok adalah:

- Untuk pemberdayaan masyarakat miskin

- Membangun desa dari segi prasarana, dan bidang ekonomi D. Sarana dan Prasarana Desa

Kondisi sarana dan prasarana umum desa objek penelitian secara garis besar sebagai berikut:

- Jalan Kabupaten 3 Km - Jalan Kecamatan 4 Km - Irigasi 1 unit

- 1 Mesjid/Meunasah E. Kelembagaan Desa

Desa Keupok menganut sistem kelembagaan pemerintahan desa dengan pola minimal, selengkapnya sebagai berikut:


(68)

BAGAN 2

Struktur Kelembagaan Desa Keupok Nibong

Sumber: statistik desa keupok Nibong 2008

F. Pola Penggunaan Tanah

Penggunaan Tanah didesa objek penelitian sebgaian besar diperuntukkan untuk tanah pertanian sawah dan perkebunan sedangkan sisanya untuk tanah kering yang merupakan bangunan dan fasilitas-fasilitas lainnya. Sedangkan kebutuhan pupuk masyarakat( dalam ton/tahun):

Tabel 5: Penggunaan lahan

Lahan Basah Lahan Kering 600 ton/tahun 100 ton/tahun

Sumber: statistik desa Keupok Nibong 2008

G. Pemilikan Ternak

Kepala Desa: RAMLI MARD

Sekretaris Desa : Khaidir

BPD : Tgk. Ismail Tgk. Mahdi Tgk. Idris Ibrahim Ys. Abu bakar Kaur Pemerintahan: M. Yusuf Wahid

Kaur Kesejahteraan

Sosial: Lutufi

Kaur Umum : Ismail

Kepala Dusun Tgk. Hakim :

Mahmuddin

Kepala Dusun Tgk. Midat :


(69)

Jumlah kepemilikan hewan ternak oleh penduduk desa objek penelitian berjumlah 730 ekor terdiri dari sapi, kambing dan unggas.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Zaerudy, 1994, Kepemimpinan Aparatur Negara, Yayasan Pembina Manajeman LAN RI, Jakarta.

Arikunto Suharsimi, 1989, Prosedur Penelitian, Bina Aksara, Jakarata

Bryant, Coralie, 1989, Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang, LP3ES, Jakarta.

Chanbers, Robert, 1984 Pemabangunan Desa, LP3S, Jakarta.

Cheema, G. Shabir,dan D.A, Rondinelli, 1991 Decentralization Policies and Program, UNRCD, Japan.

Depdagri, 1984, Dirjen Bangdes, Jakarta.

Dwipayana, Ari, AAGN, dan Rozaki, Abdur, 2003, Membangun Good Governance di Desa, Institute for Research and Empowerment (IRE), Yogyakarta.

Echols, John M., dan Shadily, Hassan, 2003, Kamus Inggris-Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Gibson,dkk, 1994, Organisasi , Erlangga, Jakarta.

Hanafiah .T, 1986, Strategi Pembangunan Desa Terpadu dan Pembangunan Wilayah Pedesaan, Makalah diskusi Manunggal Sakato, Padang. Handayaningrat, Soewarno, Drs, 1989, Administrasi Pemerintahan Dalam

Pembangunan Nasional, CV. Haji Mas Agung, Jakarta. Handoko, T. Hani, 1982, Manajemen Edisi II, BPFE, Jakarta.

Maskun, H. Sumitro,1993 Pembangunan Masyarakat Desa, Media Widya Mandala, Yogyakarta.

MD, Soewito, SH. 2007,Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia tentang Desa dan Kelurahan, Nuansa Aulia, Bandung.

Ndraha, Taliziduhu, Dr, 1987 Metode Pembangunan Desa, Bina Aksara, Jakarta.

Ndraha, Taliziduhu, Dr, 1984, Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa, IIP, Jakarta.


(2)

O. Jones, Charles, 1991, Pengantar Kebijakan Publik, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Rich, Ivan, dan Donelly, 1987, Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses, Erlangga, Jakarta.

Richard, M. Steers, 1980, Efektivitas Organisasi, Erlangga, Jakarta.

Sedarmayanti,DR, 2000, Restruktur dan Pemberdayaan Organisasi Untuk Menghadapi Dinamika Esensial dan Aktual, Mandar Maju, Bandung

Siagian, S.P, 2000, Oraganisasi:Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, Bina Aksara, Jakarta.

Siagian, S.P, 1989, Filsafat Administrasi, Gunung Agung, Jakarta. Singarimbun, Masri, 1995, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta.

Soetigno, 1985, Administrasi Pembangunan Desa dan Sumber-sumber Pendapatan Desa, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Sugiyono, 2002, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung. Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.

Sutarto, 1993, Dasar-Dasar Organisasi,Universitas Gajah Mada,Yogyakarta.

Tjokroanadjojo, Bintoro, 1989, Pengantar Administrasi Pembangunan, LP3ES, Jakarta.

Toha, Miftah, 1980, Administrasi Kepegawaian Daerah, Fisipol UGM, Yogyakarta.

Wahab, Solihin, 1990, Analisis Kebijaksanaan, FIA Unibraw, Malang

Wasistiono,Sadu dan Tahir,Irwan M., 2006 Prospek Pengembangan Desa , Fokus Media, Bandung.

Wijaya, AW, 1990, Administrasi Kepegawaian, Rajawali Press, Jakarta. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2005 tentang Desa


(3)

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 1999. Tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa.

Instruksi Bupati Aceh Utara No. 413.4/13/2006. Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan Bantuan Bahan Rumah (BBR) Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM).

Internet


(4)

Lampiran

Tabulasi data untuk variabel Kemampuan Aparatur (X)

NO.

SUBJEK NILAI ITEM JAWABAN RESPONDEN Skor Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12

Tota l

Rata-rata 1. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 3.00 2. 3 3 3 3 3 2 1 2 3 2 2 2 29 2.41 3. 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 1 30 2.50 4. 3 3 1 1 2 1 2 2 3 2 2 2 24 2.00 5. 3 3 1 1 3 3 3 1 3 1 1 2 25 2.08 6. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 33 2.75 7. 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 32 2.66 8. 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1 1 2 28 2.33 9. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 34 2.83 10. 3 3 1 1 3 1 1 1 3 3 3 3 26 2.16 11. 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 31 2.58 12. 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 29 2.41 13. 3 3 3 1 1 2 2 3 3 3 3 3 30 2.50 14. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 3.00 15. 3 3 1 2 3 3 2 1 1 2 3 3 27 2.25 16. 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 30 2.50 17. 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 34 2.83 18. 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 28 2.33 19. 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 35 2.91 20. 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 35 2.91 21. 3 3 2 2 2 2 1 2 3 3 3 3 29 2.41 22. 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 33 2.75 23. 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 31 2.58 24. 3 3 3 1 1 2 1 2 2 2 2 2 24 2.00 25. 3 3 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2 27 2.25 26. 3 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 24 2.00 27. 3 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 24 2.00 28. 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 27 2.25 29. 2 3 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 18 1.50 30. 3 3 2 2 3 3 2 3 3 1 1 1 27 2.25 31. 3 3 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 22 1.83 32. 3 3 2 1 2 3 2 3 3 3 2 2 29 2.41


(5)

Tabulasi data untuk variabel Efektivitas Pelaksanaan Program Pembangunan Desa(Y)

No.

SUBJEK NILAI ITEM JAWABAN RESPONDEN Skor Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total Rata-rata 1. 1 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 27 2.25 2. 2 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 31 2.58 3. 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 30 2.50 4. 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 32 2.66 5. 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 28 2.33 6. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 3.00 7. 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 28 2.33 8. 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 31 2.58 9. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 3.00 10. 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 29 2.41 11. 1 2 2 2 2 3 2 3 1 2 1 3 24 2.00 12. 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 25 2.08 13. 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 28 2.33 14. 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 29 2.41 15. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 3.00 16. 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 32 2.66 17. 3 1 2 1 2 2 3 3 3 2 3 3 29 2.41 18. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 35 2.91 19. 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 34 2.83 20. 1 1 2 2 2 3 1 2 2 3 2 2 33 1.91 21. 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 36 3.00 22. 2 3 2 3 3 3 1 3 1 2 2 1 25 2.08 23. 3 3 2 1 3 3 2 3 2 3 2 2 32 2.66 24. 2 3 1 2 2 3 2 3 1 2 2 1 26 2.16 25. 2 3 1 1 2 3 2 3 2 2 2 2 23 1.91 26. 3 3 2 1 1 3 1 3 2 2 2 2 25 2.08 27. 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 1 2 31 2.58 28. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 3.00 29. 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 30 2.50 30. 1 1 1 1 1 3 2 2 2 2 3 2 21 1.75 31. 2 3 2 2 2 3 2 3 1 2 2 1 25 2.08 32. 2 1 1 2 1 3 1 3 2 2 3 3 24 2.06


(6)

Lampiran

Koefisien Korelasi Antara Variabel Kemampuan Aparatur (X) Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Program Pembangunan Desa(Y)

No.

Responden X Y X.Y

1. 36 27 1296 729 972

2. 29 31 841 961 899

3. 30 30 900 900 900

4. 24 32 576 1024 768

5. 25 28 625 784 700

6. 33 36 1089 1296 1188

7. 32 28 1024 784 896

8. 28 31 784 961 868

9. 34 36 1156 1296 1224

10. 26 29 676 841 754

11. 31 24 961 576 744

12. 29 25 841 625 725

13. 30 28 900 784 840

14. 36 29 1296 841 11044

15. 27 36 729 1296 1972

16. 30 32 900 1024 960

17. 34 29 1156 3841 986

18. 28 35 784 1225 980

19. 35 34 1225 1156 1190

20. 35 23 1225 529 805

21. 29 36 841 1296 1044

22. 33 25 1089 625 825

23. 31 32 961 1024 992

24. 24 26 576 676 624

25. 27 23 729 529 621

26. 24 25 576 625 600

27. 24 31 576 961 744

28. 27 36 729 1296 10972

29. 18 30 324 900 540

30. 27 21 729 441 567

31. 22 25 484 625 550

32. 29 24 841 576 696


Dokumen yang terkait

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ( Studi Kasus Irigasi Pertanian Di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

3 57 116

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di Kelurahan Lubuk Pakam I-II Kecamatan Lubuk Pakam

14 111 222

Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Pengembangan Kecamatan Di Kabupaten Aceh Utara...

0 33 3

IMPLEMENTASI PROGRAM PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI KEGIATAN PEMBERDAYAAN SOSIAL KOMUNITAS ADAT TERPENCIL (PS KAT) (Di Desa Kaliwenang Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan)

1 14 161

STRATEGI PEMASARAN PISANG SALE DI DESA LHOK NIBONG KECAMATAN PANTE BIDARI KABUPATEN ACEH TIMUR.

13 69 32

KINERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SRAGEN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN (P2FM)

2 26 132

REKONSTRUKSI PEMODELAN KELOMPOK USAHA BERSAMA DALAM PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN Studi Kasus : Program Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial.

0 0 37

ringkasan - REKONSTRUKSI PEMODELAN KELOMPOK USAHA BERSAMA DALAM PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN Studi Kasus : Program Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial.

0 1 1

PENGARUH PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN (P2FM) TERHADAP PRILAKU TANGKAP DAN PENDAPATAN NELAYAN DI NAGARI ULAKAN KECAMATAN ULAKAN TAPAKIS KABUPATEN PADANG PARIAMAN.

0 0 7

IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK PEMBANGUNAN DESA (Studi Pemberdayaan Perempuan Miskin Pada LSPBM Tomporoso Desa Kalawara, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.

0 0 1