Perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari lama mengajar, tingkat pendidikan dan golongan jabatan : studi kasus guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.
viii ABSTRAK
PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI GURU DITINJAU DARI LAMA MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN DAN
GOLONGAN JABATAN
Studi kasus pada guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta Sri Utami
Universitas Sanata Dharma 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari lama mengajar; (2) perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan; (3) perbedaan persepsi guru terhadaap sertifkasi guru ditinjau dari golongan jabatan.
Penelitian ini merupakan studi kasus pada guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. Jumlah populasi penelitian adalah 469 guru. Jumlah sampel penelitian 216 guru. Teknik penarikan sampel adalah proportional sampling. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Teknik analisis data adalah analisis varians (anova).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari lama mengajar (sig 0,906 > α: 0,05); (2) tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan (sig 0,510 > α: 0,05); (3) tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari golongan jabatan (sig 0,854 > α: 0,05).
(2)
ix ABSTRACT
THE DIFFERENCE OF TEACHER’S PERCEPTION TOWARDS TEACHER’S PROFFESSIONAL CERTIFICATE PERCEIVED FROM
PERIOD OF WORKING, EDUCATIONAL LEVEL AND OFFICIAL STRATIFICATION
A Case Study at High School Teachers in Gondomanan District, Yogyakarta Regency, Yogyakarta
Sri Utami
Sanata Dharma University 2011
The purpose of this research is to know the different perception of teachers towards teacher’s proffessional certivicate preceived from: (1) period of working; (2) educational level; (3) official stratification.
This research is a case study conducted at high school teachers in Gondokusuman District, Yogyakarta Regency. The population of this research was 469 teachers. The samples of this research were 216 teachers. The method of sampling was proportional sampling method. The method of data collection was questionnaire. The technique of data analysis was varian analysis (anova).
The result of this research shows that: (1) there isn’t any different perception toward teacher’s proffessional certivicate preceived from working period (sig 0,906 > α: 0,05); (2) there isn’t any different perception toward teacher’s proffessional certivicate preceived from educational level (sig 0,510 > α: 0,05); (3) there isn’t any different perception toward teacher’s proffessional certivicate preceived from official stratification (sig 0,854 > α: 0,05).
(3)
PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI
GURU DI TINJAU DARI LAMA MENGAJAR, TINGKAT
PENDIDIKAN DAN GOLONGAN JABATAN
Studi Kasus: Guru SMA di Kecamatan Gondokusuman
Kota Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Sri Utami
041334063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
(4)
i
PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI
GURU DI TINJAU DARI LAMA MENGAJAR, TINGKAT
PENDIDIKAN DAN GOLONGAN JABATAN
Studi Kasus: Guru SMA di Kecamatan Gondokusuman
Kota Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Sri Utami
041334063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
(5)
(6)
(7)
iv
PERSEMBAHAN
Karya kecilku ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus juru selamatku
Kedua orang tuaku tercinta, Kakak-kakakku,
serta Kekasihku (mas Galih)
(8)
v
MOTTO
Pengalaman adalah semacam guru yang paling keras…
yang pada awalnya memberikan ujian
dan setelah itu, pelajaran tentang hidup
_Barbara Johnson_
Cara terbaik untuk keluar dari suatu
persoalan adalah memecahkannya
Sepanjang pengharapan kristiani terpelihara, hidup tidak akan
menghancurkan kita dan kita tidak akan
terbebani dengan godaan dan kesengsaraan.
Kita tahu bahwa Tuhan dapat membawa kita keluar dari hal terburuk.
(9)
(10)
(11)
viii ABSTRAK
PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI GURU DITINJAU DARI LAMA MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN DAN
GOLONGAN JABATAN
Studi kasus pada guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta Sri Utami
Universitas Sanata Dharma 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari lama mengajar; (2) perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan; (3) perbedaan persepsi guru terhadaap sertifkasi guru ditinjau dari golongan jabatan.
Penelitian ini merupakan studi kasus pada guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. Jumlah populasi penelitian adalah 469 guru. Jumlah sampel penelitian 216 guru. Teknik penarikan sampel adalah proportional sampling. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Teknik analisis data adalah analisis varians (anova).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari lama mengajar (sig 0,906 > α: 0,05); (2) tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan (sig 0,510 > α: 0,05); (3) tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari golongan jabatan (sig 0,854 > α: 0,05).
(12)
ix ABSTRACT
THE DIFFERENCE OF TEACHER’S PERCEPTION TOWARDS TEACHER’S PROFFESSIONAL CERTIFICATE PERCEIVED FROM
PERIOD OF WORKING, EDUCATIONAL LEVEL AND OFFICIAL STRATIFICATION
A Case Study at High School Teachers in Gondomanan District, Yogyakarta Regency, Yogyakarta
Sri Utami
Sanata Dharma University 2011
The purpose of this research is to know the different perception of teachers towards teacher’s proffessional certivicate preceived from: (1) period of working; (2) educational level; (3) official stratification.
This research is a case study conducted at high school teachers in Gondokusuman District, Yogyakarta Regency. The population of this research was 469 teachers. The samples of this research were 216 teachers. The method of sampling was proportional sampling method. The method of data collection was questionnaire. The technique of data analysis was varian analysis (anova).
The result of this research shows that: (1) there isn’t any different perception toward teacher’s proffessional certivicate preceived from working period (sig 0,906 > α: 0,05); (2) there isn’t any different perception toward teacher’s proffessional certivicate preceived from educational level (sig 0,510 > α: 0,05); (3) there isn’t any different perception toward teacher’s proffessional certivicate preceived from official stratification (sig 0,854 > α: 0,05).
(13)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kekuatan dan cinta-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Perbedaan Persepsi Guru Terhadap sertifikasi Guru Ditinjau dari Lama Mengajar, Tingkat Pendidikan dan Golongan Jabatan” studi kasus pada guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan akhir mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono S.Pd., M.Si. selaku Kepala Program Studi Pendidikan Akuntansi dan pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu, memberikan saran dan kritik yang sangat berarti dalam membimbing penyelesaian skripsi ini.
4. Drs. Joko Wicoyo, S.Pd., M.S. yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran serta bantuan dalam proses penerjemahan abstrak dalam Bahasa Inggris demi kesempurnaan skripsi ini.
(14)
xi
5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan ilmu pengetahuan dalam proses perkuliahan.
8. Tenaga Administrasi Sekretariat Program Studi Pendidikan Akuntansi, Pak Wawiek dan Mbak Aris, dkk atas bantuan dan pelayanannya dalam hal administrasi perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.
9. Kepala Sekolah dan para guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta, terima kasih atas bantuannya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
10.Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Andreas Cipto Mardi dan Ibu Katarina Kastimah atas doa, cinta, dukungan dan kasih sayang yang tak terhingga untuk anak-anaknya.
11.Saudara-saudaraku tercinta, Mas Agus, Mbak Nanik, Mas Tri, dan Mas Anton atas dukungan serta doanya selama ini.
12.Bruder Y. Sarju, SJ atas dukungan baik materiil dan spirituilnya juga atas doa dan kasih sayangnya selama ini (maaf kalau saya tidak lulus tepat waktu). 13.For Special One Mas Gregorius Galih Ardhiputra atas dukungan lahir dan
(15)
xii
14.Keluarga Bapak Michael, ibu, Johan dan Agnes atas dukungan dan doanya. 15.Teman-temanku: Mbak Wiwied, Mas Petrick, Wahyu, dan si kecil Lupita atas
bantuannya, dukungan dan persaudaraan kita, makasih sudah boleh numpang di rumah kalian ^_^.
16.All my friends anak PAK’04 kelas A, B dan C sepesial buat mereka yang turut membantu penyelesaian skripsi ini.
17.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas kerjasama, bantuan, dukungan, doa dan perhatiannya sehingga skripsi ini benar-benar terselesaikan dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan masukan, saran dan kritik yang sekiranya dapat melengkapi dan menyempurnakan isi skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis berharap adanya perbaikan untuk penelitian selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat membantu dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 12 April 2011
(16)
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... xi
KATA ENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi ... 7
1. Pengertian Persepsi ... 7
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 8
B. Guru ... 10
1. Tugas, Tanggung Jawab dan Peranan Guru ... 10
(17)
xiv
1. Pengertian Sertifikasi ... 13
2. Sertifikasi Guru dalam Jabatan ... 13
3. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi ... 14
D. Lama Mengajar ... 19
E. Tingkat pendidikan ... 20
1. Pendidikan Formal ... 20
2. Pendidikan Nonformal ... 20
3. Pendidikan Informal ... 20
F. Golongan Jabatan ... 22
1. Golongan Jabatan ... 22
2. Penilaian Bobot Jabatan ... 23
G. Kerangka Berfikir dan Hipotesis ... 24
1. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Lama Mengajar ... 24
2. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 26
3. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Golongan Jabatan ... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 29
D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 30
4. Populasi ... 30
5. Sampel ... 30
6. Teknik Penarikan Sampel ... 31
E. Operasionalisasi Variabel ... 31
1. Variabel Penelitian ... 31
(18)
xv
F. Teknik Pengumpulan Data ... 38
G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 38
1. Uji Validitas ... 38
2. Uji Reliabilitas ... 41
H. Uji Prasyarat Analisis ... 43
1. Uji Normalitas ... 43
2. Uji Homogenitas ... 44
I. Teknik Analisis Data ... 45
1. Rumusan Hipotesis ... 45
2. Pengujian Hipotesis dan Penarikan Kesimpulan ... 46
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 50
1. Deskripsi Responden Penelitian ... 51
2. Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru ... 53
B. Hasil Pengujian Normalitas dan Homogenitas ... 58
1. Uji Normalitas ... 58
2. Uji Homogenitas ... 60
C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 62
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65
1. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Lama mengajar ... 65
2. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 67
3. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Golongan Jabatan ... 69
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72
B. Keterbatasan Penelitian ... 72
(19)
xvi
DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 77
(20)
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Uji Sertifikasi Guru ... 32
Tabel 3.2 Skor Pernyataan Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Guru ... 34
Tabel 3.3 Pengelompokan Lama Mengajar dan Pemberian Skor ... 37
Tabel 3.4 Pengelompokan Tingkat Pendidikan dan Pemberian Skor ... 37
Tabel 3.5 Pengelompokan Golongan Jabatan dan Pemberian Skor ... 37
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas yang Tidak Valid ... 39
Tabel 3.7 Hasl Uji Validitas untuk Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru .. 40
Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian... 42
Tabel 4.1 Sebaran Responden Penelitian ... 50
Tabel 4.2 Deskripsi Responden menurut Lama Mengajar Guru ... 51
Tabel 4.3 Kesimpulan Deskripsi Responden menurut Lama Mengajar Guru ... 51
Tabel 4.4 Deskripsi Responden menurut Tingkat Pendidikan Guru ... 51
Tabel 4.5 Kesimpulan Deskripsi Responden menurut Tingkat Pendidikan Guru ... 52
Tabel 4.6 Deskripsi Responde menurut Golongan Jabatan Guru ... 52
Tabel 4.7 Kesimpulan Deskripsi Responden menurut Golongan Jabatan Guru ... 52
Tabel 4.8 Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru ... 53
Tabel 4.9 Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Lama Mengajar ... 54
(21)
xviii
Tabel 4.10 Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 55 Tabel 4.11 persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari
Golongan Jabatan ... 56 Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Persepsi
Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Lama Mengajar ... 58 Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Persepsi
Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 59 Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Persepsi
Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Golongan Jabatan ... 59 Tabel 4.15 Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Lama
Mengajar ... 60 Tabel 4.16 Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Tingkat
Pendidikan ... 61 Tabel 4.17 Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari
Golongan Jabatan ... 61 Tabel 4.18 Tabel Anova Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi
Guru Ditinjau dari Lama Mengajar ... 62 Tabel 4.19 Tabel Anova Perbedaan Persepsi Guru terhadap Sertifikasi
Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 63 Tabel 4.20 Tabel Anova Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi
(22)
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Kuesioner Penelitian ... 78 Lampiran II Data Uji Validitas dan Reliabilitas ... 85 Lampiran III Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 87 Lampiran IV Data Induk Penelitian ... 90 Lampiran V Tabulasi Data Penelitian ... 97 Lampiran VI Analisis Data ... 104 Lampiran VII Pengujian Normalitas dan Homogenitas ... 107 Lampiran VIII Daftar Tabel F ... 113 Lampiran IX Surat Ijin Penelitian ... 116
(23)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Guru merupakan tenaga pendidik yang mempunyai fungsi, peran dan kedudukan yang strategis dalam pembangunan nasional di bidang pendidikan dan karenanya perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Sebagai tenaga profesional, guru dituntut mampu melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa agar nantinya menghasilkan output atau anak didik yang potensial dan dapat berkembang dengan maksimal.
Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan telah merencanakan program kegiatan untuk mengimplementasikan amanat Undang-Undang No.14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (UUGD). Program tersebut antara lain pelaksanaan sertifikasi guru, peningkatan kualifikasi, peningkatan kompetensi guru dan pendidikan di daerah terpencil serta penghargaan akhir masa bakti bagi guru dan beasiswa bagi putra-putri guru yang berprestasi.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional.
(24)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 10 tahun 2009 menyatakan bahwa sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik dan pemberian sertifikat pendidik secara langsung. Di dalam pasal 2 ayat 2 berbunyi uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dapat diikuti oleh guru dalam jabatan yang: (a) memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-I) atau diploma empat (D-IV), (b) belum memenuhi kualifikasi akademik S-I atau D-IV apabila sudah mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru atau mempunyai golongan IV/a atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a.
Dalam seleksi, lama mengajar dan umur diutamakan untuk mendapatkan kesempatan sertifikasi terlebih dahulu. Prioritas berikutnya ialah mereka yang berpangkat lebih tinggi dan yang mendapat tugas-tugas tambahan seperti kepala sekolah, Pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran, dan guru inti.
Di Indonesia, kompetensi guru tidak hanya dilihat dari profesionalismenya dalam mengajar, tetapi dapat dilihat dari lama mengajar, tingkat pendidikan dan golongan. Ditinjau dari lama mengajar, guru mempunyai masa mengajar yang bervariasi. Bagi guru yang telah bekerja dalam waktu lama akan berpeluang besar dalam mengikuti uji sertifikasi guru dalam jabatan dibandingkan dengan guru yang baru saja bekerja. Apabila guru sudah lama mengajar maka guru tersebut mempunyai nilai lebih dibanding guru yang baru memulai kerja. Komponen lama mengajar memberikan skor
(25)
terbanyak di antara komponen yang lain seperti tingkat pendidikan dan golongan jabatan.
Tingkat pendidikan guru yang bervariasi juga diduga menyebabkan perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru. Pedoman sertifikasi guru dalam jabatan menetapkan bahwa guru yang bisa mengikuti uji sertifikasi adalah guru dengan tingkat pendidikan lulusan S-1 atau diploma IV. Karenanya, guru yang masih lulusan D-II dan D-III masih harus bekerja keras untuk dapat mengikuti uji sertifikasi ini. Sedangkan guru yang sudah berpendidikan S-1 tinggal mengikuti aturan yang sudah ditentukan untuk dapat mengikuti uji sertifikasi.
Golongan jabatan juga bervariasi. Selain lama mengajar dan tingkat pendidikan, golongan jabatan juga merupakan komponen yang dipertimbangkan untuk memenuhi persyaratan kualifikasi akademik. Guru yang bergolongan jabatan rendah diduga berpandangan positif tentang uji sertifikasi ini. Mereka akan termotivasi untuk mengikuti uji sertifikasi karena jika mereka lulus maka akan mendapatkan tunjangan satu kali gaji pokok dan kesejahteraan mereka akan lebih terjamin. Sedangkan pandangan guru yang telah bergolongan jabatan tinggi terhadap uji sertifikasi ini diduga berlawanan dengan guru yang bergolongan jabatan rendah. Rasa ketertarikan terhadap sertifikasi kurang karena guru bergolongan jabatan tinggi merasa sudah terjamin kesejahteraannya.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik mengadakan penelitian mengenai PERBEDAAN PERSEPSI GURU
(26)
TERHADAP SERTIFIKASI GURU DI TINJAU DARI LAMA
MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN DAN GOLONGAN
JABATAN. Studi kasus pada Sekolah Menengah Atas di Kecamatan
Gondokusuman Kota Yogyakarta.B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas maka masalah yang muncul adalah:
Kesiapan dan persepsi guru dengan adanya sertifikasi guru baik yang boleh mengikuti ujian sertifikasi (S-1) maupun yang tidak dapat mengikuti ujian sertifikasi yaitu belum memenuhi kualifikasi akademik S-I atau D-IV dan belum mencapai usia 50 tahun dan belum mempunyai pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru atau belum mempunyai golongan IV/a atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a.
C. Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui persepsi guru terhadap sertifikasi guru. Agar penelitian lebih terarah dan mengingat waktu, biaya dan tenaga yang terbatas, maka penelitian hanya dibatasi pada tiga faktor yang diduga kuat mempengaruhi sertifikasi guru dalam jabatan, yaitu: lama mengajar, tingkat pendidikan dan golongan.
(27)
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari lama mengajar guru?
2. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan guru?
3. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari golongan jabatan guru?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari lama mengajar.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan.
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari golongan jabat
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu: 1. Bagi Guru
(28)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan kinerja guru dan meningkatkan profesionalitas sebagai tenaga pendidik juga menjadi masukan bagi guru lain yang belum mengikuti uji sertifikasi.
2. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi sekolah untuk dapat menyediakan guru yang berkompeten dan berkualitas.
3. Bagi Dinas Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi dinas pendidikan tentang tanggapan para guru terhadap uji sertifikasi, sehingga dinas pendidikan dapat membuat kebijakan yang sesuai dan selaras berkaitan dengan profesi guru.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan menambah referensi kepustakaan dan berguna bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
5. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti khususnya yang berkaitan dengan kesejahteraan dan penghargaan terhadap profesi guru.
(29)
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi
Pada bagian ini akan dibahas tentang persepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi.
1. Pengertian Persepsi
Manusia tidak bisa dilepaskan dari lingkungan hidupnya. Oleh karena itu, pentinglah bagi manusia mengenal dan mengamati lingkungannya, lalu mengendalikan atau memanfaatkannya, guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusiawinya, dan untuk mempertahankan hidupnya. Karena itu, manusia mencoba mengamati dan mengenal lingkungan hidupnya dengan bantuan indera (panca indera).
Proses terjadinya persepsi adalah adanya objek yang menimbulkan rangsangan. Rangsangan tersebut mengenai alat indera lalu dilanjutkan ke otak, kemudian terjadilah suatu proses di otak sehingga manusia atau individu dapat menyadari apa yang dia terima.
Menurut Kartono Kartini (1984:57) persepsi adalah mengalami sesuatu dalam pengertian melihat sesuatu, mendengar sesuatu, membaui atau merasakan sesuatu tanpa mampu mengadakan pemisahan antara diri sendiri (subjek) dengan objek yang dihayati.
(30)
Menurut Dakir (1967:67) istilah persepsi digunakan untuk mengetahui bagaimana prosesnya mengetahui sesuatu dari sekitar dengan mempergunakan alat-alat indera.
Pendapat lain dikemukakan oleh Mitfah Thoha (1983:138) persepsi adalah proses pemahaman yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan, baik lewat pendengaran, penglihatan, penghayatan perasaan dan penciuman.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah memahami, menerima, mengorganisasi dan menginterpretasikan rangsangan dari lingkungan melalui panca indera sehingga individu menyadari dan mengerti tentang yang diinderakan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut M Thoha (1988:45-52) ada dua faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:
a. Faktor dari Luar yang terdiri dari pengaruh-pengaruh lingkungan luar antara lain:
1) Intensitas
Prinsip intensitas dari perhatian dapat dinyatakan bahwa semakin besar intensitas stimulus dari luar, layaknya semakin besar pula hal itu dipahami.
(31)
2) Ukuran
Faktor ini menyatakan bahwa semakin besar untuk objek semakin mudah untuk bisa diketahui atau dipahami.
3) Pengulangan (repetition)
Dalam prinsip ini dikemukakan bahwa stimulus dari luar yang diulang akan memberi perhatian yang lebih besar dibanding hanya dalam sekali lihat.
4) Gerakan (moving)
Prinsip gerakan ini antara lain menyatakan bahwa orang akan memberikan banyak perhatian terhadap objek yang bergerak dalam jangkauan pandangannya dibandingkan dari objek yang diam. 5) Baru dan familiar
Prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi eksternal yang baru maupun yang sudah dikenal dapat dipergunakan sebagai penarik perhatian.
b. Faktor dari Dalam
Proses belajar (learning) semua faktor dari dalam yang membentuk adanya perhatian kepada suatu objek sehingga menimbulkan adanya persepsi adalah didasarkan dari kekomplekan kejiwaan. Kekompleksan kejiwaan ini selaras dengan proses pemahaman / belajar dan motivasi yang dipunyai masing-masing.
Motivasi, selain proses belajar dapat membentuk persepsi dari dalam lainnya yang juga menentukan terjadinya persepsi antara lain
(32)
motivasi dan kepribadian pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar, tapi keduanya juga mempunyai dampak yang sangat penting dalam proses pemilihan persepsi.
Kepribadian, dalam membentuk persepsi unsur ini sangat erat hubungannya dengan proses belajar dan motivasi mempunyai akibat tentang apa yang diperhatikan dalam menghadapi situasi.
B. Guru
1. Tugas, Tanggung Jawab dan Peranan Guru a. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Menurut Peters (dalam Nana Sudjana, 1989:15) ada tiga tugas dan tanggung jawab guru, yaitu:
1) Guru sebagai Pengajar
Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, di samping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya.
2) Guru sebagai Pembimbing
Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yag dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik, sebab tidak
(33)
hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa.
3) Guru sebagai Administrator Kelas
Tugas sebagai administrator kelas pada hakekatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya.
b. Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Menurut Uzer Usman (1995:9-12) membagi peran guru menjadi empat bagian, yaitu:
1) Guru sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai siswa. Untuk itu guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam bebagai kesempatan.
2) Guru sebagai Pengelola Kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar
(34)
terarah kepada tujuan-tujan pendidikan. Pengawasan terhadap lingkungan itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan belajar yang baik bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. 3) Guru sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Sebagai mediator guru pun menjadi perantara dalam hubungan antarmanusia. Tujuannya agar guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif.
Selain sebagai mediator, guru juga berperan sebagai fasilitator, yaitu guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah ataupun surat kabar.
4) Guru sebagai Evaluator
Guru sebagai evaluator di sini hendaknya mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai atau belum dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dijawab melalui kegiatan evaluasi dan penilaian.
(35)
Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran serta ketepatan atau keefektifan metode dalam mengajar.
C. Sertifikasi dan Sertifikasi Guru dalam Jabatan 1. Pengertian Sertifikasi
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional (Depdiknas:2007 http://www.depdiknas.go.id).
2. Sertifikasi Guru dalam Jabatan
Profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas yang bertujuan guna menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran, meningkatkan profesionalisme guru, serta mengangkat harkat dan martabat guru. Proses sertifikasi dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah
(36)
3. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi a. Tujuan sertifikasi
Secara garis besar sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru yang pada akhirnya diharapkan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan (Zamroni, http://www.sertifikasiguru.org). Tujuan lain diadakannya sertifikasi guru yakni (http://www.tkplb.org).
1) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional 2) Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan
3) Meningkatkan martabat guru 4) Meningkatkan professional guru b. Manfaat Sertifikasi
Adapun manfaat uji sertifikasi guru dapat diberikan sebagai berikut: (Sawali Tuhusetya, http://jalan-mendaki.blogspot.com)
1) Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru.
2) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional.
3) Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK , dan kontrol mutu dan jumlah guru bagi pengguna layanan pendidikan.
(37)
4) Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan (LPTK) dari keinginan internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku.
5) Memperoleh tujangan profesi bagi guru yang lulus ujian sertifikasi. c. Sepuluh Komponen dalam Sertifikasi
Dalam Permendiknas Nomor 10 Tahun 2009 tentang sertifikasi guru dalam jabatan disebutkan bahwa sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio atau penilaian kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru, dengan mencakup 10 (sepuluh) komponen yaitu:
1) Kualifikasi akademik 2) Pendidikan dan pelatihan 3) Pengalaman mengajar
4) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran 5) Penilaian dari atasan dan pengawas
6) Prestasi akademik
7) Karya pengembangan profesi 8) Keikutsertaan dalam forum ilmiah
9) Pengalaman organisasi dibidang pendidikan dan sosial 10)Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan d. Kualifikasi dan Kompetensi Keguruan
1) Kompetensi Pedagogik Meliputi:
(38)
a) Pemahaman terhadap peserta didik, dengan indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif dan kepribadian dan mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik
b) Perancangan pembelajaran, dengan indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran yang dipilih.
c) Pelaksanaan pembelajaran dengan indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
d) Perancangan dan pelaksanaan evaluasi hasil belajar, dengan indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assesment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum
e) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, dengan indikator esensial:
(39)
memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik
2) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru. Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik
(40)
3) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kemampuan yang dimaksud adalah mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik dan memiliki indikator esensial, yaitu berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik dan tenaga kependidikan, juga dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
4) Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Penguasaan substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial: pemahaman materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; pemahaman struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; pemahaman hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. Penguasaan struktur dan metode keilmuan memiliki indikator
(41)
esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi. Banyak ahli pendidikan yang memberikan koreksi bahwa kompetensi professional seharusnya lebih cocok digunakan dengan istilah kompetensi akademik.
D. Lama Mengajar
Lama mengajar yaitu masa kerja guru dalam melaksanaan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan/atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan).
Kinerja masa lalu dapat menjadi indikator yang tepat dari kemampuan dan sikap yang berhubungan dengan pekerjaan karena pekerja telah melakukan pekerjaan sebelumnya dan menggemari pekerjaan tersebut sehingga mampu bekerja dengan baik.
Diana Nasution dalam blognya http://dianasution. blogspot.com/2008/08/panduan-penyusunanportofolio.html menuliskan lama mengajar adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa surat keputusan/surat keterangan yang sah dari lembaga yang berwenang.
(42)
E. Tingkat Pendidikan
Tingkat adalah tinggi rendahnya martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan, peradaban). Pendidikan adalah perbuatan (hal, cara) mendidik. Jadi tingkat pendidikan adalah ukuran tinggi rendahnya seseorang diukur dari berapa lamanya dia mengenyam pendidikan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan. Ada tiga jenis pendidikan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yaitu:
1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Misalnya SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi.
2. Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Misalnya berbentuk kursus-kursus.
3. Pendidikan Informal
Pendidikan informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Menurut Winkel (1986:160), pendidikan informal adalah suatu jenis pendidikan yang tidak terencana dan tersusun secara tegas dan tidak sistematis, dilaksanakan di luar sekolah terutama dalam keluarga.
(43)
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) mempunyai empat macam program pendidikan guru (Piet A Sahertian, 1994:68) yaitu: 1. Program gelar yang melalui Sarjana (S1) dengan lama studi empat sampai
tujuh tahun.
2. Program Pasca Sarjana dengan lama studi enam sampai sembilan tahun. 3. Program Nongelar (program diploma) dengan rincian sebagai berikut:
a. Program Diploma 1 (D-I) dengan lama studi satu sampai dua tahun. b. Program Diploma 2 (D-II) dengan lama studi dua sampai tiga tahun. c. Program Diploma 3 (D-III) dengan lama studi tiga sampai lima tahun.
Selain itu juga ada program akta mengajar, yang diberikan kepada mereka yang berasal dari fakultas non keguruan untuk memperoleh kemampuan mengajar pada berbagai tingkatan sekolah. Program akta mengajar ini terdiri atas:
1. Akta I sebanyak 20 SKS selama dua semester.
2. Akta II sebanyak 20 SKS dan dapat ditempuh bagi mereka yang sudah memperoleh 60 SKS dalam bidang non kependidikan.
3. Akta III sebanyak 20 SKS yang dapat ditempuh selama dua semester setelah memiliki 90 SKS untuk bidang studi non kependidikan.
4. Akta IV dengan beban kredit 20 SKS ditempuh selama dua semester setelah memiliki 120 SKS dalam bidang studi non kependidikan.
5. Akta V dengan beban kredit 20 SKS bagi mereka yang telah memiliki 160 SKS bidang studi di luar kependidikan.
(44)
F. Golongan Jabatan 1. Golongan Jabatan
Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 1676 tentang Rumpun jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil pasal 5 ayat 2 menyatakan berdasarkan penilaian terhadap bobot jabatan fungsional, maka jabatan fungsional keahlian dibagi dalam empat jenjang jabatan yaitu:
a. Jenjang Utama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis nasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tertinggi dengan kepangkatan mulai dari Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d sampai dengan pembina utama, golongan IV/e.
b. Jenjang Madya, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis nasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tinggi dengan kepangkatan mulai dari Pembina, golongan ruang IV/a sempai dengan pembina utama muda, golongan ruang IV/c.
c. Jenjang Muda, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat taktis operasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat lanjutan dengan kepangkatan mulai dari Penata, golongan ruang III/c sampai dengan penata tingkat I, golongan ruang III/d.
(45)
d. Jenjang Pertama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat operasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat dasar dengan kepangkatan mulai dari penata muda, golongan ruang III/a sampai dengan penata muda tingkat I, golongan ruang III/b.
2. Penilaian Bobot Jabatan
Dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 1676 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil pasal 6 ayat 2 dituliskan berdasarkan penilaian bobot jabatan fungsional, maka jabatan fungsional keterampilan dibagi dalam empat jenjang jabatan yaitu: a. Jenjang penyelia, adalah jenjang jabatan fungsional keterampilan yang
tugas dan fungsi utamanya sebagai pembimbing, pengawas, dan penilai pelaksanaan pekerjaan jabatan fungsional tingkat di bawahnya yang mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan mulai dari penata, golongan ruang III/c sampai dengan Penata tingkat I, golongan ruang III/d.
b. Jenjang Pelaksana Lanjutan, adalah jenjang jabatan fungsional keterampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana tingkat lanjutan pembimbing, pangawas dan mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan mulai dari
(46)
penata muda, golongan ruang III/a sampai dengan Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/d.
c. Jenjang Pelaksana, adalah jenjang jabatan fungsional keterampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana dan mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan mulai dari Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b sampai dengan pengatur tingkat I, golongan ruang II/d.
d. Jenjang Pelaksana Pemula, adalah jenjang jabatan fungsional keterampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pembantu pelaksana dan mensyaratkan pengetahuan teknis operasional penunjang yang didasari cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan mulai dari pengatur muda, golongan ruang II/a.
G. Kerangka Berfikir dan Hipotesis
1. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Lama Mengajar.
Persepsi merupakan proses pengenalan terhadap sesuatu yang ada dan terjadi di sekitarnya, dan persepsi itu sering dipengaruhi oleh kemampuan dan kematangan serta pengalaman seseorang. Guru dalam menghadapi uji sertifikasi harus memenuhi salah satu komponen kualifikasi yakni pengalaman mengajar. Dengan pengalaman mengajar, seorang guru diharapkan memenuhi standar profesional yang menjadi
(47)
syarat mutlak uji sertifikasi. Pengalaman mengajar yang dimaksud adalah masa kerja guru dalam melaksanaan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu.
Dengan pengalaman mengajar yang tinggi, guru diharapkan mampu menjadi tenaga pendidik yang kompeten di bidangnya sehingga mampu mewujudkan pendidikan yang berkualitas yang ditunjang dengan pemberian sertifikasi yang akan meningkatkan martabat guru. Dengan pengalaman mengajar yang tinggi dirasa akan lebih mudah memenuhi persyaratan dibandingkan guru yang baru saja bekerja. Dengan demikian diduga kuat ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifkasi guru dalam jabatan ditinjau dari lama mengajar. Dugaan tersebut di atas semakin dikuatkan dengan besarnya bobot penilaian portofolio pada aspek masa kerja. Bagi guru yang sudah bekerja selama lebih dari 25 tahun akan mendapatkan skor 160, sedangan guru yang memiliki masa kerja di bawah itu akan mendapat nilai yang lebih rendah.
Oleh karena itu, sejalan dengan kerangka berpikir tersebut diduga kuat ada perbedaan persepsi antara guru yang memiliki pengalaman mengajar yang lebih banyak dengan guru lainnya yang memiliki pengalaman mengajar lebih sedikit ditinjau dari lama mengajarnya. Oleh sebab itu, guru yang sudah lama bekerja akan mempunyai persepsi yang berbeda dengan guru yang baru saja bekerja.
(48)
Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari lama
mengajar.
2. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Tingkat Pendidikan.
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh guru.
Menurut Aloysius Loyola Widyatmoko (2008:28) dalam skripsinya yang berjudul Persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan, masa kerja, beban mengajar dan status guru, persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap guru didalam memahami setiap informasi tentang pemberian sertifikat pendidik melalu uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio. Persepsi guru akan berbeda pada latar belakang guru yang berbeda. Adanya perbedaan tingkat pendidikan masing-masing guru akan menimbulkan pandangan yang berbeda terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan tersebut karena guru dengan latar belakang pendidikan yang berbeda akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap kompetensinya sebagai agen pembelajaran. Semakin ia memahami kompetensi tersebut maka semakin besar kesempatan untuk lulus uji sertifikasi.
Dalam Permendiknas No 10 tahun 2009, dinyatakan bahwa sertifikasi guru dalam jabatan dapat diikuti oleh guru yang telah memiliki
(49)
kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dan belum memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) apabila sudah mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru dan mempunyai golongan IV/a, atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a. Jadi, sudah pasti guru yang belum memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dan belum mencapai usia 50 tahun dan juga belum mempunyai pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru dan belum mempunyai golongan IV/a, atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a tidak dapat mengikuti uji sertifikasi ini.
Oleh karena itu, sejalan dengan kerangka berpikir tersebut dapat diduga terdapat perbedaan persepsi antara guru yang satu dengan guru lainnya ditinjau dari tingkat pendidikannya.
Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari
tingkat pendidikan.
3. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Golongan Jabatan.
Menurut H. Eko Guswanto (2009:33) dalam skripsi yang berjudul Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi, Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan, Status Guru, dan Golongan Ruang, golongan ruang guru erat kaitannya dengan tingkat pendidikan guru. Sebab golongan ruang yang dipegang seorang guru itu dibedakan berdasarkan tingkat pendidikannya. Semakin
(50)
tinggi tingkat pendidikannya, semakin tinggi golongan ruangnya dan semakin tinggi gaji yang diterimanya sehingga kesejahteraannya dapat terjamin. Faktanya setiap guru mempunyai golongan jabatan yang berbeda-beda sebab tingkat pendidikannya juga berbeda.
Pada umumnya guru-guru yang bekerja di Sekolah Menengah Atas paling rendah bergolongan III/a yaitu penata muda sampai pada tingkat golongan tertinggi yaitu IV/e atau pembina utama. Dari adanya perbedaan golongan itu maka dimungkinkan juga adanya perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi.
Oleh karena itu, sejalan dengan kerangka berpikir tersebut dapat diduga terdapat perbedaan persepsi antara guru yang satu dengan guru lainnya ditinjau dari golongan jabatan.
Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari
(51)
29 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini berupa studi kasus, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengambil suatu tempat yang telah ditentukan sebagai tempat penelitian, maka kesimpulan yang ditarik hanya berlaku pada objek yang diteliti saja dan berlaku untuk jangka waktu tertentu.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2010.
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan (Suharsimi Arikunto, 1998:116). Dengan demikian subjek penelitian ini adalah guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.
(52)
2. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan variabel atau apa yang menjadi titik perhatian. Dengan demikian objek penelitian ini adalah golongan jabatan, tingkat pendidikan, lama mengajar, dan persepsi guru terhadap sertifikasi guru.
D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1998:115). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2004:72). Dalam penelitian ini populasinya adalah guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. Jumlah penelitian ini sebanyak 469 guru (Badan Pusat Statistik Yogyakarta). 2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang representatif (Suharsimi, 1991:104). Menurut Sugiyono (1676:50) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang diteliti.
Sedangkan untuk menentukan besarnya sampel dari populasi, peneliti menggunakan rumus Slovin (1960) (dalam Consuelo dkk, 1993:161) sebagai berikut:
2
1 Ne N n
+ =
(53)
Keterangan:
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
E = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi).
Dalam penelitian ini, ditentukan nilai kritis sebesar 5%.
Jadi jumlah sampel yang akan diambil (n), dengan nilai kritis/ batas kesalahan (e) 5% dari populasi (N) tersebut adalah :
(
)
205 , 0 469 1
469
+ =
n
= 215.88 atau sekitar 216 orang yang akan menjadi sampel.
3. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportional sampling. Jumlah populasi penelitian ini adalah 469 guru yang terdiri dari 248 guru swasta dan 221 guru negeri. Oleh sebab itu, jumlah guru yang diambil dari guru swasta adalah (248/469x216) = 114 guru dan guru negeri adalah (221/469x216) = 102 guru.
E. Operasionalisasi Variabel 1. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1991:102). Varibel yang akan diteliti adalah: Persepsi guru terhadap sertifikasi guru, lama mengajar, tingkat pendidikan dan golongan jabatan.
(54)
2. Instrumen Penelitian a. Sertifikasi Guru
Dalam Undang-Undang No 10 tahun 2009, Sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang bertugas sebagai guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan konseling atau konselor, dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan.
Berikut ini adalah tabel kisi-kisi rancangan kuesioner uji sertifikasi guru menurut Eko Guswanto (2009:40) dalam penelitiannya yang berjudul Persepsi Guru terhadap Uji Sertifikasi ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Status Guru dan Golongan Ruang.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Kuesioner Uji Sertifikasi Guru
No Variabel Dimensi Indikator Pernyataan Positif Negatif 1 Sertifikasi
Guru
1. Kualifikasi akademik
1. Pendidikan formal seorang guru
1 2. Pendidikan
dan pelatihan
2. Pelatihan meningkatkan kompetensi pedagogik 3. Bukti keikutsertaan dalam
pendidikan dan pelatihan yang disahkan.
2 3 3. Pengalaman
mengajar
4. Pengalaman mengajar berpengaruh pada kompetensi pedagogik 5. Pengalaman mengajar
berpengaruh pada kompetensi profesional
4
5 4. Perencanaan 6. Kompetensi profesionsl 6
(55)
dan pelaksanaan pembelajaran ditunjukkan dengan komponen merumuskan RPP
7. Kompetensi profesional ditunjukkan dengan menggunakan media pembelajaran
8. Kompetensi pedagogik ditunjukkan dengan kegiatan pembelajaran dalam RPP 9.Kompetensi pedagogik
ditunjukkan dengan kemampuan guru dalam penilaian belajar
7
8
9 5. Penilaian dari
atasan dan pengawas
10.Dasar penilaian dari atasan adalah etos kerja dan kreativitas 10 6. Prestasi akademik 11.Kompetensi profesional ditunjukkan dalam keikutsertaan guru dalam lomba
11
7. Karya pengembanga n profesi
12.Kompetensi profesional dapat ditunjukkan melalui penerbitkan buku atau artikel.
13.Bukti karya pengembangan profesi harus disahkan oleh kepala dinas
12
13
8. Keikutsertaan dalam forum
ilmiah
14.Profesionalitas ditunjukkan dari peran guru sebagai narasumber
15.Profesionalitas ditunjukkan dari peran guru sebagai peserta dalam forum ilmiah 16.Bukti dalam forum ilmiah
harus disahkan oleh kepala dinas
15
16
14
9. Pengalaman organisasi
17.Kompetensi kepribadian dan sosial ditunjukkan dari
(56)
dibidang pendidikan dan sosial
kesediaan guru pengurus organisasi
18.Bukti dalam pengalaman organisasi disahkan oleh
kepala dinas 18 10. Penghargaan
yang relevan dengan bidang pendidikan
19.Guru yang pernah mendapatkan penghargaan diberi pengakuan
19
Sumber: H. Eko Guswanto, (2009) Persepsi Guru terhadap Uji Sertifikasi ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Status Guru dan Golongan Ruang.
Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam bentuk kuesioner dan masing-masing pernyataan diukur dengan skala likert. Pemberian skor pada setiap pernyataan adalah sebagai berikut:
Table 3.2
Skor Pernyataan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
Jawaban Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat setuju
Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1 1 2 3 4 5
b. Lama Mengajar
Menurut Masnur Muslich (2007:102) lama mengajar yaitu masa kerja guru dalam melaksanaan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang. Pemberian skor untuk variabel lama mengajar adalah sebagai berikut (surat dikti tentang pedoman penyusunan portofolio, 2009:54-55):
(57)
1) > 31 tahun : Skor 190 2) 29 – 31 tahun : Skor 205 3) 26 – 28 tahun : Skor 190 4) 23 – 25 tahun : Skor 175 5) 20 – 19 tahun : Skor 160 6) 17 – 19 tahun : Skor 145 7) 14 – 16 tahun : Skor 130 8) 11 – 13 tahun : Skor 115 9) 8 – 10 tahun : Skor 100 10)6 – 7 tahun : Skor 85 11) 5 tahun : Skor 70 c. Tingkat Pendidikan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1982:950,204) dijelaskan bahwa tingkat adalah tinggi rendahnya martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan, peradaban). Pendidikan adalah perbuatan (hal, cara) mendidik. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang telah ditempuh atau diselesaikan seorang guru. Pemberian skor untuk variabel tingkat pendidikan adalah sebagai berikut:
1) Belum memiliki kualifikasi akademik SI/DIV apabila sudah memiliki golongan IV/a atau memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a diberi skor 1
(58)
2) Belum memiliki kualifikasi akademik SI/DIV apabila sudah mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru diberi skor 2
3) Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau Diploma Empat (D/IV) diberi skor
d. Golongan Jabatan
Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwodarminto, 1982:281,242) golongan jabatan adalah pekerjaan dalam suatu pemerintahan atau organisasi. Pemberian skor untuk variabel golongan jabatan adalah sebagai berikut:
Golongan II/a skor 1 Golongan II/b skor 2 Golongan II/c skor 3 Golongan II/d skor 4 Golongan III/a skor 5 Golongan III/b skor 6 Golongan III/c skor 7 Golongan III/d skor 8 Golongan IV/a skor 9 Golongan IV/b skor 10 Golongan IV/c skor 11 Golongan IV/d skor 12 Golongan IV/e skor 13
(59)
3. Pengukuran variabel bebas
Dalam penelitian ini, variabel bebas diukur dengan menggunakan empat alternatif jawaban sebagai berikut:
a) Lama mengajar
Dalam hal ini dikelompokkan dan diberi skor sebagai berikut: Tabel 3.3
Pengelompokan Lama Mengajar dan Pemberian Skor
Kriteria Lama Mengajar Skor Baru 5-10 tahun 1
Sedang 11-20 tahun 2 Lama 21 tahun ke atas 3
b) Tingkat Pendidikan
Tabel 3.4
Pengelompokan Tingkat Pendidikan dan Pemberian Skor
Kriteria Tingkat Pendidikan Skor Rendah Diploma III 1 Sedang Sarjana 2 Tinggi Magister 3
c) Golongan Jabatan
Tabel 3.5
Pengelompokan Golongan Jabatan dan Pemberian Skor
Kriteria Golongan Jabatan Skor Muda - Gol II/a - Gol II/d 1 Madya - Gol IIIa - Gol III/d 2 Tua - Gol IV/a - Gol IV/e 3
(60)
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk menghimpun data yang dibutuhkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap data tentang persepsi guru terhadap sertifikasi guru, lama mengajar, tingkat pendidikan, dan golongan.
G. Pengujian Instrumen Penelitian 1. Pengujian Instrumen
Dalam penelitian ini penulis menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden, dan terdiri dari tiga variabel yaitu variabel lama mengajar, tingkat pendidikan, dan golongan.
a. Uji Validitas
Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini untuk menguji validitas instrumen penelitian digunakan rumus product moment, yaitu sebagai berikut:
( )( )
(
)
{
∑
∑
−∑
∑
}
{
∑
∑
−( )
∑
}
− = 2 22
χ
γ
γ
χ
γ
χ
χγ
χγ N N N r Keterangan:rχγ = koefisien korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan N = jumlah responden
Σχ = jumlah kuadrat skor χ
Σγ = jumlah skor γ
Σχ2 = jumlah kuadrat skor χ
Σγ2
(61)
Besarnya nilai koefisien r dapat dihitung dengan menggunakan korelasi dengan taraf signifikansi 5%. Jika rhitung lebih besar dari pada rtabel, maka butir soal tersebut dapat dikatakan valid. Jika sebaliknya, butir soal tersebut tidak valid.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner H. Eko Guswanto, (2009) dengan skripsinya yang berjudul Persepsi Guru terhadap Uji Sertifikasi ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Status Guru dan Golongan Ruang. Peneliti melakukan uji coba ulang karena pada penelitian terdahulu masih menggunakan ketetapan Undang-undang tahun 2008 sedangkan penelitian ini menggunakan ketetapan Undang-undang tahun 2009, sehingga peneliti merasa perlu melakukan uji coba kembali. Uji validitas dilakukan terhadap item-item pertanyaan variabel persepsi guru terhadap Uji Sertifikasi dan dilakukan terhadap 30 responden. Hasil sebelumnya yang dilakukan peneliti terdahulu menyatakan bahwa 28 item tersebut valid, kemudian setelah dilakukan uji coba kembali terhadap 28 item tersebut ternyata ada 9 item yang tidak valid. Hasil yang tidak valid adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Yang Tidak Valid
Butir No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status 2 0,361 -0,274 Tidak valid 6 0,361 0,337 Tidak valid 8 0,361 0,196 Tidak valid
13 0,361 0,088 Tidak valid 14 0,361 0,242 Tidak valid 15 0,361 0,039 Tidak valid 17 0,361 0,238 Tidak valid
(62)
21 0,361 0,345 Tidak valid 25 0,361 -0,081 Tidak valid
Selanjutnya uji validitas ini dilakukan pada sembilan belas (19) butir pertanyaan variabel persepsi guru terhadap uji sertifikasi. Hasil pengujian validitas terhadap 19 item disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas untuk Persepsi Guru terhadap Sertifikasi
Butir No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status
1 0,361 0,581 Valid 3 0,361 0,592 Valid
4 0,361 0,721 Valid 5 0,361 0,652 Valid 7 0,361 0,496 Valid 9 0,361 0,445 Valid 10 0,361 0,562 Valid 11 0,361 0,771 Valid 12 0,361 0,582 Valid 16 0,361 0,768 Valid 18 0,361 0,501 Valid 19 0,361 0,405 Valid 20 0,361 0,653 Valid 19 0,361 0,640 Valid 23 0,361 0,464 Valid 24 0,361 0,376 Valid 26 0,361 0,395 Valid 27 0,361 0,616 Valid 28 0,361 0,688 Valid
Sumber: Data sebelum penelitian
Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pertanyaan pada persepsi guru terhadap uji sertifikasi menunjukkan bahwa ke dua puluh dua butir pertanyaan adalah valid. Pengambilan kesimpulan ini dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Dengan jumlah
(63)
maka diperoleh nilai r tabel sebesar 0,361. Dari hasil perhitungan diperoleh
bahwa keseluruhan nilai r hitung semuanya menunjukkan angka yang lebih
besar dari dari pada r tabel (r hitung > 0,361). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan variabel persepsi guru terhadap uji sertifikasi adalah valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Suharsimi Arikunto, 1998:170). Pengujian reliabilitas didasarkan pada perhitungan koefisien alpha (α) dari Cronbach (Husein Umar, 2003:90) yaitu sebagai berikut:
11
r = ⎟⎟
⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛
−
∑
2 2 1 1 t b k k σ σ Keterangan: 11r = reliabilitas instrumen k = banyak butir pertanyaan
2
t
σ = varian total
2
b
σ = jumlah varian butir
Nilai varian butir dapat dicari berdasarkan rumus sebagai berikut (Husein Umar, 2003:91):
2
σ =
( )
η η
χ χ
(64)
Keterangan :
η = jumlah responden
χ = nilai skor yang dipilih ( total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan)
Jika nilai alpha lebih dari 0,60 maka instrument penelitian dinyatakan reliabel sebaliknya jika nilai alpha kurang dari 0,60 maka instrument penelitian dinyatakan tidak reliabel Nunnaly (1978) dalam Iman Gozhali (2001).
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach-Alpha dan dikerjakan dengan program SPSS for Windows versi 12. Hasil pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 3.8
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Variabel Nilai r tabel Nilai r hitung Status
Persepsi guru terhadap uji sertifikasi
0,6 0,915 Reliabel
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rhitung lebih besar dari pada rtabel
(0,915 > 0,6). Ini berarti bahwa butir-butir pertanyaan pada variabel persepsi guru terhadap Uji Sertifikasi dapat dikatakan andal. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel.
Dengan jumlah data (n) sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan sebesar 0,6 sehingga dapat dikatakan penelitian ini reliabel.
(65)
H. Uji Prasyarat Analisis
Pengujian prasyarat analisis mencakup uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang terjaring berdistribusi normal, sehingga analisis untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Dalam uji normalitas ini digunakan rumus uji satu sampel dari Kolmogorov-Smirnov One Sample Test, yaitu tingkat kesesuaian antara distribusi harga satu sampel (skor observasi) dan distribusi teoritisnya. Uji ini menetapkan suatu titik dimana teoritis dan yang terobservasi mempunyai perbedaan terbesar. Artinya distribusi sampling yang diamati benar-benar merupakan observasi suatu sampel random dari distribusi teoritis (Imam Ghozali, 2002:35-36).
Uji Kolmogorov-Smirnov memusatkan perhatian pada
penyimpangan (deviasi) terbesar. Harga Fo (X) – Sn terbesar dinamakan
deviasi maksimum. Adapun rumus uji Kolmogorov-Smirnov untuk normalitas sebagai berikut (Imam Ghozali, 2002:36):
( )
X S( )
X Fmaksimum
D= o − n
Keterangan:
D = Deviasi maksimum
Fo = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan
Sn ( X ) = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi
Kriteria penerimaan:
a. Jika nilai Kolmogorov- Smirnov lebih besar dari nilai probabilitas (ρ = 0,05) maka H0 diterima.
(66)
b. Jika nilai Kolmogorov- Smirnov lebih kecil dari nilai probabilitas (ρ = 0,05) maka H0 ditolak.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi masing-masing variabel normal atau tidak dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika nilai probabilitas lebih besar dari taraf signifikansi 5% maka tidak signifikan artinya tidak ada perbedaan antara distribusi yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data normal.
b. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari taraf signifikansi 5% maka signifikan artinya ada perbedaan antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data tidak normal.
2. Uji Homogenitas
Sebelum peneliti menggeneralisasikan hasil penelitian, maka harus terlebih dahulu dipastikan bahwa kelompok-kelompok yang membentuk sampel berasal dari populasi yang sama. Kesamaan asal sampel ini antara lain dibuktikan dengan adanya kesamaan variansi kelompok-kelompok yang membentuk sampel tersebut. Jika ternyata tidak terdapat perbedaan variansi di antara kelompok sampel berarti kelompok-kelompok tersebut homogen, maka dapat dikatakan bahwa kelompok-kelompok sampel tersebut berasal dari populasi yang sama. Untuk pengujian komparatif tiga sampel dengan menggunakan Analisis Varian Satu Jalan (Sugiyono, 1991:198-200). Dalam rangka pengujian dengan ANOVA, maka dicari varians data dengan rumus sebagai berikut berikut:
(67)
n X X n i i
∑
= = 1 __ 1 1 2 __ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − =∑
= n X X S n i iSelanjutnya penggujian homogenitas varians diuji dengan uji F
Terkecil Varians Terbesar Varians F ... ... =
Nilai F hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga F tabel, dengan
dk pembilang
η
a-
1 dan dk penyebutη
c-
1. Apabila Fhitung < Ftabel (0,05);(dk pembilang n-1;dk penyebut n-1), maka dapat disimpulkan bahwa varians data yangakan dianalisis homogen. Apabila Fhitung≥ Ftabel (0,05);(dk pembilang 1;dk penyebut n-1), menunjukkan varians data yang akan dianalisis tidak homogen.
I. Teknik Analisis Data 1. Rumusan Hipotesis
Ho1: Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau
dari lama mengajar.
Ha1: Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari
lama mengajar.
Ho2: Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau
dari tingkat pendidikan.
Ha2: Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari
(68)
Ho3: Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau
dari golongan jabatan.
Ha3: Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari
golongan jabatan.
2. Pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan
Dalam penelitian ini statistik yang digunakan adalah Analisis Varians (Anova) karena pengujian hipotesis komparatif lebih dari dua variabel. Untuk menjawab masalah yang pertama dilakukan pengujian dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan Ho dan Ha
Ho tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari lama mengajar.
Ha ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari lama mengajar.
b. Menentukan daerah penerimaan Ho dan penolakan Ha. Pengujian dengan Anova menggunakan distribusi F, titik kritis diperoleh dengan bantuan tabel F dimana titik kritis ditentukan dengan:
1) Taraf nyata (α) = 5%
2) Derajad kebebasan atau degree of freedom (df) terdiri dari Numerator = k-1
(69)
c. Menentukan nilai uji statistik
1)
(
)
2 2
∑
−∑
=
N JKtot total tot
χ χ
2)
(
) (
) (
) (
)
2 2 2 2 2 2 1 1 N n n n JK tot m m antara
∑
∑
∑
∑
+ + += χ χ χ χ
3) JKdalam =Jktot −JKant 4) 1 − = M JK MK antar antar 5) M N JK MK dalam
dalam = − 6) dalam antar hitung MK MK F = Keterangan:
N = jumlah seluruh anggota sampel M = jumlah kelompok sampel JK = jumlah kuadrat
d. Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel yaitu:
Ho diterima jika Fhitung < Ftabel
Ha diterima jika Fhitung > Ftabel
e. Menarik kesimpulan
1) Jika Ho diterima berarti bahwa tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari lama mengajar
2) Jika Ha diterima berarti bahwa ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari lama mengajar
Catatan: langkah seperti di atas juga dilakukan untuk pengujian hipotesis 2 dan 3
(70)
Apabila ternyata diketahui bahwa distribusi data tidak normal maka pengujian hipotesis menggunakan Analisis Chi Square dengan langkah analisis sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesis
Ho tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari lama mengajar
Ha ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari lama menganjar.
2. Menentukan taraf nyata (α) dan χ2 tabel Taraf nyata yang digunakan 5%
Nilai χ2 mempunyai derajad kebebasan (df) = (s-1) (k=1) s = jumlah sampel
k = banyaknya kategori 3. Menentukan nilai uji statistik
Nilai statistik ditentukan dengan cara:
1 )
( 2
2 =
∑
− = −k df fh
fk fχ
χ
fo =frekwensi observasi fh = frekwensi hitung
4. Menentukan daerah penerimaan Ho = diterima apabila χ2hitung ≤χ2tabel
(71)
5. Membuat kesimpulan
a) Jika Ho diterima berarti bahwa tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari lama mengajar.
b) Jika Ha diterima berarti bahwa ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari lama mengajar.
Catatan: langkah seperti di atas juga dilakukan untuk pengujian hipotesis 2 dan 3
(72)
50 BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2010. Subjek penelitian ini adalah guru-guru pada enam Sekolah Menengah Atas yang ada di kecamatan Gondokusuman kota Yogyakarta. Enam SMA tersebut adalah SMA Bopkri 2 Yogyakarta, SMA Bopkri 1 Yogyakarta, SMA Stella Duce 1 Yogyakarta, SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, dan SMA Negeri 3 Yogyakarta. Jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 216 kuesioner dan jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 216 kuesioner atau response rate sebesar 100%. Berdasarkan jawaban 216 responden yang semua butir pernyataan diisi dengan lengkap, selanjutnya disusun data seperti tampak pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Sebaran Responden Penelitian
Nama Sekolah Jumlah Kuesioner
Tersebar Kembali Tdk. Kembali Responden
SMA Bopkri 2 Yogyakarta 30 30 0 30 SMA Bopkri 1 Yogyakarta 29 29 0 29 SMA Stella Duce 1 Yogyakarta 30 30 0 30 SMA Stella Duce 2 Yogyakarta 25 25 0 25 SMA Negeri 9 Yogyakarta 42 42 0 42 SMA Negeri 3 Yogyakarta 60 60 0 60
(73)
Berikut ini disajikan deskripsi data untuk setiap variabel penelitian ini: 1. Deskripsi responden penelitian
a. Lama Mengajar Guru
Tabel 4.2
Deskripsi Responden menurut Lama Mengajar Guru
Nama Sekolah
Jumlah Kuesioner 5-10 tahun 11-20 tahun Di atas 21
tahun
Jumlah
SMA Bopkri 2 Yogyakarta 9 12 9 30 SMA Bopkri 1 Yogyakarta 7 9 13 29 SMA Stella Duce 1 Yogyakarta 16 10 4 30 SMA Stella Duce 2 Yogyakarta 11 7 7 25 SMA Negeri 9 Yogyakarta 9 7 26 42 SMA Negeri 3 Yogyakarta 11 15 34 60
Jumlah 63 60 93 216
Tabel 4.3
Kesimpulan Deskripsi Responden menurut Lama Mengajar Guru
Lama Mengajar Jumlah Presentase
5-10 tahun 63 29.17% 10-20 tahun 60 27.77% Di atas 21 tahun 93 43.06%
Jumlah 216 100%
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar atau sebanyak 43.06% responden penelitian ini memiliki lama mengajar lebih dari 21 tahun.
b. Tingkat Pendidikan Guru
Tabel 4.4
Deskripsi Responden menurut Tingkat Pendidikan Guru
Nama Sekolah Jumlah Kuesioner
Diploma Sarjana Magister Jumlah
SMA Bopkri 2 Yogyakarta 1 26 3 30 SMA Bopkri 1 Yogyakarta 2 26 1 29
(74)
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta 0 24 1 25 SMA Negeri 9 Yogyakarta 0 39 3 42
SMA Negeri 3 Yogyakarta 3 48 9 60
7 191 18 216
Tabel 4.5
Kesimpulan Deskripsi Responden menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase
Diploma 7 3.24% Sarjana 191 88.43% Magister 18 8.33%
Jumlah 216 100%
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar atau sebanyak 88.43% responden penelitian berpendidikan sarjana. c. Golongan Jabatan
Tabel 4.6
Deskripsi Responden menurut Golongan Jabatan
Nama Sekolah Jumlah Kuesioner
II/a-II/d III/a-III/d IV/a-IV/e Jumlah
SMA Bopkri 2 Yogyakarta 8 13 9 30 SMA Bopkri 1 Yogyakarta 6 15 8 29 SMA Stella Duce 1 Yogyakarta 4 20 6 30 SMA Stella Duce 2 Yogyakarta 5 15 5 25 SMA Negeri 9 Yogyakarta 3 9 30 42
SMA Negeri 3 Yogyakarta 7 17 36 60
33 89 94 216
Tabel 4.7
Kesimpulan Deskripsi Responden menurut Golongan Jabatan
Golongan Jabatan Jumlah Presentase
II/a-II/d 33 15.28%
III/a-III/d 89 41.20% IV/a-IV/e 94 43.52%
(75)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar atau sebanyak 43.52% responden penelitian ini bergolongan jabatan IVa/IVe.
2. Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru
Persepsi guru terhadap sertifikasi guru dapat dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.8
Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru
Skor Frekuensi Persentase Interpretasi
Penilaian 81-95 69-80 62-68 54-61 19-53 28 138 45 5 0 12.96% 63.90% 20.83% 2.31% 0% Sangat Positif Positif Cukup Negatif Sangat Negatif
Jumlah 216 100%
Tabel 4.8 di atas menunjukkan tingkat penilaian persepsi guru terhadap sertifikasi pada guru-guru di Kecamatan Gondokusuman dimana terdapat 12.96% atau 28 guru yang menilai sangat positif adanya uji sertifikasi ini, sebagian besar guru 63.90% atau sebanyak 138 guru terkategorikan positif, terdapat pula sekitar 20.83% atau 45 guru menilai sertifikasi ini dianggap cukup, dan sekitar 2.31% atau 5 guru menilai negatif serta 0% atau tidak ada satupun guru yang menilai sangat negatif terhadap uji sertifikasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berpersepsi positif terhadap sertifikasi guru.
(76)
a. Persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari lama mengajar Tabel 4.9
Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Lama Mengajar
Kriteria
Lama Mengajar
5-10 tahun 11-20 tahun Di atas 21 tahun Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Sangat Positif 9 14.28 12 20 10 10.75 31 14.35 Positif 37 58.73 34 56.67 64 68.82 135 62.50 Cukup 16 25.40 14 23.33 18 19.35 48 19.19 Negatif 1 1.59 0 0 1 1.08 2 0.93 Sangat Negatif 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 63 100 60 100 93 100 216 100
Tabel 4.9 menunjukkan penilaian persepsi para guru SMA baik negeri dan swasta di Kecamatan Gondokusuman terhadap sertifikasi guru ditinjau dari lama mengajar yang dapat dijabarkan sebagai berikut guru dengan tingkat lama mengajar antara 5-10 tahun terbagi menjadi 9 guru (14.28%) memiliki persepsi sangat positif, 37 guru (58.73%) memiliki persepsi positif, 16 guru (25.40%) memiliki persepsi cukup positif dan satu guru (1.59%) menilai negatif dan tidak ada guru yang menilai sangat negatif terhadap sertifikasi ditinjau dari lama mengajar. Guru dengan lama mengajar antara 10-20 tahun, sebanyak 12 guru (20%) memiliki persepsi sangat positif, 34 guru (56.67%) memiliki persepsi positif, 14 guru (23.33%) memiliki persepsi cukup positif dan tidak ada guru yang menilai negatif dan sangat negatif terhadap sertifikasi ditinjau dari lama mengajar. Untuk para guru yang mempunyai tingkat lama mengajar di atas 21 tahun, sebanyak 10 guru (10.75%)
(77)
memiliki persepsi sangat positif terhadap sertifikasi ditinjau dari lama mengajar, sebanyak 64 guru (68.82%) memiliki persepsi positif, 18 guru (19.35%) memiliki persepsi cukup positif, 1 guru (1.08%) memiliki persepsi negatif dan tidak ada guru yang menilai sangat negatif terhadap sertifikasi guru ditinjau dari lama mengajar. Dengan demikian, dapat disimpulkan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari lama mengajar sebagian guru memiliki persepsi yang positif.
b. Persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan
Tabel 4.10
Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan
Kriteria
Tingkat Pandidikan
Diploma Sarjana Magister Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Sangat Positif 1 14.28 29 15.18 1 5.56 31 14.35 Positif 3 42.86 119 62.30 13 72.19 135 62.50 Cukup 3 42.86 41 21.47 4 19.19 48 19.19 Negatif 0 0 2 1.05 0 0 2 0.93 Sangat Negatif 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 7 100 191 100 18 100 216 100
Tabel 4.10 menunjukkan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan yang dapat dijabarkan sebagai berikut untuk guru dengan tingkat pendidikan diploma terbagi menjadi 1 guru (14.28%) menilai sangat positif uji sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan, dan masing-masing 3 guru (42.86%) memberikan penilaian positif dan cukup positif, dan
(78)
tidak ada guru yang menilai negatif dan sangat negatif terhadap sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan. Untuk guru dengan tingkat pendidikan sarjana sebanyak 29 guru (15.18%) memiliki persepsi yang sangat positif, 119 guru (62.30%) memiliki persepsi positif terhadap sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan, 14 guru (21.47%) memiliki persepsi cukup positif, 2 guru (1.05%) memiliki persepsi negatif dan tidak ada guru yang menilai sangat negatif persepsi guru terhadap sertifikasi di tinjau dari tingkat pendidikan. Untuk guru dengan tingkat pendidikan magister 1 guru (5.56%) memiliki persepsi sangat positif, sebanyak 13 guru (72.19%) memiliki persepsi positif terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan, sebanyak 4 guru (19.19%) memiliki persepsi cukup positif dan tidak ada guru yang menilai negatif dan sangat negatif terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan maka, dapat disimpulkan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan sebagian besar positif.
c. Persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari golongan jabatan
Tabel 4.11
Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Golongan Jabatan
Kriteria
Golongan Jabatan
II/a-II/d III/a-III/d IV/a-IV/e Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Sangat Positif 6 18.18 13 14.61 12 12.77 31 14.35 Positif 17 51.52 56 62.92 62 65.96 135 62.50 Cukup 10 30.30 19 21.35 19 20.21 48 19.19
(1)
117 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
118 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
119 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
120 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
121 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
122 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI