UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKSTRAKURIKULER PADUAN SUARA SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO DI SMPN 2 GAMPING.

(1)

i

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKSTRAKURIKULER PADUAN SUARA SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO

DI SMPN 2 GAMPING

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Kagum Pangesti Anggar Rima NIM 11208244005

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini dipersembahkan kepada:

Ayahanda tercinta Supriyatno JR

Ibunda tercinta Marwiyah

Kedua adikku tercinta Luluk Makrifatul Madhani dan

Zaidan Raffi Taruna Aji


(5)

v

MOTTO

“Ridha Allah ada pada ridha orangtua dan murka Allah


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dipanjatkan ke hadirat kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah serta inayah-Nya, akhirnya penyusunan tugas akhir skripsi

dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ekstrakurikuler Paduan Suara

Siswa Melalui Penggunaan Media Audio di SMPN 2 Gamping” dapat terselesaikan dengan baik, tanpa halangan suatu apapun.

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik tentu tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dorongan, dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ayu Niza Machfauzia, M. Pd., selaku dosen pembimbing skripsi I yang selalu sabar dalam memberi arahan, saran dan kritik, sehingga tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan;

2. Drijastuti Jogjaningrum, S. Sn., M. A selaku Dosen Pembimbing II yang selalu sabar dalam memberi arahan, saran dan kritik, sehingga tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan;

3. Riyanto, S. Pd selaku kolaborator yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini;

4. Dra. MG. Widyatuti, M. Sn. sebagai ahli yang telah memvalidasi instrumen penelitian;

5. Dr. Hanna Sri Mudjilah, M.Pd., sebagai ahli yang telah memvalidasi instrumen penelitian;

6. Siswa-siswi SMPN 2 Gamping yang telah bersedia menjadi subjek penelitian; dan,


(7)

vii

7. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan moral, bantuan, dan dorongan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini sudah barang tentu masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan adanya kritik, saran, dan masukan yang bersifat membangun guna lebih baiknya skripsi ini.

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi peneliti selanjutnya, serta dapat membantu dalam meningkatkan kualitas pembelajaran musik khususnya pembelajaran ekstrakurikuler paduan suara.

Yogyakarta, 4 Oktober 2015 Hormat Saya,


(8)

viii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... ABSTRAK... i ii iii iv v vi vii ix xi xii xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... B. Identifikasi Masalah... C. Batasan Masalah... D. Rumusan Masalah... E. Tujuan Penelitian... F. Manfaat Penelitian... 1 4 5 5 5 5 BAB II KAJIAN TEORI... 7

A. Hakikat Hasil Belajar... 7

1. Pengertian Hasil Belajar... 8

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar... 9

3. Tipe Hasil Belajar... 10

a. Tipe Hasil Belajar Kognitif... 10

b. Tipe Hasil Belajar Afektif... 11

c. Tipe Hasil Belajar Psikomotorik... 11

B.Kegiatan Ekstrakurikuler... 12

C. Pengertian Paduan Suara... 13

1. Teknik Vokal... 14

2. Bernyanyi dalam Paduan Suara... 18

D. Media Pembelajaran Audio... 19

1. Pengertian Media Pembelajaran Audio... 20

2. Kelebihan dan Kekurangan Media Audio... 21

a. Kelebihan Audio... 21

b. Kekurangan Audio... 22

E. Tindakan yang Akan Dilakukan... 23


(9)

ix

BAB III METODE PENELITIAN... 24

A.Setting Penelitian... 24

1. Jenis Penelitian... 24

2. Tempat dan Waktu Penelitian... 25

B.Subjek Penelitian... 25

C.Kolaborator Penelitian... 26

D.Prosedur Penelitian... 26

E. Teknik Pengumpulan Data... 29

1. Tes Praktik... ... 29

2. Observasi... 30

3. Dokumentasi... 30

F. Instrumen Penelitian... 31

G.Validitas Instrumen... 35

H.Teknik Analisis Data... 35

I. Indikator Keberhasilan... 37

J. Validitas Penelitian... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 43

A.Pra Siklus... 43

B.Siklus I... 44

C.Siklus II... 56

D.Pembahasan... 67

BAB V KESIMPULAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT... 70

A. Kesimpulan... 70

B. Rencana Tindak Lanjut... 71

DAFTAR PUSTAKA... 72


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 : Register Vokal Suara Manusia... 14

Gambar 2 : Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas... 27

Gambar 3 : Grafik Hasil Penilaian Pra Siklus dan Siklus I... 54

Gambar 4 : Grafik Hasil Penilaian Siklus I dan Siklus II... 65

Gambar 5 : Gambar 5. Guru Sedang Memberikan Pengarahan Terhadap Siswa... 115 Gambar 6 : Pemutaran Media Audio... 115

Gambar 7 : Siswa Latihan Bernyanyi Secara Kelompok... 116


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 : Format Penilaian Unjuk Kerja Siswa dalam Bernyanyi... 32 Tabel 2 : Rubrik Penilaian Bernyanyi dalam Paduan Suara... 33 Tabel 3 : Kategori Rentang Nilai... 38 Tabel 4 : Hasil Evaluasi Penilaian Hasil Belajar Paduan Suara Siswa

Pada Pra Siklus ... 43 Tabel 5 : Hasil Evaluasi Penilaian Hasil Belajar Paduan Suara Siswa

Pada Siklus I... 52 Tabel 6 : Hasil Evaluasi Penilaian Hasil Belajar Paduan Suara Siswa

Pada Siklus II... 63 Tabel 7 : Hasil Evaluasi Penilaian Hasil Belajar Paduan Suara Siswa


(12)

xii

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKSTRAKURIKULER PADUAN SUARA SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO

DI SMPN 2 GAMPING

Oleh Kagum Pangesti Anggar Rima NIM 11208244005

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan dan mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam ekstrakurikuler paduan suara melalui penggunaan media audio di SMPN 2 Gamping. Media audio digunakan karena media tersebut merupakan salah satu media pembelajaran yang mengandung unsur suara yang dapat digunakan pada pembelajaran musik di sekolah.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dan dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah anggota ekstrakurikuler paduan suara yang diikuti oleh 24 siswa. Data diperoleh dari hasil tes praktik, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media audio dapat meningkatkan hasil belajar paduan suara siswa di SMPN 2 Gamping. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa, yaitu pada pra siklus 54,29, siklus I 64,06, siklus II 72,78.


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang dinamis dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang sejahtera baik lahiriah maupun batiniah. Namun cita-cita demikian tidak mungkin tercapai jika manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuannya seoptimal mungkin melalui proses pendidikan, karena proses pendidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita tersebut. Salah satu tempat untuk menempuh pendidikan tersebut adalah sekolah.

Sekolah merupakan salah satu tempat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Sekolah menyediakan berbagai macam kegiatan yang menunjang proses pembelajaran, baik pembelajaran yang bersifat akademik maupun nonakademik. Ekstrakurikuler merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler membantu siswa dalam mengembangkan minat bakat, kreativitas, dan keterampilannya secara penuh di luar kemampuan akademiknya.

SMPN 2 Gamping adalah salah satu sekolah negeri yang berada di Kabupaten Sleman. Sekolah tersebut menyediakan beberapa kegiatan ekstrakurikuler guna memberikan keterampilan bagi siswa-siswinya. Salah satu kegiatan ekstrakurikuler di bidang seni di sekolah tersebut adalah paduan suara. Ekstrakurikuler paduan suara dilaksanakan setiap hari Selasa pada pukul 14.00 WIB. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut dilaksanakan dengan tujuan


(14)

2

untuk menggali bakat dan talenta siswa yang disesuaikan dengan minat dan kemampuannya masing-masing. Hasil ekstrakurikuler tersebut digunakan pada saat kegiatan upacara yang ada di sekolah.

Berdasarkan observasi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2014 diketahui bahwa hasil belajar paduan suara siswa belum maksimal karena memiliki banyak kendala. Hasil belajar ekstrakurikuler paduan suara masih dalam kategori cukup, hal tersebut dikarenakan siswa masih belum menguasi teknik vokal dengan baik dan benar, pada saat bernyanyi masih banyak nada-nada yang fals, artikulasi tidak dilafalkan dengan baik dan benar, dinamika masih belum nampak jelas, pemenggalan kata atau frasering belum tepat serta ketidakpercayaan diri dari sebagian besar siswa pada saat bernyanyi. Padahal dalam pembelajaran ekstrakurikuler paduan suara, teknik vokal merupakan materi yang sangat penting untuk dikuasai, sehingga intonasi dapat dinyanyikan dengan tepat, artikulasi dapat dilafalkan dengan jelas, siswa dapat memainkan dinamika dengan baik, frasering dinyanyikan dengan tepat serta siswa harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi pada saat bernyanyi.

Kondisi tersebut memberikan pengaruh dalam proses pembelajaran serta hasil belajar yang diperoleh siswa dalam ekstrakurikuler paduan suara. Hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Di samping itu, proses pembelajaran yang terjadi selama ini masih bersifat satu arah, yaitu pembelajaran berpusat pada guru saja. Padahal, dalam pembelajaran paduan suara pembelajaran harus bersifat dua arah, komunikasi terjadi antara guru dan


(15)

3

siswa. Guru memberikan penjelasan dan pengarahan serta mempraktikkan materi yang telah diajarkan. Siswa perlu turut aktif dan fokus selama proses pembelajaran. Artinya, siswa aktif bertanya dan juga mempraktikkan materi yang telah diajarkan. Dalam pembelajaran paduan suara, harus lebih banyak latihan praktik dibandingkan menjelaskan teori musik, karena apabila guru menjelaskan teori hanya akan menyita waktu sehingga waktu latihan bernyanyi menjadi tidak maksimal.

Seorang guru bukan hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik agar siswa semakin tertarik dan tidak jenuh dalam mengikuti pembelajaran serta dapat meningkatkan motivasi siswa agar senantiasa belajar dan berlatih dengan baik sehingga diharapkan nantinya hasil belajar paduan suara dapat mengalami peningkatan. Oleh karena itu, guru sebaiknya menentukan strategi pembelajaran yang tepat dan menggunakan media pembelajaran yang tepat. Ketidaktepatan dalam pemilihan metode pembelajaran serta kurang bervariasinya media yang digunakan menyebabkan timbulnya kejenuhan bagi siswa dalam menerima materi yang disampaikan sehingga materi kurang dapat dipahami.

Setelah dilakukan pengamatan berkaitan dengan proses pembelajaran paduan suara di SMPN 2 Gamping, guru belum melaksanakan pembelajaran dengan maksimal. Hal ini dapat ditinjau dari kurang aktifnya siswa dalam berlatih paduan suara, serta keterbatasannya pengetahuan guru bidang studi seni musik dalam penggunaan media pembelajaran untuk menyampaikan


(16)

4

materi pembelajaran. Keterbatasan guru bidang studi seni musik dalam menyampaikan materi dikarenakan guru tidak mengetahui bagaimana menggunakan media pembelajaran yang menarik untuk siswa.

Dari uraian tersebut, perlu dilakukan suatu upaya guna memperbaiki proses pembelajaran ekstrakurikuler paduan suara salah satunya dengan menggunakan media audil di SMPN 2 Gamping. Dengan diterapkannya media audio diharapkan dapat menarik perhatian siswa agar dapat berlatih secara aktif serta tidak terjadi kejenuhan dalam proses pembelajaran.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut :

1. Guru kurang bervariasi menggunakan media untuk menyampaikan materi pembelajaran ekstrakurikuler paduan suara.

2. Dalam proses pembelajaran siswa kurang terlibat aktif karena merasa jenuh dan bosan.

3. Pembelajaran masih bersifat satu arah yang berpusat pada guru.

4. Guru enggan menggunakan media yang dapat menarik siswa dalam belajar dan berlatih karena keterbatasan pengalaman menggunakan media komputer.


(17)

5 C.Batasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan yang ada, maka penelitian ini hanya dibatasi pada permasalahan belum digunakannya media yang dapat menarik siswa dalam belajar dan berlatih secara maksimal, sehingga perlu suatu upaya yang dilakukan guna meningkatkan hasil belajar paduan suara siswa di SMPN 2 Gamping.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimanakah upaya peningkatkan hasil belajar paduan suara siswa melalui penggunaan media audio di SMPN 2 Gamping?

E.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar paduan suara menggunakan media audio di SMPN 2 Gamping.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah perbendaharaan model pembelajaran di SMPN 2 Gamping, untuk meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran untuk mengoptimalkan pengetahuan juga keterampilan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler paduan suara dapat tercapai.


(18)

6 2. Secara Praktis

a. Bagi Siswa

Dapat memotivasi siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler paduan suara serta dapat meningkatkan hasil belajar paduan suara siswa. b. Bagi Guru

Sebagai sarana guru dalam mengembangkan dan meningkatkan cara mengajar yang baik, dengan menggunakan media yang tepat dan menarik untuk siswa dalam pembelajaran ekstrakurikuler paduan suara, sehingga hasil pembelajaran sesuai dengan yang diinginkan.

c. Bagi Kepala Sekolah

Untuk menilai loyalitas dan kemampuan guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.


(19)

7 BAB II KAJIAN TEORI

A.Hakikat Hasil Belajar

Dalam kehidupan manusia belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat hidupnya. Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2010:11) belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Sementara itu, menurut Witherington (dalam Aunurrahman, 2012:35) belajar adalah suatu perubahan dalam diri manusia berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepribadian. Selanjutnya menurut Suyono dan Hariyanto (2014:9) belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.

Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Dengan demikian, belajar tidak hanya dipahami sebagai aktivitas yang dilakukan oleh pelajar saja. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentunya si pelaku juga akan terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.


(20)

8

Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu pemahaman, keterampilan atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada seseorang yang relatif tetap, baik dalam berfikir, merasa, maupun dalam bertindak. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Oleh sebab itu, melalui proses pembelajaran, guru harus berupaya secara optimal menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa terdorong untuk berperan aktif sebagai wujud nyata terjadinya proses belajar.

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Hamalik (2011:30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada oarng tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Oleh karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Hasil belajar sangat berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Sementara menurut Sudjana (2010:22) hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar yang dimaksud yaitu hasil yang diperoleh siswa dari proses belajar yang dilaksanakan oleh siswa.


(21)

9

Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Seseorang yang berhasil dalam kegiatan belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan pembelajarannya. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajarannya.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Dalyono (2009:48) mengemukakan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa merupakan interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Secara rinci kedua faktor tersebut diuraikan sebagai berikut :

1) Faktor internal meliputi fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis meliputi kondisi jasmani, serat kondisi mata dan telinga. Kondisi jasmani menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya. Kondisi jasmani mempengaruhi semangat dan intensitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran. Kondisi-kondisi organ khusus siswa seperti indera penglihatan dan indera pendengaran sangat mempengaruhi kemampua siswa dalam menyerap informasi pengetahuan yang disajikan di kelas. Sedangkan faktor psikologis meliputi tingkat kecerdasan, minat bakat, motivasi, dan sikap siswa.


(22)

10

2) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, peetengkaran suami istri, perhatian orang tua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil siswa.

Kualitas pengajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru, sebagaimana dikemukakan oleh Sanjaya (2009:13), bahwa guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa salah satu faktor eksternal yang sangat berperan mempengaruhi hasil belajar siswa adalah guru. Guru dalam proses pembelajaran memegang peranan sangat penting untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran. Peran guru tidak dapat digantikan oleh perangkat lain seperti televisi, radio dan komputer. Hal ini dikarenakan, siswa adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan arahan dari orang dewasa.

3. Tipe Hasil Belajar

Menurut Bloom (dalam Thobroni dan Arif, 2013:23) hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Secara rinci ketiga tipe tersebut diuraikan sebagai berikut :

a) Tipe Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar kognitif menurut Bloom (dalam Thobroni dan Arif, 2013:23) diartikan sebagai kemampuan siswa menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, aspek kognitif inilah yang paling menonjol dan bisa dilihat langsung


(23)

11

melalui evaluasi. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan mengadakan berbagai macam tes, baik secara lisan maupun tulisan. Dalam pembelajaran, umumnya tes diselenggarakan dalam berbagai bentuk ulangan, baik ulangan harian, ulangan semester maupun ulangan umum.

b) Hasil Belajar Afektif

Menurut Harvey dan Smith (dalam Uno, 2012:61-62) mendefinisikan hasil belalajar afektif sebagai kesiapan merespon secara konsisten dalam bentuk posistif atau negatif terhadap objek atau situasi yang dipelajari. Menurut Warsono dan Hariyanto (2012:64) struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif. Komponen kognitif merupakan bagian sikap siswa yang timbul berdasarkan kepercayaan maupun keyakinannya terhadap objek; komponen afektif, yaitu perasaan yang menyangkut emosional yang timbul berdasarkan apa yang dirasakan siswa terhadap objek, dan komponen konatif adalah aspek kecenderungan berperilaku sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang.

c) Tipe Hasil Belajar Psikomotorik

Aspek psikomotorik merupakan hasil belajar yang pencapaiannya melibatkan otot dan kekuatan fisik, Widoyoko (2014:44). Hasil belajar dalam ranah psikomotorik tampak dalam keterampilan-keterampilan (skills) dan kemampuan bertindak


(24)

12

individu. Hasil belajar psikomotorik merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental fisik dan sosial pada siswa. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan kreativitasnya. Tujuan aspek psikomotorik berhubungan dengan keterampilan motorik.

Dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar membutuhkan pengukuran ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, sehingga dapat melihat nilai yang didapat oleh siswa tersebut. Ketiga ranah tersebut juga sangat penting untuk diketahui dalam proses belajar mengajar. Fungsinya adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu mengaplikasikan apa yang telah didapat dalam proses pembelajaran.

B.Kegiatan Ekstrakurikuler

Menurut Sudjana (2010:39) kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembanagan siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan minat bakat mereka. Sementara menurut Jamalus (1981:90) mengungkapkan bahwa esktrakurikuler di bidang kesenian adalah untuk memupuk rasa seni pada tingkat tertentu dalam diri tiap siswa melalui perkembangan kesadaran musik, tanggapan terhadap musik, kemampuan mengungkapkan dirinya melalui musik.


(25)

13

Dari beberapa pendapat tersebur dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah suatu wadah untuk mengembangkan minat bakat, dan daya kreativitas siswa. Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan di luar jam pelajaran terjadwal atau pelajaran yang telah ditentukan (tatap muka di dalam kelas) dan dilaksanakan di lingkungan sekolah dengan diorientasikan untuk memperluas wawasan pengetahuan dan keilmuan serta meningkatkan kemampuan tentang sesuatu yang telah dipelajari dalam bidang studi tertentu.

C.Pengertian Paduan Suara

Menurut Kodijat (1992:94) paduan suara adalah kesatuan sejumlah penyanyi dari beberapa jenis suara yang berbeda berupaya memadukan suaranya di bawah pimpinan seorang dirigen. Sementara itu menurut Jamalus (1981:95) “paduan suara merupakan nyanyian bersama dalam beberapa suara yang biasanya dibagi dalam empat suara, tiga suara, dan paling sedikit dua suara”, sedangkan menurut Pramayuda, (2010:63) paduan suara adalah penyajian musik vokal yang terdiri atas 15 orang atau lebih yang memdukan berbagai warna suara menjadi kesatuan yang utuh dan dapat menampakkan jiwa lagu yang dibawakan.

Jadi, dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa paduan suara merupakan kegiatan bernyanyi secara bersama-sama yang di bagi ke dalam beberapa suara, paling sedikit dua suara yang memadukan suaranya untuk membentuk suara yang padu dan dipimpin oleh seorang dirigen. Dalam paduan suara hal yang perlu diperhatikan adalah adanya ketercapaian


(26)

14

perpaduan suara yang mencakup berbagai karakter, baik warna suara, jiwa, daya, ekspresi, minat dan bahkan daya intelektualitas yang berbeda-beda.

Menurut Sitompul (1988:1), suatu paduan suara merupakan himpunan dari sejumlah penyanyi yang dikelompok-kelompokkan menurut jenis suaranya, yaitu sopran, alto, tenor dan bas. Gambar 1 menunjukkan register vokal suara manusia.

Gambar 1.Register Vokal Suara Manusia

1. Teknik Vokal

Menurut Jamalus (1988:49) dasar-dasar teknik vokal dalam bernyanyi yang perlu diperhatikan adalah artikulasi, intonasi, dan pernafasan. Secara rinci dijalaskan sebagai berikut :

a) Artikulasi

Artikulasi merupakan teknik yang berkaitan dengan pelafalan atau pengucapan kata-kata syair dalam lagu. Artikulasi adalah dasar ucapan bunyi bahasa yang terjadi di dalam mulut, dalam bernyanyi harus jelas, Jamalus (1988:55). Jadi artikulasi yang baik akan membantu penyanyi untuk menghasilkan suara yang baik dan jernih saat bernyanyi. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam artikulasi, yaitu huruf vokal (huruf hidup), huruf konsonan (huruf mati), dan diftong (dua huruf vokal yang diucapkan dalam satu kesatuan waktu). Jadi, dapat disimpulkan bahwa


(27)

15

artikulasi adalah cara mengucapkan kata-kata dalam bernyanyi sehingga mampu menciptakan atau membentuk suara yang jelas, nyaring, bahkan supaya suara yang dihasilkan menjadi indah.

b) Intonasi

Intonasi berkaitan dengan kemampuan seorang penyanyi untuk membunyikan nada dengan tepat, dengan kata lain intonasi adalah ketepatan membidik nada dalam bernyanyi, Ali (2006:51). Seorang penyanyi harus bisa menyanyikan nada-nada yang terangkai pada sebuah lagu dengan intonasi yang baik. Intonasi dapat dipengaruhi oleh pernafasan serta pendengaran kita saat bernyanyi. Pendengaran kita harus dilatih agar lebih sensitif terhadap tinggi rendahnya nada, baik nada tinggi (high pitch) maupun nada rendah (low pitch).

Menurut Prier (2011:41) terdapat 11 alasan mengapa nada-nada dinyanyikan kurang tepat, yaitu (1) suasana bernyanyi terlalu tegang, (2) konsentrasi dalam bernyanyi kurang, (3) para penyanyi kehabisan nafas, (4) nada yang diulang atau ditahan melelahkan, (5) para penyanyi kurang peka akan keselarasan dalam gabungan suara, (6) kurang mahir dalam membidik lompatan nada, (7) nada-nada pada batas wilayah suara sulit dikuasai, (8) nada-nada-nada-nada pada batas wilayah suara sulit dinyanyikan, (9) huruf-huruf dengan warna gelap dan terang mempengaruhi tinggi nada, (10) kecenderungan mengikuti tangganada lain, dan (11) tergelincir waktu mengayunkan nada.

c) Pernafasan

Sitompul (1988:17) menjelaskan bahwa pernafasan adalah aktivitas otot-otot pernafasan secara otomatis udara masuk ke dalam atau keluar dari paru-paru. Pernafasan sangat penting dalam bernyanyi. Seorang penyanyi harus melatih teknik pernafasan agar pada saat bernyanyi dapat


(28)

16

menghasilkan nafas yang panjang. Apabila nafas terlalu pendek maka akan mempengaruhi frasering atau pemenggalan kalimat. Ada tiga jenis pernafasan dalam bernyanyi, yaitu pernafasan bahu, perndafasan dada, dan pernafasan diafragma. Secara rinci ketiga macam pernafasan dijelaskan sebagai berikut :

1) Pernafasan Bahu

Pernafasan ini mengambil nafas dengan cara mengembangkan bagian atas paru-paru, sehingga mendesak bahu menjadi terangkat ke aras, Prier (1992:9).

2) Pernafasan Dada

Pernafasan dada adalah pernafasan dengan cara nafas sepenuhnya dimasukkan dalam paru-paru, Jamalus (1988:51). Pada saat bernafas dengan pernafasan dada maka dada membusung ketika menrik nafas. Kelemahan pernafasan tersebut adalah paru-aru cepat lelah, serta rongga dada tidak cukup besar menampung udara yang banyak. Jadi pernafasan dada tidak efektif digunakan saat bernyanyi karena udara yang ditampung sedikit sehingga tidak dapat maksimal saat bernyanyi.

3) Pernafasan Diafragma

Menurut Jamalus (1988:52) pada pernafasan diafragma bagian yang mengembang ketika menarik nafas adalah sekitar diafragma samping dan punggung. Diafragma adalah sekat antara rongga dada dan rongga perut. Pernafasan diafragma dilakukan dengan cara


(29)

17

mengatur sekat diafragma. Pernafasan ini sangat dianjurkan untuk bernyanyi karena rongga udara yang digunakan lebih besar sehingga udara ditampung lebih banyak.

Dari ketiga jenis pernafasan tersebut, pernafasan diafragma adalah pernafasan yang paling baik dalam benyanyi. Namun tidak semua orang dapat bernyanyi menggunakan nafas diafragma. Untuk itu pernafasan diafragma seharusnya dilatih dengan teratur sehingga dapat membantu pada saat bernyanyi.

d) Frasering

Frasering adalah aturan pemenggalan kalimat musik menjadi bagian yang lebih pendek, akan tetapi memiliki kesatuan arti yang utuh, Prier (1992:69). Frasering memudahkan kita memberikan tanda-tanda dimana kita mengatur nafas dalam bernyanyi. Tujuan dari frasering adalah agar pemenggalan kalimat musik lebih tepat dan benar sesuai dengan isi kalimat. Frasering dapat terbentuk jika kita bernyanyi dengan baik dan aturan pemenggalan kalimatnya mudah dimengerti, sehingga pesan dari lagu tersebut dapat diterima dan dimengerti oleh pendengar. e) Ekspresi

Eskpresi sering diartikan sebagai penjiwaan lagu. Hal ini ditekankan pada kemampuan penyanyi dalam menyesuaikan isi dan jiwa lagu sesuai dengan kehendak pencipta. Jamalus (1988:38) menyatakan bahwa :


(30)

18

Ekspresi dalam musik adalah ungkapan pikiran dan perasaan yang mencakup semua nuansa dari tempo, dinamik, dan warna suara dari unsur-unsur pokok musik dalam pengelompokkan frase yang diwujudkan oleh seniman musik/penyanyi, disampaikan pada pendengarnya.

Jadi, dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ekspresi merupakan pernyataan perasaan yang mencakup dinamik, tempo dan warna suara yang disampaikan penyanyi kepada pendengarnya.

2. Bernyanyi dalam Paduan Suara

Menurut Simanungkalit (2008:68) suara yang dihasilkan dari paduan suara merupakan bunyi yang serempak dari banyak anggota paduan suara. Untuk itu pada saat latihan harus memperhatikan beberapa hal, antara lain: (1) balance, (2) blending, (3) sonoritas. Secara lebih rinci ketiganya dijelaskan sebagai berikut :

1) Balance (Keseimbangan)

Dalam suatu paduan suara harus ada keseimbangan antara suara Sopran, Alto, Tenor, dan Bass, Prier (2014:15). Keseimbangan ini untuk menghindari adanya kelompok suara yang mendominasi suara dalam lagu yang sedang dinyanyikan. Keseimbangan ini bisa meliputi kekuatan suara, irama, dan sebagainya.

2) Blending (Keterpaduan)

Dalam paduan suara yang paling utama adalah suara yang menyatu/padu. Untuk mencapai ini, yang perlu diperhatikan adalah tinggi nada, timbre (warna suara), pengendalian vibrasi, dan dinamika lagu.

3) Sonoritas (Kenyaringan dan Kemerduan Suara)

Suara yang sonor akan mempengaruhi ketepatan nada. Sonoritas dalam paduan suara merupakan perpaduan kualitas suara dengan membunyikan suara yang bening/jernih dan merdu.


(31)

19

Jadi, bernyanyi dalam paduan suara harus memperhatikan beberapa hal tersebut, supaya paduan suara terlihat padu dan kompak. Selain hal tersebut kerjasama dan kekompakan merupakan hal yang tidak kalah penting untuk diperhatikan. Jika kualitas suara sudah terlihat baik namun belum ada kerjasama maka paduan suara tersebut menjadi tidak terarah, karena mereka berjalan sendiri-sendiri sesuai kemauan mereka.

D.Media Pembelajaran Audio

Media pada hakikaktnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran. Menurut Arsyad (2011:34), media sebagai komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Media merupakan sarana dan prasarana untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran serta menunjang pendidikan dan pelatihan dan tentunya perlu mendapat perhatian tersendiri.

Dalam proses belajar mengajar kehadiran media tidak dapat diabaikan begitu saja. Hal ini dikarenakan tanpa adanya media pembelajaran, maka pelaksanaan pendidikan tidak akan berjalan dengan baik, termasuk dalam proses pembelajaran paduan suara. Penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran

pada saat itumenjadi lebih efektif. Di samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya.


(32)

20

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu dalam proses belajar mengajar dan berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan, pengetahuan, dan informasi pembelajaran, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa dalam proses belajar. Media pembalajaran yang disajikan harus menarik perhatian siswa, sehingga semangat belajar siswa menjadi meningkat. Media pembelajaran dalam kaitannya dengan kegiatan pendidikan dan pengajaran di sekolah sangat diperlukan karena dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi program pembelajaran.

1. Pengertian Media Pembelajaran Audio

Menurut Sukiman (2012:154) media audio adalah media yang penyaluran pesan lewat indera pendengaran. Kemudian menurut Sadiman dkk (2011:49) media audio berkaitan dengan pendengaran, pesan yang disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata/bahasa lisan) maupun non verbal. Sementara menurut Asyhar (2012:134) media audio menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk audio atau suara. Format sajian media audio bisa bermacam-macam, misalnya suara manusia (naratif), suara musik, lagu/vokal, dan sound efek atau kombinasinya.

Media sangat membantu dalam tercapainya tujuan pembelajaran di kelas. Keberadaan media yang sangat penting, maka media seringkali digunakan untuk mengatasi berbagai macam hambatan dalam dunia pendidikan. Terutama pada jenjang pendidikan tingkat menengah pertama,


(33)

21

kemampuan siswa untuk memahami konsep-konsep abstrak masih sangat terbatas, oleh karena itu penggunaan medua yang dapat mengkongkritkan pengetahuan abstrak sangat diperlukan dalam membantu siswa agar lebih jelas dan mudah. Media audio mampu menjembatani permasalahan tersebut. Jadi, pembelajaran melalui audio adalah penggunaan materi yang penyerapannya melalui pendengaran, sehingga dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran yang berfungsi memperjelas dan mempermudah dalam memahami materi pembelajaran yang dijelaskan. Media audio mengandung unsur auditif atau suara secara jangka pendek dapat mampu menumbuhkan minat siswa untuk belajar.

Peranan media tidak akan terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang dirumuskan. Oleh karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Apabila diabaikan, maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

2. Kelebihan dan Kekurangan Media Audio a) Kelebihan Audio

Menurut Kustandi dan Sutjipto (2011:57-58) media audio memiliki kelebihan sebagai berikut :

a. Sifatnya mudah dipindahkan;

b. Dapat lebih memusatkan perhatian siswa terhadap kata, kalimat atau musik;

c. Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang; d. Dapat mengembangkan daya imajinasi siswa;


(34)

22

f. Keras lemah suara dapat diatur dan disesuaikan bila akan disisipi komentar yang akan didengar.

b)Kekurangan Audio

Selain memilki kelebihan yang telah disebutkan tersebut, media audio juga memiliki beberapa kekurangan. Menurut Susilana dan Riayana (2008:18) kekurangan media audio adalah sebagai berikut :

a. Sifat komunikasi hanya satu arah (one way communication); b. Harus memenuhi persyaratan teknis produksi;

c. Memerlukan peralatan yang kompleks dan mahal; d. Memerlukan tenaga listrik;

e. Media audio yang menampilkan simbol digit dan analog dalam bentuk auditif adalah abstrak, sehingga pada hal-hal tertentu memerlukan bantuan pengalaman visual;

f. Karena bersifat abstrak, tingkat pengertiannya hanya bisa dikontrol melalui tingkat penguasaan pembendaharaan kata-kata atau bahasa, serta susunan kalimat.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebuah media pembelajaran pasti memempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu juga dengan media audio. Dalam penayangannya media audio tidak dapat berdiri sendiri, media audio membutuhkan alat pendukung seperti speaker untuk menampilkan suara agar terdengar jelas.


(35)

23 E.Tindakan yang Dilakukan

Tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran paduan suara siswa SMPN 2 Gamping adalah menekankan perhatian siswa dengan menggunakan media audio dalam pembelajaran ekstrakurikuler paduan suara. Dalam pembelajaran esktrakurikuler paduan suara, media audio digunakan untuk memberikan contoh dalam bentuk video, sehingga siswa lebih mudah menangkap materi yang diajarkan karena siswa dapat mendengarkan dan melihat terlebih dahulu lagu yang akan dinyanyikan.

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan, Sugiyono (2014:99). Berdasarkan teori yang telah dijelaskan tersebut, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan diterapkannya media audio, maka hasil belajar siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler paduan suara di SMPN 2 Gamping meningkat.


(36)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Setting Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dikenal dengan sebutan PTK. Menurut Suharsimi (2011:3) penelitian tindakan kelas adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh guru dengan cara merefleksikan diri dalam suatu situasi kependidikan guna memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Menurut Kusumah (2011:9) PTK adalah penelitian yang dilakukan dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) pengamatan, dan (4) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memberbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil siswa dapat meningkat.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan sebuah tindakan atau upaya mengamati kegiatan belajar siswa dengan memberi tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan dengan tujuan untuk memberbaiki sistem, metode, proses, kinerja guru, dan situasi dalam upaya meningkatkan hasil pembelajarn dalam kelas. Secara umum tujuan PTK untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran pada suatu kelompok. Tujuan diterapkannya PTK dalam penelitian ini adalah demi meningkatkan hasil belajar ekstrakurikuler


(37)

25

paduan suara siswa di SMPN 2 Gamping, yang rata-rata nilai bernyanyi masih dibawah kentutasan minimal.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penggunaan media audio dalam pembelajaran ekstrakurikuler paduan suara di SMPN 2 Gamping. Penelitian tindakan ini dilakukan secara kolaboratif. Kolaboratif yang dimaksud adalah berkolaborasi dengan guru pelatih ekstrakurikuler paduan suara SMPN 2 Gamping untuk menghindari dan mengurangi unsur subjektif dalam pembelajaran yng dilakukan.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMPN 2 Gamping, yang berlokasi di Jl. Jambon, Trihanggo, Gamping, Sleman. Waktu pelaksanaan selama 1 x 60 menit selama 6 kali pertemuan pada bulan Agustus-September 2015. Dalam satu minggu dilaksanakan 2 kali pertemuan setiap hari Selasa dan Sabtu.

B.Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa anggota ekstrakurikuler paduan suara di SMPN 2 Gamping. Ekstrakurikuler paduan suara ini hanya diikuti oleh siswa kelas VII dan kelas VII sebanyak 24 siswa. Alasan penentuan subjek ini karena tingkat kemampuan bernyanyi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler


(38)

26

paduan suara masih belum maksimal. Hal ini disebabkan karena kurangnya media yang menarik siswa untuk menguasai materi musik.

C.Kolaborator Penelitian

Dalam pelaksanaan PTK diperlukan adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi dan peneliti dalam pemahaman kesepakatan tentang permasalahan dan pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan. Oleh karena itu, kolaborator dalam penelitian ini adalah guru pelatih ekstrakurikuler paduan suara Riyanto, S. Pd. Adapun tugas kolaborator dalam penelitian ini adalah mengamati interaksi, tingkah laku dan proses pembelajaran serta memberikan masukan dan arahan guna proses pembelajaran menjadi lebih baik lagi.

D.Prosedur Penelitian

Suharsimi (2011:16-17) mengungkapkan bahwa ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas dengan bagan yang berbeda. Pada penelitian ini menggunakan desain berdasarkan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan McTaggart, dalam model tersebut terdapat empat tahap, yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Keempat komponen tersebut menjadi satu siklus. Berikut adalah gambar skema penelitian tindakan kelas model Kemmis dan McTaggar.


(39)

27

Gambar 2. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis dan McTaggart

(Suharsimi, 2011:17) 1) Perencanaan (planning)

Perencanaan merupakan suatu tindakan yang akan dilakukan setelah mengetahui masalah dalam pembelajaran untuk memperbaiki, meningkatkan atau melakukan perubahan sebagai solusi. Perencanaan dalam penelitian ini meliputi: (a) pembuatan perangkat pembelajaran, (b) pembuatan instrumen penelitian (pedoman observasi, dokumentasi, format penilaian), dan (c) persiapan lagu model yang akan digunakan dalam pembelajaran.


(40)

28 2) Pelaksanaan (acting)

Pelaksanaan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan sebagai solusi. Pelaksanaan tindakan dilakukan peneliti yang dibantu oleh kolaborator, meliputi segala kegiatan yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi: (a) menjelaskan pengertian cara menyanyi yang baik, (b) mengajarkan cara bernyanyi secara paduan suara dengan baik dan benar, (c) membagi siswa ke dalam dua kelompok untuk pembentukan suara satu dan suara dua, (d) menjelaskan pengertian artikulasi, (e) mengajarkan pernapasan dan dinamika lagu, dan (f) mengajarkan intonasi dan harmonisasi.

3) Pengamatan (observing)

Pengamatan dilakukan dengan mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dihimpun untuk dijadikan pertimbangan dalam perencanaan pada siklus berikutnya. Pengamatan dalam penelitian ini meliputi : (a) pengumpulan data (penilaian dan nontes) berupa evaluasi siswa setelah mendapatkan tindakan, (b) menganalisa data, dan (c) menyusun langkah-langkah perbaikan.


(41)

29 4) Refleksi (reflecting)

Refleksi dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi atau tidak terjadi. Apa yang telah dihasilkan atau belum berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi ini digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK tersebut.

E.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan tes, observasi dan dokumentasi. Teknik penilaian tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian unjuk kerja untuk mengukur kemampuan bernyanyi siswa, sedangkan teknik observasi dan dokumentasi digunakan untuk mengetahui segala perubahan perilaku siswa selama proses pembelajaran.

1. Tes Praktik

Teknik pengumpulan data dengan tes praktik berfungsi untuk mengukur keberhasilan pembelajaran paduan suara siswa menggunakan media audio. Tes dilaksanakan sebelum pemberian tindakan (pra siklus) dan setelah pemberian tindakan (siklus akhir) pada setiap akhir siklus. Penilaian dilakukan oleh peneliti bersama dengan kolaborator dengan menggunakan pedoman penilaian yang berisi aspek-aspek yang akan diukur. Aspek penilaian tersebut meliputi: a) intonasi, b) artikulasi, c) dinamika, d) frasering, e) sonoritas, dan f) homogenitas.


(42)

30 2. Observasi

Dalam PTK observasi adalah sebagai alat pemantau yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tindakan setiap siklus, Sanjaya (2009:86). Observasi dalam penelitian ini merupakan observasi berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi yang dipusatkan pada proses dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran ekstrakurikuler paduan suara melalui media audio. Adapun aspek-aspek yang diobservasi dalam penelitian ini antara lain: (1) perilaku siswa dalam memperhatikan penjelasan guru saat pembelajaran sedang berlangsung, (2) fokus dalam mengamati media audio, (3) mau melakukan arahan guru, dan (5) antusias/semangat saat mencoba bernyanyi.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang, Sugiyono (2014:326). Pada penelitian ini, dokumentasi yang diperoleh adalah foto-foto pelaksanaan kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler paduan suara. Hasil dokumentasi foto-foto digunakan sebagai pelengkap dari observasi dan tes praktik untuk memperkuat hasil penelitian sehingga dapat dipercaya.


(43)

31 F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan kegiatan pengambilan data penelitian, Sugiyono (2011:97). Dalam penelitian ini sesuai dengan teknik pengumpulan data yang akan dilakukan, yaitu dengan menggunakan teknik tes praktik, maka instrumen yang diperlukan adalah:

1. Penilaian Unjuk Kerja

Penilaian unjuk kerja digunakan untuk menilai kemampuan bernyanyi siswa. Menurut Uno (2012:19) penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini dilakukan setelah pembelajaran pada tiap-tiap siklus berakhir. Dalam penilaian unjuk kerja, penilai menggunakan skala rentang di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Dalam penelitian ini penilaian menggunakan skala rentang dengan empat kategori nilai, yaitu: sangat baik dengan nilai 4, baik dengan nilai 3, cukup dengan nilai 2, dan kurang dengan nilai 1. Format penilaian unjuk kerja untuk menilai kemampuan bernyanyi siswa dalam paduan suara dapat dilihat pada Tabel 1 :


(44)

32

Tabel 1. Format Penilaian Unjuk Kerja Siswa dalam Bernyanyi

Keterangan :

Kolom Aspek yang dinilai diisi dengan angka yang sesuai :

4 = Sangat baik 2 = Cukup

3 = Baik 1 = Kurang

Format penilaian pada Tabel 1 dapat dijabarkan dalam kriteria yang sudah ditentukan berikut ini:

No. Nama Siswa

Aspek yang dinilai

Jumlah

Skor Nilai Intonasi Artikulasi Frasering Dinamika Sonoritas Homogenitas

(Blend)

1. 2. 3. 4. 5. ...

JUMLAH


(45)

33

Tabel 2. Rubrik Penilaian Bernyanyi dalam Paduan Suara

No Aspek Kategori Indikator

1 Intonasi Sangat Baik Semua nada dinyanyikan dengan akurat dan tepat. Dengan persentase 81-100% dari keseluruhan lagu.

Baik Hampir semua nada dinyanyikan dengan akurat dan tepat, dengan persentase 61-80% dari keseluruhan lagu.

Cukup Beberapa nada dinyanyikan dengan akurat, dengan persentase 41-60% dari keseluruhan lagu.

Kurang Belum menguasai intonasi, dengan persentase <40% dari keseluruhan lagu. 2 Artikulasi Sangat Baik Dapat menyanyikan lagu dengan

artikulasi yang benar dan jelas, dengan persentase 81-100% dari keseluruhan lagu.

Baik Hampir semua kalimat lagu dinyanyikan dengan artikulasi yang benar dan jelas, dengan persentase 61-80% dari keseluruhan lagu.

Cukup Beberapa kalimat lagu dinyanyikan dengan artikulasi yang benar dan jelas, dengan persentase 41-60% dari keseluruhan lagu.

Kurang Belum mengusai artikulasi, dengan persentase <40% dari keseluruhan lagu. 3 Dinamika Sangat baik Dapat bernyanyi dengan dinamika yang

baik dengan persentase 81-100% dari keseluruhan lagu.

Baik Dapat bernyanyi dengan dinamik yang baik, dengan persentase 61-80% dari keseluruhan lagu.

Cukup Belum bernyanyi dengan dinamika yang baik, dengan persentase 41-60% dari keseluruhan lagu.

Kurang Belum menguasai dinamik, dengan persentase <40% dari keseluruhan lagu. 4 Frasering Sangat Baik Dapat bernyanyi dengan frasering yang

baik dengan persentase 81-100% dari keseluruhan lagu.


(46)

34

Baik Dapat bernyanyi dengan frasering yang baik, dengan persentase 61-80% dari keseluruhan lagu.

Cukup Belum bernyanyi dengan dinamika yang baik, dengan persentase 41-60% dari keseluruhan lagu.

Kurang Belum menguasai dinamik, dengan persentase <40% dari keseluruhan lagu. 5 Sonoritas Sangat baik Dapat bernyanyi dengan sonoritas yang

baik dengan persentase 81-100% dari keseluruhan lagu.

Baik Dapat bernyanyi dengan sonoritas yang baik, dengan persentase 61-80% dari keseluruhan lagu.

Cukup Belum bernyanyi dengan sonoritas yang baik, dengan persentase 41-60% dari keseluruhan lagu.

Kurang Belum menguasai sonoritas, dengan persentase <40% dari keseluruhan lagu. 6 Homogentitas

(Blend)

Sangat Baik Suara seluruh anggota paduan suara terdengar bulat, padu dan volume masing-masing suara terdengar seimbang dari keseluruhan lagu. Dengan persentase 81-100% dari keseluruhan lagu.

Baik Suara seluruh anggota paduan suara terdengar bulat, padu namun volume masing-masing suara terdengar belum seimbang, dengan persentase 61-80% dari keseluruhan lagu.

Cukup Suara seluruh anggota paduan suara terdengar bulat, padu namun volume masing-masing suara terdengar belum seimbang, dengan persentase 41-60% dari keseluruhan lagu.

Kurang Suara tidak terdengar padu dan bulat serta volume masing-masing suara tidak seimbang dengan persentase <40% dari keseluruhan lagu.


(47)

35 G.Validitas Instrumen

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah face validity atau biasa dikenal dengan validitas muka. Menurut Suharsimi (2008:128) setiap peneliti tindakan saling mengecek/menilai/memutuskan validitas suatu tindakan dan data dalam proses kolaborasi dalam penelitian tindakan. Dalam penelitian ini peneliti bekerja sama dengan kolaborator sekaligus pengamat. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Validasi instrumen dikonsultasikan pada 2 expert yaitu (1) Dra. MG. Widyastuti, M. Sn. (2) Dr. Hanna Sri Mudjilah, M. Pd, kedua expert tersebut merupakan akademisi di bidang musik.

H.Teknik Analisis Data

Berdasarkan data yang telah terkumpul, maka dilakukan analisis terhadap hasil tindakan yang dilakukan. Teknik analisis data dilakukan dengan cara teknik deskriptif kualitatif. Analisis data kualitatif merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data, Sugiyono (2009:331). Analisis data deskriptif kualitatif yaitu dengan memberikan ulasan atau interpretasi terhadap data yang diperoleh sehingga menjadi jelas dan bermakna dibandingkan dengan sekadar angka-angka.

Oleh karena itu, analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yakni proses mengumpulkan data dan menyusun secara baik data-data yang didapatkan melalui tes praktik unjuk kerja dan observasi. Teknik ini dilakukan


(48)

36

dengan cara mengolah skor aspek-aspek penilaian yang terdapat dalam penilaian tes unjuk kerja siswa dalam bernyanyi kemudian dideskripsikan ke dalam kata-kata. Tes tersebut dimulai dari pra siklus, dan siklus akhir dari tiap siklus. Selanjutnya untuk mendapatkan nilai akhir dari penilaian unjuk kerja dilakukan perhitungan pada jumlah skor dari masing-masing siswa menggunakan standar mutlak dengan rumus sebagai berikut, Sudijono (2011:318):

Selanjutnya nilai tersebut dijumlahkan untuk mencari rata-rata kelas yang diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut, Sudijono (2011:332) :

Kemudian hasil yang diperoleh diterjemahkan ke dalam kriteria yang sudah ditentukan, setelah itu dilakukan perhitungan selisih peningkatan rata-rata unjuk kerja siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut, Sudijono (2011:350) :


(49)

37

I. Indikator Keberhasilan

Menurut Suharsimi (2011:10), salah satu fungsi penilaian adalah sebagai pengukur keberhasilan, karena penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan. Kriteria keberhasilan tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Siswa dapat bernyanyi dengan intonasi, artikulasi, dinamika dan frasering, serta homogenitas yang benar;

2) Siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran paduan suara; 3) Meningkatnya hasil belajar siswa dalam ekstrakurikuler paduan suara

dengan kategori penilaian baik (61-80).

Kriteria meningkatnya hasil belajar paduan suara siswa dapat diketahui melalui penilaian yang telah dianalisis. Penilaian dilakukan dengan tes unjuk kerja bernyanyi dengan pemberian skor pada butir-butir aspek penilaian. Hasil tes dianalisis dengan teknik analisis evaluasi pembelajaran untuk mengetahui peningkatan hasil belajar paduan suara siswa SMPN 2 Gamping. Selanjutnya, nilai tersebut dibandingkan dengan nilai pra siklus, siklus akhir pada tiap siklus. Apabila ada peningkatan yang baik antara hasil pembelajaran sebelum dan sesudah adanya tindakan dan nilai rata-rata minimal dalam kategori baik (61-80) maka tindakan tersebut dikatakan berhasil. Kategori rentang nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.


(50)

38

Tabel 3. Kategori Rentang Nilai

Rentang Nilai Kategori

81-100 Sangat Baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

≤40 Kurang

J. Validitas Penelitian

Pada PTK validitas merupakan keajekan proses penelitian seperti yang disyaratkan dalam penelitian kualitatif. Validitas menunjukkan pada derajat kepercayaan terhadap suatu proses dan hasil PTK, Wiriaatmadja (2006:161). Menurut Kunandar (2011:104), diperlukan validitas penelitian guna mencapai keabsaham data. Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas demokratik, hasil, proses, katalitik dan dialogis. Kelima validitas tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Validitas Demokratik

PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif, artinya dalam proses penelitian melibatkan kelompok-kelompok tertentu yang terlibat. Validitas demokratik dicapai dengan melibatkan seluruh objek penelitian. Objek penelitian ini adalah peneliti, kolaborator yaitu Riyanto, S. Pd pelatih ekstrakurikuler paduan suara, dan siswa pesrta ekstakurikuler paduan suara SMPN 2 Gamping. Hal ini dilakukan agar hasil penelitian bersifat obyektif, serta hasil penelitian dapat bermanfaat untuk semua pihak yang terlibat


(51)

39

dalam penelitian ini. Masing-masing objek memiliki kesempatan untuk mengutarakan apa yang dirasakan, difikirkan, serta dialaminya selama penelitian berlangsung, seperti kendala-kendala yang sering muncul baik dalam segi penggunaan media audio, siswa kurang fokus, kesulitan yang dihadapi masing-masing siswa atau hal-hal lain yang dirasa perlu didiskusikan untuk mencari solusinya.

2. Validitas Hasil

Validitas hasil mengandung konsep bahawa tindakan yang dilakukan dalam peningkatan hasil belajar paduan suara siswa melalui penggunaan media audio di SMPN 2 Gamping membawa hasil yang sesuai dengan tujuan. Hasil yang efektif tidak hanya melibatkan solusi masalah tetapi juga meletakkan kembali masalah ke dalam suatu kerangka sehingga melahirkan pertanyaan baru. Hal ini terlihat dalam siklus penelitian, dimana ketika dilakukan refleksi pada kegiatan pemanasan vokalisis, ditemukan bahwa : 1) siswa menganggap kegiatan tersebut lucu karena merupakan sesuatu yang baru sehingga siswa tertawa dan terjadi suasana gaduh, untuk mengatasi hal tersebut dilakukan pemusatan perhatian dengan cara memberikan pengertian bahwa vokalisis penting dilakukan sebelum bernyanyi, agar otot-otot yang berkerja saat bernyanyi tidak tegang, dan memberikan contoh kemudian ditirukan secara bersama-sama sehingga terjadi pembiasaan. 2) Sebagian kecil siswa mengikuti kegiatan dengan aktif dan sebagian siswa merasa, malu, minder, takut salah, dan takut bertanya. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan pendekatan secara personal,


(52)

40

diberikan kepercayaan, pujian dan semangat, memberikan kesempatan untuk mencoba bernyanyi sendiri dengan bimbingan khusus dan diulang-ulang sampai timbul kepercayaan diri.

3. Validitas Proses

Validitas proses berkenaan dengan proses tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti akan mampu melakukan tindakan manakala memiliki pemahaman yang memadai tentang alternatif tindakan yang ditentukan. Dalam hal ini peneliti dan kolaborator secara terus menerus dapat mengkritisi diri sendiri dalam situasi yang ada sehingga dapat melihat kekurangan dan segera berupaya memberbaikinya. Dalam situasi dan kondisi pembelajaran paduan suara di SMPN 2 Gamping semua siswa mengikuti jalannya kegiatan, namun sebagian siswa yang aktif terlibat belajar, menanyakan kesulitan, dan mengikuti kegiatan vokalisis, dan benyanyi dengan serius dan bersemangat namun sebagian siswa juga terlihat pasif. Kemudian peneliti bersama kolaborator mencari sebab mengapa siswa pasif dan cenderung diam, untuk mengatasi hal tersebut siswa yang tidak aktif didorong untuk menyuarakan apa yang dirasakan seperti malu karena suara kurang bagus, takut bertanya, dan takut salah. Selanjutnya diperlukan suatu pendekatan individu yang difokuskan pada anak tersebut sehingga muncul kepercayaan diri pada siswa untuk bernyanyi dengan benar.


(53)

41 4. Validitas Katalitik

Validitas katalik berhubungan dengan cara dan peran baru sesuai dengan tindakan yang dilakukan untuk memecahkan masalah. Validitas katalitik terkait dengan kadar pemahaman yang tercapai pada realitas proses pembelajaran dengan cara mengelola perubahan di dalamanya, termasuk pemahaman peneliti dan siswa terhadap peran masing-masing dan tindakan yang diambil sebagai akibat perubahan ini. Dalam kasus tindakan pada paduan suara SMPN 2 Gamping, peneliti dan kolaborator paham bahwa kelemahan siswa dalam bernyanyi adalah jika tidak diiringi siswa kesulitan dalam menentukan nada dan fals, tetapi dengan menggunakan media audio siswa terbantu sekali dalam menentukan nada, benyanyi dengan benar. Dengan adanya pendekatan individu, pendampingan khusus, pemberian pujian, mengorangkan anak dengan mempertimbangkan pikiran dan perasaan, memotivasi siswa serta mengapresiasi usaha belajarnya merupakan faktor positif yang memfasilitasi proses pembelajaran, masalah kepribadian seperti takut salah, malu, dan minder akan teratasi secara stabil dan alami.

5. Validitas Dialogis

Validitas ini berkaitan dengan upaya meminimalisir unsur subjektivitas baik dalam proses maupun hasil penelitian. Kegiatan ini berisi tentang diaglog yang saling menyampaikan kritikan, ataupun masukan demi mencapai keberhasilan tindakan tanpa mengalami penilian secara subjektif. Dengan demikian, validitas dialogik merupakan kegiatan untuk saling


(54)

42

mencurahkan apa yang dilihat dan dirasa kurang dalam proses penelitian. Peneliti selalu meminta siswa untuk mengungkapkan kesulitan yang dirasakan setiap pertemuan baik pada siklus I ataupun siklus II yang kemudian dicarikan solusi demi kebaikan proses tindakan selanjutnya. Peneliti selalu mengajak kolaborator untuk berdiskusi mencari solusi dari masalah atau kendala yang telah diketahui. Kemudian melakukan dialog dengan kolaborator dalam menyusun dan mereview hasil penelitian beserta penafsirannya.


(55)

43 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Pra Siklus

Kemampuan hasil belajar paduan suara SMPN 2 Gamping dalam pra siklus diukur dengan mengambil hasil tes bernyanyi dalam paduan suara. Pada pra siklus, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar paduan suara siswa masih belum mencapai kriteria penliaian dengan kategori baik (61-80). Berikut adalah data hasil penilaian terhadap 24 responden yang merupakan anggotan paduan suara di SMPN 2 Gamping sebelum dilaksanakan tindakan. Adapun hasil penilaian pada pra siklus dapat dilihat pada Tabel 4 :

Tabel 4. Hasil Evaluasi Penilaian Hasil Belajar Paduan Suara Siswa pada Pra Siklus

Nama Nilai Keterangan

Responden 1 46,87 Cukup

Responden 2 53,12 Cukup

Responden 3 53,12 Cukup

Responden 4 65,62 Baik

Responden 5 46,87 Cukup

Responden 6 50,00 Cukup

Responden 7 53,12 Cukup

Responden 8 59,37 Cukup

Responden 9 53,12 Cukup

Responden 10 56,25 Cukup

Responden 11 62,50 Baik

Responden 12 50,00 Cukup

Responden 13 43,75 Cukup

Responden 14 71,87 Baik

Responden 15 62,25 Baik

Responden 16 53,12 Cukup

Responden 17 46,87 Cukup

Responden 18 Responden 19

50,00 Cukup

53,12 Cukup

Responden 20 65,62 Baik

Responden 21 53,12 Cukup

Responden 22 50,00 Cukup

Responden 23 50,00 Cukup

Responden 24 53,12 Cukup

Jumlah Rata-rata Min Max 1303,12 54,29 43,75 71,87 Cukup


(56)

44

Dari tabel 4 tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak siswa yang belum mencapai kriteria keberhasilan tindakan. Hanya 5 responden atau 20,83% dari keseluruhan responden yang masuk ke dalam kriteria baik. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 54,29 artinya rata-rata kelas belum memenuhi standar kriteria keberhasilan tindakan.

B.Siklus I

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. penelitian tindakan pada siklus I dilaksankan dalam tiga kali pertemuan. Adapun penjabaran hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan

Kegiatan perencanaan bertujuan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dilaksanakan pada pelaksanaan tindakan. Hasil kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan meliputi:

1) Mengidentifikasi masalah melalui hasil tes pada pra siklus. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan sebelumnya, peserta masih belum percaya diri dan juga belum menguasai teknik vokal dalam bernyanyi serta siswa tidak tertarik mengikuti pembelajaran karena kurangnya pengetahuan guru dalam menggunakan media yang dapat menarik perhatian siswa. 2) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengenai materi

yang diajarkan dan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. RPP disusun sesuai dengan materi


(57)

45

pembelajaran yang akan disampaikan. Adapun RPP yang digunakan dapat dilihat pada lampiran.

3) Menyiapkan media pembelajaran berupa lagu Himne Guru dalam format audio yang diaransemen oleh Kagum Pangesti AR, serta kelengkapan alat berupa laptop dan speaker.

4) Menyiapkan instrumen penilaian unjuk kerja bernyanyi dalam paduan suara yang telah dikonsultasikan dengan expert judgement yaitu Dra. MG. Widyastuti, M. Sn. dan Dr. Hanna Sri Mudjilah, M. Pd. yang merupakan akademisi di bidang musik.

5) Mendiskusikan tindakan yang akan dilakukan bersama pelatih. Kegiatan latihan ini dibantu oleh Riyanto, S. Pd sebagai kolaborator. Kolaborator bertugas untuk mengamati jalannya proses latihan, memberi masukan serta menganalisis hasil praktik.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan selama 60 menit dalam setiap pertemuan. Pada tahap ini adalah melaksanakan rencana yang telah disusun sebelumnya. Kolaborator mengamati jalannya pembelajaran untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan anggota paduan suara, serta kekurangan dan kelebihan yang ada selama proses pembelajaran.


(58)

46 1) Pertemuan I

Pertemuan I pada siklus I dilaksanakan hari Selasa, 4 Agustus 2015, pukul 14.00-15.00 WIB. Kegiatan tersebut secara lebih rinci diuraikan sebagai berikut:

a) Pendahuluan

Pelatih bersama kolaborator memasuki ruangan latihan untuk memulai kegiatan bersama-sama dengan anggota paduan suara. Setelah semua anggota siap mengikuti latihan, pelatih mengucapkan salam dan berdoa, kemudian menjelaskan tujuan serta harapan yang akan dicapai setelah mengikuti kegiatan latihan ini adalah dapat bernyanyi dengan intonasi dan artikulasi yang benar dan menguasai lagu Himne Guru.

b) Kegiatan Inti

Pelatih memutarkan lagu Himne Guru dalam format audio, siswa mendengarkan lagu Himne Guru dengan seksama. Kemudian pelatih menjelaskan tentang teknik vokal dasar bernyanyi. Pelatih mengajak siswa untuk melakukan vokalisis. Vokalisis digunakan untuk melatih pita suara supaya tidak tegang serta untuk mengingat teknik vokal dalam bernyanyi. Pelatih membagikan partitur lagu Himne Guru kepada siswa. Pelatih membagi siswa dalam dua kelompok, kelompok A (suara satu) dan kelompok B (suara dua), kemudian pelatih memutar lagu Himne Guru suara satu untuk kelompok A secara berulang-ulang. Siswa menyanyikan lagu Himne


(59)

47

Guru dengan intonasi yang tepat. Setelah siswa menguasai intonasi dengan baik kemudian siswa menyanyikan lagu Himne Guru dengan artikulasi yang benar, dan dilanjutkan siswa menyanyikan lagu Himne Guru dengan frasering yang benar. Setelah suara satu dapat menyanyikan lagu Himne Guru dengan intonasi, artikulasi, dan frasering dengan baik dilanjutkan melatih suara dua. Pelatih memutar lagu Himne Guru suara dua untuk kelompok B secara berulang-ulang selanjutnya siswa menyanyikan lagu Himne Guru dengan intonasi yang tepat. Setelah siswa menguasai intonasi dengan baik kemudian dilanjutkan siswa menyanyikan lagu Himne Guru dengan artikulasi yang benar, selanjutnya siswa menyanyikan lagu Himne Guru dengan frasering yang benar. Setelah suara dua menguasai intonasi, artikulasi, dan frasering dengan baik. Kemudian pelatih mengajak siswa untuk bersama-sama menyanyikan lagu Himne Guru.

c) Penutup

Pelatih mulai menanyakan kesulitan yang dialami oleh siswa. Siswa pun terlihat diam dan tidak mengajukan pertanyaan atas kesulitan dari materi pembelajaran yang telah diperlajari. Kemudian pelatih membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran dengan cara melakukan tanya jawab. Selanjutnya, pelatih mengevaluasi dengan mengajak paduan suara menyanyikan ulang sebagian lagu yang telah dilatih. Sebelum meninggalkan ruang latihan pelatih memimpin doa dan mengucapkan salam.


(60)

48 2) Pertemuan II

Pertemuan II dilaksankan pada hari Sabtu, 8 Agustus 2015, pukul 14.00-15.00 WIB. Secara rinci kegiatan dalam pertemuan II dijelaskan sebagai berikut:

a) Pendahuluan

Pendahuluan diawali oleh pelatih, dengan memberikan salam dan berdoa. Pelatih mengecek kesiapan siswa dan kehadiran siswa. Terdapat 24 siswa yang hadir dalam pembelajaran. Pelatih mulai menyampaikan tujuan serta harapan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai setelah mengikuti latihan yaitu adalah menguasai dinamika, frasering dan homogenitas pada lagu Himne Guru.

b) Kegiatan Inti

Pelatih memutarkan lagu Himne Guru dalam format audio, siswa mendengarkan lagu Himne Guru dengan seksama. Kemudian pelatih menjelaskan tentang teknik vokal dasar bernyanyi. Pelatih mengajak siswa untuk melakukan vokalisis. Vokalisis digunakan untuk melatih pita suara supaya tidak tegang serta untuk mengingat teknik vokal dalam bernyanyi. Kemudian pelatih menyuruh siswa untuk berkelompok seperti kegiatan latihan sebelumnya, yaitu kelompok A (suara satu) dan kelompok B (suara dua). Pelatih memutar lagu Himne Guru suara satu untuk kelompok A secara berulang-ulang. Kemudian siswa menyanyikan lagu Himne Guru dengan dinamika yang tepat, setelah siswa menguasai dinamika denga


(61)

49

baik, kemudian siswa menyanyikan lagu Himne Guru dengan sonoritas yang benar, dan dilanjutkan siswa menyanyikan lagu Himne Guru dengan homogenitas yang benar. Pelatih memutar lagu Himne Guru suara dua untuk kelompok B secara berulang-ulang. Kemudian siswa menyanyikan lagu Himne Guru dengan dinamika yang tepat, setelah siswa menguasai dinamika dengan baik, kemudian siswa menyanyikan lagu Himne Guru dengan sonoritas yang benar, selanjutnya siswa menyanyikan lagu Himne Guru dengan homogenitas yang benar. Kemudian pelatih melatih suara satu dan suara dua untuk bernyanyi bersama-sama dengan dinamika, sonoritas, dan homogenitas yang benar. Setelah dirasa cukup, kemudian pelatih mengajak siswa untuk mengulang pembelajaran sebelumnya yaitu intonasi, artikulasi, dan frasering. Siswa menyanyikan lagu Himne Guru dengan intonasi, artikulasi, frasering, dinamika, sonoritas, dan homogenitas dengan baik secara berulang-ulang sampai suara yang dihasilkan terdengar padu dan seimbang.

c) Penutup

Sebelum berakhir, pelatih meminta untuk berlatih sendiri dan mempertahankan hasil latihan yang sudah didapatkan karena untuk pertemuan selanjutnya akan diadakan tes unjuk kerja hasil latihan. Sebelum meninggalkan ruangan pelatih memimpin doa dan mengucapkan salam.


(62)

50 3) Pertemuan III

Pertemuan III dilaksanakan pada hari Selasa, 11 Agustus 2015, pukul 14.00-15.00 WIB. Pada pertemuan III siklus I, pelatih mengadakan tes unjuk kerja untuk mengetahui peningkatan hasil belajar paduan suara siswa SMPN 2 Gamping setelah menggunakan media audio. Secara rinci dijelaskan sebagai berikut:

a) Pendahuluan

Pendahuluan diawali oleh pelatih, dengan memberikan salam dan berdoa. Pelatih mengecek kesiapan siswa dan kehadiran siswa serta mengingatkan bahwa akan diadakan tes praktik unjuk kerja. b) Kegiatan Inti

Pelatih melakukan vokalisis untuk mempersiapkan diri siswa sebelum dilakukan tes unjuk kerja kemudian pelatih memberikan waktu kepada siswa untuk melakukan latihan sebelum pengambilan nilai. Pelatih mengajak siswa untuk bernyanyi bersama-sama dengan teknik vokal yang baik dan benar untuk mengecek kesiapan siswa. Setelah dirasa cukup kemudian dilakukan tes unjuk kerja secara berkelompok, setiap kelompok terdiri dari 8 siswa yang terdiri dari suara satu dan suara dua.

c) Penutup

Setelah tes dilaksanakan pelatih menutup pertemuan dengan berdoa dan mengucapkan salam.


(63)

51 3. Hasil Observasi Siklus I

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 3 kali pertemuan oleh kolaborator, hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut:

1) Dalam pengenalan lagu, siswa saling mengajarkan;

2) Siswa terlihat lebih bersemangat dan antusias dibandingkan dengan sebelum menggunakan media audio;

3) Beberapa siswa mulai menunjukkan peningkatan meskipun belum seluruhnya mengalami peningkatan

4) Beberapa siswa terlambat mengikuti latihan paduan suara;

5) Beberapa siswa belum percaya diri dalam bernyanyi sehingga suara yang dihasilkan menjadi tidak maksimal;

6) Beberapa siswa belum serius mengikuti latihan dan berbicara sendiri ketika dijelaskan.


(64)

52

Tabel 5. Hasil Evaluasi Penilaian Hasil Belajar Paduan Suara Siswa pada Siklus I

Tabel 5 menunjukkan hasil tes unjuk kerja paduan suara SMPN 2 Gamping pada akhir siklus I. Nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa anggota paduan suara adalah 64,06. Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa terdapat 16 anggota paduan suara yang sudah mencapai standar keberhasilan tindakan dan 8 anggota paduan suara yang belum mencapai standar keberhasilan tindakan. Persentase anggota paduan suara yang sudah mencapai keberhasilan tindakan adalah 66,67%. Berdasarkan hasil

Nama Nilai Keterangan

Responden 1 53,12 Cukup

Responden 2 65,62 Baik

Responden 3 65,62 Baik

Responden 4 75,00 Baik

Responden 5 56,25 Cukup Responden 6 59,37 Cukup Responden 7 59,37 Cukup

Responden 8 65,62 Baik

Responden 9 62,50 Baik

Responden 10 65,62 Baik Responden 11 71,87 Baik Responden 12 65,62 Baik Responden 13 50,00 Cukup Responden 14 81,25 Sangat Baik Responden 15 71,87 Baik Responden 16 62,50 Baik Responden 17 56,25 Cukup Responden 18

Responden 19

65,62 Baik

65,62 Baik

Responden 20 78,12 Baik Responden 21 65,62 Baik Responden 22 53,12 Cukup Responden 23 56,25 Cukup Responden 24 65,62 Baik

Jumlah Rata-rata Min Max 1537,50 64,06 50,00 81,25 Baik


(65)

53

tersebut setelah pembelajaran paduan suara menggunakan media audio di SMPN 2 Gamping telah mengalami peningkatan hasil belajar yang signifikan, namun belum seluruhnya siswa yang mencapai standar keberhasilan tindakan, sehingga penelitian tersebut belum dapat dikatakan berhasil.

4. Refleksi

Hasil refleksi pembelajaran esktrakurikuler paduan suara di SMPN 2 Gamping pada siklus I adalah sebagai berikut:

1) Siswa bersemangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran ekstrakurikuler paduan suara dengan menggunakan media audio; 2) Timbulnya kerjasama antar siswa, siswa saling mengajarkan pada saat

pengenalan lagu;

3) Siswa sudah dapat bernyanyi dengan intonasi, artikulasi, frasering, dinamika, sonoritas, dan homogenitas dengan lebih baik setalah diberikan tindakan dengan menerapkan media audio pada pembelajaran ekstrakurikuler paduan suara;

4) Adanya beberapa siswa yang sangat sulit untuk diatur dan menyebabkan siswa lain ikut tidak memperhatikan proses kegiatan belajar mengajar, sehingga memerlukan perhatian khusus yaitu dengan pendekatan dengan cara personal;


(66)

54

5) Siswa kurang tepat dalam membidik nada dalam bernyanyi karena speaker yang kurang maksimal sehingga mengganti speaker yang dapat menghasilkan suara lebih maksimal dan dapat didengar oleh seluruh siswa dengan jelas;

6) Dalam pengambilan nilai siswa masih banyak yang kurang percaya diri dalam menyanyikan lagu tersebut;

7) Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 64,06, nilai tersebut sudah lebih baik dibanding nilai yang diperoleh pada pra siklus, pada pra siklus nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 54,29. Berikut adalah peningkatan hasil belajar siswa yang dikonversikan dalam bentuk grafik :

Gambar 3. Grafik Hasil Penilaian Pra Siklus dan Siklus I

Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata

Pra Siklus 43,75 71,87 54,29

Siklus I 50 81,25 64,06

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

N

IL

A

I

Hasil Penilaian Pra Siklus dan

Siklus I


(67)

55

Berdasarkan gambar 3, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pada siklus I meningkat. Dari hasil tes pra siklus dan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 9,77. Jika dihitung dalam persentase, diperoleh hasil sebagai berikut :

Dari penghitungan tersebut diperoleh peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 17,99%, meskipun hasil peningkatan sudah signifikan namun masih ada 8 responden atau 33,33% dari keseluruhan responden yang belum mencapai kriteria keberhasilan tindakan dalam kategori baik sedangkan 16 responden atau 66,67% responden sudah mencapai kriteria keberhasilan tindakan dalam kategori baik. Berdasarkan hasil refleksi tersebut dikatahui bahwa keberhasilan tindakan belum dapat tercapai pada siklus I. Oleh karena itu, peneliti dan kolaborator sepakat untuk melakukan tindakan lanjutan pada siklus II.


(68)

56 C.Siklus II

Pelaksanaan siklus II merupakan tindakan lanjutan dari pembelajaran paduan suara pada siklus I menggunakan media audio. Dalam siklus ini, peneliti mencoba untuk melanjutkan penelitian setelah melihat hasil dari siklus I yang masih belum sesuai dengan hasil yang diharapakan. Sehingga dengan adanya siklus II diharapkan dapat memberikan hasil yang sesuai yang diharapakan. Adapun penjabaran hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Dalam tahap ini, peneliti kembali merencakan dan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan sebelum pelaksanaan penelitian. Berikut adalah kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi: 1) Mengidentifikasi masalah melalui hasil tes pada siklus I. Berdasarkan

observasi yang telah dilakukan sebelumnya, peserta masih belum percaya diri dan juga intonasi masih belum dikuasi dengan baik dalam bernyanyi serta siswa belum mengikuti pembelajaran dengan fokus.

2) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menegenai materi yang diajarkan dan digunakan peneliti sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. RPP disusun sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Adapun RPP yang digunakan dapat dilihat pada lampiran.


(69)

57

3) Menyiapkan media pembelajaran berupa lagu Himne Guru dalam format audio yang diarasansemen oleh Kagum Pangesti AR, serta kelengkapan alat berupa laptop dan speaker.

4) Mendiskusikan tindakan yang akan dilakukan bersama pelatih. Kegiatan latihan ini dibantu oleh Riyanto, S. Pd. sebagai kolaborator. Kolaborator bertugas untuk mengamati jalannya proses latihan, memberi masukan serta menganalisis hasil praktik.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Pelaksanaan tindakan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana yang telah disusun pada tahap sebelumnya.

1) Pertemuan I

Pertemuan II dilaksanakan pada hari Selasa, 18 Agustus 2015 pukul 14.00-15.00 WIB. Berikut uraian kegiatan pada pertemuan I:

a) Pendahuluan

Peneliti bersama kolaborator masuk ke dalam ruang latihan untuk memulai kegiatan bersama dengan anggota paduan suara. Dalam hal ini, peneliti bertindak sebagai pelatih. Setelah semua anggota siap mengikuti latihan, pelatih mengucapkan salam dan berdoa, kemudian menjelaskan tujuan yang akan dicapai setelah mengikuti kegiatan latihan ini adalah penggunaan


(70)

58

media audio dapat meningkatkan hasil belajar ekstrakurikuler paduan suara siswa.

b) Kegiatan Inti

Pelatih mengajak siswa untuk melakukan vokalisis. Vokalisis digunakan untuk melatih pita suara supaya tidak tegang serta untuk mengingat teknik vokal dalam bernyanyi. Pelatih memutarkan lagu Himne Guru dalam format suara satu dan suara dua, siswa memperhatikan dengan seksama agar fokus dalam mendengarkan bagian suara masing-masing. Kemudian pelatih mengajak siswa untuk bersama-sama menyanyikan lagu Himne Guru. Beberapa siswa masih belum tepat dalam membidik nada, selanjutnya pelatih melakukan pendekatan personal pada siswa tersebut dan memberikan pelatihan pada nada-nada yang belum tepat tersebut sampai siswa dapat menyanyikan dengan tepat. Beberapa siswa kurang percaya diri ketika bernyanyi karena merasa suaranya kurang bagus, kemudian guru melakukan pendekatan personal kepada beberapa siswa tersebut, memberikan motivasi bahwa siswa tersebut dapat bernyanyi dengan baik namun harus banyak berlatih lagi, pelatih mengajari siswa bernyanyi secara berulang-ulang sampai rasa percaya diri siswa tersebut muncul. Pelatih meminta siswa yang sering membuat gaduh untuk duduk di barisan paling depan supaya siswa dapat mudah dibimbing. Kemudian pelatih melanjutkan mengajak siswa


(71)

59

menyanyikan secara bersama-sama dengan menerapkan teknik vokal yang baik dan benar.

c) Penutup

Pelatih mengevaluasi dengan mengajak siswa mencoba mempraktikkan lagu model dengan teknik vokal yang benar. Pelatih bersama siswa menyimpulkan materi ya g diberikan pada latihan hari tersebut. Sebelum meninggalkan ruang latihan pelatih memimpin doa dan mengucapkan salam.

2) Pertemuan II

Pertemuan II pada siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 22 Agustus 2015 pukul 14.00-15.00 WIB. Berikut ini merupakan uraian kegiatan pada pertemuan II:

a) Pendahuluan

Peneliti bersama kolaborator masuk ke dalam ruang latihan untuk memulai kegiatan bersama dengan anggota paduan suara. Pelatih mengecek kesiapan siswa dan kehadiran siswa dalam mengikuti latihan. Setelah semua anggota siap mengikuti latihan, pelatih mengucapkan salam dan berdoa, kemudian menjelaskan tujuan serta harapan yang akan dicapai setelah mengikuti kegiatan latihan ini adalah penggunaan media audio dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada lagu Himne Guru.


(1)

(2)

(3)

(4)

119

LAMPIRAN 7


(5)

120

Dokumentasi

Gambar 5. Guru Sedang Memberikan Pengarahan Terhadap Siswa. (dok. Kagum, 2105)

Gambar 6. Pemutaran Media Audio Visual. (dok. Kagum, 2015)


(6)

121

Gambar 7. Siswa Latihan Bernyanyi Secara Kelompok. (dok. Kagum, 2015)

Gambar 8. Siswa Latihan Bernyanyi. (dok. Kagum, 2015)