Analisis Perekonomian Daerah 2016

(1)

(2)

ANALISIS

PEREKONOMIAN DAERAH

KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2016


(3)

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ... 3

1.1 PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN ... 14

1.2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN ... 20

1.3 INDUSTRI PENGOLAHAN ... 22

1.4 LISTRIK, GAS, DAN AIR ... 25

1.5 KONSTRUKSI ... 27

1.6 PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR ... 30

1.7 TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN ... 33

1.8 PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM ... 36

1.9 JASA - JASA ... 39

II. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAN PERBANKAN ... 57

2.1 KEUANGAN DAERAH ... 57

2.2 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PONOROGO ... 58


(5)

2.2.1 ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO 59

2.2.2 REALISASI PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO 61

2.2.3 ANGGARAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PONOROGO ... 63

2.2.4 REALISASI BELANJA DAERAH KABUPATEN PONOROGO ... 66

2.2.5 RASIO PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO ... 68

2.2.6 RASIO BELANJA DAERAH KABUPATEN PONOROGO ... 69

2.3 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DI KABUPATEN PONOROGO ... 69

2.4 ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT DI KABUPATEN PONOROGO ... 73

2.5 PERKEMBANGAN KINERJA PERBANKAN DI KABUPATEN PONOROGO 74

III. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ... 81

3.1 KETENAGAKERJAAN ... 81

3.2 UPAH MINIMUM KABUPATEN (UMK) ... 85

3.3 NILAI TUKAR PETANI (NTP) ... 87


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 SUMBER PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN PONOROGO

DAN JAWA TIMUR TAHUN 2015 (%) ... 6

Tabel 1.2 DISTRIBUSI PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU

KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2011 – 2015 (%) ... 9

Tabel 1.3 PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN (SWP) MADIUN DAN SEKITARNYA

TAHUN 2015 ... ... 10

Tabel 1.4 PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS

TANAMAN PANGAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014-2015 ... 16

Tabel 1.5 POSISI PINJAMAN RUPIAH YANG DIBERIKAN BANK UMUM DAN BPR MENURUT JENIS PENGGUNAAN DI KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2014-2015 ... 41

Tabel 2.1 ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2014-2015 ... 59

Tabel 2.2 ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN

PONOROGO TAHUN 2014-2015 ... 61

Tabel 2.3 ANGGARAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2014-2015 (JUTA RUPIAH) ... 64

Tabel 2.4 PROPORSI ANGGARAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2014-2015 (%) ... 65

Tabel 2.5 REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2014-2015 (JUTA RUPIAH) ... 66

Tabel 2.6 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DI

KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014-2015 (JUTA RUPIAH) ... 70

Tabel 2.7 REALISASI ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT DI

KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014-2015 (JUTA RUPIAH) ... 73

Tabel 3.1 KONDISI KETENAGAKERJAAN KABUPATEN PONOROGO


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 PERKEMBANGAN PDRB KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2011 – 2015 (Juta Rupiah) ... 3 Gambar 1.2 KONTRIBUSI PDRB KABUPATEN/KOTA TERHADAP JAWA TIMUR

TAHUN 2015 (%) ... 4

Gambar 1.3 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR

TAHUN 2011-2015 (%) ... 5

Gambar 1.4 KONTRIBUSI PEREKONOMIAN PER SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN (SWP)

TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TIMUR TAHUN 2015 (%) ... 12

Gambar 1.5 LAJU PERTUMBUHAN PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN

KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011 – 2015 (%) ... 15

Gambar 1.6 KONTRIBUSI PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN MENURUT SUB

KATEGORI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR

TAHUN 2015 (%) ... 19

Gambar 1.7 LAJU PERTUMBUHAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 20

Gambar 1.8 KONTRIBUSI PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN KABUPATEN PONOROGO

DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011-2015 (%) ... 21

Gambar 1.9 LAJU PERTUMBUHAN KATEGORI INDUSTRI PENGOLAHAN

KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011-2015 (%) ... 22

Gambar 1.10 KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KABUPATEN PONOROGO DAN

JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 24

Gambar 1.11 LAJU PERTUMBUHAN LISTRIK, GAS DAN AIR DI KABUPATEN PONOROGO

DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 25

Gambar 1.12 KONTRIBUSI LISTRIK, GAS DAN AIR MENURUT KATEGORI


(8)

Gambar 1.13 LAJU PERTUMBUHAN KATEGORI KONSTRUKSI DI KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2011-2015 (%) ... 28

Gambar 1.14 KONTRIBUSI KONSTRUKSI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR

TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 29

Gambar 1.15 LAJU PERTUMBUHAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI MOBIL

DAN SEPEDA MOTOR DI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR

TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 31

Gambar 1.16 KONTRIBUSI PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI MOBIL DAN

SEPEDA MOTOR KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR

TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 32

Gambar 1.17 LAJU PERTUMBUHAN TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN DI KABUPATEN

PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011 – 2015 (%) ... 34

Gambar 1.18 KONTRIBUSI TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN MENURUT SUB KATEGORI

DI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2015 (%) ... 35

Gambar 1.19 LAJU PERTUMBUHAN PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM

DI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011-2015 (%) . 37

Gambar 1.20 KONTRIBUSI PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM DI KABUPATEN

PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 38

Gambar 1.21 LAJU PERTUMBUHAN JASA-JASA DI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA

TIMUR TAHUN 2011-2015 (%) ... 39

Gambar 1.22 LAJU PERTUMBUHAN JASA KEUANGAN DAN ASURANSI DI KABUPATEN

PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 40

Gambar 1.23 KONTRIBUSI JASA KEUANGAN DAN ASURANSI MENURUT SUB KATEGORI

DI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2015 (%) ... 42

Gambar 1.24 LAJU PERTUMBUHAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI KABUPATEN


(9)

Gambar 1.25 KONTRIBUSI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI KABUPATEN PONOROGO

DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011-2015 (%) ... 44

Gambar 1.26 LAJU PERTUMBUHAN REAL ESTATE DI KABUPATEN PONOROGO DAN

JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 44

Gambar 1.27 KONTRIBUSI REAL ESTATE DI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR

TAHUN 2011-2015 (%) ... 45

Gambar 1.28 LAJU PERTUMBUHAN JASA PERUSAHAAN DI KABUPATEN PONOROGO DAN

JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 46

Gambar 1.29 KONTRIBUSI JASA PERUSAHAAN DI KABUPATEN PONOROGO DAN

JAWA TIMUR TAHUN 2011-2015 (%) ... 47

Gambar 1.30 LAJU PERTUMBUHAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN

JAMINAN SOSIAL WAJIB DI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR

TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 48

Gambar 1.31 KONTRIBUSI ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN

SOSIAL WAJIB DI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR

TAHUN 2011-2015 (%) ... 49

Gambar 1.32 LAJU PERTUMBUHAN JASA PENDIDIKAN DI KABUPATEN PONOROGO DAN

JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 50

Gambar 1.33 KONTRIBUSI JASA PENDIDIKAN DI KABUPATEN PONOROGO DAN

JAWA TIMUR TAHUN 2011-2015 (%) ... 50

Gambar 1.34 LAJU PERTUMBUHAN JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL

DI KABUPATEN PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015 (%) 51

Gambar 1.35 KONTRIBUSI JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL DI KABUPATEN

PONOROGO DAN JAWA TIMUR TAHUN 2011-2015 (%) ... 53

Gambar 1.36 LAJU PERTUMBUHAN JASA LAINNYA DI KABUPATEN PONOROGO DAN


(10)

Gambar 1.37 KONTRIBUSI JASA LAINNYA DI KABUPATEN PONOROGO DAN

JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015 (%) ... 54

Gambar 2.1 PERKEMBANGAN APBD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2011 - 2015

(MILIAR RUPIAH) ... 58

Gambar 2.2 PROPORSI APBD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014 DAN 2015 (%) .. 60

Gambar 2.3 REALISASI APBD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014 DAN 2015 (%) . 63

Gambar 2.4 REALISASI ANGGARAN BELANJA KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014

DAN 2015 (%) ... 67

Gambar 2.5 RASIO PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014

DAN 2015 (%) ... 68

Gambar 2.6 RASIO BELANJA DAERAH KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014

DAN 2015 (%) ... 69

Gambar 2.7 RASIO PENDAPATAN DESA DI KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014

DAN 2015 (%) ... 72

Gambar 2.8 RASIO BELANJA DESA DI KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2015 (%) .... 72

Gambar 2.9 RASIO BELANJA APBN DI KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014

DAN 2015 (%) ... 74

Gambar 2.10 KOMPOSISI SIMPANAN MASYARAKAT DI BANK UMUM DAN BPR

KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2015 (%) ... 75

Gambar 2.11 POSISI DAN PERTUMBUHAN KREDIT DI KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2013-2015 ... 76

Gambar 2.12 KOMPOSISI KREDIT MENURUT JENIS PENGGUNAAN KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2015 (%) ... 77

Gambar 2.13 KOMPOSISI KREDIT MENURUT KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA

KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2015 (%) ... 77

Gambar 2.14 POSISI DAN PERTUMBUHAN KREDIT MIKRO, KECIL DAN MENENGAH


(11)

Gambar 3.1 KOMPOSISI PENDUDUK YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA

KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013-2015 (%) ... 83

Gambar 3.2 KOMPOSISI PENDUDUK YANG BEKERJA MENURUT PENDIDIKAN YANG

DITAMATKAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013-2015 (%) ... 84

Gambar 3.3 PERKEMBANGAN UPAH MINIMUM KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2013-2015 ... 86

Gambar 3.4 RATA-RATA INDEKS HARGA YANG DITERIMA PETANI (It), INDEKS HARGA

YANG DIBAYAR PETANI (Ib) DAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) KABUPATEN


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel 1 PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN DASAR 2010 MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2013-2015 (JUTA RUPIAH) ... 93

Tabel 2 PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN DASAR 2010 MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2013-2015 (JUTA RUPIAH) ... 94

Tabel 3 DISTRIBUSI PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN DASAR 2010 MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2013-2015 (%) ... 95

Tabel 4 LAJU PERTUMBUHAN PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN DASAR 2010 MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2013-2015 (%) ... 96

Tabel 5 LAJU IMPLISIT PDRB TAHUN DASAR 2010 MENURUT LAPANGAN

USAHA KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013-2015 (%) ... 97

Tabel 6 PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN DASAR 2010 MENURUT LAPANGAN USAHA JAWA TIMUR TAHUN 2013-2015 (MILIAR RUPIAH) 98 Tabel 7 PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN DASAR 2010 MENURUT

LAPANGAN USAHA JAWA TIMUR TAHUN 2013-2015 (MILIAR RUPIAH) 99 Tabel 8 DISTRIBUSI PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN DASAR 2010

MENURUT LAPANGAN USAHA JAWA TIMUR TAHUN 2013-2015 (%) 100

Tabel 9 LAJU PERTUMBUHAN PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN DASAR 2010 MENURUT LAPANGAN USAHA JAWA TIMUR

TAHUN 2013-2015 (%) ... 101

Tabel 10 LAJU IMPLISIT PDRB TAHUN DASAR 2010 MENURUT LAPANGAN

USAHA JAWA TIMUR TAHUN 2013-2015 (%) ... 102

Tabel 11 POSISI SIMPANAN MASYARAKAT DI BANK UMUM DAN BPR MENURUT JENIS SIMPANAN DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2015


(13)

Tabel 12 POSISI PINJAMAN YANG DIBERIKAN BANK UMUM DAN BPR BERDASARKAN LOKASI PROYEK MENURUT KABUPATEN/KOTA

TAHUN 2013-2015 (JUTA RUPIAH) ... 104

Tabel 13 POSISI KREDIT KEPADA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) YANG DIBERIKAN BANK UMUM DAN BPR BERDASARKAN LOKASI PROYEK

MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013-2015 (JUTA RUPIAH) .. 105

Tabel 14 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) KABUPATEN/KOTA


(14)

I

PERKEMBANGAN EKONOMI

MAKRO REGIONAL


(15)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo Ket: *) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Total nilai tambah yang mampu dihasilkan oleh seluruh kegiatan perekonomian di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015 mencapai nilai 14,91 trilyun rupiah. Angka ini meningkat 11,34 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 13,39 trilyun rupiah. Dengan nilai PDRB tersebut, Kabupaten Ponorogo hanya mampu menyumbang kontribusi terhadap perokonomian Jawa Timur sebesar 0,88 persen. Sementara wilayah yang memegang peranan terbesar terhadap perokonomian Jawa Timur adalah Kota Surabaya (24,04 persen), Kabupaten Sidoarjo (8,66 persen) dan Kabupaten Pasuruan (6,17 persen).

Gambar 1.1. Perkembangan PDRB Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015 (Juta Rupiah)

2011 2012 2013 2014* 2015**

9.960.335,

26

11.047.555,

97

12.153.617,

67

13.393.595,

31

14.912.841,

58

9.472.172,

99

10.038.389,

12

10.554.461,

47

11.104.074,

89

11.686.201,

15

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)


(16)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo

Gambar 1.2. Kontribusi PDRB Kabupaten/Kota terhadap Jawa Timur Tahun 2015 (%)

Kinerja perekonomian Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015 menurut penghitungan tahun dasar 2010 mencapai 5,24 persen, lebih cepat dibanding tahun 2014 (5,21 persen). Angka ini masih lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur (5,44 persen). Pada level Jawa Timur kinerja perekonomian mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya (5,86 persen).

Meskipun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo mengalami percepatan dibanding tahun sebelumnya, namun di kawasan Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Madiun dan sekitarnya laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo selama tahun 2015 masih berada di bawah Kota Madiun (6,15 persen) dan Kabupaten Madiun (5,26 persen).

0 ,2 9 0 ,2 9 0 ,3 5 0 ,4 8 0 ,6 0 0 ,6 8 0 ,6 9 0 ,7 3 0 ,8 1 0 ,8 2 0 ,8 2 0 ,8 6 0 ,8 7 0 ,8 8 0 ,8 8 0 ,8 9 1 ,1 3 1 ,1 3 1 ,4 5 1 ,5 2 1 ,5 7 1 ,6 0 1 ,6 8 1 ,7 1 1 ,7 2 1 ,8 0 2 ,7 6 2 ,8 5 3 ,0 7 3 ,3 4 3 ,4 8 3 ,5 6 4 ,3 7 5 ,7 7 5 ,9 6 6 ,1

7 8,6

6 2 4 ,0 4 Ko ta B li tar Ko ta M o jo k e rt o Ko ta Pa su ru an Ko ta Pr o b o li n g g o Ko ta M ad iu n Ko ta B at u Kab . Pa ci tan Kab . Pa mek as an Kab . T ren g g al e k Kab . M ad iu n Ka b. M a g e ta n Kab . B o n d o w o so Kab . Sam p an g Kab . Si tu b o n d o Kab . Po n o ro g o Kab . N g aw i Ka b. Ban g k a la n Kab . N g an ju k Kab . Lu maj an g Kab . Pr o b o li n g g o Kab . B li tar Kab . Su menep Kab . T u lu n g ag u n g Ka b. La m o n g a n Kab . Jo mb an g Kab . Ked ir i Kab . B o jo n eg o ro Kab . T u b an Ko ta M al a n g Kab . Jem b er Kab . M o jo k er to Kab . B an y u w an g i Kab . M al an g Ko ta Ked ir i Kab . G res ik Kab . Pa su ru an Kab . Si d o ar jo Ko ta Su rab ay a


(17)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo **) Angka Sangat Sementara *) Angka Sementara

Gambar 1.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Selain faktor pertambahan produk riil yang dihasilkan, faktor kenaikan harga di tingkat produsen atau yang biasa disebut laju implisit PDRB juga sangat berpengaruh dalam kenaikan nilai nominal PDRB atas dasar harga berlaku yang dihasilkan. Laju implisit PDRB Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015 tercatat sebesar 5,80 persen.

Bila dilihat menurut penciptaan sumber pertumbuhan ekonominya, pertumbuhan Jawa Timur tahun 2015 dipicu oleh Industri Pengolahan dengan sumber pertumbuhan sebesar 1,57 persen, diikuti Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 1,09 persen; serta Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 0,43 persen. Sementara di Kabupaten Ponorogo sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 1,30 persen; diikuti Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang menyumbang pertumbuhan 0,85 persen; serta Informasi dan Komunikasi sebesar 0,67 persen.

5,70

5,98

5,14 5,21 5,24

6,44 6,64

6,08

5,86

5,44

4,00 4,50 5,00 5,50 6,00 6,50 7,00

2011 2012 2013 2014* 2015**


(18)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo

Tabel 1.1. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2015 (%)

Kategori Uraian Kabupaten

Ponorogo Jawa Timur

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,85 0,43

B Pertambangan dan Penggalian 0,03 0,38

C Industri Pengolahan 0,41 1,57

D Pengadaan Listrik dan Gas 0,00 -0,01

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 0,00 0,01

F Konstruksi 0,28 0,33

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 1,30 1,09

H Transportasi dan Pergudangan 0,12 0,19

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,23 0,39

J Informasi dan Komunikasi 0,67 0,36

K Jasa Keuangan dan Asuransi 0,21 0,18

L Real Estate 0,16 0,09

M,N Jasa Perusahaan 0,03 0,04

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib 0,29 0,12

P Jasa Pendidikan 0,57 0,17

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,01 0,04

R, S, T, U Jasa Lainnya 0,09 0,07

Pertumbuhan Total 5,24 5,44

Hal ini menandakan bahwa karakteristik perkembangan ekonomi Jawa Timur dan Kabupaten Ponorogo berbeda. Industri Pengolahan merupakan sumber utama perekonomian Jawa timur dengan kontribusi mencapai 29,27 persen di tahun 2015. Sementara perekonomian Kabupaten Ponorogo paling besar ditopang oleh kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang mencapai 31,65 persen.


(19)

Pusat industri utama Jawa Timur berada di Kota Kediri, Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Gresik dengan total peranan sebesar 67,57 persen terhadap total industri Jawa Timur. Jenis industri yang paling dominan adalah industri makanan, minuman dan tembakau yang memegang peranan mencapai 54,99 persen terhadap industri secara keseluruhan.

Berbeda dengan kondisi Jawa Timur yang berbasis industri, perekonomian Kabupaten Ponorogo saat ini masih berbasis pertanian. Hampir di seluruh wilayah yang ada di Kabupaten Ponorogo merupakan daerah penghasil produk pertanian, kecuali ibukota Kabupaten yang telah menjelma menjadi pusat perdagangan dan jasa. Produk dominan pertanian yang menjadi unggulan Kabupaten Ponorogo adalah komoditas tanaman pangan seperti padi dan palawija. Kondisi geografis wilayah yang subur dan iklim yang sesuai untuk kegiatan pertanian membuat sektor pertanian masih menjadi andalan dalam perekonomian Kabupaten Ponorogo.

Walaupun berbasis pertanian, namun dari tahun ke tahun kontribusinya cenderung menurun dan beralih ke perdagangan. Faktor tingkat kesuburan lahan yang semakin menurun serta perubahan iklim yang kurang mendukung kegiatan pertanian menyebabkan kontribusi pertanian semakin menurun. Meskipun dari sisi produksi tetap meningkat namun pertumbuhan peningkatannya kalah cepat dengan pertumbuhan sektor lainnya.

Selama kurun waktu 2011 hingga 2015 kontribusi pertanian terhadap total perekonomian Kabupaten Ponorogo menunjukkan tren penurunan yaitu dari 32,63 persen menjadi 31,65 persen. Sementara kontribusi perdagangan terus


(20)

meningkat, dari 15,48 persen pada tahun 2011 menjadi 16,18 persen pada tahun 2015.

Perkembangan teknologi informasi yang semakin maju dan dapat dirasakan oleh seluruh kalangan masyarakat mampu mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Konsumsi masyarakat terhadap barang-barang impor baik yang berasal dari luar daerah maupun luar negeri menjadi semakin besar. Hal ini

mendorong meningkatnya kinerja sektor perdagangan. Bahkan usaha

perdagangan lewat jalur online saat ini telah lazim dilakukan.

Dalam kegiatan ekonomi, perkembangan yang terjadi di suatu sektor ekonomi akan berdampak terhadap perkembangan sektor lainnya. Perkembangan sektor perdagangan juga berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap sektor lainnya.

Meningkatnya kinerja perdagangan berdampak pada kegiatan transportasi. Distribusi barang-barang perdagangan sangat membutuhkan sarana transportasi yang memadai. Selain transportasi, penyediaan akomodasi, makan minum dan jasa keuangan juga bergerak seiring dengan perkembangan kinerja perdagangan. Biasanya sejalan dengan munculnya pusat perdagangan baru maka di sekitarnya akan bermunculan usaha penyediaan akomodasi untuk tempat menginap pekerja dan usaha penyediaan makanan minuman untuk memenuhi konsumsi pengunjung pusat perdagangan maupun pekerja. Jasa keuangan juga turut berkembang karena dengan meningkatnya kinerja sektor produktif akan membutuhkan modal yang dipenuhi oleh sektor jasa keuangan.


(21)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Tabel 1.2. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015 (%)

Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014* 2015**

A Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 32,63 32,35 31,72 31,62 31,65

B Pertambangan dan

Penggalian 2,73 2,51 2,39 2,39 2,30

C Industri Pengolahan 6,76 6,74 6,73 6,77 6,69

D Pengadaan Listrik dan Gas 0,09 0,08 0,07 0,07 0,07

E

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0,11 0,10 0,10 0,09 0,09

F Konstruksi 9,12 9,17 9,19 9,45 9,20

G

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

15,48 15,63 16,05 15,91 16,18

H Transportasi dan

Pergudangan 1,45 1,41 1,46 1,54 1,57

I Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum 2,55 2,60 2,66 2,80 2,89

J Informasi dan Komunikasi 6,76 6,76 6,89 6,87 6,83

K Jasa Keuangan dan

Asuransi 2,71 2,90 3,08 3,17 3,19

L Real Estate 2,42 2,37 2,43 2,34 2,44

M,N Jasa Perusahaan 0,43 0,42 0,43 0,43 0,43

O

Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

6,17 6,10 5,75 5,32 5,22

P Jasa Pendidikan 7,68 8,08 8,34 8,46 8,45

Q Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 0,75 0,77 0,79 0,82 0,86

R, S, T,

U Jasa Lainnya 2,16 2,00 1,93 1,94 1,95


(22)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo

Sementara industri pengolahan dan penggalian terkait erat dengan ketersediaan bahan baku, tenaga kerja serta prospek pemasaran produk yang dihasilkan. Perkembangan jumlah penduduk juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi, seperti perdagangan, konstruksi, listrik, air, jasa pendidikan, kesehatan dan jasa lainnya. Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan juga akan bertambah.

Tabel 1.3. Perkembangan Ekonomi Kabupaten/Kota

di Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Madiun dan sekitarnya Tahun 2015 Kabupaten/ Kota PDRB ADHB (Juta Rp.) Pertumbu-han Ekonomi (%) Kategori dengan Sumber Pertumbuhan Tertinggi Kategori dengan Peranan Terbesar

Kab. Pacitan 11.590.629,69 5,10

Perdagangan Besar & Eceran; Reparasi Mobil & Sepeda Motor (1,09 %)

Pertanian, Kehutanan, & Perikanan (30,45 %)

Kab. Ponorogo 14.912.841,58 5,24

Perdagangan Besar & Eceran; Reparasi Mobil & Sepeda Motor (1,30 %)

Pertanian, Kehutanan, & Perikanan (31,65 %)

Kab. Madiun 13.874.666,14 5,26

Perdagangan Besar & Eceran; Reparasi Mobil & Sepeda Motor (1,03 %)

Pertanian, Kehutanan, & Perikanan (34,69 %)

Kab. Magetan 13.875.867,13 5,17

Pertanian, Kehutanan, & Perikanan (1,12 %)

Pertanian, Kehutanan, & Perikanan (34,35 %)

Kab. Ngawi 14.996.354,56 5,08

Pertanian, Kehutanan, & Perikanan (1,25 %)

Pertanian, Kehutanan, & Perikanan (39,77 %)

Kota Madiun 10.191.565,86 6,15 Informasi dan

Komunikasi (1,26 %)

Perdagangan Besar & Eceran; Reparasi Mobil & Sepeda Motor (24,82 %)


(23)

Perkembangan ekonomi wilayah Kabupaten/Kota lainnya di Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Madiun dan sekitarnya memiliki karakteristik yang sedikit berbeda. Secara garis besar struktur perekonomian di SWP Madiun dan sekitarnya terbagi menjadi dua, yaitu wilayah yang dominan pada kategori pertanian, perikanan dan kehutanan (Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi) dan wilayah yang dominan pada kategori perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor (Kota Madiun).

Meskipun di wilayah kabupaten cenderung dominan pada kategori pertanian, perikanan dan kehutanan namun bila dicermati menurut sumber pertumbuhan ekonominya ternyata beberapa kabupaten tersebut memiliki sumber pertumbuhan dominan yang berbeda. Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Madiun, meskipun struktur utama perekonomian dipegang oleh sektor pertanian, perikanan dan kehutanan namun pada tahun 2015 secara total pertumbuhan ekonominya paling banyak didorong oleh pertumbuhan pada kategori perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor. Sementara di Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi sumber pertumbuhan ekonomi paling tinggi dipengaruhi oleh pertumbuhan pada sektor pertanian, perikanan dan kehutanan, sesuai dengan struktur utama perekonomiannya.

Apabila keadaan tersebut berlangsung secara simultan untuk beberapa periode ke depan, dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Madiun gairah pembangunan ekonomi mulai beralih dari


(24)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo

sektor primer ke sektor tersier, sedangkan Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi pembangunan ekonominya masih lebih fokus pada sektor primer.

Gambar 1.4. Kontribusi Perekonomian

Per Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Terhadap Perekonomian Jawa Timur Tahun 2015 (%)

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031 membagi wilayah Jawa Timur dibagi menjadi delapan Wilayah Pengembangan (WP) dengan rincian sebagai berikut :

1. WP Germakertosusila Plus : Kota Surabaya, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten

62,16

8,10 4,69

11,16 3,44

1,85 5,06 3,55 Germakertosusila Plus

Malang Raya

Madiun dan sekitarnya

Kediri dan sekitarnya

Probolinggo - Lumajang

Blitar

Jember dan sekitarnya


(25)

Jombang, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep. 2. WP Malang Raya : Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang.

3. WP Madiun dan sekitarnya : Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Ngawi.

4. WP Kediri dan sekitarnya : Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung.

5. WP Probolinggo – Lumajang : Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Lumajang.

6. WP Blitar : Kota Blitar dan Kabupaten Blitar.

7. WP Jember dan sekitarnya : Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Situbondo.

8. WP Banyuwangi : Kabupaten Banyuwangi.

Apabila dilihat menurut pembagian wilayah tersebut, lebih dari separuh kegiatan ekonomi Jawa Timur (62,16 persen) berada di Wilayah Pengembangan (WP) Germakertosusila Plus. Hal ini dapat dipahami karena selain cakupan wilayah yang paling besar (15 kabupaten/kota) juga karena di wilayah itulah pusat industri pengolahan Jawa Timur bertumbuh, terutama di Kabupaten Sidoarjo dan Kota Surabaya.

Kegiatan pertambangan minyak, gas dan penggalian di Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Sumenep juga mampu menciptakan nilai tambah yang cukup besar untuk menggerakkan perekonomian Jawa Timur.


(26)

Selain itu Kota Surabaya sebagai pusat pemerintahan di Jawa Timur memegang peranan besar hampir di semua kategori kecuali pertanian, kehutanan dan perikanan serta pertambangan dan penggalian. Peranan Kota Surabaya pada tahun 2015 mencapai 23,97 persen terhadap total PDRB Jawa Timur.

Sementara posisi Wilayah Pengembangan (WP) Madiun dan sekitarnya hanya mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian Jawa Timur sebesar 4,69 persen atau berada di urutan kelima dari delapan wilayah pengembangan yang ada di Jawa Timur. Kinerja kategori pertanian, kehutanan dan perikanan sebagai potensi utama yang ada di WP Madiun dan sekitarnya ternyata hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 10,28 persen terhadap PDRB kategori pertanian, kehutanan dan perikanan Jawa Timur pada tahun 2015.

1.1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Kinerja pertanian, kehutanan dan perikanan di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015 mencapai 2,95 persen, sedikit lebih cepat dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 2,76 persen. Seluruh sub kategori mengalami pertumbuhan positif meski akselerasinya berbeda. Dengan kontribusi paling besar terhadap perekonomian Kabupaten Ponorogo, fluktuasi kinerja pada kategori pertanian, kehutanan dan perikanan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo secara keseluruhan.


(27)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Gambar 1.5. Laju Pertumbuhan

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Sub kategori tanaman pangan yang mencakup padi dan palawija memegang peranan paling besar yaitu mencapai 18,03 persen pada tahun 2015 kinerjanya meningkat cukup signifikan dengan pertumbuhan mencapai 2,90 persen. Produktivitas komoditi tanaman pangan seperti padi sawah dan jagung meningkat dibanding tahun sebelumnya. Produktivitas padi mencapai 64,19 kuintal/hektar pada tahun 2015 (sedikit lebih tinggi dari tahun 2014 yang sebesar 64,03 kuintal/hektar) mampu memacu produksi hingga mencapai 442.989 ton. Demikian pula dengan jagung yang produktivitasnya naik cukup signifikan dari 60,08 kuintal/hektar pada tahun 2014 menjadi 68,21 kuintal/hektar sebagai dampak dari serangan penyakit bulai yang cenderung menurun dan penggunaan benih varietas unggul, didukung oleh luas tanam yang meningkat 7,03 persen mampu menghasilkan produksi mencapai 238.283 ton.

2,03

3,42

-0,30

2,76 2,95

4,02

5,14

3,06

3,53 3,46

2011 2012 2013 2014* 2015**


(28)

Sumber: BPS dan Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo

Program Upaya Khusus (UPSUS) yang dilaksanakan Kementerian Pertanian secara nasional untuk pencapaian swasembada padi, jagung dan kedelai pada tahun 2015 memberikan hasil yang cukup baik di Kabupaten Ponorogo. Luas tanam padi, jagung dan kedelai mengalami peningkatan mencapai 11,68 persen dibanding tahun 2014.

Tabel 1.4. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan Kabupaten Ponorogo

Tahun 2014-2015

Komoditi Luas Tanam (Hektar) Produksi (Ton)

Produktivitas (Kuintal/Hektar)

2014 2015 2014 2015 2014 2015

Padi 62.999 66.890 420.349 442.989 64,03 64,19

Jagung 32.918 35.232 193.731 238.283 60,08 68,21

Kedelai 12.373 18.817 22.373 27.414 19,97 16,24

Ubi Kayu 22.956 18.755 582.879 416.638 258,08 191,15

Daerah sentra penghasil padi yang terbesar di Kabupaten Ponorogo terdapat di Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Babadan, Kecamatan Jenangan, Kecamatan Pulung dan Kecamatan Balong dengan produksi mencapai 44,41 persen dari total produksi padi pada tahun 2015. Pada level Jawa Timur, Kabupaten Ponorogo menempati urutan 12 besar penghasil padi di Jawa Timur. Sementara pada tingkat Karesidenan Madiun, produksi padi Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015 masih berada di bawah Kabupaten Ngawi (760.725 ton) dan Kabupaten Madiun (524.281 ton).

Posisi Kabupaten Ponorogo sebagai penghasil ubi kayu terbesar di Jawa Timur yang disandang sejak tahun 2009 masih dapat dipertahankan sampai tahun


(29)

2015 dengan produksi mencapai 416.638 ton atau 13,18 persen dari total produksi ubi kayu di Jawa Timur. Meskipun produksinya tahun 2015 mengalami penurunan 28,52 persen akibat beralihnya luas tanam ke tanaman jagung dan kurang optimalnya pembentukan umbi pada pertengahan tahun karena tidak cukup air. Konsentrasi terbesar wilayah penghasil komoditi ubi kayu berada di Kecamatan Sawoo dan Kecamatan Ngrayun.

Kinerja sub kategori tanaman hortikultura juga mengalami percepatan yang cukup pesat dari 2,72 persen pada tahun 2014 menjadi 4,72 persen pada tahun 2015. Sub kategori ini meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, dan biofarmaka.

Potensi tanaman hortikultura tahunan di Kabupaten Ponorogo lebih dominan daripada tanaman hortikultura semusim. Pertumbuhan produksi sayuran lebih dominan dibanding buah-buahan dan biofarmaka. Curah hujan yang lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya sangat baik bagi pertumbuhan komoditi sayuran di tahun 2015.

Sub kategori perkebunan juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,28 persen pada tahun 2015. Curah hujan yang cukup tinggi berpengaruh kurang positif terhadap produksi komoditas perkebunan dominan yang ada di Kabupaten Ponorogo seperti tebu dan kelapa. Sementara dari sisi harga, mayoritas komoditi perkebunan baik tahunan maupun semusim naik dibanding tahun sebelumnya terutama tembakau virginia yang naik hampir 80 persen dari 25.000 rupiah per kilogram daun kering menjadi 45.000 rupiah per kilogram di tahun 2015. Dengan tingkat harga yang baik, produksi tembakau virginia jg meningkat pesat hingga mencapai 796,87 ton pada tahun 2015 dari semula 5,92 ton pada tahun 2014.


(30)

Sementara untuk peternakan kinerjanya sedikit lebih cepat dibanding tahun 2014 yaitu tumbuh 1,72 persen. Dari sisi kontribusinya, sub sektor peternakan menempati posisi terbesar ketiga setelah sub sektor tanaman pangan dan sub sektor hortikultura dalam pembentukan PDRB kategori pertanian, kehutanan dan perikanan dengan besaran 4,90 persen.

Meskipun populasi sapi potong semakin menurun namun stok kambing dan ayam ras pedaging mengalami peningkatan yang cukup signifikan di tahun 2015 membuat kinerja sub kategori peternakan mampu tumbuh lebih cepat dibanding tahun sebelumnya. Minimnya stok sapi lokal sempat membuat harga daging sapi di pasaran terus melejit. Namun harga komoditi peternakan lainnya cenderung stabil selama tahun 2015. Sementara produk peternakan lainnya seperti susu dan produk unggas seperti telur mengalami peningkatan produksi yang cukup positif.

Sub kategori kehutanan dan perikanan juga masih tumbuh positif meskipun tidak se-optimis tahun sebelumnya yaitu 3,94 persen untuk sub kategori kehutanan dan 3,77 persen untuk sub kategori perikanan. Peranan masing-masing sub kategori terhadap perekonomian Kabupaten Ponorogo cukup rendah yaitu masing-masing 0,93 persen dan 0,55 persen pada tahun 2015.

Bila struktur perekonomian Kabupaten Ponorogo sebagian besar ditopang oleh kategori pertanian, kehutanan dan perikanan, tidak demikian halnya dengan Jawa Timur. Di Kabupaten Ponorogo kontribusi kategori ini mencapai 31,65 persen, sementara pada level Jawa Timur hanya memegang peranan sebesar 13,75 persen. Dirinci menurut sub kategorinya peranan tersebut juga menunjukkan perbedaan yang signifikan seperti yang terlihat pada gambar 1.6.


(31)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo

Gambar 1.6. Kontribusi Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Menurut Sub Kategori Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2015 (%)

Bila kontribusi sub kategori di Kabupaten Ponorogo lebih tinggi daripada Jawa Timur artinya kekuatan sub sektor yang bersangkutan secara rata-rata lebih tinggi di Kabupaten Ponorogo dibanding kabupaten/kota lain dalam membentuk perekonomian Jawa Timur secara keseluruhan. Misalnya pada sub kategori tanaman pangan, di Jawa Timur peranannya hanya 4,47 persen sementara untuk Kabupaten Ponorogo cukup tinggi mencapai 18,03 persen. Artinya Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu sumber penghasil produk tanaman pangan yang dominan di Jawa Timur dibanding kabupaten/kota lainnya.

Demikian pula sebaliknya, seperti pada sub kategori perikanan peranannya di Kabupaten Ponorogo hanya 0,55 persen, sementara untuk Jawa Timur memegang peranan 2,48 persen. Artinya konsentrasi sub kategori perikanan lebih didominasi oleh kabupaten/kota lain di Jawa Timur, terutama yang wilayahnya berbatasan dengan laut sebagai penghasil utama komoditi perikanan.

Tanaman

Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan

Jasa

Pertanian Kehutanan Perikanan Jawa Timur 4,47 1,21 2,14 2,74 0,16 0,55 2,48 Kab. Ponorogo 18,03 4,92 1,96 4,90 0,37 0,93 0,55


(32)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

1.2 Pertambangan dan Penggalian

Kategori pertambangan dan penggalian di Kabupaten Ponorogo memegang kontribusi yang tidak terlalu besar yaitu 2,30 persen dengan fokus kegiatan pada sub kategori penggalian. Kinerjanya relatif stabil dan cenderung melambat dibanding tahun 2014 dengan rata-rata pertumbuhan pada tahun 2015 sebesar 1,02 persen. Kontraksi yang dialami kategori ini dipengaruhi oleh kebijakan pembatasan kegiatan penggalian diberlakukan karena dalam jangka panjang akan berdampak negatif terhadap lingkungan apabila tidak dilakukan upaya pemantauan dan pengelolaan lingkungan. Hal ini diwujudkan melalui pengetatan izin penambangan yang mulai Oktober 2014 wewenangnya beralih dari pemerintah kabupaten ke pemerintah provinsi (UU Nomor 23 Tahun 2014).

Gambar 1.7. Laju Pertumbuhan

Pertambangan dan Penggalian Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

3,05

0,64

1,50 1,85

1,02

7,63

0,25

1,31

3,65

7,95

2011 2012 2013 2014* 2015**


(33)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Namun untuk memenuhi permintaan terhadap hasil bahan galian terutama dari kategori konstruksi membuat kategori pertambangan dan penggalian ini masih tumbuh meski cenderung melambat. Sementara dari sisi realisasi penerimaan pajak daerah mineral bukan logam dan batuan pada tahun 2015 hanya 330,54 juta rupiah menurun 74,83 persen dibanding tahun 2014 yang sebesar 1,31 milyar rupiah.

Gambar 1.8. Kontribusi Pertambangan dan Penggalian Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Kontribusi kategori pertambangan dan penggalian pada level Jawa Timur

maupun Kabupaten Ponorogo menunjukkan kecenderungan menurun. Peranan

kategori pertambangan dan penggalian untuk Jawa Timur lebih banyak ditopang oleh sub kategori pertambangan minyak, gas dan panas bumi sebesar 2,18 persen. Wilayah penghasil minyak, gas dan panas bumi utama di Jawa Timur adalah Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Sampang.

2011 2012 2013 2014* 2015** Jawa Timur 5,86 5,3 5,34 5,17 3,79 Kab. Ponorogo 2,73 2,51 2,39 2,39 2,3


(34)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara Sementara untuk Kabupaten Ponorogo ditopang oleh sub kategori pertambangan dan penggalian lainnya yang pada level Jawa Timur hanya menyumbang kontribusi sebesar 1,28 persen terhadap total sub kategori pertambangan dan penggalian Jawa Timur.

1.3 Industri Pengolahan

Kategori industri pengolahan di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015 tumbuh sebesar 6,00 persen, sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,01 persen. Pertumbuhan yang paling cepat dialami oleh sub kategori industri makanan dan minuman dengan laju pertumbuhan mencapai 9,58 persen. Meningkatnya kinerja pertanian khususnya tanaman pangan mempengaruhi percepatan kinerja industri makanan dan minuman terutama industri penggilingan padi.

Gambar 1.9. Laju Pertumbuhan

Kategori Industri Pengolahan Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

5,30

6,18 6,50 6,01 6

4,57

6,73

5,85

7,79

5,30

2011 2012 2013 2014* 2015**


(35)

Sementara pada level Jawa Timur industri pengolahan tahun 2015 mengalami kontraksi dari 7,79 persen menjadi 5,30 persen. Perlambatan tersebut terutama didorong oleh kontraksi yang cukup dalam pada industri pengolahan tembakau yaitu dari 11,30 persen menjadi 5,32 persen, padahal kontribusi industri pengolahan tembakau terhadap perekonomian Jawa Timur juga cukup tinggi mencapai 7,68 persen. Terbesar kedua setelah industri makanan dan minuman yang mencapai 8,41 persen.

Pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi melambat dari 7,12 persen di tahun 2014 menjadi 2,60 persen pada tahun 2015. Maraknya perdagangan komoditi pakaian jadi dan perlengkapannya secara konvensional maupun online dengan harga yang kompetitif membuat konsumen lebih memilih membeli daripada memesan ke pembuat/industri.

Kinerja industri kayu tahun 2015 tumbuh 0,81 persen, terus melambat dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 4,49 persen. Kondisi ini dilatarbelakangi melambatnya kinerja sub kategori kehutanan sebagai pemasok bahan baku utama. Demikian pula halnya dengan kondisi di Jawa Timur, industri kayu bahkan mengalami pertumbuhan minus 1,89 persen pada tahun 2015 yang dipengaruhi oleh rendahnya permintaan akibat perlambatan ekonomi global dan berkurangknya pasokan bahan baku akibat kebijakan pemerintah untuk mengurangi produksi kayu.

Industri pengolahan sampai saat ini merupakan penopang utama perekonomian Jawa Timur dengan kontribusi mencapai 29,27 persen, meningkat dibanding tahun 2014 sebesar 28,95 persen. Kontribusinya semakin meningkat


(36)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara seiring perlambatan performa kinerja pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi dari 5,17 persen menjadi 3,79 persen sehingga kontribusi dari kategori ini diambil alih oleh kategori industri pengolahan. Perlambatan kinerja khususnya penggalian banyak dipengaruhi oleh pelarangan penambangan pasir di sejumlah wilayah di Jawa Timur.

Gambar 1.10. Kontribusi Industri Pengolahan

Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Sementara di Kabupaten Ponorogo kontribusi industri pengolahan pada tahun 2015 hanya 6,69 persen, berada jauh lebih rendah di bawah pertanian (31,65 persen) dan perdagangan (16,18 persen). Bahkan industri pengolahan Kabupaten Ponorogo hanya mampu menyumbang 0,2 persen terhadap industri pengolahan Jawa Timur.

Beberapa wilayah yang sangat dominan peranannya terhadap

perkembangan industri pengolahan terutama industri makanan dan minuman di

2011 2012 2013 2014* 2015** Jawa Timur 29,15 29,28 28,79 28,95 29,27 Kab. Ponorogo 6,76 6,74 6,73 6,77 6,69


(37)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Jawa Timur adalah Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan. Sementara sentra industri pengolahan tembakau sebagai penyumbang kontribusi terbesar kedua adalah Kota Kediri, Kota Surabaya dan Kabupaten Malang. Bahkan di Kota Kediri industri pengolahan tembakau menopang 81,93 persen roda perekonomian di wilayah tersebut.

1.4 Listrik, Gas, dan Air

Listrik, gas dan air sangat esensial sebagai penunjang seluruh kegiatan ekonomi, dan sebagai infrastruktur pendorong aktivitas proses produksi sektoral serta untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Kategori listrik, gas dan air tumbuh sejalan dengan tumbuhnya kategori ekonomi lainnya.

Gambar 1.11. Laju Pertumbuhan

Listrik, Gas dan Air di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

6,09

3,16

0,55

1,82

2,23

0,15

-2,42

3,17

2,23

-1,22

2011 2012 2013 2014* 2015**


(38)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo

Kinerja listrik, gas dan air pada tahun 2015 sebesar 2,23 persen, sedikit lebih cepat dibanding tahun 2014 sebesar 1,82 persen. Membaiknya kinerja perusahaan daerah air minum dibanding tahun 2014 mendorong tumbuhnya kinerja sub kategori pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang tahun 2015 sebesar 3,14 persen. Konsumsi air terbesar digunakan oleh kelompok rumahtangga yang mencapai 91,51 persen dari seluruh volume air yang telah disalurkan.

Sementara konsumsi listrik juga terus mengalami peningkatan seiring perkembangan dunia bisnis dan bertambahnya populasi penduduk yang menjadi konsumen utama listrik. Pada tahun 2015 kinerja sub kategori pengadaan listrik dan gas sebesar 1,27 persen, melambat dibanding tahun 2014 yang mencapai 2,28 persen. Meskipun konsumsi listrik terus meningkat terutama untuk konsumsi listrik rumahtangga namun pertumbuhannya tidak secepat tahun 2014.

Gambar 1.12. Kontribusi Listrik, Gas dan Air menurut Kategori Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2015 (%)

Ketenagalistrikan Pengadaan Gas dan Produksi Es

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

Jawa Timur 0,08 0,26 0,09


(39)

Bila dilihat menurut kontribusinya terdapat perbedaan struktur kategori listrik, gas dan air antara Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur. Terutama pada sub kategori pengadaan gas dan produksi es, di Jawa Timur memegang peranan 0,26 persen sementara di Kabupaten Ponorogo hanya 0,01 persen. Hal ini disebabkan di Kabupaten Ponorogo hanya terdapat produksi es, tidak ada pengadaan gas kota. Sementara di Jawa Timur terdapat pengadaan gas kota yang cukup besar seperti di wilayah Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan.

1.5 Konstruksi

Kegiatan konstruksi di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015 tumbuh 3,10 persen, melambat dibanding tahun 2014 (5,47 persen). Perkembangan kategori konstruksi tidak lepas dari pengaruh berkembangnya kategori lain seperti perdagangan, akomodasi & makan minum, maupun kategori jasa. Dengan bertumbuhnya kegiatan ekonomi suatu wilayah maka kebutuhan akan infrastruktur juga akan bertambah.

Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kesejahteraan masyarakat juga turut berpengaruh terhadap kategori konstruksi. Dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan akan rumah tinggal juga semakin meningkat. Begitu pula semakin sejahtera masyarakat maka keinginan untuk memiliki rumah tinggal yang lebih baik kualitasnya juga semakin meningkat.

Perkembangan konstruksi tercermin melalui pinjaman yang diberikan bank umum dan BPR kepada pelaku usaha di bidang konstruksi. Berdasarkan publikasi


(40)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara yang dikeluarkan oleh kantor perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, tercatat pinjaman yang diberikan untuk kegiatan konstruksi pada tahun 2015 di Kabupaten Ponorogo mencapai 54,26 miliar rupiah, menurun 55,34 persen dari tahun sebelumnya sebesar 121,50 miliar rupiah.

Gambar 1.13. Laju Pertumbuhan Kategori Konstruksi di Kabupaten Ponorogo

dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Perlambatan kegiatan kontruksi yang dilakukan oleh pihak swasta ditahan oleh kegiatan konstruksi yang dilakukan oleh pemerintah baik daerah maupun pusat. Kegiatan konstruksi Kabupaten Ponorogo yang sumber pembiayaannya berasal dari APBD tahun 2015 sebagian besar adalah pengadaan konstruksi jalan dengan realisasi mencapai 139,54 miliar rupiah. Berikutnya adalah konstruksi bangunan sebesar 47,97 miliar rupiah dan konstruksi jaringan air sebesar 47,05 miliar rupiah.

6,23

5,82 6,08

5,47

3,1

6,09

7,45

8,05

5,44

3,60

2011 2012 2013 2014* 2015**


(41)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Meningkatnya realisasi belanja konstruksi jaringan air sebesar 147,37 persen dibanding realisasi tahun 2014 sejalan dengan upaya khusus pemerintah untuk pencapaian swasembada berkelanjutan padi, jagung dan kedelai melalui kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi.

Secara persentase realisasi APBD yang digunakan untuk belanja konstruksi selama tahun 2015 adalah 75,24 persen dari total belanja modal. Meskipun persentasenya menurun dibanding 2014 yang sebesar 81,25 persen dari total belanja modal namun secara nominal nilainya lebih tinggi tahun 2015.

Selain bersumber dari APBD, belanja konstruksi pemerintah juga ada yang dibiayai oleh APBN tahun 2015, seperti pemugaran Taman Makam Pahlawan dan pembangunan sarana pendidikan yang berada di bawah pengelolaan Kementerian Agama.

Gambar 1.14. Kontribusi Konstruksi

Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

2011 2012 2013 2014* 2015** Jawa Timur 9,04 9,18 9,22 9,47 9,5 Kab. Ponorogo 9,12 9,17 9,19 9,45 9,2


(42)

Kontribusi kategori konstruksi terhadap perekonomian tahun 2015 lebih dominan di Jawa Timur (9,5 persen) dibanding Kabupaten Ponorogo yang berada pada kisaran 9,2 persen. Perkembangan konstruksi di Jawa Timur selain dipengaruhi oleh peningkatan bisnis properti/apartemen dan kontruksi yang dilakukan oleh pihak swasta, juga tercermin melalui realisasi infrastruktur strategis pemerintah.

Beberapa proyek strategis yang menjadi pendorong pertumbuhan kategori konstruksi di Jawa Timur tahun 2015 antara lain pembangunan Waduk Gerak Sembayat di Gresik, Waduk Tugu di Trenggalek, Jabung Ring Dyke di Lamongan, serta realisasi investasi residensial seperti kondominium di Kota Surabaya dan Malang.

1.6 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Pada tahun 2015, kinerja kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Kabupaten Ponorogo mengalami percepatan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 6,58 persen di tahun 2014 menjadi 7,63 persen pada tahun 2015. Hal serupa terjadi pula pada level Jawa Timur dengan pertumbuhan 6,00 persen pada tahun 2015, lebih cepat dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 4,78 persen.

Percepatan ini juga tercermin melalui posisi kredit yang diberikan bank umum kepada usaha UMKM sektor perdagangan, hotel dan restoran yang pertumbuhannya lebih cepat dari 9,11 persen pada tahun 2014 menjadi 12,33 persen selama tahun 2015.


(43)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Gambar 1.15. Laju Pertumbuhan

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Di sisi lain, meningkatnya produksi beberapa jenis komoditi pertanian juga menjadi pendorong laju pertumbuhan kategori perdagangan. Kelebihan produksi yang tidak dikonsumsi pada wilayah domestik akan di-ekspor keluar wilayah baik untuk kebutuhan konsumsi masyarakat maupun kebutuhan industri. Kondisi tersebut membantu kinerja perdagangan agar tetap tumbuh positif.

Sementara sub kategori perdagangan mobil dan sepeda motor menahan laju pertumbuhan melalui perlambatan kinerja dari 4,18 persen (tahun 2014) menjadi 0,16 persen pada tahun 2015. Jumlah mutasi kendaraan jenis mobil dan sepeda motor yang dapat digunakan sebagai salah satu indikator perkembangan kinerja perdagangan mobil dan sepeda motor juga menunjukkan penurunan sebesar 2,47 persen. Hal ini mempengaruhi perlambatan sub kategori perdagangan mobil dan sepeda motor beserta reparasinya.

10,17 9,80 9,80

6,58

7,63

9,16

8,21

6,21

4,78

6,00

2011 2012 2013 2014* 2015**


(44)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Pada level Jawa Timur pertumbuhan sub kategori perdagangan mobil, sepeda motor dan reparasinya terkontraksi cukup dalam dari 5,05 persen pada tahun 2014 menjadi 1,51 persen pada tahun 2015. Sementara sub kategori perdagangan besar dan eceran, bukan mobil dan motor mengalami percepatan kinerja dari 4,67 persen pada tahun sebelumnya menjadi 7,72 persen pada tahun 2015.

Kondisi pasar yang hampir jenuh serta dilepasnya harga bahan bakar minyak (BBM) mengikuti mekanisme pasar membuat ongkos transportasi menjadi semakin mahal sehingga banyak konsumen yang menunda pembelian.

Gambar 1.16. Kontribusi Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Dari sisi kontribusinya terhadap perekonomian, kategori perdagangan dan reparasi mobil dan motor di Jawa Timur maupun Kabupaten Ponorogo sama-sama memegang peranan yang besar walaupun sedikit lebih dominan di Jawa Timur.

2011 2012 2013 2014* 2015** Jawa Timur 17,97 17,67 17,7 17,29 17,64 Kab. Ponorogo 15,48 15,63 16,05 15,91 16,18


(45)

Pada level Jawa Timur memegang peranan hingga 17,64 persen, sementara untuk Kabupaten Ponorogo sebesar 16,18 persen.

Potensi terbesar Jawa Timur adalah industri pengolahan yang hasilnya dipasarkan baik ke dalam maupun luar negeri. Perlambatan ekonomi Jawa Timur tahun 2015 dipengaruhi oleh ekspor luar negeri yang terkontraksi cukup dalam yaitu dari 27,89 % menjadi -3,18%. Masih melambatnya perekonomian mitra dagang utama, yaitu Jepang, Amerika Serikat dan China, disertai dengan penurunan harga komoditas internasional menjadi penyebab utama perlambatan ekspor luar negeri tersebut.

1.7 Transportasi dan Pergudangan

Kinerja tansportasi dan pergudangan Kabupaten Ponorogo melambat dari 9,64 persen pada tahun 2014 menjadi 7,15 persen pada tahun 2015. Jenis moda transportasi yang ada di Kabupaten Ponorogo adalah transportasi darat. Seluruh jalur distribusi perekonomian dilakukan melalui jalur darat.

Hal ini sangat berbeda dengan Jawa Timur yang memiliki moda transportasi yang beragam yaitu rel, darat, laut, penyeberangan dan udara. Namun kegiatan utama transportasi di Jawa Timur tetap dilakukan melalui jalur darat, terutama untuk transportasi antar wilayah domestik.

Pertumbuhan kategori transportasi dan pergudangan di Jawa Timur secara umum mengalami sedikit peningkatan performa dari 6,46 persen pada tahun 2014 menjadi 6,56 persen pada tahun 2015. Percepatan kinerja kategori ini didorong


(46)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

oleh perbaikan kinerja sub kategori angkutan udara dari 0,12 persen menjadi 6,54 persen.

Gambar 1.17. Laju Pertumbuhan

Transportasi dan Pergudangan di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Sementara beberapa indikator yang mengindikasikan perlambatan pertumbuhan angkutan darat di Kabupaten Ponorogo antara lain jumlah keberangkatan dan kedatangan penumpang di terminal menurun 45,29 persen dibanding tahun 2014. Selain itu kontraksi kinerja industri pengolahan dan penggalian juga mendorong perlambatan kinerja angkutan barang. Pertumbuhan jumlah kendaraan angkutan barang pada tahun 2015 hanya 9,12 persen, lebih rendah dibanding tahun 2014 yang mencapai 15,75 persen mengindikasikan bahwa kinerja angkutan barang tumbuh lebih melambat dari tahun sebelumnya.

Kinerja jasa penunjang angkutan seperti terminal dan jasa perparkiran tahun 2015 di Kabupaten Ponorogo sebesar 6,68 persen, mengalami sedikit

6,92 6,73

9,08 9,64 7,15

8,56

7,24

8,60

6,46

6,56

2011 2012 2013 2014* 2015**


(47)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo

perlambatan dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 7,11 persen. Penerimaan retribusi daerah yang berasal dari terminal selama tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 4,13 persen dibanding tahun 2014 akibat kurang optimalnya pengelolaan aset daerah tersebut. Bahkan penerimaan retribusi terminal hanya mampu mencapai 97,97 persen dari target yang sebelumnya ditetapkan. Namun penerimaan pajak dan retribusi daerah dari jasa perparkiran di tepi jalan maupun tempat parkir khusus meningkat 10,04 persen dibanding tahun 2014.

Gambar 1.18. Kontribusi Transportasi dan Pergudangan menurut Sub Kategori di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur

Tahun 2015 (%)

Melihat kontribusi transportasi dan pergudangan menurut sub kategori di Jawa Timur ternyata sub kategori pergudangan, jasa penunjang angkutan, pos dan kurir menempati porsi terbesar dengan peranan 1,16 persen. Perkembangan pelabuhan, bandara, terminal serta pergudangan cukup berkembang di Jawa Timur. Dibukanya beberapa bandara di wilayah kabupaten/kota pada pertengahan

Angkutan Rel Angkutan

Darat Angkutan Laut

Angkutan Sungai, Danau

dan Penyebrangan

Angkutan Udara

Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos

dan Kurir Jawa Timur 0,03 0,94 0,28 0,03 0,92 1,16 Kab. Ponorogo 0,00 1,36 0,00 0,00 0 0,21


(48)

2010 seperti Bandara Blimbingsari di Kabupaten Banyuwangi dan Bandara Trunojoyo di Kabupaten Sumenep membantu perkembangan kinerja transportasi. Jawa Timur juga memiliki pelabuhan berskala internasional maupun nasional dan juga pelabuhan penyeberangan.

Sementara di Kabupaten Ponorogo perkembangan terminal dan sub terminal sebagai fasilitas pendukung transportasi dirasa masih kurang optimal pengelolaannya.

1.8 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Kategori penyediaan akomodasi dan makan minum Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015 tumbuh 8,02 persen, melambat dibanding tahun sebelumnya (8,84 persen). Mulai operasionalnya beberapa hotel baru serta meningkatnya jumlah tamu hotel dan penginapan pada tahun 2015 mendorong pertumbuhan sub kategori penyediaan akomodasi meski tidak se-optimis tahun sebelumnya. Tingkat hunian kamar hotel tahun 2015 hanya mencapai 40,96 persen, lebih rendah dibanding tahun sebelumnya (41,99 persen). Sementara tingkat hunian kamar penginapan mengalami peningkatan dari 61,41 persen menjadi 70,80 persen pada tahun 2015 yang mampu menahan laju perlambatan kinerja sub kategori penyediaan akomodasi. Berbagai event seni budaya, olahraga dan politik yang diselenggarakan dalam skala nasional maupun regional di tahun 2015 merupakan pendorong kinerja penyediaan akomodasi dan makan minum di Kabupaten Ponorogo. Jumlah wisatawan baik domestik maupun asing pada tahun 2015 meningkat 86,13 persen dibanding tahun sebelumnya.


(49)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Tumbuhnya pusat bisnis juga akan mendorong tumbuhnya penyediaan akomodasi dan makan minum baru. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap makanan dan minuman jadi juga meningkat meskipun tidak se-optimis tahun 2014. Berdasarkan data hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2015, konsumsi makanan dan minuman jadi perkapita penduduk mengalami peningkatan 4,48 persen. Lebih rendah dibanding peningkatan konsumsi makanan dan minuman jadi tahun 2014 sebesar 9,22 persen.

Gambar 1.19. Laju Pertumbuhan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Kondisi yang sama terjadi pada level Jawa Timur. Pertumbuhan kategori penyediaan akomodasi dan makan minum pada tahun 2015 mencapai 7,91 persen, mengalami kontraksi dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 8,88 persen. Bila dilihat menurut sub kategorinya, sub kategori penyediaan akomodasi mengalami kontraksi cukup dalam yaitu dari 15,18 persen menjadi 6,41 persen.

9,96

8,62

7,81

8,84

8,02

9,70

5,68 5,65

8,88

7,91

2011 2012 2013 2014* 2015**


(50)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sementara sub kategori penyediaan makan minum mengalami kontraksi tipis dari 8,12 persen menjadi 8,10 persen.

Peranan kategori penyediaan akomodasi dan makan minum terhadap perekonomian di Kabupaten Ponorogo sebesar 2,89 persen, sementara di Jawa Timur lebih tinggi mencapai 5,41 persen dan dari tahun ke tahun cenderung meningkat baik di Kabupaten Ponorogo maupun Jawa Timur.

Gambar 1.20. Kontribusi Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Wilayah yang kontribusi nilai tambah kategori penyediaan akomodasinya paling besar terhadap Jawa Timur adalah Kota Surabaya (59,24 persen), Kota Malang (8,13 persen), Kabupaten Pasuruan (7,70 persen) dan Kota Batu (6,90 persen). Sementara nilai tambah kategori penyediaan makan minum terbesar diberikan oleh Kota Surabaya (68,55 persen), Kabupaten Sidoarjo (5,92 persen), Kabupaten Pasuruan (3,55 persen) dan Kabupaten Malang (2,87 persen).

2011 2012 2013 2014* 2015** Jawa Timur 4,78 4,82 4,91 5,19 5,41 Kab. Ponorogo 2,55 2,60 2,66 2,8 2,89


(51)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sementara kontribusi penyediaan akomodasi dan makan minum Kabupaten Ponorogo terhadap Jawa Timur hanya 0,47 persen. Di wilayah Karesidenan Madiun, Kabupaten Magetan merupakan wilayah dengan nilai tambah terbesar dalam kategori penyediaan akomodasi dan makan minum yaitu mencapai 582,81 milyar rupiah atau 0,64 persen terhadap Jawa Timur pada tahun 2015.

1.9 Jasa-jasa

Sektor jasa-jasa terdiri dari kategori informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, real estate, jasa perusahaan, administrasi pemerintahan, jasa pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatan sosial serta jasa lainnya.

Gambar 1.21. Laju Pertumbuhan Jasa-jasa

di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Secara keseluruhan kinerja jasa-jasa di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015 sebesar 6,54 persen, sedikit lebih cepat dibanding tahun 2014 yang sebesar

7,34

6,99

7,64

6,32

6,54

7,54

8,11

8,83

5,65

6,08

2011 2012 2013 2014* 2015**


(52)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

6,32 persen. Percepatan kinerja jasa-jasa juga terjadi pada level Jawa Timur, dari 5,81 persen pada tahun 2014 menjadi 6,08 persen pada tahun 2015.

Kategori yang percepatannya cukup tinggi adalah jasa keuangan dan asuransi, kategori informasi dan komunikasi serta jasa kesehatan. Kinerja perbankan di Jawa Timur dipengaruhi oleh perkembangan kondisi ekonomi global maupun domestik. Kondisi ekonomi global masih dihadapkan pada tantangan berupa masih terbatasnya pemulihan ekonomi yang berdampak pada pelemahan permintaan negara mitra dagang dan penurunan harga komoditas internasional. Meskipun faktor tersebut membuat kinerja perbankan melambat, namun stabilitas industri perbankan masih terjaga.

Gambar 1.22. Laju Pertumbuhan Jasa Keuangan dan Asuransi di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Kinerja kategori jasa keuangan dan asuransi tahun 2015 di Kabupaten Ponorogo mengalami kontraksi sebesar 6,85 persen dibanding tahun sebelumnya

8,02

10,07

12,03

7,28

6,85

9,14

10,71

13,80

6,76

7,19

2011 2012 2013 2014* 2015**


(53)

Sumber: Bank Indonesia Perwakilan Jawa Timur (data diolah)

yang tumbuh sebesar 7,28 persen. Sementara Jawa Timur mengalami sedikit percepatan yaitu dari 6,76 persen pada tahun 2014 menjadi 7,19 persen di tahun 2015.

Di Kabupaten Ponorogo pertumbuhan pinjaman yang diberikan oleh bank umum dan BPR (Bank Perkreditan Rakyat) berdasarkan lokasi proyek tahun 2015 sebesar 9,98 persen, melambat dibanding pertumbuhan tahun 2014 yang mencapai 15,65 persen. Sementara pada level Jawa Timur pertumbuhan pinjaman bank umum dan BPR tahun 2015 sebesar 10,49 persen, jauh lebih rendah dari pertumbuhan tahun 2014 yang mencapai 17,74 persen.

Tabel 1.5. Posisi Pinjaman Rupiah yang Diberikan Bank Umum dan BPR Menurut Jenis Penggunaan di Kabupaten Ponorogo

Tahun 2014-2015

Jenis Penggunaan

Posisi Pinjaman

(Juta Rupiah) Pertumbuhan (%) 2013 2014 2015 2013-2014 2014-2015

Modal Kerja 1.264.644 1.481.626 1.719.334 17,16 16,04

Investasi 397.422 472.395 471.646 18,86 -0,16

Konsumsi 1.178.253 1.330.847 1.421.819 12,95 6,84

Total 2.840.318 3.284.868 3.612.799 15,65 9,98

Berdasarkan data dari Bank Indonesia Perwakilan Jawa Timur terlihat bahwa komposisi penggunaan pinjaman di Kabupaten Ponorogo paling banyak digunakan untuk modal kerja (pinjaman jangka pendek untuk modal kerja) sebesar 47,59 persen, kemudian konsumsi (misal : pinjaman pemilikan rumah) sebesar 39,36 persen dan investasi (pinjaman jangka menengah/panjang untuk pembelian barang modal atau jasa guna rehabilitasi, modernisasi, ekspansi, dan relokasi proyek dan atau pendirian usaha baru) sebesar 13,05 persen.


(54)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo

Namun selama tahun 2015 pertumbuhannya menurun dibanding tahun sebelumnya. Bahkan pinjaman untuk investasi mengalami kontraksi yang cukup tajam dari 18,86 persen pada tahun 2014 menjadi -0,16 persen pada tahun 2015. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi ekonomi global yang belum pulih membawa sentimen negatif terhadap investasi yang dilakukan oleh pelaku usaha.

Gambar 1.23. Kontribusi Jasa Keuangan dan Asuransi Menurut Sub Kategori di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur

Tahun 2015 (%)

Jasa keuangan dan asuransi terbagi menjadi sub kategori jasa perantara keuangan (misal : bank, koperasi simpan pinjam dll), asuransi dan dana pensiun, jasa keuangan lainnya (misal : pegadaian, leasing, dll), serta jasa penunjang keuangan (misal : money changer).

Jasa perantara keuangan memegang kontribusi yang paling besar (1,79 persen) diantara sub kategori lainnya dalam membentuk perekonomian Kabupaten Ponorogo. Sementara jasa keuangan lainnya berada pada posisi berikutnya dengan kontribusi sebesar 0,90 persen.

Jasa Perantara Keuangan

Asuransi dan Dana Pensiun

Jasa Keuangan Lainnya

Jasa Penunjang Keuangan Jawa Timur 1,79 0,42 0,53 0,01 Kab. Ponorogo 1,91 0,37 0,90 0,01


(55)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Kategori informasi dan komunikasi Kabupaten Ponorogo juga mengalami perlambatan kinerja pada tahun 2015. Pertumbuhan kategori ini di Kabupaten Ponorogo sebesar 8,09 persen, melambat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 9,77 persen. Sementara di Jawa Timur tumbuh 6,49 persen, lebih cepat dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,88 persen.

Gambar 1.24. Laju Pertumbuhan Informasi dan Komunikasi di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Meski penggunaan teknologi informasi dan komunikasi semakin intensif di kalangan masyarakat namun dengan semakin banyaknya pelaku usaha yang berkecimpung di kategori ini menyebabkan persaingan bisnis antar operator atau penyedia jasa informasi dan komunikasi. Hal ini berdampak tarif penggunaan jasa informasi dan komunikasi menjadi semakin rendah sehingga berpengaruh terhadap nilai tambah yang dihasilkan serta perlambatan pertumbuhan kinerja pada kategori informasi dan komunikasi.

10,73

10,62

12,16

9,77 8,09

9,11

12,37

12,03

5,88

6,49

2011 2012 2013 2014* 2015**


(56)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo

*) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

*) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Gambar 1.25. Kontribusi Informasi dan Komunikasi

di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

Kontribusi kategori informasi dan komunikasi terhadap perekonomian Kabupaten Ponorogo tahun 2015 mencapai 6,83 persen. Sementara pada level Jawa Timur kontribusinya hanya 4,56 persen.

Gambar 1.26. Laju Pertumbuhan Real Estate

di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%) 2011 2012 2013 2014* 2015** Jawa Timur 4,65 4,73 4,78 4,54 4,56 Kab. Ponorogo 6,76 6,76 6,89 6,87 6,83

8,67

7,54

8,07

7,66

5,93

8,78

7,98

7,37

6,97

4,97

2011 2012 2013 2014* 2015**


(57)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Kategori real estate atau sewa bangunan mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan bangunan baik digunakan sebagai tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal tanpa memperhatikan apakah bangunan tersebut milik sendiri atau disewa.

Real estate tumbuh seiring berkembangnya bisnis dan jumlah penduduk. Pada tahun 2015 kinerja kategori ini di Kabupaten Ponorogo sebesar 5,93 persen, melambat dibanding tahun 2014 (7,66 persen). Munculnya pusat bisnis seperti pusat perbelanjaan di Kabupaten Ponorogo masih mendorong tumbuhnya kinerja di kategori ini, namun tidak seoptimis tahun sebelumnya karena lesunya bisnis properti/perumahan yang berpengaruh terhadap perlambatan kinerja real estate. Kondisi serupa juga terjadi di Jawa Tmur. Kinerja real estate juga mengalami perlambatan, yang semula 6,97 persen pada tahun 2014 menjadi 4,97 persen pada tahun 2015.

Gambar 1.27. Kontribusi Real Estate

di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

2011 2012 2013 2014* 2015** Jawa Timur 1,64 1,61 1,63 1,57 1,63 Kab. Ponorogo 2,42 2,37 2,43 2,34 2,44


(58)

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Kontribusi kategori real estate terhadap perekonomian Kabupaten Ponorogo relatif rendah yaitu 2,44 persen. Di Jawa Timur bahkan lebih rendah yaitu 1,63 persen. Beberapa wilayah yang menyumbang kontribusi terbesar terhadap perkembangan kategori real estate Jawa Timur adalah Kota Surabaya (38,15 persen), Kabupaten Sidoarjo (4,76 persen) dan Kabupaten Gresik (4,25 persen). Sementara kontribusi Kabupaten Ponorogo terhadap real estate Jawa Timur hanya 1,30 persen.

Kategori jasa perusahaan antara lain mencakup jasa hukum dan akuntansi, jasa arsitektur dan teknik sipil, jasa persewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi, jasa ketenagakerjaan, jasa agen perjalanan, penyelenggaraan tur dan jasa reservasi lainnya, dan jasa penunjang usaha lainnya.

Gambar 1.28. Laju Pertumbuhan Jasa Perusahaan

di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%)

5,22

4,30

6,02

7,23

6,00

4,92

3,19

7,45

8,52

5,44

2011 2012 2013 2014* 2015**


(1)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur *) Angka Sementara

Tabel 10. Laju Implisit PDRB Tahun Dasar 2010 Menurut Lapangan Usaha Jawa Timur

Tahun 2013-2015 (%)

(1) (3) (4) (5)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7,31 8,79 7,18

1 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 8,07 8,52 7,45

a. Tanaman Pangan 8,33 6,18 7,78

b. Tanaman Hortikultura 6,08 11,61 5,67

c. Tanaman Perkebunan 5,31 9,13 7,83

d. Peternakan 10,75 10,62 7,28

e. Jasa Pertanian dan Perburuan 5,90 10,46 11,33 2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 4,97 13,05 7,82

3 Perikanan 4,55 9,24 5,99

B Pertambangan dan Penggalian 10,12 4,65 -25,39

1 Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi 13,06 0,68 -38,90 2 Pertambangan Batubara dan Lignit 0,00 0,00 0,00 3 Pertambangan Bijih Logam 4,78 9,19 -11,38 4 Pertambangan dan Penggalian Lainnya 3,20 15,16 6,42

C 2,82 3,92 5,38

1 Industri Batubara dan Pengilangan Migas 18,74 1,18 -2,08 2 Industri Makanan dan Minuman 0,39 5,12 6,21

3 Pengolahan Tembakau 8,99 0,09 6,00

4 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 1,15 2,84 4,92 5 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 7,12 4,95 6,00 6 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman

dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya 2,62 6,49 4,38 7 Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan

Reproduksi Media Rekaman 2,01 5,37 4,28

8 Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 0,29 5,65 7,05 9 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 1,54 0,28 2,59 10 Industri Barang Galian bukan Logam 0,92 11,22 1,94

11 Industri Logam Dasar -6,87 2,43 1,96

12 Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik

dan Peralatan Listrik 2,81 4,16 4,03

13 Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL 8,19 10,71 7,18

14 Industri Alat Angkutan 0,07 0,00 4,42

15 Industri Furnitur 3,09 10,56 5,19

16 Industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan pemasangan mesin

dan peralatan 1,16 3,87 4,28

D Pengadaan Listrik dan Gas -16,48 3,59 8,44

1 Ketenagalistrikan -5,60 0,11 11,92

2 Pengadaan Gas dan Produksi Es -18,96 4,80 7,49 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 3,84 4,64 4,18

F Konstruksi 2,93 8,51 6,20

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4,45 3,79 5,69 1 Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya 8,22 1,93 4,28 2 Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor 2,92 4,57 6,36

H Transportasi dan Pergudangan 8,77 10,68 6,47

1 Angkutan Rel 15,16 12,90 16,37

2 Angkutan Darat 4,26 7,35 7,00

3 Angkutan Laut 7,24 11,22 8,88

4 Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan 10,62 8,58 5,31

5 Angkutan Udara 17,95 20,62 7,76

6 Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan; Pos dan Kurir 7,00 7,73 4,24

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,87 8,13 6,04

1 Penyediaan Akomodasi 15,00 15,87 2,20

2 Penyediaan Makan Minum 5,75 6,79 6,73

J Informasi dan Komunikasi -0,04 -0,13 3,59

K Jasa Keuangan dan Asuransi 4,93 5,91 5,16

1 Jasa Perantara Keuangan 5,75 4,91 3,90

2 Asuransi dan Dana Pensiun 2,94 7,47 7,67

3 Jasa Keuangan Lainnya 3,46 7,95 7,29

4 Jasa Penunjang Keuangan 5,12 6,02 6,53

L Real Estate 4,36 0,05 8,84

M,N Jasa Perusahaan 5,75 2,90 5,44

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,39 2,19 4,00

P Jasa Pendidikan 5,52 4,56 3,19

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,75 6,17 3,22

R,S,T,U Jasa lainnya 2,91 7,01 8,55

4,37 5,21 4,08

Kategori Uraian 2014* 2015**

(2)

Industri Pengolahan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO


(2)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur

Tabel 11. Posisi Simpanan Masyarakat di Bank Umum dan BPR Menurut Jenis

Simpanan dan Kabupaten/Kota Tahun 2015 (Juta Rupiah)

Giro Simpanan

Berjangka Tabungan Total

1 Kab. Sumenep 161.348 716.930 1.484.049 2.362.327 2 Kab. Bangkalan 200.201 701.355 1.818.987 2.720.543 3 Kab. Bondowoso 189.257 370.035 1.027.287 1.586.579 4 Kab. Banyuwangi 538.996 1.920.566 4.611.910 7.071.472 5 Kab. Jember 1.319.614 2.530.122 5.517.377 9.367.113 6 Kab. Malang 2.114.142 3.215.805 6.839.005 12.168.952 7 Kab. Pasuruan 584.628 1.020.045 2.345.773 3.950.446 8 Kab. Probolinggo 333.074 1.029.203 1.487.084 2.849.361 9 Kab. Lumajang 242.316 967.189 2.160.562 3.370.067 10 Kab. Kediri 1.012.309 2.599.173 3.444.935 7.056.417 11 Kab. Nganjuk 485.550 682.194 2.462.888 3.630.632 12 Kab. Tulungagung 317.804 1.843.389 4.027.199 6.188.392 13 Kab. Trenggalek 211.654 482.197 1.705.789 2.399.640 14 Kab. Blitar 72.753 921.165 2.467.394 3.461.312 15 Kab. Madiun 624.870 326.129 1.636.252 2.587.251 16 Kab. Ngawi 375.814 442.000 1.775.866 2.593.680 17 Kab. Magetan 270.541 473.801 1.843.513 2.587.855 18 Kab. Ponorogo 239.937 914.966 3.646.509 4.801.412 19 Kab. Pacitan 119.635 320.884 954.891 1.395.410 20 Kab. Bojonegoro 630.507 876.486 2.496.044 4.003.037 21 Kab. Tuban 483.768 1.078.105 2.413.927 3.975.800 22 Kab. Lamongan 348.751 1.104.575 3.085.426 4.538.752 23 Kab. Situbondo 143.223 599.006 1.209.142 1.951.371 24 Kota Batu 111.406 285.183 578.910 975.499 25 Kota Surabaya 41.106.151 119.169.338 73.466.409 233.741.898 26 Kota Mojokerto 1.052.111 1.441.955 2.402.532 4.896.598 27 Kota Malang 2.087.287 9.230.003 10.802.992 22.120.282 28 Kota Pasuruan 278.942 838.210 1.818.587 2.935.739 29 Kota Probolinggo 238.357 1.123.280 998.101 2.359.738 30 Kota Blitar 483.228 850.813 1.746.042 3.080.083 31 Kota Kediri 1.199.010 5.232.539 3.793.427 10.224.976 32 Kota Madiun 475.559 1.788.074 2.684.430 4.948.063 33 Kab. Gresik 4.290.504 4.118.335 5.453.564 13.862.403 34 Kab. Sidoarjo 2.353.998 6.586.617 9.349.568 18.290.183 35 Kab. Mojokerto 410.560 483.074 1.769.196 2.662.830 36 Kab. Jombang 599.341 1.479.108 3.043.530 5.121.979 37 Kab. Sampang 376.976 264.175 1.203.222 1.844.373 38 Kab. Pamekasan 236.091 552.248 1.361.357 2.149.696

66.320.213

178.578.272 180.933.676 425.832.161 Kabupaten/Kota

No.

Jenis Simpanan (Juta Rupiah)


(3)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur

Tabel 12. Posisi Pinjaman Yang Diberikan Bank Umum dan BPR Berdasarkan Lokasi

Proyek Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2013-2015 (Juta Rupiah)

2013 2014 2015

1 Kab. Sumenep 1.842.756 2.205.161 2.428.164 2 Kab. Bangkalan 1.883.999 2.070.147 2.953.784 3 Kab. Bondowoso 2.298.801 2.800.813 2.623.047 4 Kab. Banyuwangi 6.781.673 8.432.338 9.431.315 5 Kab. Jember 8.000.175 8.934.066 9.645.971 6 Kab. Malang 11.089.119 13.146.251 14.004.419 7 Kab. Pasuruan 9.173.898 12.532.623 15.205.878 8 Kab. Probolinggo 2.952.559 3.452.470 3.586.260 9 Kab. Lumajang 2.585.057 3.233.422 3.533.906 10 Kab. Kediri 9.854.110 12.665.352 12.416.007 11 Kab. Nganjuk 2.778.883 3.510.611 3.640.997 12 Kab. Tulungagung 3.814.329 4.435.752 4.844.080 13 Kab. Trenggalek 1.454.768 1.774.421 1.977.426 14 Kab. Blitar 3.035.862 3.555.879 3.765.861 15 Kab. Madiun 2.018.587 2.972.549 3.338.097 16 Kab. Ngawi 2.556.103 3.149.688 3.364.255 17 Kab. Magetan 2.289.029 2.921.109 3.108.965 18 Kab. Ponorogo 2.840.318 3.284.868 3.612.799 19 Kab. Pacitan 2.334.416 2.615.126 2.611.469 20 Kab. Bojonegoro 4.586.982 5.393.867 6.242.902 21 Kab. Tuban 4.191.076 5.690.581 6.228.435 22 Kab. Lamongan 3.511.834 4.119.339 4.400.474 23 Kab. Situbondo 2.658.360 4.071.020 3.632.652 24 Kota Batu 598.317 981.231 1.152.112 25 Kota Surabaya 131.364.339 149.859.630 165.451.909 26 Kota Mojokerto 2.200.992 2.659.799 3.384.766 27 Kota Malang 12.107.885 14.018.180 13.915.407 28 Kota Pasuruan 2.120.288 2.142.982 2.442.168 29 Kota Probolinggo 2.003.462 2.275.029 2.319.082 30 Kota Blitar 1.046.692 1.180.470 1.343.779 31 Kota Kediri 10.411.061 14.071.406 15.485.215 32 Kota Madiun 2.852.878 3.047.377 3.386.671 33 Kab. Gresik 38.012.390 43.212.059 50.313.317 34 Kab. Sidoarjo 30.073.110 34.907.073 40.521.684 35 Kab. Mojokerto 7.044.569 8.260.210 8.793.846 36 Kab. Jombang 4.450.466 5.234.405 5.646.907 37 Kab. Sampang 969.749 1.255.594 1.304.418 38 Kab. Pamekasan 1.812.989 2.143.814 2.343.063

341.601.881

402.216.712 444.401.507

No. Kabupaten/Kota Tahun


(4)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur

Tabel 13. Posisi Kredit Kepada Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) Yang

Diberikan Bank Umum dan BPR Berdasarkan Lokasi Proyek Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2013-2015 (Juta Rupiah)

2013 2014 2015

1 Kab. Sumenep 624.132 729.241 846.752 2 Kab. Bangkalan 603.831 633.680 726.453 3 Kab. Bondowoso 969.000 985.031 886.500 4 Kab. Banyuwangi 2.750.397 3.363.640 3.934.966 5 Kab. Jember 3.145.030 3.295.873 3.379.747 6 Kab. Malang 3.303.703 3.798.934 4.030.792 7 Kab. Pasuruan 1.847.718 1.920.806 2.094.326 8 Kab. Probolinggo 1.095.122 1.226.978 1.166.211 9 Kab. Lumajang 1.280.918 1.535.521 1.673.012 10 Kab. Kediri 2.270.171 2.511.898 2.545.095 11 Kab. Nganjuk 1.402.152 1.603.636 1.679.634 12 Kab. Tulungagung 1.682.387 1.931.906 2.072.764 13 Kab. Trenggalek 720.748 846.865 926.048 14 Kab. Blitar 1.540.186 1.735.676 1.923.445 15 Kab. Madiun 960.540 1.175.704 1.188.957 16 Kab. Ngawi 1.146.563 1.359.966 1.385.913 17 Kab. Magetan 1.206.209 1.420.549 1.443.875 18 Kab. Ponorogo 1.390.279 1.497.752 1.634.216 19 Kab. Pacitan 653.264 737.038 798.186 20 Kab. Bojonegoro 1.743.751 1.979.852 2.114.423 21 Kab. Tuban 1.330.195 1.460.890 1.645.426 22 Kab. Lamongan 1.730.657 1.807.621 1.943.330 23 Kab. Situbondo 924.951 1.004.189 1.047.118 24 Kota Batu 360.435 399.868 470.886 25 Kota Surabaya 23.807.998 24.800.220 29.687.458 26 Kota Mojokerto 452.357 550.827 700.035 27 Kota Malang 3.086.572 3.492.044 4.066.657 28 Kota Pasuruan 515.664 558.839 635.726 29 Kota Probolinggo 614.161 724.495 861.642 30 Kota Blitar 377.100 391.983 433.635 31 Kota Kediri 892.609 996.172 978.368 32 Kota Madiun 681.920 716.171 747.803 33 Kab. Gresik 3.667.119 3.893.440 4.530.145 34 Kab. Sidoarjo 5.471.872 5.940.321 6.875.634 35 Kab. Mojokerto 1.845.347 2.070.470 2.338.114 36 Kab. Jombang 2.131.145 2.187.517 2.317.551 37 Kab. Sampang 368.744 423.578 470.220 38 Kab. Pamekasan 727.412 859.927 957.806

79.322.359

86.569.118 97.158.869

No. Kabupaten/Kota Tahun


(5)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur

Tabel 14. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten/Kota Tahun 2013-2015

(%)

Agustus 2013 Agustus 2014 Agustus 2015

1 Kab. Pacitan 1,27 1,34 0,97

2 Kab. Ponorogo 2,36 2,44 3,68 3 Kab. Trenggalek 1,87 3,07 2,46 4 Kab. Tulungagung 2,76 2,87 3,95

5 Kab. Bitar 4,11 3,62 2,79

6 Kab. Kediri 6,24 5,27 5,02

7 Kab. Malang 4,23 6,61 4,95

8 Kab. Lumajang 2,90 3,35 2,60

9 Kab. Jember 4,36 6,23 4,77

10 Kab. Banyuwangi 4,07 7,42 2,55 11 Kab. Bondowoso 1,30 4,06 1,75 12 Kab. Situbondo 2,21 4,57 3,57 13 Kab. Probolinggo 1,96 1,10 2,51 14 Kab. Pasuruan 3,75 2,55 6,41 15 Kab. Sidoarjo 4,07 3,92 6,30 16 Kab. Mojokerto 2,89 3,51 4,05 17 Kab. Jombang 6,53 3,80 6,11 18 Kab. Nganjuk 6,35 1,88 2,10

19 Kab. Madiun 3,34 1,07 6,99

20 Kab. Magetan 2,77 3,04 6,05

21 Kab. Ngawi 4,62 3,25 3,99

22 Kab. Bojonegoro 6,08 3,05 5,01

23 Kab. Tuban 5,97 4,63 3,03

24 Kab. Lamongan 5,74 4,38 4,10

25 Kab. Gresik 3,26 4,02 5,67

26 Kab. Bangkalan 6,47 4,67 5,00 27 Kab. Sampang 3,05 1,75 2,51 28 Kab. Pamekasan 2,06 2,24 4,26 29 Kab. Sumenep 1,93 0,78 2,07

30 Kota Kediri 5,74 6,62 8,46

31 Kota Blitar 3,43 4,57 3,80

32 Kota Malang 8,79 8,62 7,28

33 Kota Probolinggo 2,73 4,66 4,01 34 Kota Pasuruan 3,03 5,59 5,57 35 Kota Mojokerto 5,00 6,10 4,88

36 Kota Madiun 5,65 5,31 5,10

37 Kota Surabaya 4,41 5,47 7,01

38 Kota Batu 3,96 1,86 4,29

4,07 4,01 4,47

No. Kabupaten/Kota Tahun


(6)