PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PESAN BISNIS MULTI LEVEL MARKETING DAN MONEY GAME ( Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Masyarakat Terhadap Pesan Bisnis Multi Level Marketing dan Money Game ).

(1)

Multi Level Marketing dan Money Game )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fisip UPN “Veteran” JAwa Timur

Oleh : Dianto Anugraha NPM. 0643010305

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2011


(2)

Bisnis Multi Level Marketing dan Money Game )

Disusun Oleh : DIANTO ANUGRAHA

NPM. 0643010305

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, Pembimbing

Juwito, S.Sos, M.Si NPT. 3 6704 95 0036 1

Mengetahui, DEKAN

Dra. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 195507181983022001


(3)

karena dengan limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, Skripsi yang berjudul PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PESAN BISNIS MULTI LEVEL MARKETING DAN MONEY GAME ” dapat penulis susun dan selesai sebagai wujud pertanggung jawaban atas terlaksananya kegiatan proposal.

Dalam proses penyelesaian proposal ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak – pihak berikut ini :

1. Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN ”Veteran”Jatim.

2. Dra. Hj. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPN ”Veteran” Jatim.

3. Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN ”Veteran” Jatim.

4. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si, sebagi Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN ”Veteran” Jatim.

5. Juwito, S. Sos,M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis. Terima kasih banyak atas segala kontribusi bapak terkait penyusunan Skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan FISIP hingga UPN ”Veteran” Jatim pada umumnya.

7. Bapak Wahyu Rahayu, Ibu Hermiati, dan Abrianto Nugraha, selaku orang tua, adik, yang telah memberikan support penulis dan juga Farhan, Farida, Endri, Pras


(4)

v

berlangsungnya proses Skripsi hingga selesainya Skripsi ini : Dimas, Choirul, Agung, dan Lia.

9. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman ini, untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa Skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu peneliti harapkan demi tercapainya hal terbaik dari Skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.

Surabaya, Februari 2011 Penulis


(5)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ………... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Landasan Teori ... 8

2.1.1 Persepsi ... 8

2.1.1.1 Pengertian Persepsi ... 8


(6)

2.1.1.5 Faktor – Faktor Yang Berperan Dalam Persepsi ... 17

2.1.1.6 Proses Terjadinya Persepsi ... 18

2.1.1.7 Proses Persepsi ... 19

2.1.1.8 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi .... 20

2.1.2 Informasi Dan Pesan Dalam Konteks Komunikasi ………. 30

2.1.2.1 Konsep Tentang Informasi Dan Pesan ………… 30

2.1.2.2 Pengertian Informasi Dan Pesan ………. 31

2.1.2.3 Kualitas Informasi Dan Pesan ………. 31

2.1.3 Bisnis ... 31

2.1.3.1 Bisnis Multi Level Marketing ... 32

2.1.3.2 Sejarah Multi Level Marketing ... 33

2.1.3.3 Konsep Multi Level Marketing ……….. 34

2.1.3.4 Tujuan Multi Level Marketing ………... 35

2.1.3.5 Daya Tarik Multi Level Marketing ……… 36

2.1.4 Komunikasi Interpersonal ……….. 38

2.1.4.1 Ciri – Ciri Komunikasi Interpersonal ……... 38

2.2 Komunikasi Nonverbal ……….. 41

2.3 Komunikasi Verbal ……… 42

2.4 Pendekatan Kognitif ………. 43


(7)

BAB III METODE PENELITIAN ……… 46

3.1 Jenis Penelitian ……….. 46

3.2 Definisi Konseptual ………... 47

3.2.1 Bisnis ………. 47

3.2.1.1 Bisnis Multi Level Marketing ………... 48

3.2.1.2 Bisnis Money Game ……….. 49

3.2.2 Persepsi ………. 49

3.3 Informan ……… 50

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.5 Teknik Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data… 54 4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ……… 54

4.1.1.1 Multi Level Marketing dan Money Game ….…… 54

4.1.2 Penyajian Data ……… 56

4.1.3 Identitas Informan ………... 56

4.2 Analisis Data ……… 60


(8)

ix

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 82

5.1 Kesimpulan ……….. 82

5.2 Saran ………. 83

DAFTAR PUSTAKA ... ... 84


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam masyarakat yang semakin maju dan berkembang, informasi menjadi sangat penting. Setiap orang berhak untuk memperoleh informasi untuk berkembang dan berinteraksi dengan lingkungannya. Informasi sangatlah berharga bagi manusia karena informasi adalah salah satu kebutuhan bagi manusia untuk bisa mengetahui, memahami dan mengerti hal – hal yang ada dan terjadi disekitarnya. Dan masyarakat akan memasuki suatu peradaban informasi, maka peranan dan posisi informasi menjadi sangat penting.

Komunikasi adalah pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dan menimbulkan efek. Pesan yang disampaikan melalui komunikasi interpersonal. Karena semua manusia pasti mengetahui Multi Level Marketing dan secara tidak langsung, ikut berperan didalam memasarkan produk. Beraneka macam produk yang di distribusikan melalui Multi Level Marketing yang menarik perhatian masyarakat, seperti produk makanan suplemen, alat – alat rumah tangga, tas, aksesoris, dan masih banyak lagi produk yang ditawarkan oleh perusahaan Multi Level Marketing .


(10)

Namun karena di Indonesia, mayoritas penduduknya beragama muslim, sehingga tidak sedikit masyarakat yang menolak sesuatu yang berkaitan dengan multi level marketing. Secara umum, alasan beberapa masyarakat menganggap MLM itu bisnis tipu menipu. Yang disebabkan, banyak masyarakat yang dimanfaatkan oleh orang – orang yang tidak bertanggung jawab. Karena pada saat ini banyak muncul berbagai multi level marketing palsu yang mengatasnamakan Multi Level Marketing pada perusahaan tertentu sehingga mengganggu Citra Usaha Anggota Asosiasi Penjualan langsung Indonesia (APLI). Hal ini mengakibatkan masyarakat menyamaratakan Multi Level Marketing dengan praktek penipuan seperti kasus kospin (1998), Arisan Panasonic (1995), Y.Yara (1988).

Beberapa waktu lalu sutradara Hanung Bramantyo, membuat sebuah film yang berjudul menebus impian. Di dalam film tersebut terdapat sebuah pesan yang berkaitan tentang Multi Level Marketing, dan anggapan orang terhadap seseorang yang menjalankan Multi Level Marketing. Filam tersebut sudah diputar tanggal 13 April 2010.

Money Game itu sendiri merupakan kejahatan yang sudah berumur panjang. Dimana Bisnis model Money Game ini dikenal istilah Skema Ponzi (Ponzi Scheme), berasal dari nama seorang penipu bernama Charles Ponzi, yang tinggal di Boston, Amerika. Ponzi menawarkan investasi berupa transaksi spekulasi perangko (mail coupons) Amerika terhadap perangko asing di akhir tahun 1919 sampai 1920. Yang kemudian berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.


(11)

Karena itu ketua APLI ( Asosiasi Perdagangan Langsung Indonesia), yang mengawasi perkembangan perusahaan dalam naungan APLI yaitu Helmy Attamimi memberitahukan kepada masyarakat. Masyarakat harus berhati – hati dengan sistem piramida atau Money Game. Karena di Indonesia saat ini telah berkembang penjualan langsung melalui sistem piamida atau Money Game. Sistem piramida ini secara sepintas mirip dengan Multi Level Marketing dan banyak orang telah melibatkan diri sebagai anggota, lebih tepatnya bahwa sistem ini berkedok Multi Level Marketing. Sistem piramida inilah, yang menawarkan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan besar dengan sedikit usaha, sebenarnya telah lama pula dijalankan di Taiwan, Amerika Serikat, Malaysia dan lain – lain negara, tetapi sehubung dengan banyaknya pengaduan dari para anggotanya, kini di negara – negara tersebut sistem ini diawasi secara ketat oleh pemerintah setempat karena dianggap merugikan dan meresahkan masyarakat luas. Diantara perusahaaan – perusahaan tersebut banyak pula yang telah ditutup.(www.apli.or.id)

Sehubung dengan banyaknya pertanyaan dari masyarakat kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI). MUI menyarankan agar masyarakat mengikuti MLM yang telah bersertifikat syariah. Mohamad Hidayat di gedung MUI, Jakarta, Senin (21/6/2010). MUI sendiri telah mengeluarkan fatwa Nomor 75 tahun 2009 mengenai pedoman penjualan langsung berjenjang (syariah) setidaknya ada 12 prinsip yang harus dipenuhi oleh MLM yang mengajukan ke DSN dan lulus mendapatkan sertifikat. Ia menjelaskan saat ini banyak MLM yang bermunculan dan tak jelas legalitas


(12)

perizinannya apalagi dari sisi aspek syariah. MLM-MLM semacam itu, lanjut, Hidayat, cenderung seperti money game yang hanya muncul lalu dua tahun kemudian menghilang. (www.mui.or.id)

Dari semua peristiwa yang sudah peneliti sebutkan, maka dapat diketahui bahwa tidak semua masyarakat mengetahui informasi yang benar tentang Multi Level Marketing. Tetapi banyak juga masyarakat yang menjalankan money game yang beranggapan bisinis yang dia jalankan adalah Multi Level Marketing. Serta banyak pula masyrakat yang tidak suka dengan Multi Level Marketing dan tidak jarang menimbulkan persepsi negatif di masyarakat.

Levine dan Shefner mengemukakan, persepsi adalah cara dimana individu menginterprestasikan informasi yang diperoleh berdasarkan pada pemahaman individu itu sendiri sehingga dapat ditarik kesimpulan.

Persepsi menurut Rakhmat Jalaludin (1988 : 51) pengalaman tentang objek, peristiwa, dan hubungan - hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi sendiri merupakan inti dari komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti dari persepsi yang identik dengan penyandian bali (decoding) dalam proses komunikasi (Mulyana,2001:167).

Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, baigaimana cara seseorang melihat sesuatu. Seadngkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu


(13)

(Leavitt, 1978). Yusuf (1991: 108) menyebut persepsi sebagai pemaknaan hasil pengamatan.

Persepsi merupakan suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterprestasikan kesan sensorik mereka untuk memberi arti pada lingkungan mereka. Riset tentang persepsi secara konsisten menunjukkan bahwa individu yang berbeda dapat melihat hal yang sama tetapi memahaminya berbeda (Robbins, 2002: 46).

Dalam sebuah proses persepsi, banyak rangsangan yang sampai pada kita melalui panca indera kita, namun kita tidak menyampaikan itu semua secara acak. Alih – alih kita mengenali objek – objek tersebut secara spesifik, dan kejadian – kejadian tertentu yang memiliki pola tertentu. Alasannya sederhana saja, karena persepsi kita adalah suatu proses aktif yang menuntut suatu tatanan dan makna atas berbagai rangsangan yang kita terima (Mulyana,2001:170).

Atensi tidak dapat terelakan karena sebelum kita merespon atau menafsirkan kejadian atau rangsangan apapun, kita harus terlebih dahulu memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Ini berarti bahwa persepsi mensyaratkan kehadiran suatu objek untuk dipersepsi, termasuk orang lain dan juga diri sendiri. Dalam banyak kasus, rangsangan yang menarik perhatian kita cenderung dianggap sebagai penyebab kejadian – kejadian berikutnya (Mulyana, 2001:169).

Berdasarkan hal tersebut diatas, tentunya banyak masyarakat yang belum mengetahui dan memahami perbedaan bisnis Multi Level Marketing


(14)

dan Money Game. Sebelum mengetahui lebih jauh tentang Multi Level Marketing dan Money Game, perlu dipahami lebih dulu pengertian Multi Level Marketing dan Money Game itu sendiri.

Multi Level Marketing dan Money Game merupakan komponen dari komunikasi interpersonal, yang dimana cara seseorang yang menyampaikan sebuah informasi melalui dua arah. Dimana ada komunikator, pesan, komunikan, dan efek.

Beranjak dari masalah tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang menggunakan metode penelitian kualitatif dan difokuskan hanya untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap Multi Level Marketing dan Money Game. Sehingga studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif kualitatif untuk mengambarkan persepsi masyarakat terhadap bisnis Multi Level Marketing dan Money Game sesuai dengan proses penerimaan (pemahaman) yang berbeda pada masing – masing individu tersebut.

Dan peneliti juga menitik beratkan penelitian ini pada masyarakat kota Surabaya, sebagai kota metropolitan, yang subur dengan maraknya bermunculan bisnis Multi Level Marketing dan Money Game.

Selain karena alasan di atas, peneliti memilih kota Surabaya karena kota Surabaya merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di tanah Jawa dengan adanya Masjid Ampel yang didirikan pada abad ke – 15 oleh Sunan Ampel, dan juga karena mayoritas penduduk Surabaya beragama Islam.


(15)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian singkat tentang latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini, adalah : ”Bagaimana Persepsi Masyarakat Terhadap Pesan Bisnis Multi Level Marketing dan Money Game ?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penulis untuk melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap pesan bisnis Multi Level Marketing dan Money Game.

1.4 Manfaat Penelitian

Ada 2 manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini, yaitu : 1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan atau landasan pemikiran pada ilmu komunikasi mengenai persepsi, komunikasi non verbal, dan komunikasi verbal.

2. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadikan wacana bagi masyarakat tentang pesan di yang ada di dalam bisnis Multi Level Marketing dan Money Game


(16)

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Persepsi

2.1.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi adalah rangkaian proses yang dilakukan seseorang guna memperoleh gambaran mengenai sesuatu melalui pemilihan, pengelolahan, hingga pengertian informasi mengenai sesuatu yang diinginkannya tersebut. Persepsi tersebut nantinya akan mempengaruhi tindakan seseorang terhadap hal yang dipersepsikannya itu.

Persepsi menurut Deddy Mulyana (2001 : 167) adalah proses internal individu yang memungkinkan individu untuk memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan yang ditangkap oleh indra manusiawi dari lingkungan sekitarnya, dan proses tersebut dapat mempengaruhi perilaku individu tersebut. Persepsi juga merupakan inti dari komunikasi, sebab apabila tidak akurat maka tidak mungkin akan terjadi komunikasi yang efektif. Persepsi juga yang menentukan seseorang memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lainnya.

Selain itu juga banyak definisi – definisi mengenai persepsi lainnya dari para ahli, diantaranya adalah definisi persepsi milik Brian Fellows. Brian


(17)

Fellows menyatakan bahwa persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisa informasi. Selain itu ada pula definisi dari Kenneth A. Sereno dan Edward M. Bodaken yang mengatakan bahwa persepsi adalah sarana yang memungkinkan seseorang memperoleh kesadaran akan sekelilingnya dan lingkungannya. Berbeda dengan Philip Goodacre dan Jennifer Follers yang mengenali rangsangan. Sedangkan menurut Joseph.A. Devito, persepsi adalah proses menjadikan individu sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita ( Rakhmat, 2003:58).

Persepsi merupakan sesuatu proses yang menjadikan individu sangat sadar akan aspek lingkungannya. Persepsi akan timbul akibat adanya rangsangan dari luar yang dterima oleh alat indra manusia. Rangsangan akan diseleksi dan diorganisir oleh setiap individu dengan cara masing – masing melalui pengalaman yang dimilikinya, persepsi baru akan terbentuk apabila adanya perhatian, pengertian, dan penerimaan dari individu sesuai dengan kebutuhan individu dalam pengalamannya.

Hasil dari proses diatas akan membentuk suatu pandangan tertentu terhadap suatu hal. Namun, dalam keadaan yang sama sekalipun dapat menimbulkan persepsi yang berbeda – beda antara individu yang satu dengan individu yang berbeda termasuk dalam memberikan perhatian terhadap rangsangan tertentu dan mengabaikan yang lainnya.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sumarwan (2000:112) yang menyatakan bahwa persepsi merupakan cara seseorang memandang


(18)

dunia sekitarnya. Proses tersebut dapat berbeda pada setiap individu sesuai keinginan, nilai – nilai, serta harapan masing – masing individu. Selanjutnya, masing – masing individu akan cenderung bertindak dan bereaksi berdasarkan persepsinya masing – masing.

Suatu dorongan yang sama tidak selalu menimbulkan tindakkan yang sama pula oleh sebab perbedaan persepsi pada masing – masing individu. Seperti halnya pada masyarakat dalam mempersepsikan seseorang yang menjalankan multi level marketing. Persepsi yang dimiliki oleh tiap –tiap individu akan berbeda, begitu juga dengan perilaku mereka dalam menyikapi stimulus berbeda pula tergantung pada persepsi yang mereka ciptakan. Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi biasa dikatakian sebagai inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interprestasi) adalah inti dari persepsi yang identik dengan penyandian (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini sesuai dengan definisi John R. Wenburg dan William W. Wilmot yang mengatakan bahwa Rudolph F. Verderber persepsi adalah proses menafsirkan informasi inderawi. (Mulyana, 2001:167).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa untuk membentuk persepsi, seorang melakukan proses memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan sebagai stimulus yang diterimanya mengenai suatu hal yang selanjutnya mengungkapkan pandangan, pendapat, ataupun tanggapan mengenai hal tersebut. Seterusnya, dari persepsi yang diyakini oleh individu tersebut maka akan mempengaruhi periklakunya mengenai hal yang


(19)

dipersepsikannya tersebut. Menurut Linda L. Davidov yang disebutkan dalam Chairnnisa (2007:20), hakekat persepsi ada 3 yaitu :

a) Persepsi bukanlah cerminan realitas orang seringkali menganggap bahwa persepsi menyajikan atau pencerminan yang sempurna mengenai realitas atau kenyataan. Namun, yang sebenarnya persepsi bukanlah cerminan realitas karena indra kita tidak memberikan respon terhadap aspek – aspek yang ada di dalam lingkungan. Selain itu juga manusia seringkali melakukan persepsi rangsangan – rangsangan yang pada kenyataanya tidak ada. Dan yang , karena persepsi manusia tergantung pada apa yang ia harapkan, pengalaman, dan motivasi (sangat subjektif).

b) Persepsi merupakan kemampuan kognitif yang multifaseti pada wal pembentukan proses persepsi, seseorang telah menentukan dahulu apa – apa yang diperhatikan. Setiap kali kita memusatkan perhatian, lebih besar kemungkinannya seseorang akan memperoleh makna dari apa yang ditangkapnya, lalu menghubungkannya dengan pengalaman masa lalu, dan kemudia pada kemudian hari akan diingat kembali. Kesadaran dan ingatan juga mempengaruhi persepsi. c) Atensi : peranan atensi atau perhatian dalam persepsi adalah

keterbukaan seseorang untuk memilih sesuatu. Beberapa psikolog menentukan bahwa atensi sebagai sejenis alat saring (filter) yang


(20)

akan menyaring semua informasi pada titik – titik yang berbeda pada proses persepsi.

2.1.1.2 Jenis Persepsi

Persepsi manusia dibagi dalam dua jenis, yaitu :

1. Persepsi terhadap lingkungan fisik (obyek) adalah persepsi manusia terhadap obyek melalui lambang – lambang fisik atau sifat – sifat luar dari suatu benda. Dapat diartikan manusia dalam menilai suatu benda mempunyai persepsi yang berbeda – beda. Dan persepsi terhadap obyek bersifat statis karena obyek bersifat statis karena obyek tidak mempersiapkan manusia ketika manusia mempersiapkan obyek – obyek tersabut. Seeorang dapat melakukan kekeliruan dalam mempersepsi, sebab terhadang indra seseorang menipu diri orang tersebut, hal ini dikarenakan oleh :

a) Kondisi yang mempengaruhi pandangan seseorang, seperti keadaan cuaca yang mebuat orang melihat fatamorgana, pembiasan cahaya seperti dalam peristiwa ketika seseorang melihat bahwa tongkat yang dimasukkan kedalam air terlihat bengkok padahal sebenarnya tongkat tersebut lurus. Hal inilah yang disebut dengan ilusi.

b) Latar belakng pengalaman yang berbeda antara seseorang dengan orang lain.


(21)

d) Suasana psikologis yang berbeda yang membuat perbedaan persepsi seseorang dengan orang lsin dalam mempersepsikan suatu obyek. 2. Persepsi terhadap manusia adalah persepsi manusia terhadap orang melalui

sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif dan harapan ), dapat diartikan manusia bersifat interraktif karena manusia akan mempersiapkannya dan bersifat dinamis karena persepsi terhadap manusia bersifat berrubah-ubah dari waktu ke waktu. Persepsi terhadap manusia juga dapat disebut dengan persepsi sosial. (Mulyana,2001:17)

2.1.1.3 Karakteristik Persepsi

Menurut Busch dan Houstan (1985) yang dikutip oleh Ujang Sumarwan (2004:114), karakteristik persepsi dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Bersifat selektif

Manusia mempunyai kerterbatasan dalam hal kapasitas atau kemampuan mereka dalam proses semua informasi dari lingkungan. Seseorang pasti berhadapan dengan sub kumpulan yang terbatas dari obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa yang banyak sekali dalam lingkungan mereka. Masyarakat cenderung memperhatikan aspek lingkungan yang berhubungan dengan urusan pribadi mereka. Mereka mengesampingkan urusan-urusan lain yang tidak berkaitan dengan urusan pribadi mereka.


(22)

2. Terorganisir atau teratur

Suatu perasaan atau pendorong tidak bias dianggap terisolisasi dari perangsang lain. Rangsangan-rangsangan dikelompokkan kedalam suatu pola atau informasi yang membentuk keseluruhan. Jadi ketika seseorang memperhatikan sesuatu, perangsang harus berusaha untuk mengatur. 3. Stimulus

Stimulus adalah apa yang dirasakan dan arti yang terdapat di dalamnya adalah fungsi dari perangsang atau pendorong itu sendiri.

4. Subyektif

Persepsi merupakan fungsi faktor pribadi hal-hal yang berasal dari sifat penikmat atau perasa, kebutuhan, nilai-nilai, motif, pengalaman, masa lalu, pola pikir dan kepribadian seseorang dalam individu memainkan suatu peran dalam persepsi.

2.1.1.4 Hal – Hal yang Mempengaruhi Persepsi

Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas disekelilingnya, berikut ini beberapa prinsip penting mengenai persepsi sosial yang menjadi pembenaran atas perbedaan persepsi sosial :

1. Persepsi berdasarkan pengalaman

Pola – pola perilaku manusia berdasarkan persepsi mereka mengenai realitas (sosial) yang telah dipelajari sebelumnya. Persepsi manusia terhadap sekelilingnya. Seseorang, objek, atau kejadian dan reaksi mereka


(23)

terhadap hal – hal itu berdasarkan pengalaman (pembelajaran) masa lalu mereka berkaitan dengan orang, objek atau kejadian serupa. Ketiadaan pengalaman dahulu dalam menafsirkan objek tersebut berdasarkan dugaan semata atau pengalaman yang mirip. Hal tersebut membuat seseorang terbiasa merespon atau mempersepsi perbedaan yang sama dalam suatu objek lain. Manusia cenderung memperlakukan objek tersebut seperti sebelumnya, padahal terdapat rincian lain dalam objek tersebut.

2. Persepsi bersifat selektif

Jika setiap saat seseorang disebut dengan jutaan ransangan indrawi dan diharuskan menafsirkan ransangan tersebut semuanya, pastilah orang tersebut tidak mampu melakukannya, sebab adanya keterbatasan kemampuan indrawi setiap orang dalam menangkap rangangan disekitarnya. Faktor utama yang mempengaruhi selektifitas adalah atensi, dimana atensi ini sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

A. Faktor Internal sepertu :

a. Faktor biologis antara lain rasa lapar dan haus. b. Faktor fisiologis yaitu bentuk fisik yang tampak.

c. Faktor sosial, seperti gander, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, peranan, status sosial, pengalaman masa lalu, dan kebiasaan.


(24)

d. Faktor psikologis seperti kemauan, keinginan, motivasi, emosi, dan harapan.

B. Faktor eksternal adalah atribut – atribut objek yang dipersepsikan seperti gerakan, kontras, kebaruan, dan perulangan.

3. Persepsi bersifat dugaan

Langkah ini dianggap perlu karena seseorang tidak mungkin memperoleh rincian yang jelas melalui indera kelimanya. Proses ini memungkinkan seseorang menafsirkan sesuatu (objek) dengan makna yang lebih lengkap dari sudut pandang manapun. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan informasi yang diperoleh meelalui alat-alat indera yang dimiliki manusia, menyebabkan terjadinya ruang kosong, sehingga perlu menciptakan persepsi yang bersifat dugaan agar dapat menyediakan informasi yang lengkap bagi ruang kosong tersebut.

4. Persepsi bersifat evaluative

Tidak pernah ada persepsi yang seratus persen objektif, setiap orang perlu melakukan interprestasi berdasarkan masa lalu dan kepentingannya ketika melakukan persepsi. Sebelum melakukan interprestasi pesan, seseorang harus melakukan evaluasi pesan berdasarkan pengalaman terdahulu untuk mencocokkan apakah kejadiannya sama. Dengan demikian persepsi bersifat pribadi dan subjektif.


(25)

5. Persepsi bersifat konseptual

Suatu rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Dari semua pengaruh yang ada dalam persepsi seseorang, konteks merupakan salah satu pengaruh paling kuat. Dalam mengorganisasikan suatu objek, seseorang biasanya meletakkannya dalam suatu konteks tertentu dengan prinsip – prinsip :

a. Struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapan.

b. Kecenderungan seseorang dalam mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian berdasarkan latar belakangnya.

(Mulyana,2001 : 175-194)

2.1.1.5 Faktor – Faktor yang Berperan dalam Persepsi

Menurut Walgito (dalam Chairunnisa, 2007:23) dalam persepsi merupakan salah satu faktor yang mepunyai peranan. Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi adalah :

a. Obyek yang dipersepsikan, dimana obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera. Stimulus dapat datang dari luar individu yang bersangkutan. Dapat diartikan bahwa konsumen dalam mempersepsikan sutau produk dipengaruhi oleh ransangan baik dari dalam maupun dari luar diri individu.


(26)

b. Alat indera merupakan alat yang digunakan manusia dalam menerima stimulus. Dengan mempunyai alat indera maka konsumen dapat memberikan respon terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan oleh produsen.

c. Perhatian merupakan pemusatan atau kosentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan obyek. Perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian terjadi apabila kita mengonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita dan mengesampingkan masukan melalui alat indera yang lain. Apa yang dihayati seseorang tidak hanya tergantung pada stimulus tetapi juga pada proses kognitif yang merefleksikan minta, tujuan dan harapan seseorang pada saat itu. Pemusatan persepsi tersebut yang disebut Sobur sebagi perhatian. Perhatian dapat berfungsi memiliki dan menggerakkan rangsangan-rangsangan yang sampai pada kita, sehingga tidak kita terima secara kacau.

2.1.1.6 Proses Terjadinya Persepsi

Menurut Alex Sobur (2003:449), proses hingga terjadinya persepsi adalah sebagai berikut :

a. Terjadinya Stimulasi Alat Indera (Sensory Stimulation)

Pada tahap pertama, alat-alat indera kita akan dirangsang. Setiap individu pasti memiliki kemapuan penginderaan untuk merasakan stimulus (rangsangan), walau kadang tidak selalu digunakan.


(27)

b. Stimulasi Terhadap Alat Indera diatur

Pada tahap kedua,rangsangan terhadap alat indera diatur menurut berbagai prinsip. Salah satu prinsip yang sering digunakan adalah prinsip proksimitas (proximity) atau kemiripan, sedangkan prinsip lain adalah kelengkapan (closure) atau kita mempersepsikan gambar atau pesan yang dalam kenyataan tidak lengkap sebagai gambar atau pesan yang lengkap. Apa yang kita persepsikan, juga kita tata kedalam suatu pola yang bermakna bagi kita, pola ini belum tentu benar atau salah dari segi obyektif tertentu.

c. Stimulasi Alat Indera Ditafsirkan – Dievaluasi

Langkah ketiga adalah penafsiran dan evaluasi yang tidak semata – mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan , keinginan, system nilai, keyakinan, keadaan fisik, dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada diri kita. Karena walaupun kita semua sama – sama menerima sebuah pesan, cara masing-masing orang menafsirkan dan mengevaluasinya adalah tidak sama.

2.1.1.7 Proses Persepsi

Dalam proses persepsi terdapat tiga komponen yaitu: a. Seleksi

Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.


(28)

b. Interpretasi

Yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipenngaruhi oleh beberapa faktor seperti pengalaman masa lalu, motivasi, dan lain-lain. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya.

c. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi

Tahap terakhir dari konsep perceptual ialah bertindak sehubungan dengan apa yang telah dipersepsi. Lingkaran persepsi belum sempurna sebelum menimbulkan suatu tindakan. Tindakan itu bisa tersembunyi dan bisa pula terbuka. Tindakan tersembunyi bisa berupa pembentukan pendapat atau sikap, sedangkan tindakan yang terbuka berupa tindakan nyata sehubungan dengan persepsi itu. (Sobur, 2003:464)

Jadi proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi dan pembulatan terhadap informasi yang sampai. (Sobur, 2003:447)

2.1.1.8 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Jalaluddin Rakhmat, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya persepsi diantaranya adalah :


(29)

a. Faktor Perhatian ( attention )

”Adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah”, demikian definisi dari (Kenneth E. Andersen,1972 : 46) dalam bukunya yang ditulisnya sebagai pengantar pada teori komunikasi. Perhatian terjadi apabila kita mengonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita dan mengesampingkan masukan – masukan melalui alat indera yang lain. Alex Sobur mengatakan bahwa meskipun banyak stimulus berbeda - beda yang sampai pada seseorang tentang suatu masalah yang sama, apa yang bisa seseorang hayati tidak terbatas pada saat – saat tertentu. Apa yang dihayati seseorang tidak hanya tergantung pada stimulus tetapi juga pada proses kognitif yang merefleksikan minat, tujuan dan harapan seseorang pada saat itu. Pemusatan persepsi tersebut yang disebut oleh Sobur sebagai perhatian. Perhatian dapat berfungsi memiliki dan menggerakkan rangsangan – rangsangan yang sampai pada kita, sehingga kita terima secara kacau. (Sobur, 2003 : 449)

Perhatian individu ditentukan oleh beberapa faktor : 1) Faktor Situasional

Faktor situasional terkadang sering disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat external atau penarik perhatian. Stimuli diperhatikan karena memiliki sifat – sifat yang menonjol antara lain :


(30)

a) Gerakan

Seperti organisme lain, manusia secara visual tertarik pada objek – objek yang bergerak, misalnya kita senang melihat huruf – huruf dalam display yang bergerak menampilkan nama barang yang diiklankan.

b) Kebaruan (Novelty)

Hal – hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda akan menarik perhatian. Misalnya pemasang iklan sering memanipulasikan unsur kebaharuan ini dengan menonjolkan yang luar biasa dari barang atau jasa yang ditawarkannya. Hal ini dilakukan karena tanpa hal – hal baru, stimuli akan menjadi monoton, membosankan dan lepas dari perhatian.

c) Intensitas Stimuli

Kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain, misalnya warna merah pada latar belakang putih, tubuh jangkung ditengah – tengah orang pendek dan lain – lain. d) Perulangan

Hal – hal yang disajikan berkali – kali, bila disertai dengan sedikit variasi akan menarik perhatian. Di sini, unsur ”familiarity” (yang sudah kita kenal) berpadu dengan unsur ”novelty” (yang baru kita kenal). (Rakhmat, 2005 : 52)


(31)

2) Faktor Personal

Faktor Personal lebih ditekankan pada perhatian yang bersifat internal atau datangnya perhatian berasal dari dalam individu. Pada faktor personal juga disebutkan mengenai perhatian yang selektif, bahwa apa yang menjadi perhatian kita lolos dari perhatian orang lain, atau sebaliknya. Hal tersebut disebabkan adanya kecenderungan kita melihat apa yang ingin kita lihat, kita dengar apa yang ingin kita dengar. Perbedaan ini timbul dari faktor – faktor internal dalam diri kita.

3) Faktor Biologis

Manusia adalah makluk biologis yang tidak berbeda dengan hewan, ia akan lapar jika tidak makan dalam waktu 20 jam. Begitu pula dengan kucing, ia memerlukan lawan jenis untuk melakukan reproduksi, begitu juga dengan kerbau. Sehingga dalam keadaan tertentu makluk manusia akan bereaksi sesuai dengan keadannya tersebut.

4) Faktor Sosiopsikologis

Bisa diperoleh dari proses sosial kita dan dapat mengklasifikasikannya kedalam 3 komponen yitu komponen afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Komponen afektif terdiri dari :

a) Motif Sosiogenesis

Motif sosiogenesis sering disebut motif sekunder sebagai lawan dari motif primer ( motif biologis). Berperan dalam


(32)

membentuk perilaku sosial bahkan sangat menentukan. Secara singkat motif sosiogenesis dapat dijelaskan sebagai berikut :

(1) Motif ingin tahu

Mengerti, menata dan menduga (predictibility). Setiap orang akan berusaha memahami dan memperoleh arti dari dunianya. Karena kecenderungan untuk memberi arti pada apa yang dialami, bila informasi yang diperoleh terbatas orang akan mencari jawaban sendiri tanpa menunggu informasi lengkap lebih dulu.

(2) Motif kompetensi

Setiap orang ingin membuktikan bahwa ia mampu mengatasi persoalan kehidupan apapun. Akan tetapi perasaan amat tergantung pada perkembangan intlektual, sosial dan emosional. (3) Motif cinta

Sanggup mencintai dn dicintai adalah hal esensial bagi pertumbuhan kepribadian. Karena kasih sayang, ketulusan kasih sayang, penerimaan orang lain yang hangat amat dibutuhkan manusia.

(4) Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas

Merupakan kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi di dunia. Kita ingin kehadiran kita bukan saja dianggap bilangan, tetapi juga diperhiungkan, karena itu bersamaan dengan kebutuhan harga diri orang akan mencari identitasnya.


(33)

(5) Kebutuhsn akan nilai, kedambaan dan kehidupan

Dalam menghadapi gejolak keidupan, manusia membutuhkan nilai-nilai untuk menuntunnya dalam mengambil keputusan atau memberikan makna pada kehidupannya.

(6) Kebutuhan akan pemenuhan diri

Kita bukan saja ingin mempertahankan kehidupan, tetapi juga ingin meningkatkan kualitas kehidupan kita dan memenuhi potensi – potensi kita. Dengan ucapan Maslow sendiri ”What a man can be, he must be”. (Rakhmat, 2005 : 38)

b) Sikap

Sikap adalah konsep paling penting didalam psikologi social dan yang paling banyak didefinisikan. Dari beberapa definisi dapat disimpulkan. Pertama sikap adalah kecenderungan bertindak, mempersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Jadi pada kenyataannya tidak ada sikap yang berdiri sendiri, tetapi harus diikuti kata ”terhadap” atau ”pada” objek sikap. Kedua sikap mempunyai daya dorong atau motivasi. Ketiga, sikap relatif lebih mantap. Keempat, sikap mengandung aspek evaluatif artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Kelima sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir tetapi merupakan hasil dari belajar. (Rakhmat, 2005 : 39)


(34)

c) Emosi

Emosi menunjukkan keguncangan organisme yang disertai oleh gejala – gejala kesadaran, keperilakuan dan proses fisiologis. Ada empat fungsi emosi (Colleman dan Hammen, 1974 : 462). Pertama emosi adalah pembangkit energi (energizer). Tanpa emosi kita tidak sadar atau mati. Kedua emosi adalah pembawa informasi (messenger). Bagaimana keadaan diri kita dapat kita ketahui dari emosi. Ketiga emosi bukan saja pembawa informasi dalam komunikasi intrapersonal, tetapi juga membawa pesan dalam komunikasi intrapersonal. Keempat emosi juga merupakan sumber informasi tentang keberhasilan kita. Kita mendambakan kesehatan dan mengetahuinya ketika kita merasa sehat walafiat.

Emosi berbeda dalam hal internsitas dan lamanya. Ada emosi ringan, berat dan disintegratif. Emosi ringan meningkatkan perhatian kita pada situasi yang dihadapi, disertai dengan perasaan tegang sedikit, di sini masih mampu kita kendalikan dan hindari jika kita mau. Emosi yang kuat disertai rangsangan fisiologis yang kuat. Detak jantung, tekanan darah, pernapasan, produksi adrenalin semuanya meningkat. Gejala ini lazim disebut GAS (General Adaptation Syndrome). Sedangkan emosi disintegratif tentu saja terjadi dalam intensitas emosi yang memuncak. (Rakhmat, 2005 : 40)


(35)

d) Kepercayaan

Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan papa yang diketahui manusia. Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosiopsikologis. Kepercayaan disini tidak berhubungan dengan hal – hal gaib tetapi merupakan keyakinan bahwa sesuatu itu ”benar” atau ”salah” atas dasr bukti, sugesti otoritas, pengalaman atau intuisi (Hohler, et al, 1978 : 48). Jadi kepercayaan bisa bersifat rasional atau irrasional. Kepercayaan memberikan perspektif pada manusia dalam mempersepsi suatu kenyataan, memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan menentukan sikap terhadap objek sikap. Menurut Solomon E. Asch(1959 : 565 – 567), kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan dan kepentingan. (Rakhmat, 2005 : 42)

e) Kebiasaan

Sedangkan komponen konatif adalah aspek volisional yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap berlangsung secara otomatis dan tidak direncanakan. Setiap orang mempunyai kebiasaan yang berlainan dalam menanggapi stimulus tertentu. Kebiasaan inilah yang memberikan pola perilaku yang dapat diramalkan.


(36)

f) Kemauan

Sedangkan kemauan erat kaitannya dengan tindakan, bahkan ada yang mendefinisikan kemauan sebagai tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan. Menurut Richard Dewey dan W.J. Humber, kemauan merupakan :

(1) Hasil keinginan untuk mencapai tujuan tertentu yang begitu kuat sehingga mendorong orang untuk mengorbankan nilai yang lain yang tidak sesuai dengan pencapaian tujuan.

(2) Berdasarkan pengetahuan tentang, cara – cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan;

(3) Dipengaruhi kecerdasan dan energi yang diperlukan untuk mencapai tujuan;

(4) Pengeluaran energi yang sebenarnya dengan satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan. (Rakhmat, 2005 : 43)

b. Faktor Fungsional

Faktor fungsional menekankan pada faktor yang personal yang mendorong seseorang untuk menentukan persepsinya. Faktor funsional yang memperngaruhi persepsi lazim disebut sebagai kerangka rujukan (frame of reference), beberapa hal yang termasuk sebagai kerangka rujukan adalah: 1) Kondisi Bilogis

Kondisi seseorang pada saat mempersepsi akan mempengaruhi hasil persepsinya. Misalnya pada kondisi seseorang yang sedang lapar diberikan


(37)

stimuli gambar yang tidak terlalu jelas, maka ketika ditanya gambar apa yang dilihatnya maka orang tersebut akan sering menanggapi sebagai gambar makanan. Namun hasilnya akan berbeda apabila orang yang ditanya dalam keadaan perut kenyang.

2) Nilai Sosial

Nilai sosial suatu obyek bergantung pada kelompok sosial orang yang menilai.

3) Suasana Mental

Suasana mental juga sering berarti suasana atau keadaan emosional seseorang setelah mendapat stimuli/rangsangan. Misalnya saja sekelompok anak disuruh menceritakan gambar seorang laki – laki sebelum dan sesudah bermain perang – perangan. Sesudah perang – perangan, anak – anak cenderung banyak melihat kekejaman wajah orang dalam gambar itu.

4) Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan dapat diperoleh melalui proses bertahap. Biasanya bertambah usia seseorang, maka bertambah pula pengetahuan yang didapatkan. Tingkat pengetahuan seseorang juga bisa bertahan sehubungan dengan semakin banyaknya informasi yang diperoleh.

5) Pengalaman Masa Lalu

Kerangka rujukan yang didasarkan pada pengalaman atau kejadian – kejadian yang sebelumnya pernah terjadi pada diri seseorang, kemudian


(38)

pengalaman tersebut akan melekat dalam ingatan individu dan dijadikannya dalam bentuk persepsi. (Rahmat, 2005 : 56)

2.1.2 Informasi Dan Pesan Dalam Konteks Komunikasi 2.1.2.1 Konsep Tentang Informasi Dan Pesan

Proses ini diketahui sebagai gejala mikro elektronika. Stimulus yang diterima panca indera kita kemudian dikirim ke otak. Selanjutnya, diproses di otak untuk membuat kode – kode perintah sebagai reaksi dari stimulus, yang diteruskan kepada sub- sub sistem dalam tubuh. Menurut Rogers (1986) masyarakat informasi adalah ”Suatu bangsa yang mayoritas angkatan kerjanya sudah menjadi pekerja informasi”. Pemahaman mengenai konsep informasi sangat penting, agar kita dapat bersikap arif dan bijaksana terhadap informasi, Aubrey Fisher (1986) mengemukakan tiga konsep informasi sebagai berikut:

- Informasi menunjukkan fakta atau data yang diperoleh selama proses komunikasi.

- Informasi menunjukkan makna data.

- Informasi sebagai jumlah ketidakpastiaan yang diukur dengan cara mereduksi sejumlah alternatif yang ada.

Pesan yang disampaikan kepada individu atau khalayak mempunyai tujuan untuk mengubah sikap, pedapat, dan perilaku individu atau khalayak.


(39)

2.1.2.2 Pengertian Informasi Dan Pesan

Proses komunikasi merupakan aktifitas yang mendasar bagi manusia sebagai mahluk sosial. Setiap proses komunikasi diawali dengan adanya stimulus yang masuk pada diri individu yang ditangkap melalui panca indera. Stimulus diolah di otak dengan pengetahuan, pengalaman, selera, dan iman yang dimiliki individu. Stimulus tersebut mengalami proses intelektual menjadi informasi. Adapun informasi yang telah dikomunikasikan disebut sebagai pesan.

2.1.2.3 Kualitas Informasi Dan Pesan

Kualitas informasi sangat ditentukan oleh pengetahuan, peengalaman, selera, dan iman seseorang yang mengolah stimulus menjadi informasi. Adapun kualitas pesan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kreativitas seseorang dalam mengolah informasi menjadi pesan.

2.1.3 Bisnis

Istilah bisnis sendiri berasal dari bahasa inggris yang berarti ”perusahaan, urusan atau usaha”. Menurut Hughes dan Kapoor, bisnis ialah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara umum kegiatan ini ada di dalam masyarakat, dan ada dalam industri. Orang yang berusaha menggunakan uang dan


(40)

waktunya dengan menanggung resiko, dalam menjalankan kegiatan bisnis disebut entrepreneur. Untuk menjalankan kegiatan bisnis maka entrepreneur harus mengkombinasikan empat macam sumber yiatu material, human, financial dan informasi.

Pandangan lain menyatakan bahwa bisnis ialah sejumlah total usaha yang meliputi pertanian, produksi, konstruksi, distribusi, transportasi, komunikasi, usaha jasa, dan pemerintahan, yang bergerak dalam bidang membuat dan memasarkan barang dan jasa ke konsumen.

Pendapat yang ketiga ini akan sangat luas sekali sebab mencangkup usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak pemerintah dan swasta baik yang mengejar laba ataupun tidak. Menurut Brown dan Petrello (1976), menyatakan bisnis ialah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.(Buchari Alma, 2009 : 22-21)

2.1.3.1 Bisnis Multi Level Marketing

Bisnis Multi Level Marketing merupakan suatu cara penjualan sebagaimana sebuah bisnis memenuhi persyaratan yaitu, bisnis pemasaran pada dasarnya adalah suatau kegiatan individu maupun organisasi untuk menghasilkan produk kemudian menjualnya untuk mendapatkan keuntungan.

Menurut Tarmizi Yusuf ( 2000: 13) ada tiga kunci yaitu :

a. Produk : tanpa produk bukanlah bisnis dapat berbentuk kebendaan maupun produk.


(41)

b. Menjual : memasarkan produk.

c. Keuntungan : produk tidak dibagi – bagikan secara gratis melainkan diperlukan dengan uang. Ada transaksi jual beli supaya bisnis ini bisa berkesinambung.

Produk MLM harus memenuhi kriteria tertentu supaya bisa dijual. Penjualan dalam MLM terbagi dua yaitu kepada orang lain dan kepada diri sendiri untuk dikonsumsi.Penjualan dalam MLM merupakan unsur ”marketing” yang penting ada produk yang bergerak dari produsen ke konsumen tanpa pergerakan ini berarti bukan MLM.

2.1.3.1.1 Sejarah Multi Level Marketing

Menurut Stephen Barrett, M.D dalam bukunya yang berjudul ”The Origin of Multilevel Marketing”, mengatakan asal mula MLM tiudak bisa dipisahkan dengan berdirinya Amway Corporation dan produknya Nutrilite. Konsep ini dimulai pada awal tahun 1930 oleh Carl Rehnborg, seorang pengusaha Amerika yang pernah tinggal di Cina pada tahun 1917 – 1927. Menurut John Naitsbitt, penulis buku Mega Trend 2000, dalam pasaran Asia tahun 1990 – 2000, hanya ada tiga jenis bisinis yang berkuasa, yaitu telekomunikasi, komputer, dan produksi obat – obatan yang beralaskan MLM. Di Malaysia, 35 persen jutawannya merupakan jutawan MLM. Diperkirakan akan ada peningkatan besar – besaran pada abad ke-21. Menurut Robert T.


(42)

Kiyosaki, bisnis MLM bisa dilakukan secara part – time jika seseorang tersebut telah memiliki bisnis konvensionalnya sendiri.

2.1.3.1.2 Konsep Multi Level Marketing

Sistem Multi Level Marketing berusaha memperpendek jalur yang ada pada sistem penjualan konvensional dengan cara mempersingkat jarak antara produsen dan konsumen. Perbedaan antara Multi Level Marketing ( sistem penjualan langsung dan sistem penjualan konvensional dapat dilihat pada gambar berikut)

Penjualan Konvensional Penjualan Langsung Produsen Produsen

Distributor / Agen Tunggal Distributor / Agen Tunggal

Grosir Konsumen

Pengecer


(43)

Menurut Benni Santoso yang dikemukakan oleh Andreas Hafera (2003: 28 – 29) menyatakan bahwa Multi Level Marketing bisa memotong biaya pemasaran dan distribusi yang besarnya sekitar 60% fdari harga jual dan memberikan kepada distributor independent dari perusahaan Multi Level Marketing yang ditentukan dengan sistem berjenjang. Dengan demikian, harga produk yang dijual melalui Multi Level Marketing seharusnya bisa bersaing dengan produk yang dijual melalui cara konvensional.

2.1.3.1.3 Tujuan Multi Level Marketing

Tujuan utamanya untuk memasarkan produk baru yang belum dikenal luas oleh umum. Hubungan dari teman yang satu ke teman yang lain digunakan untuk memperkenalkan produk baru tersebut. Seseorang akan mengenalkan atau berusaha memberikan produk baru tersebut kepada teman yang dikenal setelah merasakan kegunaannya. Jadi tujuan MLM sama dengan tujuan dari metode pemasaran yang lain, yakni untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Hal ini bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu meningkatkan pemasukan dan mengurangi pengeluaran.

a. Meningkatkan pemasukan

Berkaitan dengan meningkatkan penjualan, perusahaan MLM sudah memposisikan diri mereka dengan jelas. Mereka hanya menjual produk


(44)

mereka dari mulut ke mulut dan memanfaatkan hubungan yang mereka miliki sebaik mungkin.

b. Mungurangi pengeluaran

Dalam perusahaan MLM memiliki dua langkah yang sering dilakukan, langkah pertama adalah memindahkan produk lebih dekat ke pelanggan agar pemindahan tempat ini diharapkan akan dapat meningkatkan volume penjualan. Langkah kedua adalah merekrut tenaga penjualan berdasarkan komisi.

2.1.3.1.4 Daya Tarik MLM

MLM menjanjikan pendapatan materi tersebut bila dilakukan dengan kerja keras dan cerdas. Perhitungannya wajar, semakin besar omzet yang diperoleh semakin besar komisinya. Memperbesar omzet dengan bekerja lebih pintar dan mengajak lebih banyak lagi orang ikut bergabung.

Diantara daya tarik tersebut menurut Tarmizi Yusuf (2000 : 39) yang terpenting adalah :

a. Modal sangat kecil

b. Dapat dikerjakan paro waktu

c. Tidak memerlukan pengalaman dan pendidikan tertentu d. Penghasilan sesuai dengan prestasi


(45)

f. Ada kebebasan g. Nyaris tanpa resiko h. Bisnis siap pakai

2.1.3.2 Bisnis Money Game

Bisnis model Money Game ini dikenal istilah Skema Ponzi (Ponzi Scheme), berasal dari nama seorang penipu bernama Charles Ponzi, yang tinggal di Boston, Amerika. Ponzi menawarkan investasi berupa transaksi spekulasi perangko (mail coupons) Amerika terhadap perangko asing di akhir tahun 1919 sampai 1920. Yang kemudian berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

2.1.3.2.1 Konsep Money Game

Konsep money game, secara mudahnya diartikan adalah permainan uang. Pada dasarnya money game merupakan bentuk bisnis dengan sistem piramida uang, maksudnya sistem bisnis yang mirip tapi berbeda dengan MLM. Di MLM lebih condong ke direct selling, menekankan kerja distributornya, dan distributor mendapatkan komisi yang pasti. Sedangkan konsep money game tidak mengacu pada 'direct selling' lebih mengacu pada sistem Member Get Member. Member akan mendapatkan komisi setelah member tersebut berhasil mendapatkan member baru yang tergabung dibawah jaringannya. Selain itu, money game lebih menguntungkan untuk member


(46)

yang lebih dahulu bergabung dibandingkan dengan member yang bergabung setelahnya, karena system inilah money game tidak bersifat adil hanya menguntungkan pihak yang berada di top level saja.

2.1.4 Komunikasi Interpersonal

Sebagai makhluk sosial, kita merasa perlu berhubungan dengan orang lain. Kita memerlukan hubungan dan ikatan emosional dengan mereka. Komunikasi dengan kenalan, teman, sahabat, pacar, satu lawan satu, disebut komunikasi antarpersonal ( interpersonal communication). Komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antara dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula. Kebanyakan komunikasi interpersonal berbentuk verbal disertai ungkapan – ungkapan nonverbal dan dilakukan secara lisan. Komunikasi interpersonal dengan masing – masing orang berbeda tingkat kedalaman komunikasinya, tingkat intensifnya, dan tingkat ekstensifnya.

2.1.4.1 Ciri – Ciri Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang dinamis. Dengan tetap memperhatikan kedinamisannya, komunikasi interpersonal mempunyai ciri – ciri yang tetap sebagai berikut :


(47)

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang pesannya dinamis dalam bentuk verbal atau nonverbal. Dalam komunikasi itu, seperti pada komunikasi pada umumnya, selalu mencakup dua unsur pokok : isi pesan dan bagaimana isi itu dikatakan atau dilakukan, baik secara verbal maupun nonverbal. Untuk efektifnya, kedua unsur itu sebaiknya diperhatikan dan dilakukan berdasarkan pertimbangan situasi, kondisi, dan keadaan penerima pesannya.

b. Komunikasi Interpersonal mencangkup perilaku tertentu.

Perilaku dalam komunikasi meliputi perilaku verbal dan nonverbal. Ada tiga perilaku dalam komunikasi interpersonal :

- Perilaku spontan adalah perilaku yang dilakukan karena desakan emosi dan tanpa sensor serta revisi secara kognitif. Artinya, perilaku itu terjadi begitu saja.

- Perilaku menurut kebiasaan adalah perilaku yang kita pelajari dari kebiasaan kita. Perilaku itu khas, dilakukan pada situasi tertentu, dan dimengerti orang.

- Perilaku sadar adalah perilaku yang dipilih karena dianggap sesuai dengan situasi yang ada. Perilaku itu dipikirkan dan dirancang sebelumnya, dan disesuaikan dengan orang yang akan dihadapi, urusan yang harus diselesaikan, dan situasi serta kondisi yang ada. c. Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang berproses pengembangan.


(48)

Komunikasi interpersonal berbeda – beda tergantung pada tingkat hubungan pihak – pihak yang terllibat dalam komunikasi, pesan yang dikomunikasikan dan cara pesan dikomunikasikan. Komunikasi berkembang berawala dari saling pengenalan yang dangkal, berlanjut makin dalam, dan berakhir dengan saling pengenalan yang amat mendalam. Tetapi juga dapat putus, samapai akhirnya saling melupakan.

d. Komunikasi Interpersonal mengandung umpan balik, interaksi, dan koherensi.

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi tatap muka. Karena itu, kemungkinan umpan balik besar sekali. Dalam komunikasi itu, penerima pesan dapat langsung menanggapi dengan menyampaikan umpan balik. Dengan demikian, di antara pengirim dan penerima pesan terjadi interaksi yang satu mempengaruhi dan memberi serta menerima dampak. Agar komunikasi interpersonal itu berjalan secara teratur, dalam komunikasi itu pihak – pihak yang terlibat saling menanggapi sesuai dengan isi pesan yang diterima. Dari sini terjadilah koherensi dalam komunikasi baik antara pesan yang disampaikan dan umpan balik yang diberikan, maupun dalam keseluruhan komunikasi.


(49)

Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang aktif, bukan pasif

f. Komunikasi Interpersonal saling mengubah.

Melalui interaksi dalam komunikasi, pihak – pihak yang terlibat komunikasi dapat saling memberi inspirasi, semangat, dan dorongan untuk mengubah pemikiran, perasaan, dan sikap yang sesuai dengan topik yang dibahas bersama.

2.2 Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah kumpulan isyarat, gerak tubuh, intonasi suara, sikap, dan sebaigainya, yang memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi tanpa kata – kata (Bovee dan Thill, 2003: 4). Komunikasi nonverbal sering juga disebut bahasa isyarat atau bahasa diam (silent language). Ahli antropologi mengungkapkan bahwa sebelum kata – kata ditemukan, komunikasi terjadi melalui gerakan badan atau bahasa tubuh (body language).

Menurut Mark Knap (Cangara, 2004:100), fungsi komunikasi nonverbal adalah :

a. Menyakinkan apa yang diucapkan (repetition)

b. Menunjukkan perasaan atau emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata – kata (substitution)


(50)

c. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity)

d. Menambah atau melengkapi ucapan – ucapoan yang bisa dirasa

belum sempurna

2.3 Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal merupakan suatu bentuk komunikasi di mana pesan disampaikan secara lisan atau tertulis menggunakan suatau bahasa. Bahasa didefinisikan sebagai seperangkat kata yang disusun secara terstruktur sehingga menjadi kalimat yang mengandung arti. Komunikasi verbal tidak hanya menyangkut komunikasi lisan, tetapi juga komunikasi tertulis.

Berdasarkan aktif atau pasifnya peserta komunikasi, bentuk komunikasi verbal dibedakan menjadi dua, yakni :

1. Berbicara dan menulis (speaking dan writing)

Dalam menyampaikan pesan, berbicara pada umumnya lebih disukai daripada menulis karena lebih nyaman dan praktis. Namun , tidak semua pesan bisa dengan tepat disampaikan secara lisan. Pesan yang kompleks dan sangat penting umumnya disampaikan menggunakan tulisan. Tulisan untuk tujuan bisnis bisa berupa surat dan laporan.


(51)

Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang terjadi dua arah. Namun, orang – orang yang terlibat dalam dunia bisnis cenderung lebih suka memperoleh atau mendapatkan informasi daripada menyampaikannya. Untuk itu, ketrampilan mendengar dan membaca sangat diperlukan.

2.4 Pendekatan Kognitif

Pendekatan kognitif ialah usaha menjelaskan bagaimana orang berpikir tentang target prasangka (obyek yang dijadikan sasaran untuk diprasangkai); bagaimana individu memproses informasi dan memahami secara subyektif tentang dunia dan orang – orang lain. Menurut Psikologi Gestalt, bagaimana seseorang memahami dan mengmati suatu situasi.

Teori ini menekankan bahwa pendekatan yang sesuai terhadap gejala psikologi adalah dengan mempelajari proses kognitif dan bagaimana orang memahami dan mempresentasikan dunianya. Keterbatasan dari teori kognitif adalah menyederhanakan atau bahkan kadang – kadang terlalu menyederhanakan dalam memandang cara – cara dimana seseorang memproses informasi sosial yang sebenarnya sebagai fenomena yang kompleks.


(52)

2.5 Teori Atribusi

Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak ( Baron dan Bryne, 1979 ) Rakhmat ( 2002 : 93 ). Teori atribusidikemukakan untuk dikembangkan penjelasan mengenai cara – cara kita menilai seorang berlainan, bergantung pada makna, apa yang kita kaitkan pada perilaku tertentu. Pada dasarnya, teori itu mengemukakan bahwa apabila kita mengamati perilaku individu, kita berusaha menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan oleh faktor internal atau eksternal. Meski demikian, peneliti tersebut sebagian besar tergantung pada tiga faktor : (a) keunikan, (b) konsensus, (c) konsistensi. ( Robbin, 2008 : 171 – 172 )

2.5 Kerangka Berpikir

Multi Level Marketing merupakan bisnis yang melibatkan banyak orang dengan penjualan ditentukan, yang didasarkan pada omzet penjualan secara kelompok dan individu. Bisnis ini dikatakan sebagi network marketing yang mempunyai arti yaitu system pemasaran yang dilakukan dengan menggunakan jaringan kerja. Biasanya produk yang ditawarkan berupa produk makanan suplemen, alat – alat rumah tangga, aksesoris, tas, dan masih banyak lagi yang ditawarkan.

Prisip kerja dari Multi Level Marketing sendiri adallah mengajak orang lain sebanyak – banyaknya dan kemudian merekrutnya untuk menjadi


(53)

anggota. Setelah menjadi anggota kita harus menjual produk dari perusahaan Multi Level Marketing tersebut untuk memperoleh komisi dari penjualan yang kita lakukan.

Maraknya bisnis Multi Level Marketing beberapa tahun ini di Indonesia menyebabkan bisnis ini memberikan harapan pada masyarakat terhadap kebutuhan akan pekerjaan yang semakin lama semakin susah serta kebebasan financial yang diinginkan seseorang. Namun banyak masyarakat yang dimanfaatkan oleh orang –orang yang tidak bertanggung jawab. Karena pada saat ini banyak muncul Bisnis Model Money Game di Indonesia yang merugikan dan meresahkan masyarakat yang mengatasnamakan Multi Level Marketing. Sehingga keberadaan Multi Level Marketing dan Money Game menimbulkan persepsi tersendiri di dalam masyarakat.

Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna suatu individu terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan – hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses kognisi dimulai dari persepsi, adapun kerangka berpikir tersebut sebagai beruikut :

Kesimpulan Analisis

Persepsi Multi Level Marketing

dan Money Game


(54)

3.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam – dalamnya melalui pengumpulan data sedalam – dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling, bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data yang dikumpulkan sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data, bukannya banyaknya (kuantitas) data. (Krisyantono, 2007:58)

Menurut Rakhmat (2004:24), penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk beberapa hal, diantaranya adalah :

1. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek – praktek yang berlaku.

2. Membuat perbandingan atau evaluasi.

3. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada.


(55)

4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan sebuah studi deskriptif kualitatif untuk menggambarkan persepsi masyarakat terhadap pesan Bisnis Multi Level Marketing dan Money Game.

3.2 Definisi Konseptual 3.2.1 Bisnis

Istilah bisnis sendiri berasal dari bahasa inggris yang berarti ”perusahaan, urusan atau usaha”. Menurut Hughes dan Kapoor, bisnis ialah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Skinner (1992) bisnis adalah prtukaran barang, jasa atau uang yang saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Pada dasarnya bisnis memiliki makna sebagai ”the buying and selling of goods and service”. Sedangkan Raymond E. Glos et.al (1976) menyebutkan bahwa bisnis adalah jumlah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang – orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industri, menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka. Secara sederhana bisnis adalah semua kegiatan yang dilakukan seseorang atau lebih yang terorganisasi


(56)

dalam mencari laba melalui penyediaan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat. (Buchari Alma, 2009 : 22-21)

Bisnis dalam penelitian ini adalah suatu peluang yang diperolehkan bagi semua orang yang mau menjalankannya dibidang distribusi barang dan jasa. Dalam menjalankan suatu bisnis, seseorang dimudahkan karena adanya system yang mempermudah seseorang didalam menjalankan usahanya.

Kepribadian atau identitas seseorang biasanya dapat tercermin dari penampilan yang dikenakannya, karena biasanya masyarakat yang ada di sekeliling kita mempersepsikan baik atau tidaknya seseorang yang baru pertama dilihat dari penampilan yang dikenakan orang tersebut.

3.2.1.1 Bisnis Multi Level Marketing

Bisnis Multi Level Marketing merupakan bisnis yang menawarkan kesempatan yang lebih baik untuk mendapatkan banyak uang dibandingkan dengan bisnis lain maupun pekerjaan lain. Pola bisnisnya menggunakan sistem jaringan berjenjang. Saat seseorang bergabung dengan sebuah perusahaan MLM, adalah sebagai mitra perusahaan MLM. Bukan sebagai pegawai perusahaan MLM tersebut.

Hubungan kemitraan ini berdasar atas dasar prinsip win – win solution dan menciptakan suatu hubungan hak dan kewajiban antara perusahaan dan mitranya. Perusahaan bertanggung jawab menyediakan produk yang berkualitas untuk didistribusikan. Mitranya bertugas mendistribusikan produk


(57)

perusahaan. Dari produk yang didistribusikan tersebut, mitra akan mendapatkan keuntungan dari selisih harga yang didapat dari pendistribusian produk tersebut. http://galeriukm.web.id/artikel-usaha/menimbang-bisnis-multilevel-marketing-mlm

3.2.1.2 Bisnis Money Game

Suatu bisnis yang cenderung melakukan permainan uang tanpa ada produk yang di perjual belikan. Padahal ini sebetulnya merupakan faktor kunci dari sebuah bisnis. Karena itulah, agar bisa terlihat sebagai sebuah bisnis, beberapa perusahaan money game biasanya lalu membuat produk untuk bisa dijual. Namun seringkali yang ada adalah bahwa produk yang dijual tersebut memiliki kualitas dan mutu yang biasa-biasa saja. Dan juga biaya pendaftaran dalam bisnis Money game ini cukup besar sekitar Rp 400 ribuan. Serta banyak sekali masyarakat yang dirugikan saat menjalankan bisnis ini yang selalu melipat gandakan uang. (www.kabarindonesia.com)

3.2.2 Persepsi

Persepsi adalah proses pemahaman apapun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek peristiwa, atau hubungan – hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses kognisi dimulai dari persepsi.


(58)

Definisi lain dari persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan tanggapan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. (Mulyana, 2001 : 167)

3.3 Informan

Pada penelitian ini, yang menjadi informan atau subjek penelitian yaitu para informan yang terdiri dari laki – laki dan perempuan dengan latar belakang yang berbeda.

Pengumpulan data akan dilakukan berdasarkan jawaban yang diberikan oleh masyarakat umum dan mahasiswa. Yang dimana penulis ingin mengetahui persepsi masyarakat terhadap pesan bisnis Multi Level Marketing dan Money Game. Penulis mencari informan yang belum paham atas Multi Level Marketing dan Money Game yang dapat dijadikan informan utama atau informan kunci.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan :

1. Wawancara

Merupakan percakapan antara periset – seseorang yang berharap mendapatkan informasi. Dan informan adalah seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek (Berger dalam Krisyantono, 2007 : 96). Wawancara yang dilakukan adalah indepth interview


(59)

atau wawancara mendalam, yaitu mendapatkan informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti (Bungin, 2001 : 110). Wawancara merupakan metode pemngumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara mendalam adalah suatu cara mendapatkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data yang lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi yang tinggi secara intensif sekitar 3 kali tatap muka dan selama 1 jam. informan ( orang yang ingin periset ketahui atau pahami dan yang akan diwawancarai beberapa kali ). (Krisyantono, 2007 : 96). Wawancara merupakan alat pengumpulan data yang sangat penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai subjek sehubung dengan relitas atau gejala yang dipilih untuk diteliti. Wawancara percakapan informal menunjuk pada kecenderungan sifat sangat terbuka dan sangat longgar sehingga wawancara memang benar – benar mirip dengan percakapan (Patton, 2002: 342 – 347). Seperti dikatakan oleh (Lindlof 1995: 167), dengan menggunakan metode wawancara peneliti dapat mempelajari hal – hal yang tampak memang tidak dapat dilacak dengan menggunakan cara atau metode lain.


(60)

2. Observasi

Merupakan kegiatan yang setiap saat kita lakukan. Dengan perlengkapan pancaindera yang kita miliki, kita sering mengamati objek – objek yang ada disekitar kita. Kegiatan observasi ini merupakan salah satu kegiatan yang kitya lakukan untuk memahami lingkungan. Observasi disini diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung tana mediator, sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tertentu. (Krisyantono, 2007 : 106). Observasi biasnya dilakukan untuk melacak secara sistematis dan langsung gejala – gejala komunikasi terkait dengan persoalan – persoalan sosial, politis, dan kultural masyarakat. Di sini kata ”langsung” memiliki pengertian bahwa peneliti hadir dan mengamati kejadian – kejadian di lokasi. Kemudian kata ”sistematis” menunjuk pada karakter, seperti disarankan oleh (Weick, 1985: 569) dan juga (Lindlof 1995: 134)

3.5 Teknik Analisi Data

Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang fenomenologi karena sesuai dengan permasalah dan tujuan penelitian. Melalui pendekatan metodologi ini akan dapat menjangkau secara komprehensif dengan tujuan tanpa mengurangi akurasi metodologi yang diinginkan.


(61)

Sedangkan interprestasi bertujuan untuk memberikan makna terhadap hasil analisis data yang sudah dilakukan serta mencari implikasinya terhadap teori yang sudah dilakukan untuk menafsirkan hasil analisis.


(62)

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data 4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1.1 Multi Level Marketing dan Money Game

Penelitian dengan judul “ Persepsi Masyarakat Terhadap Pesan Bisnis Multi Level Marketing Dan Money Game “ ini dilakukan di kota Surabaya. Kota Surabaya sendiri termasuk kota metropolitan, dan kota besar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Selain itu kota Surabaya sebagai tempat yang subur dengan maraknya bermunculan bisnis Multi Level Marketing dan Money Game. Yang dimana pemahaman masyarakat tentang maraknya Multi Level Marketing dan Money Game pasti berbeda – beda antara satu individu dengan yang lain. Seperti yang diketahui mayoritas penduduk kota Surabaya beragama Islam, oleh karena itu masyarakat Surabaya harus mengetahui dan bisa membedakan antara bisnis Multi Level Marketing dan Money Game.

Dari keterangan diatas, dapat diketahui bahwa masyarakat Surabaya belum semuanya mengetahui perbedaan antara bisnis Multi Level Marketing dan Money Game. Karena masyarakat belum memahami perbedaan bisnis Multi Level Marketing dan Money game, menyebabkan beberapa orang yang tidak bertanggung jawab menyalah gunakan bisnis Multi Level Marketing dan Money Game untuk menipu orang.


(63)

Fenomena bisnis Multi Level Marketing dan Money Game seperti yang dijelaskan diatas sering mengundang persepsi negatif dari masyarakat lainnya. Banyak orang mempersepsikan bisnis Multi Level marketing dan Money Game adalah suatu bisnis yang merugikan, karena secara umum mereka menganggap bahwa bisnis Multi Level Marketing dan Money Game termasuk bisnis melipat gandakan uang tanpa bekerja.

Namun, tidak semua bisnis Multi Level Marketing seperti itu, biasanya Multi Level Marketing yang benar memiliki sertifikat Anggota Asosiasi Penjualan langsung Indonesia (APLI), Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan Badan Pom. Serta ada barang dan jasa yang ditawarkan, jika tidak ada itu termasuk bisnis Money Game yang membuat banyak masyarakat resah. Dan sudah pasti masyarakat menganggap bisnis Multi Level Marketing dan Money Game itu sama – sama merugikan, yang akan menimbulkan persepsi negatif dari masyarakat yang lainnya.

Pemahaman masyarakat tentang Multi Level Marketing dan Money Game sangat perlu, agar masyarakat bisa lebih berhati – hati didalam menanggapai sebuah penawaran suatu barang atau jasa yang mengatasnamakan Multi Level Marketing.


(64)

4.1.2 Penyajian data

Penelitian ini dilakukan selama 4 (empat) bulan, di kota Surabaya. Sebagaimana yang peneliti jelaskan sebelumnya, bahwa sobjek penelitian yang dijadikan informan tidak dapat dibatasi atau ditentukan karena analisis yang digunakan adalah kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan persepsi masyarakat terhadap bisnis multi level marketing dan money game, untuk mengetahui pemahaman masyarakat mengenai Multi Level Marketing dan Money Game ? Data diperoleh dengan melakukan observasi (pengamatan) dan in depth interview (wawancara mendalam) terhadap beberapa masyarakat Surabaya dengan latar belakang yang berbeda – beda.

Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh informasi sebanyak – banyaknya dari informan, sedangkan observasi dilakukan untuk mengamati perilaku dan juga perkembangan situasi yang diteliti.

Data yang diperoleh tersebut kemudian akan disajikan secara deskriptif dan dianalisis secara kualitatif, sehingga akan didapatkan gambaran, jawaban, serta kesimpulan dari pokok permasalahan yang diangkat.

4.1.3 Identitas Informan

Dalam penelitian ini, yang akan dijadikan informan adalah masyarakat Surabaya, diantaranya para laki – laki dan perempuan, seperti karyawan, mahasiswa, dan mahasiswi.


(65)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi dari masyarakat Surabaya terhadap bisnis Multi Level Marketing dan Money Game.

Setiap informan pasti memiliki pengalaman, pendapat, dan informasi yang akan diperlukan peneliti dalam menyusun penelitian ini. Berikut ini peneliti menjelaskan indentitas informan secara lengkap, sebagai berikut :

No. Nama Usia Pekerjaan

1. 2. 3. 4. 5. Aydilia Fitriani Choirul A

Satria Dimas Anggriawan Eko Ramadhan Cris Setiawan 19 tahun 19 tahun 19 tahun 21 tahun 20 tahun Mahasiswi Karyawan Karyawan Mahasiswa Mahasiswa

1. Informan 1

Nama : Aydilia Fitriani Pekerjaan : Mahasiswi

Informan 1 ini memberikan informasi kepada peneliti ketika informan sedang berada di lingkungan kampus tempat informan melakukan kegiatan


(66)

perkuliahan. Selain berprofesi sebagai mahasiswi, informan 1 juga memiliki usaha mukenah.

Dalam proses wawancara ini, informan tersebut juga menyatakan bahwa dilikungan keluarganya ada yang menjalankan bisnis Multi Level Marketing.

2. Informan 2

Nama : Choirul A Pekerjaan : Karyawan

Informan 2 ini memberikan informasi kepada peneliti ketika informan berada dirumahnya.

Dalam proses wawancara ini, informan tersebut menyatakan bahwa dalam kegiatan sehari – hari, ditempat kerjannya banyak sekali terlihat karyawan yang menjalankan bisnis Multi Level Marketing dan Money Game.

3. Informan 3

Nama : Satria Dimas Anggriawan Pekerjaan : Karyawan

Informan 3 ini memberikan informasi kepada peneliti setelah melakukan kegiatannya sebagai seorang guru les. Pada waktu peneliti meminta informan untuk memberi tanggapan tentang bisnis Multi Level


(67)

Marketing dan Money Game, informan merasa senang hati untuk memberi tanggapan.

Pada akhirnya, informan tersebut bersedia memberi jawaban – jawaban mengenai bisnis Multi Level Marketing dan Money Game yang sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya saja.

4. Informan 4

Nama : Eko Ramadhan Pekerjaan : Mahasiswa

Informan 4 ini memberikan informasi kepada peneliti ketika informan berada dirumahnya. Pada waktu peneliti meminta informan untuk memberi tanggapan bisnis Multi Level Marketing dan Money Game, informan merasa ragu – ragu karena dia hanya mengetahui informasi yang berkaitan Multi Level Marketing dan Money Game dari teman kampusnya.

Pada akhirnya, informan tersebut bersedia memberi tanggapannya sesuai dengan pengetahuan yang dia dapat.

5. Informan 5

Nama : Cris Setiawan Pekerjaan : Mahasiswa


(68)

Informan 5 ini pada waktu memberikan informasi kepada peneliti ketika informan berada dimusolah lingkungan kampus tempat informan melakukan kegiatan perkuliahan.

Dalam proses wawancara ini, informan tersebut menyatakan sering sekali ditawari oleh teman – teman kampusnya berkaitan dengan bisnis Multi level Marketing dan Money Game.

Berdasarkan identitas pada informan yang telah dijelaskan oleh peneliti, maka pasti para informan akan memberikan jawaban yang berbeda antara satu dengan yang lain, sesuai dengan pengalaman, pengetahuan, dan juga latar belakang yang berbeda.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Pesan Bisnis Multi Level Marketing dan

Money Game

Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan bahwa pada dasarnya persepsi masyarakat mengenai pesan bisnis Multi Level Marketing dan Money Game dapat diketahui melalui pertanyaan – pertanyaan berikut ini:

1. Apa tanggapan saudara dengan maraknya bermunculan Multi Level Marketing dan Money Game? Apa yang anda ketahui tentang bisnis tersebut?


(69)

2. Menurut anda, apakah Multi Level Marketing dan Money game itu sama atau beda? Tolong anda jelaskan?

3. Bagaimana persepsi anda sebagai masyarakat, terhadap bisnis Multi level Marketing dan Money Game?

4. Menurut anda, apakah ada dampak positif atau negatif bagi orang yang menjalankan bisnis tersebut? Apa alasan anda?

Masing – masing informan memiliki latar belakang pengalaman yang berbeda antara satu dengan yang lain. Adapun latar belakang pengalaman tersebut pada dasarnya menyebabkan munculnya persepsi mengenai bisnis Multi Level Marketing dan Money Game yang berbeda – beda pula. Itu semua terjadi karena memang ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya pesepsi pada seorang individu, diantaranya adalah latar belakang pengalaman yang berbeda antara seseorang dengan orang yang lainnya, antara budaya yang berbeda dan juga suasana psikolgis yang berbeda, sehingga menyebabkan perbedaan persepsi seseorang dalam mempersepsi objek tertentu.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap informan tersebut, menunjukkan bahwa persepsi yang diberikan oleh informan cenderung lebih banyak menilai bahwa bisnis Multi Level Marketing dan Money Game yang banyak beredar disekeliling mereka sangat merisaukan masyarakat. Karena kebanyakan masyarakat pada umumnya kurang paham tentang perbedaan bisnis Multi Level Marketing dan


(70)

Money Game. Hal ini terjadi karena masyarakat di Surabaya menganggap bisnis Multi Level Marketing dan Money Game itu sama hanya untuk mencari – cari orang, dan mencari keuntungan semata tanpa perlu bekerja keras. Yang menimbulkan persepsi yang berbeda – beda antara individu satu dengan individu yang lain.

Dari semua keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa di Surabaya mayoritas penduduknya adalah beragama muslim. Oleh sebab itu, cukup banyak masyarakat kota Surabaya yang menolak keberadaan bisnis Money Game yang mengatasnamakan bisnis Multi Level Marketing. Karena merugikan banyak masyarakat, terutama masyarakat yang belum paham betul antara bisnis Multi Level Marketing dan Money Game. Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Informan 1 dalam memberi tanggapan untuk keempat pertanyaan yang diajukan oleh peneliti :

Informan 1

Pertanyaan 1 : Apa tanggapan informan 1 dengan maraknya bermunculan Multi Level Marketing dan Money Game ? Apa yang informan 1 ketahui tentang bisnis tersebut ?

Jawaban : ”Tanggapan saya terhadap munculnya MLM dan Money Game sangat merisaukan, karena kebanyakan orang pada umumnya kurang tahu perbedaan MLM dan Money Game, mereka menyamakan. Yang saya ketahui tentang kedua bisnis tersebut sama – sama bisa menghasilkan uang


(71)

dalam jumlah yang banyak. Cuma kalau saya boleh bilang, Money Game bukanlah bisnis. Money Game hanya permainan uang saja tanpa barang”.

Analisis :

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 1, peneliti mendapatkan informasi ternyata dengan maraknya kehadiran bisnis Multi Level Marketing dan Money Game membuat risau masyarakat, dan menurut pendapatnya dikarenakan banyak permainan uang yang bukan termasuk bisnis Multi Level Marketing.

Pertanyaan 2 : Menurut informan 1, apakah Multi Level Marketing dan Money Game itu sama atau beda ? Tolong informan 1 jelaskan ?

Jawaban : ”Menurut saya MLM dan Money Game jelas beda sekali. Karena kalau MLM itu halal, karena ada barang dan jasa yang ditawarkan ke masyarakat. Tapi kalau Money Game itu kebalikannya haram, karena tidak ada barang dan jasa yang di tawarkan ke masyarakat”.

Analisis :

Informan 1 juga menyatakan bahwa Multi Level Marketing itu berbeda dengan Money Game. Dimana MLM itu sendiri bisnis yang halal, tidak seperti Money Game.


(1)

keterbatasan skill dan ilmu pengetahuan. Jika informan 2, juga sebenarnya mendukung hanya menyatakan pasti ada pro dan kontra, sebab banyak yang mendukung adanya bisnis MLM, mungkin karena produknya yang bagus, dan banyak juga yang kontra karena banyak masyarakat yang salah mempersepsikan dan menganggap bisnis ini adalah bisnis door to dor seperti sales, dan banyak alasan lainnya. Sedangkan informan 3, juga mendukung karena Multi Level Marketing mampu membantu meningkatkan tingkat ekonomi. Berbeda dengan jawaban informan 1, 2, dan 3, informan 4 menyatakan persepsinya sebagai masyarakat, terhadap bisnis Multi Level Marketing dan Money Game ada kekhawatiran terhadap masyarakat, yang seharusnya paham betul apa yang disebut Multi Level Marketing dan Money Game agar tidak menyesal. Sedangkan informan 5 menyatakan keraguannya terhadap bisnis tersebut, karena yang pertama harus jelas informasi yang diberikan agar tidak merugikan orang yang bergabung dan yang kedua harus jelas juga dari mana sumber penghasilan yang akan diperoleh.

Perbedaan jawaban yang diberikan oleh para informan diakibatkan oleh perbedaan pengalaman yang pernah dialami oleh para informan. Secara garis besarnya, para informan menyatakan persepsinya terhadap bisnis Multi Level Marketing dan Money Game adalah bagus, karena memang seharusnya suatu bisnis itu menguntungkan kedua belah pihak serta ada barang yang dijual dan informasi yang diberikan kepada masyarakat harus lengkap.


(2)

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti yang akhirnya mendapatkan jawaban bahwa persepsi masyarakat terhadap pesan bisnis Multi Level Marketing dan Money Game adalah sangat baik, karena masyarakat harus mengetahui informasi yang benar dan memahaminya sebelum terjun langsung ke bisnis tersebut. Tetapi persepsi masyarakat cenderung negatif terhadap Multi Level Marketing dan Money Game, karena menurut pandangan mereka bisnis tersebut adalah bisnis yang merugikan. Beragamnya persepsi pada setiap individu ini bisa saja terjadi seperti pendapat Ujang (2000 : 112), bahwa persepsi adalah bagaimana cara kita memandang dunia sekitar kita. Karena cara atau proses tersebut berbeda untuk tiap individu sesuai keinginan, nilai – nilai, serta harapan masng – masing individu, maka persepsi mengenai suatu hal tersebut tentunya berbeda untuk setiap individu. Selanjutnya, masing – masing individu akan cenderung bertindak dan beraksi berdasarkan persepsinya masing – masing.

Secara umum bisnis Multi Level Marketing berbeda dengan Money Game, dimana ada produk yang dijual. Kesamaannya kedua bisnis tersebut dari cara menyampaikan sebuah informasinya langsung dengan menggunakan komunikasi dua arah. Itulah yang menyebabkan masyarakat belum paham betul dengan Multi Level Marketing dan Money Game.

Namun, dalam masyarakat yang semakin maju dan berkembang, informasi menjadi sangat penting. Setiap orang berhak untuk memperoleh informasi untuk berkembang dan berinteraksi dengan lingkungannya.


(3)

Informasi sangatlah berharga bagi manusia karena informasi adalah salah satu kebutuhan bagi manusia untuk bisa mengetahui, memahami dan mengerti hal – hal yang ada dan terjadi disekitarnya. Dan masyarakat akan memasuki suatu peradaban informasi, maka peranan dan posisi informasi menjadi sangat penting.

Memang nampaknya persoalan bisnis seperti tersebut, bukanlah suatu persoalan yang penting, tetapi apapun bisnis yang akan dijalankan setiap individu, pasti akan memperngaruhi keperibadian orang tersebut, dan juga karena menjalankan sebuah bisnis seseorang bisa lebih memahami dan bisa berkomunikasi dengan lebih baik. Dan juga karena sebuah bisnis termasuk dalam komunikasi interpersonal dimana ada unsur komunikasi verbal dan non verbal. Karena ada interaksi tatap muka antara dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula. Kebanyakan komunikasi interpersonal berbentuk verbal disertai ungkapan – ungkapan nonverbal dan dilakukan secara lisan. Komunikasi interpersonal dengan masing – masing orang berbeda tingkat kedalaman komunikasinya, tingkat intensifnya, dan tingkat ekstensifnya.

Sebuah bisnis merupakan bagian yang yang tidak akan dipisahkan dari kehidupan manusia, karena secara umum kegiatan ini ialah suatu proses yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.(Buchari Alma, 2009 : 22-21). Orang yang berusaha menggunakan uang dan waktunya


(4)

dengan menanggung resiko, dalam menjalankan kegiatan bisnis. Untuk menjalankannya maka sesorang harus mengkombinasikan empat macam sumber yiatu material, human, financial dan informasi.

Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa semua bisnis yang baik adalah suatu bisnis yang memiliki barang dan jasa yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Karena itu didalam masyarakat yang semakin maju dan berkembang, menjadikan sebuah informasi sangatlah penting demi memenuhi kebutuhan masing – masing individu. Agar masyarakat lebih selektif didalam memahami informasi sebuah bisnis seperti bisnis Multi Level Marketing dan Money Game yang sedang marak bermunculan di lingkungan sekitar kita. Supaya masyarakat berhati – hati jika ingin menjalankan bisnis tersebut.

Selain kesulitan mendapatkan informasi yang benar berkaitan bisnis Multi Level Marketing dan Money Game, membuat banyak masyarakat berpandangan bisnis tersebut tidak baik untuk dikerjakan, dikarenakan akan merugikan pihak yang bergabung dan hanya menghabiskan uang saja.

Sebenarnya, kejadian – kejadian seperti yang dijelaskan peneliti diatas sudah lama terjadi di masyarakat, khususnya pada bisnis Multi Level Marketing dan Money Game. Karena itulah pemerintah membuat Asosiasi Penjualan langsung Indonesia (APLI) untuk mengawasi perkembangan bisnis yang di perbolehkan oleh pemerintah seperti bisnis Multi Level Marketing.


(5)

Pada saat melakukan wawancara, peneliti berusaha mendapatkan jawaban - jawaban sebanyak mungkin. Dan selain jawaban – jawaban dari para informan, peneliti juga berusaha menangkap pesan non verbal dari para informan pada saat mereka menjawab pertanyaan – pertanyaan dari peneliti. Dari kelima informan, semua mempunyai persepsi yang sama tentang pertanyaan – pertanyaan yang diberikan peneliti, tetapi mereka semua mempunyai alasan yang berbeda satu dengan yang lain.

Pada saat wawancara, peneliti juga memperhatikan bagaimana para informan menjawab pertanyaan – pertanyaan yang diberikan peneliti dan ternyata mereka memberi jawaban dengan sungguh – sungguh dan juga ramah pada peneliti, walaupun dalam kondisi santai dan terkadang mengeluarkan kata – kata dengan nada bercanda.


(6)

Bungin, Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003

Dewi, Sutrisna, Komunikasi Bisnis, Yogyakarta : CV. Andi, 2006

Effendi, Onong Uchjana, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2003

Hardjana, M. Agus, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, Yogyakarta : Kanisius, 2003

Mulyana, Deddy, Pengantar Ilmu Komunikasi, Bandung : Rosdakarya, 2001 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta : PT. LKis Pelangi Aksara,

2007

Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi (Edisi Revisi), Bandung : PT. Rosdakarya, 2005

Rasjid, H. Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2010 Rozani, Mohd, Mind Therapy for MLM, Jakarta : PT. Mizan Publika, 2006 Santoso, Benny, All about MLM, Yogyakarta : CV. Andi, 2003

Sobur, Alex, Drs. Msi, Psikologi Umum, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2003 Tantri, Francis, Dr, Pengantar Bisnis, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2009 INTERNET

www.apli.or.id www.mui.or.id

http://galeriukm.web.id/artikel-usaha/menimbang-bisnis-multilevel-marketing-mlm

www.kabarindonesia.com