MINAT BELI KONSUMEN HELM BMC TIPE OPEN FACE DI GALERI HELM BRATANG SURABAYA.

(1)

MINAT BELI KONSUMEN HELM BMC TIPE OPEN FACE DI GALERI HELM BRATANG SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh: RIO NOVAN DINATA

0912010087/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

0912010087/FE/EM telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 20 Juni 2013

Pembimbing Utama Tim Penguji

Ketua

DR. Prasetyohadi, MM. DR. Prasetyohadi, MM

Sekretaris

Dra. Ec. Luky Susilowati Anggota

Rizky Dermawan, SE.MM. Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. H.R.Dhani Ichsanuddin Nur, SE.MM NIP. 19630924 198903 1001


(3)

USULAN PENELITIAN

MINAT BELI KONSUMEN HELM BMC TIPE OPEN FACE DI GALERI HELM BRATANG SURABAYA

yang diajukan RIO NOVAN DINATA

0912010087/FE/EM

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh

Pembimbing Utama

Dr. Prasetyohadi, MM. Tanggal : ... NIP. 196008041999031001

Mengetahui

Ketua Program Studi Manajemen

Dr. Muhadjir Anwar, MM. NIP. 196509071991031001


(4)

DI GALERI HELM BRATANG SURABAYA

yang diajukan RIO NOVAN DINATA

0912010087/FE/EM

telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh

Pembimbing Utama

Dr. Prasetyohadi, MM. Tanggal : ... NIP. 196008041999031001

Mengetahui

Ketua Program Studi Manajemen

Dr. Muhadjir Anwar, MM. NIP. 196509071991031001


(5)

SKRIPSI

MINAT BELI KONSUMEN HELM BMC TIPE OPEN FACE DI GALERI HELM BRATANG SURABAYA

yang diajukan RIO NOVAN DINATA

0912010087/FE/EM

telah disetujui untuk ujian lisan oleh

Pembimbing Utama

Dr. Prasetyohadi, MM. Tanggal : ... NIP. 196008041999031001

Mengetahui

Ketua Program Studi Manajemen

Dr. Muhadjir Anwar, MM. NIP. 196509071991031001


(6)

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia, hidayah dan ridho-Nya sehingga langkah demi langkah yang diselingi berbagai kesulitan dan hambatan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Minat Beli Beli Konsumen Helm BMC Tipe Open Face di Galeri Helm Bratang Surabaya”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung serta doa yang diberikan oleh berbagai pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE. MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Dr. Prasetyohadi, MM., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan dukungan, bimbingan, doa, semangat, serta tenaga, waktu, dan


(7)

ii

pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis demi terseleseikannya penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah mendidik, mengajar, membimbing serta mendoakan penulis sehingga penulis dapat memperoleh bekal ilmu dan banyak pencapaian.

6. Bapak Muhammad Hafidz selaku pemilik Galeri Helm Bratang Surabaya yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini baik dengan memberikan data, pengumpulan data, serta berbagai informasi yang bermanfaat untuk penyusunan skripsi ini.

7. Orang tuaku tercinta ibu dan bapak yang telah meberikan kasih sayang, doa, semangat, serta dukungan baik moril maupun materiil yang tidak terhingga. 8. Keluarga besar yang telah memberikan dukungan, doa, serta semangat:

Eyang, adik-adikku Edo dan Tery, serta sanak saudara.

9. Seluruh sahabat-sahabat terbaikku yang telah memberikan dukungan, doa, serta semangat baik dari Capoeira yang manjadi penyemangat serta penghibur saat mengalami berbagai kesusahan, serta teman-teman seangkatan di jurusan Manajemen yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

10.Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan segala bentuk dukungan selama menyusun skripsi ini.

Demikian dalam penyusunan skripsi ini tentunya masih sangat benyak kekurangan. Untuk itu maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat peneliti harapkan demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga Skripsi ini


(8)

Surabaya, Juni 2013


(9)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... ABSTRAKSI ... BAB I PENDAHULUAN 1.1LatarBelakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 8

1.3Tujuan Penelitian ... 9

1.4Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 11

2.2 Landasan Teori ... 14

2.2.1 Pengertian Pemasaran... 14

2.2.2. Konsep Pemasaran ... 14

2.2.3. Perilaku Konsumen ... 17

2.2.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 18


(10)

2.2.5.1. Tujuan Penetapan Harga ... 30

2.2.5.2. Harga yang Dirasakan ... 30

2.2.6. Minat Beli .. ... 33

2.2.6.1. Pengertian Minat Beli ... 33

2.2.7. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Minat Beli... ... 35

2.2.8. Pengaruh Harga Terhadap Minat Beli ... 36

2.3. Kerangka Konseptual... 38

2.4. Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 40

3.1.1. Definisi Operasional ... 40

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 42

3.2. Teknik Pengambilan Sampel ... 43

3.2.1. Populasi ... 43

3.2.2. Sampel ... 43

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.3.1. Jenis Data ... 44

3.3.2 . Sumber Data ... 43


(11)

vi

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 45

3.4.1. Teknik analisis ... 45

3.4.2 . Uji Hipotesis ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 51

4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 51

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52

4.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 52

3.2.2. Frekuensi Jawaban Responden ... 55

4.3. Deskripsi Hasil Analisis dan Uji Hipotesis ... 61

4.3.1. Uji Validitas dan Reabilitas Konstruk ... 61

4.3.2. Uji Inner Model ... 65

4.4. Pembahasan ... 67

4.4.1. Pengaruh Variabel Kualitas Produk (X1) Terhadap Variabel Minat Beli (Y) ... 67

4.4.1. Pengaruh Variabel Harga (X2) Terhadap Variabel Minat Beli (Y) ... 69

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kesimpulan ... 71

5.2. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA


(12)

Tabel 1.2 Top Brand Index Helm 2011 ... 5

Tabel 1.3 Penjualan Helm Tipe Open Face Tahun 2012 Galeri Helm Surabaya .... 6

Tabel 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen ... 19

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin ... 53

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 54

Tabel 4.3 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Kualitas Produk ... 55

Tabel 4.4 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Harga ... 58

Tabel 4.5 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Minat Beli ... 60

Tabel 4.6 Outer Loading (Model Pengukuran dan Validitas Indikator) ... 61

Tabel 4.7 Hasil Uji Average Variance Extracted (AVE) ... 63

Tabel 4.8 Hasil Uji Reliability ... 63

Tabel 4.9 Hasil Uji Outer Weight ... 64

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Inner Model ... 65


(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 38 Gambar 3.1 Model Penelitian ... 51 Gambar 4.1 Model Partial Least Square ... 67


(14)

ABSTRAK

Helm merupakan salah satu kebutuhan primer bagi pengendara sepeda motor, artinya pengadaannya mutlak dibutuhkan oleh pengendara sepeda motor sebagai alat keselamatan, mengingat saat angka kecelakaan didominasi oleh sepeda motor. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga keselamatan pada saat berkendara dengan helm yang memiki kualitas tinggi dan memenuhi standar SNI. Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yaitu apakah kualitas produk dan harga berpengaruh terhadap minat beli konsumen helm BMC tipe open face di Galeri Helm Bratang Surabaya. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris dan membuktikan adanya pengaruh faktor kualitas produk dan harga terhadap minat beli konsumen helm BMC tipe open face.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitas Produk (X1) dan Harga (X2) yang merupakan variabel independen, serta Minat Beli (Y) sebagai variabel dependen. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval dengan menggunakan lima poin skala likert (likert scale). Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 105 responden yang merupakan konsumen helm BMC tipe open face di Galeri Helm Bratang Surabaya. Sedangkan teknik analisis yang digunakan yaitu Partial Least Square (PLS).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan model Partial Least Square (PLS) dapat disimpulkan bahwa semakin baik kualitas produk (X1) akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan minat beli konsumen helm BMC tipe open face. Sedangkan variabel harga (X2) tidak mampu memberikan kontribusi terhadap minat beli konsumen helm BMC tipe open face.


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha tidak pernah lepas dari persaingan. Perusahaan dituntut untuk selalu kreatif dan berinovasi untuk dapat bertahan, sehingga dalam mengembangkan sebuah produk produsen harus menentukan mutu yang dapat menentukan posisi produk tersebut di pasar. Mutu yang ditawarkan diharapkan lebih unggul atau memiliki value yang lebih dari produk pesaing. Dengan demikian, produk tersebut tetap selalu memiliki daya tarik bagi konsumen.

Perubahan kondisi ekonomi dan sosial yang dinamis telah dengan cepat merubah perilaku dan sikap konsumen. Dengan susunan pilihan produk yang memusingkan yang ada di pasar, konsumen yang sudah pasti menempati posisi tertinggi mengharapkan suatu produk yang berkualitas tinggi, karena kualitas produk sudah merupakan suatu norma dan persyaratan. Generasi selanjutnya merupakan konsumen yang menginginkan produk yang berkualitas tinggi dengan harga yang sesuai dan terjangkau bagi mereka.

Setiap perusahaan dalam memasarkan produknya selalu dihadapkan pada pertanyaan “mengapa orang membeli produk perusahaannya?”. Jawabannya tidak dapat diterangkan secara langsung dari hasil pengamatan saja, tetapi dibutuhkan satu analisis perilaku konsumen secara mendalam. Hal ini nantinya akan banyak membantu manajer pemasaran untuk memahami “mengapa dan bagaimana” perilaku konsumen tersebut, sehingga perusahaan dapat mengembangkan,


(16)

menentukan harga, mempromosikan, hingga mendistribusikan produknya secara efektif.

Helm merupakan salah satu kebutuhan primer bagi pengendara sepeda motor, artinya pengadaannya mutlak dibutuhkan oleh pengendara sepeda motor sebagai alat keselamatan. Masyarakat khususnya pengendara sepeda motor semakin sadar akan pentingnya menjaga keselamatan pada saat berkendara dengan helm yang memiki kualitas tinggi dan memenuhi standar SNI. Di samping itu, helm juga berfungsi sebagai aksesoris bagi pengendara motor yang senantiasa ingin tampil menarik pada saat berkendara. Hal ini membuat para pelaku industri helm terus melakukan inovasi agar dapat bersaing dengan para pesaing-pesaingnya.

Industri helm saat ini sedang mengalami peningkatan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan terus bertambahnya kuantitas kendaraan khususnya sepeda motor yang dimiliki masyarakat dan terlihat pada mobilitas kendaraan yang berada di jalan-jalan kota besar. Selain itu, hal tersebut diikuti dengan lahir dan tumbuhnya perusahaan-perusahaan helm yang senantiasa berupaya semaksimal mungkin untuk mendapatkan dan mempertahankan pangsa pasar yang ada. Beberapa tahun belakangan ini nampaknya persaingan antara merek helm semakin ketat. Persaingan ini ditandai dengan hadirnya inovasi-inovasi baru dalam pembuatan helm oleh masing-masing produsen. Inovasi tersebut antara lain dalam bentuk model, warna, motif, hingga fitur-fitur tambahan pada helm seperti kaca dengan berbagai pilihan warna, double visor, hingga anti maling untuk pengaman. Para pelaku industri helm tetap optimis bahwa tingginya kesadaran


(17)

3

masyarakat akan keselamatan dan kenyamanan dalam berkendara membawa dampak positif terhadap permintaan akan produk helm.

Kotler (2002), menjelaskan bahwa dalam meningkatkan daya saing, suatu perusahaan dapat memenangkan persaingan dengan cara menampilkan produk terbaik yang dapat memenuhi selera konsumen. Pada dasarnya semakin tinggi tingkat persaingan yang terjadi, maka semakin akan banyak pula pilihan bagi konsumen untuk dapat memilih produk yang sesuai dengan harapannya, dan sebagai konsekuensi dari perubahan tersebut pelanggan menjadi lebih cermat dan pintar menghadapi setiap produk yang ditawarkan.

Kualitas produk atau mutu produk sering diartikan sebagai komposisi teknis dari suatu produk (Kotler 1997; 49). Mutu adalah keseluruhan ciri serta sifat dari produk produk atau layanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau kebutuhan tersirat. Meningkatnya permintaan akan helm selain karena kebutuhan masyarakat yang terus meningkat akan helm, juga dipengaruhi olehdaya beli masyarakat. Faktor harga juga sangat mempengaruhi permintaan, tetapi ada pada golongan masyarakat tertentu yang memiliki tingkat pendapatan yang cukup, faktor harga menjadi kurang berperan. Harga merupakan faktor yang diyakini para peneliti mempengaruhi kepuasan pelanggan (Johnson & Gustafsson; 2000). Konsumen cenderung menggunakan harga sebagai sebuah indikator dari kualitas (Mowen; 1993). Harga adalah “service as a signal of quality” (Hawkins, Best & Coney, 1995 ; Schiffman & Kanuk 1994). Faktor terpenting terpenting dari harga sebenarnya bukan harga itu


(18)

sendiri (objective price), akan tetapi harga subyektif, yaitu harga yang dipersepsikan oleh konsumen.

Di Indonesia, Helm BMC telah dikenal sebagai merek produk helm yang berkualitas selama bertahun-tahun. Sebagai produk helm yang sudah berstandar SNI, kualitas helm BMC sudah tidak diragukan lagi oleh konsumen. Helm BMC memiliki banyak varian tipe yang cocok untuk berbagai segmen atau kalangan masyarakat baik yang muda maupun yang tua, baik yang menginginkan tampilan racing maupun tampilan standar atau elegan. Selain itu, helm BMC juga menawarkan harga yang terjangkau bagi seluruh kalangan masyarakat. Kuatnya persepsi merek yang sedemikian itulah yang membuat BMC mampu bersaing dan bertahan dengan banyaknya produk helm yang bermunculan di pasar. Adapun market share yang diperoleh BMC pada tahun 2011 dan 2012 jika dibandingkan dengan produk helm merek lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1

Top Brand Index Helm 2012

Merek TBI

KYT 19,4% TOP

INK 12,6% TOP

BMC 10,3% TOP

GM 8,1%


(19)

5

Tabel 1.2

Top Brand Index Helm 2011

Merek TBI

KYT 16,3% TOP

INK 11,4% TOP

BMC 10,5% TOP

LTD 7%

Sumber: www.topbrand-award.com

Berdasarkan data pada tabel 1.1 dan 1.2 diatas, BMC menduduki peringkat market share ketiga pada tahun 2011 dan 2012. Namun BMC mengalami penurunan market share sebesar 0,2% dari tahun 2011 ke tahun 2012, yakni dari 10,5% menjadi 10,3%. BMC sebagai salah satu produk andalan masih tertinggal dari pesaing-pesaing terberatnya yaitu KYT yang mengalami kenaikan market share dari 16,3% di tahun 2011 menjadi 19,4% di tahun 2012 dan INK yang mengalami kenaikan market share dari 11,4% ditahun 2011 menjadi 12,6% di tahun 2012.

Berdasarkan Fenomena yang ada bahwa banyaknya pesaing dan dua posisi pemain besar KYT dan INK cukup dominan di pasar, hal ini dapat mempengaruhi minat beli konsumen terhadap helm BMC. Hal tersebut juga terjadi di Galeri Helm Bratang Surabaya yang merupakan salah satu pusat helm terbesar di Surabaya. Berikut adalah data penjualan helm tipe standar atau open face di Galeri Helm Surabaya:


(20)

Tabel 1.3

Penjualan Helm Tipe “Open Face” Tahun 2012 Galeri Helm Surabaya Jl. Manyar 57C Surabaya

Bulan BMC Hiu Maz VOG

Januari 100 100 43 85

Februari 110 120 60 96

Maret 103 87 65 100

April 128 110 68 124

Mei 110 95 70 140

Juni 75 81 76 132

Juli 109 90 81 146

Agustus 180 130 115 197

September 150 125 102 164

Oktober 100 90 88 157

November 94 99 90 169

Desember 171 130 135 178

1.430 1.257 993 1.688

Sumber: Galeri Helm Bratang Surabaya

Berdasarkan data di atas, angka penjualan helm BMC tipe open face cukup fluktuatif. Pada semester II tahun 2012, penjualan BMC terus mengalami penurunan drastis dari bulan September sebesar 150 unit hingga November sebesar 94 unit, lalu baru mulai meningkat kembali di bulan Desember. Meskipun demikian, tingkat penjualan helm BMC tipe open face masih berada dibawah pesaing terberatnya yang sekelas dan sama-sama merupakan helm berstandar SNI


(21)

7

yaitu VOG. Dilihat dari segi harga, helm BMC menawarkan harga yang bersaing untuk helm open face yang rata-rata dibanderol Rp 135.000,-. Harga tersebut lebih murah dari VOG yang rata-rata dibanderol Rp 145.000,-. Dari data tersebut dapat diketahui permasalahan yang dihadapi oleh helm BMC yakni bagaimana meningkatkan kembali minat beli konsumen terhadap helm BMC. Turunnya minat beli konsumen terhadap helm BMC haruslah dievaluasi oleh pihak produsen atau perusahaan agar berhasil bersaing dengan merek lainnya dengan meningkatkan kualitas produk dan mempertahankan harga yang bersaing sehingga nantinya calon konsumen menunjukkan minat belinya terhadap helm BMC.

Sebuah perusahaan harus mampu mengenal dan mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen. Perusahaan juga harus selalu mencari informasi mengenai apa yang diharapkan konsumen dari suatu produk, dengan tujuan agar perusahaan dapat selalu menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan calon konsumen. Selain menciptakan produk berkualitas tinggi yang diharapkan konsumen, faktor harga juga sangat mempengaruhi minat beli konsumen, karena masyarakat atau konsumen di Indonesia sebagian besar sangat sensitif terhadap harga. Konsumen dapat dengan mudah berpaling ke produk pesaing yang menawarkan harga lebih murah dengan kualitas yang relatif sama. Poin penting bagi sebuah perusahaan untuk dapat memenangkan suatu persaingan pasar yaitu perusahaan tersebut perlu memperhatikan apa yang melandasi seorang konsumen dalam memilih suatu produk, dalam hal ini adalah minat membeli dari seorang konsumen yang selalu timbul setelah adanya proses evaluasi alternatif dan didalam proses evaluasi seseorang akan membuat suatu rangkaian pilihan


(22)

mengenai produk yang hendak dibeli atas dasar merek maupun minat (Kotler; 2002).

Menurut Basu Swastha dan Irawan (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi minat membeli berhubungan dengan perasaan dan emosi, bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat membeli, ketidakpuasan biasanya menghilangkan minat. Minat beli yang ada dalam diri konsumen merupakan fenomena yang sangat penting dalam kegiatan pemasaran, minat membeli merupakan suatu perilaku konsumen yang melandasi suatu keputusan pembelian yang hendak dilakukan. Keputusan konsumen dalam menentukan atau memilih merek sepeda motor tertentu bukanlah hal yang begitu saja terjadi. Banyak pertimbangan yang dilakukan konsumen sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk misalnya, kualitas produk, harga, dan iklan (Engel,1994).

Atas dasar uraian latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Minat Beli Konsumen Helm BMC Tipe

Open Face di Galeri Helm Bratang Surabaya”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan data penjualan helm BMC tipe open face di Galeri Helm Bratang Surabaya yang diperoleh, meskipun tingkat penjualan helm BMC cukup fluktuatif, tetapi pada semester II 2012 terus mengalami penurunan drastis dari bulan September hingga November 2012, lalu baru mulai meningkat kembali di bulan Desember. Volume penjualan helm BMC juga masih tertinggal dengan pesaing terberatnya yang sekelas yaitu VOG.


(23)

9

Berdasarkan uraian di atas maka perlu adanya penelitian untuk mengetahui minat beli terhadap helm BMC tipe open face. Adapun rumusan masalah yang akan di ajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kualitas produk berpengaruh terhadap minat beli konsumen helm BMC tipe open face di Galeri Helm Surabaya?

2. Apakah harga berpengaruh terhadap minat beli konsumen helm BMC tipe open face di Galeri Helm Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap minat beli konsumen helm BMC tipe open face di Galeri Helm Surabaya.

2. Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap minat beli konsumen helm BMC tipe open face di Galeri Helm Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Peneliti memperoleh wawasan dan pengalaman dalam menghadapi masalah yang kompleks yang dialami perusahaan atau usaha bisnis, serta sebagai bahan perbandingan antara ilmu yang peneliti peroleh selama di bangku kuliah maupun dari hasil membaca literatur-literatur dengan kenyataan praktis yang ada di perusahaan atau usaha bisnis.


(24)

2. Bagi Universitas

Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa atau peneliti-peniliti lain yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut. Serta sebagai wujud dharma bakti kepada perguruan tinggi UPN “Veteran” Jawa Timur pada umumnya dan fakultas ekonomi pada khususnya.


(25)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini dilakukan oleh Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo (2012) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga, dan Daya Tarik Iklan Terhadap Minat Beli Sepeda Motor Yamaha (Studi kasus pada konsumen Yamaha SS Cabang Kedungmundu Semarang)”. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah 1) kualitas produk berpengaruh positif terhadap minat beli, 2) harga berpengaruh positif terhadap minat beli, 3) daya tarik iklan berpengaruh positif terhadap minat beli. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan sampel 100 orang responden yang merupakan calon konsumen Yamaha SS cabang Kedungmundu Semarang. Pengelompokan responden yang menjadi sampel dijabarkan berdasarkan lima kategori, yaitu gender, usia, pekerjaan, pengeluaran perbulan.

Hasil pengujian regresi berganda dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel independen (kualitas produk, harga dan daya tarik iklan) berpengaruh positif terhadap minat beli. Pengaruh positif terbesar terhadap minat beli sepeda motor Yamaha adalah pada variabel kualitas produk. Perbedaan penelitian yang yang dilakukan oleh Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo dengan penelitian ini adalah pada obyek penelitian, faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli, dan metode penelitian. Jika penelitian yang dilakukan


(26)

Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo menggunakan variabel daya tarik iklan dan menggunakan analisis regresi berganda, maka dalam penelitian ini tidak menggunakan variabel daya tarik iklan dan menggunakan analisis PLS.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Yohana F. Cahya Palupi Meilani dan Sahat Simanjuntak (2012) dengan judul “Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Produk Makanan dan Minuman Usaha Kecil Menengah Kabupaten Tangerang”. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah 1) kualitas produk berpengaruh pada minat beli, 2) harga berpengaruh pada minat beli, 3) daya tarik iklan berpengaruh pada minat beli. Penelitian ini menggunakan analisis multiple regression/ analisis regresi berganda dengan jumlah sampel 200 orang responden.

Hasil pengujian regresi berganda dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua variabel independen (kualitas produk, harga dan daya tarik iklan) berpengaruh positif terhadap minat beli. Kualitas produk memiliki pengaruh terhadap minat beli. Kualitas produk makanan/ minuman yang ditawarkan pelaku UKM di Tangerang telah menimbulkan minat beli konsumen, karena konsumen dapat merasakan bahwa kelezatan dan kenikmatan dari produk makanan/minuman yang di beli telah memenuhi apa yang konsumen harapkan. Kualitas layanan tidak memiliki pengaruh terhadap minat beli. Walaupun kualitas layanan tidak mempengaruhi minat beli konsumen atas produk makanan/minuman di kabupaten Tangerang, ini bukan berarti kualitas layanan tidak penting, karena selain rasa enak dan nikmat yang di ingat oleh konsumen untuk datang kembali, kualitas layanan yang baik tidak bisa diabaikan. Harga memiliki pengaruh terhadap minat beli. Harga yang kompetitif selalu diingat oleh konsumen, membuat mereka


(27)

13

datang kembali. Perbedaan penelitian yang yang dilakukan oleh Yohana F. Cahya Palupi Meilani dan Sahat Simanjuntak dengan penelitian ini adalah pada obyek penelitian, faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli,dan metode penelitian. Jika penelitian yang dilakukan Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo menggunakan variabel kualitas pelayanan dan menggunakan analisis regresi berganda, maka dalam penelitian ini tidak menggunakan variabel kualitas pelayanan dan menggunakan analisis PLS.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nuruni Ika Kusuma Wardhani (2012) dengan judul “Analisis Kualitas Produk dan Harga Dalam Meningkatkan Loyalitas Melalui Kepuasan Pelanggan pada Minuman Sari Buah Frutang”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Structural Equation Modelling (SEM) dengan sampel 112 responden.

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM, diperoleh kesimpulan bahwa kualitas produk yang baik dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Sedangkan harga yang murah akan memberikan kepuasan terhadap pelanggan. Tidak semua pelanggan yang merasa puas akan loyal, dalam artian membeli produk yang sama secara berkesinambungan. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Nuruni Ika dengan penelitian ini adalah pada obyek yang diteliti dan pada variabel terikatnya (dependen). Jika pada penelitian Nuruni Ika menggunakan variabel terikat kepuasan pelanggan dan loyalitas, maka pada penelitian ini menggunakan variabel minat beli serta analisis PLS.


(28)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Pemasaran

Menurut Kotler (1997:8), Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Menurut Stanton dalam Swastha dan Irawan (1983:5), pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Menurut Pride dan Farrel (1995:4), pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan rancangan, penetapan harga, promosi, dan distribusi gagasan barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi.

Dari beberapa pengertian pemasaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan seluruh kegiatan usaha yang berkaitan perencanaan, penentuan harga, promosi, dan distribusi barang dan jasa dalam menciptakan hubungan pertukaran yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen dan mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.

2.2.2 Konsep Pemasaran

Menurut Kotler (1997:17), konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah lebih efektif daripada para pesaing dalam


(29)

15

memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran .

Sebagai falsafah bisnis, konsep pemasaran bertujuan memberikan keputusan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen atau berorientasi kepada konsumen. Definisi konsep pemasaran ini menurut menurut Swastha dan Irawan (1983:10) adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Kotler (1992:30), konsep pemasaran berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penelitian kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan penyerahan produk yang memuaskan secara lebih efisien dan lebih efektif dibanding para pesaing.

Berdasarkan kedua pengertian konsep pemasaran di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep pemasaran suatu perusahaan yang harus dimulai dengan usaha mengenali dan merumuskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dasar pemikiran yang terkandung di dalam konsep pemasaran dapat digolongkan menjadi tiga elemen pokok, yaitu:

a. Orientasi konsumen atau pasar atau pembeli.

Dalam upaya memasarkan hasil produksinya, produsen hendaknya memperhatikan selera konsumen, karena produk yang dihasilkan akan lebih banyak berhubungan dengan konsumen sebagai penikmat dan sebagai penggunanya. Beberapa komponen yang harus ada untuk perusahaan yang benar-benar ingin memperhatikan konsumen antara lain:


(30)

Menentukan kebutuhan pokok (basic needs) dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi.

 Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya.

 Menentukan produk dan program permasalahannya.

 Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai, dan menafsirkan keinginan sikap serta tingkah laku mereka.

 Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitik beratkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang menarik.

b. Volume penjualan yang menguntungkan

Merupakan tujuan dari konsep pemasaran, artinya laba itu dapat diperoleh dengan melalui pemuasan konsumen. Dengan laba ini, perusahaan dapat tumbuh berkembang, dapat menggunakan kemampuan yang lebih besar, dapat memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen, serta dapat memperkuat kondisi perekonomian secara keseluruhan.

Dapat pula dikatakan bahwa sebenarnya laba itu sendiri merupakan pencerminan dari usaha-usaha perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan pada konsumen.

c. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran.

Penyusunan kegiatan pemasaran berarti setiap bagian dalam pemasaran turut berkecimpung dalam usaha yang konsisten, sehingga tujuan perusahaan dapat terealisir dan terkoordinir untuk memberikan kepuasan yang menjadi keputusan.


(31)

17

Perbedaan konsep penjualan dan konsep pemasaran (Kotler, 1997:18) adalah sebagai berikut:

a) Konsep penjualan

1. Memusatkan perhatian pada kebutuhan penjualan.

2. Sibuk dengan kebutuhan penjual untuk mengubah produknya menjadi uang tunai.

b) Konsep pemasaran

1. Memusatkan perhatian pada kebutuhan pembeli.

2. Sibuk dengan gagasan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan melalui produk dan segala sesuatu yang berkaitan dengan penciptaan, pengiriman, dan akhirnya pengkonsumsian produk tersebut.

2.2.3 Perilaku Konsumen

Terdapat beberapa definisi untuk memberikan penjelasan mengenai perilaku konsumen. Engel at. Al. (1994), menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan individu yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut.

Loudon dan Bitta (1993) menyatakan bahwa perilaku konsumen meliputi proses pengambilan keputusan dan kegiatan individu secara fisik pada saat mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau mendapatkan barang dan jasa. Dari pendapat tersebut diperoleh dua hal penting yaitu:


(32)

b. Kegiatam fisik dalam upaya menilai, memperoleh, dan menggunakan barang dan jasa.

Definisi perilaku konsumen yang dikemukakan Swastha dan Handoko (1987:9) adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Dari defiisi tersebut terdapat dua elemen terpenting yaitu:

a. Proses pengambilan keputusan. b. Kegiatan fisik.

Kedua elemen ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, dan menggunakan barang atau jasa ekonomi. Dari beberapa pengertian perilaku konsumen tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan pada saat mendapatkan, menggunakan, dan mengevaluasi barang dan jasa yang dapat dipengaruhi oleh lingkungannya. Dengan demikian, kegiatan pembelian hanyalah merupakan salah satu tahap dari proses untuk mendapatkan barang dan jasa. Bagi pemasar, memahami proses pembelian sangatlah penting karena proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada tindakan konsumen untuk membeli suatu produk dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

2.2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen dipengaruhi beberapa faktor, antara lain sebagai berikut: 1. Pengaruh lingkungan.


(33)

19

2. Perbedaan dan pengaruh individu. 3. Proses psikologis (Engel, et. al.,1994)

Dalam tujuan pemasaran, pihak pemasar berusaha keras untuk memenuhi dan melayani kebutuhan dan belanja sasaran dengan maksimal sesuai dengan keinginan dan harapan konsumennya sehingga memperoleh kepuasan. Perusahaan harus mampu mengembangkan bauran pemasaran untuk mempengaruhi konsumen agar mau mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atasa produk atau jasa yang ditawarkan. Berikut adalah tabel faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen.

Tabel 2.1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Budaya

Budaya

Sub budaya

Kelas Sosial

Sosial

 Kelompok acuan

 Keluarga

 Peran & status

Kepribadian

Umur dan tahap daur hidup

Situasi ekonomi

Gaya hidup

Kepribadian dan konsep diri

Psikologis

Motivasi

Persepsi

Pengetahuan

Keyakinan dan sikap

Sumber: Kotler and Amstrong, (1992), Dasar-Dasar Pemasaran, Penerbit: Intermedia Jakarta.

1. Faktor Budaya

Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial merupakan hal yang sangat penting dalam perilaku pembelian.


(34)

a. Budaya

Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Anak-anak mendapatkan kumpulan nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku dari keluarganya serta lembaga-lembaga penting lain. Anak-anak yang dibesarkan di Amerika Serikat mendapatkan nilai-nilai berikut: prestasi dan keberhasilan, aktifitas, efisiensi dan kepraktisan, kemajuan, kenikmatan, materi, individualisme, kebebasan, kenikmatan eksternal, humanisme, dan berjiwa muda.

b. Sub-Budaya

Masing-masing budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi yang khusus bagi anggota-anggotanya. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

c. Kelas Sosial

Pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata sosial. Stratifikasi tersebut kadang-kadang berbentuk sistem kasta yang berbeda dibesarkan dengan peran tertentu dan tidak dapat mengubah keanggotaan kasta mereka. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial.


(35)

21

2. Faktor Sosial

Selain faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial.

a. Kelompok Acuan

Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang mempunyai pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok keanggotaan.

Beberapa kelompok keanggotaan adalah kelompok primer, seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja yang berinteraksi dengan seseorang secara terus-menerus dan informal. Orang yang menjadi kelompok sekunder, seperti kelompok keagamaan, profesional, dan asosiasi perdagangan yang cenderung lebih formal dan membutuhkan interaksi yang tidak rutin.

Orang sangat dipengaruhi oleh kelompok acuan mereka sekurang-kurangnya oleh tiga jalur. Kelompok acuan menghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup baru. Kelompok acuan juga mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi seseorang serta menciptakan tekanan untuk mengikuti kebiasaan kelompok yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan merek aktual seseorang.

Orang juga dipengaruhi oleh kelompok diluar kelompok mereka. Kelompok yang ingin dimasuki seseorang dinamakan kelompok


(36)

aprirasional. Kelompok dissosiatif adalah kelompok yang nilai atau perilakunya ditolak oleh seseorang.

b. Keluarga

Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan telah menjadi obyek penelitian yang luas. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang. Dari orang tua seseorang mendapatkan orientasi atas agama, politik, dan ekonomi, serta ambisi pribadi, harga diri, dan cinta. Bahkan jika pembeli tidak lagi berinteraksi secara mendalam dengan keluarganya, pengaruh keluarga terhadap perilaku membeli dapat tetap signifikan. Di negara-negara dimana orang tua tinggal dengan anak-anak mereka yang sudah dewasa, pengaruh mereka dapat menjadi sangat besar. Pengaruh yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari-hari adalah keluarga prokreasi, yaitu pasangan dan anak-anak seseorang. c. Peran dan Status

Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya seperti keluarga, klub, organisasi. Kedudukan orang tersebut di masing-masing kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status. Orang-orang memilih produk


(37)

23

yang dapat mengkomunikasikan peran dan status mereka di masyarakat. Pemasar menyadari potensi simbol status dari produk dan merek.

3. Faktor Pribadi

Kepribadian pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep didik pembeli.

a. Usia dan Tahap Siklus Hidup

Orang yang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya. Mereka makan makanan bayi selama bertahun-tahun awal hidupnya, banyak ragam makanan selama tahun-tahun pertumbuhan dan kedewasaan, serta diet khusus selama tahun-tahun berikutnya. Selera orang terhadap perabot, pakaian, dan rekreasi juga berhubungan dengan usia. b. Pekerjaan dan Lingkungan Ekonomi

Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang, penghasilan yang dapat dibelanjakan (level, kestabilan, pola waktu), tabungan dan aktiva (termasuk prosentase aktiva yang lancar/ likuid), utang, kemampuan untuk meminjam, dan sikap terus-menerus memperlihatkan kecenderungan penghasilan pribadi, tabungan, dan tingkat suku bunga. Jika indikator ekonomi menandakan resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, melakukan penempatan ulang, dan menempatkan kembali harga produk mereka sehingga mereka dfapat terus menawarkan nilai ke pelanggan sasaran.


(38)

c. Gaya Hidup

Orang-orang yang berasal dari su-budaya, kelas sosial, dan pekerja yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan dari seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya.

d. Kepribadian dan Konsep Diri

Masing-masing orang memiliki kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian merupakan karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya.

4. Faktor Psikologis

Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian.

a. Motivasi

Seseorang mempunyai banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis, kebutuhan tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, dan tidak nyaman. Kebutuhan yang bersifat psikogenis muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan dan pengakuan, penghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok. Suatu kebutuhan akan menjadi motif jika ia mencapai tingkat intensitas yang


(39)

25

memadai. Motif adalah kebutuhan yang cukup mendorong sesorang untuk bertindak.

b. Persepsi

Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana seseorang yang termotivasi bertindak akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh seorang individu memilih, mengorganisasi, dan mengintepretasi masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan.

c. Keyakinan dan Sikap

Melalui bertindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya kemudian mempengaruhi perilaku pembelian mereka. Keyakinan mungkin berdasarkan pengetahuan, pendapat, atau kepercayaan. Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan. Jadi sebuah perusahaan sebaiknya menyesuaikan produknya dengan sikap yang telah ada daripada berusaha untuk mengubah sikap orang. Tentu saja terdapat beberapa pengecualian dimana biaya besar untuk mengubah sikap orang-orang akan memberikan hasil.


(40)

2.2.4 Kualitas Produk

Produk didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan (Kotler, 2006). Di dalam mengembangkan sebuah produk, produsen harus menentukan mutu yang akan mendukung posisi produk itu di pasaran. Mutu dapat didefinisikan sebagai memberikan yang lebih besar atau lebih unggul dalam suatu produk sebagai pembanding dengan alternatif bersaing dari pandangan pasar.

Mutu juga merupakan konsep sentral dalam strategi pemasaran karena dapat membangun kepuasan konsumen (Sethi, 2001). Beberapa beranggapan bahwa mutu merupakan faktor penting yang merupakan mempengaruhi kinerja jangka panjang suatu unit bisnis (Buzzel dan Gale, 1987 dalam Budiyono & Bernard 2004). Menurut Chang dan Widt (1996) dalam Perlusz Gattiker dan Pedersen (2000), mutu merupakan konsep multidimensi yang kompleks dan dapat berupa elemen material dan non material yang tidak dapat secara mudah dievaluasi oleh konsumen.

Kualitas produk atau mutu produk sering diartikan sebagai komposisi teknis dari suatu produk (Kotler, 1997:49). Mutu adalah keseluruhan ciri serta sifat dari produk atau layanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau kebutuhan tersirat. Ada hubungan kuat antara mutu, layanan, dengan kepuasan konsumen dan profitabilitas. Semakin tinggi tingkat mutu menyebabkan semakin tingginya kepuasan konsumen. Mutu produk merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian utama dari perusahaan atau


(41)

27

produsen mengingat suatu produk berkaitan erat dengan masalah kepuasan konsumen yang merupakan tujuan dari kegiatan pemasaran yang dilakukan untuk mencapai posisi produk. Mutu menyatakan tingkat kemampuan atau fungsi yang diharapkan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka kualitas produk tidak hanya ditentukan oleh spesifikasi yang tampak pada produk tersebut, melainkan ditentukan oleh persepsi konsumen. Jadi kualitas produk tidak hanya berdasarkan dari sudut pandang produsen saja, tetapi juga dari sudut pandang konsumen, sebab suatu produk dikatakan berkualitas menurut konsumen apabila memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, seperti pengertian kualitas produk menurut Keegen, Moriaty dan Duncan (1993,p 352) yaitu: “From producer’s perspective, the degree to which finished product meet specifications, from customer’s perspective, the degree to which product match needs and wants including price”.

Produk tidak bersifat jangka panjang, karena dengan teknologi yang semakin berkembang mem-buat produk harus lebih berkreasi menyamakan dengan perkembangan. Perusahaan harus mengetahui keinginan pasar seperti apa dan lebih baiknya perusahaan dalam menciptakan produk baru yang kreatif dan membuat konsumen yang tadinya tidak membutuhkan menjadi sangat membutuhkan produk tersebut (Tjiptono, 2009). Semakin tinggi kualitas produk semakin tinggi minat beli. Adapun indikator-indikator kualitas produk menurut Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo (2012) menyebutkan indikator-indikator kualitas produk meliputi:


(42)

1. Performance 2. Reability 3. Feature 4. Aesthetic 5. Conformance 6. Serviceability 7. Durability

8. Perceived Quality

Harapan konsumen diyakini mempunyai peranan yang besar dalam menentukan kualitas produk dan kepuasan konsumennya. Pada dasarnya ada hubungan yang erat antara penentuan kualitas dan kepuasan konsumen.

2.2.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Produk

Ada tiga faktor yang menentukan tingkatan kualitas produk menurut Assauri, (1993:269), antara lain:

1. Fungsi Produk

Dalam menghasilkan produknya, perusahaan harus memperhatikan fungsi apa yang akan dipenuhi oleh produk tersebut, karena fungsi ini akan mempengaruhi kepuasan konsumen. Fungsi produk akan tercermin pada spesifikasinya seperti: tahan lamanya, kegunaannya, beratnya, mudah atau tidaknya perawatan, dan kepercayaannya.

2. Wujud Luar

Wujud luar suatu produk juga mempengaruhi pandangan konsumen atas kualitasnya. Walaupun produk yang dihasilkan dengan teknologi tinggi


(43)

29

tetapi bila wujud luarnya kuno, maka konsumen cenderung beranggapan produk tersebut kurang berkualitas. Wujud luar ini tidak hanya dilihat dari bentuknya saja, tetapi dari komposisi warna, pengemasan, dan lainnya.

3. Biaya Produk

Umumnya biaya dan harga suatu produk ikut menentukan kualitasnya. Jika harga atau biaya suatu produk mahal, maka konsumen akan beranggapan bahwa kualitas produk tersebut baik, dan begitu juga sebaliknya. Perlu disadari bahwa biaya produk tidak selamanya dapat digunakan untuk menentukan kualitas produk karena biaya yang diperkirakan tidak selalu biaya yang sebenarnya. Biaya atau harga suatu produk lebih tinggi dari nilai yang sebenarnya karena ketidakefisienan atau tingginya keuntungan yang diambil.

2.2.5 Harga

Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya (Swastha, 1998:241). Harga merupakan sejumlah uang (kemungkinan ditambah barang yang dibutuhkan) untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk (Stanton, 1997:308).

Menurut Kotler (2005, p. 518) bahwa harga adalah nilai yang ada di sekeliling kita). Harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang dikeluarkan oleh pembeli agar mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang/jasa beserta pelayanannya. Harga merupakan pengorbanan ekonomis yang dilakukan pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa (Yohana F. Cahya


(44)

Palupi Meilani dan Sahat Simanjuntak, 2012). Sedangkan menurut Pepadri (2002), harga merupakan pengorbanan ekonomis yang dilakukan pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa. Selain itu, harga adalah faktor terpenting bagi konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan transaksi atau tidak.

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar yang tersedia oleh pembeli dan bersedia diterima oleh penjual untuk mendapatkan suatu barang atau jasa beserta peranannya.

2.2.5.1 Tujuan Penetapan Harga

Menurut Kotler (1996:122) perusahaan harus mempertimbangkan banyak faktor dalam membuat kebijakan atas penetapan harga jual, dimana strategi penetapan harga sangat ditentukan oleh keputusan sebelumnya mengenai penempatan pasar (market positioning). Adapun tujuan penetapan harga yaitu:

a. Mendapatkan laba maksimum.

b. Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan atau pengembalian pada penjualan bersih.

c. Mencegah atau mengurangi pesaing.

d. Mempertahankan atau memperbaiki market share (Swasta & Irawan 1998:241-242).

2.2.5.2 Harga yang Dirasakan (Perceived Price)

Harga merupakan faktor yang diyakini para peneliti mempengaruhi kepuasaan pelanggan (Johnson & Gustafsson: 2000). Produsen cenderung menggunakan harga sebagai sebuah indikator kualitas (Mowen, 1993). Harga


(45)

31

adalah service as a signal of quality (Hawkins, Best dan Coney: 1995); Schiffman & Kanuk: 1994). Hal ini terjadi apabila:

 Konsumen yakin bahwa harga mampu memprediksi kualitas.

 Ketika kualitas yang konsumen ketahui atau rasakan (Real perceived quality) berbeda-beda diantara para pesaing.

 Ketika konsumen suntuk membuat keputusan tentang kualitas secara obyektif, atau dengan menggunakan nama merek atau citra toko (Mowen, 1993).

Bagi pelanggan, harga merupakan hal yang paling penting karena mampu membuat pelanggan dari pasar industri memperoleh keuntungan. Stanton (1983) mengutarakan bahwa produk yang mampu memberikan keuntungan, harga jual,yang kompetitif dan skema pembayaran yang lunak akan memungkinkan pengguna memperoleh margin keuntungan yang lebih tinggi. Harga merupakan salah satu faktor penentu dalam pemilihan merek yang berkaitan dengan keputusan membeli konsumen. Ketika memilih diantara merek-merek yang ada, konsumen akan mengevaluasi harga secara absolut tetapi dengan membandingkan beberapa standar harga sebagai referensi untuk melakukan pembelian.

Kotler (2006) mengatakan bahwa terdapat enam usaha utama yang dapat diraih suatu perusahaan melalui harga, yaitu: bertahan hidup (survival), maksimalisasi pertumbuhan penjualan, unggul dalam pangsa pasar, dan unggul dalam mutu produk. Faktor terpenting dari harga sebenarnya bukan harga itu sendiri (objective price), tetapi harga subyektif, yaitu harga uang yang dipersepsikan oleh konsumen. Apabila konsumen mempresentasikan produk A


(46)

harganya tinggi atau mahal, maka hal ini akan berpengaruh positif terhadap perceived quality dan perceived sacrifice, artinya konsumen mungkin memandang produk A adalah produk berkualitas, oleh karena itu wajar apabila memerlukan pengorbanan uang yang lebih mahal. Perceived price yaitu sesuatu yang dikorbankan oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk (Zeithmal:1988)

Seringkali beberapa konsumen mengetahui secara tepat harga suatu produk, sedangkan yang lainnya hanya mampu memperkirakan harga berdasarkan pembelian masa lampau. Pada penelitian Dodds (1991) menyatakan bahwa konsumen akan membeli suatu produk bermerek jika harganya dipandang layak oleh mereka. Sementara itu Sweeney, Soutar, dan Johnson (1998) menjelaskan bahwa faktor-faktor seperti kualitas, tanggapan emosi, harga, dan status sosial merupakan dimensi dari perceived value. Kualitas dilihat dari beberapa aspek produk tersebut dibuat, sedangkan tanggapan emosi lebih berkaitan dengan perasaan konsumen setelah membeli suatu produk. Dalam membeli suatu produk, konsumen tidak hanya mempertimbangkan kualitasnya saja, tetapi juga memikirkan kelayakan harganya.

Perusahaan dalam menetapkan harga kepada pelanggan lebih berfokus untuk mempertahankan pelanggan yang lama karena semakin ketatnya situasi persaingan. Perusahaan harus nmempertahankan pelanggan yang telah ada karena kunci utama kelangsungan perusahaan adalah menciptakan pelanggan yang merasa puas.


(47)

33

Adapun indikator terhadap harga menurut Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo (2012) sebagai berikut:

1. Keterjangkauan harga

2. Kesesuaian harga dengan kualitas 3. Daya saing harga

4. Kesesuaian harga dengan manfaat

Sedangkan Nuruni Ika (2012) menjelaskan atribut-atribut pembentuk harga sebagai berikut:

1. Perkiraan harga, yaitu gambaran besaran harga yang ditawarkan.

2. Kesesuaian pengorbanan, yaitu kesesuaian harga yang ditawarkan untuk manfaat yang didapat.

3. Kewajaran harga, yaitu pemberian harga yang wajar pada frutang sehingga diterima masyarakat.

2.2.6 Minat Beli

2.2.6.1 Pengertian Minat Beli

Minat beli adalah selera masing-masing orang yang menjadi dasar pemilihan sesuatu, minat membeli menunjukkan pada kecenderungan seseorang untuk lebih menyukai produk dengan merek tertentu.

Menurut Sukardi (1994) minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi perpaduan dan campuran perasaan, harapan, prasangka, cemas, takut, dan kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.


(48)

Minat beli (willingness to buy) merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap mengkonsumsi. Minat beli konsumen adalah tahap dimana konsumen membentuk pilihan mereka diantara beberapa merek yang tergabung dalam perangkat pilihan, kemudian pada akhirnya melakukan suatu pembelian pada suatu altenatif yang paling disukainya atau proses yang dilalui konsumen untuk membeli suatu barang atau jasa yang didasari oleh bermacam pertimbangan (Sukmawati dan Suyono dalam Annafik dan Raharjo, 2012).

Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael, 2001). Mehta (1994:66) mendefinisikan minat beli sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian. Dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan pernyataan mental dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah roduk dengan merek tertentu. Hal ini angat diperlukan oleh para pemasar untuk mengetahui minat beli konsumen terhadap suatu produk., baik para pemasar maupun ahli ekonomi yang menggunakan variabel minat untuk memprediksi perilaku konsumen di masa yang akan datang.

Schiffman dan Kanuk (1994) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap objek tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk tersebut.


(49)

35

Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang ditawarkan pemasar atau tidak.

Adapun indikator dari minat beli menurut Gunarsih dan Fauzan (2005) adalah sebagai berikut:

1. Ketertarikan pada suatu produk 2. Keinginan segera membeli 3. Pengaruh lingkungan pelanggan

Sedangkan Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo (2012) menyebutkan indikator-indikator minat beli sebagai berikut:

1. Frekuensi mencari informasi. 2. Keinginan segera membeli. 3. Minat preferensial

2.2.7 Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Minat Beli

Pada hakikatnya seseorang membeli barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan. Seseorang membeli barang bukan hanya fisik semata, melainkan manfaat yang ditimbulkan oleh barang atau jasa yang dibeli. Maka dari itu, pengusaha dituntut untuk selalu kreatif, dinamis, dan berpikiran luas. Pemasar yang tidak memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya konsumen sehingga penjualan produknya pun akan cenderung menurun. Jika suatu produk dibuat sesuai dengan dimensi kualitas, bahkan diperkuat dengan periklanan dan harga yang ditawarkan maka akan


(50)

mempengaruhi minat konsumen untuk membeli (Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiyono, Bernard NM (2004) menunjukkan bahwa kualitas produk merupakan antecedent yang berpengaruh terhadap minat beli. Pendapat dari Schiffman dan Kanuk (1997) menyatakan bahwa evaluasi konsumen terhadap kualitas produk akan dapat membantu mereka untuk mempertimbangkan produk mana yang akan mereka beli. Kualitas dapat dinyatakan sebagai harapan dan persepsi para konsumen yang sama baiknya dengan kinerja yang sesungguhnya. Kualitas produk harus sesuai dengan yang dijanjikan oleh semua kegiatan dalam bauran pemasaran. Bagi calon pemakai, kualitas produk ini memang harus dikomunikasikan dengan baik karena dapat membangun minat pelanggan untuk membeli produk yang dimaksud.

Berdasarkan teori dan uraian di atas, kualitas produk yang baik atau tinggi dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan minat beli konsumen terhadap suatu produk dan begitu pula sebaliknya, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif atau searah antara kualitas produk terhadap minat beli konsumen.

2.2.8 Pengaruh Harga Terhadap Minat Beli

Harga merupakan salah satu faktor penentu dalam pemilihan merek yang berkaitan dengan keputusan membeli konsumen. Zeithmal (1988) menyatakan bahwa harga merupakan sesuatu yang dikorbankan oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk. Penelitian dari Raharso (2005) membuktikan bahwa harga yang dirasakan oleh konsumen berpengaruh untuk menimbulkan minat beli.


(51)

37

Dalam membeli suatu produk konsumen tidak hanya mempertimbangkan kualitasnya saja, tetapi juga memikirkan kelayakan harganya (Sweeney,et.al, 2001).

Menurut Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo (2012), harga merupakan salah satu penentu pemilihan produk yang nantinya akan berpengaruh terhadap minat pembelian. Harga seringkali dikaitkan dengan kualitas, konsumen cenderung untuk menggunakan harga sebagai indikator kualitas atau kepuasan potensial dari suatu produk. Banyak hal yang berkaitan dengan harga yang melatar belakangi mengapa konsumen memilih suatu produk untuk dimilikinya. Konsumen memilih suatu produk tersebut karena benar-benar ingin merasakan nilai dan manfaat dari produk tersebut, karena melihat kesempatan memiliki produk tersebut dengan harga yang lebih murah dari biasanya sehingga lebih ekonomis, kerena ada kesempatan untuk mendapatkan hadiah dari pembelian produk tersebut, atau karena ingin dianggap konsumen lain bahwa tahu banyak tentang produk tersebut dan ingin dianggap loyal.

Bila suatu produk mengharuskan konsumen mengeluarkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang diterima, maka yang terjadi adalah bahwa produk tersebut memiliki nilai negatif. Sebaliknya, apabila konsumen menganggap bahwa manfaat yang diterima lebih besar, maka yang terjadi adalah produk tersebut memiliki nilai yang positif. Para konsumen tertarik untuk mendapatkan harga yang pantas. Harga yang pantas berarti nilai yang di persepsikan pantas pada saat transaksi dilakukan. Konsumen beranggapan bahwa


(52)

suatu produk dengan harga yang mahal berarti mempunyai kualitas yang baik, sedangkan apabila harga yang murah mempunyai kualitas yang kurang baik.

Berdasarkan teori dan uraian di atas, selain mempengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas suatu produk, harga yang kompetitif juga dapat mendorong minat beli konsumen terhadap suatu produk karena produk tersebut dianggap ekonomis, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif atau searah antara harga terhadap minat beli konsumen.

2.3 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Kualit as Produk (X1)

Harga (X2)

M inat Beli (Y)


(53)

39

2.4 Hipotesis

Berdasarkan uraian latar belakang dan kajian teori yang ada, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga kualitas produk yang baik akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan minat beli konsumen helm BMC tipe open face.

2. Diduga harga yang kompetitif akan memberikan kontribusi terhadap minat beli konsumen helm BMC tipe open face.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabelnya.

3.1.1 Definisi Operasional 1. Kualitas produk (X1)

Kualitas produk atau mutu produk sering diartikan sebagai komposisi teknis dari suatu produk (Kotler, 1997:49). Mutu/ kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dari produk atau layanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau kebutuhan tersirat. Adapun indikator pada kualitas produk menurut Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo (2012) adalah sebagai berikut:

a. Performance (X1 1)

Kemudahan dan kenyaman pada saat menggunakan helm BMC. b. Reability (X1 2)

Helm BMC jarang mengalami gangguan fungsi seperti pengait kaca atau kancing helm yang macet.

c. Feature (X1 3)

Keberadaan fitur tambahan yang terdapat pada helm BMC seperti anti maling, kaca double visor, serta aksesoris untuk aerodinamis helm.


(55)

41

d. Aesthetic (X1 4)

Warna serta motif yang menarik pada helm BMC. e. Conformance (X1 5)

Kualitas helm BMC telah memenuhi standar SNI. f. Serviceability (X1 6)

Kemudahan memperbaiki dan menggati onderdil pada helm BMC apabila terjadi kerusakan pada komponen helm.

g. Durability (X1 7)

Umur ekonomis helm BMC yang tinggi atau awet. h. Perceived quality (X1 8)

Helm BMC merupakan helm berkualitas tinggi. 2. Harga (X2)

Harga adalah faktor terpenting bagi konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan transaksi atau tidak (Pepadri, 2002). Adapun indikator pada harga menurut Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo (2012) adalah sebagai berikut:

a. Keterjangkauan harga (X2 1)

Keterjangkauan harga helm BMC. b. Kesesuaian harga dengan kualitas (X2 2)

Kesesuaian harga helm BMC dengan kualitas yang dimiliki. c. Daya saing harga (X2 3)

Daya saing harga helm BMC dibandingkan dengan produk helm lain yang sejenis.


(56)

d. Kesesuaian harga dengan manfaat (X2 4)

Kesesuaian harga yang ditawarkan helm BMC dengan manfaat yang didapatkan konsumen.

3. Minat Beli (Y)

Minat beli konsumen adalah tahap dimana konsumen membentuk pilihan mereka diantara beberapa merek yang tergabung dalam perangkat pilihan, kemudian pada akhirnya melakukan suatu pembelian pada suatu altenatif yang paling disukainya atau proses yang dilalui konsumen untuk membeli suatu barang atau jasa yang didasari oleh bermacam pertimbangan (Sukmawati dan Suyono dalam Annafik dan Raharjo, 2012). Adapun indikator minat beli menurut Aldaan Faikar Annafik dan Mudji Rahardjo (2012) adalah sebagai berikut:

a. Frekuensi mencari informasi (Y1)

Konsumen sering mencari informasi tentang helm BMC sebelum membeli. b. Keinginan segera membeli (Y2)

Konsumen ingin segera membeli helm BMC. c. Minat preferensial (Y3)

Konsumen lebih berminat membeli helm BMC daripada helm merek lain yang sejenis.

3.1.2 Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval dengan menggunakan lima poin skala likert (likert scale). Skala likert merupakan metode pengukuran sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Analisis dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian


(57)

43

pertanyaan atau pernyataan yang berasal dari indikator-indikator variabel penelitian yang berkaitan dengan obyek penelitian dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi. Dalam penelitian ini, setiap pertanyaan masing-masing diukur dalam 5 skala dan ujung-ujung ditetapkan dengan kata sifat yang tidak secara kontras berlawanan. sebagai berikut:

Sangat tidak setuju Sangat Setuju

3.2 Teknik Pengambilan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seoran peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Ferdinand, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang hendak membeli dan menggunakan helm BMC tipe open face Galeri Helm Bratang Surabaya.

3.2.2 Sampel

Untuk penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Non Probability sampling yaitu dengan Purposive Sampling (Penarikan sampel berdasarkan kriteria). Ciri-ciri atau kriteria sampel tersebut adalah:

1. Mengetahui produk helm BMC. 2. Berusia 17 – 50 tahun.

Jumlah sampel yang digunakan menurut Ferdinand (2002:48) yaitu : 5


(58)

- Ukuran sampel yang harus terpenuhi dalam model ini adalah 100-200 sampel untuk teknik (Maximum Likelihood Estimation).

- Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

- Karena terdapat 15 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah (15 x 7 = 105) maka sampel yang digunakan adalah minimal sebesar 105 responden.

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis Data

a. Data Primer

Data primer yang diolah dalam penelitian produk helm BMC tipe open face di Galeri Helm Bratang Surabaya diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada pengguna dan calon pembeli produk helm BMC tipe open face.

b. Data Sekunder

Data pendukung yang diperoleh dari perusahaan atau usaha bisnis yang bersangkutan, dalam hal ini obyek yang diteliti.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil langsung kepada calon pembeli dan pengguna helm BMC tipe open face yang berkunjung ke Galeri Helm Bratang Surabaya dengan cara menyebarkan kuesioner.


(59)

45

3.3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan beberapa cara berikut:

a. Observasi

Merupakan pengamatan langsung pada perusahaan untuk mendapatkan bukti-bukti yang berkaitan dengan obyek penelitian.

b. Kuesioner

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada konsumen produk helm BMC tipe open face yang berkunjung ke Galeri Helm Bratang Surabaya untuk diisi agar memperoleh jawaban langsung dari konsumen.

3.4 Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis 3.4.1 Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS), metode Partial Least Square (PLS) merupakan factor indeterminacy metode analisis yang powerful oleh karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuruan skala ukuran variable tertentu dan jumlah sampel dapat kecil. PLS dapat juga digunakan untuk konfirmasi teori. Model persamaan structural untuk menguji teori atau pengembangan teori dengan tujuan prediksi, pendekatan PLS lebih cocok. Dengan pendekatan PLS dapat membantu peneliti untuk mendapatkan nilai variable laten untuk tujuan prediksi, dan PLS dimaksudkan untuk causal-perdictive analysis dalam situasi kompleksitas yang tinggi dan dukungan teori yang rendah. (Ghozali, 2011:18-19)


(60)

1. Inner Model

Inner model yang kadang disebut juga dengan (inner relation, structural model dan substantive theory). Merupakan model yang menggambarkan hubungan antar variable laten berdasarkan pada substantive theory (Ghozali, 2011:23). Perancangan Model Struktural hubungan antar variabel laten didasarkan pada rumusan masalah atau hipotesis penelitian.

Persamaan Model Struktural: η1= γ11 ξ1+ γ12 ξ2 + ζ

Keterangan:

 η = Variabel Laten Endogen (Variabel Terikat)

 ξ = Variabel Laten Eksogen (Variabel Bebas)

 γ = Koefisien pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen

 ζ = Galat model structural

( Sofyan Yamin, 2011: 38)

2. Outer Model

Outer model sering juga disebut (outer relation atau measurement model). Merupakan model yang mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variable latennya (Ghozali, 2011:23). Hubungan antar variabel laten dengan variabel indikatornya bersifat reflektif yaitu perubahan pada variabel laten akan mempengaruhi indikator sebaliknya perubahan pada indikator tidak akan mempengaruhi variabel laten (Sofyan Yamin, 2011:10)


(61)

47

Persamaan Model Pengukuran Variabel Eksogen (Bebas): X1 = X11 + 1

X2 = X21+ 2

X3 = X31 + 3

X4 = X41 + 4

X5 = X51 + 5

X6 = X61 + 6

X7 = X71 + 7

dan seterusnya sampai X12 = X121 + 12

Keterangan:

 X adalah varibel indikator yang dipengaruhi variabel eksogen   adalah variabel laten eksogen

 X adalah loading faktor variabel eksogen   adalah galat pengukuran pada variabel eksogen

(Sofyan Yamin, 2011: 37)

Persamaan Model Pengukuran Variabel Endogen (Terikat) Y1 = Y11 + 1

Y2 = Y21 + 2

Y3 = Y31 + 3

Keterangan:

 Y adalah variabel indikator yang dipengaruhi variabel endogen   adalah variabel laten endogen


(62)

 Y adalah loading faktor variabel endogen   adalah galat pengukuran pada variabel endogen

(Sofyan Yamin, 2011:38)

3. Evaluasi Goodness Of Fit Outer Model

Dievaluasi berdasarkan substantive theory-nya yaitu dengan melihat signifikansi dan weight yang meliputi:

a. Convergent Validity

Convergent validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item score/component score dengan construct score yang dihitung dengan PLS. Ukuran reflektif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,7 dengan konstruk yang ingin diukur. Namun demikian untuk penelitian pada tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup (Ghozali, 2011:25).

b. Discriminant Validity

Discriminant validity dari model pengukuran dengan refleksif indicator dinilai berdasarkan crossloading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal ini menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik. Metode lain yang dapat digunakan adalah membandingkan nilai square roof of average variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model.


(63)

49

Jika nilai akar kuadrat AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik. Dimana nilai AVE atau Cross Loading lebih besar dari 0,05 (Ghozali, 2011:25).

c. Composite Reliability

Composite reliability blok indicator yang mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dengan dua macam yaitu internal concistency dan Cronbach Alpha. Nilai batas yang diterima untuk tingkat reliabilitas composite adalah lebih besar dari 0,7. Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan Cronbach Alpha, nilai yang diharapkan lebih besar dari 0,6 untuk semua konstruk (Ghozali, 2011:25-26).

4. Evaluasi Goodness Of Fit Inner Model

Dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk dependen dan diukur dengan melihat Q-Square predictive relevance untuk mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Nilai Q-square lebih besar 0 (nol) menunjukkan bahwa model mempunyai nilai predictive relevance (Ghozali, 2011:26).

3.4.2. Uji Hipotesis

Hipotesis statistik untuk outer model adalah:

Ho : λi = 0 : indikator yang digunakan dapat memprediksi variabel laten. H1 : λi ≠ 0 : Indikator yang digunakan tidak dapat memprediksi variabel laten.


(64)

Hipotesis 1:

Ho: γi=0 : Terdapat pengaruh positif antara kualitas produk terhadap minat beli konsumen helm BMC tipe open face.

H1: γi≠0 : Tidak ada pengaruh positif antara kualitas produk terhadap minat beli konsumen helm BMC tipe open face.

Hipotesis 2:

Ho: γi=0 : Terdapat pengaruh positif antara harga terdapat minat beli konsumen helm BMC tipe open face.

H1 : γi ≠ 0 : Tidak ada pengaruh positif antara harga terdapat minat beli konsumen helm BMC tipe open face.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Semakin baik kualitas produk akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan minat beli konsumen helm BMC tipe open face.

2. Harga yang terjangkau tidak mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan minat beli konsumen helm BMC tipe open face.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian serta uraian di atas untuk dapat dijadikan pertimbangan bagi obyek penelitian dan peneliti lain adalah sebagai berikut:

1. Indikator perceived quality dan reability merupakan indikator yang paling besar memiliki kontribusi terhadap minat beli konsumen, untuk produsen helm BMC yaitu DMI 1 diharapkan terus berusaha meningkatkan kualitas produknya melalui indikator-indikator lain agar lebih dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan minat beli konsumen serta menjaga

perceived quality dari helm BMC .

2. Bagi obyek penelitian yaitu Galeri Helm Bratang Surabaya diharapkan selalu melengkapi koleksi atau stok helm BMC khusunya tipe open face dengan


(2)

73

banyak varian jenis, motif, serta warna agar lebih dapat menarik minat beli konsumen terhadap helm BMC.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel serta indikator lain yang diharapkan dapat memberikan pengaruh atau kontribusi yang lebih besar terhadap minat beli mengingat penelitian ini hanya memfokuskan pada 2 variabel independen yaitu kualitas produk dan harga.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J.C. and D.W. Gerbing, 1988, “Structural Equation Modelling in Practice: A Review and Recommended Two Step Approach”, Psychological

Bulletin, 103 (3), 411-23.

Annafik, Aldaan Faikar dan Rahardjo, Mudji, 2012, “Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga, dan Daya Tarik Iklan Terhadap Minat Beli Sepeda Motor Yamaha (Studi Kasus Pada Konsumen Yamaha SS Cabang Kedungmundu Semarang)”, Diponegoro Journal Of Management, Vol 1, No 2, 274-281, Semarang.

Assael, H., 2001, “Consumer Behaviour and Marketing Action”, PWS-Kent

Publishing Company, 4th ed, Boston.

Assauri, Sofjan, 1993, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi 4, Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia , Jakarta.

Budiyono, dan Bernard, N.M., 2004, “Studi Mengenai Pengembangan Strategi Produk (Studi Kasus Minat Beli Produk Baru Telkom Flexi di Surabaya)”, Jurnal

Sains Pemasaran Indonesia, Vol. III, No.2.

Buzzell, Robert D and Gale, Bradlu T., 1987, “Market Share – a key to Probability”, Harvard Business Review, Vol.53, Iss I, pp. 491-504.

Dodds, William, 1991, “In Search Of Value: How Price And Store Name Information Influence Buyer’s Product Perception”, The Journal of Service

Marketing.

Engel James at al, 1994, Perilaku Konsumen, Jilid 2, Binarupa Aksara, Jakarta. Ferdinand, Augusty, 2002, Structural Equation Modelling Dalam Penelitian

Manajemen, BP Undip, Semarang.

Ghozali, 2008, Structural Equation Modelling Metode Alternatif dengan Partial

Least Square. Badan Penerbit Undip, Semarang.

Gunarsih dan Fauzan, 2005, “Pengaruh Atribut Produk dan Minat Konsumen Terhadap Loyalitas Konsumen (Studi Kasus pada Produk AJB Bumiputera 1912)”, Thesis Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Surakarta, Surakarta.

Hawkins, D., Best, Roger, J dan Coney, Kenneth A., 1995, Consumer Behaviour, Irwin, Chicago.


(4)

Johnson, Michael D dan Gustafson, Anders, 2000, “Improving Customer

Satisfaction, Loyalty And Profit”, Josey Bass, Francisco.

Keegen, Warren J., Moriarty, Sandra E., dan Duncan, Thomas R., 1993,

Marketing, Prentice-Hall International Inc., 2th ed, Englewood Cliffs, New

Jersey.

Kotler, Philip, 1992, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan,

Implementasi, dan Pengendalian, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta.

_____________, 1996, Prinsip Pemasaran, Edisi ketujuh, Jilid II, Erlangga, Jakarta.

_____________, 1997, Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencaan,

Implementsai dan Kontrol, Jilid 2, PT. Prehallindo, Jakarta.

_____________, 2002, Manajemen Pemasaran, Edisi Millenium, Jilid 2, PT Prenhallindo, Jakarta.

_____________, 2005, Marketing Management: Analiysis, Planning, Implementation, and Control, Englewood Cliffs, NJ: PrenticeHall, Inc.

_____________, 2006, Marketing Management, 12th ed., Prentice Hall, New Jersey.

_____________ and Amstrong, 1992, Dasar-Dasar Pemasaran, Intermedia, Jakarta.

Loudon, D.L. and Bitta, A.J. Della, 1993, Consumer Behaviour: Concept and

Applications, 4th ed, McGraw-Hill Inc., New York.

Mehta, 1994, “Evaluating Advertising Effectiveness Through Advertising Response Modelling (ARM)”. Advertising and Consumer Psychology

Conference, Minneapolis, MN, My 13-14.

Meilani, Yohana F. Cahya Palupi dan Simanjuntak, Sahat, 2012, “Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Produk Makanan dan Minuman Usaha Kecil Menengah Kabupaten Tangerang”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 14, No. 2, 164-172, September, Tangerang.

Mowen, John C., 1993, Consumer Behaviour, McMillan Publishing Company, New York.

Pepadri, Isman, 2002, “Pricing Is The Moment Of Truth, All Marketing Comes To Focus In The Pricing Decision”, Usahawan, No. 10 th XXXI, Oktober,


(5)

Perlusz, S. Gattiker, Urs E. Pedersen, Pia, 2000, “Talk To Your Internet Customers: What B2B and B2C Client Want To Know”, Departemen of

Production, Aalborg University, Denmark.

Pride, William M. & Farrel, OC, 1995, Marketing, 5th Edition, Alih bahasa: Daniel Wirajaya, Binarupa Aksara, Jakarta.

Raharso, Sri, 2005, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan dan Kesetiaan Wisatawan”, Jurnal Bisnis Strategi, Vol 14 No.2, p.143-154.

Schiffman, L.G. and Kanuk, L.L., 1994, Consumer Behaviour, 60th ed., Prentice Hall International Inc, New Jersey.

Sethi, Rajesh, 2001, “Cross-Functional Product Development Teams, Creativity, And The Innovativeness Of New Customer Products”, Jurnal of Marketing

Research, Vol XXXVIII, pp.73-85.

Setiadi, Nugroho J., 2003, Perilaku Konsumen: Konsep dan implikasi untuk

strategi & penelitian pemasaran, Kencana, Jakarta.

Stanton, William J., 1983, Prinsip Pemasaran (Jilid 1), Edisi Ketujuh, Erlangga, Jakarta.

________________, 1997, Fundamentals of Marketing, 5th ed, McGraw-Hill, New York.

Sukardi, Dewa Ketut, 1994, Analisis Inventori Minat dan Kepribadian, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Swastha , Basu dan Handoko, 1987, Manajemen Pemasaran: Analisa Perilaku

Konsumen, Liberty, Yogyakarta.

_____________ dan Irawan, 1983, Manajemen Pemasaran Modern, Liberty, Yogyakarta.

________________________, 1998, Manajemen Penjualan, Edisi ketiga, BPFE, Yogyakarta.

________________________, 2001, Manajemen Pemasaran Modern, Liberty, Yogyakarta.

Sweeney, Soutar dan Johnson, 2001, “Consumer Perceived Value: The Development of a Multiple Item Scale”, Journal of Retailing 77, 203-220.


(6)

_______________, J.C. and Johnson, I.W., 1998, “Consumer Perceived Value: Development of a Multiple Item Scale”, American Marketing Association

Conference Proccedings, p.138.

Tjiptono, Fandi, 2008, Strategi Pemasaran, Andi Offset, Yogyakarta.

____________, 2009, Service Marketing Esensi dan Aplikasi, Bayu Media, Malang.

Wardhani, Nuruni Ika Kusuma, 2012, “Analisis Kualitas Produk dan Harga Dalam Meningkatkan Loyalitas Melalui Kepuasan Pelanggan Pada Minuman Sari Buah Frutang”. Jurnal Neo-Bis. Vol 6, No.1, Juni, Surabaya.

Yamin, Sofyan, 2011, Partial Least Square Part Modelling: Aplikasi dengan

Software XLSTAT, SmartPLS, dan Visual PLS, Seri 4, Salemba Infotek,

Jakarta.

Zeithmal, A. Valerie, 1988, “Consumer Perceptions Of Price, Quality And Values: A Means – End Model And Synthetic Of Evidence”, Journal of