PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENGGUNAAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 1 NGAWEN KLATEN

(1)

commit to user

PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

MELALUI PENGGUNAAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS VII E

SMP NEGERI 1 NGAWEN KLATEN

SKRIPSI

Oleh :

Riva Rizky Kurniawan

NIM.K5606048

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Bambang Wijanarko, M.kes

Slamet Widodo, S.Pd, M.Or.

NIP. 19620518 198702 1 001 NIP.19711228 200312 1 001


(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Pada hari : Jum’at

Tanggal : 21 Januari 2011

Tim Penguji Skripsi :

(Nama Terang) (Tanda Tangan)

Ketua : Drs. H. Agustiyanto, M.Pd

__________________

Sekretaris : Slamet Riyadi, S.Pd, M.Or

__________________

Anggota I : Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes

__________________

Anggota II : Slamet Widodo, S.Pd, M.Or

__________________

Disahkan oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

NIP. 19600727198702 1 001


(4)

commit to user

iv

ABSTRAK

Riva Rizky Kurniawan. PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT

JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENGGUNAAN ALAT BANTU

PADA SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 1 NGAWEN KLATEN.

Skripsi,

Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret

Surakarta, Juli. 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

lompat jauh gaya jongkok melalui penggunaan alat bantu pada siswa kelas VII-E

SMP Negeri 1 Ngawen Klaten tahun pelajaran 2009/2010.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Ngawen

Klaten tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 35 orang yang terdiri atas 18 siswa

putri dan 17 siswa putra. Teknik pengumpulan data dengan obeservasi dan

penilaian hasil belajar lompat jauh gaya jongkok. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif yang didasarkan pada

analisis kuantitatif dengan persentase.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa: pembelajaran

dengan penggunaan alat bantu, dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya

jongkok pada siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Ngawen Klaten. Dari hasil analisis

yang diperoleh peningkatan yang signifikan dari siklus I dan siklus II. hasil

belajar lompat jauh gaya jongkok pada siklus I dalam kategori tuntas adalah

48,57% jumlah siswa yang tuntas adalah 17 siswa. Pada siklus II terjadi

peningkatan prosentase hasil belajar siswa dalam kategori tuntas sebesar 94,29%,

yaitu siswa yang tuntas 33 siswa.


(5)

commit to user

v

ABSTRACT

Riva Rizki Kurniawan. IMPROVING A RESULT OF LEARNING A

LONG JUMP WITH SQUAT STYLE THROUGH IN USING OF HELP

INSTRUMENT ON THE STUDENT OF VII E DEGREE IN SMPN 1

NGAWEN KLATEN. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and

Education, University of Surakarta Eleven March, July. 2010.

This study aims to determine learning outcomes increase the long jump

squat style through the use of the tools in class VII-E SMP Negeri 1 Klaten

Ngawen academic year 2009/2010. This research used Classroom Action

Research (CAR). Sources of research data is of class VII-E SMP Negeri 1 Klaten

Ngawen school year 2009/2010 amounted to 35 people consisting of 18 students

and 17 student daughter's son. Data collection techniques by observation and

assessment of learning outcomes long jump squat style. The data analysis

technique used in this research is descriptive, based on quantitative analysis with

the percentage.

Based on the results obtained the conclusion that: learning to use tools, can

improve learning outcomes in the long jump squat style class VII-E SMP Negeri 1

Klaten Ngawen. The results of analysis obtained a significant increase of cycle I

and cycle II. learning outcomes long jump squat style in the first cycle in a

complete category is 48.57% the number of students who pass is 17 students. In

the second cycle there was an increase percentage in the category of student

learning outcomes completed by 94.29%, ie students who pass the 33 students..


(6)

commit to user

vi

MOTTO

Semangat untuk terus berusaha adalah jalan terbaik untuk meraih cita-cita.

(Penulis)

Selalu menghargai seorang sahabat, karena sahabat adalah orang terdekat yang

rela mengorbankan banyak hal untuk bantu kita.

(penulis)


(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

Bapak dan Ibu Tersayang atas semua perhatian dan bimbinganya

Kakak dan adekku tercinta

Keluarga

Isyana Sarwindiasri

Fatoni, Latif, Asroli, Angga, Lubna, Budi, Roi

Teman –teman JPOK UNS angkatan 2006


(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan

skripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi

berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh

karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1.

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2.

Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3.

Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4.

Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes sebagai pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5.

Slamet Widodo, S.Pd, M.Or sebagai pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

6.

Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Ngawen Klaten yang telah memberikan ijin

penelitian.

7.

Para siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Ngawen Klaten yang telah bersedia

menjadi sumber data dalam penelitian ini.

8.

Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang

Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat

bermanfaat.

Surakarta, 30 September 2010

R.R.K


(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...

i

Halaman Pengesahan Pembimbing ...

ii

Halaman Pengesahan ... iii

Abstrak ... iv

Motto ... vi

Persembahan ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi... ix

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lapiran ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ...

1

A.

Latar Belakang Masalah ...

1

B.

Perumusan Masalah ...

4

C.

Tujuan Penelitian ...

4

D.

Manfaat Penelitian ...

4

BAB II. LANDASAN TEORI ...

5

A.

Tinjauan Pustaka ...

5

1.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ...

5

a.

Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ...

5

b.

Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ...

6

2.

Lompat Jauh ...

7

a.

Lompat Jauh Gaya Jongkok ...

7

b.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Lompat Jauh ...

8

c.

Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok ...

9

1)

Awalan ...

9

2)

Tumpuan ... 11

3)

Melayang di Udara ... 12


(10)

commit to user

x

3.

Pembelajaran ... 14

a

Definisi Pembelajaran ... 14

b

Ciri-ciri dalam pembelajaran ... 15

1)

Motivasi Belajar ... 16

2)

Bahan Belajar... ... 16

3)

Alat Bantu Belajar ... 17

4)

Suasana Belajar ... 17

5)

Kondisi Siswa yang Belajar ... 17

c

Prinsip-prinsip dalam Pembelajaran ... 17

1)

Perhatian dan Motivasi Belajar ... 18

2)

Keaktifan Siswa ... 19

3)

Keterlibatan Langsung Siswa ... 19

4)

Pengulangan Belajar ... 20

5)

Tantangan ... 20

6)

Balikan dan Penguatan ... 21

7)

Perbedaan Individu ... 21

4.

Penggunaan Alat Bantu ... 22

B.

Kerangka Pemikiran ... 23

C.

Perumusan Hipotesis ... 25

BAB III. METODE PENELITIAN... 26

A.

Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

1.

Waktu Penelitian ... 26

2.

Tempat Penelitian ... 26

B.

Metode Penelitian ... 27

C.

Subjek Penelitian ... 28

D.

Variabel Penelitian ... 28

E.

Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data ... 29

F.

Teknik Analisis Data ... 30

G.

Prosedur Penelitian ... 31

H.

Proses Penelitian ... 32


(11)

commit to user

xi

2.

Rancangan Siklus II ... 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A.

Deskripsi Tiap Siklus ... 36

1.

Pra Siklus ... 36

a.

Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Sebelum

Diberikan Pembelajaran dengan Penggunaan Alat Bantu ... 37

2.

Siklus I ... 38

a.

Rencana Tindakan I... 38

b.

Pelaksanaan Tindakan I... 40

c.

Observasi dan Interpelasi Tindakan I ... 45

d.

Analisis dan Refleksi Tindakan I ... 46

e.

Data Deskripsi Tindakan I ... 48

3.

Siklus II ... 49

a.

Rencana Tindakan II ... 50

b.

Pelaksanaan Tindakan II ... 51

c.

Observasi dan Interpelasi Tindakan II ... 55

d.

Analisis dan Refleksi Tindakan II ... 57

e.

Deskripsi Data Tindakan II ... 58

B.

Pembahasan Hasil Penelitiam ... 59

BAB V. SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN ... 62

A.

Simpulan ... 62

B.

Implikasi ... 62

C.

Saran ... 64

Daftar Pustaka ... 65


(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ... 26

Tabel 2.

Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 29

Tabel 3.

Indikator Pencapaian Hasil Belajar Siswa ... 34

Tabel 4.

Diskripsi Data Awal Hasil Belajar Lompat jauh Gaya Jongkok

Sebelum Diberikan Tindakan Melalui Model Pembelajaran

dengan Penggunaan alat bantu ... 37

Tabel 5.

Deskripsi Data Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok

Setelah Diberikan Model Pembelajaran Dengan Penggunaan

Alat Bantu Tindakan I ... 49

Tabel 6.

Deskripsi Data Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok

Setelah Diberikan Model Pembelajaran dengan Penggunaan

Alat Bantu Tindakan II ... 58

Tabel 7.

Hasil Perbandingan Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok

Setelah Diberikan Model Pembelajaran dengan Penggunaan

Alat Bantu Siklus I dan Siklus II ... 59


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ilustrasi Awalan Lompat Jauh ... 11

Gambar 2. Tumpuan dalam Lompat Jauh ... 12

Gambar 3. Sikap Melayang di Udara ... 13

Gambar 4. Teknik Pendaratan Lompat Jauh ... 14

Gambar 5. Alur Kerangka Berpikir ... 25


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Data Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa

Kelas VII-E SMP Negeri 1 Ngawen Klaten Tahun Ajaran

2009/2010 Sebelum Dilakukan Tindakan ... 66

Lampiran 2

Data Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa

Kelas VII-E SMP Negeri 1 Ngawen Klaten Tahun Ajaran

2009/2010 Setelah Siklus I ... 68

Lampiran 3

Data Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa

Kelas VII-E SMP Negeri 1 Ngawen Klaten Tahun Ajaran

2009/2010 Setelah siklus II ... 70

Lampiran 4

Rekapitulasi Tes Awal Hasil Lompat Juah Gaya Jongkok

Pada Siswa SMP N 1 Ngawen Klaten Tahun Ajaran

2009/2010 ... 72

Lampiran 5

Rekapitulasi Siklus I. Hasil Lompat Juah Gaya Jongkok Pada

Siswa SMP N 1 Ngawen Klaten Tahun Ajaran 2009/2010 ... 73

Lampiran 6

Rekapitulasi Siklus II. Hasil Lompat Juah Gaya Jongkok

Pada Siswa SMP N 1 Ngawen Klaten Tahun Ajaran

2009/2010 ... 74

Lampiran 7

Rekapitulasi Data Hasil Tes Lompat Jauh Gaya Jongkok dan

Nilai Psikomotor Pada Siswa kelas VII-E Smp Negeri 1

Ngawen Klaten Tahun Ajaran 2009/2010 ... 75

Lampiran 8

Rekapitulasi Data Hasil Tes Lompat Jauh Gaya Jongkok dan

Nilai Psikomotor Pada Siswa kelas VII-E SMP Negeri 1

Ngawen Klaten Tahun Ajaran 2009/2010 ... 77

Lampiran 9

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 79

Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 84


(15)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan suatu aktivitas jasmani yang didesain

untuk meningkatkan kebugaran jasmanian yang disalurkan melalui suatu proses

pembelajaran, dengan mengembangkan ketrampilan motorik, pengetahuan dan

perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi. Tujuan yang

ingin dicapai ialah bemacam-macam mencakup pengembangan individu secara

menyeluruh, yaitu aspek jasmani, aspek mental, emosional, sosial, dan spiritual.

Dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

yang dilaksanakan di sekolah memiliki peranan sangat penting yaitu, memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam aktivitas jasmani,

olahraga dan kesehatan yang dilakukan secara sistematis. Hal tersebut bertujuan

untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik,

sekaligus membentuk pola hidup sehat.

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani didalamnya diajarkan

beberapa macam cabang olahraga yang terangkum kurikulum pendidikan jasmani.

Salah satu cabang olahraga yang diajarkan dalam pendidikan jasmani yaitu atletik.

Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga yang diajarkan dari sekolah

tingkat paling rendah (SD) bahkan Perguruan Tinggi (PT). Seperti dikemukakan

Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman (1999/2000: 1) bahwa, “atletik

merupakan salah satu mata pelajaran pendidikan jasmani kepada siswa dari

Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP) dan Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)”.

Seorang guru pendidikan jasmani dan kesehatan untuk mencapai

tujuan pembelajaran atletik, harus memperhatikan perkembangan anak,

karakteristik anak, kemampuan anak dan kesukaan anak serta tujuan yang harus di

capai. Cabang olahraga atletik didalamnya terdiri dari empat nomor utama yaitu

jalan, lari dan lempar. Dari setiap nomor tersebut didalamnya terdapat beberapa


(16)

commit to user

nomor yang diperlombakan. Untuk nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak

menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari

cross

county

. Nomor lompat meliputi: lompat jauh, lompat tinggi, lompat jangkit,

lompat tinggi galah. Nomor lempar meliputi lempar cakram, lompat jauh, lompat

jauh dan lontar martil.

Berkaitan dengan nomor-nomor atletik, penelitian ini akan mengkaji

dan meneliti nomor lompat khususnya lompat jauh gaya jongkok. Lompat jauh

gaya jongkok merupakan suatu rangkaian gerakan yang diawali dengan berlari,

menumpu untuk menolak, melayang di udara dengan sikap jongkok dan mendarat

sejauh-jauhnya. Upaya membelajarkan lompat jauh gaya jongkok pada siswa

sekolah perlu diterapkan cara mengajar yang baik dan tepat. Hal ini karena, para

siswa pada umumnya belum menguasai teknik lompat jauh gaya jongkok, bahkan

para siswa kurang senang dengan pembelajaran atletik.

Anak tidak pada tempatnya bila mereka dilatih untuk mencapai

prestasi tinggi dalam olahraga tetapi sebaliknya mereka harus dibimbing sesuai

dengan kemampuannya. Dalam pengajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar

harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa baik ditinjau dari segi fisik

maupun ditinjau dari segi mental. Selanjutnya menurut Djumidar (2007: 11.31)

“dunia anak lebih dekat dengan situasi permainan dari pada yang serius, di

dalam pembelajaran disajikan banyak variasi-variasi agar supaya tidak mudah

jenuh sebab siswa kerap kali juga cepat bosan melaksanakan kegiatannya”.

Model penggunaan alat bantu, dimaksudkan untuk mengembangkan

aspek-aspek kemampuan motorik melalui aktivitas pembelajaran yang variatif,

berjenjang tingkat kesulitannya. Permainan atletik merupakan kombinasi antara

kegembiraan gerak dan tantangan tugas gerak yang dekat dengan pengalaman

nyata. Dengan demikian guru dapat memanfaatkan penggunaan alat bantu ini

untuk memotivasi siswa melakukan lompat jauh dengan memberikan materi yang

merangsang dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pemanasan dengan

permainan agar siswa senang dalam mengikuti pembelajaran lebih lanjut.

Pembelajaran lompat jauh menggunakan alat bantu tali dan bola gantung

sebagai rangsangan terhadap tolakkan yang sesunguhnya merupakan bentuk


(17)

commit to user

3

pembelajaran lompat jauh yang bertujuan untuk merangsang siswa tehadap

peningkatan penguasaan lompat jauh. Namun dari model pembelajaran tersebut

belum diketahui efektivitasnya, karena pembelajaran tersebut memiliki kelebihan

dan kelemahan, sehingga belum diketahui apakah pembelajaran tersebut

mempengaruhi hasil belajar lompat jauh gaya jongkok. Untuk itu perlu adanya

penelitian yang menggunakan model tersebut.

Kenyataan di lapangan kita temukan siswa merasa kurang senang dan

kurang suka ketika guru menyampaikan materi atletik khususnya lompat jauh,

terlebih lagi setelah melihat sarana dan prasarana yang digunakan merupakan alat

pembelajaran yang sesungguhnya anak akan merasa bosan dan enggan untuk

mengikuti dengan berbagai alasan misalnya: alat terlalu sakit, sulit melakukan

tekniknya dan lain sebagainya. Selain itu materi lompat jauh merupakan materi

yang sulit dan membosankan bagi siswa.

Pembelajaran lompat jauh menggunakan alat bantu tali dan bola gantung

sebagai rangsangan siswa terhadap penguasaan lompat jauh dengan baik. Di sisi

lain juga bertujuan untuk mengembangkan penguasaan teknik lompat jauh gaya

jongkok. Namun demikian, lompatan dapat dicapai dengan baik tidak hanya

dipengaruhi pembelajaran yang baik dan terprogram tetapi juga tenik merupakan

unsur penting dalam lompat jauh.

Dari berbagai penyebab di atas masalah yang muncul sesungguhnya

adalah kualitas proses belajar mengajar yang kurang baik, sehingga

mengakibatkan penguasaan peserta didik terhadap materi atletik nomor lompat

jauh gaya jongkok mengalami kesulitan.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis bermaksud mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) pada siswa kelas VII E di SMP N 1 Ngawen Klaten Tahun Ajaran 2009 / 2010, dengan judul ”Peningkatan Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok melalui Penggunaan Alat Bantu Pada Siswa Kelas VII E SMP N 1 Ngawn Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010”.


(18)

commit to user

B.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka didapat

perumusan masalah sebagai berikut: Apakah pembelajaran melalui penggunaan

alat bantu dapat meningkatkan hasil pembelajaran lompat jauh gaya jongkok

pada siswa kelas VII E SMP N 1 Ngawen Klaten tahun pelajaran 2009/2010?

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini

mempunyai tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil pembelajaran lompat

jauh gaya jongkok melalui penggunaan alat bantu pada siswa kelas VII E SMP N

1 Ngawen Klaten tahun pelajaran 2009/2010.

D.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1.

Manfaat teoritis:

Menemukan teori/pengetahuan baru tentang peningkatan hasil belajar siswa

kelas VII-E SMP Negeri 1 Ngawen Klaten tahun 2009/2010 melalui

penggunaan alat bantu dalam pembelajaran pendidikan jasmani dengan materi

lompat jauh.

2.

Manfaat praktis:

a.

Bagi guru: melalui penelitian ini guru dapat menerapkan pembelajaran

pendidikan jasmani melalui penggunaan alat bantu.

b.

Bagi siswa: menumbuhkan dan meningkatkan minat serta hasil belajar

dalam pembelajaran pendidikan jasmani melalui penggunaan alat bantu.

c.

Bagi sekolah: hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan sekolah


(19)

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Tinjauan Pusataka

1.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

a.

Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Ruang lingkup Penjasorkes pada umumnya terletak pada pendidikan

yang bertujuan untuk menggerakan dan menggembangkan aspek psikomotor pada

siswa, dan hal ini sangat penting untuk dipahami oleh setiap guru

penjasorkes.Pada dasarnya pengertian penjasorkes sendiri merupakan terjemahan

dari

physical education

yang digunakan di Amerika. Sedangkan makna dari

penjasorkesnsendiri adalah pendidikan mengenai fisik dan mental seseorang.Jadi

arti pendidikan disini adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang

atau kelompok dalam usaha untuk mendewasakan anak melalui pengajaran dan

pelatihan.Dengan

demikian

penjasorkes

adalah

suatu

proses

aktivitas

jasmani,yang dirancang dan disusn secara sistematis,untuk merangsang

pertumbuhan dan perkembangan,meningkatkan kemampuan dan keterampilan

jasmani,kecerdasan dan pembentukan watak serta nilai dan sikap yang positif bagi

setiap warga negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Selanjutnya beberapa pengertian tentang penjasorkes sendiri yang telah

dikemukakan oleh beberapa ahli ternyata belum ada kesepakatan rumusan yang

sama. Meskipun demikian,dari rumusan – rumusan mengenai penjasorkes terdapat

beberapa kesamaan komponen yang terlibat, dan menjadi dasar serta tujuan

pelaksanaan penjasorkes. Berikut pengertian penjas menurut Adang Suherman

(2000 : 22). Bahwa ;

”Pengertian pendidikan jasmani dapat dilihat dari dua sudut

pandang,yaitu pandangan tradisional dan pandangan modern,pandangan

tradisional manusia terdiri dari dua komponen utama yang dapat di

pilah–pilah yaitu jasmani dan rohani (dikotomi).Oleh karena

itu,pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan untuk

keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa.Pandangan

modern menganggap manusia sebagai satu kesatuan yang utuh


(20)

commit to user

(holistik).Oleh karena itu,pendidikan jasmani adalah proses pendidikan

melalui aktivitas jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan

untuk meningkatkan kemampuan jasmani”.

Selanjutnya pengertian penjasorkes menurut Syarifuddin dan muhadi

(1992 : 04). Bahwa :

”Tujuan umum penjasorkes di sekolah adalah memacu kepada

pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional, dan sosial

yang selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan kemampuan

gerak dasar, menanamkan nilai sikap dan membiasakan hidup

sehat,memacu aktivitas sistem peredaran

darah, pencernanaan,

pernapasan, dan persyarafan. Penjasorkes dapat pula menanamkan

nilai-nilai disiplin, kerjasama, sportivitas, tenggang rasa, dapat meningkatkan

pengetahuan penjasorkes, menanamkan kegemaran untuk melakukan

aktivitas jasmani”.

Oleh karena itu apabila pembelajaran penjasorkes yang dilaksanakan di

sekolah dapat terorganisir dengan baik,akan dapat memberikan sumbangan yang

sangat berarti dalam pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani yang

harmonis maupun dalam rangka menyiapkan siswa secara fisiologis yang

mengarah kepada usaha – usaha keras berguna untuk meningkatkan kemantapan

jasmani dan rohani dalam membantu mengembangkan kemampuan dan

kepribadian yang sangat besar pengaruhnya terhadap penyesuaian diri di dalam

lingkungannya dan dijelaskan bahwa materi yang disajikan dalam pembelajaran

penjasorkes harus menunjang tujuan dalam pengajaran penjasorkes itu sendiri.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penjasorkes adalah

suatu proses perubahan tingkah laku individu atau kelompok dalam usaha

pendewasaan sikap seseorang ,melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang

dalam hal ini proses atau aktivitas gerak jasmani itu sendiri.

b.

Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Tujuan penjasorkes harus berorientasi pada setiap siswa .pendekatn

pemecahan masalah merupakan cara yang baik apabila digunakan dalam

pengajaran atau plajaran pendidikan jasmani.Karena pendekatan ini dapat

meningkatkan partisipasi maksimum,memberikan keleluasasn gerak yang

memadai dan meningkatkan kemungkinan keberhasilan.


(21)

commit to user

7

Secara umum tujuan pendidikan jasmani menurut Adang Suherman

(2000 : 23) dapat di klasifikasikan ke dalam empat kategori,yaitu :

a.

perkembangan fisik.Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan

melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan

fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitness).

b.

Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan

melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna

(skillfull).

c.

Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan

berfikir dengan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang

pendidikan jasmani kedalam lingkungannya sehingga memungkinkan

tumbuh dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab

siswa.

d.

Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan

siswa dalam menyesuaikan diri pad suatu kelompok atau masyarakat.

2.

Lompat Jauh

a. Lompat Jauh Gaya Jongkok

Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga

atletik. Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerakan melompat, melayang dan

mendarat sejauh-jauhnya. Gerakan-gerakan dalam lompat jauh tersebut harus

dilakukan secara baik dan harmonis tidak diputus-putus pelaksanaannya agar

diperoleh lompatan sejauh-jauhnya. Berkaitan dengan lompat jauh Aip

Syarifuddin (1992:90) menyatakan, “Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan

melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat

badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat

dan dengan jalan melalui tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang

sejauh-jauhnya”. Pendapat lain dikemukakan Yudha M. Saputra (2001: 47)

bahwa, “Lompat jauh adalah keterampilan gerak berpindah dari satu tempat ke

tempat lainnya dengan satu kali tolakan ke depan sejauh mungkin”.

Prinsip dari lompat jauh yaitu mencapai jarak lompatan sejauh-jauhnya.

Untuk mencapai jarak lomptan yang sejauh-jauhnya, maka seorang pelompat

dapat melakukannya dengan berbagai gaya salah satunya gaya jongkok. Lompat

jauh gaya jongkok disebut juga gaya duduk di udara (

sit down in the air

).


(22)

commit to user

Dikatakan gaya jongkok karena gerakan yang dilakukan pada saat melayang di

udara membentuk gerakan seperti orang jongkok atau duduk. Gerakan jongkok

atau duduk ini terlihat saat membungkukkan badan dan kedua lutut ditekuk, kedua

tangan ke depan. Pada saat mendarat kedua kaki dijulurkan ke depan, mendarat

dengan bagian tumit lebih dahulu dan kedua tangan ke depan. Untuk menghindari

kesalahan saat mendarat, maka diikuti dengan menjatuhkan badan ke depan.

Lompat jauh gaya jongkok merupakan gaya yang paling mudah dilakukan

terutama bagi anak-anak sekolah dan gaya yang paling mudah untuk dipelajari

(Aip Syarifuddin, 1992:93). Lompat jauh gaya jongkok dianggap mudah karena

tidak banyak gerakan yang harus dilakukan pada saat melayang di udara, jika

dibandingkan dengan gaya lainnya. Salah satu hal yang harus diperhatikan pada

gaya jongkok terletak pada membungkukkan badan dan menekuk kedua lutut

serta menjulurkan kedua kaki ke depan dengan kedua lengan tetap ke depan untuk

mendarat.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Lompat Jauh

Mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya dan dinyatakan sah

berdasarkan peraturan yang berlaku adalah tujuan dari lompat jauh. Namun untuk

mencapai prestasi lompat jauh secara maksimal banyak faktor yang

mempengaruhinya. Tamsir Riyadi (1985: 95) menyatakan, “Unsur-unsur yang

berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan lompat jauh

meliputi daya ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi dan

keseimbangan”. Menurut Jonath U., Haag E. dan Krempel R. (1987:196)

persyaratan yang harus dipenuhi pelompat jauh yaitu: ”Faktor kondisi fisik yaitu,

kecepatan, tenaga loncat, kemudahan gerak khusus, ketangkasan dan rasa irama.

Faktor teknik yang meliputi ancang-ancang, lepas tapak tahap melayang dan

pendaratan”.

Berdasarkan dua pendapat di atas menunjukkan bahwa, untuk mencapai

prestasi lompat jauh dipengaruhi oleh faktor kondisi fisik dan faktor teknik

melompat. Ditinjau dari kondisi fisik, komponen fisik yang dapat mempengaruhi

pencapaian prestasi lompat jauh antara lain daya ledak, kecepatan, kekuatan,


(23)

commit to user

9

kelincahan, kelentukan, koordinasi. Sedangkan ditinjau dari teknik melompat

meliputi awalan, tolakan, melayang di udara dan pendaratan. Untuk mencapai

prestasi yang maksimal dalam lompat jauh, maka kedua faktor tersebut harus

dimiliki oleh seorang pelompat melalui latihan secara sistematis dan montinyu.

c. Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok

Teknik merupakan rangkuman metode yang dipergunakan dalam

melakukan gerakan dalam suatu cabang olahraga. Teknik juga merupakan suatu

proses gerakan dan pembuktian dalam suatu cabang olahraga, atau dengan kata

lain teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang

memungkinkan suatu hasil yang optimal dalam latihan atau perlombaan.

Teknik lompat jauh merupakan faktor yang sangat penting dan harus

dikuasai seorang atlet pelompat. Teknik lompat jauh terdiri beberapa bagian yang

dalam pelaksanaannya harus dirangkaikan secara baik dan harmonis. Menurut

Jonath U. Haag & Krempel R. (1987: 197) bahwa, "Lompat jauh dapat dibagi ke

dalam ancang-ancang, tumpuan, melayang dan mendarat". Sedangkan Soegito

(1992: 55) menyatakan, “Faktor-faktor yang sangat menentukan untuk mencapai

prestasi lompat jauh adalah awalan, tumpuan, lompatan, saat melayang, dan

pendaratan”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik lompat jauh

terdiri empat tahapan yaitu awalan, tumpuan, melayang dan mendarat. Keempat

tahapan tersebut harus dikuasai dan harus dilakukan dengan harmonis dan tidak

terputus-putus agar dapat mencapai prestasi yang optimal. Untuk lebih jelasnya

keempat teknik lompat jauh gaya jongkok dapat diuraikan secara singkat sebagai

berikut:

1) Awalan

Awalan merupakan tahap pertama dalam lompat jauh. Tujuan awalan

adalah untuk mendapatkan kecepatan maksimal pada saat akan melompat dan

membawa pelompat pada posisi yang optimal untuk tolakan. Awalan yang benar


(24)

commit to user

merupakan prasyarat yang harus dipenuhi, untuk menghasilkan jarak lompatan

yang sejauh-jauhnya.

Awalan lompat jauh dilakukan dengan berlari secepat-cepatnya sebelum

salah satu kaki menumpu pada balok tumpuan. Menurut Jes Jerver (2005: 34)

bahwa “Maksud berlari sebelum melompat ini adalah untuk meningkatkan

kecepatan horisontal secara maksimum tanpa menimbulkan hambatan sewaktu

take of

”. Jarak awalan tidak perlu terlalu jauh, tetapi sebagaimana pelari

mendapatkan kecepatan tertinggi sebelum salah satu kaki menolak. Jarak awalan

tersebut antara 30-35 meter. Berkaitan dengan awalan lompat jauh Tamsir Riyadi

(1985: 95) menyatakan:

Jarak awalan tergantung dari masing-masing atlet. Bagi pelompat yang

dalam jarak relatif pendek sudah mampu mencapai kecepatan maksimal

(

full speed

) maka jarak awalan cukup dekat/pendek saja (sekitar 30-35 m

atau kurang dari itu). Sedangkan bagi atlet lain dalam jarak relatif jauh

baru mencapai kecepatan maksimal, maka jarak awalan harus lebih jauh

lagi sekitar 40-45 meter atau lebih jauh dari itu. Bagi pemula sudah barang

tentu jarak awalan lebih pendek dari ancer-ancer tersebut.

Jarak awalan lompat jauh tidak ada aturan khusus, namun bersifat

individual tergantung dari masing-masing pelompat. Hal terpenting dalam

mengambil jarak awalan yaitu pelompat dimungkinkan memperoleh kecepatan

yang maksimal. Kecepatan awalan harus sudah dicapai tiga atau empat langkah

sebelum balok tumpuan. Tiga atau empat langkah terakhir sebelum menumpu

tersebut dimaksudkan untuk mengontrol saat menolak dibalok tumpuan.

Awalan lompat jauh harus dilakukan dengan harmonis, lancar dan dengan

kecepatan yang tinggi, tanpa ada gangguan langkah agar diperoleh ketepatan

bertumpu pada balok tumpuan. Menurut Aip Syarifuddin (1992: 91) bahwa,

"Untuk menjaga kemungkinan pada waktu melakukan awalan itu tidak cocok,

atau ketidak tepatan antara awalan dan tolakan, biasanya pelompat membuat dua

buah tanda (

cherkmark

) antara permulaan akan memulai melakukan awalan

dengan papan tolakan". Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi

pemberian tanda untuk membuat

cherkmark

untuk ketepatan tumpuan sebagai

berikut:


(25)

commit to user

11

Bak Pasir

Tanda Tanda

pertama kedua

Papan tolak

Gambar 1. Ilustrasi Awalan Lompat Jauh

(Aip Syarifuddin, 1992:91)

2) Tumpuan

Tumpuan merupakan perubahan gerak datar ke gerak tegak atau ke atas

yang dilakukan secara cepat. Tumpuan dilakukan dengan cara yaitu, sebelumnya

pelompat sudah mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan sekuat-kuatnya

pada langkah terakhir, sehingga seluruh tubuh terangkat ke atas melayang di

udara. Tolakan dilakukan dengan menolakkan salah satu kaki untuk menumpu

tanpa langkah melebihi papan tumpu untuk mendapatkan tolakan ke depan atas

yang besar. Jes Jerver (2005: 26) menyatakan, “Maksud dari

take off

adalah

merubah gerakan lari menjadi suatu lompatan, dengan melakukan lompatan tegak

lurus, sambil mempertahankan kecepatan horisontal semaksimal mungkin”.

Lompatan dilakukan dengan mencondongkan badan ke depan membuat sudut

lebih kurang 45

°

dan sambil mempertahankan kecepatan saat badan dalam posisi

horisontal.

Daya dorong ke depan dan ke atas dapat diperoleh secara maksimal dengan

menggunakan kaki tumpu yang paling kuat. Ketepatan melakukan tumpuan akan

menunjang keberhasilan lompatan. Kesalahan menumpu (melewati balok

tumpuan), lompatan dinyatakan gagal atau diskualifikasi. Sedangkan jika

penempatan kaki tumpu berada jauh sebelum balok tumpuan akan sangat

merugikan terhadap pencapaian jarak lompatan. Menurut Tamsir Riyadi (1985:

96) teknik menumpu pada lompat jauh sebagai berikut:

1)

Tolakan dilakukan dengan kaki yang terkuat.

2)

Sesaat akan bertumpu sikap badan agak condong ke belakang (jangan

berlebihan) untuk membantu timbulnya lambungan yang lebih baik

(sekitar 45

°

.


(26)

commit to user

4)

Saat bertumpu kedua lengan ikut serta diayunkan ke depan atas.

Pandangan ke depan atas (jangan melihat ke bawah).

5)

Pada kaki ayun (kanan) diangkat ke depan setinggi pinggul dalam posisi

lutut ditekuk

Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan menumpu untuk menolak sebagai

berikut:

Gambar 2. Tumpuan dalam Lompat Jauh

(Soegito, 1992:38)

3) Melayang di Udara

Sikap dan gerakan badan di udara sangat erat kaitannya dengan kecepatan

awalan dan kekuatan tolakan. Karena pada waktu lepas dari papan tolak, badan si

pelompat dipengaruhi oleh suatu kekuatan yang disebut “daya penarik bumi”.

Daya penarik bumi ini bertitik tangkap pada suatu titik yang disebut titik berat

badan (T.B./

center of gravity

). Titik berat badan ini letaknya kira-kira pada

pinggang si pelompat sedikit di bawah pusar agak ke belakang.

Salah satu usaha untuk mengatasi daya tarik bumi tersebut yaitu harus

melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya disertai dengan ayunan kaki dengan

kedua tangan ke arah lompatan. Semakin cepat awalan dan semakin kuat tolakan

yang dilakukan, maka akan semakin lebih lama dapat membawa titik berat badan

melayang di udara. Dengan demikian akan dapat melompat lebih tinggi dan lebih

jauh, karena kedua kedua kecepatan itu akan mendapatkan perpaduan (

resultante

)

yang menentukan lintasan gerak dari titik berat badan tersebut. Hal yang perlu


(27)

commit to user

13

diperhatikan pada saat melayang di udara yaitu menjaga keseimbangan tubuh,

sehingga akan membantu pendaratan. Jonath et al. (1987: 200) menyatakan, “Pada

fase melayang bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan mempersiapkan

pendaratan”.

Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan melayang di udara lompat jauh gaya

jongkok sebagai berikut:

Gambar 3. Sikap Melayang di Udara

(Aip Syarifuddin, 1992:93)

4) Pendaratan

Pendaratan merupakan tahap terakhir dari rangkaian gerakan lompat jauh.

Pendaratan merupakan prestasi yang dicapai dalam lompat jauh. Mendarat dengan

sikap dan gerakan yang efisien merupakan kunci pokok yang harus dipahami oleh

pelompat. Mendarat dengan sikap badan hampir duduk dan kaki lurus ke depan

merupakan pendaratan yang efisien. Pada waktu mulai menyentuh pasir, pelompat

memegaskan lutut dan menggeserkan pinggang ke depan, sehingga badan bagian

atas menjadi agak tegak dan lengan mengayun ke depan. Menurut Soegito (1992:

41) teknik pendaratan sebagai berikut:

Pada saat badan akan jatuh di pasir lakukan pendaratan sebagai berikut:

a)

Luruskan kedua kaki ke depan.

b)

Kedua kaki sejajar.

c)

Bungkukkan badan ke depan.

d)

Ayunkan kedua tangan ke depan.

e)

Berat badan dibawa ke depan.


(28)

commit to user

Pada saat jatuh di pasir atau mendarat :

a)

Usahakan jatuh pada ujung kaki sejajar.

b)

Segera lipat kedua lutut.

c)

Bawa dagu ke dada sambil mengayun kedua tangan ke bawah arah

belakang.

Berikut ini disajikan ilustrasi teknik gerakan mendarat lompat jauh gaya

jongkok sebagai berikut:

Gambar 4. Teknik Pendaratan Lompat Jauh

(Soegito, 1992:42)

3.

Pembelajaran

a.

Definisi pembelajaran

Istilah pembelajaran berasal dari kata instruktion, menunjuk pada

kegiatan, yaitu bagaimana para siswa belajar dan para siswa mengajar atau dapat

dikatakan proses belajar mengajar. Menurut kamus besar bahasa indonesia

(2003:17) pembelajaran adalah ”proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau

makhluk hidup belajar”. Selanjutnya menurut Undang-Undang RI. No 20 tahun

2003 pasal 1 ayat 20 pembelajaran adalah ”proses interaksi para siswa dengan

pendidik dan sumber balajar pada suatu lingkungan belajar”. Sedangkan

pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:297) adalah sebagai berikut:

”pembelajaran adalah kegiatan secara terprogam dalam disain intruksional, untuk

membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber

belajar”. Selanjutnya pengetian pembelajaran menurut Dewi Salma Prawiradilaga

(2007:136) yaitu ”suatu sistem yang terdiri atas tujuan pembelajaran, kajian isi /


(29)

commit to user

15

materi ajar, strategi pembelajaran (metode, media, waktu, sistem penyampaian),

serta asesmen belajar”.

Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa

pengertian pembelajaran yaitu upaya yang direncanakan dan dilakukan untuk

memungkinkan terjadinya kegiatan belajar pada diri siswa berguna untuk

mencapai tujuan belajar. Dengan melalui kegiatan pembelajaran, pendekatan

pembelajaran merupakan aspek yang sangat penting dan mempunyai hubungan

fungsional untuk mencapai tujuan intruksional. Untuk itu seorang guru atau

pelatih harus memilih atau menentukan pendekatan pembelajaran mana yang

sesuai untuk pembelajaran yang tepat dan dapat memberikan peluang untuk

terjadinya proses pembelajaran secara efektif dalam kegiatan interaksional.

Pembelajaran yang tepat ditentukan berdasarkan analisis terhadap hal - hal

tertentu. Dengan demikian kegiatan pembelajaran dengan sendirinya harus

memperhatikan fektor - faktor internal dan eksternal yang merupakan faktor yang

penting dalam menentukan pembelajaran.

b.

Ciri-Ciri dalam Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan menyampaikan

informasi atau pengetahuan dari seorang guru kepada siswa agar terjadi perubahan

pengetahuan atau keterampilan pada diri siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka

dalam pembelajaran terdapat ciri - ciri tertentu.

Ciri - ciri pembelajaran pada dasarnya merupakan tanda - tanda upaya

guru mengatur unsur - unsur dinamis dalam pembelajaran, sehingga dapat

mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses belajar

dan tujuan belajar dapat tercapai. Menurut H. J. Gino dkk, (1998: 36)

menyatakan, “Ciri - ciri pembelajaran terletak pada adanya unsur - unsur dinamis

dalam proses belajar siswa yaitu (1) motivasi belajar, (2) bahan belajar, (3) alat

bantu belajar, (4) suasana belajar dan (5) kondisi subyek belajar”.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ciri-ciri

pembelajaran terdiri dari lima macam yaitu, motivasi belajar, bahan belajar,


(30)

commit to user

suasana belajar dan kondisi siswa belajar. Ciri-ciri pembelajaran tersebut harus

diperhatikan dalam proses belajar mengajar. Secara singkat ciri-ciri pembelajaran

dijelaskan sebagai berikut:

1)

Motivasi Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, bila seorang siswa tidak dapat

melakukan tugas pembelajaran, maka perlu dilakukan upaya untuk menemukan

sebab-sebabnya dan kemudian mendorong siswa tersebut mau melakukan tugas

ajar dari guru. Dengan kata lain siswa tersebut perlu diberi rangsangan agar

tumbuh motivasi pada dirinya.

Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk

menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin

melakukan sesuatu dan bila tidak suka, maka akan berusaha untuk mengelakkan

perasaan tidak suka tersebut. Jadi motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar,

tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka

motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri

seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan

memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh

siswa dapat tercapai.

2)

Bahan Belajar

Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi

belajar perlu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa dan memperhatikan

karakteristik siswa agar dapat diminati siswa.

Bahan pengajaran merupakan segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan

konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang

berupa informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya

cipta atau yang bersifat menantang agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa

untuk menemukan atau memecahkannya masalah yang dihadapi dalam

pembelajaran.


(31)

commit to user

17

3)

Alat Bantu Belajar

Alat bantu belajar atau media belajar merupakan alat alat yang dapat

membantu siswa belajar untuk mencapai tujuan belajar. Alat bantu pembelajaran

adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan

maksud menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Guru harus berusaha agar

materi yang disampaikan atau disajikan mampu diserap dengan mudah oleh siswa.

Apabila pengajaran disampaikan dengan bantuan alat-alat yang menarik, maka

siswa akan merasa senang dan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

4)

Suasana Belajar

Suasana belajar sangat penting dan akan berpengaruh terhadap

pencapaian tujuan pembelajaran. Suasana belajar akan berjalan dengan baik,

apabila terjadi komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan siswa. Di samping

itu juga, adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Suasana belajar mengajar

akan berglangsung dengan baik, dan isi pelajaran disesuaikan dengan karakteristik

siswa, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

5)

Kondisi Siswa yang Belajar

Siswa atau anak memiliki sifat yang unik atau sifat yang berbeda,

tetapi juga memiliki kesamaan yaitu memiliki langkah-langkah perkembangan

dan memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran. Dengan

kondisi siswa yang demikian akan dapat berpengaruh pada partisipasi siswa dalam

proses belajar. Untuk itu, kegiatan pengajaran lebih menekankan pada peranan

dan partisipasi siswa bukan peran guru yang dominan, tetapi lebih berperan

sebagai fasilitator, motivator dan sebagai pembimbing.

c.

Prinsip-Prinsip dalam Pembelajaran

Belajar suatu keterampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa

suatu perubahan pada individu yang belajar. Menurut Nasution yang dikutip H.J.

Gino dkk (1998: 51) bahwa, “Perubahan akibat belajar tidak hanya mengenai

jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap,


(32)

commit to user

pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala

aspek organisme atau pribadi seseorang”.

Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa.

Untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses

pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut

Dimyati dan Mudjiono (2006: 42) bahwa, “Prinsip-prinsip pembelajaran meliputi

perhatian dan motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan langsung, pengulangan,

tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individual”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, prinsip-prinsip pembelajaran

meliputi tujuh aspek yaitu perhatian dan motivasi, keterlibatan langsung atau

berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan

individual. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka prinsip-prinsip

pembelajaran tersebut harus diterapkan dalam pembelajaran dengan baik dan

benar. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip pembelajaran tersebut diuraikan secara

singkat sebagai berikut:

1)

Perhatian dan Motivasi Belajar

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar.

Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran

sesuai dengan kebutuhan siswa. H.J. Gino dkk. (1998: 52) menyatakan,

“Perhatian siswa waktu belajar akan sangat mempengaruhi hasil belajar. Belajar

dengan penuh perhatian (konsentrasi) pada materi yang dipelajari akan lebih

terkesan lebih mendalam dan tahan lama pada ingatan”.

Perhatian mempunyai peran penting untuk mencapai hasil belajar yang

optimal. Apabila pelajaran yang diterima siswa dirasakan sebagai kebutuhan,

maka akan membangkitkan motivasi siswa untuk mempelajarinya. Sedangkan

yang dimaksud motivasi menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 42) adalah,

“Tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang”. Dengan

motivasi belajar yang tinggi, maka siswa akan lebih bersemangat dalam belajar.

Belajar yang dilakukan dengan penuh semangat akan dapat mencapai hasil belajar

yang optimal.


(33)

commit to user

19

2)

Keaktifan Siswa

Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk selalu aktif dalam

mengikuti proses pembelajaran. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan

belajarnya secara efektif siswa dituntut untuk atif secara fisik, intelektual dan

emosional. Tanpa ada keaktifan dari siswa, maka tidak akan terjadi proses belajar.

Hal ini sesuai pendapat H.J. Gino dkk. (1998: 52) bahwa, “Dari semua unsur

belajar, boleh dikatakan keaktifan siswalah prinsip yang terpenting, karena belajar

sendiri merupakan suatu kegiatan. Tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seorang

belajar”.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bermacam-macam

bentuknya. Hal ini sesuai dengan jenis atau masalah yang dipelajari siswa.

Menurut S. Nasution (1988:93) yang dikutip H.J. Gino dkk. (1998: 52-53)

macam-macam keaktifan belajar siswa antara lain: “

Visual activities, oral

activities, listening activities, drawing activities, motor activities, mental

activities, emotional activities

”.

Keaktifan-keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tersebut tidak

terpisah satu dengan lainnya. Misalnya dalam keaktifan motoris terkandung

keaktifan mental dan disertai oleh perasaan tertentu. Dalam setiap pelajaran dapat

dilakukan bermacam-macam keaktifan.

3)

Keterlibatan Langsung Siswa

Belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam diri siswa. Dalam

proses belajar sangat kompleks. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan

organ-organ siswa mengubah tingkah lakunya sebagai hasil pengalaman yang

diperolehnya. Dapat dikatakan bahwa, belajar merupakan hasil pengalaman, sebab

pengalaman-pengalaman yang diperoleh itulah yang menentukan kualitas

perubahan tingkah laku siswa. Jadi peristiwa belajar terjadi apabila terjadi

perubahan tingkah laku pada diri siswa.

Belajar adalah tanggung jawab masing-masing siswa, sebab hasil

belajar adalah hasil dari pengalaman yang diperoleh sendiri, bukan pengalaman

yang didapat oleh orang lain. Oleh karena itu, kualitas hasil belajar berbeda-beda


(34)

commit to user

antara siswa satu dengan lainnya tergantung pada pengalaman yang diperoleh dan

kondisi serta kemampuan setiap siswa.

4)

Pengulangan Belajar

Salah satu prinsip belajar adalah melakukan pengulangan. Dengan

melakukan pengulangan yang banyak, maka suatu keterampilan atau pengetahuan

akan dikuasai dengan baik. Menurut Davies (1987:32) yang dikutip Dimyati dan

Mudjiono (2006: 52) bahwa, “Penguasaan secara penuh dari setiap langkah

memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti. Dari pernyataan inilah

pengulangan masih diperlukan dalam kegiatan pembelajaran”. Sedangkan

Suharno HP. (1993: 22) berpendapat, “Untuk mengotomatisasikan penguasaan

unsur gerak fisik, teknik, taktik dan keterampilan yang benar atlet harus

melakukan latihan berulang-ulang dengan frekuensi sebanyak-banyaknya secara

kontinyu”.

Mengulang materi pelajaran atau suatu keterampilan adalah sangat

penting. Dengan melakukan pengulangan gerakan secara terus menerus, maka

gerakan keterampilan dapat dikuasai dengan secara otomatis. Suatu keterampilan

yang dikuasai dengan baik, maka gerakan yang dilakukan lebih efektif dan efisien.

5)

Tantangan

Tantangan merupakan salah satu bagian yang penting dalam

pembelajaran. Dengan adanya tantangan maka akan memotivasi siswa untuk

memecahkan permasalahan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini sesuai pendapat

H.J. Gino dkk (1998: 54) bahwa, “Materi yang dipelajari oleh siswa harus

mempunyai sifat merangsang atau menantang. Artinya, materi tersebut

mengandung banyak masalah-masalah yang merangsang untuk dipecahkan.

Apabila siswa dapat mengatasi masalah yang dihadapinya, maka ia akan

mendapatkan kepuasan”.

Memberikan tantangan dalam proses belajar mengajar adalah sangat

penting. Dengan adanya tantangan yang harus dihadapi atau dipecahkan siswa

dalam belajar, maka siswa akan berusaha semaksimal mungkin untuk


(35)

commit to user

21

memecahkan masalah tersebut. Jika siswa mampu memecahkan masalah yang

dipelajarinya, maka siswa akan memperoleh kepuasan dan mencapai hasil belajar

yang optimal.

6)

Balikan dan Penguatan

Pemberian balikan pada umumnya memberi nilai positif dalam diri siswa,

yaitu mendorong siswa untuk memperbaiki tingkah lakunya dan meningkatkan

usaha belajarnya. Tingkah laku dan usaha belajar serta penampilan siswa yang

baik, diberi balikan dalam bentuk senyuman ataupun kata-kata pujian yang

merupakan penguatan terhadap tingkah laku dan penampilan siswa.

Penguatan (

reinforcement

) adalah respon terhadap tingkah laku yang dapat

meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Memberi

penguatan dalam kegiatan belajar kelihatannya sederhana sekali, yaitu tanda

persetujuan guru terhadap tingkah laku siswa. Namun demikian, penguatan ini

sangat besar manfaatnya terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

7)

Perbedaan Individu

Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu

dengan lainnya. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo atau

kecepatannya masing-masing. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa

lain akan membantu siswa menentukan cara belajar serta sasaran belajar bagi

dirinya sendiri. Manfaat pembelajaran akan lebih berarti jika proses pembelajaran

yang diterapkan, direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan

kondisi masing-masing siswa. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka

guru

harus

memperhatikan

perbedaan

setiap

individu

dan

dalam

membelajarkannya harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing

individu.


(36)

commit to user

4.

Penggunaan Alat Bantu

Alat, waktu, dan ruang merupakan sumber daya yang penting untuk

mendukung pelaksanaa proses belajar mengajar. Ketiga sumber daya iniharus

dikelola dan dimanfatkan sebaik-baiknya karena bersifat langka.

Keluhan umum guru pendidikan jasmani yakni pada keterbatasan alat.

Ketersediaan alat dapat menjadi penghambat karena berpengaruh terhadap

struktur pelajaran dan pengaturan siswa. Misalny, bagaimana mengatur giliran

siswa agar semua siswa dapat aktif, sementara alat yang tersedia kurang? Kasus

ini memerlukan pertimbangan mengenai pengelolaan alat.

Persoalan berikutnya yaitu penempatan alat dan pemindahannya ketempat

lain. Kegiatan ini harus direncanakan sebaik-baiknya. Peralihan pembelajaran dari

satu tempat ke tempat yang lain dapat memakan waktu yang cukup lama bila

diatur sebaik-baiknya.

Berkenaan dengan penggunaan alat untuk meningkatkan efektivitas

pengajaran, beberapa strategi yang dap diterapkan sebgi berikut;

1.

Alat ditempatkan pada beberapa stasion. Sebagian anak, misalnya belajar

tolakan lompat jauh dan sebagian lagi belajar sikap badan saat diudara.

Jadi semua anak aktif di stasionnya masing-masing. Guru memberikan

aba-aba pertanda pembelajaran berpindah ke stasion berikutnya.

2.

Pembelajaran berkawan. Salah seorang bertugas untuk mengawasi

temannya yang sedang melakukan, berikutnya bergantian. Dengan

demikian semua nank aktif dan belajar untuk saling mengkoreksi. Jadi

kedua siswa menggunakan alat bergantian.

3.

Alat-alat disebar disekeliling lapangan. Semua anak di tempatkan pada

tempat yang memungkikan guru dapat mengamati semua stasion

pembelajaran.

Tidak selamanya alat yang dibutuhkan tersedia. Hal ini merupakan

keluhan utama guru pendidikan jasmani. Bagaimana memecahkannya? Tidak ada

ketentuannya bahwa alat-alat yang digunakan harus alat yang lazim dipakai dalam

kegiatan berolahraga yang sebenarnya. Terbuka kesempatan bagi guru pendidikan


(37)

commit to user

23

jasmani untuk membuat alat-alat sendiri atau menggunakan segala sesuatu yang

tersedia sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran.

Pemanfaatan ketersediaan alat atau bahan sebagai cara mengatasi masalah

kekurangan alat pembelajaran. Beberapa alat atau bahan yang dapat digunakan

diantaranya berupa bola plastik dan karet gelang.

Bola merupakan alat yang sering digunakan dalam proses pembelajaran.

Akan tetapi kreatifitas seseorang atau seorang pendidik dapat memanfaatkannya

sebagai sebuah alat baru, misalnya digunakan sebagai bola gantung yang dapat

merangsang tolakan.

Sedangkan karet gelang merupakan bahan yang jarang digunakan dalam

proses pembelajaran. Penggunaan karet gelang dalam jumlah banyak dapat

menjadi alat bantu dalam pembelajaran. Karet gelang yang dirangkai dapat

digunakan sebagai rintangan atau sarana bermain dalam pembelajaran.

Disekeliling kita masih banyak bahan yang dapat digunakan sebagai alat

bantu atau sarana pembelajaran. Dengan kreatifitas akan dapat diciptakan

berbagai alat pembelajaran baru yang dapat digunakan dalam proses

pembelajaran, baik sebagai alat bantu maupun sarana bermain.

B.

Kerangka Pemikiran

Pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang tidak kalah

pentingnya dengan mata pelajaran lainnya seperti Matematika, IPA, IPS dan

lain-lain. Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

peran penting untuk mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan

jasmani merupakan suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan

olahraga, dimana pendidikan jasmani mempunyai maksud dan tujuan untuk

mendidikan siswa. Hal yang membedakan dengan mata pelajaran lainnya adalah

alat yang digunakan yaitu gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar.

Gerak tersebut dirancang secara sadar oleh gurunya untuk merangsang

pertumbuhan dan perkembangan siswa.


(38)

commit to user

Dalam membelajarkan pendidikan jasmani harus dilakukan dengan baik

dan tepat. Pendidikan jasmani merupakan program pendidikan melalui gerak atau

permainan dan olahraga yang di dalamnya terkandung bahwa gerakan, permainan

atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Dalam

hal ini mendidik keterampilan fisik, motorik, keterampilan berfikir dan

keterampilan memecahkan masalah dan juga keterampilan emosional dan sosial.

Dalam membelajarkan pendidikan jasmani sarana dan prasana harus tersedia agar

dapat melaksanakan pembelajaran pendidikan jasmani dengan baik.

Penelitian ini bertitik tolak pada jenuhnya siswa terhadap pembelajaran

PENJASORKES khususnya pembelajaran atletik nomor lempar lembing. Model

pembelajaran yang konvensional dirasa membosankan bagi semua siswa sehingga

kurang maksimalnya hasil pembelajaran lempar lembing.

Dengan adanya masalah tersebut menuntut guru untuk aktif dan kretif

menciptakan suasana pembelajaran, sehingga memicu siswa untuk aktif terlibat

dalam kegiatan pembelajaran. Inovatif menuntut seorang guru untuk menemukan

hal-hal yang baru dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Kreatif menuntut

seorang guru untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang beragam atau

bervariasi, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Efektif yaitu

menghendaki tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sedangkan menyenangkan

menuntut seorang guru mencitptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan,

siswa tidak memiliki rasa takut, sehingga perhatian siswa lebih terarah terhadap

pelajaran yang diterimanya. Oleh karena itu penggunaan alat bantu dirasa sangat

membantu dalam mengatai masalah tersebut.

Berdasarkan kajian teori di atas, maka di kemukakan kerangka berfikir

bahwa untuk memaksimalkan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok ditentukan

oleh penggunaan alat bantu pembelajaran yang digunakan.

Berkaitan dengan permasalahan dalam penelitiani ini, alur kerangka

pemikiran dalam penelitian ini secara skematis sebagai berikut:


(39)

commit to user

25

Gambar 5: Alur Kerangka Berpikir

C.

Perumusan Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diajukan hipotesis: melalui

penggunaan alat bantu dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya

jongkok SMP Negeri 1 Ngawen Klaten kelas VII-E tahun pelajaran 2009/2010

dapat meningkat.

Kondisi awal

Guru:

kurang kreatif & inovatif dalam mengajar pelajaran lompat jauh gaya jongkok

Siswa:

- siswa kurang tertarik & cepat bosan dengan model pembelajaran lompat jauh - hasil belajar lompat jauh

gaya jongkok rendah

Tindakan

Meningkatkan penguasaan lompat jauh dengan penggunaan alat bantu olah raga

Kondisi akhir

Siklus I:

guru & peneliti menyusun bentuk gerakan melalui pembelajaran lompat jauh dengan menolak

menggunakan sasaran bola gantung dan melompat melewati tali dengan tujuan meningkatkan kemampuan siswa

.

Siklus II:

upaya perbaikan dari tindakan dari siklus I

sehingga melalui penggunaan alat bantu dapat berhasil meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok. Dengan penggunaan alat

bantu prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran lompat jauh gaya jongkok meningkat


(40)

commit to user

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juni

2010. Untuk lebih jelasnya waktu dan jenis kegiatan penelitian sebagai berikut:

Tabel 1: Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

No

Kegiatan

Bulan

Des

Jan

Mar

April

Mei

Juni

1

Persiapan

survei

awal

sampai penyusunan proposal

xxxx xxxx

2

Seleksi informan, penyiapan

instrumen dan alat

xx--

3

Pengumpulan

data

dan

treatment

--xx xxxx

xxxx

4

Analisis data

--xx

5

Penyusunan laporan

xxxx

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Ngawen Klaten. Alasan

peneliti memilih tempat penelitian di SMP Negeri 1 Ngawen Klaten, karena hasil

pembelajaran atletik khususnya nomor cabang lompat jauh gaya jongkok di SMP

Negeri 1 Ngawen Klaten tersebut masih rendah sehingga perlu ditingkatkan agar

motivasi pembelajaranya dapat tercapai dengan baik melalui penggunaan alat

bantu.


(41)

commit to user

B.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) atau

Classroom Action Research ( CAR )

. Menurut Supadi ( 2008 : 104 )

yakni penelitian tindakan yang diawali dengan perencanaan (

planning

),

penerapan tidakan (

action

), mengobservasi dan mengevaluasi tindakan (

observation and evaluation

), dan melakukan refleksi (

reflecting

), dan seterusnya

sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (

kriteria

keberhasilan

). Penjelasan mengenai alur penelitian tindakan tersebut dipaparkan

memalui penjelasan sebagai berikut :

1.

Perencanaan

( Planing )

adalah tahap dimana dijelaskannya apa, mengapa,

kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana penelitian itu dilakukan.

2.

Penerapan Tindakan

(Action)

adalah tahap implementasi atau pelaksanaan

rencana yang telah disusun pada tahap perencanaan sebelumnya.

3.

Observasi dan Evaluasi Tindakan

( Observation and Evaluation

) adalah tahap

pengamatan dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan selama penelitian

berlangsung.

4.

Refleksi

( Reflection

) adalah tahap pengungkapan kembali hasil observasi dan

evaluasi dalam penerapan tindakan dalam diskusi, sehingga dapat digunakan

untuk merancang program penelitian pada siklus berikutnya

Keempat tahap yang telah dipaparkan diatas tersebut merupakan

rancangan tindakan dalam satu siklus penelitian, pada siklus berikutnya rancangan

program penelitian yang digunakan berpedoman pada hasil refleksi yang

dihasilkan pada siklus sebelumnya, begitu seterusnya hingga target penelitian

tercapai. Adapun tahapan siklus pada Penelitian Tindakan Kelas ini dapat

diterangkan melalui gambar sebagai berikut :


(42)

commit to user

Gambar 6. Alur Tahapan Siklus Penelitian Tidakan Kelas

C.

Subjek Penelitian

Subjek yang akan diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah

siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Ngawen Klaten tahun ajaran 2009 / 2010, yang

berjumlah 35 siswa.

D.

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel bebas ( independent ) dan satu

variabel terikat ( dependent ), yakni :

1.

Variabel bebas ( independent ), yakni variabel yang mempengaruhi variabel

lain, variabel bebas dalam penelitian ini adalah : Pembelajaran lompat jauh

dengan alat bantu.

2.

Variabel terikat ( dependent ), yakni variabel yang dipengaruhi oleh variabel

lain, variabel terikat dalam penelitian ini adalah : hasil belajar lompat jauh

Tahap I

Perencanaan

Tahap II

Pelaksanaan

Tahap III

Pengamatan

Tahap IV

Refleksi

Siklus I

Tahap I

Perencanaan

Tahap II

Pelaksanaan

Tahap III

Pengamatan

Tahap IV

Refleksi

Pembuatan laporan

hasil siklus


(43)

commit to user

gaya jongkok pada siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Ngawen Klaten tahun

pelajaran 2009 / 2010.

E.

Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data

Adapun teknik pengumpulan data penelitian ini diantaranya melalui; Tes

Praktek, Observasi Lapangan. Secara terperinci teknik pengumpulan data pada

penelitian dapat didiskripsikan dalam tabel berikut :

Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

No

Sumber

Data

Jenis Data

Teknik

Pengumpulan

Instrumen

1.

Siswa

Hasil belajar siswa

Afektif

Skala sikap melalui

observasi lapangan

(sesuai dengan

rubrik penilaian

aspek afektif pada

RPP)

Kognitif

Soal tes (sesuai

dengan rubrik

penilaian aspek

kognitif pada RPP)

Psikomotor

Ujuk kerja praktik

yang meliputi

kemampuan teknik

melempar gaya hop

(sesuai dengan

rubrik penilaan

aspek psikomotorik

pada RPP)


(1)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

59

Berdasarkan hasil diskripsi data awal, hasil belajar lompat jauh gaya jongkok

siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Ngawen Klaten tahun ajaran 2009 / 2010 setelah

diberikan Tidakan II adalah Baik Sekali 22,86% sedangkan sisanya ( Baik 20,00%;

Cukup Baik 31,43%; Cukup 20,00%; Kurang 5,71%). Sejumlah 33 Siswa mencapai

kriteria Tunas sedangkan 2 siswa Tidak Tuntas.

B.

Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II dapat

disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok

siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Ngawen Klaten tahun ajaran 2009 / 2010.

Tabel 7. Hasil Perbandingan Hasil Belajar Lompat jauh Gaya Jongkok Setelah

Diberikan Model Pembelajaran Denngan Penggunaan alat bantu Siklus I

dan Siklus II

Rentang

Nilai

Keterangan

Prosentasi

Data Awal

Siklus I

Siklus II

>80

Baik Sekali

0%

2,86%

22,86%

75 – 79.5

Baik

0%

5,71%

20%

70 – 74.5

Cukup Baik

0%

11,43%

31,43%

65 – 69.5

Cukup

0%

28,57%

20%

< 64.5

Kurang

100%

51,43%

5,71%

Melalui tabel perbandingan hasil belajar diatas apabila didistribusikan dalam

grafik perbandingan, disajikan sebagai berikut:


(2)

Melalui grafik perbandingan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok siswa

kelas VII E SMP Negeri 1 Ngawen Klaten tahun ajaran 2009 / 2010, terjadi

peningkatan hasil belajar siswa mulai dari data awal, Siklus I dan Siklus II.

Dengan diterapkannya model pembelajaran dengan penggunaan alat bantu

untuk peningkatan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran lompat jauh gaya

jongkok, maka siswa memperoleh pengalaman baru dan berbeda dalam proses

pembelajaran Penjas. Pembelajaran Penjas yang pada awalnya membosankan bagi

siswa, menjadi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.

Pemberian tindakan dari siklus I dan II memberikan deskripsi bahwa

terdapatnya kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran

berlangsung. Namun, kekurangan-kekurangan tersebut dapat diatasi pada pelaksanaan

tindakan pada siklus-siklus berikutnya. Dari pelaksanaaan tindakan yang kemudian

dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapatnya

peningkatan kualitas pembelajaran Penjas (baik proses maupun hasil) dan

peningkatan hasil belajar siswa. Dari segi proses pembelajaran Penjas, penerapan


(3)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

61

yang nantinya dapat bermanfaat untuk mengembangkan kebugaran jasmani,

mengembangkan kerjasama, mengembangkan skill dan mengembangkan sikap

kompetitif yang kesemuanya ini sangat penting dalam pendidikan jasmani.


(4)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A.

Simpulan

Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Ngawen

Klaten dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu:

(1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4)

analisis dan refleksi. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan

yang telah diungkapkan pada BAB IV, diperoleh simpulan bahwa:

Pembelajaran dengan penggunaan alat bantu, dapat meningkatkan hasil

pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VII E SMP N 1 Ngawen

Klaten. Dari hasil analisis yang diperoleh peningkatan yang signifikan dari siklus I

dan siklus II. hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siklus I dalam kategori

tuntas adalah 49,57% jumlah siswa yang tuntas adalah 17 siswa. Pada siklus II terjadi

peningkatan prosentase hasil belajar siswa dalam kategori tuntas sebesar 94,29%,

yaitu siswa yang tuntas 33 siswa.

B.

Implikasi

Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan

proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal

dari pihak guru maupun siswa serta alat/media pembelajaran yang digunakan. Faktor

dari pihak guru yaitu kemampuan guru mengembangkan materi, kemampuan guru

menyampaikan materi, kemampuan guru mengelola kelas, metode yang digunakan


(5)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

63

untuk menyampaikan materi. Sedangkan faktor dari siswa yaitu minat dan motivasi

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Ketersediaan alat/media pembelajaran

yang menarik dapat juga membantu motivasi siswa belajar siswa sehingga akan

diperoleh hasil belajar yang optimal.

Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus

diupayakan dengan maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru dan

siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas maupun di lapangan.

Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi dan

dalam mengelola kelas serta didukung oleh teknik dan sarana dan prasarana yang

sesuai, maka guru akan dapat menyampaikan materi dengan baik. Materi tersebut

akan dapat diterima oleh siswa apabila siswa juga memiliki minat dan motivasi yang

tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan belajar

mengajar dapat berjalan dengan lancar, kondusif, efektif, dan efisien.

Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa dengan

penggunaan alat bantu pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dapat meningkatkan

hasil belajar siswa (baik proses maupun hasil). Penelitian ini dapat digunakan sebagai

suatu pertimbangan bagi guru yang ingin menggunakan media pengajaran dengan

penggunaan alat bantu. Bagi guru bidang studi Pendidikan Jasmani dan Olahraga,

hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam melaksanakan

proses pembelajaran Penjas khususnya yang berkaitan dengan peningkatan hasil

belajar lompat jauh gaya jongkok yang efektif dan menarik yang membuat siswa

lebih aktif serta menghapus persepsi siswa mengenai pembelajaran Penjas yang pada

awalnya membosankan menjadi pembelajaran yang menyenangkan. Apalagi bagi

guru yang memiliki kemampuan yang lebih kreatif dalam membuat model-model

pembelajaran yang lebih banyak. Ia dapat menyalurkan kemampuannya tersebut dan

memanfaatkan fasilitas yang tersedia di sekolah dalam upaya meningkatkan kinerja

sebagai seorang pendidik yang profesional dan inovatif.


(6)

C.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal,

khususnya pada guru SMP Negeri 1 Ngawen Klaten, sebagai berikut:

1. Guru hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam

mengembangkan materi, menyampaikan materi, serta dalam mengelola kelas,

sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat seiring

dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru hendaknya

mau membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan, saran, dan kritikan

agar dapat lebih memperbaiki kualitas mengajarnya.

2. Guru hendaknya lebih inovatif dalam menerapkan metode untuk menyampaikan

materi pembelajaran.

3. Sekolah hendaknya berusaha menyediakan fasilitas yang dapat mendukung

kelancaran kegiatan belajar mengajar.

4. Kepada guru yang belum menerapkan model pembelajaran dengan penggunaan

alat bantu hendaknya mencoba teknik tersebut dalam pembelajaran Penjas

sehingga nantinya dapat bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar anak

didiknya.

5. Penelitian ini dapat diterapkan di kelas lain maupun di sekolah lain. Namun tentu

saja dalam penerapannya harus diikuti oleh penyesuaian dan modifikasi

seperlunya sesuai dengan konteks kelas ataupun sekolah masing-masing. Hal ini

disebabkan meskipun sekolah-sekolah yang ada di Indonesia ini pada dasarnya

hampir sama satu dengan yang lainnya, namun tetap memiliki suatu karakteristik

khusus yang hanya dimiliki oleh masing-masing kelas atau sekolah sebagai akibat

dari keanekaragaman yang dimiliki oleh masing-masing individu yang ada di

kelas atau sekolah tersebut.


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 KISARAN TAHUN AJARAN 2016/2017.

0 1 22

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 28 MEDAN TAHUN AJARAN 2016/2017.

0 5 24

PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 0 19

OPTIMALISASI HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENERAPAN ALAT BANTU AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH 11 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012.

0 0 1

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 2 TENGARAN TAHUN 2012/2013.

0 0 16

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 5 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

0 0 24

PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS X MAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2012/2013.

0 0 17

PENINGKATAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI ALAT PERAGA DI SDN 27 RENGAT

0 0 12

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Melalui Pendekatan Bermain Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2017/2018 - UNS Institutional Repository

0 0 17

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA SCHNEPPER MELALUI PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII E SMP NEGERI 3 KEBAKKRAMAT TAHUN PELAJARAN 20162017

0 0 18