Hitam Putih Dunia Plagiasi pdf

Apa Nggak Malu !!!!

By Ari Panjang

Sajak Palsu

Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah dengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajar sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru untuk menyerahkan amplop berisi perhatian dan rasa hormat palsu. Sambil tersipu palsu dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu, ahli pertanian palsu, insinyur palsu. Sebagian menjadi guru, ilmuwan atau seniman palsu. Dengan gairah tinggi mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu dengan ekonomi palsu sebagai panglima palsu. Mereka saksikan ramainya perniagaan palsu dengan ekspor dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan berbagai barang kelontong kualitas palsu. Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga pinjaman dengan ijin dan surat palsu kepada bank negeri yang dijaga pejabat-pejabat palsu. Masyarakatpun berniaga dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam nasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsu meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah dengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajar sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru untuk menyerahkan amplop berisi perhatian dan rasa hormat palsu. Sambil tersipu palsu dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu, ahli pertanian palsu, insinyur palsu. Sebagian menjadi guru, ilmuwan atau seniman palsu. Dengan gairah tinggi mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu dengan ekonomi palsu sebagai panglima palsu. Mereka saksikan ramainya perniagaan palsu dengan ekspor dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan berbagai barang kelontong kualitas palsu. Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga pinjaman dengan ijin dan surat palsu kepada bank negeri yang dijaga pejabat-pejabat palsu. Masyarakatpun berniaga dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam nasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsu meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan

Oleh Agus Sarjono

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Alloh yang telah menganugerahkan segenap kasih dan sayang-Nya kepada semua makhluk seluruh alam. Sholawat serta salam penuh tercurahkan untuk Rosululloh shallollohu „alaihi wa sallam hingga akhir zaman.

Syukur Alhamdulilah, akhirnya penelitian penulis ini dapat terselesaikan, walaupun dengan berbagai kendala. Penulis tahu bahwa penelitian kecil penulis ini mempunyai banyak kekurangan, maka dari itu penulis berharap ada orang lain lagi yang mau meneruskan penelitian ini dikemudian hari. Hal ini dikarenakan ada kendala biaya dalam penelitian yang penulis lakukan, selain itu penulis juga mengalami kendala dalam mendapatkan referensi yang penulis butuhkan.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang berinisial LM, AN, AK, AD, AAMR, dan yang lainnya atas bantuannya, sehingga penelitian ini dapat selesai. Tak lupa juga kepada pihak penerbit yang mau menerbitkan penelitian ini sehingga orang lain yang peduli dengan pendidikan di Indonesia dapat memetik hikmah dari penelitian ini. Dan juga terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan buku ini, semoga Alloh senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada kita semua.

Terima kasih kepada orang-orang yang telah membicarakan perilaku penulis, yang selama 2 tahun ini dianggap cuma kesana kemari tanpa tujuan, tanpa cercaan mereka penelitian ini tak mungkin bisa selesai, karena dengan cercaan tersebut akhirnya penulis dapat membuktikan bahwa apa yang penulis lakukan selama 2,5 tahun dapat membuahkan hasil, walaupun dalam penelitian ini mungkin ada beberapa kesalahan pengutipan yang tidak disengaja oleh penulis yang dikarenakan tidak adanya sarana pendukung dan tenaga yang terbatas. Semoga penelitian kecil penulis ini dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia.

Kediri, 15 September 2014 Penulis ARIYADIN

AWAL MULA

Tulisan kecil ini merupakan penelitian penulis tentang penyusunan dan peredaran LKS di Kabupaten Tenggiri, Jawa Timur, dan daerah sekitarnya. Pada awalnya, penulis menemukan ada beberapa materi dalam LKS murid privat penulis, yang isinya sama dengan buku terbitan Tiga Serangkai, misalnya LKS TIM TAHU Pong Akidah Somplak Negeri Kabupaten Tenggiri isinya banyak yang mirip dengan buku Membangun Akidah dan Akhlak, karya T. Ibrahim dan H. Darsono yang diterbitkan oleh Tiga Serangkai, 2009 (sekarang masuk dalam lini Aqila). Materi ini penulis temukan dalam LKS TIM TAHU Pong Akidah Somplak Negeri Kabupaten Tenggiri kelas VII Semester I, tahun ajaran 2012/2013. Setelah melakukan pengamatan lagi, ternyata masih ada lagi beberapa LKS yang isinya juga mirip dengan buku terbitan Tiga Serangkai, musalnya ;

1. LKS TIM TAHU Pong Akidah Somplak Negeri Kabupaten Tenggiri

2. LKS TIM TAHU Pong Penuh Kudis Negeri Kabupaten Tenggiri

3. LKS TIM TAHU Pong Bahasa Arab Negeri Kabupaten Tenggiri

4. LKS TIM TAHU Pong Rumah Kita Negeri Kabupaten Tenggiri Setelah melakukan pengamatan tersebut penulis tidak merasa curiga sama sekali dengan

LKS yang beredar di Kabupaten Tenggiri, karena mungkin pihak penyusun ada kerjasama dengan pihak penerbit Tiga Serangkai, dan LKS tersebut penulis simpan baik-baik. Setahun kemudian, tepatnya Semester I, tahun ajaran 2013/2014, penulis kembali menemukan LKS yang isinya sama lagi dengan buku terbitan Tiga Serangkai, untuk semester ini banyak sekali yang secara etika jurnalistik bisa disebut dengan plagiasi. Bahkan untuk LKS Bahasa Meringis, isinya hampir 100% sama dengan BSE English in Focus for Grade VII Junior High School (SMP/MTs) karya Artono Wardiman, Masduki B. Jahur dan M. Sukirman Djusma, dengan merubah nama subyek dan obyek. Dan yang lebih mencengangkan nama penulisnya pun juga diganti dan pihak penyusun tidak mencantumkan referensi sama sekali. Hal ini membuat penulis ingin melakukan pengamatan lagi terhadap LKS yang beredar di MTs Negeri Kabupaten Tenggiri. Selama kurang lebih 2 tahun banyak sekali LKS MTs Negeri Kabupaten Tenggiri yang menyalahi aturan jurnalistik, rata-rata tingkat copy paste diatas 50%. Karena banyaknya praktek plagiasi, maka penulis mengirimkan surat dan sampel LKS TIM TAHU Pong Bahasa Arab Negeri Kabupaten Tenggiri - yang isinya sekitar 70-80% mirip dengan buku Tiga Serangkai - kepada pihak Tiga Serangkai. Dan penulis pun menerima surat balasan, dengan surat tertanggal 17 September 2013. Mereka (pihak Tiga Serangkai) tidak menganggapnya sebagai plagiasi karena penyusun LKS Bahasa Sarap tersebut masih LKS yang beredar di Kabupaten Tenggiri, karena mungkin pihak penyusun ada kerjasama dengan pihak penerbit Tiga Serangkai, dan LKS tersebut penulis simpan baik-baik. Setahun kemudian, tepatnya Semester I, tahun ajaran 2013/2014, penulis kembali menemukan LKS yang isinya sama lagi dengan buku terbitan Tiga Serangkai, untuk semester ini banyak sekali yang secara etika jurnalistik bisa disebut dengan plagiasi. Bahkan untuk LKS Bahasa Meringis, isinya hampir 100% sama dengan BSE English in Focus for Grade VII Junior High School (SMP/MTs) karya Artono Wardiman, Masduki B. Jahur dan M. Sukirman Djusma, dengan merubah nama subyek dan obyek. Dan yang lebih mencengangkan nama penulisnya pun juga diganti dan pihak penyusun tidak mencantumkan referensi sama sekali. Hal ini membuat penulis ingin melakukan pengamatan lagi terhadap LKS yang beredar di MTs Negeri Kabupaten Tenggiri. Selama kurang lebih 2 tahun banyak sekali LKS MTs Negeri Kabupaten Tenggiri yang menyalahi aturan jurnalistik, rata-rata tingkat copy paste diatas 50%. Karena banyaknya praktek plagiasi, maka penulis mengirimkan surat dan sampel LKS TIM TAHU Pong Bahasa Arab Negeri Kabupaten Tenggiri - yang isinya sekitar 70-80% mirip dengan buku Tiga Serangkai - kepada pihak Tiga Serangkai. Dan penulis pun menerima surat balasan, dengan surat tertanggal 17 September 2013. Mereka (pihak Tiga Serangkai) tidak menganggapnya sebagai plagiasi karena penyusun LKS Bahasa Sarap tersebut masih

Menindaklanjuti surat pengaduan Bapak pada tanggal 27 Agustus 2013, kami telah mempelajari beberapa bagian sesuai dengan poin-poin dalam rangkuman dan contoh buku yang kami terima. Berdasarkan analisa tim kami,memang terdapat kesamaan material yang digunakan pada Modul Pembelajaran TIM TAHU Pong Bahasa ArabNegeri Kabupaten Tenggiri dengan buku kami, baik isi maupun gambar. Karena itu, patut diduga bahwa material yang dikutip pada modul tersebut berasal dari buku kami.

Walaupun demikian, kami masih berprasangka baik bahwa TIM TAHU Pong Bahasa Arab tidak bermaksud menjiplak buku kami. Simpulan ini kami ambil karena tim penulis masih mencantumkan buku kami sebagai salah satu sumber kepustakaannya. TIM TAHU Pong Bahasa Arab tersebut hanya tidak mencantumkan sumber naskah dan gambar yang dikutipnya. Hal inilah yang sebenarnya kami sesalkan. Oleh karena itu, kami mengingatkan TIM TAHU Pong tersebut agar mematuhi aturan penulisan dengan baik serta menghargai hak cipta orang lain. Dengan demikian, akan tumbuh kreativitas dan intelektualitas insan penerbitan di

negara kita. 1

Dari surat balasan dari pihak penerbit Tiga Serangkai tersebut, bisa ditarik beberapa kesimpulan, antara lain

1. Penerbit Tiga Serangkai mengakui bahwa terdapat kesamaan material antara Modul Pembelajaran TIM TAHU Pong Bahasa Arab Negeri Kabupaten Tenggiri dengan buku terbtan Tiga Serangkai, baik isi maupun gambar.

2. Penerbit Tiga Serangkai masih berprasangka baik bahwa TIM TAHU Pong Bahasa Arab tidak bermaksud menjiplak bukunya karena tim penulis masih mencantumkan buku Tiga Serangkai sebagai salah satu sumber kepustakaannya dan TIM TAHU Pong Bahasa Arab tersebut hanya tidak mencantumkan sumber naskah dan gambar

yang dikutipnya

3. Penerbit Tiga Serangkai menyesalkan perbuatan tersebut

4. Penerbit Tiga Serangkai mengingatkan TIM TAHU Pong tersebut agar mematuhi aturan penulisan dengan baik serta menghargai hak cipta orang lain.

Pada saat mengirimkan surat tersebut, ada beberapa LKS dugaan tindakan plagiasi yang penulis temukan, dan penulis terus melakukan pengamatan lagi. Penelitian kali ini penulis lakukan pada MTs di luar Kabupaten Tenggiri, tepatnya di Blitar Utara (daerah perbatasan Kediri-Blitar), kecamatan Hujan Abu. Disini penulis menemukan LKS Akidah Somplak yang isinya 100% sama dengan buku terbitan Tiga Serangkai, LKS ini beredar di salah satu MTs swasta di Hujan Abu, Blitar. LKS ini didapatkan dari salah satu muris les penulis. Yang sangat mengherankan dalam LKS tersebut, penyusunnya, penelaah dan penanggungjawabnya

1 Scan surat ini bisa dilihat pada bagian lampiran 1 Scan surat ini bisa dilihat pada bagian lampiran

Selain itu, dan pada saat yang bersamaan penulis juga meneliti LKS yang beredar ditingkat SD/MI. Pada tingkat ini tidak ada praktek plagiasi, namun penulis menemukan banyak LKS bodong yang beredar. Penulis menyebutnya LKS bodong karena dalam LKS tersebut banyak yang tidak mencantumkan referensi sama sekali, terutama untuk LKS lokal yang disusun oleh guru di Kabupaten Tenggiri. Bagaimana bisa mereka menyusun LKS yang ketebalannya hampir 60 halaman tanpa menyertakan sumber kepustakaan ? padahal disitu ada tanggung jawab keilmuan dari mana asal materi-materi tersebut. Apakah penyusunnya sangat pandai sehingga semua sudah diluar kepala sehingga tidak membutuhkan referensi sama sekali ?.

Semakin lama semakin menarik, dan penulis pun juga semakin tertarik mengumpulkan LKS di wilayah Kabupaten Tenggiri. Tak puas dengan apa yang telah penulis dapatkan pada waktu itu, penulis melebarkan penulisp ke SMP, dan seperti sebelumnya, penulis juga menemukan dugaan tindakan plagiasi, namun kali ini lebih menarik dari pada sebelumnya. Penulis menemukan LKS yang beredar di MTs Negeri Kabupaten Tenggiri kelas VII, semester I, tahun ajaran 2013/2014, juga beredar di salah satu SMP Negeri di Wates, isinya bagai pinang dibelah dua, hanya sampulnya saja yang berbeda. Mulai dari penulis, design, jumlah halamannya pun juga sama. Penulis tidak tahu bagaimana mekanisme penyusunan LKS tersebut, sampai begitu parahnya dugaan tindakan plagiasi di Kediri. Sungguh, penulis merasa dongkol dengan perilaku para penyusun LKS yang secara jurnalistik telah melakukan plagiasi besar-besaran.

Dari berbagai temuan penulis terkait LKS yang beredar di wilayah Kabupaten Tenggiri, dalam benak penulis timbul beberapa pertanyaan :

1. Sebegitu burukkah mutu pendidikan dan akhlak pendidik tersebut, hingga lulusan sarjana dan pasca sarjana saja dalam membuat LKS harus copy paste ?

2. Bagaimana prosedur penyusunan LKS tersebut, kok antara LKS MTs dan SMP bisa sama ?

3. Apakah mereka tidak malu dengan perbuatannya ? jika muridnya yang ketahuan menyontek mendapat sanksi, lantas sanksi apa yang tepat buat mereka yang telah melakukan plagiasi besar-besaran ?

4. Apa fungsi penelaah dan penanggungjawab LKS tersebut ? Apakah mereka betul- betul menelaahnya ? Apakah mereka hanya menelaah ejaannya saja ? ataukah penelaah dan penanggungjawab tersebut hanya untuk formalitas saja ?

Pertanyaan diatas penting untuk dijawab, karena dengan begitu kita bisa mengetahui kesalahan-kesalahan yang ada, dan siapa saja yang patut untuk disalahkan. Dan juga hal tersebut berguna untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia agar kedepannya tidak terjadi lagi kesalahan yang berulang-ulang. Namun ini semua tergantung pihak terkait yang berhak untuk memberi sanksi kepada mereka. Apakah mereka akan diberi sanksi atau hanya teguran saja.

Sebetulnya penulis ingin melakukan penelitian lebih dalam lagi, karena menurut penulis penelitian terkait LKS ini belum selesai dan belum memuaskan. Penelitian ini terkendala beberapa faktor, yang diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Masalah biaya. Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk penelitian ini penulis membutuhkan biaya yang cukup banyak, karena penulis harus membeli buku-buku yang dijadikan referensi dalam penyusunan LKS, foto kopi untuk arsip, untuk pihak penerbit, dan untuk Kemenag dan Dinas Pendidikan Jawa Timur sebagai barang bukti.

2. Sulit mencari referensi. Cukup sulit mencari buku referensi yang dibutuhkan dalam penelitian ini karena banyaknya buku yang harus penulis beli dan sulitnya karena beberapa LKS tidak mencantumkan referensi, sehingga untuk membandingkan isi materi LKS tersebut sangat sulit.

3. Sarana. Proses penelitian ini cukup lama, karena dalam mengerjakannya penulis harus pinjam laptop milik murid penulis dan sering kali juga harus ke warnet. Hal ini dikarenakan penulis tidak punya komputer atau laptop, sehingga penulis agak kesulitan dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Dan materi yang penulis tampilkan dalam buku ini hanya Bahasa Inggris, Matematika, Qur‟an Hadis dan Akidah Akhlak, sedangkan Bahasa Arab tidak penulis tampilkan karena faktor sarana. Adapun semua bukti telah penulis kirimkan kepada pihak terkait seperti Penerbit Tiga Serangkai, Departemen Agama Jawa Timur, Dinas Pendidikan Jawa Timur dan Dinas Pendidikan Nasional.

Sekuat tenaga dan sekuat biaya penulis akan meneliti peredaran LKS diwilayah Kabupaten Tenggiri lagi, agar nantinya kasus seperti ini dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak, terutama guru, yang ingin menyusun LKS. Adapun isi dari penelitian ini memang Sekuat tenaga dan sekuat biaya penulis akan meneliti peredaran LKS diwilayah Kabupaten Tenggiri lagi, agar nantinya kasus seperti ini dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak, terutama guru, yang ingin menyusun LKS. Adapun isi dari penelitian ini memang

SEPUTAR HAK CIPTA

A. Perlindungan Hak Cipta

Indonesia merupakan salah satu negara yang praktek plagiasinya cukup besar didunia. Oleh karena itu, pemerintah membuat Undang-Undang Hak Cipta agar tercipta insan yang mempunyai intelektualitas dan kreatifitas tinggi. Diantara perlindungan Hak Cipta yang ada adalah sebagai berikut ;

1. Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002. Undang-undang ini merupakan Undang-undang yang menggantikan Undang-Undang Hak Cipta Nomor 12 Tahun 1997, Undang-Undang Hak Cipta Nomor 7 Tahun 1987 dan Undang-Undang Hak Cipta Nomor 6 Tahun 1982.

2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Plagiat Di Perguruan Tinggi. Peraturan ini dibuat karena maraknya praktek plagiasi dikalangan mahasiswa, dosen maupun rektor di Universitas. Untuk mencegah dan menanggulangi masalah tersebut, maka dibuatlah peraturan ini, agar akademisi membuat karya ilmiahnya secara orsinil.

3. Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor : 1/MUNASVII/MUI/5/2005 Tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

4. Perlindungan Secara Agama. Perlidungan ini merupakan perlindungan non formal. Sebetulnya dalam agama juga ada perlindungan Hak Cipta, karena pada dasarnya plagiasi adalah perbuatan tidak jujur dan sebuah kebohongan dan juga boleh dikatan sebagai sebuah pencurian. Diantara ayat-ayat dan hadis yang menyuruh jujur dan melarang berbohong adalah sebagai berikut Pertama , Surat Fushilat ayat 46

Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu Menganiaya hamba-hambaNya . (QS. Fushilat: 46)

Kedua , Surat Al-Ahzab ayat 70-71

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan- amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar . (QS. Al-Ahzab: 70-71). Ketiga , Surat As-Shaf ayat 2-3

                -   

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan . (Q.S Ash-Shaf: 2-3) Keempat , Hadis Rosululloh Dari Abdulloh dia berkata, Rosululloh

bersabda: “Wajib atas kalian untuk jujur, sesungguhnya kejujuran itu akan membimbing kalian menuju ke kebajikan, dan kebajikan akan membimbing menuju surga, dan tidaklah seorang laki- laki itu jujur dan berusaha untuk jujur maka dia akan dicatat di sisi Alloh sebagai siddiiq. Hati-hati kalian dari bohong karena sesungguhnya bohong itu membimbing menuju kefajiran dan kefajiran membimbing menuju ke neraka, dan tidaklah seseorang itu berbohong dan berusaha untuk berbohong maka akan dicatat di sisi Alloh sebagai pembohong ”. (HR. Muslim)

Dari beberapa ayat dan hadis diatas sebetulnya sudah menunjukkan larangan berbohong, sehingga tidaklah patut kita melakukan plagiasi, dengan alasan apapun.

B. Pengertian Pencipta dan Hak Cipta

Sebelum melangkah lebih jauh, sebelumnya kita harus mengetahui pengertian pencipta dan hak cipta. Karena dengan begitu kita akan mempunyai pemahaman yang benar tentang pencipta dan hak cipta. Pada dasarnya yang disebut sebagai pencipta adalah Sebelum melangkah lebih jauh, sebelumnya kita harus mengetahui pengertian pencipta dan hak cipta. Karena dengan begitu kita akan mempunyai pemahaman yang benar tentang pencipta dan hak cipta. Pada dasarnya yang disebut sebagai pencipta adalah

a. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam

bentuk yang khas dan bersifat pribadi. 2

b. orang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada Direktorat Jenderal; atau 3

c. orang yang namanya disebut dalam Ciptaan atau diumumkan sebagai Pencipta pada suatu Ciptaan. 4

Namun ada beberapa hal-hal tertentu yang menyebabkan perubahan arti pencipta terkait Hak Cipta:

a. pada ceramah yang tidak menggunakan bahan tertulis dan tidak ada pemberitahuan siapa penciptanya, yang dianggap sebagai pencipta ceramah

tersebut adalah orang yang berceramah 5

b. Jika suatu ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan oleh dua orang atau lebih, yang dianggap sebagai pencipta ialah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan itu, atau dalam hal tidak ada orang tersebut, yang dianggap sebagai pencipta adalah orang yang menghimpunnya dengan tidak mengurangi Hak Cipta masing-masing atas

bagian ciptaannya itu 6

c. Jika suatu ciptaan yang dirancang seseorang diwujudkan dan dikerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang yang merancang, yang

dianggap sebagai pencipta adalah orang yang merancang ciptaan itu 7

d. Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya, pemegang Hak Ciptanya adalah pihak yang untuk dan dalam dinasnya ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pencipta apabila penggunaan

2 Undang-undang Hak Cipta, Pasal 1 ayat 2

3 Undang-undang Hak Cipta, Pasal 5 ayat 1

4 Idem

6 Undang-undang Hak Cipta, Pasal 5 ayat 2

7 Undang-undang Hak Cipta, Pasal 6 Undang-undang Hak Cipta, Pasal 7 7 Undang-undang Hak Cipta, Pasal 6 Undang-undang Hak Cipta, Pasal 7

e. Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, maka yang dianggap sebagai pencipta adalah pihak yang membuat karya cipta

itu, kecuali apabila diperjanjikan lain antara kedua belah pihak 9

f. Jika suatu badan hukum mengumumkan bahwa ciptaan berasal dari padanya dengan tidak menyebut seseorang sebagai penciptanya, maka badan hukum

tersebut dianggap sebagai penciptanya, kecuali jika terbukti sebaliknya 10 Selanjutnya penulis akan membahas tentang hak cipta, menurut Undang-undang

Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002, Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku 11 . Dan dalam pasal yang lain juga dijelaskan bahwa “Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk

mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku 12 ” . Sedangkan menurut WIPO (World Intelectual Property Organization ), hak cipta adalah

Copyright is a legal term used to describe the rights that creators have over their literary and artistic works. Works covered by copyright range from books, music, paintings, sculpture and films, to computer programs,

databases, advertisements, maps and technical drawings. 13

Dalam hak cipta juga terkandung hak eksklusif, lebih lanjut lagi, Hak Eksklusif yang terdapat dalam Hak Cipta adalah hak yang diberikan bagi pemilik atau pemegang Hak Cipta, sehingga tidak ada seorang pun yang boleh memanfaatkan hak tersebut, melainkan dengan izin dari pemegang Hak Cipta. Pemanfaatan hak eksklusif adalah meliputi kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukan kepada publik, menyiarkan, merekam dan mengkomunikasikan ciptaan kepada publik

melalui sarana apapun. 14

8 Undang-undang Hak Cipta, Pasal 8 ayat 1

9 Undang-undang Hak Cipta, Pasal 8 ayat 2

10 Undang-undang Hak Cipta, Pasal 9

11 Undang-undang Hak Cipta, Pasal 1 ayat 1

12 Undang-undang Hak Cipta, Pasal 2 ayat 1

14 http://www.wipo.int/copyright/en/ diakses tanggal 1 Mei 2014 Penjelasan Undang-undang Hak Cipta, Pasal 2 ayat 1

C. Ruang Lingkup Hak Cipta

Berdasarkan Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, yang termasuk ruang lingkup perlindungan Hak Cipta, adalah mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Buku, Program Komputer, pamflet, perwajahan (lay out), karya tulis yang diterbitkan, dan semua karya tulis lain;

2. Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu;

3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;

4. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;

5. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

6. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;

7. Arsitektur;

8. Peta;

9. Seni batik;

10. Fotografi;

11. Sinematografi;

12. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain hasil pengalih wujudan.

Jika kita amati perincian yang dalam Undang-undang hak Cipta diatas, berdasarkan urutan 1 sampai 11 di atas, karya-karya cipta tersebut dapat dikelompokkan sebagai ciptaan asli. Sedangkan ciptaan pada butir 12 merupakan hasil pengolahan atau perubahan dari ciptaan asli. Namun hal tersebut juga masih dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta.

Sebagaimana dijelaskan, hasil pengolahan dari ciptaan asli juga dilindungi sebagai Hak Cipta, karena hasil dari pengolahan tersebut juga merupakan suatu ciptaan yang baru dan memerlukan kemampuan intelektualitas untuk memperolehnya dan tidak semua orang bisa melakukan hal tersebut, misalnya menerjemahkan novel asing kedalam bahasa indonesia. Untuk menerjemahkan novel asing kedalam bahasa indonesia, tidak semua orang bisa melakukannya dan diperlukan kemampuan tersendiri, sehingga hak ciptanya juga di lindungi.

Namun ada pembatasan-pembatasan yang diberikan terhadap beberapa jenis ciptaan yang tidak dilindungi Hak Ciptanya, misalnya

a. hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara;

b. peraturan perundang-undangan;

c. pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah;

d. putusan pengadilan atau penetapan hakim; atau

e. keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis lainnya. Untuk poin diatas, maka memperbanyak, mengumumkan, atau menyiarkan tidak

membutuhkan izin dan tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta.

D. Sifat Hak Cipta

Hak Cipta memiliki sifat-sifat sebagaimana yang telah diatur dalam Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta adalah sebagai berikut:

a. Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak. Pernyataan ini disebutkan pada pasal

3 ayat (ayat 1 dan 2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. Sebagai benda bergerak, Hak Cipta dapat beralih dan dialihkan sebagian atau seluruhnya karena adanya pewarisan, hibah, wasiat, dijadikan milik negara atau berdasarkan perjanjian. Lebih lanjut dalam penjelasan pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta dijelaskan, pengalihan hak cipta tidak bisa dilakukan dengan lisan, melainkan harus dilakukan secara tertulis, baik dengan maupun tanpa akta nota riil.

b. Tidak dapat disita. Pernyataan ini diatur dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta yang menyatakan bahwa Hak Cipta yang dimiliki oleh pencipta, baik yang sudah diumumkan maupun yang belum, maka setelah pencipta meninggal dunia, ciptaan itu menjadi milik ahli warisnya atau penerima wasiat, dan ciptaan itu tidak dapat disita oleh siapapun, kecuali hak itu diperoleh secara melawan hukum.

Lebih lanjut lagi, dalam penjelasan pasal 3 ayat 2, huruf e, hak cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena sebab-sebab yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan, misalnya saja pengalihan yang dikarenakan oleh putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

E. Hak yang Terkandung Dalam Hak Cipta

Di dalam Undang-undang Hak Cipta dijelaskan bahwa dalam hak cipta terkandung dua hak, yaitu hak ekonomi dan hak moral. Kedua hak tersebut terkandung pada si pencipta atau pemegang Hak cipta untuk mengeksploitasi karyanya. Sebagaimana ditegaskan dalam penejelasan Undang-undang Hak Cipta, hak ekonomi adalah hak yang dimiliki oleh seseorang pencipta untuk mendapatkan keuntungan atas ciptaannya . Sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri Pencipta atau Pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apa pun, walaupun Hak Cipta atau Hak Terkait telah dialihkan . Hak ekonomi pada setiap undang-undang hak cipta selalu berbeda, baik terminologinya, jenis hak yang diliputinya, ruang lingkup dari tiap jenis hak ekonomi tersebut. Secara umumnya setiap negara minimal mengenal dan mengatur hak ekonomi

tersebut meliputi jenis hak 15

a. Hak reproduksi atau penggandaan (Reproduction right) adalah hak pencipta untuk menggandakan ciptaannya.

b. Hak adaptasi (Adaptation Right) adalah hak untuk mengadakan adaptasi, yang berupa penerjemahan dari bahasa satu ke bahasa yang lainnya, aransemen musik, dramatisasi dari non dramatik, merubah menjadi cerita fiksi dari karangan non fiksi, atau sebaliknya.

c. Hak Distribusi (Distribution Right) adalah hak yang dimiliki pencipta untuk menyebarluaskan kepada masyarakat setiap hasil ciptaannya.

d. Hak Pertunjukan (Public Performance Right) adalah hak yang dimiliki pemusik, pemain drama, maupun seniman lainnya, yang karyanya dapat diungkapkan dalam bentuk pertunjukan.

e. Hak Penyiaran (Broadcasting Right) adalah hak untuk menyiarkan bentuknya, berupa mentransmisikan suatu ciptaan oleh peralatan tanpa kabel.

f. Hak Programa Kabel (Cablecasting Right) adalah hak yang hampir sama dengan penyiaran hanya saja mentransmisikan melalui kabel.

g. Droit de suite adalah hak pencipta yang bersifat kebendaan dan merupakan hak tambahan.

h. Hak Pinjam masyarakat (Public Landing Right) adalah hak yang dimiliki oleh

15 Muhamad Djumhana., dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual, sejarah, teori, dan prakteknya di Indonesia ,cet. ketiga, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hal. 67.

pencipta yang karyanya tersimpan di perpustakaan, atas suatu pembayaran dari pihak tertentu karena karya yang diciptakannya sering dipinjam masyarakat dari perpustakaan milik pemerintah.

Perlindungan Hak Cipta, khususnya terhadap Hak Ekonomi ini pada dasarnya lebih diberikan kepada siapa pemilik Hak Cipta (Copyright Owner) dan bukan kepada pencipta yang sesungguhnya (The Author). Namun terkadang pemilik Hak Cipta adalah pencipta yang sesungguhnya yang juga pemilik Hak Cipta dari karyanya tersebut, misalnya penulis yang mendistribusikan karyanya sendiri tanpa bantuan penerbit atau yang lebih dikenal dengan nama self publishing, yang beberapa tahun ini menjadi trend dalam bidang penerbitan buku.

Selanjutnya, hak moral adalah hak pencipta untuk mengklaim sebagai pencipta dari suatu ciptaan dan hak pencipta untuk mengajukan keberatan terhadap setiap perbuatan yang bermaksud mengubah, mengurangi, atau menambah keaslian ciptaannya. Menurut

Muhamad Djumhana, Hak Moral ini memiliki tiga dasar 16

a. Hak untuk mengumumkan (the right of publication)

b. Hak Paterniti (the right of paternity)

c. Hak integritas (the right of integrity) Pengaturan hak moral juga dapat ditemukan dalam Undang-Undang No.19 Tahun

2002 Tentang Hak Cipta, yang ketentuannya adalah 17

1. Pencipta atau ahli warisnya berhak menuntut Pemegang Hak Cipta supaya nama Pencipta tetap dicantumkan dalam Ciptaannya.

2. Suatu Ciptaan tidak boleh diubah walaupun Hak Ciptanya telah diserahkan kepada pihak lain, kecuali dengan persetujuan Pencipta atau dengan persetujuan ahli warisnya dalam hal Pencipta telah meninggal dunia.

3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga terhadap perubahan judul dan anak judul Ciptaan, pencantuman dan perubahan nama atau nama samaran Pencipta.

4. Pencipta tetap berhak mengadakan perubahan pada Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat.

Dengan adanya hak moral, pencipta dari suatu karya cipta memiliki hak untuk dicantumkan namanya (atau nama samaran) didalam ciptaannya maupun salinannya. Selain itu pencipta juga mempunyai hak untuk mencegah bentuk-bentuk distorsi, mutilasi

16 Muhamad Djumhana., dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual, sejarah, teori, dan prakteknya di

17 Indonesia ,cet. ketiga, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hal. 74. Undang-undang Hak Cipta, Pasal 24 ayat 1-4 17 Indonesia ,cet. ketiga, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hal. 74. Undang-undang Hak Cipta, Pasal 24 ayat 1-4

apresiasi dan reputasi pencipta tersebut. 18

F. Ancaman dan Pelanggaran Hak Cipta

Suatu perbuatan dapat dikategorikan pelanggaran hak cipta jika perbuatan tersebut melanggar hak ekslusif pencipta atau pemegang hak cipta. Adapun perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hak cipta antara lain :

1. Peniadaan nama pencipta pada ciptaan

2. Penggantian atau pengubahan judul ciptaan. Dalam beberapa kasus ada beberapa yang tidak termasuk pelanggaran hak cipta, misalnya pengubahan pengubahan judul atau isi (hanya editing) oleh pihak penerbit sebelum diterbitkan, karena hal ini untuk kepentingan bersama dan biasanya juga dengan sepengetahuan penulis atau pencipta.

3. Mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan

4. Membuat, memperbanyak atau menyiarkan suatu gambar atau rekaman suatu ciptaan

5. Mendaptasi, mengaransemen, menerjemahkan dan mengalihwujudkan suatu ciptaan kedalam bentuk apapun.

6. Menggandakan atau menyalin program computer dalam bentuk kode sumber (Source Code) atau program aplikasinya untuk kepentingan komersial.

Namun, ada beberapa hal yang menurut pasal 14 dan pasal 15 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002, tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta.

a. Pengumuman dan/atau Perbanyakan lambang Negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli;

b. Pengumuman dan/atau Perbanyakan segala sesuatu yang diumumkan dan/atau diperbanyak oleh atau atas nama Pemerintah, kecua li apabila Hak Cipta itu dinyatakan dilindungi, baik dengan peraturan perundang-undangan maupun dengan pernyataan pada Ciptaan itu sendiri atau ketika Ciptaan itu diumumkan dan/atau diperbanyak; atau

c. Pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagia n dari kantor berita, Lembaga Penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis lain, dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap.

18 Lihat penjelasan Undang-undang Hak Cipta pasal 24, ayat 2 18 Lihat penjelasan Undang-undang Hak Cipta pasal 24, ayat 2

e. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan pembelaan di dalam atau di luar Pengadilan;

f. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan: (i) ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu

pengetahuan; atau (ii) pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta.

g. Perbanyakan suatu Ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam huruf braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika Perbanyakan itu bersifat komersial;

h. Perbanyakan suatu Ciptaan selain Program Komputer, secara terbatas dengan cara atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang no nkomersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya;

i. perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas karya arsitektur, seperti Ciptaan bangunan; j. pembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer oleh pemilik Program Komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.

Untuk poin a-c merupakan pasal 14 dan untuk poin d-j merupakan pasal 15, dan untuk pengutipannya harus mencantumkan sumbernya. Untuk poin d, dalam pengutipannya ada ketentuan yang yang telah diatur dalam penjelasan pasal 15 huruf a Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta,

Pembatasan ini perlu dilakukan karena ukuran kuantitatif untuk menentukan pelanggaran Hak Cipta sulit diterapkan. Dalam hal ini akan lebih tepat apabila penentuan pelanggaran Hak Cipta didasarkan pada ukuran kualitatif. Misalnya, pengambilan bagian yang paling substansial dan khas yang menjadi ciri dari Ciptaan, meskipun pemakaian itu kurang dari 10 %. Pemakaian seperti itu secara substantif merupakan pelanggaran Hak Cipta. Pemakaian Ciptaan tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta apabila sumbernya disebut atau dicantumkan dengan jelas dan hal itu dilakukan terbatas untuk kegiatan yang bersifat nonkomersial termasuk untuk kegiatan sosial. Misalnya, kegiatan dalam lingkup pendidikan dan ilmu pengetahuan, kegiatan penelitian dan pengembangan, dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang Pembatasan ini perlu dilakukan karena ukuran kuantitatif untuk menentukan pelanggaran Hak Cipta sulit diterapkan. Dalam hal ini akan lebih tepat apabila penentuan pelanggaran Hak Cipta didasarkan pada ukuran kualitatif. Misalnya, pengambilan bagian yang paling substansial dan khas yang menjadi ciri dari Ciptaan, meskipun pemakaian itu kurang dari 10 %. Pemakaian seperti itu secara substantif merupakan pelanggaran Hak Cipta. Pemakaian Ciptaan tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta apabila sumbernya disebut atau dicantumkan dengan jelas dan hal itu dilakukan terbatas untuk kegiatan yang bersifat nonkomersial termasuk untuk kegiatan sosial. Misalnya, kegiatan dalam lingkup pendidikan dan ilmu pengetahuan, kegiatan penelitian dan pengembangan, dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang

Berdasarkan penjelasan pasal 15 huruf a, ada beberapa kesimpulan yang didapat dari penjelasan tersebut, antara lain :

1. Pengambilan bagian yang paling substansial dan khas yang menjadi ciri dari Ciptaan, meskipun pemakaian itu kurang dari 10 %. Pemakaian seperti itu secara substantif merupakan pelanggaran Hak Cipta.

2. Pemakaian Ciptaan tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta apabila sumbernya disebut atau dicantumkan dengan jelas dan hal itu dilakukan terbatas untuk kegiatan yang bersifat nonkomersial termasuk untuk kegiatan sosial. Dan pemakaian tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar dari penciptanya.

3. Khusus untuk pengutipan karya tulis, penyebutan atau pencantuman sumber Ciptaan yang dikutip harus dilakukan secara lengkap. Artinya, dengan mencantumkan sekurang-kurangnya nama Pencipta, judul atau nama Ciptaan, dan nama penerbit jika ada.

Jika terdapat pelanggaran hak cipta, maka orang yang melanggar hak cipta dapat dikenakan sanksi pidana sesuai pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu Program Komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rup iah).

4. Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 17 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

5. Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal 49 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

6. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau Pasal 55 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

7. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

8. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

9. Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 28 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

Sanksi ini diciptakan untuk melindungi pemilik atau pemegang hak cipta, karena untuk menciptakan suatu ciptaan dibutuhkan intelektualitas tersendiri, dan untuk menciptakannya juga diperlukan tenaga, pemikiran dan kadang juga biaya yang tidak sedikit, sehingga sanksi untuk pelanggarannya juga dibutuhkan.

G. Plagiasi dan Pelanggaran Hak Cipta

Plagiasi dan pelanggaran hak cipta pada dasarnya merupakan dua hal yang berbeda. Yang menjadi pokok perbedaannya adalah aspek etika dan aspek hukum. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Plagiat Di Perguruan Tinggi, “Plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalarn rnemperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai ”.

Pelanggaran hak cipta lebih ditekankan kepada aspek hukum. Seseorang dikatakan melanggar hak cipta atau tidak tergantung apakah seseorang mempunyai izin dari pencipta (pemegang) hak cipta atau tidak. Jika seseorang telah memiliki izin dari pemegang hak cipta, maka secara otomatis tidak ada pelanggaran hak cipta dan begitu juga sebaliknya. Namun jika tidak menyebutkan penciptanya tetap dianggap sebagai plagiasi. Sedangkan plagiasi, jika seseorang melakukan pengutipan suatu karya cipta tanpa menyebutkan sumber aslinya, maka dikatakan telah melakukan plagiasi, walaupun secara hukum tidak ada tuntutan dari pemegang hak cipta dari ciptaan tersebut. Hal inilah yang menjadi pokok perbedaan keduanya. Namun demikian kita harus menghargai karya orang lain jangan karena tidak akan ketahuan kita melakukan plagiasi dengan seenaknya.

DUNIA PLAGIASI

A. Pengertian Plagiasi

Plagiarisme berasal dari bahasa Latin plagiari(us) yang berarti penculik dan plagium yang berarti plagi(um) yang berarti menculik. Kata ini pertama kali diperkenalkan pada abad pertama masehi oleh seorang penyair dari Romawi yang bernama Marcus Valerius Martialis. Pada waktu itu, ia mengeluhkan puisi lain yang kata-katanya sama dengan yang telah dibuatnya.

Menurut Sardy. S, Plagiasi adalah tindak pengambilan, pencurian pendapat, ide, pemikiran, kata, kalimat, karangan orang lain, dengan menjadikan sebagai milik sendiri. Sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesia “Plagiat ialah pengambilan karangan orang lain dan menjadikannya seolah – olah karangan sendiri. Plagiarisme adalah penjiplakan yang melanggar hak cipta ”. Menurut wikipedia, Plagiarisme atau sering disebut plagiat adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya

dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri 19 . Plagiarisme didefinisikan dalam buku “Kode Etika Peneliti” (MPR LIPI, 2007) sebagai mengambil alih

gagasan, atau kata-kata tertulis dari seseorang, tanpa pengakuan pengambilalihan dan dengan niat menjadikannya sebagai bagian dari karya keilmuan yang mengambil 20 .

Menurut IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) plagiarism as the reuse of someone else's prior ideas, processes, results, or words without explicitly

acknowledging the original author and source 21 . (plagiarisme adalah penggunaan ulang ide seseorang, proses, hasil, atau kata-kata tanpa memberikan pengakuran kepada

pengarang dan sumber aslinya). The American Heritage Dictionary of the English Language (4th Ed.) mendefinisikan plagiasi sebagai "a piece of writing that has been

copied from someone else and is presented as being your own work 22 ." (potongan karya tulis yang telah disalin dari orang lain dan dipresentasikan sebagai karyanya sendiri).

Sedangkan The American Heritage Dictionary (2nd College Ed.) mendefinisikan plagiasi "to take and use as one's own the writings or ideas of another 23 ."(mengambil dan

menggunakan karya tulis atau ide seseorang sebagai miliknya).

19 http://id.wikipedia.org/wiki/Plagiarisme

20 Majelis Profesor Riset, Kode Etika Peneliti, LIPI Press, 2007

21 http://www.ieee.org di akses tanggal 10 Mei 2014

23 Idem Idem

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Plagiat Di Perguruan Tinggi,

“Plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalarn rnemperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai ”.

Sedangkan Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Plagiat Di Perguruan Tinggi, “Plagiator adalah orang perseorangan atau kelompok orang pelaku plagiat, masing-masing bertindak untuk diri sendiri, untuk kelompok atau untuk dan atas nama suatu badan ”.

B. Jenis-Jenis Plagiasi

Jenis plagiasi ada bermacam-macam. Menurut IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers 24 ), plagiasi mempunyai beberapa tingkatan, antara lain

a. Level One pertains to the uncredited verbatim copying of a full paper, or the verbatim copying of a major portion (> 50%), or verbatim copying within more than one paper by the same author(s) . (Tingkat 1, menyalin tanpa memberikan pengakuan, dari seluruh tulisan, atau sebagai besar tulisan (>50%), atau menyalin lebih dari satu tulisan oleh pengarang yang sama)

Dokumen yang terkait

Kajian Karakteristik Fisik, Kimia dan Mikrobiologis Edible Film dari Tiga Jenis Pati (Kimpul, Ubi Jalar Putih dan Singkong) dengan Penambahan Filtrat Kunyit (Curcuma longa Linn.) Sebagai Penghambat Bakteri Salmonella.

16 119 21

Pengaruh Pemberian Jus Buah Semangka Merah (Citrullus vulgaris) Terhadap Jumlah Sel Leydig Tikus Putih (Rattus norvegicus strain Wistar ) Jantan yang Di Induksi Alkohol

3 52 21

Pengaruh Ekstrak Biji Buah Pinang (Areca Catechu Linn.) Terhadap Ketebalan Tunika Intima Media Arcus Aorta Tikus Putih Model Aterosklerotik

0 18 23

Pengaruh Konsentrasi Putih Telur Terhadap Kualitas Fisik Dan Kimia Susu Bubuk Metode Foaming Drying

4 53 1

Integrasi Pasar Beras Dunia Terhadap Ketersediaan Pasar Beras Indonesia

1 35 16

Pengaruh Iradiasi Gamma pada Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe.) dan Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) terhadap Bacillus subtilis ATCC 6633 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923

1 34 73

Diplomasi Publik Afrika Selatan Dalam Meningkatkan Pariwisata Afrika Selatan Pada Penyelenggaraan Piala Dunia FIFA 2010

1 16 1

Hitam Putih Dunia Plagiasi pdf

0 3 597

Uji Efek Antibakteri Minyak Jintan Hitam (Nigella Sativa) Dalam Kapsul yang Dijual Bebas Selama Tahun 2012 di Kota Padang Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Secara In Vitro

0 7 5

Pengaruh Pemberiaan Sarang Telur Laba-laba (Spider Silk Protein) Menemerus Bivittatus Secara Topikal Terhadap Penyembuhan Luka Insisi pada Fase Inflamasi Tikus Putih Jantan (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

0 0 5