PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN INOVATIF DENGAN BOLA MINI DAN BOLA LUNAK TERHADAP HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI SMK KRISTEN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

(1)

commit to user

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN INOVATIF DENGAN BOLA MINI DAN BOLA LUNAK TERHADAP HASIL BELAJAR

PASSING BAWAH BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI SMK KRISTEN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh :

VERONICHA DIANA MAYA SARI NIM : X 5606025

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN INOVATIF DENGAN BOLA MINI DAN BOLA LUNAK TERHADAP HASIL BELAJAR

PASSING BAWAH BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI SMK KRISTEN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh :

VERONICHA DIANA MAYA SARI NIM : X 5606025

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(3)

commit to user

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes Drs. Sukono


(4)

commit to user

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Pada hari : Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

(Nama Terang) (Tanda Tangan)

Ketua : Drs. H. Agustiyanto, M.Pd ____________

Sekretaris : Drs. Sugiyoto, M.Pd ____________ Anggota I : Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes ____________

Anggota II : Drs. Sukono ____________

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user

ABSTRAK

Veronica Diana Mayasari. PERBEDAN PENGARUH PEMBELAJARAN INOVATIF DENGAN BOLA MINI DAN BOLA LUNAK TERHADAP HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI SMK KRISTEN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui; (1) Perbedaan pengaruh pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011;(2) Pembelajaran inovatif yang lebih baik pengaruhnya antara dengan bola mini dan bola lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan

pretest-posttest design. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa

kelas XI SMK Kristen Surakarta yang berjumlah 162. Sampel yang digunakan berjumlah 32 orang dengan teknik purposive proporsional random sampling. Sampel dibagi dalam 2 kelompok dengan cara matched ordinal pairing. Kelompok 1 sebanyak 16 siswa mendapat perlakuan pembelajaran inovatif passing bawah dengan bola mini dan kelompok 2 sebanyak 16 siswa mendapat perlakuan pembelajaran inovatif passing bawah dengan bola lunak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pengukuran kemampuan passing bawah bolavoli. Teknik analisis dengan rumus t-tes dengan taraf signifikansi 5% dan uji beda prosentase.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan :(1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Dengan nilai perhitungan hasil tes akhir masing-masimg kelompok diperoleh nilai thitung sebesar 2.522 lebih besar daripada ttabel sebesar 2.131 dengan taraf signifikasi 5%. (2) Pembelajaran inovatif dengan bola mini lebih baik pengaruhnya daripada bola lunak terhadap hasil


(6)

commit to user

belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Pembelajaran inovatif dengan bola mini memiliki prosentase peningkatan kemampuan passing bawah sebesar 145.46 %, sedangkan pembelajaran inovatif dengan bola lunak memiliki peningkatan kemampuan passing bawah sebesar 85.29%.


(7)

commit to user

MOTTO

Orang-orang yang gagal hanyalah mereka yang tidak pernah mencoba. (Davis Viscot)

Ilmu lebih penting dari harta, karena ilmu akan menjagamu sedangkan harta harus kau jaga (penulis)

Janganlah kamu ragu dan bimbang dalam berkorban untuk meraih cita- cita, karena cita-cita yang akan tercapai membutuhkan pengorbanan (penulis)


(8)

commit to user

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

- Bapak dan Ibu terhormat atas nasehat dan do’anya.

- Sahabat-sahabatku POK’O6

- Anak kost BAC

- Adik-adik JPOK FKIP UNS

- Almamater


(9)

commit to user

KATA PENGANTAR

Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof Dr. Sudjarwo,M.Pd, sebagai Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Drs. Sukono, sebagai Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

6. Kepala Sekolah dan Guru Penjasorkes SMK Kristen Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian

7. Para siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.

8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.

Surakarta, VD MS


(10)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGAJUAN... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

DAFTAR ISI... v

HALAMAN ABSTRAK... vi

HALAMAN MOTTO... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 5

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat Penelitian... 7

BAB II. LANDASAN TEORI ... 8

A. Tinjauan Pustaka... 8

1. Permainan Bolavoli... 8

a. Bolavoli dalam Konteks Pendidikan ... 9

b. Teknik Dasar Bermain Bolavoli... 10

2. PassingBawah... 12

a. Teknik Pelaksanaan Passing Bawah ... 13


(11)

commit to user

b. Kesalahan yang Sering Terjadi Pada Passing Bawah... 15

3. Hakikat belajar dan Pembelajaran Gerak... 16

4. Pembelajaran Inovatif... 21

a. Model-Model pembelajaran Inovatif... 23

b. Kelebihan Pembelajaran Inovatif... 26

c. Kekurangan Pembelajaran inovatif... 27

5. Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Mini.... 27

a. Hakikat Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Mini ... 27

b. Pelaksanaan Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Mini... 28

c. Kelebihan dan Kelemahan pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola mini... 29

6. Pembelajaran Inovatif dengan Bola Lunak... 30

a. Hakikat Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Lunak ... 30

b. Pelaksanaan Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Lunak... 31

c. Kelebihan dan Kelemahan pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Lunak... 32

B. Kerangka Berpikir... 33

C. Hipotesis... 34

BAB III. METODE PENELITIAN... 35

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

1. Tempat Penelitian... ...35

2. Waktu Penelitian... ...35

B. Populasi dan Sampel... 35

C. Teknik Pengumpulan Data... 36


(12)

commit to user

E. Teknik Analisis Data... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN... 42

A. Deskripsi Data... 42

B. Mencari Reliabilitas... 42

C. Pengujian Prasyarat Analisis... 43

1. Uji Normalitas... 43

2. Uji Homogenitas... 43

D. Hasil Analisis Data... 45

1. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan... 45

2. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan... 46

E. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan... 48

BAB V. SIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN... 50

A. Simpulan... 50

B. Implikasi... 50

C. Saran... 51

DAFTAR PUSTAKA... 52

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 54


(13)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Sikap saat Perkenaan Bola Pass Bawah... 14

2. Rangkaian Gerakan Passing Bawah... 14

3. Tingkatan Perkembangan Ketrampilan Gerak... 19

4. Contoh Bola Mini... 28

5. Contoh Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Mini... 29


(14)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Passing Bawah Bolavoli pada

kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2)... 42 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal dan Tes Akhir...

...43 3. Range Kategori Reliabilitas...

...43 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data...

...44 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data... ...45 6. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal Pada Kelompok 1 (K1)

dan Kelompok 2 (K2)... 45 7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Pada

Kelompok 1 (K1)... 46 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Pada

Kelompok 2 (K2)... 46 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Akhir antara Kelompok 1 (K1) Dan Kelompok (K2)... 49 10.Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan Passing Bawah Bolavoli dalam Persen Pada Kelompok 1 (KI) dan

Kelompok 2 (K2 )... 48


(15)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Tes Kemampuan Passing Bawah Bolavoli Siswa Kelas XI SMK

Kristen Surakarta TahunPelajaran 2009/2010`... 54

2. Data Tes Akhir Kemampuan Passing bawah Bolavoli Siswa Kelas XI SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010... 55

3. Data Tes Awal dan Tes Akhir Passing Bawah Bolavoli Pada Siswa Kelas XI SMK Kristen Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010... 56

4. Data Hasil Tes Awal Passing Bawah Bolavoli Pada Siswa Kelas XI SMK Kristen Surakarta Berdasarkan Urutan Ringking... 57

5. Pemasangan Subyek Penelitian Berdasarkan Hasil Tes Awal Passing Bawah Bolavoli... 58

6. Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Passing Bawah Bolavoli pada kelompok 1... 59

7. Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Passing Bawah Bolavoli Pada Kelompok 2... 60

8. Uji Reliabilitas dengan Anava ...61

9. Uji Normalitas data Dengan Metode lillifors...67

10. Uji Homogenitas... 69

11. Uji Perbedaan...71

12. Petunjuk Pelaksanaan Tes Kemampuan Passing Bawah Bolavoli... 77

13. Program Pembelajaran Tiap Pertemuan...79

14. Contoh Kegiatan Awal dan Kegiatan Akhir Pembelajaran ... 99


(16)

commit to user


(17)

commit to user ABSTRACK

Veronicha Diana Maya Sari.The diffence of innovate learning effect using miniball and softball on the volleyball lower passing learning achievemen in XI graders of SMK Kristen Surakarta in the scool year of 2010/2011. Thesis: Teacher Training and Education Faculty, Surakarta Sebalas Maret University, October 2010.

The objecktive of research is to find out: (1) the Difference of innovative learning effect using miniball and softball on the volleyball lower passing learning achievement in XI graders of SMK Kristen Surakarta in the scool years of 2010/2011;(2) the innovative learning with better effect using miniball and softball on the volleyball lower passing learning achievement in XI graders of SMK Kristen Surakarta in the scool years of 2010/2011.

This reserch employed an experimental method with pretest-posttest design. The population used in this research XI graders of SMK Kristen Surakarta consisting of 162. The sample of research used was32 respondents taken using purposive proportional random sampling. The sample was divided into 2 groups using matched ordinal pairing. The group 1 consisted of 16 students obtaining the treatment of lower passing innovative learning with miniball and group 2 consisted of 16 students obtaining the treatment of lower passing innovative learning with softball. Techniques of collecting data used were test and volleyball lower passing competency measurement. Technique of analyzing data used wast t-test formula at signifacance level of 5% and percentage variance test.

Considering the result of research, it can be concluded that: (1) there is a significant difference of innovative learning effect using miniball and softball on the volleyball lower passing learning achievement in XI graders of SMK Kristen Surakarta in the school years of 2010/2011. With the calculation value of final test result for each group, it can be found that tstatistic value of 2.522 is higher than ttable of 2.131 at significance level of 5%. (2) the innovative learning using miniball has a


(18)

commit to user

better effect that that using softball on the volleyball lower passing learning achievement in XI greders of SMK Kristen Surakarta in the scool year of 2010/2011. The learning innovative using miniball has the percentage improvement of lower passing competency of 145.46%, while that using softball has the percentage improvement of lower passing competency of 85.29%.


(19)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, ketrampilan berfikir kritis, ketrampilan sosial, penalaran stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga kesehatan terpilih, yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional

Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan disekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang dipilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah harus harus menyertakan unsur-unsur positif pendidikan jasmani.

Proses pembelajaran pendidikan jasmani yang terjadi sekarang ini di pandang kurang baik, tidak sedikit guru pendidikan jasmani yang memasukkan nilai-nilai negatif dalam proses pembelajaran. Tidak jarang terlihat seorang guru pendidikan jasmani yang merokok ketika sedang mengajar, duduk santai di warung sementara siswa dibiarkan sedemikian rupa dalam proses pembelajaran, dan masih banyak lagi hal-hal serupa yang dapat menyebabkan guru pendidikan jasmani dipandang sebagai guru yang seenaknya oleh masyarakat umum. Dengan kata lain, guru pendidikan jasmani diragukan profesionalismenya.


(20)

commit to user

Guru pendidikan jasmani juga mendapat identitas sebagai guru yang tidak kreatif dan monoton dalam menyampaikan materi pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru hanya menerapkan model pembelajaran itu-itu saja dalam mengajar. Kondisi ini akan sangat disayangkan jika dihadapkan pada kenyataan bahwa guru pendidikan jasmani saat ini sudah dijadikan sebagai profesi.

Sejalan dengan permasalahan di atas, maka kegiatan pembelajaran dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan selalu terkait langsung dengan tujuan yang jelas. Ini berarti, proses pembelajaran itu tidak begitu bermakna jika tujuannya tidak jelas. Jika tujuan tidak jelas, maka isi pengajaran berikut metode pembelajaran juga tidak mengandung makna apa-apa. Oleh karena itu seorang guru harus menyadari benar-benar keterkaitan antara tujuan, pengalaman belajar, metode pembelajaran, dan bahkan cara mengukur perubahan atau kemajuan yang dicapai.

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses pembelajaran, seorang guru harus mampu menerapkan metode pembelajaran cocok untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Seorang guru harus memiliki ide dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan kondisi yang ada, agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.

Model pembelajaran yang terjadi selama ini, khususnya dalam pembelajaran bolavoli adalah pembelajaran konvensional yang hanya memfokuskan pada komunikasi verbal, demonstrasi, sentralisasi pengajar, dan pembelajaran yang otoriter, yakni pengajarlah yang berhak menentukan apa yang akan dipelajari oleh siswa dan faham-faham yang tidak memberikan ruang kreativitas baik bagi siswa dalam mengembangkan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Untuk itu perlunya di terapkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM ). Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) adalah pola atau model pembelajaran yang sedang digalakkan dewasa ini. Pembelajaran inovatif sebagai bagian dari PAIKEM dapat dijadikan sebagai cermin dari PAIKEM itu sendiri. Hal ini

dikarenakan pembelajaran inovatif sebenarnya merupakan suatu pemaknaan

terhadap proses pembelajaran yang bersifat komprehensif yang berkaitan dengan 2


(21)

commit to user

berbagai teori pembelajaran modern yang berlandaskan pada inovasi pembelajaran. Di samping itu, pembelajaran inovatif bersifat menyenangkan dan membutuhkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran untuk dapat membuat siswa agar aktif selama pembelajaran berlangsung sehingga lebih efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Sehingga pembelajaran aktif memberikan peluang siswa untuk bersifat aktif dan mandiri.

Berdasarkan permasalahan di atas, model pembelajaran inovatif dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran bolavoli, khususnya dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah. Sebagai langkah awal pembelajaran permainan bolavoli kepada siswa sekolah yaitu dikenalkan macam-macam teknik dasar bolavoli. Belajar macam-macam teknik dasar bolavoli merupakan langkah awal yang harus dilakukan siswa untuk mencapai prestasi bolavoli. Seperti dikemukakan Marta Dinata (2004: 5) bahwa, “untuk meningkatkan prestasi, seorang pemain bolavoli harus menguasai beberapa teknik dasar terlebih dahulu”.

Salah satu teknik dasar awal bolavoli yang harus dikuasai terlebih

dahulu dalam bermain bolavoli adalah passing khususnya passing bawah. Hal ini

karena, passing bawah memiliki tujuan untuk mengoperkan bola yang dimainkannya itu kepada teman seregunya untuk dimainkan dilapangan sendiri.

Apabila penyajian bola dari passing bawah baik maka pengumpan bola (set-up)

akan mudah melakukan serangan dan mendapatkan nilai.

Passing bawah merupakan salah satu teknik dasar bolavoli yang paling mudah jika dibandingkan dengan teknik lainnya. Namun tidak menutup kemungkinan bagi siswa sering melakukan kesalahan, sehinga kualitas passing bawah yang dihasilkan tidak sesuai yang diharapkan. Tidak jarang para siswa sekolah kurang mampu melakukan macam-macam bentuk passing bawah. Bahkan masih banyak diantara mereka yang belum mengetahui dan menguasai teknik

passing bawah yang benar. Karena belum menguasai teknik dasar passing bawah

maka masih banyak para siswa tidak mampu melakukan passing bawah dengan baik.

Kendala atau masalah yang sering di hadapi siswa dalam proses belajar passing bawah, menuntut seorang guru harus mampu menganalisa dan mencari 3


(22)

commit to user

solusi yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Siswa yang belum mampu melakukan passing bawah disebabkan oleh beberapa faktor misalnya merasakan bola terlalu berat, terlalu besar ukurannya, tidak memiliki pengalaman bermain bolavoli dan lain sebagainya. Untuk itu perlunya langkah yang tepat sesuai dengan kondisi siswa. Menurut Rusli Lutan dan adang Suherman (2000:75) berpandapat,” Lakukan modifikasi peralatan, apabila peralatan di duga sebagai penghambat keberhasilan”.

Merubah peralatan pembelajaran (bola) merupakan salah satu cara untuk mengatasi kesulitan dalam belajar passing bawah bolavoli, jika bola di anggap sebagai kendalanya. Untuk memberi kemudahan dalam pembelajaran passing bawah bolavoli dapat dilakukan dengan menggunakan bolavoli mini dan bolavoli lunak. Menurut Persatuan Bolavoli Seluruh Indonesia ( 1995:55 & 89) bahwa, ” Bolavoli mini pada umumnya untuk mengembangkan serta meningkatkan mutu permainan bolavoli. Sedangkan permainan bolavoli lunak di harapkan permainan bolavoli lebih luas di kenal dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, hal ini merupakan modal dasar dalam pencapaian prestasi yang tinggi dalam bolavoli”. Pembelajaran passing bawah bolavoli menggunakan bola mini dan bolavoli lunak merupakan cara untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam belajar passing bawah terutama bagi siswa putri. Namun dari kedua modifikasi pembelajaran passing bawah bolavoli tersebut belum di ketahui tingkat efektifitasnya terhadap peningkatan hasil belajar passing bawah bolavoli.

Berdasarkan permasalahan di atas penelitian ini akan membandingkan model pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola lunak. Dari kedua pembelajaran passing bawah menggunakan bola mini dan bola lunak akan di bandingkan manakah yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan hasil belajar passing bawah bolavoli. Untuk mengetahui hal tersebut, maka perlu di kaji dan di teliti secara teori maupun praktek melalui penelitian eksperimen.

Penelitian eksperimen ini akan dilaksanakan pada siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 yang sebagian besar siswa berjenis kelamin perempuan. Pada umumnya proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah tersebut belum pernah menerapkan model pembelajaran inovatif passing 4


(23)

commit to user

bawah yang menuntut siswa untuk terlibat aktif dan dapat mandiri. Jarang sekali seorang guru olahraga modifikasi pembelajaran keterampilan. Hal ini disebabkan karena terbatasnya prasarana dan sarana yang ada. Tidak jarang juga, banyak diantara guru olahraga kurang memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar keterampilan termasuk passing bawah, apalagi bagi anak perempuan.

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar passing bawah di SMK Kristen Surakarta khususnya anak perempuan menuntut guru untuk berkreativitas menerapkan model pembelajaran yang tepat. Misalnya, bola yang digunakan adalah bola mini dan bola lunak atau model pembelajaran permainan passing bawah yang menyenangkan. Model pembelajaran yang dicontohkan akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa lebih aktif, karena cara belajar yang dilakukan lebih mudah, ringan dan menyenangkan. Model pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa akan meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang lebih optimal.

Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan di atas, maka penelitian ini mengambil judul “ Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Inovatif dengan Bola Mini dan Bola Lunak Terhadap Hasil Belajar Passing Bawah Bolavoli Pada Siswa Kelas Kelas XI SMK Kristen Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran pendidikan jasmani yang terjadi sekarang ini di pandang

kurang baik.

2. Guru pendidikan jasmani mendapat identitas sebagai guru yang tidak kreatif dan monoton dalam menyampaikan materi pembelajaran.

3. Perlunya pembelajaran inovatif dalam menyampaikan materi pembelajaran

bolavoli.


(24)

commit to user

4. Belum pernah di lakukan pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola

lunak pada siswa SMK Kristen Surakarta.

5. Kurangnya sarana dan prasarana bolavoli yang berdampak pada proses pembelajaran bolavoli.

6. Belum diketahui pengaruh pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola

lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli.

7. Kemampuan passing bawah bolavoli siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta

tahun pelajaran 2010/2011 belum teruji.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari penafsiran yang salah terhadap permasalahan penelitan, masalah penelitian perlu dibatasi. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Pengaruh pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli

2. Kemampuan passing bawah bolavoli siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta

tahun pelajaran 2010/2011.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, dapat di rumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan pengaruh pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola

lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011?

2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya pembelajaran inovatif dengan bola

mini dan bola lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011?


(25)

commit to user E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui :

1. Perbedaan pengaruh pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.

2. Pembelajaran inovatif yang lebih baik pengaruhnya antara dengan bola mini dan bola lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik bagi peneliti maupun guru dan siswa yang dijadikan obyek penelitian antara lain:

1. Dapat meningkatkan kemampuan passing bawah bolavoli siswa kelas XI

SMK Kristen Surakarta yang di jadikan obyek penelitian.

2. Dapat di peroleh informasi tentang pembelajaran yang baik dan efektif untuk

meningkatkan kemampuan passing bawah bolavoli.

3. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi guru pendidikan jasmani

pada SMK Kristen Surakarta tentang pentingnya penerapan model pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kemampuan passing bawah bolavoli.

4. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, tentang karya

ilmiah untuk di kembangkan lebih lanjut.


(26)

commit to user

8 BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Permainan Bolavoli

Bolavoli adalah cabang olahraga permainan yang cukup populer dan telah dikenal di indonesia sejak jaman penjajahan Belanda. Maksud dan tujuan permainan bolavoli adalah memasukkan bola ke daerah lawan melewati suatu rintangan berupa tali atau net dan berusaha memenangkan permainan dengan mematikan bola itu di daerah lawan. Semua bagian tubuh dapat digunakan untuk memainkan bola.

Permainan bolavoli adalah olahraga beregu yang dalam pelaksanaan permainannya dilakukan dengan memantulkan bola secara bergantian dari tim yang satu ke lawannya bertujuan untuk mematikan lawan dan memperoleh kemenangan. Amung Ma’mum dan Toto Subroto (2001: 43) menyatakan bahwa, “Prinsip dasar permainan bolavoli adalah memantul-mantulkan bola agar jangan sampai bola menyentuh lantai, bola dimainkan sebanyak-banyaknya tiga kali sentuhan dalam lapangan sendiri dan mengusahakan bola hasil sentuhan itu diseberangkan ke lapangan lawan melewati jaring masuk sesulit mungkin”. Menurut Agus Mukholid (2004: 35) bahwa,

Permainan bolavoli adalah suatu permainan yang menggunakan bola untuk

di-volly (dipantulkan) di udara hilir mudik di atas net (jaring), dengan

maksud dapat menjatuhkan bola di dalam petak daerah lapangan lawan,

dalam rangka mencari kemenangan. Mem-volly atau memantulkan bola ke

udara dapat mempergunakan seluruh anggota atau bagian tubuh dari ujung kaki sampai ke kepala dengan pantulan sempurna.

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, permainan bolavoli adalah suatu permainan yang dilakukan dengan cara memantulkan bola menggunakan seluruh bagian kaki untuk dimainkan di lapangan permainan sendiri sebanyak tiga kali. Syarat pantulan bola harus sempurna tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Tujuan dari permainan bolavoli yaitu


(27)

commit to user

menyeberangkan bola ke daerah lapangan permainan lawan sesulit mungkin untuk dijatuhkan atau mematikan bola agar memperoleh kemenangan.

a. Olahraga Bolavoli Dalam Konteks Pendidikan

Tujuan pendidikan pada dasarnya bersifat menyeluruh menyangkut domain kognitif, afektif dan psikomotor. Sebagaimana diungkapkan Sukintaka (2004: 38) bahwa, “Tujuan pendidikan jasmani terdiri dari empat ranah yakni (1) jasmani, (2) psikomotor, (3) afektif, dan (4) kognitif”. Dari keempat ranah menyangkut beberapa persyaratan seperti kecerdasan, keterampilan berpikir, kestabilan emosional, berbudi pekerti yang baik, sehat jasmani dan rohani, hidup kreatif dan mandiri. Dengan demikian pendidikan jasmani menjadi bagian dari program pendidikan formal di lembaga-lembaga pendidikan formal dan non formal. Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan pada umumnya.

Olahraga bolavoli sebagai bagian dari mata rantai materi pendidikan jasmani dalam arti kata merupakan bagian dari materi pendidikan jasmani secara keseluruhan. Bila dikategorikan, maka olahraga bolavoli termasuk dalam olahraga yang bercirikan permainan. Permainan bolavoli merupakan materi pokok pendidikan jasmani yang wajib diajarkan kepada siswa. Sebagaimana karakteristiknya permainan bolavoli mengandung unsur keterampilan gerak yaitu berupa teknik-teknik memainkan bola di dalam permainan bolavoli. Menurut Amung Ma’mum dan Toto Subroto (2001: 41-42) nilai-nilai yang terkandung dalam permainan bolavoli meliputi “ (1) Nilai sosial, (2) Nilai kompetetif, (3) Kebugaran fisik, (4) Keterampilan berpikir, (5) Kestabilan emosi, dan (6) Tertib hukum dan aturan”.

Nilai-nilai sosial seperti unsur kerjasama di antara teman seregu sangat dibutuhkan, memahami keterbatasan diri atau regu, memahami keunggulan teman bermain di luar regu sendiri dan lain-lain. Nilai-nilai kompetetif seperti memaknai keberhasilan dan ketidak-berhasilan. Nilai kompetetif ini sebaiknya ditanamkan kepada setiap diri anak agar dapat terimplementasikan dalam kehidupan baik sekarang atau kemudian hari. Nilai kebugaran fisik bahwa pembelajaran bolavoli


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mendorong anak untuk senantiasa bergerak (terintegrasi dengan pembelajaran keterampilan gerak). Keterampilan berpikir yang diperoleh dari permainan bolavoli yaitu dalam memainkan bola untuk mencapai suatu keberhasilan regu dituntut untuk memecahkan persoalan yang berkaitan dengan taktiknya agar regu dapat memperoleh angka menuju keberhasilan secara keseluruhan. Ditinjau dari kestabilan emosi bahwa, dengan bermain bolavoli anak akan terbiasa dan terlatih untuk belajar memaknai keberhasilan dan kegagalan baik dalam setiap sub kegiatan permainan maupun permainan secara keseluruhan. Sedangkan kesadaran tertib hukum dan aturan karena dalam setiap cabang olahraga termasuk permainan bolavoli ketentuan yang menjadi aturan permainan tercantum di dalamnya. Dengan adanya aturan permainan anak akan terbiasakan untuk mentaati dan menghormati aturan.

Dari nilai-nilai yang terkandung dalam permainan bolavoli tersebut akan dapat memberikan pengaruh terhadap pengembangan berbagai potensi yang ada pada diri individu ke arah yang dicita-citakan. Oleh karena itu, guru pendidikan jasmani harus senantiasa menciptakan suasana pembelajaran permainan bolavoli yang dapat mengarahkan anak agar nilai-nilai yang terkandung dalam permainan bolavoli dapat dirasakan.

b. Teknik Dasar Bermain Bolavoli

Penguasaan teknik dasar permainan bolavoli merupakan salah satu unsur yang ikut menentukan menang atau kalahnya satu regu di dalam suatu pertandingan. Berkaitan dengan teknik dasar bolavoli Soedarwo, Sunardi & Agus Margono (2000:6) menyatakan bahwa,” teknik bolavoli adalah suatu proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang permainan bolavoli”. Menurut M. Yunus (1992 : 68) mengemukakan bahwa, “teknik dalam permainan bolavoli dapat di artikan sebagai cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai hasil yang optimal”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar bolavoli adalah suatu gerakan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk


(29)

commit to user

menyelesaikan tugas yang pasti dalam permainan bolavoli. Teknik dalam permainan bolavoli merupakan aktifitas jasmani yang menyangkut cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Teknik dasar bermain bolavoli yang harus dikuasai oleh pemain bolavoli, menurut Suharno HP (1985 : 51) adalah sebagai berikut :

1) Teknik dengan bola : a) pass atas

b) Set-up/umpan

c) Pass bawah

d) Smash/Spike

e) Block/bendungan

f) Servis 2) Teknik tanpa bola :

a) Langkah awalan smash,blok b) Langkah sebelum mengambil bola c) Loncatan dan gerak tipu

d) Pengambilan posisi

Sedangkan menurut Sugiyanto (1993 : 6) teknik –teknik dasar yang perlu dikuasai untuk dapat bermain bolavoli dengan baik adalah :

a. Gerak dasar 1) Jalan 2) Lari 3) Jengket 4) Loncat 5) Berputar 6) Mengguling

b. Gerak teknik dasar bermain 1) Sikap Siap

2) Gerakan menyonsong dan menjangkau bola 3) Pass atas.

4) Pass bawah. 5) Servis

6) Smash

7) Block

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa, teknik dasar bolavoli dibedakan menjadi dua macam yaitu teknik dengan bola dan teknik dengan bola atau gerak dasar dan gerak teknik dasar bermain. Kedua teknik tersebut merupakan faktor yang penting dan harus dipahami serta dikuasai dengan benar.


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 2. Passing Bawah

Passing merupakan operan bola yang dimainkannya kepada teman seregunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soedarwo dkk (2000:8) yang menyatakan bahwa “ Passing didalam permainan bolavoli adalah usaha ataupun upaya seorang pemain bolavoli dengan cara menggunakan suatu teknik tertentu yang tujuannya adalah untuk mengoperkan bola yang dimainkannya itu kepada teman seregunya untuk dimainkan dilapangan sendiri”. Sedangkan menurut M. Yunus (1992:80) mengemukakan bahwa “ passing adalah mengoperkan kepada teman sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik tertentu, sebagai langkah awal untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan”. Oleh karena itu, menguasai teknik dasar passing bolavoli merupakan faktor yang penting dan harus dipahami serta dikuasai dengan benar.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, passing bawah adalah teknik dasar memainkan bola dengan mengunakan kedua tangan,dimana perkenaan bola yaitu pada kedua lengan bawah ynag bertujuan untuk mengoperkan bola kepada teman seregunya untuk dimainkan ke lapangan sendiri atau sebagai awal melakukan serangan.

Passing bawah merupakan teknik dasar bolavoli yang paling awal diberikan dalam mengajar atau melatih bolavoli. G. Durrwachter (1990:52) menyatakan, “teknik passing bawah bagi anak didik dirasakan lebih wajar, gampang dan terutama lebih aman pada saat menerima bola yang keras, dibandingkan dengan gerak passing atas yang memerlukan sikap tangan dan jari khusus”. Dengan demikian passing bawah memiliki keuntungan yang lebih baik jika dibandingkan dengan passing atas. Hal ini dapat dilihat dalam permainan, jika menerima servis atau smash yang keras dan tajam harus dilakukan dengan passing bawah.

a. Teknik Pelaksanaan Passing Bawah

Teknik passing bawah merupakan satu pola gerakan yang di rangkaikan secara baik dan harmonis agar passing bawah yang dilakukan menjadi lebih baik


(31)

commit to user

dan sempurna. Untuk mencapai hal tersebut seorang pemain harus menguasai teknik passing bawah.

Cara melakukannya adalah ibu jari sejajar dan jari-jari tangan yang satu membungkus jari-jari tangan lainnya. Semua penerimaan bola dengan teknik ini sebaiknya bola di sentuh persis sedikit lebih atas dari pergelangan tangan. Sikap lengan dan tangan diupayakan seluas mungkin dari kedua sikut sebaiknya difiksir untuk mencegah terjadinya pergeseran yang memberikan kemungkinan arah bola yang dikehendaki tidak melenceng. Sikap kaki dibuka selebar bahu, dan salah satu kaki berada di depan. Ketika bola datang cepat dan sangat menukik, maka gunakan sikap penjagaan rendah, demikian pula jika bola datang tidak terlalu cepat dan rendah gunakan sikap penjagaan menengah ( Amung ma’mun dan Toto Subroto, 2001: 57). Sedangkan menurut Soedarwo dkk (2000:9) teknik pelaksanaan pass bawah adalah sebagai berikut :

(a) Sikap permulaan :

Ambil sikap siap normal pada saat tangan akan dikenakan pada bola, segera tangan dan juga lengan diturunkan serta tangan dan lengan dalam keadaan terjulur kebawah depan lurus. Siku tidak boleh ditekuk, kedua lengan merupakan papan pemukul yang selalu lurus keadaannya.

(b) Sikap saat perkenaan :

Pada saat akan mengenakan bola pada bagian sebelah atas ( bagian proximal ) dari pada pergelangan tangan , ambillah terlebih dahulu posisi sedemikian hingga badan berada dalam posisi menghadap bola. Begitu bola berada pada jarak yang tepat maka segeralah ayunkan lengan yang telah lurus dan fixir tadi dari arah bawah kedepan atas. Tangan pada saat itu telah berpegangan satu dengan yang lain. Perkenaan bola harus diusahakan tepat dibagian proximal daripada pergelangan tangan dan dengan bidang yang selebar mungkin agar bola dapat melambung secara stabil. Maksudnya agar bola selama lintasannya tidak banyak membuat putaran. Putaran bola setelah mengenai bagian proximal daripada pergelangan tangan, akan memantul keatas depan dengan lambungan yang cukup tinggi dan dengan sudut pantul 90. Bila sudut pantulnya tidak 90 maka secara teoritis bola memantul kearah lain atau dikatakan bola tersebut akan diterima luncas. Dengan demikian bola tidak akan memantul kearah seperti yang diharapkan.


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 1. Sikap saat perkenaan bola pass bawah (Soedarwo dkk. 2000:10)

(c) Sikap akhir :

Setelah bola berhasil dipass bawah maka segera diikuti pengambilan sikap siap normal kembali dengan tujuan agar dapat bergerak lebih cepat untuk menyesuaikan diri dengan keadaan.

Rangkaian gerakan passing bawah secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2: Rangkaian gerakan passing bawah (Amung ma’mun dan Toto Subroto, 2001 :58)

Menurut Suharno HP (1985 : 18) Penggunaan teknik terima tangan bawah ini pada prakteknya ada tiga macam kategori. Ketiga kategori tersebut adalah sebagai berikut :

(1) Bila bola jatuhnya berada setinggi bahu si penerima. Maka penggunaan teknik terima tangan bawah adalah sebagai berikut : Pertama-tama


(33)

commit to user

penerima harus mengambil posisi sedemikian ( misalnya dengan mengadakan langkah surut) hingga bola akan berjarak sejangkauan lengan sipenerima. Pada saat lengan diayunkan dari bawah keatas depan diikuti juga oleh gerakan kaki keatas dengan cara meluruskan lutut dan badan dalam keadaan tegak. Gerak demikian ini sebenarnya bertitik tolak kepada usaha agar pantulan bola pada saat mengenai bagian proximal dari pergelangan itu dapat memantul 900.

(2) Bila bola jatuh pada ketinggian diantara bahu dan panggul. Secara ideal penerimaan bola dengan teknik terima tangan bawah sebenarnya pelaku memang harus dapat menempatkan diri pada posisi sedemikian hingga bola tepat bedara didepannya dan dengan ketinggian antara bahu dan panggul. Sebab pada posisi yang demikian ini relatip akan dibutuhkan koordinasi badan yang lebih sederhana daripada bila bola jatuh pada ketinggian yang lain. Dengan demikian kestabilan bola akan lebih terjamin dan lebih terarah. Dengan keadan seperti tersebut diatas maka untuk melaksanakan teknik terima tangan bawah cukup hanya mengayunkan lengan dari bawah keatas depan saja.

(3) Bila bola jatuh setinggi panggul kebawah. Biasanya menerima bola dalam keadaan demikian itu perlu diadakan langkah kedepan sebelum mengenakan bagian proximal dari pergelangan tangan kepada bola. Setelah melangkah kedepan segera diikuti ayunan lengan dari bawah keatas depan dalam keadaan lurus dan fixir, maka pada saat bagian proximal daripada pergelangan tangan mengenai bola bersamaan dengan itu diikuti gerakan penurunan panggul ke bawah. Gerakan ini merupakan gerakan pengungkit. Jadi bola diungkit keatas dengan jalan ayunan lengan dan ditambah dengan penurunan panggul. Maksud daripada gerakan ini tidak lain agar bola dapat dipantulkan keatas dengan sudut pantul 900

Untuk memperoleh kualitas passing bawah yang baik, maka setiap terjadi kesalahan harus dicermati letak kesalahannya dan kesalahan harus dihindari. Kemampuan siswa dalam mencermati setiap kesalahan yang dilakukan akan dapat membentuk pola passing seperti yang diharapkan.

b. Kesalahan Yang Sering terjadi pada Passing Bawah

Passing bawah merupakan salah satu teknik dasar bolavoli yang paling mudah jika dibandingkan dengan teknik lainnya. Namun tidak menutup kemungkinan, bagi siswa sekolah seringkali dalam melakukan passing bawah terjadi kesalahan, sehingga kualitas passing yang di hasilkan tidak sesuai yang di harapkan. Menurut Barbara L.V & Bonnie. J.F (1996:21) kesalahan melakukan


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

passing bawah antara lain :

1) Lengan terlalu tingi ketika memukul bola

2) Merendahkan tubuh dengan menekuk pingang bukan lutut, sehingga bola yang di operkan terlalau rendah dan terlalu kencang.

3) Tidak memindahkan berat badan ke arah sasaran, sehingta bola tidak bergerak ke muka.

4) Lengan terpisah sebelum pada saat atau sesudah menerima bola, sehinga operan salah.

5) Bola mendarat di lengan di daerah siku atau menyentuh tubuh.

Hal-hal tersebut di atas harus diperhatikan oleh guru atau pelatih dalam mengajar passing bawah bolavoli. Pada umumnya siswa tidak mampu mengamati letak kesalahan yang dilakukan. Seorang guru harus mampu mencermati setiap kesalahannya dan setiap kesalahan yang dilakukan siswa, guru segera mungkin untuk membetulkan gerakan yang salah tersebut. Kesalahan yang dibiarkan akan membentuk pola gerak yang salah, sehingga kualitas passing bawah yang dilakukan hasilnya tidak sesuai yang diharapkan.

3. Hakekat Belajar dan Pembelajaran Gerak

Pengertian belajar gerak tidak terlepas dari pengertian belajar pada umumya, tetapi dalam belajar gerak mengandung karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut berhubungan dengan domain tujuan belajar yang menjadi sasarannya yaitu menyangkut penguasaan ketrampilan dan gerak tubuh.

Pengertian belajar merupakan sesuatu yang kompleks, karena itu pengertiannya bisa bermacam-macam. Belajar bisa dipandang sebagai suatu hasil apabila yang dilihat adalah bentuk terakhir dari berbagai pengalaman interaksi edukatif, bisa dipandang sebagai suatu proses apabila yang dilihat adalah kejadian selama siswa menjalani proses belajar untuk mencapai suatu tujuan, dan bisa juga dipandang sebagai suatu fungsi apabila yang dilihat adalah aspek-aspek yang menentukan terjadinya perubahan tingkah laku siswa.

Belajar gerak mempelajari pola-pola gerak ketrampilan tubuh. Proses belajarnya melalui pengamatan dan mempraktikkan pola-pola gerak yang di pelajari. Intensitas keterlibatan unsur domain kemampuan yang paling tinggi


(35)

commit to user

adalah domain psikomotor yang juga termasuk domain fisik. Hasil akhir dari belajar gerak adalah berupa kemampuan melakukan pola-pola gerak ketrampilan tubuh. Misalnya ketrampilan siswa dalam melakukan passing bawah bolavoli, sebelumnya siswa merespon dengan unsur kognitif, afektif, yang kemudian di wujudkan dalam unsur psikomotor.

Semua unsur kemampuan individu terlibat di dalam belajar gerak, hanya saja intensitas keterlibatannya berbeda-beda. Intensitas keterlibatan domain kognitif dan domain afektif relatif lebih kecil dibandingkan keterlibatan domain psikomotor. Keterlibatan domain psikomotor tercermin dalam respon-respon muslular yang diekspresikan alam gerakan tubuh secara keseluruhan atau bagian-bagian tubuh. Berkaiatan dengan belajar gerak, Sugiyanto (1996:27) menyatakan, ” Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muskular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh’. Menurut Rusli Lutan (1988:102) ” Belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku terampil”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa, belajar gerak (motorik) merupakan perubahan perilaku motorik berupa ketrampilan sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Upaya menguasai ketrampilan gerak sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.

Pada awal tahap pembelajaran siswa yang baru mengenal subtansi yang dipelajari baik yang menyangkut pembelajaran kognitif, afektif, dan psikomotor bagi siswa materi pembelajaran itu menjadi asing pada awalnya, namun setelah guru berusaha untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa pada materi pembelajaran, maka diharapkan sesuatu yang asing bagi siswa tersebut berangsur-angsur hilang dengan sendirinya.

Dalam tahap ini seorang guru harus mengupayakan pembelajaran dengan menata lingkungan belajar dan perencanaan materi yang akan dipelajari atau akan dibahas. Guru harus berperan sebagai fasilitator dan motivator sehingga siswa berminat untuk mengikuti pembelajaran. Klasifikasi tingkah laku domain kognitif, afektif dan psikomotor seperti telah dikemukakan sebelumnya. Domain kognitif


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Guiford dalam Magill (l982:2), menamakan “(intelectual activities)” yaitu "kemampuan individu dalam hubungannya dengan pengenalan informasi, dan ingatan yang berkenaan dengan aktivitas berpikir”. Kemudian domain afektif adalah penalaran yang mempunyai peran penting sebagai motivasi dalam belajar keterampilan gerak dan yang terakhir adalah domain psikomotor sangat penting dalam belajar keterampilan gerak, karena berhasil tidaknya seseorang memahami keterampilan gerak dari gerakan yang sederhana ke dalam gerakan yang lebih kompleks. Belajar gerak terjadi dalam bentuk atau melalui respon-respon muskular yang diekspresikan dalam gerakan-gerakan bagian tubuh.

Menurut Pate, Rotella dan McClenaghan (1993:201), bahwa “Pembelajaran bertahap keterampilan gerakan yang rumit adalah fenomena yang kompleks dimulai secara periodik dalam kandungan dan berlangsung sampai usia dewasa. Kemampuan untuk bergerak dengan baik dalam lingkungan seseorang tergantung pada perpaduan aspek sensorik dan aspek sistem syaraf secara efisien”. Sebelum memulai dengan pembahasan tentang perbaikan keterampilan olahraga tingkat lanjut, perlu terlebih dahulu dibahas bagaimana seseorang memperoleh kemampuan untuk dapat bergerak dengan kompleks. Tanpa informasi dasar ini akan sulit bagi guru untuk memahami mengapa beberapa penampilan mempunyai kesulitan yang lebih besar dalam menguasai gerakan yang menuntut keterampilan siswa. Pembelajaran bertahap keterampilan gerak dapat benar-benar dipahami apabila menggunakau model “tingkatan”. Ketika seorang anak menjadi dewasa sistem syaraf otot mulai mampu melakukan gerakan yang makin lama makin sulit

Perkembangan gerak dapat dibagi dalam dua periode utama : tahap pra-keterampilan dan tahap perbaikan pra-keterampilan. Dalam masing-masing tahap terdapat tingkatan yang berurutan yang digunakan untuk membantu dalam menggambarkan pengamatan tingkah laku. Ciri khas tingkah laku untuk mendapatkan keterampilan yang lebih tinggi secara berkelanjutan, sesuai dengan tahap tingkatan perkembangan keterampilan gerak. Berikut ini di sajikan tahap tingkatan ketrampilan gerak.


(37)

commit to user

Gambar 3. Tingkatan Perkembangan Ketrampilan gerak

Sumber. Pate, Rotclla dan McClenaghan, 1993. Scientific Foundation of

Coaching (Terjemahan : Rasiyo Dwijoyowinoto). Semarang : IKIP Semarang


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar tersebut dia atas memberikan asumsi bahwa selama masa awal pra-remaja anak-anak mulai sangat mementingkan keikutsertaan yang berhasil dalam olahraga. Ketika remaja telah membatasi pilihannya dan berkonsentrasi pada keterampilan gerak, tekanan harus diarahkan pada perbaikan keterampilan tersebut. Keterampilan olahraga dapat menjadi lebih baik ketika kesempatan untuk turut serta dalam kegiatan yang cocok bertambah. Tahap-tahap dalam perolehan keterampilan olahraga mencakup periode perkembangan perbaikan, penampilan, dan kemunduran. Satu hal yang sangat penting adalah bahwa cara seseorang dalam tahap-tahap perkembangan tergantung pada kecenderungannya untuk ikut serta kegiatan yang berorientasi pada kegiatan olahraga.

Tingkat perbaikan keterampilan remaja secara terus menerus mulai mengatur pola gerak dasar dengan penuh terpadu. Gerakan dasar secara penuh sudah terkuasai. Latihan diperlukan untuk perbaikan keterampilan dan pengendalian gerakan. Program gerak ini didefinisikan sebagai suatu perangkat perintah gerak yang membantu dalam menampilkan pola keterampilan gerak yang sulit dengan campur tangan susunan syaraf sadar yang terbatas. Latihan yang terus-menerus selama tingkat perkembangan ini penting untuk mengembangkan mekanisme kontrol gerakan. Kemampuan dalam mengontrol gerakan akan memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk berbuat sesuai dengan yang seharusnya dilakukan akan lebih mudah untuk mengikuti aturan-aturan, termasuk mengikuti aturan agar dirinya dapat menjadi terampil. Belajar gerak adalah mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh, proses belajarnya melalui pengamatan dan mempraktekkan pola-pola yang dipelajari.

Periode pra-remaja sangat penting dalam pembelajaran gerak yang makin terpadu. Schmidt dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993;205) ”menggunakan dasar kognitif dari bagan untuk menolong perolehan penampilan yang terampil bahwa program gerak yang disimpan dalam selaput otak bukan rekaman khusus dari gerakan-gerakan, tetapi lebih merupakan aturan-aturan umum yang membantu mengatur penampilan”. Hal senada diungkapkan oleh Fitts, Adams dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993 : 205) menandai tiga langkah dalam perolehan yang terampil. Tampaknya semua pelaku tanpa pandang


(39)

commit to user

umur, maju melalui langkah-langkah perkembangan berikut ini :

Langkah 1. Tingkat kognitif ditandai oleh usaha pertama siswa untuk menguasai suatu keterampilan gerak baru atau dengan kata lain proses belajarnya diawali dengan aktif berpikir tentang gerakan yang dipelajari. Siswa berusaha untuk mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan kepadanya

Langkah 2. Tingkat asosiatif yaitu dalam perbaikan keterampilan olahraga ditandai oleh naiknya penampilan melalui latihan dan pada saat program gerak dibuat atau seorang siswa sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat dalam pelaksanaannya

Langkah 3. Tahap otonom. Latihan yang rutin dan terus-menerus menghasilkan perbaikan lebih lanjut dari keterampilan gerak rnenjadi suatu gerak yang otomatis. Dalam kegiatan ini, hanya sedikit perhatian yang dibutuhkan agar siswa dapat memusatkan perhatian pada faktor lingkungan yang mempengaruhi penampilannya.

Guru yang berpengalaman dapat dengan mudah mengamati siswa yang banyak dengan siapa belajar melewati tahap-tahap perbaikan keterampilan. Dampak pengajaran ini sangat jelas, pengalaman belajar awal harus memungkinkan terjadinya waktu untuk pemrosesan kognitif dalam lingkungan yang terkendali. Jika keterampilan membaik, waktu memberikan latihan harus dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan seorang siswa menampilkan kegiatan itu dalam berbagai situasi lingkungan. Tujuan guru memberikan materi latihan dasar ini adalah tercapainya kemampuan untuk menampilkan segala macam keterampilan yang mungkin dibutuhkan dalam perundingan yang sebenarnya. Untuk itu siswa harus memperhatikan contoh gerakan dan merespon gerakan tersebut. Dalam tahap otonom ini keterampilan gerak yang dikuasai oleh siswa akan berlanjut sejalan dengan bertambahnya latihan dan berlanjut ke tahap yang lebih kompleks.

Dengan demikian keterampilan dapat di gambarkna sebagai kualitas penampilan seseorang dalam melakukan tugas-tugas gerak fisik. Indikator kualitas yang di penuhi sebagai gerak terampil yaitu efektif, efisien dan adaptif. Untuk dapat menguasai ketrampilan gerak olahraga harus melalui proses pembelajaran. Melalui pembelajaran yang sistematis dan kontinyu, maka ketrampilan dapat di kuasai dengan baik dengan baik an benar.


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Pembelajaran Inovatif

Pembelajaran inovatif sebenarnya merupakan suatu pemaknaan terhadap proses pembelajaran yang bersifat komprehensif yang berkaitan dengan berbagai teori pembelajaran modern yang berlandaskan pada inovasi pembelajaran. Seperti halnya teori belajar konstruktivis dan teori lainnya.

Dari segi definisinya, Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk siswa agar belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman konteks siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh perancangan proses pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang saling belajar dan saling membangun. Otonomi siswa sehingga subjek pendidikan menjadi titik acuan seluruh perencanaan dan proses pembelajaran dengan mengacu pada pembelajaran aktif dan inovatif. Seperti yang di kemukakan oleh I Wayan Santyasa (2008:5) bahwa “ Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered”.

Pembelajaran inovatif sebagai inovasi pembelajaran dapat mencakup modifikasi pembelajaran, baik dari segi sarana dan prasarana maupun model pembelajaran yang diterapkan. Pembelajaran inovatif bersifat menyenangkan (rekreatif) dan membutuhkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran untuk dapat membuat siswa agar aktif selama pembelajaran berlangsung sehingga lebih efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Dalam berbagai kegiatan inovasi yang dilakukan guru lebih ditekankan pada penerapan gagasan yang lebih praktis dan mudah. Dengan demikian kegiatan-kegiatan inovasi yang dilakukan oleh guru dapat berupa gagasan kreatif dan kegiatan sederhana di tingkat kelas yang dianggap dapat mengatasi permasalahan-permasalahan pendidikan di kelas dan di sekolah pada umumnya.


(41)

commit to user

Berbagai kegiatan guru dalam melakukan inovasi pembelajaran inovatif menurut Moh. Ansyar dan H. Nurtain yang dikutip Hermanto (1999: 4) meliputi: ”a) mengetahui dan menemukan masalah; b) mengidentifikasi dan menyeleksi alternatif pemecahan masalah; c) penentuan alternatif pemecahan masalah; d) melaksanakan; e) menilai; f) perbaikan produk inovasi”. Keseluruhan rangkaian kegiatan tersebut berkaitan sehingga produk yang dihasilkan benar-benar merupakan solusi yang mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh guru yang bersangkutan. Meskipun melalui kegiatan inovasi ini para guru mempunyai peluang untuk meningkatkan mutu pembelajaran, akan tetapi dalam mewujudkan kegiatan inovasi tergantung kesempatan pada guru yang ada, biaya, situasi sosial kultural warga sekolah yang, kualitas kepemimpinan kepala sekolah, dan karakteristik guru sebagai pelaksana kurikulum. Dengan demikian, apabila guru hendak melakukan kegiatan inovasi dalam pembelajaran sebaiknya memperhatikan hal-hal tersebut sehingga kegiatan inovasi yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik dan berhasil maksimal.

a. Model - Model Pembelajaran Inovatif

Model-model pembelajaran inovatif yang akan diangkat oleh penulis dalam penelitian ini adalah ini diantaranya: model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, dan beberapa contoh model dan langkah-langkah pembelajaran Inovatif.

1) Model pembelajaran langsung

Model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Istilah lain model pengajaran langsung antara lain: training model,

active teaching model, mastery teaching, dan explicit instruction.

Ciri-ciri model pengajaran langsung adalah sebagai berikut:

a) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar.


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b) Sintaks atau pola keseluruhandan luar kegiatan pembelajaran

c) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.

(a) Tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa

Para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Suatu contoh pengetahuan deklaratif yaitu: tekanan adalah hasil bagi antara gaya dan luas bidang benda yang dikenai gaya

(p=F/A). pengetahuan prosedural yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif

di atas adalah bagaimana memperoleh rumus atau persamaan tekanan tersebut. Menghafal hukum atau rumus tertentu dalam bidang studi fisika , kimia, dan matematika merupakan contoh pengetahuan deklaratif sederhana atau informasi faktual. Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya memerlukan penggunaan pengetahuan dengan cara tertentu, misalnya membandingkan dua rancangan penelitian, menilai hasil karya seni dan lain-lain. Seringkali penggunaan pengetahuan prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa pengetahuan deklaratif. Para guru selalu menghendaki agar siswa-siswa memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat melakukan suatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil.

(b) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.

Pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siwa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus


(43)

commit to user

seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan.

b) Pembelajaran Kooperatif

Pakar-pakar yang memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan model pembelajaran kooperatif adalah John Dewey dan Herbert Thelan. Menurut Dewey kelas seharusnya merupakan cerminan masyarakat yang lebih besar. Thelan telah mengembangkan prosedur yang tepat untuk membantu para siswa bekerja secara berkelompok. Tokoh lain adalah ahli sosiologi Gordon Alport yang mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam kelompok akan memberikan hasil lebih baik. Shlomo Sharan mengilhami peminat model pembelajaran kooperatif untuk membuat setting kelas dan proses pengajaran yang memenuhi tiga kondisi yaitu (a) adanya kontak langsung, (b) sama-sama berperan serta dalam kerja kelompok dan (c) adanya persetujuan antar anggota dalam kelompok tentang setting kooperatif tersebut.

Hal yang penting dala model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman. Teman yang lebih mampu dapat menolong teman yang lemah. Dan setiap anggota kelompok tetap memberi sumbangan pada prestasi kelompok. Para siswa juga mendapat kesempatan untuk bersosialisasi.

c) Pembelajaran Demonstration

Langkah-langkah dalam model pembelajaran demonstration meliputi: 1) Guru menyampaikan Tujuan Pembelajaran Khusus.

2) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan. 3) Siapkan bahan atau alat yang diperlukan.

4) Menunjukan salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.

5) Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisa.


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pengalaman siswa didemontrasikan. 7) Guru membuat kesimpulan

d) Inside-Outside-Circle/Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar

Pada model pembelajaran ini, siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Langkah-langkah pembelajarannya meliputi:

1) Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar. 2) Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama,

menghadap ke dalam.

3) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.

4) Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.

5) Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya.

Pembelajaran inovatif sebagai bagian dari PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) dapat dijadikan sebagai cermin dari PAIKEM itu sendiri. Pembelajaran inovatif bersifat menyenangkan (rekreatif) dan membutuhkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran untuk dapat membuat siswa agar aktif selama pembelajaran berlangsung sehingga lebih efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Sebagai pembelajaran yang rekreatif, dalam pembelajaran inovatif ditekankan pada kegiatan belajar yang mengandung unsur bermain


(45)

commit to user b. Kelebihan Pembelajaran Inovatif

Saat ini model pembelajaran yang sedang digalakkan adalah pembelajaran inovatif. Hal ini dikarenakan pembelajaran inovatif memiliki beberapa kelebihan, antara lain sebagai berikut:

1) Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat pada siswa.

2) Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk siswa agar belajar.

3) Menuntut kreativitas guru dalam mengajar.

4) Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang saling belajar dan saling membangun.

5) Bersifat menyenangkan (rekreatif) dan membutuhkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran untuk dapat membuat siswa agar aktif selama pembelajaran berlangsung sehingga lebih efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

6) Otonomi siswa sehingga subjek pendidikan menjadi titik acuan seluruh perencanaan dan proses pembelajaran.

7) Siswa adalah penerima informasi secara aktif.

8) Pengetahuan dibangun dengan penemuan terbimbing. 9) Pembelajaran lebih konkret dan praktis.

10) Perilaku dibangun atas pengalaman belajar. 11) Perilaku baik berdasarkan motivasi instrinsik.

c. Kekurangan Pembelajaran Inovatif

Di samping memiliki kelebihan, pembelajaran inovatif juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain sebagai berikut:

1) Pembelajaran akan bersifat monoton jika guru kurang kreatif dalam mengelola kelas.

2) Siswa yang kurang aktif dalam proses belajar akan semakin tertinggal. 3) Situasi kelas kurang terkoordinir karena pusat kegiatan belajar adalah


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4) Program pembelajaran kurang terkonsep.

5. Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Mini

a. Hakikat Pembelajaran inovatif Passing Bawah dengan Bolavoli Mini

Pembelajaran passing bawah bolavoli dengan modifikasi bola mini merupakan bentuk pembelajaran yang menekankan pada perubahan peralatan khususnya bola. Bolavoli ukuran standart dianggap sebagai penghambat pelaksanaan passing bawah. Karena bola dianggap sebagai penghambat pelaksanaan pembelajaran passing bawah bolavoli, mka perlu diciptakan kondisi belajar yang lebih mudah agara siswa mampu melakukan passing bawah. Rusli Lutan & Adang Suherman (2000:75) menyatakan,” Manakala kondisi sebenarnya menjadi penghambat belajar ketrampilan tertutup, rubahlah kondisi latihan itu pada tingkat yang bisa dilakukan siswa selama perubahan kondisi tersebut tidak merusak integritas skill yang dipelajarinya”. Sedangkan Sugiyanto (1996 : 64 ) menyatakan, penyusunan materi pelajaran hendaknya mengikuti prinsip-prinsip: 1) Dimulai dari materi belajar yang mudah dan di tingkatakan secara berangsur-angsur ke materi yang lebih sukar. 2) Dimulai dari materi belajar yang sederhana dan ditingkatkan secara berangsur-angsur ke materi yang semakin kompleks.

Berdasarkan pendapat diatas menunjukkan bahwa pembelajaran passing bawah menggunakan bola mini merupakan bentuk pembelajaran yang merubah kondisi belajar sesungguhnya (bola standart dirubah menggunakan bolavoli mini. Ukuran bolavoli mini menurut Persatuan Bolavoli Seluruh Indonesia (1995:57) yaitu,” Bola nomor 4, berat 230- 250 gram, keliling 22-24 cm ”. Perubahan penggunaan bolavoli ukuran mini karena sisa mengalami kesulitan melakukan passing bawah menggunakan bola ukuran standart. Ukuran bolavoli standart menurut Persatuan Bolavoli Seluruh Indonesia (1995: 12) Yaitu,” Keliling 65 sampai 67 cm, berat 260 sampai 280 gram, tekanan udara 0.40 sampai 0. 45 kg/cm2 ( 392-444)”. Contoh bentuk bola mini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


(47)

commit to user

Berdasarkan ukuran bolavoli tesebut menunjukkan bahwa, bolavoli ukuran standart lebih berat. Bagi siswa pemula terlebih siswa putri, belajar passing bawah menggunakan bolavoli ukuran standart mengalami kesulitan. Kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran passing bawah menggunakan bolavoli ukuran standart misalnya bola terlalu berat, teknik passing bawah yang masih rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu di ciptakan cara belajar yang sesuai dengan kondisi siswa diantaranya menggunkan bolavoli mini yang lebih ringan.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Mini

Pelaksanaan pembelajaran inovatif passing bawah dengan bola mini yaitu: Pada pertemuan minggu pertama, guru menerangkan sikap permulaan, perkenaan bola dan gerak lanjut. Guru mendomonstrasikan pengenalan bola mini pada perkenaan lengan, dengan melambungkan bola dan membiarkan bola jatuh pada lengan yang dirapatkan dan diluruskan. Gerakan dilakukan sambil berjalan maju.

Setelah guru mendemonstrasikan gerakan tersebut, kemudian menata formasi pembelajaran sedemikian rupa agar semua mendapat kesempatan yang sama dalam melakukan tugas ajar. Siswa harus mempraktikkan gerakan pengenalan bola pada perkenaan lengan sesuai petunjuk dan perintah guru. Dari waktu pembelajaran keseluruhan, pada akhir sebelum pembelajaran selesai (10 menit terakhir), pembelajaran inovatif passing bawah dirubah menggunakan bolavoli ukuran standart. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat mentransfer gerakan ketrampilan yang sebenarnya. (Pertemuan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran ). Contoh pembelajaran inovatif gerakan perkenaan bola pada lengan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 5. Contoh pembelajaran inovatif passing bawah dengan bola mini ( Roji, 2007 : 16)


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Mini

Bola mini merupakan bolavoli yang memiliki ukuran lebih kecil dan ringan di bandingkan bolavoli ukuran standart, sehingga dapat di gunakan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar passing bawah bolavoli. Melalui pembelajaran passing bawah bola mini, siswa akan cepat beradaptasi dengan bolavoli ukuran standart. Penggunaan bola yang mendekati dengan karakteristik bola sebenarnya akan memberi dampak yang positif untuk beadaptasi dengan cepat terhadap ketrampilan yang sebenarnya.

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran passing bawah bolavoli dan bola yang digunakan dalam pembelajaran inovatif passing bawah menggunakan bola mini dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan pembelajaran inovatif passing bawah menggunakan bola mii antara lain:

1) Bola mini mendekati karakteristik bola sebenarnya ( bolavoli standart ), sehingga siswa akan lebih cepat beadaptasi dengan bolavoli ukuran standart.

2) Bola dapat memantul dengan baik, sehingga laju bola dapat bergerak dengan baik.

Kelemahan pembelajaran inovatif passing bawah dengan menggunakan bola mini antara lain :

1) Siswa yang belum siap (lengan belum kuat ) akan merasa berat dan menimbulkan rasa sakit.

2) Siswa yang belum siap akan berdampak pada passing bawah yang kurang baik.

6. Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Lunak

a. Hakikat Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Lunak

Pembelajaran inovatif passing bawah bolavoli dengan bola lunak pada prinsipnya sama dengan bentuk pembelajaran passing bawah dengan mengunakan


(49)

commit to user

bola mini. Letak perbedaannya pada bola yang digunakan dalam pembelajaran. Adapun ukuran bola lunak menurut Persatuan Bolavoli Seluruh Indonesia (1995: 92) yaitu ” Bola terbuat dari karet, berat bola 210 + 5 gram, lingkaran 78 + 1 cm.” Contoh bentuk bola lunak dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 6. Contoh

bola lunak

Ditinjau dari prinsip-prinsip modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani bahwa, pembelajaran passing bawah menggunakan bola lunak merupakan prinsip perluasan isi. Dalam hal ini Rusli Lutan & Adang Suherman (1999/2000 :68) berpendapat :

Perluasan isi atau materi maksudnya adalah penyusunan aaktivitas belajar secara progresif dari yang mudah ke yang sukar atau dari yang sederhana ke yang kompleks. Pada proses ini guru harus memahami (1) bagaimana mengurangi kompleksitas dan kesulitan materi pelajaran dan (2) bagaimana menganalis materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang dapat menciptakan susunan atau rantai pengalaman belajar yang bersifat progresif.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pembelajaran inovatif passing bawah dengan bola lunak merupakan cara mengajar yang di mulai dari sederhana atau mudah, kemudian secara bertahap ditingkatkan ke bentuk ketrampilan yang lebih sulit. Melalui pembelajaran inovatif passing bawah demgam menggunakan bola lunak diharapkan siswa akan memiliki konsep gerakan passing bawah yang benar.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Lunak.

Pada prinsipnya pembelajaran inovatif passing bawah menggunaka bola lunak sama dengan pembelajaran inovatif passing bawah menggunakan bola mini. Perbedaannya terletak pada bola yang digunakan dalam pembelajaran.


(1)

commit to user

2. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan

Setelah dilakukan perlakuan, yaitu kelompok 1 (K1) mendapat perlakuan pembelajaran inovatif passing bawah dengan bola mini, dan kelompok

2 (K2) mendapat perlakuan pembelajaran inovatif dengan bola lunak, kemudian

dilakukan uji perbedaan. Hasil uji perbedaan setelah diberi perlakuan sebagai berikut:

a. Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1 (K1)

Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1 (K1).

Kelompok K1 N Mean thitung ttabel 5%

Tes awal 16 2.063

Tes akhir 16 5.063 7.539 2.131

Berdasarkan hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir kelompok 1 diperoleh nilai thitung sebesar 7.539, yang ternyata nilai tersebut lebih besar dari nilai ttabel dengan taraf signifikans 5% yaitu 2.131. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho di tolak, yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 2. .

b. Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2 (K2)

Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2 (K2)

Kelompok K2 N Mean thitung tt abel 5%

Tes awal 16 2.125

Tes akhir 16 3.398 7. 390 2.131

Berdasarkan hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir kelompok 2 diperoleh nilai thitung sebesar 7.390, yang ternyata nilai tersebut lebih besar dari nilai ttabel dengan taraf signifikans 5% yaitu 2.131. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho di tolak, yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 2.


(2)

commit to user

c. Hasil uji perbedaan tes akhir antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2)

yaitu:

Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Akhir antara Kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2)

Kelompok N Mean thitung tt abel 5%

K1 15 5.063

K2 15 3.398

2.522 2.131

Berdasarkan hasil uji perbedaan tes akhir antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) diperoleh nilai thitung sebesar 2.522, dan ttabel dengan N=15,db=15-1 = N=15,db=15-14.dengan taraf signifikasi 5% yaitu 2.N=15,db=15-13N=15,db=15-1. .Hal ini menunjukkan bahwa thitung >ttabel . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, sehingga hasil tes akhir antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) terdapat perbedaan yang signifikan.

d. Perbedaan Persentase Peningkatan

Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki prosentase peningkatan yang lebih baik, dilakukan penghitungan perbedaan prosentase peningkatan tiap-tiap kelompok. Adapun nilai perbedaan peningkatan kemampuan

passing bawah bolavoli dalam persen pada kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2)

sebagai berikut:

Tabel 10. Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan passing bawah bolavoli dalam persen pada Kelompok (KI) dan Kelompok 2 (K2)

Kelompok N Mean

Pre test

Mean post test

Mean Different

Persentase peningkatan

K1 16 2.063 5.063 3.000 145.46

K2 16 2.125 3.938 1813 85.29

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kelompok 1 (K1) memiliki peningkatan kemampuan passing bawah bolavoli sebesar 145.46 %.


(3)

commit to user

Sedangkan kelompok 2 (K2) memiliki peningkatan kemampuan pasing bawah bolavoli sebesar 85.29 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok

1 (K1) memiliki prosentase peningkatan kemampuan passing bawah bolavoli yang

lebih baik dari pada kelompok 2 (K2).

E. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

1. Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Inovatif dengan Bola Mini dan Bola Lunak pada Passing Bawah Bolavoli.

Berdasarkan uji perbedaan yang dilakukan pada data tes akhir antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, karena hasil perhitungan dari data tes akhir kedua kelompok diperoleh nilai t = 2.522. Dari nilai tersebut menunjukkan thitung lebih besar dari ttabel = 2.131. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes akhir pada kelompok 1 dan kelompok 2. Hal ini karena dari masing-masing model pembelajaran tersebut memiliki penekanan yang berbeda dan keduanya memiliki kelemahan dan kelebihan yang berbeda pula. Pada pembelajaran inovatif passing bawah dengan bola mini siswa akan lebih cepat beradaptasi dengan bola standart daripada dengan menggunakan bola lunak. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola lunak terhadap hasil hasil belajar passing bawah bolavoli pada pada siswa kelas X SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 dapat diterima kebenarannya.

1. Pembelajaran Inovatif yang Lebih Baik Pengaruhnya dengan Bola Mini dan Bola Lunak Terhadap Hasil Belajar Passing Bawah Bolavoli.

Berdasarkan hasil penghitungan prosentase peningkatan kemampuan passing bawah bolavoli bahwa kelompok 1 memiliki peningkatan yang lebih besar dari pada kelompok 2. Kelompok 1 (K1) memiliki peningkatan kemampuan


(4)

commit to user

peningkatan kemampuan passing bawah bolavoli sebesar 85.29%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 (kelompok yang mendapat perlakuan pembelajaran inovatif dengan bola mini) memiliki keterampilan passing bawah bolavoli yang lebih baik dari pada kelompok 2 (kelompok yang mendapat perlakuan pembelajaran inovatif passing bawah dengan bola lunak).

Pembelajaran inovatif passing bawah menggunakan bola mini mengarah atau sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu kemampuan passing bawah menggunakan bola ukuran standart. Penggunaan bola yang ideal dan dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang tersebut merangsang kepekaan siswa dan kemampuan beradaptasi yang lebih baik. Sedangkan pembelajaran inovatif passing bawah menggunakan bola lunak perlu penyesuaian dengan kondisi yang sebenarnya. Pergantian bola dari bola lunak diganti dengan bola standart perlu penyesuaian atau adaptasi terhadap beban yang berbeda. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa, pembelajaran inovatif dengan bola mini lebih baik pengaruhnya daripada pembelajaran inovatif dengan bola lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 dapat diterima kebenarannya.


(5)

commit to user BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, ternyata hipotesis yang diajukan dapat diterima, dengan demikian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pembelajaran inovatif dengan

bola mini dan bola lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. Dengan nilai perhitungan hasil tes akhir masing-masimg kelompok diperoleh nilai

thitung sebesar 2.522 lebih besar daripada ttabel sebesar 2.131 dengan taraf

signifikasi 5%.

2. Pembelajaran inovatif dengan bola mini lebih baik pengaruhnya daripada bola

lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. Pembelajaran inovatif dengan bola mini memiliki prosentase peningkatan kemampuan passing bawah sebesar 145.46 %, sedangkan pembelajaran inovatif dengan bola lunak memiliki peningkatan kemampuan passing bawah sebesar 85.29%.

B. Implikasi

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pembelajaran inovatif dengan bola mini lebih baik pengaruhnya dari pada pembelajaran inovatif dengan bola lunak terhadap peningkatan hasil belajar passing bawah bolavoli.

Implikasi teoritik dari hasil penelitian ini yakni setiap model pembelajaran memiliki efektifitas yang berbeda dalam meningkatkan


(6)

commit to user

kemampuan passing bawah bolavoli. Oleh karena itu, dalam menerapkan suatu pembelajaran yang bertujuan meningkatkan kemampuan passing bawah harus sesuai dan tepat dengan kondisi siswa. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih, menentukan, dan menerapkan model pembelajaran teknik dasar permainan bolavoli, khususnya untuk meningkatkan kemampuan passing bawah sebagai hasil belajar.

C. Saran

Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang telah ditimbulkan,maka kepada tim pengajar di SMK Kristen Surakarta disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Pengajar hendaknya berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam menyampaikan materi, meningkatkan kreativitas dalam mengajar, menentukan model pembelajaran yang tepat dan efektif untuk diterapkan, serta meningkatkan kemampuan untuk mengelola kelas sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukan dapat terus meningkat. Selain itu, pengajar hendaknya mau membuka diri untuk menerima masukan , saran dan kritik agar dapat memperbaiki kualitas mengajarnya.

2. Dalam menerapkan suatu pembelajaran hendaknya perlu dipertimbangkan kelebihan dan kelemahanya, serta tingkat efektifitasnya agar diperoleh hasil yang maksimal. Sekolah dan lembaga pendidikan hendaknya berusaha menyediakan fasilitas yang dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar. Kepada guru yang belum menerapkan pembelajaran inovatif dengan bola mini dalam permainan bolavoli hendaknya mencoba teknik tersebut sehingga dapat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan teknik dasar, khususnya passing bawah bolavoli.


Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25