Analisis hasil belajar siswa kelas X Administrasi Perkantoran SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dalam pemecahan masalah matriks tahun ajaran 2014/2015.

(1)

ABSTRAK

Putu Diah Pramita Dewi. 2015. Analisis Hasil Belajar Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dalam Pemecahan Masalah Matriks Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa Kelas X Administrasi Perkantoran SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dalam pemecahan masalah matriks Tahun Ajaran 2014/2015, dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa kelas X Administrasi Perkantoran di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dalam pemecahan masalah matriks tahun ajaran 2014/2015.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Subyek dari penelitian ini yaitu siswa kelas X Administrasi Perkantoran SMK BOPKRI 1 Yogyakarta sebanyak 15 siswa. Data penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan observasi, tes prestasi belajar, dan wawancara. Tes prestasi belajar yang diberikan terdiri dari 5 soal essay yang disusun dalam bentuk soal cerita

Hasil dari penelitian ini yaitu hasil belajar siswa kelas X Administrasi Perkantoran dalam pemecahan masalah matriks masih dalam kategori kurang. Sebanyak 14 siswa (93,30%) masih kurang dalam kemampuan pemecahan masalah matriks. Persentase total jawaban benar pada materi matriks lebih tinggi dibandingkan persentase total jawaban benar dalam pemecahan masalah matriks. Sehingga dapat dinyatakan siswa kelas X Administrasi Perkantoran memiliki kemampuan yang lebih baik pada materi matriks, tetapi masih kurang dalam kemampuan pemecahan masalah matriks. Faktor utama yang menyebabkan kurangnya kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matriks yaitu siswa tidak terbiasa mengerjakan soal cerita, dan guru tidak pernah memberikan latihan soal berupa soal cerita. Selain itu, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matriks pada siswa yaitu: siswa kurang aktif bertanya, siswa kurang memperhatikan guru ketika memberikan penjelasan, guru kurang memberikan latihan soal yang bervariasi, cara belajar siswa masih kurang teratur, orang tua siswa kurang berperan aktif untuk menasehati siswa agar giat belajar, dan siswa lupa mengenai materi matriks.


(2)

ABSTRACT

Putu Diah Pramita Dewi. 2015. Analysis of Learning Achievement grade X students at Office Administration SMK BOPKRI 1 Yogyakarta in Matrix Problem Solving Academic Year 2014/2015. Thesis, Mathematic Education Study Program, Mathematic and Science Education Departement, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The aim of this research are to know achievement learning of grade X students at Office Administration SMK BOPKRI 1 Yogyakarta in matrix problem solving Academic Year 2014/2015, and to know the factors that affect the achievment learning of grade X students at Office Administration SMK BOPKRI 1 Yogyakarta in matrix problem solving Academic Year 2014/2015

This research used descriptive method with qualitative and quantitative approach. The subjects of this research were 15 students of grade X students at Office

Administration SMK BOPKRI 1 Yogyakarta. This research’s data got from observation, learning achievment test, and interview. The learning achievment test which was given consisted of 5 essays which were stuctured in the form of problem solving.

The results of this research that the achievement learning of grade X students at Office Administration in matrix problem solving were still in the less category. There are 14 students (93,30%) still lacking in the ability of matrix problem solving. Total percentage of the correct answer on the matrix material was higher than total percentage of the correct answer in problem solving matrix. So it can be conclude that the students of grade X of Office Administration have better ability in matrix material, but is still lacking in the ability of problem solving matrix.The main factors which led to a lack of students skills in problem solving matrix is students were not accustomed to work on word problems, and teacher never gave exercises such as word problems. In addition, they other factors that affected the ability of student’s problem solving matrix were student asked less active, student had less attention to

teacher’s explanation, teacher gave less varied exercises, student learning were still irregular, parents were less active to advise students to study hard, and students forgot about the matrix material.


(3)

i

ANALISIS HASIL BELAJAR

SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN

SMK BOPKRI 1 YOGYAKARTA DALAM

PEMECAHAN MASALAH MATRIKS

TAHUN AJARAN 2014/2015

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Putu Diah Pramita Dewi NIM. 111414026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha

dengan keras

adalah kemenangan yang hakiki”

(Mahatma Gandhi)

“Aku anugrahkan bumi ini kepada orang yang mulia, Aku

turunkan hujan yang bermanfaat bagi makhluk, Aku alirkan terus

gemuruhnya air dan hukum alam tunduk kepada perintah-

Ku”

(Rgveda.IV.26.2)

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

1.

Ida Sang Hyang Widhi Wasa

2.

Orang tuaku tersayang

3.

Alamamaterku, Universitas Sanata

Dharma

4.

Kakek, Nenek (Alm), dan adikku

(Ninda Deliana)

5.

Pilipus Neri Agustima, sahabat, dan

teman-temanku


(7)

(8)

(9)

vii

ABSTRAK

Putu Diah Pramita Dewi. 2015. Analisis Hasil Belajar Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dalam Pemecahan Masalah Matriks Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa Kelas X Administrasi Perkantoran SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dalam pemecahan masalah matriks Tahun Ajaran 2014/2015, dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa kelas X Administrasi Perkantoran di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dalam pemecahan masalah matriks tahun ajaran 2014/2015.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Subyek dari penelitian ini yaitu siswa kelas X Administrasi Perkantoran SMK BOPKRI 1 Yogyakarta sebanyak 15 siswa. Data penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan observasi, tes prestasi belajar, dan wawancara. Tes prestasi belajar yang diberikan terdiri dari 5 soal essay yang disusun dalam bentuk soal cerita

Hasil dari penelitian ini yaitu hasil belajar siswa kelas X Administrasi Perkantoran dalam pemecahan masalah matriks masih dalam kategori kurang. Sebanyak 14 siswa (93,30%) masih kurang dalam kemampuan pemecahan masalah matriks. Persentase total jawaban benar pada materi matriks lebih tinggi dibandingkan persentase total jawaban benar dalam pemecahan masalah matriks. Sehingga dapat dinyatakan siswa kelas X Administrasi Perkantoran memiliki kemampuan yang lebih baik pada materi matriks, tetapi masih kurang dalam kemampuan pemecahan masalah matriks. Faktor utama yang menyebabkan kurangnya kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matriks yaitu siswa tidak terbiasa mengerjakan soal cerita, dan guru tidak pernah memberikan latihan soal berupa soal cerita. Selain itu, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matriks pada siswa yaitu: siswa kurang aktif bertanya, siswa kurang memperhatikan guru ketika memberikan penjelasan, guru kurang memberikan latihan soal yang bervariasi, cara belajar siswa masih kurang teratur, orang tua siswa kurang berperan aktif untuk menasehati siswa agar giat belajar, dan siswa lupa mengenai materi matriks.


(10)

viii

ABSTRACT

Putu Diah Pramita Dewi. 2015. Analysis of Learning Achievement grade X students at Office Administration SMK BOPKRI 1 Yogyakarta in Matrix Problem Solving Academic Year 2014/2015. Thesis, Mathematic Education Study Program, Mathematic and Science Education Departement, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The aim of this research are to know achievement learning of grade X students at Office Administration SMK BOPKRI 1 Yogyakarta in matrix problem solving Academic Year 2014/2015, and to know the factors that affect the achievment learning of grade X students at Office Administration SMK BOPKRI 1 Yogyakarta in matrix problem solving Academic Year 2014/2015

This research used descriptive method with qualitative and quantitative approach. The subjects of this research were 15 students of grade X students at Office Administration SMK BOPKRI 1 Yogyakarta. This research’s data got from observation, learning achievment test, and interview. The learning achievment test which was given consisted of 5 essays which were stuctured in the form of problem solving.

The results of this research that the achievement learning of grade X students at Office Administration in matrix problem solving were still in the less category. There are 14 students (93,30%) still lacking in the ability of matrix problem solving. Total percentage of the correct answer on the matrix material was higher than total percentage of the correct answer in problem solving matrix. So it can be conclude that the students of grade X of Office Administration have better ability in matrix material, but is still lacking in the ability of problem solving matrix.The main factors which led to a lack of students skills in problem solving matrix is students were not accustomed to work on word problems, and teacher never gave exercises such as word problems. In addition, they other factors that affected the ability of student’s problem solving matrix were student asked less active, student had less attention to teacher’s explanation, teacher gave less varied exercises, student learning were still irregular, parents were less active to advise students to study hard, and students forgot about the matrix material.


(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan

rahmat-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matriks Siswa Kelas X Administrasi

Perkantoran SMK BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat

banyak bimbingan, dorongan, bantuan dan semangat dari berbagai pihak sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu dalam kesempatan

ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dan Ketua Program

Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., selaku dosen pembimbing akademik

yang telah memberikan bantuan dan semangat dalam menyelesaikan kuliah.

4. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang senantiasa

dengan sabar dan ramah, memberikan bimbingan, semangat, dan waktunya


(12)

x

5. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, M.Si., dan Bapak A. Yudhi Anggoro,

M.Si., selaku penguji dalam ujian skripsi, terima kasih atas saran-saran yang

telah diberikan.

6. Segenap dosen Pendidikan Matematika, atas bimbingan dan pengetahuan

yang telah diberikan.

7. Bapak Didin Hernowo, S.Pd.Ek., selaku Kepala SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Ibu Ninung Budi Astuti, S.Pd., dan Bapak Drs. Margiyanto selaku guru

pembimbing di sekolah yang telah memberikan semangat, dukungan, bantuan

dan waktunya kepada penulis.

9. Segenap guru dan staf di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah membantu

kelancaran penelitian skripsi ini.

10. Bapak I Nyoman Sugiada, Ibu Ni Luh Kamiati, Kakek I Wayan Mandra, Adik

Made Ninda Deliana Kusuma Dewi dan semua keluarga atas doa, dukungan,

motivasi, dan semangat dalam menyelesaikan perkuliahan.

11. Seluruh peserta didik SMK BOPKRI 1 Yogyakarta, khususnya kelas X

Administrasi Perkantoran dan X Akutansi yang telah antusias dan membantu

proses penelitian.

12. Teman-temanku di Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma

angkatan 2011 terima kasih atas kebersamaan, semangat, dukungan dan

sarannya.

13. Pilipus Neri Agustima, Prapti, Yoanna, Pebri, Veve, Fenny Nelson, Retha,


(13)

xi

Junior, Erica, Vonti, Yunda, Shinchan, Mami, Ana, Tara, Evan, Maria, Angelia

Sangho, Raditya, Yohanes Eko, Kris, Yuli, Pipit, Cintya, dan Suwastana

terima kasih atas semangat dan dukungan yang telah diberikan.

14. Teman-teman kost difa (Gemah, Ista, Anin, Kak Kezia, Kak Tari, Kak Lenny,

dan Kak Septi) terima kasih atas semangat dan doanya.

15. Segenap teman-teman mitra Perpustakaan Universitas Sanata Dharma terima

kasih atas semangatnya.

16. Dan kepada seluruh pihak yang belum sempat disebutkan satu per satu yang

telah membantu penulis dalam penulisan baik dalam menempuh studi

maupun dalam penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para


(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Batasan Istilah ... 8

G. Manfaat Penelitian ... 9

H. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Belajar ... 12


(15)

xiii

C. Hasil Belajar ... 16

D. Matriks ... 26

E. Kerangka Berpikir ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

1. Tempat Penelitian... 39

2. Waktu Penelitian ... 40

C. Subyek Penelitian dan Obyek Penelitian ... 40

D. Perumusan Variabel-variabel ... 40

1. Variabel bebas ... 40

2. Variabel terikat ... 41

E. Bentuk Data dan metode Pengumpulan Data ... 41

1. Bentuk Data ... 41

2. Metode Pengumpulan Data ... 41

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 43

1. Tes Prestasi Belajar ... 43

2. Wawancara ... 44

G. Keabsahan Data ... 44

H. Teknik Analisis Data ... 44

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 52

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 52

B. Penyajian Data ... 57

1. Analisis Tes Prestasi Belajar ... 57

2. Data Wawancara ... 59

C. Analisis Data ... 60

1. Analisis Hasil Tes Prestasi Belajar ... 60


(16)

xiv

D. Pembahasan ... 70

1. Hasil Belajar Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matriks ... 70

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa dalam Kemampuan Pemecahan Masalah Matriks ... 74

E. Kelemahan Penelitian ... 79

BAB V PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

C. Temuan Lainnya ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar ... 41

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 42

Tabel 3.3 Tingkat Kualifikasi Butir Soal ... 44

Tabel 3.4 Tingkat Interpretasi Reliabilitas ... 48

Tabel 3.5 Tabel Konversi Nilai ... 48

Tabel 3.6 Tafsiran Nilai Kemampuan ... 48

Tabel 4.1 Kegiatan-kegiatan Selama Melakukan Penelitian ... 52

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas di Kelas X Akutansi ... 55

Tabel 4.3 Transkrip Hasil Tes Prestasi Belajar Berdasarkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matriks ... 57

Tabel 4.4 Transkrip Hasil Tes Prestasi Belajar Berdasarkan Kemampuan pada Materi Matriks ... 58

Tabel 4.5 Pengelompokan Hasil Tes Prestasi Belajar Berdasarkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matriks ... 58

Tabel 4.6 Pengelompokkan Hasil Tes Prestasi Belajar Berdasarkan Kemampuan pada Materi Matriks... 59

Tabel 4.7 Hasil Tes Prestasi Belajar Berdasarkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matriks ... 60

Tabel 4.8 Hasil Tes Prestasi Belajar Berdasarkan Kemampuan pada Materi Matriks ... 61

Tabel 4.9 Garis Besar Hasil Wawancara ... 61

Tabel 4.10 Banyaknya Siswa yang Menjawab Benar Berdasarkan Kemampuan Pemecahan Masalah, dan Kemampuan pada Materi Matriks ... 71


(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ... 86

A.1 Kisi-kisi Soal ... 87

A.2 Soal Tes Prestasi Belajar ... 93

A.3 Penyelesaian Tes Prestasi Belajar ... 96

LAMPIRAN B ... 103

B.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Soal ... 104

B.2 Uji Pakar ... 106

LAMPIRAN C ... 107

C.1 Hasil Pekerjaan Siswa ... 108

LAMPIRAN D ... 143

D.1 Transkrip Wawancara ... 144

LAMPIRAN E ... 175

E.1 Surat Ijin Penelitian ... 176

E.2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian... 177

LAMPIRAN F ... 178


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta

operasi-operasinya, melainkan juga unsur ruang sebagai sasarannya. Namun

penunjukkan kuantitas seperti di atas belum memenuhi sasaran matematika

yang lain, yaitu yang ditujukan kepada hubungan, pola, bentuk dan struktur,

Tinggih (dalam Hudojo, 2001). Belajar matematika adalah suatu proses

kegiatan yang terjadi dalam diri seseorang yang melibatkan proses kognitif

dan mengakibatkan perubahan tingkah laku, dalam mempelajari ilmu tentang

logika dan ilmu deduktif. Keberhasilan siswa dalam belajar matematika

antara lain dapat dilihat dari hasil belajar siswa tersebut.

Pada hakekatnya belajar matematika harus menyangkut tiga hal yaitu:

konsep, keterampilan, dan pemecahan masalah, Lerner (dalam Mulyono,

2009). Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu hal yang perlu

diperhatikan dalam proses pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan

rekomendasi dari National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) yang

menerbitkan sebuah dokumen berjudul An Agenda for Action:

Recommendations for School Mathematics of the 1980s, dimana rekomendasi

pertama yang paling mendapat perhatian adalah “pemecahan masalah harus menjadi fokus utama pada pelajaran matematika di sekolah”(dalam Sobel &

Moletsky, 2001). Holmes (dalam Sri Wardani 2010:7) mengungkapkan, pada


(21)

matematika adalah adanya fakta dalam abad dua puluh satu ini bahwa orang

yang mampu memecahkan masalah, hidup dengan produktif. Menurut

Holmes, orang yang terampil memecahkan masalah akan mampu berpacu

dengan kebutuhan hidupnya, menjadi pekerja yang lebih produktif, dan

memahami isu-isu kompleks yang berkaitan dengan masyarakat global.

Tidak semua soal merupakan masalah dalam belajar matematika.

Hudojo (2001) menyatakan bahwa suatu soal akan merupakan masalah jika

seseorang tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat

dipergunakan untuk menemukan jawaban soal tersebut. Soal-soal matematika

yang belum pernah dikerjakan sebelumnya oleh siswa, dan siswa tidak dapat

segera menemukan penyelesaian dari soal tersebut yang dapat dinyatakan

sebagai masalah. Berhubungan dengan masalah, dalam belajar matematika

tentunya terdapat banyak masalah-masalah matematika yang akan dijumpai

siswa ketika memulai materi baru. Maka, untuk dapat mengatasi

masalah-masalah yang dijumpai saat mempelajari matematika, siswa harus mampu

memahami setiap materi yang dipelajari dengan baik. Keberhasilan

memahami suatu materi dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari

berbagai sudut pandang, salah satunya dari bagaimana cara yang diterapkan

siswa dalam menyelesaikan permasalahan pada materi tersebut.

Menyelesaikan suatu permasalahan erat kaitannya dengan kemampuan

pemecahan masalah yang terdapat dalam diri siswa. Oleh karena itu,

kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu hal yang perlu


(22)

Pemecahan masalah merupakan tahapan yang tergolong sulit dalam

belajar matematika. Hal ini dirasakan peneliti ketika melaksanakan Program

Pengalaman Lapangan (PPL). Hasil belajar siswa sebagian besar rendah

ketika diberikan latihan soal dalam bentuk problem-solving. Selain itu, siswa

ketika mengikuti proses pembelajaran terkadang kurang bersemangat, tidak

memperhatikan penjelesan guru, dan kurang bersemangat dalam latihan soal

maupun mengerjakan tugas. Hal-hal seperti di atas juga ditemukan peneliti

ketika melakukan observasi di kelas X Administrasi Perkantoran SMK

BOPKRI 1 Yogyakarta saat pelajaran matematika. Peneliti menemukan siswa

di kelas tersebut kurang bersemangat dalam proses pembelajaran, dan masih

kurang dalam berlatih mengerjakan soal matematika. Guru juga merasakan

hal tersebut ketika mengajarkan matematika di kelas Administrasi

Perkantoran.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru bidang studi

matematika yang mengajar di kelas X Administrasi Perkantoran, dalam

proses pembelajaran yang dilaksanakan guru telah mengupayakan

menggunakan metode scientifik serta dikolaborasikan dengan metode

ceramah, dan pendekatan per-individu. Guru melakukan hal ini agar

siswa-siswa di kelas tersebut bersemangat mengikuti pelajaran matematika. Guru

juga telah mengupayakan agar siswa aktif dalam proses pembelajaran, namun

selama berjalannya proses pembelajaran masih terdapat beberapa siswa yang


(23)

Siswa di kelas X Administrasi Perkantoran berusia antara 16 sampai

17 tahun. Menurut Piaget (dalam Desmita, 2009) dalam teori perkembangan

kognitif Piaget, usia 11 tahun sampai dewasa merupakan tahap formal

operasional, dimana remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak, logis,

dan lebih idealistik. Berdasarkan latar belakang jenjang pendidikan karena

berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan serta latar belakang usia, membuat

siswa di kelas X Administrasi Perkantoran seharusnya tidak hanya

berorientasi pada soal-soal matematika dalam bentuk uraian singkat ataupun

pilihan ganda saja, tetapi mulai diberikan latihan soal yang dapat melatih cara

berpikir siswa ke tingkat yang lebih abstrak, contohnya soal pemecahan

masalah.

Pada jenjang pendidikan SMA maupun SMK siswa dirasa telah

mampu secara kognisi untuk berpikir secara abstrak, sehingga peran guru

untuk menuntun siswa dalam berlatih menyelesaikan soal berupa pemecahan

masalah sangat diperlukan. Guru perlu memperkenalkan secara bertahap

langkah-langkah dalam pemecahan masalah, agar siswa mulai terbiasa

melatih kemampuannya dalam pemecahan masalah. Selain itu, tujuan

diajarkannya pemecahan masalah menurut Charles, Lester dan O’Daffer (dalam Theresia, 2011), yaitu: (1) untuk mengembangkan keterampilan

berpikir siswa, (2) untuk mengembangkan kemampuan menyeleksi dan

menggunakan strategi-strategi penyelesaian masalah, (3) untuk

mengembangkan sikap dan keyakinan dalam menyelesaikan masalah, (4)


(24)

saling berhubungan, (5) untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk

memonitor dan mengevaluasi pemikirannya sendiri dan hasil pekerjaannya

selama menyelesaikan masalah, (6) untuk mengembangkan kemampuan

siswa menyelesaikan masalah dalam suasana pembelajaran yang bersifat

kooperatif, (7) untuk mengembangkan kemampuan siswa menemukan

jawaban yang benar pada masalah-masalah yang bervariasi. Harapannya,

dengan melatih kemampuan siswa sejak jenjang SMA/SMK dapat menjadi

bekal untuk saling berkompetisi di jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau

di dunia kerja. Seperti halnya dengan siswa di kelas X Admnistrasi

Perkantoran SMK BOPKRI 1 Yogyakarta yang sebagian besar akan bekerja

setelah menyelesaikan pendidikannya di jenjang SMK. Siswa akan

dihadapkan pada berbagai masalah dalam dunia kerja, sehingga kemampuan

pemecahan masalah yang dimiliki siswa akan berguna ketika siswa

memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan

masing-masing.

Pada dunia kerja, setiap materi yang dipelajari ketika masa sekolah

tentu memiliki manfaat. Seperti halnya materi matriks, pada beberapa bidang

pekerjaan materi matriks memiliki peran yang cukup besar. Baik siswa SMA

maupun SMK sama-sama mempelajari materi matriks. Di SMK BOPKRI 1

Yogyakarta, materi matriks diajarkan ketika kelas X semester pertama.

Namun, guru mengajarkan ulang materi matriks karena terjadi perubahan

kurikulum yang digunakan di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta yaitu dari


(25)

terdapat pokok bahasan menyelesaikan sistem persamaan linier menggunakan

matriks. Agar siswa mampu mengikuti pokok bahasan menyelesaikan sistem

persamaan linier menggunakan matriks, maka perlu diberikan latihan soal

yang bersifat pemecahan masalah matriks. Namun ketika peneliti melakukan

observasi, peneliti melihat guru lebih banyak memberikan latihan soal berupa

soal uraian singkat yang sederhana. Berdasarkan hal ini maka kemampuan

pemecahan masalah dalam diri siswa perlu dilatih agar dapat mengikuti

materi-materi selanjutnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

mengetahui kemampuan pemecahan masalah pada setiap siswa yaitu melalui

hasil belajar.

Berdasarkan uraian di atas, kemampuan pemecahan masalah dalam

pembelajaran matematika merupakan faktor yang sangat penting dan

mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: Analisis Hasil Belajar Siswa Kelas X

Administrasi Perkantoran SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dalam Pemecahan

Masalah Matriks Tahun Ajaran 2014/2015.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi

beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Guru kurang melatih kemampuan pemecahan masalah pada setiap siswa.

2. Siswa kurang berlatih soal matematika.

3. Siswa kurang aktif ketika diberikan kesempatan untuk menjawab ke


(26)

4. Siswa kurang bersemangat mengikuti pelajaran matematika

5. Hasil belajar siswa kurang baik.

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, agar pembahasan dalam peneliti ini tidak terlalu luas,

peneliti membatasi masalah yang akan diteliti pada beberapa hal, yaitu pada:

1. Hasil belajar siswa kelas X Administrasi Perkantoran di SMK BOPKRI 1

Yogyakarta tahun pelajaran 2014/2015, yaitu pada aspek kognitif saja.

2. Kemampuan pemecahan masalah matriks siswa kelas X Administrasi

Perkantoran di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta tahun pelajaran 2014/2015

yang dilihat dari nilai tes prestasi belajar siswa, dan wawancara

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah,

dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana hasil belajar siswa kelas X Administrasi Perkantoran SMK

BOPKRI 1 Yogyakarta dalam pemecahan masalah matriks tahun ajaran

2014/2015?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa kelas X

Administrasi Perkantoran di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dalam

pemecahan masalah matriks tahun ajaran 2014/2015?

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui hasil belajar siswa kelas X Administrasi Perkantoran di SMK

BOPKRI 1 Yogyakarta dalam pemecahan masalah matriks tahun ajaran


(27)

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa kelas X

Administrasi Perkantoran di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dalam

pemecahan masalah matriks tahun ajaran 2014/2015.

3. Memberikan saran/solusi mengenai hasil belajar siswa kelas X

Administrasi Perkantoran di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dalam

pemecahan masalah matriks tahun ajaran 2014/2015.

F. Batasan Istilah

Untuk memperjelas istilah-istilah yang digunakan agar tidak

menimbulkan perbedaan penafsiran dalam penelitian ini, berikut diberikan

pembatasan istilah:

1. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

sebagai akibat dari pengalaman belajar, antara lain dapat diperoleh

dengan melakukan tes.

2. Analisis hasil belajar adalah penguraian kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa sebagai akibat dari pengalaman belajar

3. Matriks adalah susunan bilangan-bilangan berbentuk persegi panjang dari

elemen-elemen yang diatur berdasarkan baris dan kolom. Pada penelitian

ini, materi matriks yang digunakan disesuaikan dengan pokok bahasan

yang telah diajarkan guru. Adapun pokok bahasan yang telah diajarkan

yaitu mengenai definisi matriks, macam-macam matriks, kesamaan

matriks, transpos matriks, operasi penjumlahan dua matriks, operasi


(28)

operasi perkalian matriks dengan matriks, determinan dan invers matriks

khusus ordo 2 × 2.

4. Pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan keterampilan. Dalam

hal ini, pemecahan masalah melibatkan beberapa konsep dan

keterampilan baik dalam situasi baru maupun berbeda.

Dari batasan istilah yang telah dikemukakan di atas, maka yang

dimaksud oleh judul “ Analisis Hasil Belajar Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dalam Pemecahan Masalah Matriks

Tahun Ajaran 2014/2015” adalah penguraian kemampuan kognitif siswa kelas X Administrasi Perkantoran SMK BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran

2014/2015 dalam pemecahan masalah matriks berdasarkan nilai tes prestasi

belajar.

G. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

a. Guru dapat mengetahui hasil belajar siswa dalam pemecahan masalah

pada materi matriks.

b. Guru dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

siswa dalam pemecahan masalah pada materi matriks.

c. Guru dapat membuat program untuk ke depannya untuk mengatasi

hasil belajar masing-masing siswa dalam memecahkan masalah pada


(29)

2. Bagi Siswa

Penelitian ini akan bermanfaat bagi siswa ketika hasil dari penelitian

ini dibagikan kepada siswa. Siswa akan mengetahui bagaimana hasil

belajar yang diperoleh, sehingga ia dapat meningkatkan hasil belajarnya

agar memperoleh hasil yang lebih baik pada materi tersebut.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini berguna bagi penulis karena sebagai calon guru,

penulis dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

siswa dalam pemecahan masalah pada materi matriks. Sehingga ketika

mengajar, nantinya penulis dapat mengatasi faktor-faktor yang dapat

menghambat hasil belajar siswa dalam pemecahan masalah matriks.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah yaitu, kemampuan

pemecahan masalah merupakan faktor yang sangat penting dalam

belajar matematika, identifikasi masalah yang ditemukan,

pembatasan masalah yang akan diteliti, rumusan masalah yaitu

mengenai bagaimana hasil belajar siswa kelas X Administrasi

Perkantoran dalam pemecahan masalah matriks, dan apa saja

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa kelas X


(30)

batasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II KAJIAN TEORI

Bab ini berisi pengertian belajar, hakekat belajar matematika, hasil

belajar, dan matriks.

Bab III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,

penjelasan tentang subyek dan obyek penelitian, perumusan

variabel-variabel penelitian, bentuk data dan metode pengumpulan

data, instrumen pengumpulan data, keabsahan data, teknik analisis

data, dan prosedur pelaksanaan penelitian.

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi deskripsi pelaksanaan penelitian, penyajian bentuk

data yang diperoleh, analisis data, pembahasan mengenai hasil

belajar siswa dalam pemecahan masalah matriks, pembahasan

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa

dalam pemecahan masalah matriks, dan kelemahan penelitian.

Bab V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang menjawab

rumusan masalah dari penelitian dan disesuaikan dengan tujuan

penelitian, penemuan lainnya, dan saran yang disesuaikan dengan


(31)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap,

dan mengokohkan kepribadian (Suyono & Hariyanto, 2011). Menurut

Eveline & Hartini (2011) belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis)

yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang

menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstan. Sedangkan

menurut Slameto (2010) belajar adalah suatu proses perubahan yaitu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pendapat beberapa para ahli mengenai pengertian belajar (Eveline

& Hartini, 2011), sebagai berikut:

a. Menurut H.C. Witherington, belajar adalah suatu perubahan

kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi

berupa kecakapan sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian.

b. Menurut Harold Spears, learning is to observe, to read, to imitate, to

try something them selves, to listen, to follow direction (Belajar adalah

mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri,


(32)

c. Menurut Gagne, learning is relatively permanent change in behavior

that result from past experience or purposeful instruction (Belajar

adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan

dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang

bertujuan/direncanakan.

Menurut Syah (2008), secara kuantitatif belajar berarti kegiatan

pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan melihat fakta

seberapa banyak materi yang dikuasai siswa. Secara institusional, belajar

dipandang sebagai proses validasi penguasaaan siswa terhadap

materi-materi yang telah dipelajari. Ukuran dari validasi ini adalah semakin baik

mutu mengajar yang dilakukan guru, maka semakin baik pula mutu

perolehan siswa yang dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai. Secara

kualitatif, belajar berarti proses dalam memecahkan masalah-masalah

yang sedang dihadapi siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian belajar, maka

dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha secara sadar yang

dilakukan oleh individu dalam bentuk perubahan tingkah laku sebagai

akibat dari interaksi dalam kehidupannya yang menyangkut aspek

kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan).

2. Ciri-ciri Perubahan Tingkah Laku dalam Belajar

Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar (Slameto, 2010),

sebagai berikut:


(33)

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

3. Proses Belajar

Menurut Chaplin (dalam Syah, 2008), proses adalah suatu

perubahan khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku atau

perubahan kejiwaan. Sedangkan menurut Reber (dalam Syah, 2008),

proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus dengan

menimbulkan beberapa perubahan hingga mencapai hasil tertentu. Syah

(2008) memaparkan, proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku

kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Dalam hal

ini, perubahan tersebut berorientasi kearah yang lebih maju daripada

keadaaan sebelumnya. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai proses

belajar, maka dapat disimpulkan proses belajar adalah tahapan perubahan

kearah positif, menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang

terjadi dalam diri siswa.

B. Hakekat Belajar Matematika

Matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta

operasi-operasinya, melainkan juga unsur ruang sebagai sasarannya. Namun

penunjukkan kuantitas seperti di atas belum memenuhi sasaran matematika


(34)

Tinggih (dalam Hudojo, 2001). James dan James (dalam Ruseffendi, 1990)

mengungkapkan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai

bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep berhubungan lainnya yang

jumlahnya banyak. Menurut Johnson dan Rising (dalam Ruseffendi, 1990)

mengatakan bahwa matematika adalah ilmu deduktif. Sehingga dapat

disimpulkan, matematika merupakan ilmu yang berkenaan dengam

ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya

deduktif.

Belajar matematika adalah suatu proses kegiatan yang terjadi dalam diri

seseorang yang melibatkan proses kognitif dan mengakibatkan perubahan

tingkah laku, dalam mempelajari ilmu tentang logika dan ilmu deduktif.

Lerner (dalam Mulyono, 2009) mengemukakan bahwa kurikulum dalam

belajar matematika harus mencakup 3 elemen, yaitu:

1. Konsep

Hudojo (2001) mengungkapkan konsep matematika adalah suatu ide

abstrak yang memungkinkan siswa mengklasifikasi obyek-obyek atau

peristiwa-peristiwa. Siswa mengembangkan suatu konsep ketika mereka

mampu mengelompokkan benda-benda sesuai kelompoknya, atau ketika

mereka mampu mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda

tertentu, sehingga dalam hal ini konsep mengacu pada pemahaman.

Misalnya siswa mengenal konsep matriks sebagai suatu susunan


(35)

mengenai matriks dapat dilihat pada saat siswa diminta untuk

membedakan ordo dari masing-masing matriks.

2. Keterampilan

Keterampilan dalam hal ini mengacu pada suatu hal yang dilakukan

oleh siswa terkait dengan materi yang sedang dipelajari siswa.

Keterampilan didasarkan atas pemahaman dan latihan yang cukup. Oleh

karena itu, diperlukan pemberian latihan soal agar siswa semakin terlatih,

dan tidak mudah lupa. Misalnya setelah siswa memahami operasi

perkalian skalar dengan suatu matriks, siswa segera diberikan latihan soal

terkait dengan materi tersebut .

3. Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan aplikasi dari konsep dan

keterampilan. Dalam hal ini, pemecahan masalah melibatkan beberapa

konsep dan keterampilan baik dalam situasi baru maupun berbeda.

Misalnya ketika siswa diminta untuk menyelesaikan sistem persamaan

linear menggunakan matriks, beberapa konsep dan keterampilan ikut

terlibat dalam penyelesaian ini. Beberapa konsep yang terlibat yaitu:

determinan, dan invers. Sedangkan keterampilan yang terlibat yaitu

terkait dengan operasi hitung pada matriks.

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa


(36)

Suprijono (2013) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.

Sedangkan menurut Lingren (dalam Suprijono, 2013) hasil belajar

meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Berdasarkan

beberapa pengertian hasil belajar di atas, maka dapat disimpulkan hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai

akibat dari pengalaman belajar.

2. Macam-macam Hasil Belajar

Terdapat beberapa macam hasil belajar menurut para ahli, sebagai

berikut:

a. Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2010) membagi tiga macam hasil

belajar, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan

pengertian, dan sikap dan cita-cita.

b. Gagne (dalam Sudjana, 2010) membagi lima kategori/macam hasil

belajar, yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi

kognitif, sikap, dan keterampilan motoris.

c. Bloom (dalam Sudjana, 2010) secara garis besar membagi hasil

belajar menjadi tiga ranah, yaitu:

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan,


(37)

pengetahuan atau ingatan, dan pemahaman disebut kognitif

rendah, sedangkan aspek aplikasi, aspek analisis, aspek sintesis,

dan aspek evalausi termasuk kognitif tingkat tinggi.

2) Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap. Terdapat lima aspek

yang berkenaan dengan sikap, yaitu penerimaan, jawaban,

penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3) Ranah Psikomotoris

Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek dalam

ranah psikomotoris, yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan

dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan,

gerakan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dibedakan

menjadi tiga macam (Syah, 2008), yaitu:

a. Faktor-faktor Intern

Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa,

yang meliputi dua aspek yaitu: aspek fisiologis (yang bersifat


(38)

1) Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani siswa merupakan hal yang dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti

serangkaian kegiatan pembelajaran. Kondisi jasmani siswa yang

kurang baik akan menganggu aktifitas siswa dalam belajar.

Terganggunya aktifitas siswa inilah yang akan mempengaruhi

hasil belajar siswa. Sebagai contoh, siswa yang sedang pusing

kepala dalam tingkat berat ketika menjawab ulangan kurang

maksimal, sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa.

2) Aspek Psikologis

a) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri atas tiga jenis

yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke

dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,

mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak

secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajari dengan

cepat. Tingkat intelegensi siswa dapat diketakui melalui tes

IQ. Tingkat intelegensi sangat mempengaruhi keberhasilan

siswa dalam belajar. Hal ini, bermakna semakin tinggi

kemampuan intelegensi siswa maka semakin baik hasil


(39)

b) Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki siswa

untuk mencapai keberhasilan. Setiap siswa memiliki bakat

untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu. Sebagai

contoh, seorang siswa berbakat dalam bidang matematika

akan jauh lebih mudah dalam menyerap informasi,

pengetahuan, dan keterampilan yang berhubungan dengan

matematika. Sehingga secara langsung bakat yang dimiliki

siswa akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

c) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat berpengaruh besar dalam pencapaian hasil

belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu. Sebagai contoh,

siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan

memusatkan perhatiannya lebih banyak dibandingkan siswa

lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif

terhadap setiap materi pada pelajar matematika

mengakibatkan siswa lebih giat belajar, dan akhirnya

mencapai prestasi belajar yang diinginkan.

d) Motivasi

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal

organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Dalam


(40)

macam, yaitu: motivasi intrinsik, dan motivasi ekstrinsik.

Dalam perspektif psikologi kognitif, motivasi yang lebih

signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih

murni. Selanjutnya, dorongan mencapai prestasi dan

dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk

masa depan juga memberi pengaruh kuat dan relatif lebih

kuat dibandingkan dengan dorongan hadiah atau hal lainnya.

Dalam proses belajar, motivasi intrinsik juga sangat

berpengaruh. Dorongan dari dalam diri siswa untuk

memperoleh hasil belajar yang baik akan mempengaruhi

siswa untuk aktif bertanya, aktif dalam proses pembelajaran,

serta rajin dalam mengerjakan tugas. Sehingga ketika

motivasi siswa rendah baik secara intrinsik maupun

ekstrinsik, maka akan mengakibatkan siswa kurang aktif

dalam proses pembelajaran, dan hasil belajar yang diperoleh

kurang memuaskan.

e) Lupa

Lupa ialah hilangnya kemampuan untuk membuat atau

mereproduksi kembali apa saja yang sebelumnya telah

dipelajari (Syah, 2010). Siswa yang mengalami lupa materi

yang dipelajari secara internal disebabkan oleh beberapa hal,

yaitu: cara belajar, dan gangguan proaktif. Lupa merupakan


(41)

Misalkan ketika mengikuti ulangan, siswa tidak mampu

menjawab soal ulangan dikarenakan ia lupa materi, sehingga

hasil ulangan siswa tersebut tidak memuaskan.

b. Faktor-faktor Ekstern

Faktor eksternal berkaitan dengan faktor dari luar diri siswa, yang

meliputi dua aspek yaitu: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan

non-sosial.

1) Lingkungan Sosial

a) Lingkungan Sekolah

Lingkungan sosial sekolah meliputi:

i) Relasi guru dengan siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa.

Di dalam relasi guru dengan siswa yang terjalin baik, siswa

akan menyukai guru tersebut serta menyukai mata pelajaran

yang diajarkan sehingga siswa berusaha maksimal untuk

belajar dan memperoleh hasil yang baik.

Hal ini berlaku sebaliknya, ketika relasi guru dengan siswa

terjalin tidak baik mengakibatkan siswa kurang bersemangat,

tidak memperhatikan guru ketika menjelaskan, dan tidak

tertarik mengikuti pelajaran (Slameto 2010).

ii) Relasi siswa dengan siswa

Menciptakan relasi yang baik antar siswa sangat perlu


(42)

bagi proses belajar dan hasil belajar siswa. Misalnya ketika

siswa melihat teman-teman di sekolahnya rajin membuat tugas

dan berdiskusi, ini dapat menjadi daya dorong yang positif

bagi siswa dalam pencapaian hasil belajar.

b) Lingkungan Keluarga

Lingkungan sosial keluarga merupakan lingkungan yang

paling berpengaruh dalam proses perkembangan siswa.

Perilaku-perilaku yang dimiliki orang tua dan keluarga secara tidak langsung

dapat memberikan dampak bagi perkembangan siswa. Misalnya

orang tua jarang memperhatikan kegiatan belajar anaknya, hal ini

dapat menyebabkan anak menjadi malas belajar dan akan

mempengaruhi hasil belajar anak tersebut di sekolah. Berikut

merupakan beberapa perilaku orang tua dan keluarga yang dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga mempengaruhi

hasil belajar siswa: orang tua/keluarga berperan aktif dalam

menasehati siswa agar giat belajar, orang tua/keluarga mendukung

aktivitas siswa yang berkaitan dengan belajar, orang tua/keluarga

memberikan perhatian yang cukup terkait proses dan hasil belajar

siswa di sekolah.

c) Lingkungan Masyarakat

Lingkungan sosial masyarakat juga memiliki pengaruh dalam

pencapaian hasil belajar siswa, walaupun tidak begitu besar.


(43)

banyak anak-anak yang putus sekolah akan mempengaruhi siswa.

Salah satu pengaruhnya yaitu siswa akan menemukan kesulitan

ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi. Kesulitan inilah

yang mengakibatkan siswa malas belajar, dan mempengaruhi hasil

belajar siswa.

2) Lingkungan Non-sosial

Faktor-faktor yang termasuk non-sosial ialah:

a) Letak sekolah

Letak sekolah yang kurang startegis akan mempengaruhi

kegiatan belajar dan hasil belajar siswa. Misalnya sekolah terletak di

pinggir jalan raya yang ramai, hal ini akan mempengaruhi

konsentrasi siswa ketika mengikuti pembelajaran. Kurangnya

konsentrasi siswa menyebabkan pemahaman siswa akan materi

tersebut berkurang, sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa.

b) Metode Mengajar

Metode mengajar merupakan suatu cara yang harus dilalui

dalam mengajar. Metode mengajar guru akan mempengaruhi

motivasi serta kegiatan belajar siswa. Siswa yang termotivasi akan

lebih giat belajar, sehingga memperoleh hasil belajar yang baik.

Berikut merupakan beberapa hal terkait dengan metode mengajar


(44)

(a) Kebiasaan guru ketika mengajar yang meliputi:

i) Kebiasaan dalam memberikan latihan soal.

Dalam proses pembelajaran, variasi latihan soal yang

diberikan guru mempengaruhi kemampuan siswa dalam

memahami materi dan hasil belajar. Latihan soal berupa

pilihan ganda, kurang mampu melatih daya pikir siswa

dalam menyelesaikan soal yang tingkatnya lebih abstrak.

Kecenderungan memberikan latihan soal pilihan ganda

mengakibatkan siswa tidak mampu mengerjakan soal

dengan tingkat abstraksi tinggi. Tentu hal ini akan

mempengaruhi hasil belajar siswa.

ii) Kebiasaan dalam menjelaskan materi.

Setiap guru memiliki kebiasaaan yang berbeda dalam

menyampaikan/menjelaskan materi. Guru yang terbiasa

menggunakan metode ceramah saja akan mengakibatkan

siswa bosan, mengantuk, dan pasif ketika proses

pembelajaran.

iii) Sarana belajar.

Sarana belajar merupakan salah satu hal yang

mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.

Tersedianya sarana belajar yang memadai akan membuat

siswa lebih termotivasi untuk belajar. Misalnya siswa ingin


(45)

matematika. Kondisi seperti ini dapat mengurangi motivasi

siswa untuk belajar, sehingga akan mempengaruhi hasil

belajar siswa.

c. Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar dipahami sebagai strategi yang digunakan siswa

dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses belajar. Faktor

pendekatan juga memiliki pengaruh dalam keberhasilan belajar siswa.

Misalkan siswa yang terbiasa belajar mengunakan pendekatan deep

(mendalam), besar peluangnya meraih hasil belajar yang baik daripada

siswa yang menggunakan pendekatan surface (permukaan).

D. Matriks

1. Pengertian Matriks

a. Definisi Matriks

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) matriks adalah

tabel yang disusun dalam lajur dan jajaran sehingga butir-butir uraian

yang diisikan dapat dibaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan.

Matriks didefinisikan sebagai susunan bilangan-bilangan berbentuk

persegipanjang dari elemen-elemen yang diatur berdasarkan baris dan

kolom (Kasmina & Toali, 2013). Sedangkan menurut Anton & Rorres

(2004), matriks adalah susunan bilangan-bilangan berbentuk

persegipanjang. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut disebut

entri dari matriks. Berdasarkan beberapa pendapat, maka dapat disimpulkan matriks adalah susunan bilangan-bilangan berbentuk


(46)

kolom, serta dapat dibaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan.

Dalam penelitian ini topik yang akan digunakan yaitu matriks. Topik

matriks ini dipelajari ketika kelas X semester II pada kurikulum 2006.

Contoh matriks:

b. Notasi, Elemen, dan Ordo Matriks

Pada umumnya, matriks dinotasikan dengan huruf kapital.

Entri-entri matriks dinotasikan dengan huruf kecil berindeks. Sebagai

contoh, jika A menyatakan suatu matriks, notasi aij menyatakan entri

matriks A pada baris ke-i kolom ke-j. Jadi secara umum, sebuah

matriks dengan m baris dan n kolom ditulis sebagai berikut:

dengan aij menyatakan elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j.

Matriks A biasa dinotasikan dengan . Contoh matriks:

Kolom ke-1

Baris ke-1

Kolom ke-n Kolom

ke-1

Baris ke-2 Baris ke-m


(47)

Ordo atau ukuran suatu matriks ditentukan oleh banyaknya baris dan

kolom. Matriks A terdiri dari 2 baris dan 2 kolom, maka ordo matriks

A adalah . Matriks T terdiri dari 3 baris dan 2 kolom, maka ordo

matriks T adalah .

c. Macam-macam Matriks

Berikut merupakan jenis-jenis matriks yang ditinjau dari banyak

baris dan kolom:

1. Matriks baris adalah matriks yang hanya terdiri atas satu baris.

Bentuk umumnya:

Contohnya:

2. Matriks kolom adalah matriks yang hanya terdiri atas satu kolom.

Bentuk umumnya:

Contohnya:

3. Matriks persegi adalah matriks dengan banyak baris sama dengan

banyak kolom.

Bentuk umumnya:

Contohnya:

4. Matriks nol dinotasikan O, merupakan matriks yang semua

elemennya nol.


(48)

5. Matriks identitas (satuan) dinotasikan I, merupakan matriks

persegi yang elemen diagonal utamanya 1 dan elemen lainnya

nol.

Contohnya :

d. Kesamaan Matriks

Dua matriks dikatakan sama jika ordo kedua matriks tersebut

sama dan elemen-elemen yang seletak (bersesuaian) sama. Contohnya

sebagai berikut:

dari ketiga matriks di atas, matriks yang sama adalah F dan H.

Sehingga dapat ditulis F=H.

e. Transpos Matriks

Definisi 2.1 Anton & Rorres (2004) :

Jika A adalah sembarang matriks maka transpos A dinyatakan

oleh AT dan didefinisikan dengan matriks yang kolom

pertamanya adalah baris pertama dari A, kolom keduanya adalah baris

kedua dari A, demikian juga dengan kolom ketiga adalah baris ketiga

dari A, dan seterusnya. Bentuk umum transpos matriks:


(49)

2. Operasi pada Matriks

a. Penjumlahan pada Matriks

Definisi 2.2 Anton & Rorres (2004) :

Jika A dan B adalah sembarang dua matriks yang ordonya sama, maka

jumlah A + B adalah matriks yang diperoleh dengan menjumlahkan

entri-entri pada B dengan entri-entri yang bersesuaian pada A.

Matriks dengan ordo berbeda tidak dapat dijumlahkan.

Bentuk umum dari penjumlahan pada matriks, sebagai berikut:

Secara umum, untuk setiap matriks yang berordo sama, berlaku

sifat-sifat operasi penjumlahan sebagai berikut:

Sifat asosiatif,

Sifat komutatif,


(50)

Contoh penjumlahan:

b. Pengurangan pada Matriks

Definisi 2.3 Anton & Rorres (2004) :

Jika A dan B adalah sembarang dua matriks yang ordonya sama, maka

hasil pengurangan A - B adalah matriks yang diperoleh dengan

mengurangkan entri-entri pada A dengan entri-entri yang bersesuaian

pada B.


(51)

Contoh pengurangan :

c. Perkalian Skalar dengan Matriks

Definisi 2.3 Anton & Rorres (2004) :

Jika A adalah suatu matriks dan c adalah suatu skalar, maka hasil kali

(product) cA adalah matriks yang diperoleh dari perkalian setiap entri

pada matriks A dengan bilangan c.

Contoh: , tentukan 2P.

d. Perkalian Matriks dengan Matriks

Definisi 2.5 Howard Anton (2010) :

Jika dan , maka hasil perkalian matriks A dan matriks B

adalah suatu matriks berordo yang entri-entrinya didefinisikan


(52)

di mana dan .

Contohnya :

3. Determinan dan Invers Matriks Ordo

a. Determinan

Definisi 2.6 Anton & Rorres (2004) :

Misalkan A adalah matriks persegi. Jumlahan semua hasil kali

elementer bertanda dari A didefinisikan sebagai det(A) dan dinamakan

determinan A.

Matriks yang memiliki nilai determinan hanyalah matriks

persegi (kuadrat). Misalkan diketahui matriks A berordo

, maka determinan A adalah:


(53)

b. Invers

Definisi 2.7 Supranto (2014) :

Misalkan A merupakan suatu matriks persegi dengan n baris dan n

kolom, dan In matriks identitas. Matriks yang memenuhi

, disebut invers matriks A.

Misalkan diketahui matriks A berordo 2 x 2, , maka

bentuk umum dari invers matriks A sebagai berikut:

Contoh :

c. Sifat-sifat pada Determinan Matriks

Dalam determinan suatu matriks yang berukuran n x n, berlaku

sifat-sifat determinan (Anton & Rorres, 2004) sebagai berikut:

1)

2) , dengan A, B, dan C adalah

matriks-matriks n x n yang berbeda hanya pada satu baris/satu kolom.


(54)

4) Sebuah matriks A persegi dapat dibalik jika dan hanya jika

5) Jika A dapat dibalik, maka

d. Sifat-sifat invers suatu matriks (Supranto, 2014), sebagai berikut:

1) , dengan A dan B

adalah matriks non-singular.

2) , dengan A adalah matriks non-singular.

3) Identitas matriks mempunyai invers dirinya sendiri, sehingga

4) Invers dari suatu transpose matriks adalah invers dari dirinya

sendiri, yaitu

4. Soal yang digunakan dalam Pemecahan Masalah Matriks

Hudojo (2001) menyatakan bahwa suatu soal akan merupakan

masalah jika seseorang tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang

segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban soal tersebut. Oleh

karena itu, tidak semua soal matematika dapat disebut masalah. Soal-soal

matematika yang belum pernah dikerjakan sebelumnya oleh siswa, dan

siswa tidak dapat segera menemukan penyelesaian dari soal tersebut yang

dapat dinyatakan sebagai masalah. Adapun langkah-langkah sistematik

untuk menyelesaikan masalah menurut Hudojo dan Sutawijaya (dalam

Hudojo, 2001), sebagai berikut: memahami masalah, membuat


(55)

penyelesaian masalah, dan mengecek kembali penyelesaian yang telah

dilakukan.

Pada umumnya, masalah memiliki kaitan erat dengan segala hal

yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Sehingga pada penelitian ini soal

matriks yang diberikan dalam tes prestasi belajar berupa soal uraian

singkat yang dikaitkan dengan permasalahan pada kehidupan sehari-hari.

Salah satu contoh soal dalam pemecahan masalah matriks, yaitu: Suatu

perusahaan yang bergerak pada bidang jasa, akan membuka tiga cabang

perusahaan. Untuk itu diperlukan beberapa alat untuk memperlancar

usaha jasa tersebut, yaitu komputer dan sepeda motor. Dilain sisi, pihak

perusahaan mempertimbangkan harga per satuan peralatan untuk

menentukan total biaya pengadaan peralatan yang harus disediakan

perusahaan disetiap cabang sesuai rincian data berikut:

Tabel pengadaan peralatan Komputer

(unit)

Sepeda motor (unit)

Cabang 1 8 3

Cabang 2 6 4

Cabang 3 7 3

Tabel Harga Peralatan Harga komputer (juta) 5 Harga sepeda motor (juta) 12

Penyelesaian dari soal di atas, sebagai berikut:

Misalkan :

A adalah representasi matriks tabel alat-alat yang diperlukan perusahaan

B adalah representasi matriks tabel harga alat-alat


(56)

Total biaya pengadaan peralatan dicari dengan cara:

Jadi, total biaya pengadaan peralatan di cabang A adalah 76 juta, di cabang B adalah 78 juta, dan di cabang C adalah 71 juta.

E. Kerangka Berpikir

Analisis hasil belajar siswa dilakukan untuk mengetahui bagaimana hasil

belajar siswa serta untuk mengetahui faktor-faktor penyebab yang

mempengaruhi hasil belajar. Analisis hasil belajar ini dilakukan di SMK

BOPKRI 1 Yogyakarta kelas X Administrasi perkantoran pada materi

matriks.

Pada penelitian ini, langkah pertama yang dilakuakn peneliti adalah

melakukan observasi selama proses pembelajar matematika dengan materi

matriks di kelas X Admnistrasi Perkantoran. Setelah melakukan observasi

lalu peneliti melakukan uji coba soal yang akan digunakan untuk menggambil

data. Setelah soal dinyatakan valid dan reliabel, lalu peneliti melakukan

pengambilan data melalui tes prestasi belajar. Hasil tes prestasi belajar dari

masing-masing siswa akan dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu baik

sekali, baik, cukup, kurang, dan gagal. Setelah itu ntuk mengetahui


(57)

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini tidak terstruktur, namun

tetap menggunakan kisi-kisi wawancara. Hasil dari tes prestasi belajar dan


(58)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Zainal (2011) mendefinisikan penelitian

deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menggambarkan,

menjelaskan, dan menjawab persoalan-persoalan tentang fenomena

sebagaimana adanya maupun analisis hubungan antara berbagai variabel

dalam suatu fenomena. Nana (2008) berpendapat bahwa penelitian deskriptif

adalah penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena

yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuatitatif merupakan

penelitian yang mendeskripsikan fenomena-fenomena yang menjadi pusat

perhatian secara kualitatif berdasarkan data kuantitatif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan peneliti untuk melaksanakan penelitian

adalah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta. SMK BOPKRI 1 Yogyakarta


(59)

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 sampai

dengan Maret 2015.

C. Subyek Penelitian dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Administrasi

Perkantoran SMK BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang

berjumlah 15 siswa. Kondisi siswa di kelas ini sebagian besar adalah siswa

yang kemampuannya kurang, sehingga tidak lolos dalam tes penerimaan

siswa baru di sekolah-sekolah negeri yang terkenal. Namun, ada juga siswa

yang bersekolah di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta memang karena pilihan

utamanya. Selain itu siswa di sekolah ini sebagian besar berasal dari keluarga

yang kondisi ekonominya rata-rata menengah kebawah.

Obyek dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam pemecahan

masalah matriks dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa

dalam pemecahan masalah matriks.

D. Perumusan Variabel-variabel

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran di

kelas X Administrasi Perkantoran SMK BOPKRI 1 Yogyakarta pada


(60)

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas

X Administrasi Perkantoran SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dalam

pemecahan masalah matriks tahun ajaran 2014/2015.

E. Bentuk Data dan metode Pengumpulan Data

1. Bentuk Data

Pada penelitian ini, bentuk data berupa angka, deskripsi

kemampuan pemecahan masalah siswa, dan rekaman. Data berupa angka

yaitu hasil dari tes prestasi belajar siswa. Hasil tes prestasi yaitu nilai

yang diperoleh siswa ketika mengikuti tes prestasi belajar, dan data

rekaman adalah data yang diperoleh peneliti dengan cara melakukan

wawancara kepada siswa mengenai hasil belajar siswa, serta faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar siswa dalam pemecahan masalah

matriks.

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan

ada tiga, yaitu:

a. Observasi

Penelitian ini akan dimulai dengan melakukan observasi di

kelas X Administrasi Perkantoran pada materi matriks. Melalui

observasi yang dilakukan, peneliti akan memperoleh


(61)

matematika, kehadiran, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan

proses pelajaran matematika di kelas tersebut.

b. Tes Prestasi Belajar

Pada penelitian ini, tes prestasi belajar digunakan sebagai alat

untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas X Administrasi

Perkantoran dalam pemecahan masalah matriks. Ruang lingkup

materi tes prestasi belajar ini adalah materi matriks.

c. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab yang dilakukan antara

pewawancara (peneliti) dengan informan (siswa) guna memperoleh

informasi yang lebih terperinci sesuai dengan tujuan penelitian.

Wawancara yang dilakukan ini bersifat tidak terstruktur, sehingga

setiap pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan jawaban siswa.

Tahap wawancara merupakan tindak lanjut setelah melakukan tes

prestasi belajar. Wawancara ini dilakukan bertujuan untuk

mengetahui lebih dalam mengenai hasil belajar siswa, serta untuk

menggali informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar siswa dalam pemecahan masalah matriks. Dalam

melakukan wawancara, peneliti menggunakan handphone untuk


(62)

F. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini mengguankan dua macam data yaitu berupa data

tes dan data non-tes. Data tes yaitu diperoleh dari tes prestasi belajar, dan data

non-tes diperoleh dengan cara wawancara.

1. Tes Prestasi Belajar

Dalam tes ini, peneliti menggunakan tes uraian dengan konsep

pemecahan masalah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui alur atau

langkah-langkah penyelesaian soal. Tes uraian ini cocok untuk

mengetahui kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berpikir

logis, dan analistis. Kisi-kisi dari tes prestasi belajar, sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar

No. Kompetensi Dasar Indikator Nomor

Soal 1. Mendeskripsikan

macam-macam matriks

1.1 Matriks ditentukan notasi dan unsur-unsurnya

1.2 Matriks dibedakan menurut jenis dan relasinya

Soal no.1

2. Menyelesaikan operasi matriks

2.1 Dua matriks atau lebih ditentukan hasil penjumlahan dan hasil pengurangannya

Soal no.2 dan no.3 2.2 Dua matriks atau lebih

ditentukan hasil

perkaliannya Soal no.4 3. Menentukan determinan

dan invers matriks

3.1 Matriks ditentukan determinannya

3.2 Matriks ditentukan inversnya


(63)

2. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab yang dilakukan antara

pewawancara (peneliti) dengan informan (siswa) guna memperoleh

informasi yang lebih terperinci sesuai dengan tujuan penelitian. Namun

dalam wawancara ini, tanya jawab hanya dilakukan bersifat tidak

terstruktur. Adapun beberapa pertanyaan yang akan ditanyakan saat

melakukan wawancara, sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara

No. Pertanyaan

1. Bagaimana pendapat siswa mengenai soal yang telah dikerjakan? 2.

Apa saja langkah-langkah yang siswa lakukan dalam memecahkan permasalahan pada soal?

3. Apakah siswa belajar di luar jam sekolah?

4. Apakah orang tua memiliki peran dalam proses belajar siswa? 5. Apa saja hal-hal yang mempengaruhi semangat belajar siswa? 6. Bagaimana relasimu dengan teman di kelas?

G. Keabsahan Data

1. Triangulasi

Keabsahan data diambil dengan teknik triangulasi. Zainal (2011)

mendefinisikan triangulasi adalah pengunaan berbagai metode dan

sumber daya dalam pengumpulan data untuk menganalisis suatu

fenomena yang saling berkaitan dari persfektif yang berbeda. Pada

penelitian ini peneliti mengecek kembali data yang diperoleh dengan

membandingkan data yang diperoleh berdasarkan hasil tes prestasi


(64)

Menurut Norman K. Denkin (dalam Zainal Arifin, 2011), triangulasi

meliputi empat hal, yaitu: (a) triangulasi metode, (b) triangulasi

antarpeneliti, (c) triangulasi sumber, dan (d) triangulasi teori. Sedangkan

dalam penelitian ini menggunakan triangulasi metode, dan triangulasi

sumber data. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan

informasi atau data dengan cara yang berbeda, seperti menggunakan

metode observasi, wawancara, dan studi dokumentasi, Zainal (2011).

Dan triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informan

tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.

2. Validitas Instrumen

Peneliti juga melakukan analisis validitas dalam melakukan

penelitian ini. Analisis validitas digunakan untuk menguji instrumen

agar instrumen penelitian ini valid dan reliabel. Analisis validitas yang

dilakukan antara lain:

a. Validitas Isi

Validitas isi digunakan untuk mengukur suatu tes apakah

sudah sesuai dengan tujuan khusus yang sejajar dengan materi atau

isi pelajaran yang diberikan. Validitas ini dilakukan sejak

penyusunan tes dengan cara merinci materi buku pelajaran, lalu

membuat kisi-kisi soal, membuat soal, dan mengecek kesesuaian


(65)

b. Validitas Expert Judgment

Validitas expert judgment (uji pakar) digunakan untuk

mengurangi kesalahan yang akan muncul karena peneliti belum

berpengalaman. Hal pertama yang dilakukan peneliti yaitu, peneliti

melakukan uji validitas instrumen kepada dosen pembimbing.

Setelah itu, peneliti juga melakukan uji validitas instrumen kepada

guru mata pelajaran matematika di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta.

c. Validitas Butir Instrumen

Validitas uji instrumen diukur setelah melakukan uji coba

terhadap instrumen penelitian. Uji coba instrumen penelitian

dilakukan di kelas X Akuntansi. Hasil dari uji coba dianalisis

dengan validitas item tiap soal dengan rumus Korelasi Product

Moment Person.

( Suharsimi Arikunto, 2012)

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi anatara variabel X dan variabel Y

N : Banyaknya siswa

X : Skor item soal nomor tertentu

Y : Skor total

Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi rxy menggunakan


(66)

Tabel 3.3 Tingkat Kualifikasi Validitas Butir

Validitas Kualifikasi

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

3. Reliabilitas

Dalam penelitian ini, peneliti juga melakukan uji reabilitas. Uji

reabilitas ini dilakukan untuk mengukur tingkat keajegan atau

kekonsistenan soal. Uji reliabilitas dapat di cari dengan menggunakan

rumus Alpha Cronbach:

Dimana

Keterangan :

: reliabilitas yang dicari

: jumlah variansi skor tiap item

: variansi skor total

: jumlah siswa


(67)

Interpretasi nilai r11mengacu pada pedapat Guilford (Asep Jihad,

dan Abdul Haris, 2013):

Tabel 3.4 Tingkat Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

H. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, pengambilan data dilakukan menggunakan tes

prestasi belajar untuk melihat hasil belajar siswa kelas X Administrasi

Perkantoran dalam pemecahan masalah matriks. Setelah data diperoleh, lalu

data dianalisis dengan cara:

1. Memeriksa hasil perkerjaan siswa dengan melihat langkah demi langkah

yang dikerjakan.

2. Membuat transkrip hasil prestasi belajar siswa. Penilaian “benar” saat siswa dapat mengerjakan soal dari proses awal, sampai perhitungan, dan

hasil akhir benar atau mendekati benar. Sedangkan penilaian “salah” saat

siswa tidak bisa mengerjakan soal atau sebagian besar salah dari proses

awal hingga akhir.

3. Mengelompokkan hasil prestasi belajar siswa dilakukan berdasarkan dua

ketentuan yaitu: tabel konversi nilai dalam buku Petunjuk Kegiatan


(68)

Tabel 3.5 Tabel Konversi Nilai

Angka 100 Huruf Keterangan

80 – 100 A Sangat Baik

66 – 79 B Baik

56 – 65 C Cukup

40 – 55 D Kurang

30 – 39 E Gagal

(sumber: Suharsimi Arikunto, 2009)

dan yang kedua berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

berlaku di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta, yaitu 75.

4. Melakukan wawancara sebagai tindak lanjut setelah melakukan tes

prestasi dan pengelompokan hasil tes, serta untuk memperoleh data yang

lebih mendalam mengenai faktor-faktor penyebab hasil belajar siswa.

5. Membuat garis besar wawancara dan transkrip dari masing-masing hasil

wawancara dengan siswa.

6. Melakukan analisis berdasarkan pengelompokan hasil tes prestasi belajar

dan hasil wawancara. Analisis hasil belajar dalam pemecahan masalah

matriks dilihat dari hasil tes prestasi belajar siswa serta wawancara.

7. Menentukan tafsiran kemampuan siswa di kelas X Administrasi

Perkantoran berdasarkan tabel berikut:

Tabel 3.6 Tafsiran Nilai Kemampuan

Persentase Tafsiran Nilai

0 Tidak ada

1-25 Sebagian Kecil

26-49 Hampir Separuh

50 Separuh

51-75 Sebagian Besar

76-99 Hampir Seluruhnya


(69)

(Sumber: Koentjaraningrat, 1994)

Hasil kemampuan pemecahan masalah matriks siswa kelas X

Administrasi Perkantoran ditafsirkan baik bila mencapai persentase

lebih dari 75, dan dinyatakan kurang bila persentasenya kurang dari sama

dengan 75, (PPPPTK, 2011).

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Proses yang dikalukan sebelum melaksanakan penelitian untuk

memperoleh data-data yang diperlukan, peneliti terlebih dahulu menentukan

langkah-langkah penyelesaian yang akan dilakukan. Berikut merupakan

langkah-langkah yang dilakukan peneliti :

1. Membuat proposal penelitian.

2. Mengurus surat ijin penelitian ke sekolah yang akan dijadikan tempat

penelitian.

3. Menyusun kisi-kisi soal sesuai indikator pada RPP

4. Menyusun soal.

5. Melakukan uji validitas isi

6. Melakukan uji pakar terhadap instrumen yang telah dibuat.

7. Melakuakn uji butir instrumen untuk mengetahui apakah instrumen

yang telah dibuat valid dan reliabel.

8. Melakukan tes prestasi belajar.

9. Memeriksa hasil tes siswa.

10. Membuat transkrip data tes prestasi belajar.


(70)

12. Melakukan wawancara dan membuat transkrip wawancara.

13. Melakukan analisis terhadap hasil tes prsetasi belajar siswa dan hasil


(71)

52

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta, kelas X

Administrasi Perkantoran Tahun Ajaran 2014/2015 pada bulan Agustus 2014

sampai dengan Maret 2015. Berikut ini merupakan tabel kegiatan yang

dilakukan peneliti selama melakukan penelitian.

Tabel 4.1 Kegiatan-kegiatan Selama Melakukan Penelitian

Tahap Waktu Kegiatan

1. Selasa, 5 Agustus - 14 Oktober 2014

Observasi tahap pertama 2. Sabtu, 14 Februari 2015 Observasi tahap kedua

3. Senin, 23 Februari 2015 Uji validitas butir soal di kelas X Akutansi

4. Senin, 2 Maret 2015 Pemberian tes prestasi belajar di kelas X Administrasi Perkantoran

5. Kamis, 5 Maret 2015 Wawancara Pertemuan 1 6. Jumat, 6 Maret 2015 Wawancara Pertemuan 2 7. Sabtu, 7 Maret 2015 Wawancara Pertemuan 3

Adapun penjelasan mengenai kegiatan-kegiatan dalam penelitian ini, sebagai

berikut:

1. Observasi Tahap Pertama

Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan melakukan observasi pada

tahap pertama yaitu pada hari Selasa, 5 Agustus 2014 sampai dengan 14

Oktober 2015 pada mata pelajaran matematika. Hasil observasi yang


(72)

Jumlah siswa yang hadir pada setiap pertemuan selalu berbeda-beda. Pada

setiap pertemuan selalu ada siswa yang tidak hadir dan tanpa ada

keterangan. Ketika memulai proses pembelajaran beberapa siswa terlihat

kurang siap dalam belajar, misalkan masih ada siswa yang mengobrol,

belum mengeluarkan buku pelajaran, dan ada yang main handphone. Guru

tetap memulai pembelajaran, walaupun kondisi kelas seperti itu. Guru

selalu mengawali pembelajaran dengan cara menanyakan apakah ada

pertanyaan mengenai materi sebelumnya. Jika siswa menjawab tidak ada,

maka guru melanjutkan materi dengan cara memberikan penjelasan

terlebih dahulu setelah itu dilanjutkan dengan latihan soal. Ketika

mengerjakan latihan soal, hanya beberapa siswa yang aktif bertanya.

Sebagian besar siswa di kelas tersebut mengobrol terkait dengan hal-hal

diluar pelajaran matematika. Soal-soal yang diberikan guru diambil dari

buku SMK kelas X penerbit Erlangga. Guru hanya duduk ketika siswa

mengerjakan latihan soal yang diberikan. Setelah beberapa siswa selesai

mengerjakan latihan soal, guru meminta siswa tersebut maju ke depan

untuk menuliskan hasil pekerjaanya. Hanya dua orang siswa yang bersedia

untuk maju ke depan kelas, sedangkan siswa lainnya sibuk dengan

kegiatan masing-masing. Setelah berulang kali melakukan observasi,

peneliti menemukan bahwa tipe soal yang diberikan guru kurang

bervariasi. Ketika memberikan soal yang baru, guru hanya mengganti


(73)

2. Observasi Tahap Kedua

Observasi tahap kedua dilakukan setelah siswa masuk ke semester

dua. Observasi ini dilakukan pada Sabtu, 14 Februari 2015 di kelas X

Administrasi Perkantoran. Adapun hasil observasi yang diperoleh, yaitu:

Pada awal pelajaran guru melakukan apersepsi dengan mengucapkan

salam dan mengecek kehadiran siswa di kelas tersebut. Guru tidak akan

memulai pelajaran ketika siswa masih sibuk dengan kegiatan

masing-masing. Guru membuat sanksi-sanksi untuk mengatasi hal-hal yang dapat

menganggu kegiatan belajar. Materi yang diajarkan guru pada pertemuan

ini yaitu determinan dan invers pada matriks. Guru memulai pelajaran

dengan memberikan penjelasan terkait dengan rumus untuk mencari

determinan suatu matriks. Siswa terlihat paham ketika guru menjelaskan

materi. Hal ini dapat dilihat dari sesi tanya jawab antara guru dengan

siswa. Setelah itu guru melanjutkan menjelaskan cara mencari invers suatu

matriks. Ketika guru menjelaskan, ada beberapa siswa yang sibuk

mengobrol sehingga menganggu konsentrasi siswa lainnya. Setelah selesai

menjelaskan, guru memberikan latihan soal terkait dengan determinan dan

invers pada matriks. Latihan soal yang diberikan guru seperti berikut:

1. Tentukan determinan dan invers dari matriks berikut:

a) , b)

Setelah selesai menjawab soal, siswa diminta untuk mengerjakan di papan

tulis. Guru menunjuk beberapa siswa yang kurang aktif ketika kegiatan


(74)

siswa mengerjakan jawaban masing-masing di papan tulis, guru mengecek

langkah demi langkah dan menekankan beberapa hal dalam menentukan

determinan. Setelah itu guru menutup pelajaran dengan mengingatkan

bahwa pertemuan selanjutnya akan diadakan tes mengenai materi matriks.

3. Uji Validitas Butir Soal

Setelah melakukan observasi, lalu peneliti melakukan uji validitas

butir soal, reliabilitas soal, dan mengetahui apakah waktu yang diberikan

cukup atau tidak. Tes validitas butir soal ini diujikan di kelas X Akutansi,

karena menurut hasil observasi dan penjelasan dari guru mata pelajaran

matematika, kelas X Akutansi memiliki rata-rata tingkat kemampuan yang

dianggap sama dengan kelas X Administrasi Perkantoran. Soal yang

diberikan sebanyak 5 soal uraian dengan skor maksimal pada soal nomor 1

yaitu 10, skor maksimal pada soal nomor 2 yaitu 20, skor maksimal soal

nomor 3 yaitu 20, skor maksimal soal nomor 4 yaitu 20, dan skor

maksimal soal nomor 5 yaitu 30. Sehingga skor maksimal 5 soal tersebut

100, dan waktu pengerjaan yang diberikan 90 menit. Soal dinyatakan valid

jika rhitung > rtabel. Setelah dilakukan perhitungan, maka diperolehan hasil

sepeti pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas di Kelas X Akutansi

Butir Soal rhitung rtabel Keterangan

1 0,7987

0,482

Valid

2 0,7877 Valid

3 0,7054 Valid

4 0,7494 Valid


(1)

P : Coba kamu perhatikan jawabanmu nomor 4. Itu hasilnya kan benar, tapi ini menggunakan operasi apa?

S : Itu pakai kali mbak, kan itu ada titiknya aku tulis (Sambil menunjukkan ke lembar jawabnya)

P : Oh ia. Ok ok tapi lain kali nulisnya yang jelas, biar yang baca paham. Ok makasi ya


(2)

LAMPIRAN E

Lampiran E.1 : Surat Ijin Penelitian


(3)

(4)

(5)

LAMPIRAN F


(6)

Dokumen yang terkait

Efektifitas pembelanjaran biologi dengan teknik kasus diluar kelas dalam bentuk media slide terhadap hasil belajar siswa (sub-konsep pencemaran lingkungan kelas x semester 2 di SMAN 1 Kencong tahun ajaran 2004/2005)

0 3 117

Hubungan antara persepsi dan motivasi belajar fisika dengan hasil belajar fisika pokok bahasan energi siswa kelas 1 cawu III SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2001/2002

0 4 69

Pengaruh pendekatan pemecahan masalah strategi working backward terhadap hasil belajar Matematika siswa

1 8 185

Korelasi profesional guru akidah akhlak dengan hasil belajar kelas X di MAN 1 Blitar tahun ajaran 2017-2018 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

Korelasi profesional guru akidah akhlak dengan hasil belajar kelas X di MAN 1 Blitar tahun ajaran 2017-2018 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 39

Korelasi profesional guru akidah akhlak dengan hasil belajar kelas X di MAN 1 Blitar tahun ajaran 2017-2018 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 29

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 28

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 25

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 29