Penerapan sistem moving class untuk meningkatkan motivasi, partisipasi, dan prestasi belajar siswa di SMA St. Bernardus Pekalongan.

(1)

viii   

PENERAPAN SISTEM MOVING CLASS UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, PARTISIPASI, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

DI SMA St. BERNARDUS PEKALONGAN

Studi Kasus: Siswa Kelas X SMA St. Bernardus Jl Patriot 14 Pekalongan

Tahun Ajaran 2011/2012

Priska Dwi Harsanti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan Sistem

moving class pada: (1) peningkatan motivasi belajar siswa, (2) peningkatan partisipasi belajar siswa, (3) peningkatan prestasi belajar siswa kelas X SMA St. Bernardus Pekalongan Tahun Ajaran 2011/2012.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA St. Bernardus Pekalongan yang berjumlah 96 responden. Data dikumpulkan dengan teknik kuesioner dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan uji Paired Samples T-Test.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa (1) tidak terdapat peningkatan motivasi belajar siswa sesudah diterapkannya sistem moving class (sig. = 0,116 >

α = 0,05), (2) tidak terdapat peningkatan partisipasi belajar siswa sesudah diterapkannya sistem moving class (sig. = 0,125 > α = 0,05), (3) tidak terdapat peningkatan prestasi belajar siswa sesudah diterapkannya sistem moving class


(2)

ix 

 

ABSTRACT

APPLICATION OF MOVING CLASS SYSTEMS TO INCREASE MOTIVATION, PARTICIPATION, AND STUDENT ACHIEVEMENT

IN St. BERNARD SENIOR HIGH SCHOOL PEKALONGAN A Case Study on : Students of the 10th Grade, St. Bernard Senior High School

14, Jl. Patriot Pekalongan Priska Dwi Harsanti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2012

This research aims to determine the effect of the application of moving class systems in (1) increasing student motivation, (2) student participation, (3) student achievement of the 10th grade students of, St. Bernard Senior High School Pekalongan, 2011/2012 Academic Year.

The popoulation of this research were 96 student of the 10th grade, St. Bernard Senior High School Pekalongan. The data were collected by using questionnaire and documentation techniques. Data were analysed by using paired samples T-Test.

The result can be concluded: (1) there is no improvement of student motivation after the implementation of moving class system (sig. = 0,116 > α = 0,05), (2) there is no improvement of student participation after the implementation of moving class system (sig. = 0,125 > α = 0,05), (3) there is no improvement of student achievement after the implementation of moving class system (sig. = 0,089 > α = 0,05).


(3)

MENINGKATKAN MOTIVASI, PARTISIPASI, DAN PRESTASI

BELAJAR SISWA DI SMA St. BERNARDUS PEKALONGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Priska Dwi Harsanti 061334008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012


(4)

i   

MENINGKATKAN MOTIVASI, PARTISIPASI, DAN PRESTASI

BELAJAR SISWA DI SMA St. BERNARDUS PEKALONGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Priska Dwi Harsanti 061334008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012


(5)

(6)

(7)

  iv

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku :

Universitas Sanata Dharma Serta Papa dan Mama yang tercinta yang selalu memberikan

nasehat, dukungan serta doa yang tidak pernah putus untukku.

Kakakku yang tersayang, terima kasih untuk dukungan dan doanya.

Romo Untung untuk motivasinya yang diberikan untukku. Serta seluruh keluarga besar Hardjo Soeharno dan Dermo

Karyo yang selalu memberikan dukungannya dan doanya untukku.

Orang-orang yang aku sayanngi, terima kasih atas dukungannya.


(8)

  v MOTTO

“TUHAN TIDAK AKAN MEMBAWAMU SAMPAI SEJAUH INI HANYA UNTUK MENINGGALKANMU”

“Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan, tetapi jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak


(9)

vi   


(10)

vii   


(11)

viii   

PENERAPAN SISTEM MOVING CLASS UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, PARTISIPASI, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

DI SMA St. BERNARDUS PEKALONGAN Studi Kasus: Siswa Kelas X SMA St. Bernardus

Jl Patriot 14 Pekalongan Tahun Ajaran 2011/2012

Priska Dwi Harsanti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan Sistem moving class pada: (1) peningkatan motivasi belajar siswa, (2) peningkatan partisipasi belajar siswa, (3) peningkatan prestasi belajar siswa kelas X SMA St. Bernardus Pekalongan Tahun Ajaran 2011/2012.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA St. Bernardus Pekalongan yang berjumlah 96 responden. Data dikumpulkan dengan teknik kuesioner dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan uji Paired Samples T-Test.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa (1) tidak terdapat peningkatan motivasi belajar siswa sesudah diterapkannya sistem moving class (sig. = 0,116 > α = 0,05), (2) tidak terdapat peningkatan partisipasi belajar siswa sesudah diterapkannya sistem moving class (sig. = 0,125 > α = 0,05), (3) tidak terdapat peningkatan prestasi belajar siswa sesudah diterapkannya sistem moving class (sig. = 0,089 > α = 0,05).


(12)

ix   

ABSTRACT

APPLICATION OF MOVING CLASS SYSTEMS TO INCREASE MOTIVATION, PARTICIPATION, AND STUDENT ACHIEVEMENT

IN St. BERNARD SENIOR HIGH SCHOOL PEKALONGAN A Case Study on : Students of the 10th Grade, St. Bernard Senior High School

14, Jl. Patriot Pekalongan Priska Dwi Harsanti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2012

This research aims to determine the effect of the application of moving class systems in (1) increasing student motivation, (2) student participation, (3) student achievement of the 10th grade students of, St. Bernard Senior High School Pekalongan, 2011/2012 Academic Year.

The popoulation of this research were 96 student of the 10th grade, St. Bernard Senior High School Pekalongan. The data were collected by using questionnaire and documentation techniques. Data were analysed by using paired samples T-Test.

The result can be concluded: (1) there is no improvement of student motivation after the implementation of moving class system (sig. = 0,116 > α = 0,05), (2) there is no improvement of student participation after the implementation of moving class system (sig. = 0,125 > α = 0,05), (3) there is no improvement of student achievement after the implementation of moving class system (sig. = 0,089 > α = 0,05).


(13)

x   

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak bantuan, bimbingan, semangat, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hungga tersusunnya skripsi ini. Ucapan terima kasih ini saya sampaikan kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengtahuan Sosial.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi.

4. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan, saran dan semangat selama penulisan skripsi.

5. Dosen-dosen Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi banyak pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan. 6. Staff sekretariat, Mbak Aris yang telah banyak membantu dan melayani

penulis selama duduk di bangku kuliah.

7. Bapak dan Ibu guru SMA St. Benardus Pekalongan khususnya Ibu Lani dan Ibu Anwin, terima kasih atas bantuannya.


(14)

xi   

sangat kusayangi, terima kasih telah melahirkanku dan membesarkanku hingga sekarang. Terima kasih atas doa yang tak pernah putus, semangat, dukungannya untukku sehingga akhirnya “aku lulus”. Mas Arief kakak tercinta dan tersayang, terima kasih atas kasih sayang, dukungan, doa, dan semangatnya untukku menyelesaikan skripsiku ini.

9. Keluarga besar Hardjo Soeharno, Alm. Budhe Rathi, Om Slamet, Pakde Mur, Pakde Win, Romo Untung, Romo Heri, Romo Wanto, Mas Yun, Mas Han, Mas Didik, Sr. Vianita, Mas Sugeng, Mbak Wur, Mas Mul, Mas Nunu, Mas Yoyok, Mbak Marsini, Mbak Susi, Mas Cahyo, Mbak Marya, Mas Anto, Kak Mel, Ria, Saras, Heri, Yoga, Jalu, Niken, Agung, Leo, Lia dan seluruh keluarga besar, terima kasih atas doa, dukungan, semangat yang terkadang kalo orang lain dengar jadi seperti ejekan tapi selalu membuat aku semangat untuk terhindar dari ejekan itu dan akhirnya “Aku Lulus”.

10. Keluarga besar Dermo Karyo, Pakde Parman, Alm. Om Tomo, Bulek Budhi, Mas Kus, Mas Pri, Mas Didik, Mbak Tri, Retno, Agung, Fitra, Yola, Dhila, dan seluruh keluarga besar. Terima kasih atas doa dan dukungannya.

11. Mama Yus, Tante Parmi, Mas Yuli, Mela makasih atas doa, semangat dan dukungannya.

12. Missi, Lia, Putri, Mas Dhana, Mas Dika, Dwi, Yesi, Tomex dan seluruh temanku makasih ya teman atas semangatnya untukku.


(15)

xii   


(16)

xiii

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL...xviii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 8


(17)

xiv

A. Moving Class... 10

1. Pengertian Moving Class ... 10

2. Alasan Penerapan Moving Class... 10

3. Tujuan Penerapan Moving Class... 11

4. Sistem Pembelajaran Moving Class... 12

5. Sarana dan Prasarana Pelaksanaan Moving Class... 13

6. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Moving Class... 14

B. Motivasi Belajar ... 15

1. Pengertian Motivasi ... 15

2. Pengertian Motivasi Belajar... 16

3. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 18

4. Macam-macam Motivasi... 19

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar .. 21

6. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar ... 25

7. Indikator dalam Motivasi Belajar... 26

C. Partisipasi ... 27

1. Pengertian Partisipasi ... 27

2. Jenis dan Pengelompokan Partisipasi ... 29

3. Bentuk-bentuk Partisipasi ... 29

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ... 30


(18)

xv

1. Pengertian Prestasi Belajar... 32

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi... 33

E. Kerangka Berpikir... 37

1. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa setelah Diterapkannya Sistem Moving Cclass... 37

2. Peningkatan Partisipasi Belajar Siswa setelah Diterapkannya Sistem Moving Cclass ... 38

3. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa setelah Diterapkannya Sistem Moving Cclass... 39

4. Peningkatan Motivasi, Partisipasi, dan Prestasi Belajar Siswa setelah Diterapkannya Sistem Moving Class... 39

F. Hipotesis Penelitian... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 42

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 43

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 44

1. Variabel Penelitian ... 44


(19)

xvi

1. Kuesioner ... 47

2. Wawancara... 47

3. Dokumentasi ... 48

G. Pengujian Instrument Penelitian ... 48

1. Pengujian Validitas ... 48

2. Pengujian Reliabilitas... 51

H. Teknik Analisis Data... 53

1. Deskripsi Data... 53

2. Uji Persyaratan Analisis... 55

3. Uji Hipotesis Penelitian ... 56

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden... 57

B. Deskripsi Data Penelitian... 57

1. Data Variabel Motivasi Belajar ... 57

2. Data Variabel Partisipasi Belajar ... 58

3. Data Variabel Prestasi Belajar... 59

C. Uji Normalitas... 60

1. Motivasi Belajar ... 60

2. Partisipasi Belajar ... 61


(20)

xvii

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 66

1. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa setelah Diterapkannya Sistem Moving Class ... 66

2. Peningkatan Partisipasi Belajar Siswa setelah Diterapkannya Sistem Moving Class... 67

3. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa setelah Diterapkannya Sistem Moving Class... 68

BAB V KESIMPULAN, SARAN, dan KETERBATASAN A. Kesimpulan ... 70

B. Saran... 70

C. Keterbatasan... 71

DAFTAR PUSTAKA... 74


(21)

xviii

Tabel 3.1 Operasionalisasi Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar... 45

Tabel 3.2 Operasionalisasi Kisi-Kisi Kuesioner Partisipasi... 46

Tabel 3.3 Hasil Pengujian Validitas Motivasi Belajar ... 49

Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Partiipasi Belajar ... 50

Tabel 3.5 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 52

Tabel 3.6 Instrumen Interpretasi Reliabilitas ... 52

Tabel 3.7 PAP II... 53

Tabel 3.8 Interval Motivasi Belajar... 54

Tabel 3.9 Interval Partisipasi Belajar ... 54

Tabel 3.10 Interval Prestasi Belajar ... 55

Tabel 4.1 Kategori Data Motivasi Belajar... 57

Tabel 4.2 Kategori Data Partisipasi Belajar ... 58

Tabel 4.3 Kategori Data Prestasi Belajar ... 59

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Normalitas Motivasi Belajar... 60

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Normalitas Partisipasi Belajar ... 61

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Normalitas Prestasi Belajar... 62

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Paired Samples T-Test Motivasi Belajar ... 63

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Paired Samples T-Test Partisipasi Belajar... 64


(22)

xix

Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba Instrumen Penelitian... 76 Lampiran 2 Data Hasil Uji Coba Penelitian... 80 Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas... 82 Lampiran 4 Kuesioner Penelitian... 85 Lampiran 5 Soal Ulangan ... 89 Lampiran 6 Data Hasil Penelitian ... 93 Lampiran 7 Deskripsi Data Variabel (PAP II)... 103 Lampiran 8 Uji Normalitas ... 104 Lampiran 9 Uji Paired Samples T-Test... 106 Lampiran 10 Tabel Penentua Sampel r Product Moment ... 108 Lampiran 11 Permohonan Ijin Penelitian ... 109


(23)

1   

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan yang mutlak untuk pembangunan masyarakat suatu negara. Pembangunan suatu negara ditentukan oleh manusia yang ada di dalam negara tersebut. Pendidikan merupakan dasar bagi perkembangan pembangunan nasional harus didukung oleh manusia yang cerdas, terampil, semangat yang tinggi, berbudi pekerti dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam rangka peningkatan kualitas manusia, pendidikan memberikan bekal pada seseorang agar potensinya berkembang sehat, wajar dan bersikap adaptif, sehingga sifat dasar manusia yang eksploratif dan kreatif bisa berkembang dan menemukan artikulasinya dalam wadah pendidikan.

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (UUPN No. 2 1989, pasal 1). Untuk ketercapaian tujuan tersebut kesesuaian antara guru, materi pelajaran, metode pembelajaran yang digunakan dan lingkungan belajar haruslah ada.

Pendidikan berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dalam segala unsur-unsur yang mendukung pendidikan. Adapun unsur-unsur tersebut adalah siswa, guru, alat dan metode, materi dan lingkungan pendidikan formal. Sekolah


(24)

dikatakan sebagai pendidikan formal karena di sekolah terlaksana serangkaian kegiatan belajar yang terencana dan terorganisir termasuk kegiatan belajar dan mengajar. Pendidikan non formal dapat ditempuh melalui kursus-kursus. Dengan belajar anak memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang mengantarnya ke tahap kedewasaan (Winkel, 2004:28).

Dari waktu ke waktu perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi semakin pesat. Arus globalisasi juga semakin keras. Akibat dari fenomena ini muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, di antaranya bidang pendidikan. Untuk menghadapi tantangan berat ini dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara yang ditempuh adalah melalui peningkatan mutu pendidikan (Darsono, 2000:1).

Pemerintah telah berusaha untuk melakukan perbaikan-perbaikan agar mutu pendidikan meningkat, diantaranya perbaikan kurikulum, penataran bagi guru-guru, penyempurnaan buku-buku pelajaran dan penambahan alat peraga. Namun demikian mutu pendidikan yang telah dilakukan pemerintah tidak akan ada artinya jika tanpa dukungan dari guru, orangtua murid dan masyarakat yang turut serta dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Berbicara tentang mutu pendidikan tidak akan lepas dari kegiatan belajar. Hasil kegiatan yang diharapkan adalah prestasi belajar yang baik. Setiap orang pasti mendambakan prestasi belajar yang tinggi, baik orangtua, siswa dan lebih-lebih bagi guru. Untuk mencapai prestasi belajar yang


(25)

optimal tidak lepas dari kondisi-kondisi di mana kemungkinan siswa dapat belajar dengan efektif dan dapat mengembangkan daya eksplorasi.

Memperoleh prestasi belajar yang baik bukanlah hal yang mudah, banyak faktor yang mempengaruhi, faktor-faktor tersebut antara lain guru, orangtua dan siswa. Faktor siswa memegang peranan penting dalam pencapaian prestasi belajar, karena siswa yang melakukan kegiatan belajar perlu memiliki ketekunan belajar, motivasi yang tinggi, dan partisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran (Suryabrata, 2005:249). Prestasi belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dan sering dijadikan pokok pembicaraan dan permasalahan antar guru. Hal ini memang cukup beralasan karena prestasi belajar yang dicapai siswa tidak dapat dilepaskan dari proses pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa. Dengan demikian prestasi belajar dapat mencerminkan kemampuan siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran dapat dilihat dari prestasi belajarnya. Prestasi belajar dimaksudkan sebagai tingkat keberhasilan belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor, setelah seseorang melakukan proses belajar. Prestasi yang dicapai siswa memberikan gambaran tentang posisi tingkat keberhasilan dirinya dibandingkan dengan siswa lain.

Dalam kegiatan belajar setiap siswa harus memiliki motivasi dalam belajar untuk membantu setiap siswa untuk menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin


(26)

melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sardiman, 1986:75).Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Motivasi berperan penting dalam kegiatan pembelajaran, dengan motivasi siswa dapat memusatkan perhatian secara penuh untuk menerima ilmu yang diberikan oleh seorang guru. Motivasi dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain lingkungan atau kondisi kelas, kondisi siswa, metode mengajar. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas yang sama pada setiap pembelajaran membuat siswa kurang termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Melakukan kegiatan pembelajaran pada satu kelas yang sama menyebabkan sarana pembelajaran kurang memadai pada setiap pelajaran. Sarana yang kurang memadai untuk kegiatan pembelajaran menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Lingkungan atau kondisi kelas yang selalu baru pada setiap mata pelajaran secara tidak langsung akan membuat motivasi siswa meningkat, sehingga siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Kondisi kelas yang dikondisikan untuk setiap mata pelajaran membuat sarana pembelajaran tersedia dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran,


(27)

dengan demikian membuat siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.

Partisipasi sering di definisikan sebagai keterlibatan atau keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Menurut Slamet (1980: 17-18) menjelaskan bahwa “Partisipasi adalah hal mengambil bagian dalam suatu kegiatan dan ikut memanfaatkan serta menikmati hasil yang dicapai dengan persyaratan harus ada kemampuan dan kesempatan pada individu yang bersangkutan”. Keterlibatan tersebut melibatkan mental atau pikiran serta perasaan terhadap suatu program atau kebijaksanaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Partisipasi berperan penting dalam kegiatan pembelajaran, partisipasi membuat siswa untuk terlibat aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Dengan partisipasi yang kuat membuat siswa dapat menyerap ilmu yang diberikan oleh guru dengan baik. Berada pada satu kelas yang sama pada setiap mata pelajaran dapat membuat siswa merasa bosan sehingga partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran rendah. Sarana pembelajaran yang berada di kelas biasanya kurang memadai untuk kegiatan pembelajaran, karena biasanya sarana pembelajaran di simpan pada laboraturium atau ruang guru. Sarana pembelajaran yang kurang memadai biasanya juga akan membuat partisipasi siswa rendah. Kelas yang sesuai dengan mata pelajaran yang akan diikuti siswa dapat membuat partisipasi siswa meningkat, sehingga siswa dapat berperan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kelas yang digunakan untuk satu mata pelajaran dapat dilengkapi dengan sarana


(28)

pembelajaran yang menunjang kegiatan pembelajaran, sehingga dapat membuat partisipasi siswa meningkat.

Pada umumnya siswa mengalami proses pembelajaran pada suatu kelas dari pagi sampai siang secara rutin. Guru lebih aktif untuk memberikan materi pelajaran kepada siswa, sehingga siswa terbiasa untuk selalu menerima pengetahuan dari seorang guru tanpa dia harus terlibat aktif.

Penerapan sistem moving class membuat siswa harus berpindah kelas pada setiap pelajaran, sehingga membuat para siswa merasakan suasana kelas yang selalu berbeda di setiap pelajaran dan di setiap kelas dilengkapi oleh masing-masing sarana dan prasarana yang menunjang mata pelajaran tersebut. Suasana kelas yang selalu berganti di setiap pelajaran dapat membuat siswa meningkatkan motivasi belajarnya sehingga membuat prestasi belajar siswa meningkat pula. Dan diterapkannya sistem moving class siswa dituntut untuk selalu aktif dalam setiap mata pelajaran, sehingga membuat siswa lebih banyak memiliki pengetahuan yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Penerapan sistem moving class membuat siswa harus memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dalam penerapan sistem moving class guru lebih berperan sebagai motivator, sehingga para siswa dituntut untuk lebih mandiri untuk mencari materi-materi pelajaran yang sedang dibahas. Apabila siswa tidak memiliki motivasi yang kuat dalam kegiatan belajar maka siswa tidak dapat mengikuti kegiatan belajar dengan


(29)

baik. Motivasi yang tinggi sangat dibutuhkan untuk membantu menerima materi dalam kegiatan belajar mengajar.

Diterapkannya sistem moving class membuat siswa untuk berpartisipasi secara aktif karena siswa dituntut untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Pada sistem moving class prestasi siswa juga menilai apakah siswa berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan belajar mengajar.

Penerapan moving class diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi siswa dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa di sekolah. Adanya aktivitas yang meningkat ini diharapkan akan merubah prestasi, partisipasi dan motivasi belajar siswa.

Dari permasalahan di atas penelitian kali ini akan melihat bagaimana Penerapan Sistem Moving Class untuk Meningkatkan Motivasi, Partisipasi dan Prestasi Belajar Siswa di SMA St. Bernardus Pekalongan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut.

1. Apakah penerapan moving class dapat meningkatkan motivasi belajar siswa?

2. Apakah penerapan moving class dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa?

3. Apakah penerapan moving class dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?


(30)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan moving class terhadap peningkatan motivasi belajar siswa.

2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan moving class terhadap peningkatan partisipasi belajar siswa.

3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan moving class terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Bagi Peneliti

Untuk mengetahui secara mendalam mengenai penerapan sistem moving class terhadap peningkatan motivasi, partisipasi dan prestasi belajar siswa.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi sekolah agar dapat semakin meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya.

3. Bagi Siswa

Sebagai gambaran bagi siswa untum meningkatkan motivasi, partisipasi, dan prestasi belajar siswa.


(31)

4. Bagi Universitas

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi tambahan untuk penelitian lebih lanjut, dapat digunakan sebagai pembanding bagi penelitian-penelitian selanjutnya dan sumbangan kepustakaan untuk Universaitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(32)

10   

TINJAUAN PUSTAKA

A. Moving Class

1. Pengertian Moving Class

Menurut Nugroho (2009) Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan siswa yang mendatangi pendamping di kelas. Moving Class juga dapat diartikan sebagai kelas berpindah, maksudnya adalah suatu bentuk pembelajaran di mana para siswa harus berpindah kelas untuk mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dan guru tetap berada di kelas sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Konsep Moving Class mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan bidang yang dipelajarinya. Dengan moving class, pada saat subjek mata pelajaran berganti maka siswa akan meninggalkan kelas menuju kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan, jadi siswa yang mendatangi pendamping, bukan sebaliknya.

2. Alasan Penerapan Moving Class

Alasan diterapkannya sistem moving class adalah (Nugroho, 2009): a. Karakteristik mata pelajaran yang berbeda-beda.


(33)

c. Mengurangi kejenuhan.

d. Hubungan yang lebih harmonis antara guru dan murid. e. Perkembangan belajar siswa menjadi lebih terpantau. f. Mengurangi konflik antar murid.

3. Tujuan Penerapan Moving Class

Menurut Nugroho (2009) tujuan penerapan moving class adalah:

a. Memfasilitasi siswa yang memiliki beraneka macam gaya belajar baik visual, auditori, dan khususnya kinestetik untuk mengembangkan dirinya.

b. Menyediakan sumber belajar, alat peraga, dan sarana belajar yang sesuai dengan karakter mata pelajaran.

c. Melatih kemandirian, kerjasama, dan kepedulian sosial siswa. d. Merangsang seluruh aspek perkembangan dan kecerdasan siswa. e. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

1) Proses pembelajaran melalui moving class akan lebih bermakna karena setiap ruang/laboratorium mata pelajaran dilengkapi dengan perangkat-perangkat pembelajaran sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Jadi setiap siswa yang akan masuk suatu ruang/laboratorium mata pelajaran sudah dikondisikan pemikirannya pada mata pelajaran tersebut.


(34)

2) Pendamping mata pelajaran dapat mengkondisikan ruang/laboratoriumnya sesuai dengan kebutuhan setiap pertemuan tanpa harus terganggu oleh mata pelajaran lain.

f. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi waktu pembelajaran pendamping mata pelajaran tetap berada di ruang/laboratorium mata pelajarannya, sehingga waktu pendamping mengajar tidak terganggu dengan hal-hal lain.

g. Meningkatkan disiplin siswa dan pendamping

h. Meningkatkan keterampilan pendamping dalam memvariasikan metode dan media pembelajaran yang diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari.

i. Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata pelajaran.

j. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

4. Sistem Pembelajaran Moving Class

Salah satu usaha agar guru mampu melakukan tugas profesionalnya tersebut maka sekolah harus mengatur pembelajaran dengan sistem moving class. Dengan moving class, pada saat subjek mata pelajaran berganti maka siswa akan meninggalkan kelas menuju kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan, jadi siswa yang mendatangi guru bukan sebaliknya. Keunggulan sistem ini adalah para siswa lebih punya


(35)

waktu untuk bergerak, sehingga selalu segar untuk menerima pelajaran. Sementara para guru, dapat menyiapkan. Kemampuan belajar setiap anak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Anak-anak akan tumbuh dengan baik jika mereka dilibatkan secara alamiah dalam proses belajar yang didukung lingkungan yang dirancang secara cermat dengan menggunakan konsep yang jelas. Untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam bereksplorasi, mencipta, berpikir kreatif, dan mengembangkan kemampuan lain yang dimiliki siswa, sekolah perlu menerapkan berbagai model pembelajaran yang dikelola dengan sistem moving class. Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan siswa yang mendatangi guru di kelas. Konsep moving class mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan bidang yang dipelajarinya. Dengan Moving class, siswa akan belajar bervariasi dari satu kelas ke kelas lain sesuai dengan bidang studi yang dipelajarinya (Rahayu, 2010).

5. Sarana dan Prasarana Pelaksanaan Moving Class

Menurut Sirajuddin (2009), pelaksanaan pembelajaran dengan sistem moving class tentunya membutuhkan dukungan sarana dan prasarana yang lebih dibanding dengan pembelajaran yang konvensional baik kebutuhan ruang maupun peralatan pembelajaran yang bercirikan mata pelajaran. Dalam perencanaan, untuk memperlancar pelaksanaan


(36)

moving class membutuhkan sarana gedung yang dibutuhkan. Kebutuhan ruang ini biasanya sudah terpenuhi oleh sebagian besar sekolah karena tinggal memanfaatkan kelas-kelas yang sudah ada.

6. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Moving Class

Menurut Sirajudin (2009) kelebihan dari sistem moving class adalah: a. Guru memiliki ruang mengajar sendiri yang memungkinkan untuk

melakukan penataan sesuai karekteristik mata pelajaran.

b. Guru memungkinkan untuk mengoptimalkan sumber-sumber belajar dan media pembelajaran yang dimiliki karena penggunaannya tidak terkait oleh keterbatasan sirkulasi.

c. Guru berperan secara aktif dalam mengontrol perilaku peserta didik dalam belajar.

d. Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik lebih obyektif dan optimal.

e. Siswa memiliki waktu bergerak setiap perpindahan kelas sehingga mengurangi kejenuhan.

Kelemahan sistem moving class menurut Rahayu (2010), adalah: a. Perpindahan dari satu kelas ke kelas lain mengurang waktu belajar. b. Perubahan jadwal mempengaruhi kelancaran pelaksanaan

pembelajaran.


(37)

d. Siswa yang tingkat kompetensinya rendah akan semakin dijauhi oleh temannya.

e. Moving class menjadikan cost/biaya pembelajaran semakin tinggi. Menurut Rahayu (2010) upaya yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan sistem moving class adalah:

a. Menekankan agar guru lebih disiplin. b. Menjaga agar jadwal tidak berubah-ubah. c. Selalu memonitoring kehadiran guru di sekolah.

d. Mengadakan pendekatan persuasif kepada setiap siswa agar terbuka dan terbiasa bergaul dengan teman tanpa membedakan kondisi dan status sosial.

e. Mengupayakan sendiri media-media yang dapat diusahakan oleh guru dan sekolah.

B. Motivasi Belajar

Salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan di kelas adalah ketika guru mampu untuk membangun motivasi belajar siswa pada kegiatan belajar mengajar. Jika motivasi para siswa dapat ditumbuhkan oleh seorang guru, maka sesulit apapun materi pelajaran atau proses pembelajaran yang diikutinya tidak akan membuat para siswa merasa kesulitan.

1. Pengertian Motivasi

Banyak pendapat yang mengemukakan pendapat tentang definisi motivasi. Rumusan definisi belajar diungkapkan dengan beraneka ragam


(38)

sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Namun demikian, ragam definisi tersebut memiliki ciri dan kesamaan. Di bawah ini akan diungkapkan berbagai macam pengertian motivasi.

W. S. Winkel mengatakan bahwa “motif” adalah daya penggerak di dalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Berawal dari kata “motif” itu, motivasi diartikan sebagai motif yang sudah menjadi aktif pada saat-saat melakukan suatu perbuatan. Dan menurut Nasution (2002: 58), membedakan antara motif dan motivasi. Motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi sehingga orang itu mau atau ingin melakukannya.

2. Pengertian Motivasi Belajar

Dalam kegitan pembelajaran perhatian berperan amat penting sebagai langkah awal memacu aktivitas-aktivitas berikutnya. Dengan ‘perhatian’, seseorang berupaya memusatkan pikiran, perasaan emosional atau segi fisik dan usur psikisnya kepada sesuatu yang menjadi tumpuan

Dorongan 

Tujuan 

Motif Perbuatan  Tujuan 


(39)

perhatiannya. Istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan ke arah tujuan tertentu di mana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah gerakan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif di luar diri individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat.

Di sini motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha siswa untuk menyediakan segala daya (kondisi-kondisi) untuk belajar sehingga siswa mau atau ingin melakukan kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri dan atau berasal dari luar diri pribadi siswa. Kedua jenis motivasi ini saling terkait untuk membentuk satu sistem motivasi menggerakkan sswa dalam belajar.

Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberi gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga mempunyai motivasi yang tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Bila motivasi disadari oleh siswa maka suatu pekerjaan dalam hal ini tugas belajar akan dapat terselesaikan dengan baik.


(40)

3. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai oleh suatu perbuatan yang pada gilirannya akan memuaskan kebutuhan individu. Adanya tujuan yang jelas dan disadari akan mempengaruhi kebutuhan dan ini akan mendorong timbulnya motivasi. Jadi tujuan dapat pula untuk membangkitkan motivasi dalam diri siswa.

Guru seringkali menggunakan insentif untuk memberi motivasi kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Insentif akan bermanfaat jika mengandung tujuan yang akan memberikan kepuasan terhadap kebutuhan psikologis anak. Itu sebabnya guru harus kreatif dan imajinatif dalam menyediakan insentif yang tepat.

Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi fungsi motivasi itu adalah:

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa ada motivasi tidak akan timbul pembelajaran.

b. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.

c. Sebagai penggerak, dalam hal ini motivasi berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar motivasi akan menentukan cepat atau lambat suatu pekerjaan.


(41)

4. Macam-macam Motivasi

Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intrinsik adalah ketika sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seseorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dalam melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status sosial, uang atau bisa juga dikatakan seseorang yang sedang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah ketika elemen-elemen di luar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat orang termotivasi seperti status dan kompensasi.

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Motivasi ini sering disebut motivasi murni atau motivasi yang sebenarnya, yang timbul dari dalam diri pribadi siswa, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pemahaman, mengembangkan sikap untuk berhasil, menikmati kehidupan secara sadar memberikan sumbangan kepada kelompok, keinginan untuk diterima orang lain.

Para siswa yang termotivasi secara instrinsik, tidak memeerlukan imbalan untuk memulai dan menyelesaikan, mencari kompetensi atau kemampuan dan didorong oleh tantangan untuk belajar.


(42)

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti: angka, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan; yang bersifat negatif ialah ejekan dan hukuman. Bentuk motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Dalam prespektif kognitif, motivasi intrinsik lebih signifikan bagi siswa karena lenih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Perlu ditegaskan, bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting, karena kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam prose belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga siswa tidak bersemangat dalam melakukan proses belajar mengajar baik di sekolah maupun di rumah.

Bahwa setiap siswa tidak sama tingkat motivasi belajarnya, maka motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dan dapat di berikan secara tepat. Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat penting. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan aktivfitas dan inisiatif sehingga dapat mengarahkan dan memelihara kerukunan dalam melakukan kegiatan belajar. Guru berupaya membangkitkan motivasi belajar peserta didik sesuai dengan


(43)

keadaan peserta didik itu sendiri (Hamalik, 2002: 112). Para siswa yang termotivasi secara ekstrinsik, belajar hanya dalam rangka untuk mendapatkan pujian, memperoleh keuntungan dan menghindari hukuman.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar a. Faktor Intern

1) Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap keadaan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Agar seseorang dapat memiliki motivasi belajar yang baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.

2) Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupu semata-mata tertuju pada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa maka timbullah kebosanan, sehingga siswa tidak lagi suka belajar.


(44)

3) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, perhatian lebih bersifat sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang. Sedangkan minat, selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan

4) Bakat

Bakat atau aptitude menurut Higard adalah: “the city to learn”. Dengan kata lain bakat itu adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang atau tidak berbakat dibidangnya. Dari uraian di atas dijelaskan bahwa bakat itu mempengaruhi motivasi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya.


(45)

b. Fakor Ekstern

1) Metode Mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Metode mengajar yang kurang baik kan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang melakukan persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa atau mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap mata pelajaran atau gurunya. Hal ini bisa berakibat siswa menjadi malas untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progesif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motuvasi siswa untuk belajar.agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.

2) Alat Pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai guru pada waktu


(46)

mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan maju.

3) Waktu Sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, sore atau malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi motivasi belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggung jawabkan kecuali ada hal yang mendesak seperti keterbatasan ruangan kelas. Dimana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah sehingga mendengarkan pelajaran sambil mengantuk.sebaliknya siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik. Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lemas/lelah, misalnya pada siang hari maka akan mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena siswa sukar berkonsentrasi dan berfikir pada kondisi badan yang lemah tadi.


(47)

6. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar:

a. Memberi Nilai

Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktifitas belajar anak didik yang diberikan sesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh dari hasil penilaian guru yang biasanya terdapat dalam buku rapor sesuai jumlah mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.

b. Hadiah

Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada anak didik yang berprestasi yang berupa uang beasiswa, buku tulis, atau buku bacaan lainnya yang dikumpulkan dalam sebuah kotak yang terbungkus rapi, untuk memotivasi anak didik agar senantiasa mempertahankan prestasi belajarnya selama berstudi.

c. Kompetisi

Kompetisi adalah persaingan yang digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah belajar, baik dalam bentuk individu maupun kelompok untuk menjadikan proses belajar mengajar yang kondusif.

d. Pujian

Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan pujian yang diberikan akan


(48)

membesarkan jiwa anak didik dan akan lebih bergairah belajar bila hasil pekerjaannya dipuji dan diperhatikan, tetapi pujian harus diberikan secara merata kepada seluruh siswa sebagai individu bukan kepada yang cantik atau yang pintar. Dengan begitu anak didik tidak antipati terhadap guru, tetap merupakan figur yang disenangi dan dikagumi.

e. Hukuman

Meskipun hukuman merupakan reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif. Hukuman mendidik dan memperbaiki sikap dan perbuatan anak didik yang dianggap salah dapat berupa sanksi yang diberikan kepada anak didik sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan sehingga para siswa tidak akan melakukan kesalahan atau pelanggaran di waktu yang akan datang.

7. Indikator dalam Motivasi Belajar

Menurut Martin Handoko (1992: 59), untuk mengetahui kekuatan motivasi belajar siswa, dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut:

a. Kuatnya kemauan untuk berbuat.

b. Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar. c. Keinginan untuk selalu berprestasi.


(49)

e. Ketekunan dalam mengerjakan tugas.

Sedangkan menurut Sardiman (1986: 82) indikator motivasi belajar adalah sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas.

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

c. Menunjukkan minat terhadap berbagai macam masalah orang dewasa.

d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan terhadap tugas-tugas rutin. f. Dapat mempertahankan pendapatnya. g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini.

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri di atas berarti seseorang itu memiliki motivasi yang tinggi. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar. Kegiatan belajar akan berhasil baik kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri, siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjabak pada sesuatu yang rutinitas.

C. Partisipasi

1. Pengertian Partisipasi

Partisipasi sering di definisikan sebagai keterlibatan atau keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Menurut Woyoasito (1958: 243),


(50)

Partisipasi adalah hal mengambil bagian. Persamaan hal mengambil bagian dapat diartikan sebagai keikutsertaan atau keterlibatan.

Slamet (1980: 17-18) menjelaskan bahwa “Partisipasi adalah hal mengambil bagian dalam suatu kegiatan dan ikut memanfaatkan serta menikmati hasil yang dicapai dengan persyaratan harus ada kemampuan dan kesempatan pada individu yang bersangkutan”.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan atau keterlibatan individu dalam melakukan suatu kegiatan. Keterlibatan tersebut melibatkan mental atau pikiran serta perasaan terhadap suatu program atau kebijaksanaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Pembelajaran yang berpusat pada partisipasi siswa, akan membuat siswa mampu mengingat hampir keseluruhan materi yang diberikan, karena mereka terlibat aktif di dalamnya. Teknik training ini akan membuat siswa berusaha mengembangkan tingkat pemahamannya terhadap apa yang mereka inginkan untuk pelajari. Para siswa tidak hanya mendengar kemudian lupa atau melihat dan mencoba ingat, tetapi mereka melakukan sesuatu sehingga mereka mengerti.

Siswa yang berpartisipasi aktif, akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan pengalaman baru, merefleksikan dan menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Para siswa akan lebih mampu menemukan dan membentuk konsep-konsep yang baru, sehingga


(51)

para siswa akan memiliki pemahaman-pemahaman baru. Para siswa akan lebih mudah untuk mengingat apa yang telah dipelajari.

2. Jenis dan Pengelompokan Partisipasi

Keterlibatan seseorang dalam suatu program akan berbeda-beda tergantung jenis keterlibatannya, dengan adanya keterlibatan yang bervariasi maka jenis partisipasi yang dimiliki seseorang berbeda juga. Jenis-jenis partisipasi dapat dibedakan menjadi lima bagian antara lain: a. Partisipasi berupa buah pikiran.

b. Partisipasi berupa tenaga. c. Partisipasi berupa harta benda.

d. Partisipasi berupa keterampilan dan kemahiran. e. Partisipasi berupa sosial.

Sedangkan partisipasi ditinjau berdasarkan cara pengelompokannya dijelaskan bahwa “Partisipasi dikelompokan menjadi beberapa kelompok yakni ditinjau dari segi pengelolaannya, tujuan, frekuensi, langsung maupun tidak langsung.

3. Bentuk-bentuk Partisipasi

Dalam partisipasi suatu kegiatan, seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor internal dan eksternal, yaitu faktor dari luar diri seseorang seperti keluarga, teman dan lingkungan masyarakat. Melalui faktor internal dan eksternal yang memperngaruhi partisipasi


(52)

seseorang terhadap suatu kegiatan, maka terdapat bentuk-bentuk partisipasi yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif.

Mengenai kedua bentuk partisipasi dapat dijelaskan, sebagai berikut: partisipasi aktif adalah orang yang menerima dan melaksanakan tugas dalam suatu kegiatan dengan penuh tanggung jawab. Seseorang akan mencurahkan pengetahuan, perasaan dan keterampilannya untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Sedangkan partisipasi pasif adalah orang yang hanya ikut saja dalam suatu kegiatan tanpa tanggung jawab yang penuh seperti tidak memberikan tanggapandan saran untuk tujuan seseorang yang tidak menerima dan menolak program yang diajukan.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi dijelaskan, sebagai berikut:

a. Adanya daya tarik dari partisipasi. b. Hadiah dari partisipasi.

c. Keuntungan kegiatan dan usaha. d. Motivasi atau dorongan dari luar.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi dipengaruhi oleh daya tarik kegiatan, hadiah, keuntungan, dan motivasi. Dalam hal ini suatu kegiatan akan mendapat respon positif jika kegiatan tersebut mempunyai daya tarik, memberikan kemungkinan


(53)

untuk memperoleh penghargaan. Jika ikut terlibat, memberikan keuntungan baik langsung maupun tidak langsung dan adanya motivasi baik bersifat internal maupun eksteranal.

Daya tarik sebagai suatu faktor yang sangat penting untuk mencapai partisipasi aktif perlu diciptakan sedemikian rupa agar seluruh komponen kegiatan dapat terlibat secara aktif dan positif. Bila daya tariknya kurang baik, maka partisipasi yang diharapkan tidak akan tercapai, sebaliknya bila daya tariknya baik, maka partisipasi yang diharapkan akan tercapai dengan baik.

5. Indikator dalam Partisipasi

Untuk mengetahui kekuatan partisipasi siswa, dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai beriku:

a. Kesiapan dalam mengikuti pelajaran. b. Memperhatikan penjelasan guru.

c. Menanggapi pembahasan pembelajaran. d. Berani bertanya.

e. Melakukan pencatatan terhadap hal yang penting. f. Mengerjakan tugas dengan baik.


(54)

D. Prestasi

1. Pengertian Prestasi Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.

Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”. Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”. Sedangkan menurut Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir,


(55)

merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.


(56)

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.

1) Kecerdasan/Intelegensi

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.

2) Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.” Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.”

3) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki


(57)

seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.” Selanjutnya Slameto (1988:59) mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.”

4) Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu antara lain: 1) Keadaan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan.


(58)

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia”. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. 2) Keadaan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. 3) Lingkungan Sekitar

Lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab


(59)

dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.

E. Kerangka Berpikir

1. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa setelah Diterapkannya Sistem

Moving Class

Motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha siswa untuk menyediakan segala daya (kondisi-kondisi) untuk belajar sehingga siswa mau atau ingin melakukan kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri dan atau berasal dari luar diri pribadi siswa.

Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan siswa yang mendatangi pendamping di kelas. Konsep Moving Class mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan bidang yang dipelajarinya.

Penerapan sistem moving class dapat membuat motivasi belajar siswa meningkat. Meningkatnya motivasi siswa dapat membuat siswa akan cenderung menguasai pelajaran yang mereka pelajari dengan baik sehingga prestasi yang diraih meningkat pula.


(60)

2. Peningkatan Partisipasisi Belajar Siswa setelah Diterapkannya Sistem

Moving Class

Partisipasi sering di definisikan sebagai keterlibatan atau keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Menurut Woyoasito (1958: 243), Partisipasi adalah hal mengambil bagian. Persamaan hal mengambil bagian dapat diartikan sebagai bakeikutsertaan atau keterlibatan. Slamet (1980: 17-18) menjelaskan bahwa “Partisipasi adalah hal mengambil bagian dalam suatu kegiatan dan ikut memanfaatkan serta menikmati hasil yang dicapai dengan persyaratan harus ada kemampuan dan kesempatan pada individu yang bersangkutan”.

Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan siswa yang mendatangi pendamping di kelas. Konsep Moving Class mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan bidang yang dipelajarinya.

Diterapkannya sistem moving class dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar. Partisipasi siswa yang tinggi akan membuat siswa untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Dengan partisipasi yang tinggi siswa akan dapat lebih cepat menyerap pelajaran yang diterima dengan baik.


(61)

3. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa setelah Diterapkannya Sistem

Moving Class

Prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”. Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”.

Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan siswa yang mendatangi pendamping di kelas. Konsep Moving Class mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan bidang yang dipelajarinya.

Diterapkannya sistem moving class membuat siswa berpindah dari kelas yang satu ke kelas yang lain sesuai dengan mata peajaran. Dengan berpindah-pindah kelas siswa akan memiliki semangat yang tinggi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

4. Peningkatan Motivasi, Partisipasi, dan Prestasi Belajar Siswa setelah Diterapkannya Sistem Moving Class

Motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha siswa untuk menyediakan segala daya (kondisi-kondisi) untuk belajar sehingga siswa mau atau ingin melakukan kegiatan pembelajaran. Dengan


(62)

demikian, motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri dan atau berasal dari luar diri pribadi siswa.

Partisipasi sering di definisikan sebagai keterlibatan atau keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Menurut Woyoasito (1958: 243), Partisipasi adalah hal mengambil bagian. Persamaan hal mengambil bagian dapat diartikan sebagai bakeikutsertaan atau keterlibatan. Slamet (1980: 17-18) menjelaskan bahwa “Partisipasi adalah hal mengambil bagian dalam suatu kegiatan dan ikut memanfaatkan serta menikmati hasil yang dicapai dengan persyaratan harus ada kemampuan dan kesempatan pada individu yang bersangkutan”.

Prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”. Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”.

Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan siswa yang mendatangi pendamping di kelas. Konsep Moving Class mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan bidang yang dipelajarinya.

Diterapkannya sistem moving class dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi belajar siswa. Dengan meningkatnya motivasi dan


(63)

partisipasi belajar siswa akan lebih mudah menerima pelajaran dengan cepat dan baik sehingga akan dapat meningkatka prestasi belajar siswa.

F. Hipotesis Penelitian.

Hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara dan masih harus di buktikan kebenarannya. Hipotesis dalam pengertian ini merupakan perumusan jawaban atas dengan sementara sehingga menjadi tuntunan untuk mencari jawaban yang sebenarnya atas dasar kerangka berpikir tersebut di atas.

1. Ada peningkatan motivasi belajar siswa setelah diterapkannya Sistem Moving Class.

2. Ada peningkatan partisipasi belajar siswa setelah diterapkannya Sistem Moving Class.

3. Ada peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya Sistem Moving Class.


(64)

42   

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang terinci tentang seserang atau sesuatu unit selama kurun waktu tertentu (Sevilla, 1993: 73). Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang menghasilkan gambaran yang berlaku untuk jangka waktu tertentu karena pengumpulan data dan analisis data dilakukan pada waktu tertentu. Penelitian ini mengambil obyek tertentu sehingga kesimpulan yang diambil berdasarkan penelitian tersebut hanya diambil berdasarkan penelitiaan tersebut hanya berlaku bagi obyek yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini tempat yang dipilih adalah SMA St. Bernardus Pekalongan.

2. Waktu Penelitian


(65)

C. Subyek dan Objek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA. Para siswa ini dipilih karena para siswa baru mengikuti kegiatan belajar dengan sistem

moving class. 2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah prestasi belajar, motivasi belajar, dan partisipasi belajar siswa di kelas.

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:103). Sedangkan menurut Sugiyono (2008:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang terdiri dari

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,2002: 103). Menurut Sugiyono (2008:81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.


(66)

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian yang bervariasi atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti adalah:

a. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependent.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah prestasi belajar, motivasi belajar, dan partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah moving class.

2. Indikator Variabel Penelitian

Indikator masing-masing variabel adalah sebagai berikut: a. Motivasi Belajar

Motivasi belajar dalam penelitian ini adalah rangkaian atau dorongan yang mendukung siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Indikator motivasi belajar dikategorikan menjadi beberapa kategori, yaitu keinginan untuk belajar, keinginan untuk mengerjakan tugas, keinginan untuk berprestasi, tidak mudah putus asa, mandiri tidak


(67)

menyerah menghadapi tantangan. Ketentuan responden menjawab pertanyaan yang menuju ke hal yang positif.

Selalu : skor 4 Sering : skor 3 Kadang-kadang : skor 2 Tidak pernah : skor 1

Ketentuan responden menjawab pertanyaan yang menuju ke hal negatif.

Selalu : skor 1 Sering : skor 2 Kadang-kadang : skor 3 Tidak pernah : skor 4

Adapun tabel operasionalisasi kisi-kisi kuesioner Motivasi Belajar adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasionalisasi kisi-kisi kuesioner Motivasi Belajar

No Indikator Positif Negatif

1. Keinginan kuat untuk belajar 1,2,3,6,12 2. Ketekunan untuk mengerjakan

tugas

4,11 8,16 3. Keinginan untuk selalu

berprestasi

10,13,17,19 5 4. Tidak mudah putus asa 7 18

5. Mandiri 9,15 14,20

b. Partisipasi Belajar

Partisipasi belajar dalam penelitian ini adalah rangkaian atau dorongan yang membuat siswa untuk mau berpartisipasi aktif dalam


(68)

mengikuti kegiatan belajar. Indikator partisipasi belajar dikategorikan menjadi beberapa kategori, yaitu kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran, perhatian siswa terhadap penjelasan guru, tanggapan siswa pada pembahasan pembelajaran, pencatatan pada hal-hal yang dianggap penting, pengerjaan tugas dengan baik. Ketentuan responden menjawab pertanyaan yang menuju ke hal yang positif.

Selalu : skor 4 Sering : skor 3 Kadang-kadang : skor 2 Tidak pernah : skor 1

Ketentuan responden menjawab pertanyaan yang menuju ke hal negatif.

Selalu : skor 1 Sering : skor 2 Kadang-kadang : skor 3 Tidak pernah : skor 4

Adapun tabel operasionalisasi kisi-kisi kuesioner Partisipasir adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Operasionalisasi kisi-kisi kuesioner Partisipasi

No Indikator Positif Negatif

1. Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran

1,2 2. Perhatian siswa terhadap

penjelasan guru


(69)

3. Tanggapan siswa pada pembahasan pembelajaran

4,9 4. Siswa berani untuk bertanya 11 5

5. Pencatatan pada hal-hal yang dianggap penting

6,8 14 6. Pengerjaan tugas dengan baik 12,13 7,15

c. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan penguasaan dari pengetahuan yang telah di terima dan prestasi belajar dikaitkan dengan tes hasil belajar. Pengukuran prestasi belajar dilakukan dengan cara tes yang dirancang bersama guru sesudah materi diberikan, apabila prestasi menjadi lebih baik maka mengalami peningkatan.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian diguanakan alat pengumpul data. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner

Kuesioner menurut Arikunto (2006:151) adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.

2. Wawancara

Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung dengan pihak yang mewakili untuk memeroleh data yang diperlukan, khususnya mengenai gambaran umum dan data lain yang dapat dipakai sebagai pelengkap.


(70)

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan data yang berdasarkan pada catatan tentang suatu objek yang dilakukan individu atau lembaga. Metode ini diperlukan untuk mendapatkan data mengenai jumlah siswa dan prestasi siswa di SMA St. Bernardus serta mengenai gambaran umum SMA St. Bernardus.

G. Pengujian Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui kuesioner ini valid dan reliabel atau tidak maka perlu diadakan pengujian validitas dan reliabilitas.

1. Pengujian Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi atau instumen dikatakan valid apabila instrumen itu mengukur apa yang hendaknya ingin diukur dan dapat mengungkapkan data variabel secara tepat. Besar koefisien validitas ini diukur dengan menggunakan rumus Product-moment Pearson (arikunto, 1996:254)

∑ ∑ ∑

∑ ∑ 牡

Keterangan:

= koefisien korlasi antara variabel X dengan variabel Y

n = total responden

Y = skor total dari setiap item X = skor total dari seluruh item


(71)

Untuk mengetahui validitas instrumen (kuesioner) terlebih dahulu item instrumen diujicobakan pada 20 responden. Penulis menggunakan taraf signifikansi 5%. Uji validitas menggunakan sampel berukuran n=22 dengan dk=n-2 (dk=22-2=20), sehingga ditemukan sebesar 0,444

(Sugiyono, 2008:333). Setiap item pertanyaan dalam kuesioner dikatakan valid apabila dan tidak valid apabila .

Penulis menggunakan bantuan program komputer SPSS untuk menghitung validitas kuesioner.

Uji validitas dilakukan terhadap item-item pertanyaan variabel data motivasi belajar dan partisipasi belajar siswa. Uji validitas dilakukan pada seluruh item pertanyaan. Adapun rangkuman hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:

a. Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar

Item pertanyaan pada variabel motivasi belajar berjumlah 20 (dua puluh) item pertanyaan. Dari hasil perhitungan diperoleh

lebih besar dari pada , sehingga item-item pertanyaan tersebut layak digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.

Tabel 3.3

Hasil Pengujian Validitas Motivasi Belajar Butir Corrected Item Total

Correlation Keterangan Motivasi.1 0,460 0,444 Valid

Motivasi.2 0,709 0,444 Valid

Motivasi.3 0,462 0,444 Valid

Motivasi.4 0,693 0,444 Valid


(72)

Motivasi.6 0,709 0,444 Valid

Motivasi.7 0,693 0,444 Valid

Motivasi.8 0,725 0,444 Valid

Motivasi.9 0,692 0,444 Valid

Motivasi.10 0,686 0,444 Valid

Motivasi.11 0,467 0,444 Valid

Motivasi.12 0,474 0,444 Valid

Motivasi.13 0,491 0,444 Valid

Motivasi.14 0,701 0,444 Valid

Motivasi.15 0,723 0,444 Valid

Motivasi.16 0,566 0,444 Valid

Motivasi.17 0,569 0,444 Valid

Motivasi.18 0,582 0,444 Valid

Motivasi.19 0,616 0,444 Valid

Motivasi.20 0,614 0,444 Valid

b. Uji Validitas Variabel Partisipasi Belajar

Item pertanyaan pada variabel motivasi belajar berjumlah 20 (dua puluh) item pertanyaan. Dari hasil perhitungan diperoleh

lebih besar dari pada , sehingga item-item pertanyaan tersebut layak digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.

Tabel 3.4

Hasil Pengujian Validitas Partisipasi Belajar Butir Corrected Item

Total Correlation Keterangan Partisipasi.1 0,580 0,444 Valid

Partisipasi.2 0,599 0,444 Valid

Partisipasi.3 0,725 0,444 Valid

Partisipasi.4 0,866 0,444 Valid

Partisipasi.5 0,495 0,444 Valid

Partisipasi.6 0,546 0,444 Valid

Partisipasi.7 0,688 0,444 Valid


(73)

Partisipasi.9 0,635 0,444 Valid

Partisipasi.10 0,747 0,444 Valid

Partisipasi.11 0,595 0,444 Valid

Partisipasi.12 0,680 0,444 Valid

Partisipasi.13 0,511 0,444 Valid

Partisipasi.14 0,650 0,444 Valid

Partisipasi.15 0,725 0,444 Valid

2. Pengujian Reliabilitas

Suatu tes dipandang reliabilitas kalau tes tersebut mengukur secara akurat dan konsisten dari waktu ke waktu. Reliabilitas juga menunjukan tingkat kepercayaan yang tinggi. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan rumus Spearman Brown:

∑ Keterangan:

= reliabilitas instrument

= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑ = jumlah varians butir

= varians total

Kriteria pengujian instrumen dikatakan handal apabila

pada taraf signifikansi 5%. Jika positif dan ,

maka variabel tersebut reliabel.

Uji reliabilitas ini menggunakan program komputer SPSS versi 17.00, apabila diperoleh hasil untuk setiap butir lebih besar dari


(74)

signifikansi 5% menunjukkan nilai 0,444. Maka butir-butir soal yang telah disusun ke dalam instrumen dinyatakan reliabilitas sehingga data penelitian dapat digunakan.

Tabel 3.5

Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Koefisien

Alpha Keterangan

Motivasi Belajar 0,930 0,444 Reliabel

Partisipasi Belajar 0,921 0,444 Reliabel

Pada penelitian ini untuk menginterpretasikan hasil uji coba instrumen menggunakan pedoman dari (Arikunto, 2002:254) sebagai berikut:

Tabel 3.6

Instrumen Interpretasi Reliabilitas

No Tingkat Penguasaan Kriteria Penilaian 0,800 – 1,000 Sangat Tinggi 0,600 – 0,799 Tinggi 0,400 – 0,599 Cukup 0,200 – 0,399 Rendah 0,000 – 0,199 Sangat Rendah

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS pada motivasi belajar memiliki nilai alpha sebesar 0,930 termasuk dalam kategori sangat tinggi dan pada partisipasi belajar memiliki alpha sebesar 0,921 termasuk dalam kategori sangat tinggi.


(75)

H. Teknik Analisis Data 1. Deskripsi Data

Data yang diperoleh dari lapangan selanjutnya disajikan dalam bentuk deskripsi data dari masing-masing variabel, baik variabel bebas maupun variabel terikat. Statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana apa adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum. Untuk pengujian deskriptif variabel digunakan PAP tipe II (Marsidjo, 1991: 46).

Tabel 3.7 PAP II

Tingkat Penguasaan Kompetensi Kategori Kecenderungan Variabel 81% - 100% Sangat Tinggi

66% - 80% Tinggi

56% - 65% Sedang

46% - 55% Rendah

Di bawah 46% Sangat Rendah

Berdasarkan kriteria di atas, maka kategori kecenderungan dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

a. Motivasi Belajar

Skor tertinggi yang diharapkan dicapai dari 20 item pertanyaan adalah 80 dan skor terendah adalah 20, maka selisih antara skor tertinggi dengan skor terendah adalah 60, sehingga diperoleh:

% .

Tingkat Penguasaan Kompetensi Kategori Kecenderungan Variabel


(1)

LAMPIRAN BAGIAN

Uji Hipotesis Penelitian

™

Uji

Paired Samples T-Test

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

Lampiran 8.

Uji

Paired Samples T-Test

1.

Motivasi

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Belum Moving Class 50.94 48 6.874 .992

Pair 1

Sudah Moving Class 53.17 48 6.393 .923

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Belum Moving Class & Sudah Moving Class

48 -.053 .720

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the

Difference Mean

Std. Deviatio

n

Std. Error

Mean Lower Upper t df

Sig. (2-tailed)

Pair 1

Belum Moving Class - Sudah Moving Class

-2.229 9.632 1.390 -5.026 .568 -1.603 47 .116

2.

Partisipasi

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

NonMoving 42.33 48 6.072 .876

Pair 1


(3)

107

 

 

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 NonMoving & Moving 48 -.006 .966

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the

Difference Mean Std. Deviatio n Std. Error

Mean Lower Upper t df

Sig. (2-tailed) Pair 1 NonMoving - Moving

-1.833 8.125 1.173 -4.193 .526 -1.563 47 .125

3.

Prestasi

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

BelumMoving 74.81 48 6.623 .956

Pair 1

Moving 77.15 48 7.492 1.081

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 BelumMoving & Moving 48 .134 .366

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the

Difference Mean Std. Deviatio n Std. Error

Mean Lower Upper t df

Sig. (2-tailed) Pair 1 BelumMovin g - Moving

-2.333 9.313 1.344 -5.038 .371 -1.736 47 .089

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN BAGIAN

™

Tabel

r Product Moment

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


(5)

108

 

 

TABEL

NILAI – NILAI

r

PRODUCT MOMENT

TARAF

 

SIGNIFIKANSI

 

TARAF

 

SIGNIFIKANSI

 

TARAF

 

SIGNIFIKANSI

 

N

 

5%

 

1%

 

N

 

5%

 

1%

 

N

 

5%

 

1%

 

3

 

0,997

 

0,999

 

27

 

0,381

 

0,487

 

55

 

0,266

 

0,345

 

4

 

0,950

 

0,990

 

28

 

0,374

 

0,478

 

60

 

0,254

 

0,330

 

5

 

0,878

 

0,959

 

29

 

0,367

 

0,470

 

65

 

0,244

 

0,317

 

6

 

0,811

 

0,917

 

30

 

0,361

 

0,463

 

70

 

0,235

 

0,306

 

7

 

0,754

 

0,874

 

31

 

0,355

 

0,456

 

75

 

0,227

 

0,296

 

8

 

0,707

 

0,834

 

32

 

0,349

 

0,449

 

80

 

0,220

 

0,286

 

9

 

0,666

 

0,798

 

33

 

0,344

 

0,442

 

85

 

0,213

 

0,278

 

10

 

0,632

 

0,765

 

34

 

0,339

 

0,436

 

90

 

0,207

 

0,270

 

11

 

0,602

 

0,735

 

35

 

0,334

 

0,430

 

95

 

0,202

 

0,263

 

12

 

0,576

 

0,708

 

36

 

0,329

 

0,424

 

100

 

0,195

 

0,256

 

13

 

0,553

 

0,684

 

37

 

0,325

 

0,418

 

125

 

0,176

 

0,230

 

14

 

0,532

 

0,661

 

38

 

0,320

 

0,413

 

150

 

0,159

 

0,210

 

15

 

0,514

 

0,641

 

39

 

0,316

 

0,408

 

175

 

0,148

 

0,194

 

16

 

0,497

 

0,623

 

40

 

0,312

 

0,403

 

200

 

0,138

 

0,181

 

17

 

0,482

 

0,606

 

41

 

0,308

 

0,398

 

300

 

0,113

 

0,148

 

18

 

0,468

 

0,590

 

42

 

0,304

 

0,393

 

400

 

0,098

 

0,128

 

19

 

0,456

 

0,575

 

43

 

0,301

 

0,389

 

500

 

0,088

 

0,115

 

20

 

0,444

 

0,561

 

44

 

0,297

 

0,384

 

600

 

0,080

 

0,105

 

21

 

0,433

 

0,549

 

45

 

0,294

 

0,380

 

700

 

0,074

 

0,097

 

22

 

0,423

 

0,537

 

46

 

0,291

 

0,376

 

800

 

0,070

 

0,091

 

23

 

0,413

 

0,526

 

47

 

0,288

 

0,372

 

900

 

0,065

 

0,086

 

24

 

0,404

 

0,515

 

48

 

0,284

 

0,368

 

1000

 

0,062

 

0,081

 

25

 

0,396

 

0,505

 

49

 

0,281

 

0,364

 

 

 

 

26

 

0,388

 

0,496

 

50

 

0,279

 

0,361

 

 

 

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan persepsi siswa tentang moving class dan hasil tes prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas XI IPS di MAN 4 Jakarta

0 4 124

KEEFEKTIFAN PENERAPAN SISTEM PEMBELAJARAN MOVING CLASS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X MULTIMEDIA DI SMK N 11 SEMARANG

3 17 92

PENGARUH SISTEM MOVING CLASS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT MENERAPKAN PRINSIP KERJASAMA DENGAN KOLEGA DAN PELANGGAN

0 15 138

Pengelolaan Sumber Belajar Pada Moving Class di SMP IT Darul Abidin - Depok

3 18 123

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MOVING CLASS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI Pengaruh Model Pembelajaran Moving Class Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas X, XI IPS SMA Muhammadiyah 2 Surakar

0 2 19

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MOVING CLASS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN PRESTASI BELAJAR Pengaruh Model Pembelajaran Moving Class Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas X, XI IPS SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun

0 1 14

KONTRIBUSI PENERAPAN SISTEM PEMBELAJARAN MOVING CLASS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA.

0 1 39

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN SISTEM PEMBELAJARAN MOVING CLASS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA : Studi Korelasional Pada Siswa SMP Negeri 34 Bandung.

0 2 46

KONTRIBUSI SISTEM PEMBELAJARAN MOVING CLASS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA.

0 2 37

Penerapan sistem moving class untuk meningkatkan motivasi, partisipasi, dan prestasi belajar siswa di SMA St. Bernardus Pekalongan - USD Repository

0 0 135