Memahami Kimia SMA Kelas XI Irvan Permana 2009

(1)

(2)

MEMAHAMI

K I M I A

SMA/MA

Untuk Kelas XI

Semester 1 dan 2

Program Ilmu Pengetahuan Alam


(3)

MEMAHAMI KIMIA SMA/MA Kelas XI

Semester 1 dan 2, Program Ilmu Pengetahuan Alam

Penulis : Irvan Permana

Editor Ahli : Hadyan Sugalayudhana, M.Pd.

Ilustrator : Tim Redaksi

Disain Cover : Iwan Dharmawan

540.7

IRV IRVAN Permana

m Memahami Kimia 2 : SMA/MA Untuk Kelas XI, Semester 1 dan 2 Program Ilmu Pengetahuan Alam / Penulis Irvan Permana ;

Editor Hadyan Sugalayudhana ; Ilustrator Tim Redaksi. — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

vi, 194 hlm. : ilus ; 25 cm. Bibliografi : hlm. 181 Indeks

ISBN 978-979-068-176-7 (No.Jil.lengkap) ISBN 978-979-068-178-1

1. Kimia-Studi dan Pengajaran I. Judul II. HadyanSugalayudhana III. Tim Redaksi

Hak Cipta buku ini di beli oleh Departemen Pendidikan Nasional dari Penerbit Armico Bandung

Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009

Diperbanyak Oleh...

Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang


(4)

KATA SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah membeli hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis/penerbit untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui situs internet (website) Jaringan Pendidikan Nasional.

Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2007 tanggal 25 Juni 2007.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penulis/ penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para siswa dan guru di seluruh Indonesia.

Buku-buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (down load), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun, untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Diharapkan bahwa buku teks pelajaran ini akan lebih mudah diakses sehingga siswa dan guru di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para siswa kami ucapkan selamat belajar dan manfaatkanlah buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.

Jakarta, Februari 2009


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan buku pelajaran yang berjudul Memahami Kimia SMA / MA. Buku ini disusun sebagai penunjang proses belajar kimia di SMA / MA, khususnya untuk meningkatkan pemahaman konsep, keterampilan berpikir dan keterampilan proses sains.

Isi buku ini memuat materi kimia untuk dua semester, dilengkapi dengan praktikum, tugas, rangkuman dalam bentuk uraian dan peta konsep, glosarium, serta dilengkapi pula dengan gambar-gambar yang relevan sehingga memudahkan siswa memahami materi.

Buku yang disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku ini berusaha untuk memvariasikan pengalaman belajar siswa melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada siswa, yang ditampilkan dalam bentuk praktikum, tugas, bahan diskusi dan latihan yang bervariasi.

Dalam penulisan buku ini penyusun menyadari masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis menerima saran dan masukan dengan lapang dada.

Akhir kata, semoga buku ini dapat memberikan nilai tambah dan bermanfaat bagi siswa dan pembaca pada umumnya.

Bandung, Juni 2007


(6)

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

SEMESTER KESATU BAB 1 STRUKTUR ATOM, SISTEM PERIODIK, DAN IKATAN KIMIA ... 1

A. Struktur Atom dan Sifat Periodik Unsur ... 2

B. Sistem Periodik Unsur ... 9

C. Bentuk Molekul dan Gaya AntarMolekul ... 10

D. Penurunan Titik Beku Larutan ... 8

Ringkasan ... 15

Glosarium ... 15

Soal-soal Latihan Bab 1 ... 16

BAB 2 TERMOKIMIA ... 21

A. Entalpi dan Perubahan Entalpi ... 22

B. Penentuan Perubahan Entalpi ... 28

C. Energi Ikatan ... 33

D. Bahan Bakar dan Perubahan Entalpi ... 35

Ringkasan ... 37

Glosarium ... 37

Soal-soal Latihan Bab 2 ... 38

BAB 3 LAJU REAKSI ... 45

A. Konsep Laju Reaksi ... 46

B. Persamaan Laju Reaksi ... 48

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi ... 52

D. Peranan Katalis dalam Makhluk Hidup dan Industri ... 57

Ringkasan ... 58

Glosarium ... 59


(7)

E. Perhitungan Reaksi Kesetimbangan Dengan Tetapan

Kesetim-bangan Parsial Gas Kp ... 76

F. Hubungan Kp dengan Kc ... 77

G. Prinsip Kesetimbangan dalam Industri ... 78

Ringkasan ... 81

Glosarium ... 82

Soal-soal Latihan Bab 4 ... 82

LATIHAN ULANGAN AKHIR SEMESTER 1 ... 87

SEMESTER KEDUA BAB 5 LARUTAN ASAM BASA ... 95

A. Konsep Asam Basa ... 96

B. Kesetimbangan Ion dalam Larutan ... 99

C. Reaksi Asam dengan Basa ... 108

D. Titrasi Asam Basa ... 111

E. Stoikiometri Larutan ... 112

F. Teori Asam Basa Bronsted-Lowry ... 113

G. Teori Asam Basa Lewis ... 115

Ringkasan ... 116

Glosarium ... 116

Soal-soal Latihan Bab 5 ... 117

BAB 6 KESETIMBANGAN DALAM LARUTAN ... 123

A. Larutan Penyangga ... 124

B. Hidrolisis Garam ... 132

C. Hasil Kali Kelarutan ... 141

Ringkasan ... 146

Glosarium ... 147

Soal-soal Latihan Bab 6 ... 147

BAB 7 KOLOID ... 155

A. Sistem Dispersi ... 156

B. Sifat-sifat Koloid ... 158

C. Pembuatan Koloid ... 164

Ringkasan ... 167

Glosarium ... 168

Soal-soal Latihan Bab 7 ... 168

LATIHAN ULANGAN AKHIR SEMESTER 2 ... 173

DAFTAR PUSTAKA ... 181

INDEKS ... 183


(8)

ST RU K T U R ATOM ,

SI ST EM PERI ODI K ,

DAN I K ATAN K I M I A

1

Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: • Menjelaskan teori atom mekanika kuantum.

• Menentukan bilangan kuantum (kemungkinan elektron berada) • Menggambarkan bentuk-bentuk orbital.

• Menjelaskan kulit dan sub kulit serta hubungannya dengan bilangan kuantum • Menggunakan prinsip Aufbau, aturan Hund, dan azas larangan Pauli untuk

menuliskan konfigurasi elektron dan diagram orbital.

• Menghubungkan konfigurasi elektron suatu unsur dengan letaknya dalam sistem periodik

• Menentukan bentuk molekul berdasarkan teori pasangan elektron. • Menentukan bentuk molekul berdasarkan teori hibridisasi.

• Menjelaskan perbedaan sifat fisik (titik didih, titik beku) berdasarkan perbedaan gaya antar molekul (gaya Van Der Waals, gaya London, dan ikatan hidrogen).


(9)

A. STRUKTUR ATOM DAN SIFAT PERIODIK UNSUR

atom, elektron, periodik, kuantum, orbital, konfigurasi

Kata Kunci

Bagaimana partikel-partikel penyusun atom (proton, netron, dan elektron) berada di dalam atom digambarkan dengan struktur atom. Kedudukan elektron di sekitar inti atom atau konfigurasi elektron di sekitar inti atom berpengaruh terhadap sifat fisis dan kimia atom yang bersangkutan.

Model atom Ernest Rutherford (1871-1937) tahun 1911 yang menyatakan bahwa atom terdiri dari inti kecil yang bermuatan positif (tempat konsentrasi seluruh massa atom) dan dikelilingi oleh elektron pada permukaannya. Namun teori ini tidak dapat menerangkan kestabilan atom. Sewaktu mengelilingi proton, elektron mengalami percepatan sentripetal akibat pengaruh gaya sentripetal (Gaya Coulomb). Menurut teori mekanika klasik dari Maxwell, yang menyatakan bahwa partikel bermuatan bergerak maka akan memancarkan energi. Maka menurut Maxwell bila elektron bergerak mengelilingi inti juga akan memancarkan energi. Pemancaran energi ini menyebabkan elektron kehilangan energinya, sehingga lintasannya berbentuk spiral dengan jari-jari yang mengecil, laju elektron semakin lambat dan akhirnya dapat tertarik ke inti atom. Jika hal ini terjadi maka atom akan musnah, akan tetapi pada kenyataannya atom stabil.

Maka pada tahun 1913, Niels Bohr menggunakan teori kuantum untuk menjelaskan spektrum unsur. Berdasarkan pengamatan, unsur-unsur dapat memancarkan spektrum garis dan tiap unsur mempunyai spektrum yang khas. Menurut Bohr,

• Spektrum garis menunjukkan elektron dalam atom hanya dapat beredar pada lintasan-lintasan dengan tingkat energi tertentu. Pada lintasannya elektron dapat beredar tanpa pemancaran atau penyerapan energi. Oleh karena itu, energi elektron tidak berubah sehingga lintasannya tetap.

• Elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke lintasan lain disertai pemancaran atau penyerapan sejumlah energi yang harganya sama dengan selisih kedua tingkat energi tersebut.

E = Ef – Ei

Keterangan:

E = energi yang menyertai perpindahan elektron Ef = tingkat energi akhir

Ei = tingkat energi awal

Namun teori Bohr ini memiliki kelemahan, yaitu:

• Bohr hanya dapat menjelaskan spektrum gas hidrogen, tidak dapat menjelaskan spektrum dari unsur yang jumlah elektronnya lebih dari satu.

• Tidak dapat menjelaskan adanya garis-garis halus pada spektrum gas hidrogen.


(10)

pada tahun 1924 dengan teori dualisme partikel gelombang. Menurut de Broglie, pada kondisi tertentu, materi yang bergerak memiliki ciri-ciri gelombang.

= dengan:

= panjang gelombang m = massa partikel

= kecepatan h = tetapan Planck

Hipotesis tersebut terbukti benar dengan ditemukannya sifat gelombang dari elektron. Elektron mempunyai sifat difraksi, maka lintasan elektron yang dikemukakan Bohr tidak dibenarkan. Gelombang tidak bergerak melalui suatu garis, melainkan menyebar pada daerah tertentu.

Pada tahun 1927, Werner Heisenberg mengemukakan bahwa posisi atau lokasi suatu elektron dalam atom tidak dapat ditentukan dengan pasti. Yang dapat ditentukan adalah hanya kemungkinan (kebolehjadian) menemukan elektron pada suatu titik pada jarak tertentu dari intinya.

1. Model atom mekanika gelombang

Hipotesis Louis de Broglie dan azas ketidakpastian dari Heisenberg merupakan dasar dari model Mekanika Kuantum (Gelombang) yang dikemukakan oleh Erwin Schrodinger pada tahun1927, mengajukan konsep orbital untuk menyatakan kedudukan elektron dalam atom. Orbital menyatakan suatu daerah dimana elektron paling mungkin (peluang terbesar) untuk ditemukan.

Persamaan gelombang ( = psi) dari Erwin Schrodinger menghasilkan tiga bilangan gelombang (bilangan kuantum) untuk menyatakan kedudukan (tingkat energi, bentuk, serta orientasi) suatu orbital, yaitu:

a. Bilangan kuantum utama (n)

Menentukan besarnya tingkat energi suatu elektron yang mencirikan ukuran orbital (menyatakan tingkat energi utama atau kulit atom). Bilangan kuantum utama memiliki harga mulai dari 1, 2, 3, 4,….dst (bilangan bulat positif). Biasanya dinyatakan dengan lambang, misalnya K(n=1), L(n=2), dst.


(11)

untuk bilangan kuantum azimuth dikaitkan dengan bilangan kuantum utama. Bilangan kuantum azimuth mempunyai harga dari nol sampai (n – 1) untuk setiap n.

Setiap subkulit diberi lambang berdasarkan harga bilangan kuantum l. • l = 0 , lambang s (sharp)

• l = 1, lambang p (principal) • l = 2, lambang d (diffuse) • l = 3, lambang f (fundamental)

(Lambang s, p, d, dan f diambil dari nama spektrum yang dihasilkan oleh logam alkali dari Li sampai dengan Cs).

Tabel 1.1

Subkulit-subkulit yang diijinkan pada kulit K sampai N

c. Bilangan kuantum magnetik (m

l

)

Menyatakan orbital khusus mana yang ditempati elektron pada suatu subkulit. Selain itu juga dapat menyatakan orientasi khusus dari orbital itu dalam ruang relatif terhadap inti. Nilai bilangan kuantum magnetik bergantung pada bilangan kuantum azimuth, yaitu bilangan bulat dari –l sampai +l.

Contoh:

l = 0, maka nilai m = 0 berarti hanya terdapat 1 orbital l = 1, maka nilai m = –1, 0, +1, berarti terdapat 3 orbital

d. Bilangan kuantum spin (m

s

atau s)

Bilangan kuantum spin terlepas dari pengaruh momentum sudut. Hal ini berarti bilangan kuantum spin tidak berhubungan secara langsung dengan tiga bilangan kuantum yang lain. Bilangan kuantum spin bukan merupakan penyelesaian dari persamaan gelombang, tetapi didasarkan pada pengamatan Otto Stern dan Walter Gerlach terhadap spektrum yang dilewatkan pada medan magnet, ternyata terdapat dua spektrum yang terpisah dengan kerapatan yang sama. Terjadinya pemisahan garis spektrum oleh medan magnet dimungkinkan karena elektron-elektron tersebut selama mengelilingi inti berputar pada sumbunya dengan arah yang berbeda. Berdasarkan hal ini diusulkan adanya bilangan kuantum spin untuk menandai arah putaran (spin) elektron pada sumbunya.

Hanya ada dua kemungkinan arah rotasi elektron, yaitu searah jarum jam dan K

L M N

Kulit Nilai n Nilai l yang diijinkan Subkulit

1 2 3 4 0 0, 1 0, 1, 2 0, 1, 2, 3

1s 2s, 2p 3s, 3p, 3d 4s, 4p, 4d, 4f


(12)

berlawanan jarum jam, maka probabilitas elektron berputar searah jarum jam adalah dan berlawanan jarum jam . Untuk membedakan arah putarnya maka diberi tanda positif (+ ) dan negatif (– ). Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa satu orbital hanya dapat ditempati maksimum dua elektron.

s = + s = –

Gambar 1.1 Arah rotasi elektron

2. Bentuk dan orientasi orbital

Setiap orbital mempunyai ukuran, bentuk, dan arah orientasi ruang yang ditentukan oleh bilangan kuantum n, l, ml. orbital-orbital bergabung membentuk suatu subkulit, kemudian subkulit bergabung membentuk kulit dan tingkat energi.

a. Orbital

s

Orbital yang paling sederhana. Subkulit s tersusun dari sebuah orbital dengan bilangan kuantum l = 0 dan mempunyai ukuran yang berbeda tergantung harga bilangan kuantum n. Probabilitas (kebolehjadian)untuk menemukan elektron pada orbital s adalah sama untuk ke segala arah, maka bentuk ruang orbital s seperti bola.


(13)

b. Orbital

p

Orbital p tersusun dari tiga orbital dengan bilangan kuantum l = 1. Ketiga orbital p tersebut adalah px, py, pz.dengan bentuk ruang orbital p seperti dumbbell dengan probabilitas untuk menemukan elektron semakin kecil bila mendekati inti.

2px 2py 2pz

Gambar 1.3 Bentuk orbital p

c. Orbital

d

Subkulit d tersusun dari lima orbital yang mempunyai bilangan kuantum l = 2. Arah orientasi dari orbital d dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:

– mempunyai orientasi di antara sumbu, terdiri dari tiga orbital, yaitu dxy, dxz, dan dyz.

– mempunyai orientasi pada sumbu, terdiri dari 2 orbital, yaitu: dx2–y2, dan dz2.

dxz dyz dxy

Gambar 1.4 Bentuk orbital d

3. Konfigurasi elektron


(14)

a. Aturan

Aufbau

(membangun)

Pengisian orbital dimulai dari tingkat energi yang rendah ke tingkat energi yang tinggi. Elektron mempunyai kecenderungan akan menempati dulu subkulit yang energinya rendah. Besarnya tingkat energi dari suatu subkulit dapat diketahui dari bilangan kuantum utama (n) dan bilangan kuantum azimuth ( l ) dari orbital tersebut. Orbital dengan harga (n + l) lebih besar mempunyai tingkat energi yang lebih besar. Jika harga (n + l) sama, maka orbital yang harga n-nya lebih besar mempunyai tingkat energi yang lebih besar.

Urutan energi dari yang paling rendah ke yang paling tinggi adalah sebagai berikut:

1s < 2s < 2p < 3s < 3p < 4s < 3d < 4p < 5s < 4d < 5p < 6s < 4f < 5d ....

Gambar 1.5

Diagram urutan pengisian subkulit atom

b. Larangan Pauli (Eksklusi Pauli)

Tidak boleh terdapat dua elektron dalam satu atom dengan empat bilangan kuantum yang sama. Orbital yang sama akan mempunyai bilangan kuantum n, l, m yang sama. Yang dapat membedakan hanya bilangan kuantum spin (s). Dengan

1s

2s 3s 2p

4s 3p 5s 4p 3d 6s 5p 4d


(15)

Maka jumlah elektron pada setiap subkulit sama dengan dua kali jumlah orbitalnya.

Contoh:

Subkulit s (1 orbital) maksimum 2 elektron Subkulit p (3 orbital) maksimum 6 elektron

Jumlah maksimum elektron pada kulit ke-n = 2n2

Contoh:

Jumlah maksimum elektron pada kulit L (n = 2) = 2 (22) = 8

c. Aturan

Hund

Pada pengisian orbital-orbital dengan energi yang sama, mula-mula elektron menempati orbital sendiri-sendiri dengan spin yang paralel, baru kemudian berpasangan.

Contoh:

7N : [ He ] 2s2 2p3 Diagram orbitalnya:

Konfigurasi elektron dari gas mulia dapat dipergunakan untuk menyingkat konfigurasi elektron dari atom-atom yang mempunyai jumlah elektron (bernomor atom) besar. Berikut contoh peyingkatan konfigurasi elektron :

19K : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 disingkat menjadi:

[Ar] 4 s1

1) Penyimpangan dari aturan umum

Terdapat beberapa atom yang konfigurasi elektronnya menyimpang dari aturan-aturan umum di atas, seperti:

2s2 2px1 2py1 2pz1

lebih stabil

2s2 2px1 2py1 2pz1


(16)

24Cr : [Ar] 4s2 3d4 kurang stabil, maka berubah menjadi [Ar] 4s1 3d5 29Cu : [Ar] 4s2 3d9 kurang stabil, maka berubah menjadi [Ar] 4s2 3d10 46Pd : [Ar] 5s2 4d8 kurang stabil, maka berubah menjadi [Ar] 4d10

Penyimpangan ini terjadi karena adanya perbedaan tingkat energi yang sangat kecil antara subkulit 3d dan 4s serta antara 4d dan 5s pada masing-masing atom tersebut. Pengisian orbital penuh atau setengah penuh relatif lebih stabil.

2) Cara penulisan urutan subkulit :

Contoh:

Ada dua cara menuliskan konfigurasi elektron Magnesium 1) 25Mg : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d5 2) 25Mg : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5 4s2

periodik, konfigurasi

Kata Kunci

Menurut cara 1). Subkulit-subkulit ditulis sesuai dengan urutan tingkat energinya; sedangkan pada cara 2). Subkulit-subkulit dari kulit yang sama dikumpulkan. Pada dasarnya kedua cara di atas sesuai dengan

aturan Aufbau (dalam prioritas pengisian orbital, yaitu dimulai dari tingkat energi rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi), hanya berbeda dalam hal penulisannya saja.

B. SISTEM PERIODIK UNSUR

Sistem periodik modern disusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat.Ada keterkaitan antara konfigurasi elektron dengan letak unsur dalam sistem periodik

• Letak periode unsur dapat diramalkan dari jumlah kulit elektron dari unsur tersebut.

• Letak golongan unsur dalam sistem periodik dapat diramalkan dari subkulit terakhir yang terisi elektron.

Tabel 1.2

Golongan unsur menurut elektron valensi

IA IIA IIIA IVA VA VIA VIIA VIIIA Golongan

utama Elektron valensi Golongan tambahan Elektron valensi

IIIB IVB VB VIB VIIB VIIIB IB IIB ns1 ns2 ns2 np1 ns2 np2 ns2 np3 ns2 np4 ns2 np5 ns2 np6

(n-1) d1 ns2 (n-1) d2 ns2 (n-1) d3 ns2 (n-1) d5 ns1 (n-1) d5 ns2 (n-1) d6,7,8 ns2 (n-1) d10 ns1 (n-1) d10 ns2


(17)

Contoh:

Tentukan letak unsur 15P, dan 26Fe dalam sistem periodik unsur! Jawab:

15P : [Ne] 3s2 3p3 (blok p : antara IIIA sampai VIIIA)

berakhir pada kulit ke tiga berarti terletak pada periode ketiga. Elektron bentuk molekul, elektron, gaya antarmolekul

Kata Kunci

valensinya lima (2+3) VA.

25Mn : [Ar] 3d5 4s2 (blok d : antara IB sampai VIIIB)

berakhir pada kulit keempat berarti terletak pada periode keempat. Elektron valensi-nya lima, yaitu pada 3d5 4s2, berarti terletak pada golongan (5+2)

VIIB.

C. BENTUK MOLEKUL DAN GAYA ANTARMOLEKUL

a. Bentuk

molekul

Bentuk molekul menggambarkan kedudukan atom-atom di dalam suatu molekul, yaitu dalam ruang tiga dimensi dan besarnya sudut-sudut yang dibentuk dalam suatu molekul.

Bentuk molekul dapat dijelaskan dengan menggunakan berbagai pendekatan, yaitu teori hibridisasi orbital, teori medan kristal, dan teori tolakan pasangan elektron (Valence Shell Electron Pair Repulsion atau VSEPR).

Dalam buku ini hanya akan dijelaskan teori VSEPR. Menurut teori ini, terdapat pola dasar kedudukan pasangan-pasangan elektron akibat adanya gaya tolak-menolak yang terjadi antara pasangan elektron-elektron tersebut. Teori ini tidak menggunakan sama sekali orbital atom.

2 3

4

Jumlah pasangan elektron

Susunan ruang

(geometri) Bentuk molekul Sudut ikatan

Linier

Segitiga sama sisi

Tetrahedron

180o

120o

109,5o

•• A ••

A

••

•• ••

A

••

••


(18)

• Pasangan elektron-elektron pada kulit luar atom pusat akan menyusun diri, sehingga tolak-menolak diantaranya menjadi minimum.

Kekuatan tolak-menolak tergantung pada pasangan elektron bebas (PEB) dan pasangan elektro ikatan (PEI)

• Urutan kekuatan tolak-menolak diantara pasangan elektron: PEB-PEB > PEB-PEI > PEI-PEI. Adanya gaya tolak yang kuat pada pasangan elektron bebas (PEB) mengakibatkan PEB akan menempati ruang yang lebih luas.

Tabel 1.3

Susunan ruang pasangan-pasangan elektron pada kulit luar atom pusat

Langkah-langkah meramalkan geometri molekul berdasarkan teori VSEPR:

1. Membuat rumus Lewis, untuk mengetahui jumlah pasangan elektron pada kulit terluar atom pusat.

2. Menyusun pasangan elektron disekitar atom pusat yang memberi tolakan minimum.

3. Menetapkan pasangan terikat dengan menuliskan lambang atom yang sesuai. 4. Menentukan bentuk molekul setelah mempertimbang kan pasangan elektron

5

6

B i p i r a m i d a trigonal

Ekuatorial = 120o Aksial = 90o

90o A

••

••

••

••

••

••

••

•• •• ••

••

A

I I I I

x

x F

F F


(19)

Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Pasangan elektron bebas menempati ruang yang lebih besar. Molekul IF3 memiliki bentuk T, bukan segitiga datar karena adanya dua pasang elektron bebas (PEB).

Tabel 1.4

Kemungkinan bentuk molekul yang atom pusatnya mempunyai 4,5, atau 6 pasang elektron

b. Gaya

Antarmolekul

Dalam molekul kovalen, atom-atom terikat satu sama lain karena penggunaan bersama pasangan elektron. Bagaimana interaksi antar molekul dalam senyawa molekul? Adakah ikatan antar molekul zat itu?

1) Gaya Van der Waals

Gaya yang relatif lemah yang bekerja (tarik-menarik) antarmolekul. Gaya ini sangat lemah dibandingkan gaya antar atom (ikatan ion dan ikatan kovalen). Untuk memutuskan gaya tersebut diperlukan energi sekitar 0,4 – 40 kJ mol-1, sedangkan untuk ikatan kovalen diperlukan 400 kJ mol-1.Gaya Van der Waals bekerja jika jarak antar molekul sudah sangat dekat, tetapi tidak melibatkan terjadinya pembentukan ikatan antar atom.

Ada tiga gaya antarmolekul yang berperan dalam terjadinya gaya Van der Waals, yaitu:

a) Gaya Orientasi

4 3 2 5 4 3 2 6 5 4 Jumlah PEI Jumlah

PEB Rumus Bentuk molekul Contoh

0 1 2 0 1 2 3 0 1 2 AX4 AX3E AX2E2

AX5 AX4E AX3E2 AX2E3 AX6 AX5E AX4E2

Tetrahedron Piramida trigonal Panar bentuk V Bipiramida trigonal Bidang empat Planar bentuk T Linear

Oktahedron

Piramida sisi empat Segiempat planar

CH4 NH3 H2O PCl5 SF4 IF3 XeF2 SF6 IF5 XeF4


(20)

Terjadi pada molekul-molekul yang mempunyai dipol permanen atau molekul polar. Antaraksi antara kutub positif dengan kutub negatif yang lain akan menimbulkan gaya tarik-menarik yang relatif lemah. Gaya ini memberi sumbangan yang sangat lemah kepada gaya van der Waals secara keseluruhan.

Gambar 1.6 Gaya Orientasi

b) Gaya imbas

Terjadi bila terdapat molekul dengan dipol permanen berantaraksi dengan molekul dengan dipol sesaat. Adanya molekul-molekul polar dengan dipol permanen akan menyebabkan imbasan dari molekul polar kepada molekul nonpolar, sehingga elektron-elektron dari molekul nonpolar tersebut mengumpul pada salah satu sisi molekul (terdorong atau tertarik), yang menyebabkan terjadinya dipol sesaat pada molekul nonpolar.

Terjadinya dipol sesaat mengakibatkan adanya tarik-menarik antar dipol yang menghasilkan gaya imbas. Gaya ini juga memberikan sumbangan yang kecil terhadap keseluruhan gaya van der Waals.

c) Gaya dispersi (gaya London)

Pertama kali dikemukakan oleh Fritz London (1928). Pada molekul nonpolar gaya London ini terjadi akibat adanya elektron-elektron mengelilingi inti secara acak., sehingga pada suatu saat elektron akan mengumpul pada salah satu sisi molekul. Dipol yang terbentuk dengan cara itu disebut dipol sesaat, karena dipol itu dapat berpindah milyaran kali dalam satu detik. Kemudahan suatu molekul untuk membentuk dipol sesaat disebut polarisabilitas.

Makin banyak jumlah elektron, makin mudah mengalami polarisasi, maka makin besar Mr makin kuat gaya Londonnya, karena jumlah elektron berkaitan dengan massa molekul relatif. Zat yang molekulnya bertarikan hanya dengan gaya London mempunyai titik leleh dan titik didih yang rendah dibandingkan zat lain yang mempunyai Mr hampir sama.


(21)

antarmolekul semakin kuat gaya antar molekul tersebut. Molekul yang bentuknya sederhana (lurus), gaya antar molekulnya lebih kuat daripada yang bentuknya rumit(bercabang).

Bentuk rumit Bentuk kompak/lurus

Gambar 1.8 Struktur molekul mempengaruhi titik didih n-butana (a) lebih tinggi daripada 3–etil–pentana (b)

2. Ukuran Molekul

Molekul yang berukuran besar lebih mudah membentuk dipol sesaat, karena elektronnya terletak jauh dari inti sehingga pergerakkan elektronnya lebih leluasa daripada molekul yang berukuran kecil.

Gaya van der waals tidak memiliki arah yang jelas, terlihat pada bentuk kristal kovalen yang bisa berubah pada suhu tertentu.

2) Ikatan hidrogen

Ikatan hidrogen terjadi antara atom hidrogen dari suatu molekul dengan atom elektronegatif (N, O, F) pada atom lain.

Ikatan hidrogen ini lebih kuat daripada ikatan Van der Waals, dan memiliki arah yang jelas. Energi untuk memutuskan ikatan hidrogen adalah 15 – 40 kJ/mol, sedangkan untuk memutuskan gaya Van der Waals adalah sekitar 2 – 20 kJ/mol. Inilah sebabnya zat yang memiliki ikatan hidrogen memiliki titik cair dan titik didih yang relatif tinggi. Ikatan hidrogen yang kuat hanya terjadi antara molekul yang mempunyai ikatan F – H, O”H, atau N”H. Contoh fenomena ini dapat kita lihat pada senyawa NH3, H2O, dan HF.

a. b.

H

H O

H O

H

H H

O

O H

H •••• ••

•• ••

••

•••• •• H

H H

F

F F

F


(22)

Ikatan hidrogen pada air Ikatan antar molekul HF

Gambar 1.9

Ikatan antar Molekul Hidrogen (kiri); Ikatan antar Molekul HF (kanan)

Model atom Rutherford menyatakan bahwa atom terdiri dari inti kecil yang bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron pada permukaannya. Namun teori ini tidak dapat menerangkan kestabilan atom.Niels Bohr menggunakan teori kuantum untuk menjelaskan spektrum unsur. Berdasarkan pengamatan, unsur-unsur dapat memancarkan spektrum garis dan tiap unsur mempunyai spektrum yang khas. Kelemahan dari model atom Bohr dapat dijelaskan oleh de Broglie dengan teori dualisme partikel gelombang. Menurut de Broglie, pada kondisi tertentu, materi yang bergerak memiliki ciri-ciri gelombang. Elektron mempunyai sifat difraksi, maka lintasan elektron yang dikemukakan Bohr tidak dibenarkan. Gelombang tidak bergerak melalui suatu garis, melainkan menyebar pada daerah tertentu.

Heisenberg mengemukakan bahwa posisi atau lokasi suatu elektron dalam atom tidak dapat ditentukan dengan pasti. Yang dapat ditentukan adalah hanya kemungkinan (kebolehjadian) menemukan elektron pada suatu titik pada jarak tertentu dari intinya. Hipotesis Louis de Broglie dan azas ketidakpastian dari Heisenberg merupakan dasar dari model Mekanika Kuantum (Gelombang) yang dikemukakan olehErwin Schrodinger, mengajukan konsep orbital untuk menyatakan kedudukan elektron dalam atom. Orbital menyatakan suatu daerah dimana elektron paling mungkin (peluang terbesar) untuk ditemukan.

Persamaan gelombang Erwin Schrodinger menghasilkan tiga bilangan gelombang (bilangan kuantum), yaitu bilangan kuantum utama (n) yang menyatakan kulit utama, bilangan kuantum azimuth (I) yang menyatakan subkulitnya, bilangan kuantum magnetik (m) yang menyatakan orbitalnya, dan bilangan kuantum spin (s) yang menyatakan spin atau arah rotasi. (bukan dari persamaan gelombang Erwin Schrodinger).

Konfigurasi elektron menggambarkan penataan/susunan elektron dalam atom. Bentuk molekul menggambarkan kedudukan atom-atom di dalam suatu molekul.

Ringkasan


(23)

Gaya Dispersi (Gaya London) : terjadi akibat adanya elektron-elektron mengelilingi inti secara acak, sehingga pada suatu saat elektron akan mengumpul pada salah satu sisi molekul

Gaya Imbas : Terjadi bila terdapat molekul dengan dipol permanen berantaraksi dengan molekul dengan dipol sesaat

Gaya Orientasi : Terjadi pada molekul-molekul yang mempunyai dipol permanen atau molekul polar

Gaya Van der Waals : Terjadi jika jarak antar molekul sudah sangat dekat, tetapi tidak melibatkan terjadinya pem-bentukan ikatan antar atom

Ikatan hidrogen : Ikatan yang terjadi antara atom hidrogen dari suatu molekul dengan atom elektronegatif (N, O, F) pada atom lain

I. Pilihan Ganda

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

1. Teori yang menjadi dasar model atom mekanika gelombang adalah .… A. Thomson, Dalton, dan Rutherford

B. Rutherford, Niels Bohr, dan Schrodinger C. Max Planck, de Broglie, dan Pauli D. de Broglie, dan Heisenberg E. Aufbau, Hund, dan Pauli

2. Kedudukan suatu orbital dalam suatu atom ditentukan oleh bilangan kuantum .…

A. n, l , dan m D. s saja

B. n, dan m E. n, l, m, dan s C. l, dan s

3. Gambar orbital berikut adalah …. A. dxy

B. dyz C. dxz D. dx2-y2 E. dz2

4. Jumlah elektron yang tidak berpasangan dalam atom Mn dengan nomor atom


(24)

25 adalah…

A. 7 D. 4

B. 6 E. 3

C. 5

5. Diketahui unsur X dengan nomor atom 27, jumlah elektron maksimum pada orbital d adalah….

A. 2 D. 6

B. 4 E. 7

C. 5

6. Harga keempat bilangan kuantum elektron terakhir pada unsur dengan nomor atom 35 adalah ….

A. n = 4, I = 1, m = –1, s = – D. n = 4, I = 1, m = 0, s = – B. n = 4, I = 0, m = –1, s = + E. n = 4, I = 1, m = +1, s = + C. n = 4, I = 1, m = 0, s = +

7. Unsur dengan nomor atom 25 mempunyai konfigurasi …. A. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 4p5

B. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d 7 C. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5 4s2 D. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d4 4s2 4p1 E. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d6 4s1

8. Jumlah elektron maksimum yang dapat menempati tingkat energi ketiga adalah ….

A. 2 D. 18

B. 6 E. 32

C. 8

9. Jika bilangan kuantum azimuth berharga 2, maka builangan kuantum magnetiknya adalah .…

A. 0, 1, dan 2 D. –2 dan 2 B. –1, 0, dan +1 E. 0, +1, dan +2 C. –2, –1, 0, +1, dan +2


(25)

A. Rutherford D. Bohr

B. Aufbau E. Pauli

C. Hund

12. Elektron valensi dari unsur dengan konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s2 3p3 adalah….

A. 2 D. 6

B. 3 E. 7

C. 5

13. Atom dengan konfigurasi elektron manakah yang mempunyai konfigurasi elektron tidak berpasangan terbanyak…

A. [Ar] 3d2 4s2 D. [Ar] 3d10 4s2 4p2 B. [Ar] 3d9 4s2 E. [Ar] 3d10 4s2 4p3 C. [Ar] 3d10 4s2 4p1

14. Suatu atom unsur mempunyai konfigurasi elektron: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5 4s1. unsur tersebut dalam sistem periodik terdapat pada ….

A. golongan IA, periode ke-4 D. golongan VIIB, periode ke-4 B. golongan VIA, periode ke-4 E. golongan VIB, periode ke-3 C. golongan IB, periode ke-4

15. Unsur yang terdapat pada golongan VIB periode keempat dalam sistem periodik mempunyai nomor atom .…

A. 7 D. 32

B. 15 E. 35

C. 24

16. Suatu molekul mempunyai 4 pasang elektron di sekitar atom pusat, 2 diantaranya merupakan PEB, maka bentuk molekul yang paling mungkin adalah ….

A. segitiga datar D. bentuk T B. segiempat planar E. bentuk V C. tetrahedron

17. Sudut ikatan molekul H2O adalah 104,5o lebih kecil dari sudut tetrahedron, hal ini disebabkan oleh ….

A. adanya 2 pasangan elektron bebas B. adanya 2 pasangan elektron ikatan C. adanya ikatan hidrogen pada H2O D. adanya dipol permanent pada H2O E. pasangan elektron jauh dari atom pusat

18. Titik didih alkohol lebih tinggi daripada titik didih eter. Alasan yang tepat untuk menjelaskan peristiwa tersebut adalah ….

A. Antara molekul-molekul alcohol terdapat ikatan hidrogen B. Alkohol mudah larut dalam air


(26)

D. Massa jenis alkohol lebih besar daripada eter E. Alkohol mudah bereaksi dengan logam-logam alkali

19. Gaya dispersi pada molekul-molekul nonpolar terjadi akibat adanya …. A. dipol-dipol permanen

B. dipol-dipol sesaat

C. imbasan dari dipol permanen D. ikatan hidrogen

E. gaya elektrostatis molekul polar

20. Dibawah ini adalah pasangan senyawa yang memiliki ikatan hidrogen adalah ….

A. H2O dan HCl D. HCl dan HI B. H2O dan HF E. HF dan HI C. H2S dan HF

II. Uraian


(27)

(28)

unsur-T ERM OK I M I A

T ERM OK I M I A

T ERM OK I M I A

T ERM OK I M I A

T ERM OK I M I A

2

2

2

2

2

Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: • Menjelaskan hukum/azas kekekalan energi • Membedakan sistem dan lingkungan

• Membedakan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) dengan reaksi yang menerima kalor (endoterm) melalui percobaan

• Menghitung harga ΔH reaksi melalui percobaan.

• Menghitung harga H reaksi dengan menggunakan: – data entalpi pembentukan standar ( H°f) – diagram siklus


(29)

Termokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang kalor reaksi, yaitu pengukuran kalor yang menyertai reaksi kimia. Karena dalam sebagian besar reaksi kimia selalu disertai dengan perubahan energi yang berwujud perubahan kalor, baik kalor yang dilepaskan maupun diserap. Kalor merupakan salah satu bentuk dari energi.

James Prescott Joule (1818-1889) merumuskan Asas Kekekalan Energi:

“Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari bentuk energi yang satu menjadi bentuk energi yang lain”.

Jadi, energi yang menyertai suatu reaksi kimia, ataupun proses fisika, hanya merupakan perpindahan atau perubahan bentuk energi.

Untuk mempelajari perubahan kalor dari suatu proses perlu dikaji beberapa hal yang berhubungan dengan:

• energi yang dimiliki oleh suatu zat • bagaimana energi tersebut berubah

• bagaimana mengukur perubahan energi tersebut • bagaimana hubungan energi dengan struktur zat.

A. ENTALPI DAN PERUBAHAN ENTALPI

1. Sistem dan lingkungan

entalpi, perubahan, sistem, lingkungan, eksoterm, endotem

Kata Kunci

Sistem adalah segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian yang kita pelajari perubahan energinya. Sedangkan yang disebut lingkungan adalah segala sesuatu di luar sistem.

Contoh:

Reaksi antara logam seng dengan larutan asam klorida (HCl) dalam suatu tabung reaksi disertai dengan munculnya gelembung-gelembung gas.

Pada contoh di atas yang menjadi pusat perhatian adalah logam seng dan larutan HCl. Jadi, logam seng dan larutan HCl disebut sistem, sedangkan tabung reaksi, suhu udara, tekanan udara merupakan lingkungan.

Berdasarkan interaksinya dengan lingkungan, sistem dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Sitem Terbuka, suatu sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran kalor dan zat (materi) antara lingkungan dan sistem.

b. Sistem Tertutup, suatu sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran kalor antara sistem dan lingkungannya, tetapi tidak terjadi pertukaran materi.

c. Sistem Terisolasi (tersekat), suatu sistem yang tidak memungkinkan terjadinya pertukaran kalor dan materi antara sistem dan lingkungan.


(30)

Gambar 2.1

Contoh sistem terbuka, sistem tertutup, dan sistem isolasi

Sumber: http://cwx.prenhall.com/petrucci/medialib/media_portfolio/text_images/ FG07_012.JPG

Tabel 2.1

Sifat-sifat sistem dan perbedaannya

2. Energi dan entalpi

Dalam setiap reaksi kimia selalu terjadi perubahan energi. Satuan-satuan energi:

1 kalori = 4,184 Joule 1 kJ = 1000 Joule 1 kkal = 1000 kalori 1kkal = 4,184 k J 1.

2. 3.

No. Nama sistem Pertukaran

Energi Materi

Sistem Terbuka Sistem Tertutup Sistem Tersekat

Ya Ya Tidak

Ya Tidak Tidak


(31)

Reaksi kimia pada umumnya dilakukan dalam sistem terbuka (tekanan tetap). Oleh karena itu, pada setiap proses yang melibatkan perubahan volum akibat tekanan tetap, ada kerja yang menyertai proses tersebut meskipun kecil tetapi cukup berarti. Menurut Hukum Termodinamika I (Hukum Kekekalan Energi),

H = U + PV

Perubahan entalpi dinyatakan dengan persamaan : H = U + PV

Dari persamaan dapat disimpulkan bahwa jika reaksi dilakukan pada tekanan tetap maka perubahan kalor yang terjadi akan sama dengan perubahan entalpi sebab perubahan tekanannya 0 (nol). Jadi, entalpi sama dengan besarnya energi dalam yang disimpan dalam suatu sistem. Sehingga entalpi (H) merupakan energi dalam bentuk kalor yang tersimpan di dalam suatu sistem.

3. Perubahan entalpi

Perubahan entalpi suatu sistem dapat diukur jika sistem mengalami perubahan. Perubahan entalpi ( H):

Jika suatu reaksi berlangsung pada tekanan tetap, maka perubahan entalpinya sama dengan kalor yang harus dipindahkan dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya agar suhu sistem kembali ke keadaan semula.

H = qp (qp= kalor reaksi pada tekanan tetap)

Besarnya perubahan entalpi adalah selisih besarnya entalpi sistem setelah mengalami perubahan dengan besarnya entalpi sistem sebelum perubahan pada tekanan tetap.

H = Hakhir – Hawal

Perubahan entalpi yang menyertai suatu reaksi dipengaruhi oleh: • Jumlah zat

• Keadaan fisis zat • Suhu (T)

• Tekanan (P)

dengan H = entalpi U = energi dalam P = tekanan V = volume

dengan H = perubahan entalpi U = perubahan energi dalam


(32)

4. Reaksi eksoterm dan reaksi endoterm

Gambar 2.2

Proses eksoterm dan endoterm

1. Reaksi Eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor atau menghasilkan energi.

Entalpi sistem berkurang (hasil reaksi memiliki entalpi yang lebih rendah dari zat semula).

Hakhir < Hawal

Hakhir – Hawal < 0

H berharga negatif

Contoh:

Reaksi antara kalsium oksida (kapur tohor) dengan air

Kapur tohor dimasukkan ke dalam air dalam tabung reaksi. Reaksi ini berlangsung ditandai dengan kenaikan suhu campuran (sistem). Karena suhu sistem lebih tinggi dari lingkungan, maka kalor akan keluar dari sistem ke lingkungan sampai suhu keduanya menjadi sama.

CaO(s) + H2O(l) Ca(OH)2(aq)

2. Reaksi Endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor atau memerlukan energi.

Entalpi sistem bertambah (hasil reaksi memiliki entalpi yang lebih tinggi dari zat semula).

Hakhir > Hawal

Hakhir – Hawal > 0

H berharga positif

Contoh:

Reaksi antara kristal barium hidroksida oktahidrat dengan kristal amonium klorida.

kalor kalor

kalor

Endoterm Sistem

kalor kalor

kalor

kalor Eksoterm

Sistem

Lingkungan Lingkungan


(33)

Di bawah ini adalah menunjukkan diagram tingkat energi

a. b.

Gambar 2.2 Diagram tingkat energi a. reaksi eksoterm b. reaksi endoterm

5. Persamaan termokimia

Persamaan yang menggambarkan suatu reaksi yang disertai informasi tentang perubahan entalpi (kalor). Oleh karena entalpi merupakan sifat ekstensif (nilainya bergantung pada besar dan ukuran sistem) maka pada persamaan termokimia juga tercantum jumlah mol zat yang dinyatakan dengan koefisien reaksi, dan keadaan fasa zat yang terlibat.

Contoh:

a. Pada pembentukan 1 mol air dari gas hidrogen dengan gas oksigen pada 25oC (298 K), 1 atm, dilepaskan kalor sebesar 286 kJ.

Persamaan termokimia dari pernyataan di atas adalah

Kata “dilepaskan” menyatakan bahwa reaksi tergolong eksoterm. Oleh karena itu, H = –286 kJ untuk setiap mol air yang terbentuk.

H2(g) + O2(g) H2O() H = –286 kJ atau,

2H2(g) + O2(g) 2H2O() H = –572 kJ

b. Reaksi karbon dan gas hidrogen membentuk 1 mol C2H2 pada temperatur 25oC dan tekanan 1 atm memerlukan kalor 226,7 kJ.

Persamaan termokimianya :

Kata “memerlukan” menyatakan bahwa reaksi tergolong endoterm. 2 C(s) + H2(g) C2H2(g) H = + 226,7 kJ

Pereaksi

entalpi

Hawal

Hakhir Hasil reaksi

Koordinasi reaksi Koordinasi reaksi

Hakhir

Hawal Hasil reaksi

Pereaksi

entalpi


(34)

6. Perubahan entalpi standar (

H

o

)

Perubahan entalpi reaksi yang diukur pada temperatur 25oC (298 K) dan tekanan 1 atm disepakati sebagai perubahan entalpi standar, dinyatakan dengan simbol Ho

Keadaan standar ini diperlukan karena pengukuran pada suhu dan tekanan yang berbeda akan menghasilkan harga perubahan entalpi yang berbeda pula. Satuan yang digunakan untuk menyatakan perubahan entalpi adalah kJ. Perubahan entalpi dalam molar adalah kJ/mol.

Jenis perubahan entalpi berdasarkan kondisi perubahan kimia yang terjadi:

1. Perubahan entalpi pembentukan standar (

H

fo

)

(

H

fo

= standard enthalpy of formation)

Adalah perubahan entalpi pada pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya yang paling stabil, pada keadaan standar.

Satuan perubahan entalpi pembentukan standar menurut Sistem Internasional (SI) adalah kJ/mol.

Contoh:

Perubahan entalpi pembentukan standar dari gas karbondioksida (CO2) adalah –393,5 kJ/mol.

Persamaan termokimianya:

C(s) + O2(g) CO2(g) Hfo = –393,5 kJ/mol

2. Perubahan entalpi penguraian standar (

H

do

)

(

H

do

= standard enthalpy of decomposition)

Adalah perubahan entalpi pada penguraian 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya, pada keadaan standar.

Contoh:

Perubahan entalpi penguraian H2O adalah +286 kJ/mol. Persamaan termokimianya:


(35)

Contoh:

Perubahan entalpi pembakaran gas CH4 adalah –802 kJ/mol. Persamaan termokimianya:

CH4(g) + O2(g) CO2(g) + 2H2O(g) Hco = –802 kJ/mol

B. PENENTUAN PERUBAHAN ENTALPI

1. Kalorimetri

Gambar 2.3

Kalorimeter sederhana (kiri) dan kalorimeter bom (kanan)

Kalorimeter adalah suatu alat untuk mengukur jumlah kalor yang diserap atau dibebaskan sistem. Data H reaksi yang terdapat pada tabel-tabel pada umumnya ditentukan secara kalorimetri.

Kalorimeter sederhana dapat dibuat dari wadah yang bersifat isolator (tidak menyerap kalor). Sehingga wadah dianggap tidak menyerap kalor pada saat reaksi berlangsung.

Kalorimeter Bom merupakan suatu kalorimeter yang dirancang khusus sehingga benar-benar terisolasi. Pada umumnya sering digunakan untuk menentukan perubahan entalpi dari reaksi-reaksi pembakaran yang melibatkan gas.

Meskipun sistem diusahakan terisolasi, tetapi ada kemungkinan sistem masih dapat menyerap atau melepaskan kalor ke lingkungan, dalam hal ini lingkungan nya adalah kalorimeter sendiri. Jika kalorimeter juga terlibat dalam pertukaran kalor, maka besarnya kalor yang diserap atau dilepas oleh kalorimeter (kapasitas kalorimeter, C) harus diperhitungkan.

Jumlah kalor yang dilepas atau diserap sebanding dengan massa, kalor jenis zat, dan perubahan suhu. Hubungannya adalah sebagai berikut:

kalorimeter, hukum Hess

Kata Kunci

Tempat reaksi Air Termometer


(36)

q = m × c × T

dengan, q = perubahan kalor (J) m = massa zat (g) c = kalor jenis zat (J/g.K)

T = perubahan suhu (K)

Contoh Soal:

Pada suatu percobaan direaksikan 50 cm3 larutan HCl 1 M dengan 50 cm3 larutan NaOH 1 M dalam gelas plastik yang kedap panas, ternyata suhunya naik dari 29oC menjadi 35,5oC. Kalor jenis larutan dianggap sama dengan kalor jenis air yaitu 4,18 Jg–1K–1 dan massa jenis larutan dianggap 1 g/cm3. Tentukan perubahan entalpi dari reaksi:

NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Jawab :

qsistem = qlarutan + qkalorimeter

karena qkal diabaikan, maka

qsistem = qlarutan

massa larutan = volume larutan × massa jenis air = 100 cm3 × 1 g/cm3

= 100 g

T = (35,5 – 29)o C = 6,5oC

atau T = (35,5 + 273)K – (29 + 273)K = 6,5 K

qlarutan = mlarutan × clarutan × T

= 100 g × 4,18 J g–1K–1 × 6,5 K = 2717 Joule

= 2,72 kJ mol NaOH = mol HCl 0,05 L × 1 mol L–1 = 0,05 mol

Jadi, pada reaksi antara 0,05 mol NaOH dan 0,05 mol HCl terjadi perubahan kalor sebesar 2,72 kJ

Maka untuk setiap 1 mol NaOH bereaksi dengan 1 mol HCl akan terjadi perubahan 2,72 kj

× 2,72kj =


(37)

Persamaan termokimianya:

NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l) H = –54,4 kJ

Percobaan entalpi netralisasi HCL – NaOH

Pada percobaan ini ditentukan perubahan entalpi pada reaksi antara larutan asam klorida dengan larutan natrium hdiroksida.

HCL(aq) + NaOH(aq) NaCL(aq) + H2O(I)

Alat dan bahan

1. Alat-alat

bejana stirofoam 200 mL (1)

gelas kimia 100 mL (2)

termometer 100 oC (2)

batang pengaduk (1) 2. Bahan-bahan

NaOH 1 M 50 mL

HCL 1 M 50 mL

Rangkaian alat

Susunlah alat untuk percobaan berikut ini.

Langkah kerja

1. Masukkan 50 mL HCL 1 M ke dalam gelas kimia dan 50 mL NaOH 1 M ke dalam gelas kimia yang lain

2. Simpan kedua gelas kimia tersebut dalam bak yang berisi air selama lebih kurang 5 menit kemudian ukur suhu salah satu pereaksi. Dengan cara merendam kedua gelas kimia yang berisi pereaksi diharapkan suhu kedua pereaksi itu sama. 3. Catatlah suhu kedua larutan tersebut sebagai suhu awal

4. Campurkan kedua larutan tersebut dalam kalorimeter, kemudian kocok


(38)

5. Catat suhu campuran setiap 30 detik sampai suhu konstan,

6. Catatlah suhu tertinggi yang terbaca pada termometer sebagai suhu akhir

Pengamatan

Suhu larutan HCL 1 M Suhu larutan NaOH 1 M Suhu awal (rata-rata) Suhu tertinggi (akhir) Perubahan suhu ( T)

Pertanyaan

1. Hitunglah jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu 100 mL larutan (dapat dianggap 100 g air) dari suhu awal menjadi suhu akhir

2. Tentukanlah berapa harga perubahan entalpi reaksi (dalam satuan kJ mol -1) NaOH dan HCL yang bereaksi

(Kalor jenis larutan dianggap 4,2 J g-1 K-1)

2. Hukum Hess

Perubahan entalpi kadang sukar diukur atau ditentukan langsung dengan percobaan. Pada tahun 1840 Henry Hess dari Jerman menyatakan, perubahan entalpi reaksi hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir sistem, tidak bergantung pada jalannya reaksi.

Banyak reaksi dapat berlangsung menurut dua atau lebih tahapan.

Contoh:

Reaksi karbon dan oksigen untuk membentuk CO2 dapat berlangsung dalam satu tahap (cara langsung) dan dapat juga dua tahap(cara tidak langsung).


(39)

H1 = –788 kJ

2CO(g) + O2(g) Keadaan awal

Keadaan akhir 2C(s) + 2O2(g)

2CO2(g)

H2 = –222 kJ H

0

–221

–788

H3 = –566 kJ 2CO(g) + O2(g)

Lintasan-2 Lintasan-1 H1 = –788 kJ

Keadaan akhir 2CO2(g)

Keadaan awal

2C(s) + 2O2(g)

H3 = –566 kJ H2 = –222 kJ

H dari beberapa reaksi dapat dijumlahkan sesuai dengan penjumlahan reaksi-reaksinya.

Jadi, jika suatu reaksi berlangsung menurut dua tahap atau lebih, maka kalor reaksi totalnya sama dengan jumlah kalor tahap reaksinya. Hukum Hess kita gunakan untuk menghitung H suatu reaksi, berdasarkan beberapa harga H dari reaksi lain yang sudah diketahui.

Hukum Hess dapat dinyatakan dalam bentuk diagram siklus atau diagram tingkat energi. Diagram siklus untuk reaksi pembakaran karbon pada contoh di atas adalah sebagai berikut:

Gambar 2.4

Diagram siklus reaksi pembakaran karbon.

Dari siklus reaksi di atas, pembakaran karbon dapat melalui dua lintasan, yaitu lintasan-1 yang langsung membentuk CO2, sedangkan lintasan-2, mula-mula mem-bentuk CO, kemudian CO2. Jadi H1 = H2+ H3

Diagram tingkat energi:

Gambar 2.5 Diagram tingkat energi reaski karbon dengan oksigen membentuk CO2 menurut dua lintasan.


(40)

3. Menggunakan entalpi pembentukan

Kalor suatu reaksi dapat juga ditentukan dari data pembentukan zat pereaksi dan produknya.

Secara umum untuk reaksi:

a PQ + b RS c PS + d QR reaktan produk maka,

H reaksi = [ c. Hfo PS + d. Hfo QR] – [ a. Hfo PQ + b. Hfo RS] H reaksi = Hfo (produk) _ Hfo (reaktan)

Contoh soal:

Tentukan entalpi reaksi pembakaran etanol, jika diketahui : Hfo C2H5OH = –266 kJ

Hfo CO2 = –394 kJ Hfo H2O = –286 kJ

Jawab:

Reaksi pembakaran etanol :

C2H5OH + O2(g) 2CO2 + 3H2O

H reaksi = [2 Hfo CO2 + 3 Hfo H2O] – [1 Hfo C2H5OH + 1 Hfo O2] = [2 (–394) + 3 (–286)] kJ – [1 (–266) + 1 (0)] kJ

= [–1646 + 266] kJ = –1380 kJ

C. ENERGI IKATAN

Pada dasarnya reaksi kimia terdiri dari dua proses, yaitu pemutusan ikatan antar atom-atom dari senyawa yang bereaksi (proses yang memerlukan energi) dan penggabungan ikatan kembali dari atom-atom yang terlibat reaksi sehingga membentuk susunan baru (proses yang membebaskan energi).

energi, ikatan


(41)

Tabel 2.2

Energi ikatan rata-rata dari beberapa ikatan (kJ/mol)

Menghitung H reaksi berdasarkan energi ikatan:

H = Energi ikatan yang diputuskan – Energi ikatan yang terbentuk

Contoh Soal:

Dengan menggunakan tabel energi ikatan, tentukan (ramalkan) energi yang dibebaskan pada pembakaran gas metana.

Jawab:

Reaksi pembakaran gas metana :

CH4(g) + 2O2(g) CO2(g) + 2H2O(g)

+ 2 O O ⎯⎯→ C + 2 O

C – H C – C C – O C – F C – Cl C – Br H – Br H – H H – O F – F Cl – Cl Br – Br

Ikatan Energi ikatan rata-rata

(kJ/mol) Ikatan

Energi ikatan rata-rata (kJ/mol) +413 +348 +358 +485 +431 +276 +366 +436 +463 +155 +242 +193

I – I C – I N – O N – H N – N C = C C = O O = O Na N Ca N Ca C

+151 +240 +201 +391 +163 +614 +799 +495 +491 +891 +839

O H O H


(42)

Pemutusan Ikatan: Pembentukan ikatan: 4 mol C – H = 1652 kJ 2 mol C = O = 1598 kJ 2 mol O = O = 990 kJ 4 mol O – H = 1852 kJ

+ +

= 2642 kJ = 3450 kJ

H = Energi ikatan yang diputuskan – Energi ikatan yang terbentuk = (2642 – 3450) kJ

= –808 kJ

H reaksi bertanda negatif, artinya ikatan dalam produk lebih kuat daripada ikatan dalam pereaksi.

Entalpi reaksi yang dihitung berdasarkan harga energi ikatan rata-rata sering berbeda dari entalpi reaksi yang dihitung berdasarkan harga entalpi pembentukan standar. Perbedaan ini terjadi karena energi ikatan yang terdapat dalam suatu tabel adalah energi ikatan rata-rata. Energi ikatan C – H dalam contoh di atas bukan ikatan C – H dalam CH4, melainkan energi ikatan rata-rata C – H.

CH4(g) CH3(g) + H(g) H = +424 kJ/mol CH3(g) CH2(g) + H(g) H = +480 kJ/mol CH2(g) CH(g) + H(g) H = +425 kJ/mol CH(g) C(g) + H(g) H = +335 kJ/mol

Jadi, energi ikatan rata-rata dari ikatan C – H adalah 416 kJ/mol. Sedangkan energi ikatan C – H yang dipakai di atas adalah +413 kJ/mol.

D. BAHAN BAKAR DAN PERUBAHAN ENTALPI

Reaksi pembakaran adalah reaksi suatu zat dengan oksigen. Biasanya reaksi semacam ini digunakan untuk menghasilkan energi. Bahan bakar adalah merupakan suatu senyawa yang bila dilakukan pembakaran terhadapnya dihasilkan kalor yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

Jenis bahan bakar yang banyak kita kenal adalah bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil berasal dari pelapukan sisa organisme, baik tumbuhan maupun hewan yang memerlukan waktu ribuan sampai jutaan tahun, contohnya minyak bumi dan batu bara. Namun selain bahan bakar fosil dewasa ini telah dikembangkan pula bahan bakar jenis lain, misalnya alkohol dan hidrogen. Hidrogen cair dengan oksigen cair bersama-sama telah digunakan pada pesawat ulang-alik sebagai bahan bakar roket pendorongnya.

bahan bakar


(43)

Tabel 2.3

Nilai kalor bakar beberapa bahan bakar

Nilai kalor dari bahan bakar umumnya dinyatakan dalam satuan kJ/gram, yang menyatakan berapa kJ kalor yang dapat dihasilkan dari pembakaran 1 gram bahan bakar tersebut. Contoh : nilai kalor bahan bakar bensin adalah 48 kJ/g, artinya setiap pembakaran sempurna 1 gram bensin akan dihasilkan kalor sebesar 48 kJ.

Pembakaran bahan bakar dalam mesin kendaraan atau dalam industri umumnya tidak terbakar sempurna. Pembakaran sempurna senyawa hidrokarbon (bahan bakar fosil) membentuk karbon dioksida dan uap air. Sedangkan pembakaran tidak sempurnanya menghasilkan karbon monoksida dan uap air.

Pembakaran tak sempurna mengurangi efisiensi bahan bakar, kalor yang dihasilkan akan lebih sedikit dibandingkan apabila zat itu terbakar sempurna. Kerugian lainnya adalah dihasilkannya gas karbon monoksida (CO) yang bersifat racun.

Nilai kalor bakar dapat digunakan untuk memperkirakan harga energi suatu bahan bakar.

Contoh soal:

Misalkan harga arang adalah Rp.500/kg, dan harga LPG Rp900/kg. Nilai kalor bakar arang 34 kJ/gram. Dari informasi tersebut dapat diketahui yang mana harga kalor yang lebih murah, yang berasal dari arang atau LPG.

Nilai kalor bakar arang = 34 kJ/gram, sehingga dengan uang Rp500,00 dapat diperoleh 1000 gram arang dan diperoleh kalor sebanyak

= 34 × 100 kJ = 34.000 kJ

Jadi, dari tiap rupiahnya mendapat kalor sebanyak : =

= 68 kJ/rupiah. Gas Alam (LNG) Batu bara (Antrasit) BatuBara (Bituminos) Minyak Mentah Bensin Arang Kayu Hidrogen

Jenis bahan bakar Komposisi (%)

C Nilai kalor (kJ/g) 70 82 77 85 85 100 50 0 23 1 5 12 15 0 6 100 0 2 7 0 0 0 44 0 H O 49 31 32 45 48 34 18 142


(44)

Nilai kalor bakar LPG = 40 kJ/gram, sehingga dengan uang Rp 900, diperoleh 1000 gram LPG dan kalor sebanyak

= 40 × 1000 kJ = 40.000 kJ

Jadi, tiap rupiahnya mendapat kalor sebanyak: = 44 kJ/rupiah.

Termokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang kalor reaksi, yaitu pengukuran kalor yang menyertai reaksi kimia. Untuk mempelajari perubahan kalor dari suatu proses perlu dikaji beberapa hal yang berhubungan dengan energi yang dimiliki oleh suatu zat, bagaimana energi tersebut berubah, bagaimana mengukur perubahan energi tersebut, dan bagaimana hubungan energi dengan struktur zat. Dalam termokima dikenal adanya sistem dan lingkungan. Berdasarkan arah perpindahan kalornya, reaksi yang terjadi pada termokimia terbagi menjadi dua yaitu reaksi eksoterm dan reaksi endoterm.

Persamaan Termokimia adalah persamaan yang menggambarkan suatu reaksi yang disertai informasi tentang perubahan entalpi (kalor). Perubahan entalpi reaksi yang diukur pada temperatur 25oC (298 K) dan tekanan 1 atm disepakati sebagai perubahan entalpi standar, dinyatakan dengan simbol Ho. Jenis perubahan entalpi berdasarkan kondisi perubahan kimia yang terjadi yaitu Perubahan Entalpi Pembentukan Standar ( Hfo= st andard enthalpy of formation),Perubahan Entalpi Penguraian Standar ( Hdo = standard enthalpy of decomposition), dan Perubahan Entalpi Pembakaran Standar ( Hco= standard enthalpy of combustion).

Henry Hess dari Jerman menyatakan, perubahan entalpi reaksi hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir sistem, tidak bergantung pada jalannya reaksi. Banyak reaksi dapat berlangsung menurut dua atau lebih tahapan. Kalor suatu reaski dapat juga ditentukan dari data pembentukan zat pereaksi dan produknya. Perubahan entalpi reaksi juga dapat dihitung dengan menggunakan data energi ikatan.

Sistem : segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian yang kita pelajari perubahan energinya Lingkungan : segala sesuatu di luar sistem

Ringkasan


(45)

Perubahan Entalpi Pembentukan

Standar ( Hfo) : perubahan entalpi pada pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya yang paling stabil, pada keadaan standar

Perubahan Entalpi Penguraian

Standar ( Hdo) : yaitu perubahan entalpi pada penguraian 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya, pada keadaan standar

Perubahan Entalpi Pembakaran

Standar ( Hco) : perubahan entalpi pada pembakaran sempurna 1 mol unsur atau senyawa pada keadaan standar. Pembakaran adalah reaksi suatu zat dengan oksigen

Kalorimeter : suatu alat untuk mengukur jumlah kalor yang diserap atau dibebaskan sistem

I. Pilihan Ganda

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

1. Pernyataan yang benar tentang reaksi eksoterm adalah …. A. entalpi awal lebih besar dari entalpi akhir dan H > 0 B. entalpi awal lebih kecil dari entalpi akhir dan H > 0 C. entalpi awal lebih besar dari entalpi akhir dan H < 0 D. entalpi awal lebih kecil dari entalpi akhir dan H < 0 E. entalpi awal sama dengan entalpi akhir dan H = 0

2. Di bawah ini manakah yang menunjukkan perpindahan energi dari lingkungan ke sistem....

A. D.

B. E.


(46)

C.

3. Diagram tingkat energi pembentukan gas CO2…. Diagram data di bawah, maka harga H2 adalah ….

A. H2= H3+ H1 D. H2= ( H1– H3) B. H2= ( H1+ H3) E. H2= H3– H1 C. H2= H1– H3

4. Pernyataan yang tepat tentang kalor pembentukan standar adalah ….

A. kalor yang dilepaskan atau diserap apabila 1 mol senyawa terurai menjadi unsur-unsurnya pada kondisi standar

B. kalor yang dilepaskan atau diserap pada pembakaran 1 mol senyawa dalam kondisi standar

C. kalor yang dilepaskan atau diserap apabila 1 mol senyawa dalam bentuknya yang paling stabil terurai menjadi unsur-unsurnya.

D. Kalor yang dilepaskan atau diserap apabila 1 mol senyawa dibentuk dari unsur-unsurnya pada kondisi standar

E. Kalor yang dilepaskan apabila 1 mol senyawa terurai menjadi unsur-unsurnya.

H1

H2

H3

C + O2

CO


(47)

A. +1086,39 kJ D. –921,69 kJ B. –1086,39 kJ E. –1004,04 kJ C. +92,169 kJ

6. Pada pembakaran 1 gram gas metana (CH4) dibebaskan 55,6 kJ. Persamaan termokomia yang menggambarkan reaksi pembakaran metana adalah .… A. CH4(g) + 2O2(g) CO2(g) + 2H2O(l) H = –55,6 kJ B. CH4(g) + 2O2(g) CO2(g) + 2H2O(l) H = +55,6 kJ C. CH4(g) + 2O2(g) CO2(g) + 2H2O(l) H = –889,6 kJ D. CH4(g) + 2O2(g) CO2(g) + 2H2O(l) H = +889,6 kJ E. CH4(g) 2C(s) + 2H2(g) H = –55,6 kJ 7. Reaksi berikut terjadi pada suhu dan tekanan tertentu:

H2(g) + O2(g) H2O(l) H = –286 kJ 2H2(g) + O2(g) 2H2O(l) H = –572 kJ H2(g) + O2(g) H2O(g) H = –242 kJ

Maka dapat disimpulkan bahwa perubahan entalpi tergantung pada .... A. suhu dan volum

B. tekanan dan suhu

C. jumlah zat dan kalor yang dibebaskan D. jumlah dan wujud zat

E. kalor yang dibebeskan

8. Diketahui data entalpi pembentukan standar berikut. C3H8(g) = –104 kJ/mol

CO2(g) = –394 kJ/mol H2O(l) = –286 kJ/mol Harga H reaksi:

C3H8(g) + 5O2(g) 3CO2(g) + 4H2O(l) adalah .…

A. –1034 kJ D. –2222 kJ B. –1121 kJ E. –2232 kJ C. –1134 kJ

9. Jika energi ikatan rata-rata dari .…

C = C : 146 kkal C – Cl : 79 kkal C – C : 83 kkal H – Cl : 103 kkal C – H : 99 kkal


(48)

Maka perubahan entalpi pada reaksi adisi etena dengan asam klorida menurut persamaan reaksi:

H2C = CH2 + HCl H3C – CH2 – Cl sebesar .... A. –510 kkal D. +12 kkal B. –72,8 kkal E. +510 kkal C. –12 kkal

10. Entalpi pembentukan gas etana dinyatakan dengan persamaan reaksi: A. 2C(s) + 6H (g) C2H6(g) H = –84 kJ

B. 2C(s) + 3H2 (g) C2H6(g) H = –84 kJ C. C2(s) + 3H2 (g) C2H6(g) H = +84 kJ D. C2(s) + 6H (g) C2H6(g) H = –84 kJ E. C2H4(s) + H2 (g) C2H6(g) H = –84 kJ 11. Diketahui energi ikatan:

C = C : 612 kJ/mol C – Cl : 338 kJ/mol C – H : 412 kJ/mol H – Cl : 432 kJ/mol C – C : 348 kJ/mol

Harga perubahan entalpi untuk reaksi:

− − −

H H H

| | |

C C C H

| |

H H

+ H – Cl ⎯⎯→

− − −

H H H

| | |

C C C H

| | |

H Cl H adalah .…

A. –294 kJ D. +284 kJ B. –54 kJ E. +294 kJ C. +54 kJ

12. Reaksi C3H8(g) + 5O2(g) → 3CO

2(g) + 4H2O(l)

H = X kkal, maka X dapat disebut sebagai …. a. kalor pembentukan CO2

b. pembentukan H2O


(49)

Kalor yang diperlukan untuk menguapkan 4,5 gram air (ArO = 16) .… A. 88 kJ D. 11 kJ

B. 44kJ E. 8,8 kJ C. 22

14. Jika diketahui H2(g) + Br2(g) 2HBr(g) H = –72 kJ, maka untuk dapat menguraikan 11,2 dm3 (pada STP) gas HBr menjadi H2 dan Br2, diperlukan kalor sebanyak ….

A. 9 kJ D. –72 kJ B. 18 kJ E. –82,3 kJ C. 36 kJ

15. Dalam suatu reaksi kimia dibebaskan 8,4 kJ energi. Jika kalor ini digunakan untuk memanaskan 100 cm3air, maka kenaikan suhunya ialah …. (kalor jenis air = 4,2 Jg–1 oC–1)

A. 4,2oC D. 20oC B. 8,4oC E. 0oC C. 16,8oC

16. Diketahui kurva reaksi sebagai berikut:

Berdasarkan kurva tersebut, harga H3 adalah ….

A. H1 + H2– H4 D. H1 – H2– H4 B. H2 + H4– H1 E. H1 + H4– H2 C. H1 – H2+ H4

17. Gas asetilen dapat dibuat menurut reaksi, CaC2(s) + 2H2O(l) Ca(OH)2(aq) + C2H2(g)

Entalpi pembakaran gas ini adalah -320 kkal/mol. Jika dalam suatu proses digunakan 160 gram kalsium karbida dan dengan asumsi bahwa hanya 60% CaC2 yang bereaksi, maka pada pembakaran asetilena yang terbentuk, akan dihasilkan kalor sebanyak .… (C = 12; Ca= 40)

A. 960 kkal D. 480 kkal B. 800 kkal E. 320 kkal C. 640 kkal

H1

H2

H3

Mg

H4

MgO

Mg(OH)2


(50)

18. Sebanyak 100 cm3 NaOH 1 M direaksikan dengan 100 cm3 larutan HCl 1M dalam bejana. Tercatat suhu naik dari 29oC menjadi 37,5oC. Jika larutan dianggap sama dengan air, kalor jenis air = 4,2 J g–1 K–1, massa jenis air = 1 gcm3 maka perubahan entalpi reaksi netralisasi adalah ….

A. + 82,3 kJ/mol D. –54,6 kJ/mol B. +71,4 kJ/mol E. –45,9 kJ/mol C. –71,4 kJ/mol

19. Reaksi Fe2O3 + 2Al Al2O3 + 2Fe + 183 kkal Pada persamaan reaksi di atas 183 kkal sama dengan .... a. kalor reaksi antara Fe2O3 dan Al

b. kalor pembentukan Al2O3 c. kalor penguraian Fe2O3 d. kalor pembakaran Al e. kalor pembentukan 2 Fe

20. Diketahui H pembakaran dari berbagai bahan baker: Etana(C2H6) = –1821,50 kJ/mol

Propana (C3H8) = –2217,30 kJ/mol Hidrogen (H2) = –242,00 kJ/mol Karbon disulfida (CS2) = –1075,40 kJ/mol Etanol (C2H5OH) = –1364,00 kJ/mol

Untuk setiap 2 gram bahan bakar di atas , yang menghasilkan kalor paling besar ….

A. Etana D. karbon disulfida B. Propana E. etanol

C. hidrogen

II. Uraian

1. Diketahui data sebagai berikut :

2H2 + O2 2H2O H = –5 kJ 2Ca + O2 2CaO H = –12 kJ CaO + H2O Ca(OH)2 H = –6 kJ Tentukan DH dari reaksi pembentukan Ca(OH)2! 2. Berapakah kalor reduksi reaksi reduksi dari:


(51)

Tentukan energi disosiasi C – H pada reaksi tersebut! Jika diketahui: C – Cl = 78,0 kkal

Cl – Cl = 58,0 kkal H – Cl = 103,2 kkal 4. Diketahui entalpi pembentukan:

CO2(g) = –393,5 KJ/mol; H2O(g) = –242 KJ/mol dan C3H8(g) = –104 KJ/mol. Tentukan entalpi pembakaran propana membentuk gas CO2(g) dan air!

5. Jika diketahui energi ikatan rata-rata C = C, H – H, C – C, C – H berturut-turut 145 Kkal/mol, 104 Kkal/mol, 83 Kkal/mol, 99 Kkal/mol. Tentukan perubahan entalpi dari reaksi berikut:


(52)

LAJ U REAK SI

LAJ U REAK SI

LAJ U REAK SI

LAJ U REAK SI

LAJ U REAK SI

3

3

3

3

3

Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: • Menghitung konsentrasi larutan (molaritas larutan).

• Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, luas permukaan , suhu, dan katalis) melalui percobaan.

• Menafsirkan grafik dari data percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

• Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan bidang sentuh, dan suhu terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan.

• Membedakan diagram energi potensial dari reaksi kimia yang menggunakan katalisator dan yang tidak menggunakan katalisator.

• Menjelaskan pengertian, peranan katalisator dan energi pengaktifan dengan menggunakan diagram.

• Menentukan orde dan waktu reaksi.


(53)

A. KONSEP LAJU REAKSI

1. Pengertian laju reaksi

Reaksi kimia berlangsung dengan kecepatan yang berbeda-beda. Meledaknya petasan, adalah contoh reaksi yang berlangsung dalam waktu singkat. Proses perkaratan besi, pematangan buah di pohon, dan fosilisasi sisa organisme merupakan peristiwa-peristiwa kimia yang berlangsung sangat lambat.

Reaksi kimia selalu berkaitan dengan perubahan dari suatu pereaksi (reaktan) menjadi hasil reaksi (produk).

Pereaksi (reaktan) → Hasil reaksi (produk)

Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai berkurangnya jumlah (konsentrasi) pereaksi per satuan waktu atau bertambahnya jumlah (konsentrasi) hasil reaksi per satuan waktu.

Gambar 3.1

Grafik hubungan perubahan konsentrasi terhadap waktu

Berdasarkan grafik diatas, maka: Laju reaksi = – = +

Δ

Δ [Produk]

t

= v pereaksi = v produk Di mana:

[Pereaksi] = konsentrasi pereaksi (mol/Liter) [Produk] = konsentrasi produk (mol/Liter)

Δt = perubahan waktu (detik)

v = laju reaksi (M/detik)

(Tanda negatif menunjukkan bahwa konsentrasi pereaksi berkurang, sedangkan tanda positif menunjukkan bahwa konsentrasi produk bertambah)

konsep, laju reaksi,

Kata Kunci

Konsentrasi

Produk

Pereaksi


(54)

2. Molaritas larutan (M) dan penggunaannya

Reaksi zat dalam bentuk larutan sering dipengaruhi oleh perbandingan komponen penyusun larutan. Larutan biasanya disebut encer, bila mengandung sedikit zat terlarut. Encer pekatnya larutan disebut konsentrasi.

Satuan laju reaksi umumnya dinyatakan dengan mol/liter.detik. Molaritas (mol/ liter) adalah ukuran yang menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam satu liter larutannya.

Molaritas (M) =

t terlarut larutan

Atau:

Molaritas (M) =

at t

×

Contoh soal:

Berapa molaritas larutan yang dibuat dengan cara melarutkan 49 gram H2SO4 (Mr = 98) dalam air sampai volume 200 mL?

Jawab:

Molaritas (M) =

2 4

4 H SO

SO

× 1000

vol

= × = 2,5 mol/ Liter (M)

Adakalanya, larutan yang tersedia di laboratorium adalah larutan-larutan yang konsentrasinya sangat tinggi (larutan pekat), sehingga bila kita memerlukan larutan dengan konsentrasi rendah maka kita perlu mengencerkannya terlebih dahulu.

Pengenceran adalah penambahan zat pelarut ke dalam suatu larutan yang pekat untuk mendapatkan larutan baru yang konsentrasinya lebih rendah. Jumlah mol sebelum pengenceran harus sama dengan jumlah mol setelah pengenceran, sehingga:

n1 = n2

M1 V1= M2 V2 Dimana:


(55)

B. PERSAMAAN LAJU REAKSI

persamaan, laju reaksi, orde

Kata Kunci

Hubungan kuantitatif antara perubahan konsentrasi dengan laju reaksi dinyatakan dengan Persamaan Laju Reaksi atau

Hukum Laju Reaksi. Untuk reaksi: pA + qB rC

maka bentuk umum persamaan lajunya adalah: v = k [A]m [B]n

dimana:

v = laju reaksi (mol/ Liter. s) k = tetapan laju reaksi

m = orde/tingkat reaksi terhadap A n = orde/tingkat reaksi terhadap B [A] = konsentrasi awal A (mol/ Liter) [B] = konsentrasi awal B (mol/ Liter)

Tingkat reaksi (orde reaksi) tidak sama dengan koefisien reaksi. Orde reaksi hanya dapat ditentukan melalui percobaan. Tingkat reaksi total adalah jumlah tingkat reaksi untuk setiap pereaksi.

Orde reaksi total = m + n

Orde reaksi menunjukkan hubungan antara perubahan konsentrasi pereaksi dengan perubahan laju reaksi. Hubungan antara kedua besaran ini dapat dinyatakan dengan

grafik orde reaksi.

• Pada reaksi orde nol, laju reaksi tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi.

• Pada reaksi orde satu, laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi. Jika konsentrasi dinaikkan dua kali, maka laju reaksinya pun akan dua kali lebih cepat dari semula, dst.

[pereaksi]


(56)

• Pada reaksi orde dua, kenaikan laju reaski akan sebanding dengan kenaikan konsentrasi pereaksi pangkat dua. Bila konsentrasi pereaksi dinaikkan dua kali, maka laju reaksinya akan naik menjadi empat kali lipat dari semula.

Dengan demikian, jika konsentrasi suatu zat dinaikkan a kali, maka laju reaksinya menjadi b kali; sehingga orde reaksi terhadap zat tersebut adalah :

ax = b dimana x = orde reaksi

Persamaan laju reaksi dapat ditentukan melalui eksperimen, yaitu dengan mengukur konsentrasi salah satu produk pada selang waktu tertentu selama reaksi berlangsung. Tabel di bawah ini menunjukkan hasil percobaan penentuan laju reaksi antara gas hidrogen dengan nitrogen monoksida yang dilakukan pada suhu 800oC, menurut persamaan reaksi:

2H2 (g) + 2NO (g) 2H2O (g) + N2 (g)

v = k [pereaksi]1

[pereaksi] v

v v = k [pereaksi]2

[pereaksi]

1

Percobaan

ke-[NO] awal (mol/dm3)

[H2] awal (mol/dm3)

Laju awal pembentukan N2 (mol/dm3)


(57)

Dengan membandingkan percobaan (4) dan (5), nampak bahwa jika konsentrasi NO dinaikkan dua kali maka laju reaksi menjadi 4 kali lebih cepat; sedangkan dari percobaan (4) dan (6), jika konsentrasi NO dinaikkan 3 kali, maka laju reaksinya menjadi 9 kali lebih cepat.

v k [NO]2 = = = m = 2

Dari percobaan (1) dan (2) terlihat bahwa jika konsentrasi gas H2 dinaikkan 2 kali maka laju reaksinya menjadi 2 kali lebih cepat, dan jika konsesntrasi H2 dinaikkan 3 kali maka laju reaksinya menjadi 3 kali semula.

v k [H2] = = = n = 1

Dengan demikian, persamaan laju reaksinya menjadi: v = k [NO]2[H2]

Untuk menetukan harga k, misalnya diambil data dari percobaan (2) : v = k [NO]2[H2]

0,0060 mol/ dm3.s = k (0,006 mol/ dm3)2(0,002 mol/ dm3) k =


(58)

Contoh soal:

Pada suhu 273oC, gas brom dapat bereaksi dengan gas nitrogen monoksida menurut persamaan reaksi:

2NO2(g) + Br2(g) 2NOBr(g)

Dari reaksi tersebut diperoleh data sebagai berikut:

Tentukan tingkat reaksi (orde) dari reaksi tersebut!

Pembahasan:

Persamaan laju reaksi untuk reaksi di atas: v = k [NO2]m[Br2]n

Untuk menentukan orde reaksi terhadap NO2, kita ambil yang konsentrasi Br2 nya sama (tetap)

= = = m = 2

Untuk menentukan orde reaksi terhadap Br2, kita ambil yang konsentrasi NO2 nya sama (tetap)

=

n n

1 2 3 4 5

Perc. No [NO2] [Br2] Kecepatan reaksi

0,1 0,1 0,1 0,2 0,3

0,05 0,1 0,2 0,05 0,05

6 12 24 24 54


(59)

Jadi persamaan laju reaksinya dapat diketahui: v = k [NO2]2[Br2]

Orde reaksi = m + n = 2 + 1 = 3

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

1. Konsentrasi

faktor, konsentrasi, luas permukaan sentuh, temperatur, katalisator

Kata Kunci

Larutan dengan konsentrasi yang besar (pekat) mengandung partikel yang lebih rapat, jika dibandingkan dengan larutan encer. Semakin tinggi konsentrasi berarti semakin banyak molekul-molekul dalam setiap satuan

luas ruangan, akibatnya tumbukan antar molekul makin sering terjadi dan reaksi berlangsung semakin cepat.

Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, makin besar laju reaksinya

2. Luas permukaan sentuh

Suatu zat akan bereaksi apabila bercampur dan bertumbukan. Pada pencampuran reaktan yang terdiri dari dua fasa atau lebih, tumbukan berlangsung pada bagian permukaan zat. Padatan berbentuk serbuk halus memiliki luas permukaan bidang sentuh yang lebih besar daripada padatan berbentuk lempeng atau butiran. Semakin luas permukaan partikel, maka frekuensi tumbukan kemungkinan akan semakin tinggi sehingga reaksi dapat berlangsung lebih cepat.

Laju reaksi berbanding lurus dengan luas permukaan reaktan

3. Temperatur

Setiap partikel selalu bergerak. Dengan naiknya suhu, energi gerak (kinetik) partikel ikut meningkat sehingga makin banyak partikel yang memiliki energi kinetik di atas harga energi aktivasi (Ea).

Kenaikan suhu akan memperbesar laju reaksi

Harga tetapan laju reaksi (k) akan berubah jika suhunya berubah. Berdasarkan hasil percobaan, laju reaksi akan menjadi 2 kali lebih besar untuk setiap kenaikan suhu 10oC.

=

o = laju reaksi awal

= laju reaksi setelah suhu dinaikkan t = kenaikan suhu ( t2 – t1 )


(60)

Contoh soal:

Setiap kenaikan suhu 20oC, laju reaksi menjadi 3 kali lebih cepat dari semula. Jika pada suhu 20oC laju reaksi berlangsung 9 menit, maka tentukan laju reaksi pada suhu 80oC!

Pembahasan:

T1 = 20o T2 = 80o T = 9 menit

= . vt2

= . vt2

= 33. = 27 . = 27 .

= t2 = = menit

4. Katalisator

Katalis adalah zat yang dapat memperbesar laju reaksi, tetapi tidak mengalami perubahan kimia secara permanen, sehingga pada akhir reaksi zat tersebut dapat diperoleh kembali. Katalis mempercepat reaksi dengan cara menurunkan harga energi aktivasi (Ea). Katalisis adalah peristiwa peningkatan laju reaksi sebagai akibat penambahan suatu katalis. Meskipun katalis menurunkan energi aktivasi reaksi, tetapi ia tidak mempengaruhi perbedaan energi antara produk dan pereaksi. Dengan kata lain,penggunaan katalis tidak akan mengubah entalpi reaksi.

Ea tanpa katalis

Ea dengan adanya katalis


(61)

Berdasarkan wujudnya, katalis dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu katalis homogen dan katalis heterogen.

a. Katalis homogen

Katalis homogen adalah katalis yang berada dalam fasa yang sama dengan molekul pereaksi. Banyak contoh dari katalis jenis ini baik dalam fasa gas maupun dalam fasa cair atau larutan.

Contoh:

• Katalis dan pereaksi berwujud cair 2H2O2 (aq) H2O (l) +O2 (g) • Katalis dan pereaksi berwujud gas

2SO2 (g) + O2 (g) ⎯⎯ ⎯⎯NO (g)→ 2SO

3(g)

b. Katalis heterogen

Katalis heterogen berada dalam fasa yang berbeda dengan pereaksi; biasanya ada dalam bentuk padatan. Katalis heterogen biasanya melibatkan pereaksi fasa gas yang terserap pada permukaan katalis padat.

Terdapat dua jenis proses penyerapan gas pada permukaan padat, yaitu adsorpsi

(penyerapan zat pada permukaan benda) dan absorpsi(penyerapan zat ke seluruh bagian benda).

Contoh:

Katalis berwujud padat, sedangkan pereaksi berwujud gas. • 2SO2 (g) + O2 ⎯⎯⎯⎯v O2 5( 8 )→ 2SO

3 (g)

• C2H4 (g) + H2 (g) ⎯⎯⎯Ni( 8 )→ C

2H6 (g)

c. Autokatalis

Autokatalis adalah zat hasil reaksi yang dapat berperan sebagai katalis.

Contoh:

MnSO4 yang dihasilkan dari reaksi kalium permanganat dengan asam oksalat dalam suasana asam merupakan autokatalis reaksi tersebut.

2 KMnO4(aq) + 5 H2C2O(aq) + 3 H2SO4(aq) → 2 MnSO

4(aq) + K2SO4 (aq)

+ 8H2O(l) + 10 CO2(g)

Disamping itu, ada beberapa zat yang dapat memperlambat suatu reaksi. Zat tersebut dinamakan antikatalis, karena sifatnya berlawanan dengan katalis.

Inhibitor


(62)

Contoh:

SnCl2 bersifat inhibitor pada reaksi : H2SO3 + udara H2SO4

Racun katalis

Racun katalis adalah zat yang dalam jumlah sedikit dapat menghambat kerja katalis.

Contoh:

CO2,CS2, atau H2S merupakan racun katalis pada reaksi : 2H2 (g) + O2 (g) 2H2O (l)

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Tujuan

Menyelidiki pengaruh luas permukaan, suhu, konsentrasi, dan katalisator terhadap laju reaksi.

Alat dan Bahan

Tabung reaksi - 5 Gelas kimia 250 mL 5 Sumbat tabung - 5 Alat pengukur waktu - 1 Termometer 100oC 1 Pipet tetes - 5 Lampu spiritus - 1 Kaki tiga - 1 Pualam Keping dan serbuk 5 gram Larutan asam klorida 1 M, 2 M, dan 3 M 10 mL

KEGIATAN 3.1


(1)

2. Kc = 1

3. -80 kJ

4. Kp = ¼ Kc

5. 956,40 kkal

BAB 5

I. Pilihan Ganda

1. D 6. E 11. A 16. E

2. B 7. A 12. D 17. A

3. C 8. C 13. C 18. C

4. E 9. E 14. E 19. A

5. A 10. E 15. B 20. A

II. Uraian

1. Menurut Arrhenius, Asamadalah suatu zat yang bila dilarutkan ke dalam air akan menghasilkan ion hidrogen (H+).Basa adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan ke dalam air akan menghasilkan ion OH-.

Menurut Johannes N. Bronsted-Lowry,Asamadalah spesi donator (pemberi)

proton dan basa adalah spesI akseptor (penerima) proton.

Model asam-basa menurut Bronsted-Lowry lebih luas cakupannya dibandingkan model dari Arrhenius. Jadi, menurut Bronsted-Lowry :

1. Basa adalah spesi akseptor (penerima) proton, 2. Asam adalah spesi donatur (pemberi) proton, 3. Reaksi asam-basa tidak terbatas pada lrutan air,

4. Beberapa spesi dapat bereaksi sebagai asam atau basa bergantung pada

pereaksi lain. 2. [H+] = 10-3 M

3. 1,34 %

4. [OH-] = 2,12 x 10-3 M

5. 50 cm3

BAB 6

I. Pilihan Ganda

1. D 11. C 21. D 31. B

2. A 12. A 22. E 32. C

3. C 13. D 23. E 33. D

4. E 14. D 24. A 34. B

5. B 15. E 25. C 35. D

6. E 16. C 26. C 36. C

7. E 17. A 27. E 37. A

8. D 18. E 28. E 38. B

9. C 19. E 29. C 39. E


(2)

191

II. Uraian

1. pH larutan = 6 2. pH larutan = 5,3

3. a. asam

b. netral c. netral d. basa e. asam

4. 9

5. 4,8

6. 8,81

7. a. 11,13

b. 0,7 c. 5,21

8. a. Konsentrasi ion mangan pada keadaan jenuh = 2,2 x 10-5mol/ Liter b. pH larutan jenuh Ksp Mn(OH)2= 9 + log 4,4 = 9,33

9. Konsentrasi ion Ag+ dalam campuran = 0,1 mol/ Liter 10. Kelarutan AgI dalam larutan NaI = 8,0 x 10-16mol/ L

Kelarutan AgI dalam air murni = 9,0 x 10-9mol/ L 11. Ksp Ca(OH)2 = 5,0 x 10-10

12. Endapan akan terbentuk pada pH sekitar 8,88 ~ 9

BAB 7

I. Pilihan Ganda

1. C 6. C 11. B 16. A

2. C 7. B 12. A 17. E

3. A 8. C 13. E 18. C

4. D 9. A 14. D 19. E

5. A 10. E 15. E 20. E

II. Uraian

1 Arti dari istilah:

a. efek Tyndall : Terhamburnya cahaya oleh partikel koloid.

b. gerak Brown : Gerak zig-zag partikel koloid yang disebabkan adanya

tumbukkan tidak seimbang dari molekul-molekul pendispersi terhadap partikel terdispersi.

c. adsorpsi : Penyerapan ion atau muatan listrik pada permukaan partikel

koloid

d. elektroforesis : Peristiwa bergeraknya partikel koloid dalam medan listrik


(3)

2. Contoh-contoh dari :

a. Sol padat : Tanah, kaca warna, permata, perunggu, kuningan,

b. Sol : cat, tinta, kanji dalam air

c. Aerosol Cair : kabut, awan, pengeras rambut (hairspray), obat semprot

d. Aerosol Padat : asap, debu, buangan knalpot.

3. Kemampuan detergen menarik lemak dan minyak disebabkan pada molekul

detergen terdapat ujung-ujung liofil yang larut dalam air dan ujung liofob yang dapat menarik lemak dan minyak. Akibat adanya tarik-menarik tersebut, tegangan permukaan lemak dan minyak dengan kain menjadi turun dehingga lebih kuat tertarik oleh molekul-molekul air yang mengikat kuat detergen.

Ulangan Umum Semester 2 I. Pilihan Ganda

1. C 11. E 21. A 31. B 41. C

2. B 12. A 22. C 32. E 42. C

3. E 13. E 23. E 33. E 43. C

4. D 14. D 24. D 34. D 44. C

5. E 15. C 25. B 35. A 45. D

6. D 16. C 26. B 36. E 46. E

7. C 17. C 27. A 37. B 47. E

8. B 18. E 28. C 38. E 48. D

9. D 19. B 29. B 39. E 49. B

10. D 20. D 30. C 40. D 50. E

II. Uraian

1. 4 x 10-4

2. 11

3. 6

4. 4,8


(4)

193

Catatan:

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...


(5)

Catatan:

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...


(6)