Tingkat pemahaman perkembangan seksualitas (studi deskriptif pada siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen tahun ajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap topik-topik bimbingan pribadi-sosial).

(1)

(Studi Deskriptif Pada Siswa-siswi Kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial)

Ariska Pinem Universitas Sanata Dharma

2015

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa baik tingkat pemahaman perkembangan seksualitas pada siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016 dan mengidentifikasi butir-butir item pemahaman perkembangan seksualitas yang rendah untuk diusulkan sebagai topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 56 siswa. Instrumen pengumpulan data menggunakan angket pernyataan pemahaman perkembangan seksualitas yang terdiri dari 44 item pernyataan yang dikembangkan berdasarkan penyusunan skala Guttman. Nilai koefisien reliabilitas setelah

analisis data diperoleh sebesar 0,806. Teknik analisis data yang digunakan adalah berdasarkan kategorisasi yang terdiri dari tiga kategori yaitu baik, cukup baik, tidak baik (rendah).

Hasil penelitian yang diperoleh adalah, (1) Tingkat pemahaman perkembangan seksualitas siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016 yang termasuk kategori baik berjumlah 47 subjek (75,68%), yang termasuk kategori cukup baik berjumlah 9 subjek (24,32%), dan yang termasuk kategori tidak baik (rendah) berjumlah tidak ada subjek (0%). (2) Berdasarkan analisis butir-butir item pemahaman perkembangan seksualitas pada siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016, terdapat 1 butir item pada item nomor 18 yang teridentifikasi tidak baik (rendah), sehingga dapat diusulkan sebagai topik bimbingan pribadi-sosial dengan judul topik bimbingan “Aku dan Tubuh Ku”.


(2)

(descriptive study on fifth grade students of Virgo Maria 2 Elementary School Bawen School Year 2015/2016 and the implementation on personal-social guidance topics)

Ariska Pinem Sanata Dharma University

2015

This research aims to know how good the comprehension level of sexuality development on fifth grade students of Virgo Maria 2 Bawen Elementary School school year 2015/2016 and identify comprehension of sexuality development which is low in order to be suggested as personal-social guidance topics.

This research uses quantitative descriptive research. The subject is 56 students on fifth grade of Virgo Maria 2 Bawen Elementary School school year 2015/2016. The instrument on collecting data uses questionnaire on comprehension of sexuality development which consists of 44 statement items. Those statements are developed based on Guttman scale arrangement. The result of reliability coefficient after analyzing the data is 0,806. Analyzing data method is based on three categories which are good (baik), fair (cukup baik), poor (tidak baik).

The research results are (1) comprehension level of sexuality development on fifth grade students of Virgo Maria 2 Bawen school year 2015/206 which categorized as good (baik) are 47 subjects (75, 68%), 9 subjects (24,32%) are categorized as fair (cukup baik), and none of them (0%) is categorized as poor (tidak baik). (2) Based on the analysis of sexuality development comprehension items on fifth grade students in Virgo Maria 2 Bawen school year 2015/2016, there is one item which is in the 18th item. It means that it is identified as poor (tidak baik), so that it can be suggested as a personal-social guidance topic entitled “Aku dan Tubuh Ku”.


(3)

TINGKAT PEMAHAMAN PERKEMBANGAN SEKSUALITAS (Studi Deskriptif Pada Siswa-siswi Kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun

Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Ariska Pinem 111114055

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015


(4)

i

TINGKAT PEMAHAMAN PERKEMBANGAN SEKSUALITAS (Studi Deskriptif Pada Siswa-siswi Kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun

Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Ariska Pinem 111114055

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015


(5)

(6)

(7)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah,

dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.

Yohanes 14:1-2

Skripsi ini saya persembahkan kepada: Tuhan Yesus Kristus

Kedua orang tua saya, Bapak Ramban Pinem dan Mamak Nurmina Tarigan Saudara-saudara saya

Program Studi Bimbingan dan Konseling USD Sahabat-sahabat saya


(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya nyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 Juli 2015


(9)

vi

LEMBAR PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Ariska Pinem NIM : 111114055

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

TINGKAT PEMAHAMAN PERKEMBANGAN SEKSUALITAS

(Studi Deskriptif Pada Siswa-siswi Kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial)

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet maupun media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 7 Agustus 2015 Yang menyatakan


(10)

vii ABSTRAK

TINGKAT PEMAHAMAN PERKEMBANGAN SEKSUALITAS (Studi Deskriptif Pada Siswa-siswi Kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun

Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial)

Ariska Pinem Universitas Sanata Dharma

2015

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa baik tingkat pemahaman perkembangan seksualitas pada siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016 dan mengidentifikasi butir-butir item pemahaman perkembangan seksualitas yang rendah untuk diusulkan sebagai topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 56 siswa. Instrumen pengumpulan data menggunakan angket pernyataan pemahaman perkembangan seksualitas yang terdiri dari 44 item pernyataan yang dikembangkan berdasarkan penyusunan skala Guttman. Nilai koefisien reliabilitas setelah analisis data diperoleh sebesar 0,806. Teknik analisis data yang digunakan adalah berdasarkan kategorisasi yang terdiri dari tiga kategori yaitu baik, cukup baik, tidak baik (rendah).

Hasil penelitian yang diperoleh adalah, (1) Tingkat pemahaman perkembangan seksualitas siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016 yang termasuk kategori baik berjumlah 47 subjek (75,68%), yang termasuk kategori cukup baik berjumlah 9 subjek (24,32%), dan yang termasuk kategori tidak baik (rendah) berjumlah tidak ada subjek (0%). (2) Berdasarkan analisis butir-butir item pemahaman perkembangan seksualitas pada siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016, terdapat 1 butir item pada item nomor 18 yang teridentifikasi tidak baik (rendah), sehingga dapat diusulkan sebagai topik bimbingan pribadi-sosial dengan judul topik


(11)

viii ABSTRACT

COMPREHENSION LEVEL OF SEXUALITY DEVELOPMENT (descriptive study on fifth grade students of Virgo Maria 2 Elementary School Bawen School Year 2015/2016 and the implementation on

personal-social guidance topics) Ariska Pinem Sanata Dharma University

2015

This research aims to know how good the comprehension level of sexuality development on fifth grade students of Virgo Maria 2 Bawen Elementary School school year 2015/2016 and identify comprehension of sexuality development which is low in order to be suggested as personal-social guidance topics.

This research uses quantitative descriptive research. The subject is 56 students on fifth grade of Virgo Maria 2 Bawen Elementary School school year 2015/2016. The instrument on collecting data uses questionnaire on comprehension of sexuality development which consists of 44 statement items. Those statements are developed based on Guttman scale arrangement. The result of reliability coefficient after analyzing the data is 0,806. Analyzing data method is based on three categories which are good (baik), fair (cukup baik), poor (tidak baik).

The research results are (1) comprehension level of sexuality development on fifth grade students of Virgo Maria 2 Bawen school year 2015/206 which categorized as good (baik) are 47 subjects (75, 68%), 9 subjects (24,32%) are categorized as fair (cukup baik), and none of them (0%) is categorized as poor (tidak baik). (2) Based on the analysis of sexuality development comprehension items on fifth grade students in Virgo Maria 2 Bawen school year 2015/2016, there is one item which is in the 18th item. It means that it is identified as poor (tidak baik), so that it can be suggested as a personal-social guidance topic entitled


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas pertolonganNya, hikmatNya, serta penyertaanNya dalam persiapan pelaksanaan serta penyelesaian skripsi ini.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si. sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

2. Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A sebagai dosen pembimbing yang begitu sabar dan tulus dalam memberikan waktu, motivasi, masukan, arahan serta ide-ide maupun gagasan kepada penulis dalam proses penulisan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling, yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang berguna bagi penulis.

4. Sr. Floren selaku kepala sekolah SD Virgo Maria 2 Bawen yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian.

5. Ibu Wati selaku wali kelas V SD Virgo Maria Bawen yang telah begitu ramah untuk peneliti melakukan penelitian.

6. Kedua orang tua dan saudara (Salsalina Pinem, Srikarina Pinem, Devariani Pinem, Edhi Putra Pinem, atas dukungan baik materi maupun cinta kasih yang diberikan).

7. Sahabat dan teman-teman BK 2011 (Nurul, Ating, Reta, Linggar, Resa, Nita, Tari, Fika, Desta, Metta, Cicil, Sulis, Frida, Sr. Laura, Sr. Kiki, Sr. Vero, Lilis, Adven, Aji, Andri, Ridam, Bayu, Rino, Yosua, Piter, Irma, Noel atas motivasi yang diberikan kepada penulis dalam proses penulisan skripsi.


(13)

x

8. Mas Moko sebagai karyawan di prodi BK yang membantu untuk mengurus segala keperluan surat-surat selama proses pembuatan skripsi. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dan memberikan dukungan dalam proses penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu masukan, saran, dan kritik terhadap karya ini sangat diperlukan. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 24 Juli 2015


(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Definisi Oprasional Variabel ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Hakikat Pemahaman Perkembangan Seksualitas ... 10

1. Pengertian Seksualitas ... 10

2. Pemahaman Perkembangan Seksualitas ... 12

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Perkembangan Seksualitas ... 14


(15)

xii

5. Karakteristik Perkembangan Fisik Anak SD (Sekolah Dasar) ... 17

B. Hakikat Perkembangan Siswa SD (Sekolah Dasar) ... 21

1. Tugas Perkembangan SD (Sekolah Dasar) ... 21

2. Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial... 22

BAB III METODE PENELITIAN... 25

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

C. Subjek Penelitian ... 25

D. Variabel Penelitian ... 26

E. Teknik Pengumpulan Data ... 26

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 26

G. Validitas dan Reliabilitas ... 30

1. Validitas ... 30

2. Reliabilitas ... 31

H. Metode Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Hasil Penelitian ... 33

B. Pembahasan ... 37

C. Usulan Topik-topik Bimbingan Berdasarkan Item-item Angket yang Teridentifikasi Rendah ... 40

BAB V PENUTUP ... 42

A. Kesimpulan ... 42

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 44


(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Siswa-siswi Kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen ... 26

Tabel 2. Norma Skoring Inventori Pemahaman Perkembangan Seksualitas ... 27

Tabel 3. Blue-Print Skala Pemahaman Perkembangan Seksualitas ... 29

Tabel 4. Kisi-kisi Angket Pemahaman Perkembangan Seksualitas ... 29

Tabel 5. Pembagian Item Skala Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak Sebelum Analisis Item ... 30

Tabel 6. Pembagian Item Skala Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak Setelah Analisis Item ... 31

Tabel 7. Kategorisasi Data Penelitian Tingkat Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak ... 33

Tabel 8. Frekuensi Kategori Subjek Tingkat Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak ... 34

Tabel 9. Frekuensi Kategori Item Tingkat Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak ... 35

Tabel 10. Item Pernyataan Pemahaman Perkembangan Seksualitas yang Tergolong Rendah ... 36


(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Frekuensi Subjek Kategori Tingkat Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak ... 34 Gambar 2. Bagan Frekuensi Item Kategori Tingkat Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak ... 35


(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi Angket Pemahaman Perkembangan Seksualitas ...47

Lampiran 2. Angket Pemahaman Perkembangan Seksualitas ...51

Lampiran 3. Hasil Penelitian ...56

Lampiran 4. Uji Validitas ...66


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mepaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variable penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Kasus pelecehan seksual di kalangan anak-anak SD (Sekolah Dasar) di Indonesia banyak terungkap. Pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur lebih sering kita dengar dan baca dari berbagai sumber baik melalui media elektronik (televisi, radio, internet) maupun dari media tulis (majalah dan koran). Oleh sebab itu, orang tua dan guru lebih membekali anak dengan bimbingan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Anak membutuhkan informasi yang jelas untuk bisa memahami perkembangan seksualitasnya dengan baik. Anak yang berada pada tahap usia anak-anak akhir penting untuk mengenali perubahan-perubahan yang muncul ketika akan mengalami perkembangan tersebut.

Komisi Nasional Perlindungan Anak (2014) mencatat sebanyak 342 kasus kekerasan pada anak terjadi di Jakarta selama Januari-April 2014. Sebanyak 52 persen atau sekitar 175 kasus merupakan kejahatan seksual, sedangkan sepanjang tahun 2013 tercatat ada 666 kasus kekerasan anak terjadi di Jakarta, dengan 68 persen merupakan kekerasan seksual. Sumeri (2010) juga memaparkan ada 2 kasus inses


(20)

yang terjadi pada tahun 2009, 13 kasus di tahun 2010 lalu tahun ini hingga Agustus 2011 saja sudah ada 11 kasus.

Lampost (2012) menyatakan Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat kasus kekerasan terhadap anak terus saja meningkat. Bahkan, pada 2012-2013 Komnas PA mencatat ada 3.023 kasus pelanggaran hak anak di Indonesia dan 58% atau 1.620 anak menjadi korban kejahatan seksual di lingkungan sekolah.

Terungkapnya kasus di atas menambah informasi bagi peneliti bahwa ternyata cukup banyak anak yang kurang mendapatkan informasi tentang perkembangan seksualitas di usia mereka, sehingga anak belum paham bagaimana untuk menjaga diri, dan belum bisa bersikap ketika mereka sedang berelasi dengan teman sebaya maupun lawan jenisnya. Banyak orang tidak setuju dengan pemberian pendidikan seks, terutama di sekolah. Mereka khawatir bahwa justru setelah anak mengetahui seluk-beluk seks, anak akan mencoba-coba mempraktikkannya. Ada pula yang tidak setuhu dengan pemberian pendidikan seks karena seks identik dengan kebejatan dan segala sesuatu yang menjijikkan (walaupun mungkin dalam hati kecilnya terbersit perasaan bahwa seks itu menggairahkan). Ada juga yang menduga bahwa pendidikan seks hanya berhubungan dengan pemanfaatan alat-alat reproduksi (Wuryani, 2008).

Ian (2011) menjelaskan pendidikan seks adalah salah satu bentuk pengenalan fungsi seks dan organ-organ seksual untuk menjamin


(21)

kesehatan dan fungsi seks yang normal. Pemahaman yang berbeda terhadap arti pendidikan seks membuat orang salah mengartikan kata pendidikan seks sebagai sesuatu yang jorok dan hanya mengajarkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan. Pemahaman tentang seksualitas merupakan bagian dari pendidikan secara keseluruhan, sehingga pengertian pendidikan seks erat hubungannya dengan pendidikan pada umumnya.

Pemahaman tentang perkembangan seks di usia dini oleh orang tua dan guru dapat menambah pemahaman anak mengenai perkembangan seksualitas. Seks merupakan sesuatu hal sebenarnya layak dikenal oleh anak sebagai suatu pengetahuan yang berkaitan dengan perkembangan seksualitas anak tersebut. Walaupun tetap harus ada pengawasan dari orang tua dan guru. Pendidikan seks pada anak usia dini dapat diberikan sejak mulainya tahap perkembangan anak dari usia 5-12 tahun karena pada usia ini anak terkadang lebih kritis untuk memahami serta menanggapi sesuatu hal termasuk perubahan ketika terjadi perkembangan seksualitas.

Orangtua dan guru yang memberikan informasi tentang seksualitas dapat menambah pemahaman dan wawasan anak mengenai perkembangan seksualitasnya. Selain itu, informasi seksualitas sejak dini dapat menjadi pegangan untuk anak dalam menjaga diri, sehingga anak bisa memahami batasan hubungannya dengan lawan jenis dan lebih bisa memahami, serta menghargai tubuhnya.


(22)

Berdasarkan pengamatan peneliti ketika melakukan PPL (Program Pengenalan Lapangan) di SD, terbatasnya informasi yang didapatkan anak dari orang tua dan guru mengenai seksualitas tersebut menjadi tembok besar yang menghalangi anak untuk bisa lebih mengenal dan memahami tentang seksualitas. Orang tua, guru, serta masyarakat sekitar cenderung masih menganggap tabu dan belum layak memberikan informasi tentang seksualitas pada anak. Akibatnya beberapa anak di sekolah tersebut ketika diberikan pertanyaan mengenai perkembangan seksualitasnya anak tidak bisa menjawab, anak menjadi malu, dan bahkan menjadi bahan lelucon di kelas.

Observasi juga dilakukan di SD Virgo Maria 2 Bawen yang menjadi target penelitian. Peneliti juga menemukan informasi yang hampir mirip dengan sekolah dasar sebelumnya. Informasi yang diberikan oleh guru sekaligus wali kelas yang menjadi subjek penelitian menjelaskan bahwa sudah beberapa anak didiknya berperilaku. Seperti adanya ketertarikan pada lawan jenis, pertanyaan tentang perubahan fisik (payudara, jakun, tumbuh rambut di bagian tertentu), dan beberapa anak pernah membuka baju mereka sembarangan walaupun ada lawan jenis dalam satu ruangan kelas.

Ketika guru dan orang tua dihadapkan pada pertanyaan yang menyangkut tentang perkembangan seksualitas anak, guru dan orang tua cenderung mengabaikan tanpa memberikan penjelasan yang tepat bagi anak, sehingga anak menjadi bingung akan pengenalan


(23)

perkembangan seksualitasnya sendiri. Beberapa fakta yang ada dapat disimpulkan bahwa pemahaman mengenai perkembangan seksualitas siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen masih teridentifikasi rendah. Pemahaman tentang perkembangan seksualitas di usia dini sangat penting diperoleh oleh anak melalui perantara orang tua dan guru karena bisa dibayangkan bahwa waktu anak sangat banyak didampingi oleh orang tua dan guru.

Jadi, pokok dari pemahaman perkembangan seksualitas diberikan kepada anak dengan harapan agar anak dapat memenuhi tugas perkembangannya dengan baik seperti, anak mengembangkan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang berkembang, belajar berkawan dengan teman sebaya, belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki dan perempuan, serta pengembangan moral, nilai, dan hati nurani (Hartinah, 2008).

Berdasarkan penjelasan dari latarbelakang serta kasus-kasus yang ada, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul “TINGKAT PEMAHAMAN PERKEMBANGAN SEKSUALITAS (Studi Deskriptif Pada Siswa-siswi Kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial)”. Melalui skripsi ini peneliti berharap akan ada manfaat yang dapat diambil oleh orang tua, guru, dan siswa. Peneliti mengambil subyek penelitian yaitu siswa-siswi pada tahap perkembangan sekolah dasar kelas V SD, pemilihan kelas atas (kelas


(24)

V) usia 10 tahun sekolah dasar karena diharapkan siswa-siswi pada tahap perkembangan di usia ini lebih bisa mengenal dan memahami aspek-aspek seksualitas mereka.

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan tingkat pemahaman anak tentang seksualitas diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya pemahaman siswa – siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen tentang perkembangan seksualitas.

2. Siswa/siswi kurang memiliki informasi dan gambaran yang jelas mengenai perkembangan seksualitas mereka.

3. Orang tua, guru, dan masyarakat sekitar menganggap tabu memberikan informasi tentang perkembangan seksualitas pada anak.

C. Pembatasan Masalah

Fokus kajian penelitian diarahkan pada menjawab masalah-masalah yang teridentifikasi di atas khususnya masalah mengenai seberapa baik tingkat pemahaman perkembangan seksualitas pada siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen tahun ajaran 2015/2016 dan pada butir-butir item mana sajakah pemahaman tentang perkembangan seksualitas teridentifikasi rendah.


(25)

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Seberapa baik tingkat pemahaman perkembangan seksualitas pada siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen tahun ajaran 2015/2016? 2. Berdasarkan analisis butir-butir item pemahaman perkembangan

seksualitas yang teridentifikasi rendah, topik-topik bimbingan pribadi sosial apa sajakah yang relevan untuk diusulkan sebagai topik-topik bimbingan pribadi-sosial?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui seberapa baik tingkat pemahaman perkembangan seksualitas pada siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen tahun ajaran 2015/2016.

2. Mengidentifikasi butir-butir item pemahaman perkembangan seksualitas yang rendah untuk diusulkan sebagai topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

F. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap muncul beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan dan kekayaan ilmu pengetahuan mengenai pemahaman tentang perkembangan seksualitas pada anak dan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.


(26)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Orang tua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur yang dapat digunakan oleh sebagian orang tua untuk melihat seberapa tinggi tingkat pengenalan serta pemahaman anak tentang perkembangan seksualitas mereka. Selain itu, orang tua juga dapat menentukan langkah-langkah yang dapat diberikan kepada anak untuk dapat lebih mengenal dan memahami tentang seksualitas sejak dini.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur yang dapat digunakan oleh para guru untuk melihat seberapa baik tingkat pemahaman anak didik mereka tentang perkembangan seksualitas. Selain itu, para guru juga dapat menentukan langkah-langkah yang dapat diberikan kepada anak didik untuk dapat lebih mengenal dan memahami tentang perkembangan seksualitas sejak dini.

c. Bagi siswa-siswi

Siswa-siswi dapat lebih tahu seberapa baik mereka mengenal dan memahami tentang perkembangan seksualitas di usia mereka. Diharapkan anak lebih berani untuk bertanya kepada orang tua dan guru tentang perkembangan seksualitas di usia mereka.


(27)

G. Definisi Operasional Variabel

Adapun Definisi Operasional Variabel dalam penelitian ini yaitu: 1. Perkembangan seksualitas adalah serangkaian perilaku yang dipelajari

berdasarkan sifat dasar seks dan ciri-ciri yang khusus yang ada pada diri individu baik interaksi dari pengaruh lingkungan maupun sifat bawaan lahir.

2. Siswa/siswi SD adalah jenjang paling dasar bagi anak usia pertengahan-akhir untuk menempuh pendidikan formal.


(28)

10 BAB II

LANDASAN TEORI Bab ini memaparkan kajian teori penelitian.

A. Hakikat Pemahaman Perkembangan Seksualitas 1. Pengertian Seksualitas

Seks adalah hal yang berkaitan dengan jenis kelamin. Setiap orang sadar akan seksnya. Sejak lahir, seorang anak sudah dikenal, entah sebagai anak pria atau sebagai anak wanita. Diharapkan agar anak dapat bertindak dalam masyarakat sesuai atau menurut jenis kelaminnya. Melalui seks sorang pria dan seorang wanita saling tertarik satu sama lain, saling mencintai dan melanjutkan keturunan. (Tukan, 1985).

Tukan (1985) menyatakan seksualitas adalah satu daya terbesar dalam diri setiap makhluk hidup di dunia termasuk manusia. Kemampuan seksual adalah sarana untuk menjamin kelangsungan jenis. Fakta bahwa anak sebagai pria atau sebagai wanita menentukan anak secara keseluruhan, mewarnai segala sikap dan merupakan pengalaman dasar anak dalam dunia dan masyarakat.

Dian (2010) menyebutkan seksualitas merupakan dimana laki-laki dan perempuan berbeda (dan mirip) satu sama lain, secara fisik, psikologis, dan dalam istilah-istilah perilaku; aktivitas, perasaan, dan sikap yang dihubungkan dengan reproduksi; dan bagaimana laki-laki dan perempuan berinteraksi dalam berpasangan dan di dalam kelompok. Di terjemahkan ke dalam


(29)

bahasa yang sederhana, seksualitas adalah bagaimana orang merasakan dan mengekspresikan sifat dasar dan ciri-ciri yang khusus. Ada pula penjelasan lain mengenai pendidikan seksualitas dari penulis jurnal maupun sumber lain yang masih berkaitan dengan mengenai seksualitas.

Definisi dari pendidikan seks adalah pendidikan tentang tingkah laku yang baik sehubungan dengan masalah-masalah seks. Jadi, pendidikan seks mengutamakan pendidikan tingkah laku yang baik dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemasyarakatan; yang dipentingkan adalah pendidikannya, bukan seksnya, walaupun pada pendidikan seks memang tidak dapat dihindari pembahasan pengetahuan tentang seks dalam arti keilmuan (seksologi). Pendidikan seks juga dapat diartikan sebagai semua cara pendidikan yang dapat membantu anak muda untuk menghadapi persoalan hidup yang berpusat pada naluri seks, yang kadang-kadang timbul dalam bentuk tertentu dan merupakan pengalaman manusia yang normal (Wuryani, 2008).

Binues (2011) menyatakan pendidikan seksualitas adalah upaya untuk memberikan pendidikan dan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis, dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia. Artinya, pendidikan pada dasarnya merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dan menanamkan moral etika serta komitmen


(30)

agama supaya tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi tersebut.

Jadi, penjelasan mengenai pengertian seksualitas adalah bagaimana orang merasakan dan mengekspresikan sifat dasar dan ciri-ciri yang khusus yang ada pada dirinya. Sedangkan pendidikan seks adalah pendidikan tentang tingkah laku yang baik sehubungan dengan masalah-masalah seks.

2. Pemahaman Perkembangan Seksualitas

Pada masa bayi (0-12 bulan) bayi melakukan beberapa gerakan refleks yang berulang, misalnya gerakan menghisap puting susu, gerakan menggenggam sesuatu yang di letakkan pada telapak tangannya dan gerakan menutup kedua matanya. Pada masa ini terlihat anak mengalami kenikmatan khusus melalui mulutnya (fase oral). Pada masa anak-anak (usia 1-3 tahun) anak mulai mengatur dirinya sendiri dalam hal buang air besar dan buang air kecil (fase anal). Sifat-sifat yang tampak pada fase ini, yaitu ingin menguasai, menonjolkan diri dan mengatur, sehingga bisa merepotkan orang tua. Sebaliknya, kalau anak tidak bisa melakukan dan digantikan oleh orang lain, maka pada anak ini bisa timbul rasa malu dan ragu ragu. Mengompol pada fase ini bahkan sampai usia 6 tahunmasih dianggap normal (Tukan, 1985).

Tukan (1985) menjelaskan fase anak-anak awal (usia 3-6 tahun) disebut sebagai fase oedipal. Ada pendapat yang mengatakan bahwa


(31)

dalam fase ini anak pria mencintai ibunya dan membenci ayahnya karena ayah dianggap sebagai saingannya (kompleks Oedipus). Demikian pula anak perempuan mencintai ayahnya dan membenci ibunya (kompleks elektra).

Anak mulai masuk sekolah , berada di luar rumah, bergaul dengan teman-teman lain dan mengikuti pendidikan yang diberikan oleh gurunya. Kadangkala terasa bahwa anak lebih mengikuti nasehat gurunya di sekolah ketimbang nasehat yang diberikan oleh orangtuanya sendiri. Hendaknya orangtua menyediakan permainan-permaian yang khusus untuk anak pria dan wanita, permainan ini hendaknya bersifat edukatif yang dapat memperkembangkan diri anak menjadi semakin pria atau semakin wanita.

Pada fase anak-anak akhir (usia 5-12 tahun) disebut juga fase tersembunyi atau latency. Orangtua hendaknya memperbolehkan anak untuk bermain dan membuat permainan yang produktif. Anak kan memperoleh perasaan gairah dan merasa bahwa ia mampu untuk melakukan sesuatu dan akan lebih mengenal perkembangan seksualitasnya ketika anak bermain dengan kelompok teman sebaya dan dengan jenis kelamin yang berbeda.

Pada fase remaja awal (usia 12-14 tahun) berlangsung memang tidak semua anak mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya, seperti proporsi badan mulai kacau, pertumbuhan bagian-bagian badan mulai kurang serasi satu sama lain, mulai tumbuh


(32)

kelamin sekunder, misalnya tumbuh bulu di pangkal paha dan di sekitar alat kelamin, pada pria mulai tumbuh kumis, jenggot dan bulu dada, suara pria berubah lebih rendah satu oktaf, sura wanita mengalami perubahan merendah satu terts, buah adam dari pria mulai menonjol, buah dada wanita mulai membesar, dada pria menjadi lebih bidang, dan pinggul wanita menjadi lebih lebar. 3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Seksualitas

Hurlock (1978) menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan seksualitas pada anak, yakni;

a. Pengamatan perilaku

Bagaimana kedua jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan bersikap dalam situasi yang sama. Hal ini memberi anak petunjuk mengenai apa yang dianggap sesuai baginya.

b. Pakaian yang dipakai kedua jenis kelamin

Jenis pakaian yang dipakai memberi petunjuk mengenai gengsi dan kesulitan bermain dan bekerja kedua jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan.

c. Jawaban atas pertanyaan

Tujuan dari jawaban atas pertanyaan mengenai peran jenis kelamin tersebut adalah anak mendapat petunjuk mengenai apa saja yang oleh anggota kelompok sosialnya dianggap sesuai dengan jenis kelaminnya, berapa besar gengsi yang dikaitkan


(33)

dengan berbagai peran seks, dan bagaimana anak menilai pemain peran tersebut.

d. Perlakuan oleh orang lain

Perlakuan orang tua, guru, dan teman sebaya dari jenis lain menyampaikan arti penting pada anak mengenai apa yang sesuai dengan jenis kelaminnya.

e. Kesempatan untuk belajar

Di rumah, sekolah, dan tempat bermain, anak laki-laki didorong untuk belajar hal-hal yang dianggap sesuai untuk mereka dan anak perempuan tidak memperoleh kesempatan belajar tersebut. Mereka diharapkan belajar hal-hal yang dianggap suai bagi mereka.

f. Pendidikan seks

Pendidikan seks merupakan bagian yang paling penting karena baik jika informasi tentang seks diberikan di rumah maupun di sekolah, informasi ini menekankan bahwa peran kedua jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan sangat berbeda dalam berpacaran, perkawinan, reproduksi, dan pengasuhan anak. g. Media massa

Komik, buku cerita, buku pelajaran, dan acara televisi sangat besar peranannya sebagai sumber informasi tentang peran seks karena banyaknya waktu dan besarnya minat anak pada


(34)

bentuk-bentuk media massa ini dan keyakinan mereka bahwa apa saja yang diceritakan di buku atau diperlihatkan di layar itu benar. 4. Aspek-aspek Perkembangan Seksualitas

Tukan (1985) menyatakan perkembangan seksualitas manusia terdiri dari aspek biologis, aspek psikologis, dan aspek sosial.

a. Biologis

Anak diharapkan mampu memiliki perkembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang berkembang. Pada masa ini, anak dituntut mengenal dan dapat memelihara kesehatan dan keselamatan dirinya (termasuk mengenal organ-organ reproduksi yang mulai berkembang secara biologis), menyayangi dirinya, senang berolahraga, dan berekreasi untuk menjaga kesehatan dirinya, serta memiliki sikap yang tepat terhadap jenis kelamin lain.

b. Psikologis

Memiliki konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki kemerdakaan pribadi. Anak mampu memilih, merencanakan, dan melakukan pekerjaan atau kegiatan tanpa tergantung pada orang tuanya atau orang dewasa lainnya.

c. Sosial

Belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki atau perempuan. Anak dituntut melakukan peranan-peranan sosial


(35)

yang diharapkan masyarakat sesuai dengan jenis kelaminnya, serta memiliki sikap yang tepat terhadap lembaga-lembaga dan unit atau kelompok-kelompok sosial yang ada dalam masyarakat.

Jadi, ada 3 aspek yang dianggap mendukung dan sesuai dengan judul yang telah diangkat yakni, aspek biologis merupakan mengenal organ-organ reproduksi yang mulai berkembang secara biologis, aspek psikologis merupakan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, dan aspek sosial yang merupakan belajar melakukan sosial sebagai laki-laki dan perempuan.

5. Karakteristik Perkembangan Fisik Anak SD (Sekolah Dasar) Hurlock (1978) menyatakan bahwa karakteristik perkembangan fisik pada anak, yakni;

a. Perubahan ukuran

Termasuk di sini perubahan fisik dalam tinggi, berat, organ dalam dan sekelilingnya serta perubahan mental dalam memori, penalaran, persepsi, dan imajinasi kreatif.

b. Perubahan proporsi

Anak-anak bukanlah miniatur orang dewasa dalam proporsi fisiknya. Mereka juga tidak memiliki miniatur mental orang dewasa. Kemampuan imajinatif mereka berkembang lebih baik


(36)

daripada kemampuan penalarannya, sedangkan pada orang dewasa yang terjadi justru sebaliknya.

c. Hilangnya ciri lama

Bila ciri fisik tertentu, misalnya kelenjar thymus setelah pubertas dan rambut serta gigi bayi, kehilangan kegunaanya, ciri tersebut secara bertahap mengalami atrofi (pengecilan atau penyususutan jaringan otot atau jaringan saraf), seperti halnya beberapa ciri bawaan psikologis dan perilaku – misalnya, gerak dan bicara bayi serta imajinasi yang sangat luas.

d. Mendapatkan ciri baru

Beberapa ciri fisik dan mental baru berkembang dari kematangan dan beberapa lainnya berkembang dari hasil belajar dan pengalaman. Ciri fisik yang baru termasuk gigi tetap dan karakteristik jenis kelamin primer dan sekunder, ciri mental baru termasuk perhatiandalam seks, standar moral, dan keyakinan agama.

Hurlock (1978) menyatakan perubahan tubuh yang utama dalam masa puber adalah perubahan ukuran tubuh, ciri jenis kelamin, dan ciri kelamin kedua. Kecepatan pertumbuhan mendadak menjadi cepat sekitar 2 tahun sebelum anak mencapai taraf pematangan. Anak laki-laki lebih tumbuh terus lebih cepat dari anak perempuan.

Pada masa kanak-kanak, alat kelamin yang utama masih belum berkembang dengan sempurna. Ketika memasuki masa puber alat


(37)

kelamin mulai berfungsi pada saat anak berumur 14 tahun. Pada anak perempuan, indung telurnya juga mulai berfungsi pada usia 13 tahun. Ciri kelamin kedua inilah yang mebedakan bentuk fisik antara wanita dan pria. Pada anak perempuan antara lain tampak pertumbuhan buah dada dan pinggul membesar, pada anak laki-laki antara lain terjadi perubahan suara, meningkatkan pertumbuhan otot, tumbuhnya bulu kumis dan jenggot, dan perubahan jaringan kulit.

Hurlock (1978) menyebutkan ada beberapa metode belajar memerankan peran seks yang terkait dengan karakteristik seksualitas dalam sosial pada masa kanak-kanak, yakni;

a. Meniru

Bila anak belajar memerankan peran seks dengan meniru, mereka melakukannya dengan meniru cara bicara, perilaku dan ciri-ciri pribadi maupun minat dan nilai orang yang ditiru. Model yang biasa ditiru adalah orang tua, saudara yang lebih tua atau orang lain yang mengasuhnya seperti guru kelompok bermain atau guru taman kanak-kanak (sekolah).

b. Identifikasi

Anak bukannya meniru orang-orang dalam lingkungannya, melainkan memilih dari antara mereka seorang yang sangat dikaguminya atau yang sangat disayanginya sebagai modelnya. Kemudian model ini mungkin lebih sering tokoh luar rumah –


(38)

terutama tokoh media massa, pemimpin masyarakat atau negara, juara olahraga.

c. Pelatihan anak

Lewat pelatihan anak belajar bertindak, berpikir, dan merasa seperti yang diharapkan orang yang berwewenang. Pelatihan anak, terutama menekankan aspek negatif peran seks daripada aspek positif.

Karnadi (2014) menyatakan tahapan perkembangan seksual anak normal umur 8-12 tahun, yakni;

a. Kelompok teman sebaya telah mulai mengikat dalam mempengaruhi persepsi gambaran diri anak.

b. Anak mulai menjauh dari orang tua dan sering menghabiskan waktunya bersama teman-teman sebayanya.

c. Anak mulai mengalami perubahan bentuk tubuh akibat pubertas. d. Anak perempuan mulai ada yang menstruasi (antara umur 9-10

tahun).

e. Anak merasa aneh dengan tubuhnya, terkadang muncul rasa malu bahkan rendah terhadap tubuhnya.

f. Anak mungkin mengalami masturbasi, bahkan orgasme.

g. Anak menyembunyikan sex play (sendiri atau bersama teman-temannya) dari orang tuanya.


(39)

B. Hakikat Perkembangan Siswa SD

1. Tugas Perkembangan SD (Sekolah Dasar)

Hartinah (2008) menyatakan ada beberapa tugas perkembangan yang dituntut pada masa anak berusia antara 6-12 tahun, yakni;

a. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan. b. Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri

sebagai individu yang sedang berkembang. c. Belajar berkawan dengan teman sebaya.

d. Belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki dan wanita. e. Belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual

dasar, yaitu membaca, menulis, berhitung.

f. Pengembangan konsep-konsep diperlukan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat menyesuaikan diri dan berperilaku sesuai dengan tuntutan dari lingkungannya.

Pemahaman tentang seksualitas kepada anak sejak dini tidak pernah terlepas dari periode perkembangan anak. Hurlock (1978) menyatakan periode perkembangan utama yang harus di lewati pada masa kanak-kanak. Periode ini biasanya terdiri atas dua bagian, yakni;

a. Masa kanak-kanak dini (2 sampai 6 tahun) adalah usia

prasekolah atau “prakelompok”. Anak itu berusaha

mengendalikan lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan diri secara sosial.


(40)

b. Akhir masa kanak-kanak (6 sampai 13 tahun pada masa anak perempuan dan 14 tahun pada anak laki-laki) adalah dimana terjadi kematangan seksual dan masa remaja dimulai. Perkembangan utama ialah sosialisasi. Ini merupakan usia

sekolah atau “usia kelompok”.

2. Layanan Bimbingan Pribadi – Sosial a. Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial

Wingkel & Hastuti (2007) menyatakan bahwa layanan bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual, dan sebagainya; serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).

b. Bentuk-bentuk Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial

Menurut Winkel dan Hastuti (2007), terdapat beberapa bentuk dalam layanan bimbingan pribadi-sosial, diantaranya meliputi:

1)Bimbingan Individual atau Bimbingan Perorangan

Bimbingan yang dilakukan oleh konselor untuk satu orang saja. Bimbingan individual ini dapat disalurkan melalui layanan konseling apabila seorang siswa yang


(41)

bertatap muka dengan konselor untuk membicarakan masalah yang sedang dihadapinya.

2)Bimbingan Kelompok

Bimbingan yang dilakukan konselor dimana yang dilayani atau yang mendapatkan pelayanan berjumlah lebih dari satu orang, baik itu kelompok kecil, sedang, besar ataupun sangat besar. Dalam bimbingan kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti contoh membentuk kelompok kecil dalam rangka layanan konseling kelompok. 3)Bimbingan Klasikal

Bimbingan yang dilakukan konselor dimana layanan atau yang mendapatkan pelayanan sangat besar. Seperti contoh konselor mengadakan layanan konseling satu kelas, atau satu sekolah.

c. Tujuan Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial

Menurut Reiss dan Halstead (2004) para siswa perlu diberikan pendidikan seksual. Pendidikan seksual dapat diberikan melalui bimbingan pribadi dan sosial di sekolah. Bimbingan pribadi bertujuan:

1)Siswa dapat memiliki pengertian dan pengetahuan mengenai perubahan fisik, mental, dan proses kematangan emosional terhadap masalah seksual.


(42)

2)Siswa dapat mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan, dan tanggung jawab).

3)Siswa dapat membentuk sikap dan pengertian tentang seks.

4)Siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang seksual agar dapat menjaga diri.

Selain itu, pendidikan seks melalui bimbingan sosial bertujuan agar siswa semakin siap dan mampu menjadi anggota masyarakat, yaitu menjadi siswa yang mewarisi nilai-nilai positif dari kebudayaan masyarakat, mampu melibatkan diri dalam usaha masyarakat, dan peduli terhadap lingkungan sosial secara positif pribadi-sosial.


(43)

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini dipaparkan mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, metode dan instrumen pengumpulan data, validitas dan realibilitas, dan teknik analisis data. A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yakni penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau penghubungan dengan variabel yang lain (Hasan, 2004). Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2009).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian di SD Virgo Maria 2 yang beralamat di Jl. Palagan No. 59, Bawen. Waktu penelitian pada hari Kamis, 30 April 2015, pukul 10.00 WIB -selesai.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 56 siswa. Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini mnggunakan uji terpakai yaitu siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016.


(44)

Arikunto (2010) menyatakan bahwa apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi, tetapi jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Berikut rincian subjek penelitian sebagai berikut:

Tabel 1.

Jumlah siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016

No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Va 15 orang 12 orang 27 orang

2. Vb 16 orang 13 orang 29 orang

D. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah pemahaman perkembangan seksualitas yang berarti proses seumur hidup, yang dapat dipelajari secara ilmiah untuk mengenal atau mengenali perbedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan, baik secara biologis, psikologis, dan sosial.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan yakni skala Guttman. Skala Guttman digunakan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono, 2012).

Pernyataan yang terdapat dalam Inventori ini terdiri dari pernyataan positif atau favourable dan pernyataan negatif atau

unfavourable. Pernyataan positif atau favorable merupakan konsep


(45)

diukur, sedangkan pernyataan negatif atau unfavorable yaitu konsep keperilakuan yang tidak sesuai/tidak mendukung atribut/variabel yang diukur.

Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist (√). Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. Misalnya untuk jawaban ya diberi skor 1 dan tidak diberi skor 0. Analisa dilakukan sama seperti pada skala Likert (Sugiyono, 2012).

Instrumen penelitian ini menyediakan 2 alternatif jawaban yaitu (ya) jika sesuai dengan diri subjek dan (tidak) jika tidak sesuai dengan diri subjek. Norma skoring yang dikenakan terhadap pengolahan data yang dihasilkan instrumen ini ditentukan sebagai berikut:

Tabel 2.

Norma Skoring Inventori Pemahaman Perkembangan Seksualitas

Membuat kategorisasi sikap subjek penelitian secara umum berdasarkan model distribusi normal dengan kategorisasi jenjang. Tujuannya untuk menempatkan subjek penelitian ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar pada atribut diukur. Kontinum jenjang ini berpedoman pada Azwar (2007) yang mengelompokkan tingkat pemahaman

Alternatif Jawaban Skor

Favourable

Skor

Unfovourable

Ya 1 0


(46)

perkembangan seksualitas anak dalam dua alternatif jawaban ya/tidak. Adapun norma kategorisasi adalah sebagai berikut:

Kategori Norma Kategori

Baik (µ+1,0α) ≤ X

Cukup Baik (µ-1,0α) ≤ X < (µ+1,0α)

Tidak Baik X < (µ-1,0α)

Keterangan:

Xmaksimal : Skor tertinggi yang mungkin diperoleh subjek peneliti dalam skala.

Xmaksimum : Skor terendah yang mungkin diperoleh subjek peneliti dalam skala.

Standar deviasi (α) : Luas jarak rentangan yang dibagi menjadi 6 satuan deviasi standar.

Rerata teoritis (µ) : Rata-rata teoritis dari skor maksimum dan minimum.

F. Instrumen Pengumpul Data

Instrumen pengumpulan data menggunakan angket. Angket memuat beberapa item pernyataan pemahaman perkembangan seksualitas. Blue-print skala pemahaman perkembangan seksualitas, kisi-kisi angket, dan pembagian item skala pemahaman perkembangan seksualitas disajikan dalam tabel antara lain sebagai berikut:


(47)

Tabel 3.

Blue-print Skala Pemahaman Perkembangan Seksualitas

No. Aspek pengenalan perkembangan seksualitas Item favourable Item unfavourable Bobot (%)

1. Biologis 8 8 35 %

2. Psikologis 5 5 20 %

3. Sosial 9 9 45 %

Jumlah 22 22 100 % Tabel 4.

Kisi-kisi Angket Pemahaman Perkembangan Seksualitas

No Aspek Indikator No Item Jmlh

1. Biologis 1.1mengenal organ-organ reproduksi yang mulai berkembang secara biologis.

1.2Memelihara organ-organ reproduksi yang mulai berkembang secara biologis.

1.3Senang berolahraga.

1.4Memiliki sikap yang tepat terhadap jenis kelamin lain.

1, 2, 3, 4

5, 6, 7, 8

9, 10, 11, 12

13, 14, 15, 16

4

4

4 4

2. Psikologis 2.1 Mampu memilih pekerjaan atau kegiatan yang

berhubungan dengan seksualitas.

2.2 Mampu merencanakan pekerjaan atau kegiatan yang berhubungan dengan

seksualitas

17, 18, 19, 20, 21, 22

23, 24, 25, 26

6

4

3. Sosial 3.1 Berperan sesuai jenis kelamin.

3.2 Bergaul dengan teman sebaya.

3.3 Berperilaku sesuai jenis kelamin.

27, 28, 29, 30, 31, 32 33, 34, 35, 36,

37, 38 39, 40, 41, 42,

43, 44

6 6 6


(48)

Tabel 5.

Pembagian Item Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak Sebelum Analisis Item

No. Aspek pemahaman perkembangan

seksualitas

Item

favourable

Item

unfavourable

Total

1. Biologis 4, 8, 10, 11, 12,

16, 20, 40

7, 17, 19, 25, 30, 36, 39, 44

16 2. Psikologis 1, 6, 13, 15, 24 9, 27, 32, 33, 37 10

3. Sosial 2, 5, 14, 18, 21,

23, 26, 35, 42

3, 22, 28, 29, 31, 34, 38, 41, 43

18

Jumlah 44

G. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 1. Validitas

Menurut Azwar (2005) validitas menunjuk pada sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas yang diuji untuk instrumen penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional dengan cara

professional judgement (Azwar, 2004). Instrumen penelitian

dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dan selanjutnya dikonsultasikan pada ahli (dosen pembimbing).

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16 (Statistic Programme for Social Science) versi 16.0. perhitungan dengan SPSS 16 menggunakan patokan 0,250 karena jumlah subjek penelitian lebih dari 50. Jika koefisien korelasinya > 0.250 maka item yang bersangkutan dinyatakan valid. Jika koefisien korelasinya < 0,250 maka item yang bersangkutan dinyatakan tidak valid (gugur).


(49)

Berdasarkan perhitungan statistik yang telah dilakukan peneliti, diperoleh 37 item yang dinyatakan valid dan 7 item dinyatakan tidak valid (gugur) yakni pada aspek biologis (item nomor 8, 11, 44), aspek psikologis (item nomor 33), aspek sosial (21, 23, 28). Adapun hasil item-item yang valid dan tidak valid terdapat pada tabel 6.

Tabel 6.

Pembagian Item Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak Setelah Analisis Item

No. Aspek

pemahaman perkembangan

seksualitas

Item favourable Item

unfavourable

Total

1. Biologis 4, 9, 10, 14, 18, 34

7, 15, 17, 21, 25, 30, 33

13 2. Psikologis 1, 6, 11, 13, 20 8, 23, 27, 31 9

3. Sosial 2, 5, 12, 16, 22,

29, 36

3, 19, 24, 26, 26, 32, 35, 37

15

Jumlah 37

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran. Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi artinya mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya mengenai seberapa baik tingkat pemahaman perkembangan seksualitas siswa/siswi yang disebut sebagai reliabel (Azwar, 2007).

Pada penelitian ini, pengujian reliabilitas dilakukan dengan teskonsistensi internal yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes pada subjek (single trial administration). Konsistensi internal menggunakan program SPSS 16.


(50)

Hasil perhitungan sebelum seleksi item diperoleh koefisien reliabilitas data sebesar 0,843. Kemudian, setelah seleksi item diperoleh koefisien reliabilitas data sebesar 0,806. Hal ini menunjukkan bahwa Skala Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak menurun, tetapi tetap memiliki reliabilitas yang baik.

H. Metode Analisis Data

Metode analisis data penelitian ini adalah statistik deskriptif. Statistik deskriptif berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum (Sugiyono, 2010).

Berikut ini adalah tahap-tahap yang ditempuh dalam pengumpulan dan analisis data:

1. Menyusun angket

2. Pengujian item angket oleh dosen pembimbing

3. Pengumpulan data uji coba validitas dan reliabilitas angket 4. Melakukan uji empirik terhadap validitas dan reliabilitas angket 5. Pengumpulan data penelitian yang dilakukan dengan menyebarkan

angket kepada siswa/siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen. 6. Analisis data penelitian.


(51)

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini dipaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan. A. Hasil Penelitian

Pada hasil penelitian diperoleh skor Pengenalan Perkembangan Seksualitas Anak tiap subjek dan item. Kemudian, skor tersebut dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu baik, cukup baik, dan tidak baik (rendah). Norma pengelompokkan kategori dan skor ditampilkan pada tabel berikut ini:

Tabel 7.

Kategorisasi Data PenelitianTingkat Perkembangan Perkembangan Seksualitas Anak

Kategori Norma Kategori Norma Skor

Baik (µ+1,0α) ≤ X 24,66 ≤ X

Cukup Baik (µ-1,0α) ≤ X <

(µ+1,0α)

12,34 ≤ X < 24,66

Tidak Baik X < (µ-1,0α) X < 12,34

Keterangan :

Xminimum = 37 x 0 = 0 Xmaksimum = 37 x 1

= 37

Standar deviasi (α) = 37 : 6

= 6,16

Rerata teoritis (µ) = 37 : 2 = 18,5


(52)

Frekuensi Kategori Subjek Tingkat Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak.

Tabel 8.

Frekuensi Kategori Subjek Tingkat Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak

Kategori Jumlah Subjek Persentase

Baik 47 75,68 %

Cukup Baik 9 24,32 %

Rendah 0 0 %

Total 56 100 %

Gambar 1.

Frekuensi Kategori Subjek Tingkat Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak


(53)

Kategorisasi data penelitian untuk item dapat diilustrasikan sebagai berikut:

20 30 40

...*...*...*... Tidak Baik Cukup Baik Baik

Berdasarkan norma pengelompokkan norma kategori, berikut ini disajikan deskripsi tingkat pemahaman perkembangan seksualitas pada item:

Tabel 9.

Frekuensi Kategori Item Tingkat Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak

Kategori Jumlah Item

Baik 30

Cukup Baik 6

Tidak Baik 1

Total 37

Gambar 2.

Frekuensi Kategori Item Tingkat Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak


(54)

Pada hasil penelitian tampak bahwa dari total 56 subjek terdapat 47 subjek (75,68%) dan 30 item memiliki tingkat pemahaman perkembangan seksualitas yang baik, 9 subjek (24,32%) dan 6 item memiliki tingkat pemahaman perkembangan seksualitas yang cukup baik, dan tidak ada subjek (0%) dan ada 1 (satu) item memiliki pemahaman perkembangan seksualitas yang tidak baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa secara umum subjek memiliki pemahaman perkembangan seksualitas yang baik, sedangkan secara umum ada 1 (satu) item yang teridentifikasi tidak baik.

Tabel 10.

Item Pernyataan Pemahaman Perkembangan Seksualitas yang Tergolong Rendah

No. Aspek Indikator No Item Pernyataan Skor Item 1. Biologis Mengenal

organ-organ reproduksi yang mulai

berkembang secara biologis.

18. Saya sudah mengenal menstruasi (haid)/mimpi basah.


(55)

B. Pembahasan

Hasil analisis deskriptif data Skala Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak menyatakan bahwa dari 56 subjek terdapat 47 subjek (75,68%) dan 30 item dengan pengenalan perkembangan seksualitas baik, 9 subjek (24,32%) dan 6 item dengan pengenalan perkembangan seksualitas yang cukup baik, dan tidak ada subjek (0%) dan hanya 1 (satu) item dengan pemahaman perkembangan seksualitas tidak baik (rendah).

Pemahaman perkembangan seksualitas subjek yang baik terdapat pada aspek sosial. Pada sistem belajar berbasis peristiwa, subjek difasilitasi untuk belajar sesuai kodratnya sebagai anak. Hal ini menunjukkan sistem belajar anak harus sesuai dengan tahap perkembangan yang seharusnya memang ditempuh oleh anak pada usia sekarang. Misalnya, salah satu tugas perkembangan anak yang harus terpenuhi adalah anak mampu belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki dan perempuan sesuai keadaannya sebagai anak seusianya (Hartinah, 2008). Guru dan orang tua sebagai pendamping, menemani serta membebaskan subjek dalam berkembang sehingga subjek dapat menemukan sendiri apa yang dipelajarinya dalam lingkungan sosialnya.

Selanjutnya, pemahaman perkembangan seksualitas yang baik didukung oleh seluruh aspek pemahaman perkembangan seksualitas anak. Dari tiga aspek, dua aspek secara kuat mendukung pemahaman perkembangan seksualitas subjek dan satu aspek secara lemah mendukung pemahaman perkembangan seksualitas subjek. Dua aspek yang paling


(56)

kuat mendukung pemahaman perkembangan seksualitas subjek adalah aspek biologis dan aspek sosial. Aspek yang paling lemah dalam mendukung pemahaman perkembangan seksualitas subjek adalah aspek psikologis.

Aspek pertama yang paling kuat mendukung pemahaman perkembangan seksualitas adalah aspek sosial. Peneliti menyimpulkan pada sistem belajar anak kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen, siswa-siswi mendapat kesempatan untuk belajar bersosialisasi baik dengan lawan jenis dan teman sebaya. Hal ini berdasarkan keterangan yang diperoleh peneliti dari wali kelas subjek penelitian, tata ruang kelas juga di atur dengan menyatukan anak laki-laki dan perempuan dalam satu kelas, dan dengan adanya peraturan sekolah seperti ini siswa dapat memikirkan berbagai kemungkinan dan alternatif dalam menanggapi peranan sosial yang harusnya mereka lakukan. Jadi, siswa dapat lebih memperluas pergaulan serta peranan mereka baik sebagai laki-laki maupun perempuan di lingkungan sosial terutama di sekolah.

Selanjutnya, aspek kedua yang paling kuat dalam mendukung pemahaman perkembangan seksualitas anak adalah aspek biologis. Berdasarkan pengamatan peneliti, aspek biologis yang berkembang pada diri subjek didukung oleh salah satu tujuan penyelenggaraan pendidikan SD Virgo Maria 2 Bawen, yaitu anak diharapkan mengenal bagian-bagian tubuh mereka sudah mulai berkembang (seperti; pertumbuhan rambut pada daerah ketiak, dagu, dan disekitar alat kelamin, terjadinya menstruasi


(57)

(bagi anak perempuan), mimpi basah (bagi anak laki-laki)) (Hartinah, 2008). Selain itu, agar subjek mamahami dan menghargai dirinya sendiri, guru-guru SD Virgo Maria 2 cukup terbuka untuk mendengarkan dan menerima pendapat yang disampaikan oleh anak. Walaupun demikian, pada aspek biologis terdapat 1 (satu) item yang teridentifikasi rendah sehingga 1 (satu) item tersebut akan digunakan untuk usulan terhadap topik bimbingan pribadi sosial.

Pada hasil analisis data tampak satu aspek yang paling lemah dalam mendukung pemahaman perkembangan seksualitas. Aspek yang paling lemah dalam pengenalan perkembangan seksualitas subjek adalah aspek psikologis.

Berdasarkan pengamatan peneliti, aspek psikologis memang kurang ditekankan, karena banyak faktor yang mempengaruhi. Guru belum memberikan pelajaran secara mendalam mengenai hal-hal psikologis apa yang harusnya siswa-siswi dapatkan di usia mereka yang berkaitan dengan pemahaman perkembangan seksualitas. Salah satu hal yang seharusnya sudah dapat anak lakukan menyangkut aspek psikologisnya adalah mampu memilih pekerjaan atau kegiatan yang berhubungan dengan seksualitas (Hartinah, 2008). Maksudnya, anak sudah bisa memilih pekerjaan atau kegiatan ketika anak akan atau anak sudah mengalami perubahan-perubahan pada fisiknya. Tetapi karena adanya faktor seperti yang telah disebutkan diatas dan adanya penghambat seperti orangtua yang memanjakan anak, menjadikan anak menjadi tidak mandiri


(58)

(manja) sehingga anak menjadi sulit untuk memutuskan sendiri apa yang harus dilakukannya ketika terjadi perubahan pada fisiknya, maka hal tersebut secara tidak langsung telah mengganggu aspek psikologis anak.

C. Usulan Topik-topik Bimbingan Berdasarkan Item-item Dalam Angket yang Teridentifikasi Rendah yang Dapat Digunakan Sebagai Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial

Berdasarkan hasil perhitungan skor item diketahui bahwa kategori rendah hanya terdapat 1 (satu) item dengan bunyi pernyataan “saya sudah mengenal menstruasi (haid)/mimpi basah pada aspek biologis yakni mengenal organ-organ reproduksi yang mulai berkembang secara biologis. Item inilah yang akan menjadi topik bimbingan. Adapun item tersebut tersaji dalam tabel 11.


(59)

Usulan Topik-topik Bimbingan Berdasarkan Angket yang Teridentifikasi Rendah yang Dapat Digunakan sebagai Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Pemahaman Perkembangan Seksualitas

Siswa-siswi Kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016 No. No

Item

Pernyataan Tujuan Materi Judul Topik

Kegiatan Referensi

1. 18 Saya sudah mengenal menstruasi (haid)/mimpi basah (kencing di celana ketika sedang tidur) Siswa mampu mengenal menstruasi (haid) dan mimpi basah sesuai dengan pengemba ngan sikap yang menyeluru h terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang berkemba ng Mengenal menstruasi (haid) dan mimpi basah sesuai dengan tugas perkembangan. Aku dan Tubuh Ku

Ceramah singkat, tanya jawab, diskusi, sosiodrama, dan refleksi

diri.

Pearce, Evelyn. (2013). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hartinah. (2008). Pengembangan Peserta Didik. Bandung: Refika


(60)

42 BAB V PENUTUP

Bab ini menguraikan dua hal, yaitu kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan

1. Secara umum, tingkat pemahaman perkembangan seksualitas siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen termasuk baik. Tingkat pemahaman perkembangan seksualitas yang baik didukung oleh aspek sosial dan aspek biologis sedangkan aspek yang rendah dalam mendukung pemahaman perkembangan seksualitas siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen adalah aspek psikologis.

2. Ada 1 (satu) item yang teridentifikasi rendah tentang pemahaman perkembangan seksualitas siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen yang dijadikan sebagai usulan untuk topik-topik bimbingan pribadi sosial.

B. Saran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek psikologis merupakan aspek yang paling lemah dalam mendukung pemahaman perkembangan seksualitas subjek dan ada 1 (satu) item pada aspek biologis yang teridentifikasi rendah. Oleh karena itu, peneliti menyarankan bagi pihak sekolah (guru), orang tua, dan peneliti lain untuk :

1. Bagi Guru

Guru membimbing subjek untuk mampu mengenal organ-organ reproduksi mereka yang mulai berkembang secara biologis, mampu


(61)

memilih pekerjaan atau kegiatan yang berhubungan dengan perkembangan seksualitas mereka, dan subjek mampu merencanakan pekerjaan atau kegiatan yang berhubungan dengan perkembangan seksualitas mereka.

2. Bagi Orang Tua

Orang tua bersikap terbuka untuk memberitahukan subjek agar lebih mengenal organ-organ reproduksi mereka yang mulai berkembang secara biologis. Orang tua mengarahkan subjek untuk mampu memilih pekerjaan atau kegiatan yang berhubungan dengan perkembangan seksualitas karena waktu anak lebih banyak bersama dengan orang tua.

3. Bagi Peneliti Lain

Peneliti lain mampu mengembangkan topik penelitian yang berbeda dari peneliti sebelumnya seperti menambahkan wawancara, peneliti lain lebih menyeimbangkan jumlah item pada setiap aspek-aspek, peneliti lain lebih banyak membaca buku dan referensi dari berbagai sumber, dan peneliti lain tidak hanya sekedar menyusun topik-topik bimbingan tetapi juga dapat membuat program bimbingan sehingga penyampaian topik bimbingan lebih jelas dan tepat sasaran.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Allen, Marotz. (2010). Profil Perkembangan Anak. Jakarta: Indeks.

Azwar, S. (2004). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2005). Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2007). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Azwar, S. (2009). Metode penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Binues. (2011). Pendidikan Tentang Seksualitas. Diunduh 11 Juni, 2014, dari http://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00190 DS%20Bab%202.pdf.

Dian. (2010). It’s All About Sex. Jakarta : Bumi Aksara.

Hasan, I. (2004). Analisis data dengan statistik. Jakarta : Bumi Aksara. Hartinah. (2008). Pengembangan Peserta Didik. Bandung: Refika

Aditama.

Hurlock. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga.

Ian. (2011). Pentingnya Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini. Diunduh

08 Juni, 2014, dari

http://bandung.ian.go.id/sites/default/files/Pentingnya%20Pend%20 seks%20bagi%20AUD.pdf.

Lampost. (2012). Kekerasan Anak di Indonesia. Artikel Berita. Diunduh 10 Juni, 2014, dari http://lampost.co/berita/angka-kekerasan-anak-di-indonesia-meningkat.

Pearce, Evelyn. (2013). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Reiss, M dan Halstead, J.M. (2004). Pendidikan Seks. Kuni Khairun Nisak (penterjemah). Yogyakarta: Alenia Press.

Siregar, S. (2013). Statistik Parametrik : untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Bumi Aksara

Sugiyono. (2010). Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


(63)

Tukan. (1985). Etika Seksual dan Perkawinan. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Wingkel, Hastuti. (2007). Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.


(64)

(65)

LAMPIRAN 1

Kisi-kisi Angket Pemahaman

Perkembangan Seksualitas


(66)

Kisi-kisi Angket Pemahaman Perkembangan Seksualitas

No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jmlh

1. Biologis 1.1. Mengenal organ-organ reproduksi yang mulai berkembang secara biologis. 1.2. Memeliha ra organ-organ reproduksi yang mulai berkembang secara biologis.

1.3. Senang berolahraga.

1. Saya nyaman saat mengalami perubahan bentuk maupun ukuran pada alat kelamin saya.

2. Saya sudah mengenal

menstruasi (haid)/ mimpi basah

5. Saya rajin mandi ketika sedang mengalami

menstruasi (haid)/ mimpi basah. 6. Saya suka

memakai barang-barang kosmetik (bedak, lotion, minyak rambut, parfum) untuk merawat tubuh tetap bersih.

3. Saya kurang paham dengan pertumbuhan rambut pada daerah tertentu tubuh (seperti; vagina, penis, ketiak, dagu, dsb).

4. Saya takut ketika terjadi perubahan pada bagian tubuh saya. 7. Saya kurang

peduli ketika ukuran tubuh saya meulai bertambah.

8. Saya kurang suka ketika tubuh saya mulai banyak mengeluarkan keringat saat berolahraga. 9. Saya kurang senang ketika mengikuti olahraga seperti lari, lompat, dsb.

4

3


(67)

1.4. Memiliki sikap yang tepat terhadap jenis kelamin lain.

10.Saya kurang nyaman jika teman laki-laki/ perempuan saya menyentuh bagian tubuh saya dengan sembarangan. 11.Saya langsung

menegur teman

laki-laki/perempuan ketika menyentuh bagian tubuh saya dengan sengaja.

12.Saya membiarkan saja teman laki-laki/perempuan menyentuh tubuh saya dengan sembarangan. 13.Saya senang

ketika teman laki-laki/perempuan menyentuh tubuh saya dengan sengaja.

4

2. Psikologis 2.1Mampu memilih pekerjaan atau kegiatan yang berhubungan dengan seksualitas 2.2Mampu merencanaka n pekerjaan atau kegiatan yang berhubungan dengan seksualitas

14.Saya nyaman memainkan permainan yang sesuai dengan jenis kelamin saya. 15.Saya minta izin

kepada guru ketika sedang tidak bisa ikut olahraga tertentu. 16.Saya merasa

nyaman melakukan pekerjaan rumah walaupun ada perubahan pada tubuh saya. 20.Saya mampu

merencanakan kegiatan yang akan saya lakukan dalam seminggu. 21.Saya melibatkan

orangtua ketika ada perubahan pada tubuh saya.

17.Saya kurang suka jika orangtua saya menyuruh melakukan aktivitas yang membuat tubuh saya kotor. 18.Saya lebih suka

bermain dengan teman berbeda lawan jenis. 19.Saya mengikuti

semua aktivitas teman saya.

22.Saya kurang suka merencanakan aktivitas ketika ada perubahan dalam tubuh saya. 6 3


(68)

No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jmlh 3. Sosial 3.1. Berperan

sesuai jenis kelamin. 3.2. Bergaul dengan teman sebaya. 3.3. Berperilaku sesuai jenis kelamin

23.Saya bermain permainan sesuai dengan jenis kelamin saya. 24.Saya tahu bahwa

laki-laki harus bisa melindungi

perempuan 27.Saya bermain

dengan teman di kelas baik laki-laki/perempuan. 28.Saya nyaman

ketika bermain dengan teman sebaya yang jenis kelaminnya sama.

32.Saya mulai menyukai lawan jenis.

33.Saya paham jika perempuan memakai rok sedangkan laki-laki memakai celana. 34.Saya berhati-hati

ketika sedang bermain dengan lawan jenis.

25.Saya suka

memakai pakaian lawan jenis. 26.Saya belum

paham peran saya sebagai laki-laki maupun

perempuan. 29.Saya kurang

nyaman bermain dengan teman yang bukan sebaya dengan saya.

30.Saya lebih nyaman punya teman yang perubahan tubuhnya sama seperti saya. 31.Saya hanya

bermain dengan teman yang umurnya sama dengan saya. 35.Saya suka

mengganggu teman yang jenis kelaminnya berbeda.

36.Saya kurang bisa memilih

permainan sesuai dengan jenis kelamin saya. 37.Saya kurang

paham pakaian yang cocok untuk dipakai sesuai dengan jenis kelamin saya. 4 5 6


(69)

LAMPIRAN 2

Angket Pemahaman Perkembangan

Seksualitas


(70)

Adik-adik yang terkasih,

Pada kesempatan ini saya meminta kerelaan dan kesediaan adik-adik untuk mengisi angket ini. Angket ini dimaksudkan untuk mengetahui tentang Pemahaman Perkembangan Seksualitas. Saya sangat mengharapkan adik-adik mengisi angket ini dengan teliti, jujur, dan sesuai dengan diri adik-adik. Atas kesedian adik-adik saya mengucapkan terimakasih.

Petunjuk Pengisian:

Di bawah ini ada sejumlah pernyataan tentang Pemahaman Perkembangan Seksualitas. Bacalah masing-masing pernyataan dengan teliti. Berikanlah tanda

centang (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan diri adik-adik.

 No. Absen :

 Jenis Kelamin :

Pilihan jawaban yang ada adalah sebagai berikut:

 YA : jika pernyataan tersebut sesuai dengan diri adik-adik.  TIDAK : jika pernyataan tersebut tidak sesuai dengan diri adik

-adik.

Langkah-langkah mengisi angket ini secara praktis adalah sebagi berikut: 1. Baca dan pahamilah setiap pernyataan dalam angket ini!

2. Jawablah setiap pernyataan dengan jujur dan teliti sesuai dengan diri adik-adik!

3. Berilah tanda centang pada salah satu kolom yang telah disediakan!


(71)

No. Item-item Pernyataan Jawaban YA TIDAK 1. Saya melakukan olahraga seperti lari, lompat, lempar

walaupun bentuk tubuh saya sudah bertambah besar.

2. Saya bermain dengan teman di kelas baik laki-laki maupun perempuan.

3. Saya kurang paham pakaian yang cocok untuk dipakai sesuai dengan jenis kelamin saya.

4. Saya rajin mandi ketika sedang mengalami menstruasi (haid)/ mimpi basah.

5. Saya bermain permainan sesuai dengan jenis kelamin saya. 6. Saya nyaman memainkan permainan yang sesuai dengan jenis

kelamin saya.

7. Saya takut ketika terjadi perubahan pada bagian tubuh saya. 8. Saya senang ikut senam pagi walaupun sedang mengalami

menstruasi/haid (bagi anak perempuan)/sudah mengalami mimpi basah (bagi laki-laki).

9. Saya kurang suka merencanakan aktivitas ketika ada perubahan dalam tubuh saya.

10. Saya suka memakai barang-barang kosmetik (bedak, lotion, minyak rambut, parfum) untuk merawat tubuh tetap bersih/wangi.

11. Saya suka memimpin pemanasan saat senam pagi walaupun suara saya bertambah bera/besar (bagi laki-laki) dan payudara bertambah besar (bagi perempuan).

12. Saya kurang nyaman jika teman laki-laki/ perempuan saya menyentuh bagian tubuh saya dengan sembarangan.

13. Saya mampu merencanakan kegiatan yang akan saya lakukan dalam seminggu.

14. Saya nyaman ketika bermain dengan teman sebaya yang jenis kelaminnya sama.


(72)

No. Item-item Pernyataan Jawaban YA TIDAK 15. Saya merasa nyaman melakukan pekerjaan rumah walaupun

ada perubahan pada tubuh saya.

16. Saya langsung menegur teman laki-laki maupun perempuan ketika menyentuh bagian tubuh saya dengan sengaja.

17. Saya kurang peduli ketika ukuran tubuh saya mulai bertambah besar.

18. Saya tahu bahwa laki-laki harus bisa melindungi perempuan. 19. Saya membiarkan saja teman laki-laki maupun perempuan

menyentuh tubuh saya dengan sembarangan.

20. Saya sudah mengenal menstruasi (haid)/ mimpi basah

21. Saya senang ketika teman-teman di kelas mengajak saya untuk bermain.

22. Saya hanya mengganggu teman yang jenis kelaminnya sama dengan saya.

23. Saya tahu perempuan suka berdandan dan laki-laki kurang suka melakukannya.

24. Saya melibatkan orangtua ketika ada perubahan pada tubuh saya.

25. Saya senang ketika teman laki-laki maupun perempuan menyentuh tubuh saya dengan sengaja.

26. Saya paham jika perempuan memakai rok sedangkan laki-laki memakai celana.

27. Saya kurang suka jika orangtua saya menyuruh melakukan aktivitas yang membuat tubuh saya kotor.

28. Saya belum paham peran saya sebagai laki-laki maupun perempuan.

29. Saya hanya bermain dengan teman yang umurnya sama dengan saya.


(73)

No. Item-item Pernyataan Jawaban YA TIDAK 30. Saya kurang senang memimpin senam pagi jika suara saya

sudah bertambah berat (besar) bagi laki-laki/sudah mulai tumbuh payudara (bagi perempuan).

31. Saya hanya berteman dengan teman yang perubahan tubuhnya sama seperti saya.

32. Saya merasa perubahan pada tubuh mengganggu aktivitas yang saya suka.

33. Saya berencana meninggalkan aktivitas yang berat ketika ada perubahan pada tubuh saya.

34. Saya kurang bisa memilih permainan sesuai dengan jenis kelamin saya.

35. Saya mulai menyukai lawan jenis.

36. Saya kurang paham dengan pertumbuhan rambut pada daerah tertentu tubuh (seperti; vagina, penis, ketiak, dagu) .

37. Saya hanya suka bermain dengan teman sesama jenis.

38. Saya takut untuk berperan sebagai laki-laki maupun perempuan seperti yang seharusnya.

39. Saya malas ikut olahraga ketika sedang mengalami menstruasi/haid (bagi perempuan)/ mimpi basah (bagi laki-laki).

40. Saya nyaman saat mengalami perubahan bentuk maupun ukuran pada alat kelamin saya.

41. Saya malas bermain dengan teman yang bukan sebaya dengan saya.

42. Saya tahu bahwa perempuan suka berdandan sedangkan laki-laki kurang suka berdandan.

43. Saya menyukai pakaian yang seharusnya bukan untuk saya. 44. Saya kurang nyaman ketika harus memakai pakaian dalam

(seperti; bra, celana dalam, boxer) sesuai dengan perubahan pada tubuh saya.


(74)

LAMPIRAN 3


(1)

Tingkat Pemahaman Perkembangan Seksualitas Tiap Subjek

Subjek Sub Total Kategori

1 27 Baik

2 33 Baik

3 28 Baik

4 22 Cukup

5 31 Baik

6 22 Cukup

7 33 Baik

8 35 Baik

9 24 Cukup

10 34 Baik

11 35 Baik

12 35 Baik

13 28 Baik

14 36 Baik

15 21 Cukup

16 29 Baik

17 34 Baik

18 29 Baik

19 27 Baik

20 35 Baik

21 35 Baik

22 31 Baik

23 34 Baik

24 31 Baik

25 30 Baik

26 26 Baik

27 35 Baik

28 30 Baik

29 18 Cukup

30 35 Baik

31 35 Baik

32 21 Cukup

33 31 Baik

34 35 Baik

36 24 Cukup

37 31 Baik

38 35 Baik

39 36 Baik

41 31 Baik

42 35 Baik

43 27 Baik


(2)

Subjek Sub Total Kategori

45 21 Cukup

46 26 Baik

47 32 Baik

48 30 Baik

49 30 Baik

50 30 Baik

51 30 Baik

52 28 Baik

53 36 Baik

54 23 Cukup

55 29 Baik


(3)

Tingkat Pemahaman Perkembangan Seksualitas Tiap Item

Item Sub Total Kategori

1 46 Tinggi

2 52 Tinggi

3 51 Tinggi

4 44 Tinggi

5 49 Tinggi

6 54 Tinggi

7 39 Cukup

8 38 Cukup

9 46 Tinggi

10 49 Tinggi

11 43 Tinggi

12 55 Tinggi

13 43 Tinggi

14 54 Tinggi

15 46 Tinggi

16 55 Tinggi

17 55 Tinggi

18 12 Rendah

19 42 Tinggi

20 34 Cukup

21 54 Tinggi

22 55 Tinggi

23 39 Cukup

24 54 Tinggi

25 41 Tinggi

26 37 Cukup

27 41 Tinggi

28 45 Tinggi

29 42 Tinggi

30 42 Tinggi

31 34 Cukup

32 48 Tinggi

33 47 Tinggi

34 38 Cukup

35 50 Tinggi

36 55 Tinggi


(4)

LAMPIRAN 5


(5)

Reliabilitas Pemahaman Perkembangan Seksualitas Sebelum Analisis Item

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 56 100.0

Excludeda 0 .0

Total 56 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


(6)

Reliabilitas Pemahaman Perkembangan Seksualitas Setelah Analisis Item

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 56 100.0

Excludeda 0 .0

Total 56 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


Dokumen yang terkait

Analisa pengaruh hasil belajar matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika: Studi pengaruh hasil belajar pokok bahasan getaran pada siswa kelas 2 semester III di SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2002/200

0 13 80

TANGGAPAN REMAJA TENTANG SERIAL TV (SINETRON) ADA APA DENGAN CINTA DI RCTI (study pada siswa-siswi kelas II MAN Malang I tahun ajaran 2004-2005)

0 3 1

Efektifitas penerapan metode ekperimen dengan kerja kelompok pokok bahasa bunyi pada siswa kelas II A Cawu 2 SLTP Negeri 2 Jember tahun ajaran 2001/2002

0 6 76

Efektifitas penggunaan media audio visual (VCD) dan media charta terhadap hasil belajar biologi konsep sirkulasi pada hewan dan manusia siswa kelas II semester II di SMU Negeri 2 Jember tahun ajaran 2003/2004

0 20 114

Identifikasi kesalahan konsep fisika tentang suhu dan kalor (Studi deskriptif pada siswa kelas I5 cawu III SMU Negeri Rambipuji Jember tahun ajaran 2000/2001

0 6 55

pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta pusat tahun ajaran 2014/2015

4 24 258

Analisis kesalahan huruf kapital dan tanda baca pada paragraf deskriptif siswa kelas V SD Negeri Sampay Rumpin-Bogor

1 20 151

Pengaruh penerapan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) terhadap keterampilan membaca pemahaman dongeng pada siswa kelas V SD Putra Jaya Depok Tahun pelajaran 2013/2014

2 12 154

Tingkat pemahaman siswa SMK panglima besar Soedirman 2 terhadap akad perbankan syariah

2 11 105

Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan abstraksi siswa di kelas VII SMPN 01 Kalidawir Tulungagung tahun ajaran 20172018

0 0 6