Pengaruh sistem multi level marketing terhadap minat menjadi anggota pada PT. Kangzen Kenko Indonesia.

(1)

ABSTRAK

PENGARUH SISTEM MULTI LEVEL MARKETING

TERHADAP MINAT MENJADI ANGGOTA PADA PT. KANGZEN KENKO INDONESIA

Stephanus Sigit Dwi Prasetyo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan minat konsumen menjadi anggota multi level marketing yang disebabkan oleh sistem kompensasi dibandingkan dengan kualitas produk yang dilakukan pada bulan Mei 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang telah menjadi anggota multi level markting PT. Kangzen Kenko Indonesia. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 90 orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji chi square.

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan microsoft excel, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : tidak ada perbedaan minat menjadi anggota multi level marketing disebabkan sistem kompensasi dibandingkan dengan kualitas produk secara umum, usia 16-30 tahun berminat pada sistem kompensasi dibandingkan dengan kualitas produk, usia diatas 30 tahun berminat pada kualitas produk dibandingkan dengan sistem kompensasi, konsumen yang bergantung sepenuhnya secara ekonomi berminat pada sistem kompensasi dibandingkan dengan kualitas produk, tidak ada perbedaan minat menjadi anggota multi level marketing disebabkan sistem kompensasi dibandingkan dengan kualitas produk pada konsumen setengah bergantung secara ekonomi, tidak bergantung secara ekonomi, berjenis kelamin pria dan wanita.


(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF MULTI-LEVEL MARKETING SYSTEM TO THE INTEREST IN JOINING IN PT. KANGZEN

KENKO INDONESIA

This research aims to find the differences of consumer’s interest in joining multi- level marketing based on compensation system compared with quality of product did on May 2013. The population of research was consumers who have been joining multi-level markting of PT. Kangzen Kenko Indonesia. Total samples taken were 90 respondens. Technique of data analysis was chi square.

Based on data analysis using microsoft excel, the result indicated that : there was not differences of interest in joining multi-level marketing based on compensation system compared with quality of product in general, age 16-30 years old more intersted in compensation system compared with quality of product, age over 30 years old more interested in quality of product compared with compensation system, consumer who fully rely economically more interested in compensation system compared with quality of product, there was not difference of interest in joining multi-level marketing because of compensation system compared with quality of product to consumer who half rely economically, independent economically and gender.


(3)

PENGARUH SISTEM MULTI LEVEL MARKETING

TERHADAP MINAT MENJADI ANGGOTA PADA PT. KANGZEN KENKO INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE.)

Program Studi Manajemen

Oleh:

Stephanus Sigit Dwi Prasetyo NIM : 092214008

PROGRAM STUDI MANAJEMEN, JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PENGARUH SISTEM MULTI LEVEL MARKETING

TERHADAP MINAT MENJADI ANGGOTA PADA PT. KANGZEN KENKO INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE.)

Program Studi Manajemen

Oleh:

Stephanus Sigit Dwi Prasetyo NIM : 092214008

PROGRAM STUDI MANAJEMEN, JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

Persembahan

“Selalu ada jalan. Temukanlah” (Thomas Alfa Edison)

Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan ia akan bertindak.”

(Mazmur 37:5)

Seburuk-buruknya masa lalu mu, masa depan mu masih bisa diperbaiki” (Mario Teguh)

Skripsi ini dipersembahkan kepada : Bapak dan ibuku (Atas dukungan, motivasi, kesempatan, cinta dan sayangnya yang tak terhingga) Kakak saya, Mba Ike (Yang memberikan perhatian dari setiap hal yang mungkin akan saya lalui) Adik saya, Dita (Yang selalu memotivasi saya untuk terus berusaha) Teman Setia saya, Mayke Prasastia (Yang terus berusaha memberikan yang terbaik seperti apa yang diberikan oleh orang-orang yang saya sayangi)Teman-teman Program Studi Manajemen 2009 Fakultas Ekonomi Sanata Dharma


(8)

(9)

(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih karuniaNya yang diberikan sehingga penulisan dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Sistem Multi Level Marketing Terhadap Minat Menjadi Anggota Pada PT. Kangzen Kenko Indonesia”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Herry Maridjo M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. Lukas Purwoto S.E.,M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Ike Janita Dewi, S.E., M.B.A., Ph.D., selaku dosen pembimbing I, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati.

4. Bapak Albertus Yudi Yuniarto, S.E.,M.B.A.., selaku dosen pembimbing II, yang juga telah mengarahkan dan membimbing penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna.


(11)

viii

5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

6. Segenap mitra PT. Kangzen Kenko Indonesia yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk mengisi kuesioner disela kesibukannya serta motivasi yang saling membangun.

7. Kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan perhatian, dukungan, kasih sayang serta kesempatan belajar secara formal di institusi pendidikan (sekolah hingga universitas).

8. Kakak saya mba Maria Ike Sriwulandari dan adik saya Agnes Dita Tri Aprilia yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat saya Florentina Linda V, Rani Antyani, Agustina Andriani, Andromeda Tanu S, seluruh teman-teman angkatan 2009 di Fakultas Ekonomi atas seluruh inspirasinya selama masa perkuliahan, serta teman-teman kelas MPT. Penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih dan senang berjumpa dengan kalian.

10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.


(12)

ix

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi masukan bagi pembaca.


(13)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... x

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xv

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

HALAMAN ABSTRAK ... xvii BAB I PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Batasan Penelitian ... D. Tujuan Penelitian ... E. Manfaat Penelitian ...

1 1 3 4 5 6 BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ...

A. Landasan Teori ... 7 7


(14)

xi

B. Hasil Penelitian Sebelumnya ... C. Rumusan Hipotesis ...

18 19 BAB III METODE PENELITIAN ...

A. Jenis Penelitian ... B. Subjek dan Objek Penelitian ... C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... D. Variabel Penelitian ... E. Definisi dan Operasionalisasi Variabel ... F. Populasi dan Sampel ... G. Teknik Pengambilan Sampel ... H. Teknik Pengumpulan Data ... I. Teknik Pengujian Instrumen ... J. Teknik Analisis Data ...

25 25 25 26 26 27 29 29 30 30 30 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ………...

A. Gambaran Umum PT. Kangzen Kenko Indonesia …... B. Visi Perusahaan ... C. Misi Perusahaan ... D. Produk ... E. Cara Bergabung ... F. Club 100juta ...

32 32 34 34 35 47 52 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ...

A. Karakteristik Responden ... B. Hasil Uji Validitas Instrumen ...

54 54 61


(15)

xii

C. Analisis Data ... D. Pembahasan ...

61 67 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

71 71 72 DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN ... 76


(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

V.1 Data Deskripsi : Jawaban Responden untuk setiap Pernyataan ... 55

V.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57

V.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 58

V.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Ketergantungan... 60

V.5 Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing ... 62

V.6 Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing Usia 16-30 tahun ... 63

V.7 Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing Usia di atas 30 tahun ... 63

V.8 Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing Dengan Status Ekonomi Bergantung Sepenuhnya ... 64

V.9 Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing Dengan Status Ekonomi Setengah Bergantung... 65

V.10 Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing Dengan Status Ekonomi Tidak Bergantung... 65

V.11 Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing Berdasarkan jenis kelamin pria... 66

V.12 Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing Berdasarkan Jenis Kelamin Wanita... 66


(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

IV.1 Produk Perawatan Kulit Berjerawat ... 36

IV.2 Produk Perawatan Wajah Dari Dalam ... 36

IV.3 Produk Pencerah Warna Kulit ... 37

IV.4 Produk Pencerah Warna Kulit ... 37

IV.5 Alat Pemijat Wajah ... 37

IV.6 Produk Perawatan Wajah ... 38

IV.7 Susu Colostrum ... 38

IV.8 Produk Suplemen Antioksidan ... 39

IV.9 Suplemen ... 39

IV.10 Produk Kesehatan Persendian Tulang ... 39

IV.11 Produk Kesehatan Jantung ... 40

IV.12 Produk Vitamin C Time release ... 40

IV.13 Produk Cream Serbaguna ... 41

IV.14 Pembalut ... 41

IV.15 Balsem ... 41

IV.16 Kalung Energi ... 42

IV.17 Produk Aloe Vera ... 42

IV.18 Alat Penyehat Air Minum ... 42

IV.19 Kopi Kesehatan ... 43


(18)

xv

IV.21 Krim Rambut ... 44

IV.22 Produk Pelembab tubuh ... 44

IV.23 Sabun Wajah Berjerawat ... 45

IV.24 Sabun Wajah ... 45

IV.25 Sabun Mandi Cair ... 45

IV.26 Sikat Gigi ... 46

IV.27 Pasta Gigi ... 46

IV.28 Cara Bergabung ... 48

IV.29 Promo Produk 1 ... 49

IV.30 Promo Produk 2 ... 50

IV.31 Promo Produk 3 ... 51

V.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

V.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 59

V.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Ketergantungan Ekonomi ... 61


(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 76 Lampiran 2 Data Responden ... 78 Lampiran 3 Hasil Uji Chi Square ... 84


(20)

xvii ABSTRAK

PENGARUH SISTEM MULTI LEVEL MARKETING

TERHADAP MINAT MENJADI ANGGOTA PADA PT. KANGZEN KENKO INDONESIA

Stephanus Sigit Dwi Prasetyo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan minat konsumen menjadi anggota multi level marketing yang disebabkan oleh sistem kompensasi dibandingkan dengan kualitas produk yang dilakukan pada bulan Mei 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang telah menjadi anggota multi level markting PT. Kangzen Kenko Indonesia. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 90 orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji chi square.

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan microsoft excel, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : tidak ada perbedaan minat menjadi anggota multi level marketing disebabkan sistem kompensasi dibandingkan dengan kualitas produk secara umum, usia 16-30 tahun berminat pada sistem kompensasi dibandingkan dengan kualitas produk, usia diatas 30 tahun berminat pada kualitas produk dibandingkan dengan sistem kompensasi, konsumen yang bergantung sepenuhnya secara ekonomi berminat pada sistem kompensasi dibandingkan dengan kualitas produk, tidak ada perbedaan minat menjadi anggota multi level marketing disebabkan sistem kompensasi dibandingkan dengan kualitas produk pada konsumen setengah bergantung secara ekonomi, tidak bergantung secara ekonomi, berjenis kelamin pria dan wanita.


(21)

xviii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF MULTI-LEVEL MARKETING SYSTEM TO THE INTEREST IN JOINING IN PT. KANGZEN

KENKO INDONESIA

This research aims to find the differences of consumer’s interest in joining multi- level marketing based on compensation system compared with quality of product did on May 2013. The population of research was consumers who have been joining multi-level markting of PT. Kangzen Kenko Indonesia. Total samples taken were 90 respondens. Technique of data analysis was chi square.

Based on data analysis using microsoft excel, the result indicated that : there was not differences of interest in joining multi-level marketing based on compensation system compared with quality of product in general, age 16-30 years old more intersted in compensation system compared with quality of product, age over 30 years old more interested in quality of product compared with compensation system, consumer who fully rely economically more interested in compensation system compared with quality of product, there was not difference of interest in joining multi-level marketing because of compensation system compared with quality of product to consumer who half rely economically, independent economically and gender.


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Dunia multi level marketing di Indonesia perkembangannya memang sudah cukup lama, bahkan sebelum tahun 2000 belum ada aturan baku atau perundangan yang memayungi usaha semacam multi level marketing, namun dalam perkembangannya ternyata usaha multi level marketing cukup marak, bahkan satu demi satu perusahaan multi level marketing mulai bermunculan di Indonesia (Anonim, 2012).

Multi level marketing pertama kali muncul dengan beroperasinya The California Perfume Company di New York tahun 1886 yang didirikan oleh Dave McConnel. McConnell inilah yang memiliki ide mempekerjakan Mrs. Albee sebagai California Perfume Lady yang pertama dengan cara menjual langsung kepada konsumen dari rumah ke rumah. Perusahaan ini kemudian berganti nama menjadi Avon pada tahun 1939, sementara Mrs.Albee sendiri dianggap sebagai perintis metode penjualan direct selling. Dalam perkembangan berikutnya, muncul perusahaan Nutrilite tahun 1934 di California dengan metode penjualan baru, yaitu memberi komisi tambahan pada distributor independen yang berhasil merekrut, melatih, dan membantu anggota baru itu untuk ikut menjual produk. Metode baru ini memungkinkan seorang distributor terus merekrut anggota baru dengan kedalaman dan keluasan yang tidak terbatas (Anonim, 2010).


(23)

Pada sekitar tahun 1959, dua orang pemimpin distributor NutriLite yaitu Rich DeVoss dan Jay Van Andel mencetuskan perusahaan network marketing untuk produk Nutrilite itu dengan nama Amway, sebagai satu-satunya sarana bagi bangsa Amerika memasarkan produk dengan cara network marketing. Perkembangan perusahaan multi level marketing di Indonesia sendiri, tercetus sekitar tahun 1980. Data yang di dapatkan dari website resmi Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) perkembangan perusahaan multi level marketing yang terdaftar secara resmi sampai saat ini yaitu sebanyak 62 perusahaan. Banyaknya jumlah perusahaan multi level marketing yang terdaftar ini menandakan bahwa perkembangan industri ini diminati di Indonesia. Faktor yang mendukung pertumbuhan ini adalah jiwa wirausaha yang semakin digalakan. Selain faktor tersebut, adapun faktor lainnya yaitu tingkat pengangguran yang besar. Peran bisnis ini dapat menjadi solusi karena dapat memberikan kesempatan kerja yang sangat luas dengan modal yang sangat kecil dibandingkan dengan usaha konvensional.

Perbedaan mendasar mengenai karakteristik bisnis ini dibandingkan bisnis konvensional adalah sifat pemasarannya yang bertingkat-tingkat. Tingkatan tersebut terdiri atas upline (tingkat atas) dan downline (tingkat bawah) atau dengan kata lain, multi level marketing adalah suatu strategi pemasaran sekaligus penjualan yang bertumpu pada jaringan. Upline diharuskan untuk membina relasi yang baik dalam dunia sosialnya agar mereka mendapatkan downline yang memiliki visi dan misi yang sama dalam


(24)

memenuhi kebutuhan mereka masing-masing sehingga dengan sistem yang tersedia, mereka pun dapat meningkatkan omset pribadi.

Perbedaan lainnya terdapat pada rantai distribusinya. Bisnis konvensional memiliki rantai distribusi yang cukup panjang, mulai dari agen tunggal, agen daerah, periklanan sampai ke toko eceran dan sepanjang rantai distribusi tersebut setiap rantai mengambil keuntungan masing-masing. Berbeda dengan bisnis multi level marketing, rantai distribusi hanya terjadi pada produsen, distributor langsung dan sampai kepada konsumen.

Salah satu sub usaha di Indonesia yang menggunakan saluran distribusi langsung atau multi level marketing adalah PT. Kangzen Kenko Indonesia yang berfokus pada produk kesehatan dan kecantikan dengan sistem pemasarannya “Club 100 juta” yang memasarkan produk dengan cara menekankan konsumsi pribadi untuk menjaga kesehatan dan memperluas jaringan dengan metode member get member.

B.Rumusan Masalah

1. Apakah minat konsumen menjadi anggota multi level marketing lebih disebabkan oleh sistem kompensasi dibandingkan dengan kualitas dari produk yang ditawarkan ?

2. Apakah konsumen yang memiliki usia 16 sampai 30 tahun berminat menjadi anggota multi level marketing lebih disebabkan oleh sistem kompensasi ?


(25)

3. Apakah konsumen yang memiliki usia diatas 30 tahun berminat menjadi anggota multi level marketing lebih disebabkan oleh kualitas produk ? 4. Apakah konsumen yang memiliki status ekonomi bergantung sepenuhnya

berminat menjadi anggota multi level marketing lebih disebabkan sistem kompensasi ?

5. Apakah konsumen yang memiliki status ekonomi setengah bergantung berminat menjadi anggota multi level marketing lebih disebabkan sistem kompensasi ?

6. Apakah konsumen yang memiliki status ekonomi tidak bergantung berminat menjadi anggota multi level marketing lebih disebabkan kualitas produk yang ditawarkan ?

7. Apakah pria berminat menjadi anggota multi level marketing lebih disebabkan oleh sistem kompensasi ?

8. Apakah wanita berminat menjadi anggota multi level marketing lebih disebabkan oleh kualitas produk yang ditawarkan ?

C.Batasan Penelitian

Konsumen perusahaan multi level marketing terbagi menjadi 2 yaitu konsumen yang mengkonsumsi produk dan konsumen yang bergabung sebagai downline. Konsumen yang mengkonsumsi produk adalah individu yang mengkonsumsi produk dengan harga yang lebih mahal dibandingkan konsumen yang bergabung sebagai downline, sedangkan downline adalah individu yang bergabung dengan perusahaan multi level marketing tertentu.


(26)

Umumnya konsumen yang memutuskan bergabung sebagai downline memiliki 2 alasan bergabung yaitu ingin mengkonsumsi produk dengan harga yang lebih ekonomis dan ingin mendapatkan tambahan penghasilan dari peluang bisnis yang ditawarkan. Pada penelitian ini, peneliti hanya meneliti konsumen yang telah bergabung sebagai downline.

Bisnis multi level marketing dapat dijalankan oleh semua orang dengan berbagai latar belakang, sehingga tidak ada batasan dalam memasarkan produk maupun sistem kompensasinya. Oleh sebab itu, peneliti memberi batasan yaitu peneliti hanya meneliti usia, status ketergantungan ekonomi, dan jenis kelamin. Faktor demografis tersebut dipilih karena memiliki perbedaan yang signifikan dalam menentukan keputusan pembelian.

D.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui besarnya minat konsumen menjadi anggota multi level marketing PT. Kangzen Kenko Indonesia yang disebabkan sistem kompensasi dibandingkan dengan kualitas produk yang ditawarkan.

2. Untuk mengetahui besarnya minat konsumen menjadi anggota multi level marketing PT. Kangzen Kenko Indonesia yang disebabkan oleh sistem kompensasi dibandingkan dengan kualitas produk yang ditawarkan berdasarkan faktor demografi (usia, status ketergantungan ekonomi, dan jenis kelamin).


(27)

E.Manfaat Penelitian

1. Bagi PT. Kangzen Kenko Indonesia

Menjadi sumbangan bagi salah satu solusi manajerial yang dapat di implementasikan di perusahaan PT. Kangzen Kenko Indonesia serta pembawaan presentasi yang lebih efektif bagi setiap kalangan yang didasarkan oleh penelitian yang dilakukan.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti yang juga merupakan anggota dari multi level marketing PT. Kangzen Kenko Indonesia sebagai tambahan informasi menjalankan bisnis dari sudut pandang yang tepat.


(28)

7 BAB II

TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A.Landasan Teori

1. Pengertian Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran merupakan sebuah peta ide dari strategi pemasaran yang perlu dipikirkan oleh perusahaan untuk mewujudkan strategi pembeda yang telah ditentukan (Hendro 2011: 389). Bauran pemasaran diartikan oleh Sumarwan (2011 : 18) adalah sejumlah alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan pemasaran. Menurut Kotler dan Keller (2009 : 174) bauran komunikasi pemasaran terdiri dari delapan model komunikasi utama yaitu iklan, promosi penjualan, acara dan pengalaman, hubungan masyarakat dan publisitas, pemasaran langsung, pemasaran interaktif, pemasaran dari mulut ke mulut dan penjualan personal.

a. Iklan

Semua produk terbayar dari presentasi nonpersonal dan promosi ide, barang, atau jasa melalui sponsor yang jelas.

b. Promosi Penjualan

Berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong percobaan atau pembelian produk atau jasa.


(29)

c. Acara dan Pengalaman

Kegiatan dan program yang disponsori perusahaan yang dirancang untuk menciptakan interaksi harian atau interaksi yang berhubungan dengan merek tertentu.

d. Hubungan Masyarakat dan Publisitas

Beragam progam yang dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau produk individunya.

e. Pemasaran Langsung

Penggunaan surat, telepon, faksimile, e-mail, atau internet untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau meminta respons atau dialog dari pelanggan dan prospek tertentu.

f. Pemasaran Interaktif

Kegiatan dan progam online yang dirancang untuk melibatkan pelanggan atau prospek dan secara langsung atau tidak langsung meningkatkan kesadaran, memperbaiki citra, atau menciptakan penjualan produk dan jasa.

g. Pemasaran dari Mulut ke Mulut

Komunikasi lisan, tertulis, dan elektronik antarmasyarakat yang berhubungan dengan keunggulan atau pengalaman membeli atau menggunakan produk atau jasa.


(30)

h. Penjualan Personal

Interaksi tatap muka dengan satu atau lebih pembeli prospektif untuk tujuan melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan pengadaan pesanan.

2. Pengertian Direct Marketing

Pemasaran langsung (direct marketing) merupakan suatu cara mengkomunikasikan barang dan atau jasa yang diproduksi oleh suatu perusahaan melalui berbagai saluran komunikasi secara langsung kepada konsumen sasaran. Saluran- saluran tersebut yaitu direct mail, mail order, direct response dan direct marketing (Kobs, 1991: 4).

Menurut Kotler dan Keller (2008: 240) direct marketing adalah penggunaan saluran langsung konsumen untuk menjangkau dan mengirimkan barang dan jasa kepada pelanggan tanpa menggunakan perantara pemasaran. Manfaat pemasaran langsung yaitu :

a. Pemasaran langsung dapat menjangkau calon pelanggan pada saat yang tepat dan dibaca oleh calon pelanggan yang lebih memiliki prospek. b. Pemasaran langsung memungkinkan pemasar menguji media dan pesan

alternatif untuk menemukan pendekatan yang paling efektif dari segi biaya.

c. Pemasaran langsung juga membuat penawaran dan strategi pemasaran kurang dapat dilihat pesaing.

d. Pemasar langsung dapat mengukur respon terhadap kampanye mereka agar dapat diputuskan bentuk kampanye yang paling menguntungkan.


(31)

3. Pengertian Direct Selling

Direct selling (Penjualan Langsung) adalah metode penjualan barang dan atau jasa tertentu kepada konsumen dengan cara tatap muka diluar lokasi eceran tetap oleh jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh mitra usaha dan bekerja berdasarkan komisi penjualan, bonus penjualan dan iuran keanggotaan yang wajar. Direct selling pun terbagi menjadi 2 yaitu a. Single Level Marketing (Pemasaran Satu Tingkat), maksudnya adalah

metode pemasaran barang dan atau jasa dari sistem penjulan langsung dan bonus penjualan dari hasil penjualan barang dan atau jasa yang dilakukannya sendiri.

b. Multi Level Marketing (Pemasaran Multi Tingkat), maksudnya adalah Metode pemasaran barang dan atau jasa dari sistem Penjualan Langsung melalui program pemasaran berbentuk lebih dari satu tingkat, dimana mitra usaha mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan barang dan atau jasa yang dilakukannya sendiri dan anggota jaringan di dalam kelompoknya (Anonim, 2012).

4. Multi Level Marketing

a. Pengertian Multi Level Marketing

Multi level marketing sering dianggap sebagai sebuah terobosan baru menghasilkan pendapatan yang besar dalam waktu yang singkat serta jaminan masa depan yang cerah. Faktanya, bahwa multi level marketing bukanlah cara yang instan untuk memperoleh penghasilan yang besar dalam waktu singkat. Multi level marketing hanyalah salah


(32)

satu cara memasarkan suatu produk dari produsen ke konsumen. Multi level marketing hanya suatu metode bisnis alternatif yang berhubungan dengan pemasaran dan distribusi. Jadi jelas, bahwa multi level marketing sebatas cara menjual produk ke konsumen. Kesuksesan suatu multi level marketing tergantung sepenuhnya pada kualitas produk.

Tren sosial yang bergerak sangat cepat adalah salah satu alasan bagi banyak perusahaan menggunakan pola network marketing, misalnya sejak tahun 1970-an, wanita yang menjadi konsumen utama produk maupun jasa ternyata sibuk bekerja di luar rumah. Perusahaan menilai konsep pemasaran network marketing lebih sesuai karena bersifat lebih informal dan menghasilkan kompensasi yang besar. Alasan lain perusahaan menggunakan sistem network marketing adalah faktor efisiensi. Charles Givens, seorang ahli keuangan dan penulis buku terlaris, Wealth Without Risk, menyatakan bahwa 80% dari harga produk merupakan beban dan biaya-biaya pemasaran. Biaya –biaya tersebut harus dikeluarkan sebelum produk laku di pasaran.

Multi level marketing menurut Andrew Ho ( https://mail-attachment.googleusercontent.com/attachment/u/0/?ui=2&ik=da0f71a3a5&vi ew=att&th=134f071ea3a711f6&attid=0.1&disp=inline&safe=1&zw&saduie=AG 9B_PRLRUKA9fbf6s9nXPpMHrL&sadet=1376843705060&sads=ah7lVLlPLkv8HJ P45aTs9ebucSE : 13) adalah


(33)

Network marketing (NM) juga sering disebut dengan multi Level marketing (MLM), yaitu bentuk pemasaran barang atau jasa dari orang per orang secara langsung kepada konsumen akhir.

Multi level marketing menurut Andreas Hareta (1999: 4), mengatakan bahwa :

Multi level marketing merupakan salah satu dari berbagai cara yang dapat dipilih oleh sebuah perusahaan atau pabrik (produsen) untuk memasarkan, mendistribusikan atau menjual produknya melalui pengembangan armada pasar atau distributor langsung secara mandiri (independen) tanpa campur tangan langsung perusahaan.

Menurut pengertian diatas multi level marketing merupakan salah satu alternatif pemasaran dan distribusi yang dapat dipilih perusahaan untuk mengurangi beban biaya pemasaran dan distribusi.

b. Tujuan Multi Level Marketing

Tujuan multi level marketing sama dengan tujuan dari metode pemasaran yang lain, yaitu meningkatkan keuntungan perusahaan. Hal ini bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu meningkatkan pemasukan dan mengurangi pengeluaran. (Santoso 2003 : 35-36)

1) Meningkatkan pemasukan

Biasanya perusahaan lebih memusatkan pada peningkatan omset penjualan daripada meningkatkan laba yang didapat dari setiap produk dengan menaikan harga produk


(34)

2) Mengurangi pengeluaran.

Perusahaan dapat menggunakan dua cara untuk mengurangi pengeluaran, yang pertama memindahkan produk lebih dekat ke pelanggan, yang kedua merekrut tenaga penjual berdasarkan komisi. c. Keunggulan Multi Level Marketing

Keunggulan multi level marketing (Santoso 2003 : 47-51) adalah sebagai berikut :

1) Keunggulan dari sisi modal. Keunggulan utama dari multi level marketing adalah orang tidak memerlukan modal besar untuk bisa melibatkan diri.

2) Keunggulan dari sisi waktu. Keunggulan dari multi level marketing yang lain adalah waktu yang fleskibel. Pada distributor bisa melakukan presentasi (penjualan) pada waktu yang bisa mereka tentukan sendiri.

3) Keunggulan dari sisi pemasaran. Pemasaran yang dilakukan umumnya berjalan dari mulut-ke mulut, sehingga menghemat biaya pemasaran, tidak terbatas waktu dan tempat.

4) Keunggulan dari sisi kelompok. Dari sudut pandang multi level marketing, kita akan berurusan dengan banyak orang yang siap menolong kita mengatasi kesulitan kita.

5) Keunggulan dari sisi bisnis. Multi level marketing seperti membeli waralaba pribadi Oleh karena itu, ketika sebuah jaringan sudah


(35)

terbentuk maka seseorang tinggal menunggu hasil dari usaha yang telah dilakukan.

d. Keuntungan Multi Level Marketing

Tujuan dari metode pemasaran adalah meningkatkan keuntungan semaksimal mungkin. Adapun beberapa keuntungan yang ditawarkan multi level marketing kepada konsumen, yaitu :

1) Modal awalnya kecil

2) Dapat memperoleh program pelatihan gratis dan sebagian perusahaan akan menyediakan program-program pemacu semangat 3) Dapat meningkatkan kemampuan berbisnis dan keahlian pribadi 4) Dapat dilakukan oleh semua orang dengan latar belakang yang

berbeda-beda

5) Dapat dikerjakan diwaktu senggang tanpa menggangu pekerjaan utama

6) Dapat memilih bekerja bila sedang tidak memiliki pekerjaan. e. Kelemahan Multi Level Marketing

Multi level marketing tidak lepas dari berbagai kelemahan. Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh multi level marketing (Santoso 2003 : 57- 94) adalah :

1) Market Saturation

Suatu pasar dikatakan saturate (jenuh) jika ada terlalu banyak produk yang ditawarkan di pasar sehingga pasar mengalami kesulitan atau tidak mampu untuk menyerap produk tersebut. Produk yang


(36)

ditawarkan akan mengalami kesulitan untuk diserap oleh pasar karena jumlah permintaan lebih kecil daripada jumlah produk yang ditawarkan. Dalam kondisi ini, strategi pemasaran apa pun akan mengalami kesulitan untuk menembus pasar karena pasar memang sudah tidak bisa menampung produk tersebut.

2) Masalah Organisasi

Banyak program multi level marketing yang bisa dikategorikan sebagai skema piramid berbasis produk. Skema piramid berbasis produk dapat diartikan sebagai suatu skema piramid di mana partisipan baru dipikat untuk membeli produk yang seharusnya mereka jual. Skema ini akan berhenti sampai suatu titik tertentu sesuai dengan daya serap pasarnya.

3) Masalah Etika dan Moral

Beberapa profesi mempunyai kode etik profesi yang sangat ketat untuk menjaga profesionalitas, namun etika dan moral juga memiliki kaitan yang erat dengan masing-masing pribadi manusia. Metode bisnis member get member sering kali mendorong distributor melakukan penyimpangan yang berkaitan dengan etika dan moral dalam melakukan promosi bisnisnya seperti membuat isu tentang kompetitor. Isu negatif bukan hanya dilakukan oleh orang yang terlibat multi level marketing, namun isu ini banyak dilakukan orang yang bergelut di bidang multi level marketing.


(37)

5. Segmentasi Pasar

Pasar terdiri dari pembeli, dan pembeli memiliki keunikan dalam melakukan pembelian. Pembeli bisa mempunyai perbedaan keinginan, sumber daya, lokasi, sikap dan praktek pembelian. Segmentasi membagi pasar yang besar dan majemuk menjadi segmen yang lebih kecil yang dapat dicapai secara efisien dan efektif dengan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Segmentasi pasar menurut Kotler dan Amstrong (2008 : 225) adalah membagi pasar menjadi kelompok-kelompok kecil dengan kebutuhan, karakteristik, atau perilaku berbeda yang mungkin memerlukan produk atau bauran pemasaran tersendiri. Variabel segmentasi utama terdiri dari variabel geografis, demografis, psikografis, dan perilaku utama.

a. Segmentasi Geografis

Segmentasi geografis yaitu membagi pasar menjadi unit geografis yang berbeda seperti negara, negara bagian, wilayah, kabupaten, kota, atau lingkungan sekitar. Suatu perusahaan mungkin memutuskan untuk beroperasi di satu wilayah atau beberapa wilayah, atau beroperasi diseluruh wilayah berdasarkan hasil dari segmentasi gografi.

b. Segmentasi Demografi

Segmentasi Demografis yaitu membagi pasar menjadi kelompok berdasarkan variabel seperti usia, jenis kelamin, ukuran keluarga, siklus hidup, keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, generasi, dan kebangsaan. Faktor demografis adalah dasar paling umum yang


(38)

digunakan untuk menetapkan segmentasi kelompok pelanggan. Salah satu alasannya adalah bahwa tingkat variasi kebutuhan, keinginan, dan penggunaan konsumen sering berhubungan erat dengan variabel demografis. Alasan lainnya adalah bahwa variabel demografis lebih mudah diukur daripada tipe variabel lainnya.

c. Segmentasi Psikografis

Segmentasi psikografis yaitu membagi pasar menjadi kelompok berbeda berdasarkan kelas sosial, gaya hidup, atau karakteristik kepribadian. Produk yang dibeli seseorang mencerminkan gaya hidup mereka. Pemasar sering menetapkan segmen pasar mereka melalui gaya hidup konsumen dan mendasarkan strategi pemasaran mereka berdasarkan penampilan gaya hidup mereka.

d. Segmentasi Perilaku

Segmentasi perilaku yaitu membagi pembeli menjadi kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan, atau respon terhadap sebuah produk. Banyak pemasar percaya bahwa variabel perilaku adalah titik awal terbaik untuk membangun segmen pasar.

6. Demografi

Demografi merupakan salah satu unsur dalam segmentasi pasar yang berfungsi untuk mengetahui latar belakang calon konsumen sebelum perusahaan memproduksi dan atau menjual suatu barang dan jasa kepada masyarakat luas. Demografis secara spesifik menurut ahli pemasaran Kotler dan Amstrong (2006: 184-185) yaitu sebuah ilmu yang mempelajari dan


(39)

membagi konsumen dan pasar kedalam kelompok yang didasarkan pada usia, jenis kelamin, ukuran keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, generasi dan kewarganegaraan.

B.Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian mengenai multi level marketing telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian sejenis yaitu :

1. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Pembelian Produk Sophie Martin pada B.C. Ivrina Katili.

Skripsi ini melakukan pengamatan bahwa analisis perilaku konsumen yang dilakukan PT. Sophie Martin B.C. Ivrina Katili dalam kegiatan usahanya sangat menentukan atau berpengaruh dalam usaha mendapatkan konsumen yang sebanyak-banyaknya, sehingga dapat meningkatkan volume penjualannya.

2. Pengaruh Sistem Multi Level Marketing Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Produk Tupperware Di Bandung.

Skripsi ini menilai bahwa masih banyak orang yang tidak tertarik untuk melakukan pembelian produk tupperware karena harganya tinggi dan konsumen yang ingin membeli produk tupperware ini melalui proses yang tidak mudah, karena setiap konsumen yang ingin membeli produk tupperware harus menjadi distributor terlebih dahulu. Konsumen juga menganggap sistem multi level marketing tidak akan memberikan keuntungan. Konsumen sudah menganggap negatif terhadap sistem ini


(40)

dikarenakan banyaknya kasus penipuan yang mengatasnamakan atau berkedok multi level marketing.

3. Pengaruh Pelayanan Distributor Terhadap Minat Beli Produk Sophie Martin.

Skripsi ini meneliti pengaruh pelayanan terhadap distributor terhadap minat beli produk sophie martin di wilayah Jatake Tangerang.

C.Rumusan Hipotesis

Usaha multi level marketing dapat berkembang dengan pesat karena memiliki keunggulan yang lebih besar dengan jenis usaha lainnya yaitu : a. Jika berstatus sebagai distributor sekaligus pemakai, maka akan mendapat

kemudahan dengan membeli borongan.

b. Pemakai dapat berstatus sebagai penjual sekaligus membentuk jaringan usaha (network) yang mandiri

c. Bagi distributor lebih leluasa dalam menentukan sasaran dan jam kerjanya, tidak terikat oleh birokrasi yang rumit.

d. Dengan biaya yang rendah tetapi berpeluang mendapat penghasilan yang tidak terbatas besarnya

e. Wilayah usaha yang tidak terbatas (internasional) f. Tidak diperlukan stok barang yang banyak

g. Memperbesar penghasilan dengan memperbesar network

h. Hubungan antara distributor dan pelanggan sangat erat, karena interaksi kedua belah pihak sering terjadi


(41)

i. Usaha ini menawarkan kesempatan untuk mengikuti perjalanan wisata mendapat teman baru, ilmu dan pengalaman

j. Memberikan peluang usaha yang seluas-luasnya kepada masyarakat karena kesuksesan seorang distributor tidak tergantung pada pendidikan dan pengalamannya, tetapi tergantung keuletan dan kegigihan dalam memperbesar network dengan menjalin hubungan kerja yang baik.

Berdasarkan beberapa poin yang dijabarkan diatas, dapat diketahui bahwa pada multi level marketing, konsumen ditawarkan pengalaman yang lain selain kualitas dari produk yang ditawarkan, yaitu pengalaman berwirausaha. Oleh karena itu, penelitian ini mengajukan hipotesis 1a sebagai berikut. H1. Minat konsumen menjadi anggota multi level marketing lebih

ditentukan oleh sistem kompensasi dibandingkan dengan kualitas produk.

Seseorang yang mengawali karir di usia muda akan merasakan perbedaan ketika usaha yang mereka lakukan bertumbuh. Mereka lebih realistis dalam menghadapi masalah. Mason dan Harrison (1991: 229) juga mengemukakan, pada usia 30 tahunan seseorang cenderung memiliki keinginan lebih kuat untuk berprestasi dan berada pada puncak profesionalisme dalam berbisnis dan akan menurun ketika berusia di atas 40 tahunan. Hal ini diibaratkan daur hidup, dengan titik kulminasi pada usia 30 tahunan. Oleh karena itu, penenlitian ini mengajukan hipotesis 2a sebagai berikut.


(42)

H2A. Kelompok usia 16 sampai 30 tahun berminat menjadi anggota multi

level marketing lebih disebabkanoleh sistem kompensasi dibandingkan kualitas produk yang ditawarkan.

Pada usia 30 tahun terjadi penurunan kesehatan seperti status hormonal tubuh yang mengalami gangguan akibat penurunan hormon estrogen dan progesteron. Kondisi gangguan hormonal ini juga bisa diperparah oleh faktor eksternal konsumsi pil kontrasepsi, gaya hidup tidak sehat dan stres (Anonim, 2012 b). Sehingga pada usia 30 tahun, seseorang cenderung lebih memperhatikan kualitas makanan yang dikonsumsi dan kualitas produk kesehatan yang dikonsumsi agar tubuh tetap fit. Hal ini didukung oleh kecendrungan tingkat ekonomi di usia 30 tahun yang telah matang. Oleh karena itu, penelitian ini mengajukan hipotesis 2b sebagai berikut.

H2B. Kelompok usia diatas 30 tahun lebih berminat terhadap kualitas

produk yang ditawarkan dibandingkan sistem kompensasi

Salah satu faktor yang mempengaruhi minat membeli konsumen adalah tingkat pendapatan. Semakin besar pendapatan seseorang, semakin besar minat membeli dari konsumen tersebut. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil pendapatan seseorang, semakin kecil pula minat seseorang untuk membeli suatu produk atau jasa tertentu yang ditawarkan. Sumber pendapatan seseorang bisa bergantung dari bekerja, buka usaha, dan pemberian orang tua. Status ketergantungan ini akan membedakan pola konsumsi seseorang. Multi level


(43)

marketing merupakan suatu strategi distribusi yang tidak hanya menawarkan kualitas produk yang di hasilkan, namun juga peluang usaha untuk menambah penghasilan. Pada prakteknya, terdapat pergeseran tujuan konsumsi seseorang yang tidak hanya mendapatkan kepuasan dan manfaat dari produk yang ditawarkan, namun juga peluang yang ditawarkan untuk menambah pendapatan pribadi seseorang. Pergeseran tujuan konsumsi ini akhirnya memecah konsumen menjadi 2 bagian berdasarkan tujuan konsumsi, yaitu konsumen pemakai produk dan konsumen sebagai jaringan (networking).

Seseorang yang memiliki status ekonomi bergantung sepenuhnya umumnya melihat peluang multi level marketing sebagai sebuah kesempatan untuk mencoba pengalaman baru yaitu mandiri secara ekonomi, sehingga motivasi terbesarnya bergabung menjadi anggota multi level marketing adalah untuk menambah pendapatan sehari-hari serta mendapatkan pengalaman baru. Oleh karena itu, penelitian ini mengajukan hipotesis 3a sebagai berikut. H3A. Konsumen yang memiliki status ekonomi bergantung sepenuhnya

berminat menjadi anggota multi level marketing lebih disebabkan sistem kompensasi dibandingkan kualitas produk yang ditawarkan.

Seseorang yang memiliki status ekonomi setengah bergantung umumnya melihat peluang multi level marketing sebagai sebuah kesempatan untuk meraih kemandirian ekonomi disamping kebutuhan akan kesehatan. Selain itu, status ekonomi setengah bergantung umumnya memiliki tuntutan yang besar untuk mencapai kemandirian penuh secara ekonomi, sehingga motivasi


(44)

terbesarnya dalam bergabung menjadi anggota multi level marketing adalah sistem kompensasi yang ditawarkan. Oleh karena itu, penelitian ini mengajukan hipotesis 3b sebagai berikut.

H3B. Konsumen yang memiliki status ekonomi setengah bergantung

berminat menjadi anggota multi level marketing lebih disebabkan sistem kompensasi.

Seseorang yang memiliki status ekonomi tidak bergantung umumnya bergabung menjadi anggota multi level marketing karena kualitas produk yang ditawarkan. Alasan nya adalah karena beberapa pekerjaan tertentu mensyaratkan memiliki stamina yang prima serta penampilan yang menarik, sehingga kualitas konsumsi lebih diutamakan dibandingkan sistem kompensasi yang ditawarkan. Oleh karena itu, penelitian ini mengajukan hipotesis 3c sebagai berikut.

H3C. Konsumen yang memiliki status ekonomi tidak bergantung berminat

menjadi anggota multi level marketing lebih disebabkan kualitas produk yang ditawarkan

Multi level marketing merupakan sebuah sistem pemasaran yang tidak hanya menawarkan produk namun juga menawarkan sebuah peluang bagi setiap konsumennya untuk berwirausaha secara mandiri, sehingga dalam prosesnya, tujuan konsumsi produk multi level marketing menjadi lebih luas. Konsumen tidak hanya terfokus dengan kualitas produk yang ditawarkan untuk


(45)

memenuhi kepuasannya, namun juga peluang yang ditawarkan untuk menambah pendapatan rumah tangga.

Peran gender yang berbeda menciptakan perbedaan motif konsumen yang sulit untuk dibedakan mengenai tujuan kosumsinya. Fischer dan Arnold

(1998:2) menyatakan bahwa ”peran gender berkaitan dengan peranan,

kewajiban, dan tanggung jawab sebagai pria dan wanita”.

Peranan, kewajiban dan tanggung jawab pria dalam rumah tangga adalah menafkahi keluarga. Posisi sebagai kepala keluarga mendorong pria lebih berfokus pada peluang menghasilkan uang yang lebih untuk keperluan-keperluan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, penelitian ini mengajukan hipotesis 4a sebagai berikut.

H4A. Pria berminat menjadi anggota multi level marketing lebih disebabkan

oleh sistem kompensasi dibandingkan kualitas produk yang ditawarkan.

Peranan, kewajiban dan tanggung jawab wanita dalam rumah tangga adalah mengatur keperluan rumah tangga. Wanita sebagai pengatur keperluan rumah tangga akan sangat memperhatikan kualitas konsumsi dari setiap anggota keluarganya dibandingkan keperluan finansial di masa yang akan datang yang merupakan kewajiban pria. Oleh karena itu, penelitian ini mengajukan hipotesis 4b sebagai berikut.

H4B. Wanita berminat menjadi anggota multi level marketing lebih

disebabkan oleh kualitas produk yang ditawarkan dibandingkan sistem kompensasi yang ditawarkan.


(46)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menguji pengaruh sistem multi level marketing terhadap minat konsumen menjadi anggota pada PT. Kangzen Kenko Indonesia yang disebabkan oleh sistem kompensasi dan kualitas produk yang ditawarkan. Penelitian ini juga menguji perbedaan karakteristik demografi (usia, status ketergantungan ekonomi dan jenis kelamin) terhadap minat konsumen menjadi anggota.

B.Subjek dan Objek Penelitian 1) Subjek Penelitian

Subjek adalah orang-orang yang telah menjadi anggota multi level marketing PT. Kangzen Kenko Indonesia yang akan diteliti berdasarkan kuesioner yang telah disediakan. Subjek penelitian adalah orang-orang yang telah menjadi anggota multi level marketing PT. Kangzen Kenko Indonesia di Tangerang, Jakarta Barat dan Yogyakarta.

2) Objek Penelitian

Objek penelitian adalah variabel yang akan diteliti atau sesuatu yang bisa diukur. Objek dari penelitian ini adalah :


(47)

a. Minat Konsumen b. Sistem Kompensasi c. Kualitas Produk

C.Waktu dan Lokasi Penelitian

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei tahun 2013. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Tangerang, Jakarta Barat dan Yogyakarta. Alasan dipilihnya ketiga lokasi tersebut adalah, karena lokasi tersebut memiliki karakteristik usia yang berbeda. Lokasi Tangerang di dominasi usia 16-30 tahun dan diatas 30 tahun, lokasi Jakarta Barat di dominasi oleh usia 16-30 tahun dan Yogyakarta di dominasi oleh usia di atas 30 tahun

D.Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2001: 31). Pada penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah minat konsumen yang merupakan variabel dependen, sistem kompensasi dan kualitas produk yang ditawarkan sebagai variabel independen.


(48)

E.Definisi dan Operasionalisasi Variabel 1) Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang memberikan penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk yang dapat diukur (Kountur 2003: 65). Agar lebih mudah dimengerti, maka penulis berusaha untuk mendefinisikan istilah-istilah yang ada, yaitu sebagai berikut :

a. Usia : umur kronologis responden saat penelitian dilaksanakan b. Jenis kelamin : Pria dan wanita.

c. Status ketergantungan : status kemandirian ekonomi responden berdasarkan sumber pendapatan.

d. Royalti member baru : sejumlah uang yang diterima sponsor (up line) karena berhasil membantu seseorang sehingga menjadi distributor baru. e. Point value : poin yang digunakan untuk mengukur besarnya omset grup

setiap bulan. Poin ini yang akan dijadikan acuan untuk mengukur besarnya bonus distributor yang didapatkan setiap bulannya.

f. Care reward : poin yang didapatkan dari setiap pembelanjaan produk. Poin ini dapat digunakan untuk menukar dengan reward- reward tertentu sesuai dengan jumlah care reward yang di kumpulkan seorang distributor.

g. Lito (Leadership Insentive Tour) : sebuah insentif untuk bertamasya ke luar negeri bagi pemimpin yang telah mencapai terget tertentu.


(49)

h. Sistem kompensasi : sistem yang dirancang perusahaan untuk menentukan dengan adil pembagian sejumlah uang maupun reward kepada anggota sesuai kontribusinya masing-masing kepada perusahaan. i. Bahan baku : bahan mentah yang digunakan perusahaan manufaktur

untuk menciptakan suatu produk.

j. Sertifikat produk : pengakuan kualitas suatu produk karena kemampuannya oleh berbagai lembaga terkait.

k. Testimoni : kesaksian sejumlah konsumen terhadap suatu produk atas keandalannya dalam memenuhi harapan konsumen tersebut.

l. Negara asal produk : lokasi suatu produk diciptakan.

m.Kemampuan Produk : keandalan suatu produk dalam memenuhi harapan konsumen.

2) Operasionalisasi Variabel

Peneliti meminta responden untuk merangking komponen- komponen yang menjadi tolak ukur dari sistem kompensasi dan kualitas produk Komponen sistem kompensasi meliputi :

1) Royalti Member Baru 2) Poin Value

3) Care Reward 4) Lito

5) Sistem Kompensasi

Komponen Kualitas Produk meliputi : 1) Kualitas Bahan Baku


(50)

2) Sertifikat Produk 3) Testimoni

4) Negara Produsen

5) Keyakinan terhadap Kemampuan Produk

F. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011: 61). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota PT. Kangzen Kenko Indonesia yang bertempat tinggal di Tangerang, Jakarta Barat dan Yogyakarta. Karena besar populasi tidak dapat diketahui secara pasti, maka sulit mencari berapa jumlah populasi yang tepat. Bailey menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data statistik, ukuran sampel yang paling minimum adalah 30 (Hasan, 2002: 60). Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil sebanyak 90 responden.

G.Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling. Convenience sampling atau disebut juga sampling kebetulan yaitu bentuk sampling nonprobabilitas dimana anggota sampelnya yang dipilih diambil berdasarkan kemudahan mendapatkan data yang


(51)

diperlukan, atau dilakukan seadanya, seperti mudah ditemui atau dijangkau atau kebetulan ditemukan (Hasan, 2002: 68). Alasan dipilihnya teknik pengambilan sampel tersebut adalah agar memudahkan konsumen menyediakan waktu mengisi data kuesioner.

H.Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat berupa sesuatu yang diketahui atau yang dianggap atau anggapan (Hasan, 2002: 82). Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh langsung dari lapangan melalui kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden.

I. Teknik Pengujian Instrument

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Untuk menguji instrumen yang digunakan, peneliti menggunakan pengujian face validity. Untuk menguji validitas konstruk, maka peneliti menggunakan pendapat dari ahli untuk dimintai pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun.

J. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini ingin diketahui perbedaan pengaruh antara kualitas produk yang ditawarkan dengan sistem kompensasi yang diberikan terhadap


(52)

minat konsumen menjadi anggota multi level marketing PT. Kangzen Kenko Indonesia. Untuk mengetahui hal ini, peneliti menguji dengan menggunakan rumus chi kuadrat, karena data berbentuk nominal dan non parametris. Persamaan ini dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :

= ∑

Dimana :

= Chi Kuadrat

f0 = Frekuensi yang di observasi fh = Frekuensi yang di harapkan

Maka dengan menggunakan rumus tersebut, kita akan mendapatkan besarnya chi kuadrat hitung. Untuk dapat membuat keputusan tentang hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, maka harga chi kuadrat tersebut perlu dibandingkan dengan chi kuadrat tabel dengan dk dan taraf kesalahan tertentu. Dalam hal ini berlaku ketentuan, bila chi kuadrat hitung lebih kecil dari chi kuadrat tabel, maka H0 diterima, dan apabila lebih besar atau sama dengan (≥) harga chi kuadrat tabel maka H0 ditolak.


(53)

32 BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A.Gambaran umum PT Kangzen Kenko Indonesia

PT. Kangzen Kenko Indonesia didirikan di Jakarta pada bulan 8 januari 1999 dan merupakan perusahaan multi level marketing legal yang terdaftar di APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia). PT. Kangzen Kenko Indonesia merupakan perusahaan dagang yang menjual kembali produk yang dihasilkan oleh perusahaan produsen yang telah menjadi mitra usaha. Faktor-faktor yang memperngaruhi dipilihnya jenis usaha nya sebagai perusahaan dagang adalah : 1) Fleksibel

Setiap hari selalu ada penawaran produk baru bagi setiap konsumen didunia. Jalur komunikasi yang semakin fleksibel karena ditopang oleh perkembangan teknologi yang semakin pesat mendorong produsen semakin mudah menciptakan pasar terhadap produk yang dihasilkannya. Hal ini menyebabkan sulitnya memprediksi kecepatan perubahan trend di masyarakat mengenai pola konsumsi. Kesulitan tersebut dapat menyebabkan kerugian yang besar bila sebuah perusahaan tidak segera merespon perkembangan tren yang terjadi yaitu tidak lakunya produk yang dihasilkan dipasaran. Bentuk usaha dagang dinilai mampu membantu perusahaan untuk segera beradaptasi terhadap perubahan tren yang terjadi dengan mengganti produk yang tidak trend dengan produk yang sedang tren.


(54)

2) Menghindari Resiko Beban Operasional

Beban operasional berupa mesin dan tenaga kerja merupakan salah satu kendala untuk beradaptasi terhadap perubahan trend. Menciptakan suatu produk memiliki banyak faktor pertimbangan sedangkan trend terhadap produk yang akan diciptakan sulit diprediksi. Hal ini dapat menjadi kendala eksistensi suatu perusahaan. Bentuk usaha dagang dinilai dapat mengurai resiko tersebut.

3) Efisiensi Kualitas Produk

Kualitas produk dapat dinilai dari kemampuannya memenuhi kepuasan konsumen. Untuk meningkatkan jaminan kualitas suatu produk, sertifikat dari badan-badan yang terkait terhadap produk diperlukan. Sertifikat tersebut umumnya memiliki standarisasi yang tinggi sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memenuhinya. Oleh karena itu, untuk mengefisienkan waktu memperoleh jaminan kualitas, perusahaan memilih bentuk usaha dagang dan bekerja sama dengan perusahaan terbaik di dunia.

4) Menghindari Isu Negatif Kualitas Produk Multi Level Marketing

Salah satu isu negatif yang berkembang mengenai multi level marketing adalah kualitas produk yang tidak jelas. Hal ini menjadi kendala untuk menyampaikan kualitas produk kepada masyarakat melalui metode pemasaran multi level marketing berkaitan dengan isu tersebut. Oleh karena itu, perusahaan memilih bentuk usaha dagang dan bekerja sama dengan


(55)

perusahaan terbaik dunia yang telah menjamin kualitas produk sehingga produk dapat dipasarkan ditengah isu tersebut.

PT. Kangzen Kenko Indonesia merupakan perusahaan dagang yang berfokus pada produk kesehatan dan kecantikan. Perusahaan ini mendistribusikan produknya melalui sistem pemasaran bertingkat (multi level marketing) yaitu sistem Club 100 juta.

B.Visi

Sebagai pengembangan KK Indonesia, perusahaan telah menetapkan beberapa pencapaian sebagai berikut :

1) Go 1% yaitu menjadikan 1% dari penduduk Indonesia menjadi pebisnis 2) Graha KK Indonesia

3) Sekolah KK indonesia 4) Perumahan KK Indonesia 5) Franchise BZ

6) Care Cafe

7) ISO Certification 8) Go Public

C.Misi

Menjadi salah satu perusahaan network marketing terbaik dengan mengacu pada 5 komitmen utama.


(56)

1) Komitmen kepada distributor

Memberikan kualitas hidup yang lebih baik melalui peningkatan sumber daya manusia lewat program KISS (Kangzen Kenko International Success System).

2) Komitmen kepada konsumen

Menghadirkan produk-produk kesehatan dan kecantikan yang berkualitas dan bertaraf internasional dengan harga terjangkau.

3) Komitmen kepada karyawan

Melaksanakan program pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan profesionalisme kerja

4) Komitmen kepada industri network marketing

Bersama APLI dan perusahaan network marketing yang lain berusaha meningkatkan nama baik network marketing sehingga menjadi industri yang dihormati dan dihargai masyarakat.

5) Komitmen kapada negara.

Memberikan sumbangsih dan kontribusi nyata dalam memperbaiki ekonomi rakyat (khususnya) dan negara (umumnya).

D.Produk

Perusahaan Kangzen Kenko Indonesia merupakan perusahaan dagang produk-produk terbaik dunia yang berfokus kepada produk kesehatan dan kecantikan yang terbagi menjadi 5 divisi meliputi produk kecantikan, produk


(57)

nutrisi dan suplemen, produk kesehatan umum, produk makanan dan minuman dan produk perawatan diri dan rumah.

1) Produk kecantikan.

Produk kecantikan Perusahaan Kangzen Kenko Indonesia meliputi produk perawatan wajah untuk jenis kulit berjerawat maupun jenis kulit normal. Secara umum perusahaan bekerja sama dengan negara Swiss dan Korea Selatan sebagai supplier nya. Berikut ini adalah contoh dari produk yang meliputi kecantikan.

Gambar IV.1. Produk Perawatan Kulit Berjerawat


(58)

Gambar IV.3. Produk Pencerah Warna Kulit

Gambar IV.4. Produk Pencerah Warna Kulit


(59)

2) Produk nutrisi dan suplemen

Produk nutrisi dan suplemen Perusahaan Kangzen Kenko Indonesia meliputi produk untuk memperbaiki kesehatan tubuh dan meningkatkan stamina. Secara umum perusahaan bekerja sama dengan negara Swiss, Jepang dan Taiwan sebagai supplier nya. Berikut ini adalah contoh produk yang meliputi nutrisi dan suplemen.

Gambar IV.7. Susu Colostrum Gambar IV.6. Produk Perawatan Wajah


(60)

Gambar IV.8. Produk Suplemen Antioksidan

Gambar IV.9. Suplemen


(61)

3) Produk kesehatan umum

Produk kesehatan Umum Perusahaan Kangzen Kenko Indonesia meliputi produk-produk yang bersifat pencegahan. Secara umum perusahaan bekerja sama dengan negara China, Taiwan, Amerika dan Jepang sebagai supplier nya. Berikut ini adalah contoh produk yang meliputi kesehatan umum.

Gambar IV.11.Produk Kesehatan Jantung

Gambar IV.12. Produk Vitamin C Time Release


(62)

Gambar IV.13. Produk Cream Serbaguna

Gambar IV.15. Balsem


(63)

Gambar IV.16. Kalung Energi Skalar

Gambar IV.17. Produk Aloe Vera


(64)

4) Produk makanan dan minuman

Produk makanan dan minuman Perusahaan Kangzen Kenko Indonesia meliputi produk-produk untuk meningkatkan stamina. Secara umum perusahaan bekerja sama dengan negara China dan Malaysia sebagai supplier. Berikut ini adalah contoh produk yang meliputi kesehatan umum.

Gambar IV.19. Kopi Kesehatan


(65)

5) Produk perawatan diri dan rumah

Produk perawatan diri dan rumah Perusahaan Kangzen Kenko Indonesia meliputi produk-produk konsumsi sehari-hari. Secara umum perusahaan bekerja sama dengan negara Thailand dan Indonesia sebagai supplier nya. Berikut ini adalah contoh produk yang meliputi kesehatan umum.

Gambar IV.21. Krim Rambut


(66)

Gambar IV.23. Sabun Wajah Berjerawat

Gambar IV.25. Sabun Mandi Cair


(67)

Selain produk-produk tersebut untuk menunjang kemajuan bisnis distributornya, perusahaan menyediakan berbagai sarana berupa Cek kesehatan menggunakan HCA (Health Code Analyzer) yang memiliki akurasi 93% dalam mendeteksi kesehatan tubuh, beautician untuk memeriksa kesehatan kulit wajah dan mendapatkan rekomendasi produk yang tepat untuk setiap wajah,

Gambar IV.26. Sikat Gigi


(68)

STP (Strenght of The Product Workshop) untuk lebih mendalami kemampuan produk serta alasan memilih produk PT. Kangzen Kenko Indonesia untuk menjaga kesehatan dan kecantikan alami.

E.Cara Bergabung

Cara bergabung dengan PT. Kangzen Kenko Indonesia cukup dengan membeli paket belanja produk yang terdiri dari KKM (Kangzen Kenko Member) dan KKD (Kangzen Kenko Distributor). Perbedaan antara KKM dan KKD adalah pada paket member KKM konsumen hanya mendapatkan fasilitas membeli produk dengan harga distributor (hemat 15-20%) dan tidak mendapat promo serta penghasilan dari bisnisnya, sedangkan pada KKD konsumen dapat belanja produk dengan harga hemat (15-20%), dapat membeli paket promo serta mendapatkan penghasilan dari sistem bisnisnya. Konsumen berhak memilih salah satu dari paket tersebut atau kedua nya, karena paket KKM bisa di alihkan ke KKD dengan membeli paket upgrade KKD, namun apabila langsung membeli paket belanja KKD, konsumen tidak dapat membeli paket belanja KKM.


(69)

(70)

(71)

(72)

(73)

F. Club100juta

Club 100 juta merupakan sistem bisnis dengan cara belanja produk sehari-hari dari PT Kangzen Kenko (KK) Indonesia yang dilakukan konsumen setiap bulannya. Dengan sistem bisnisnya yang berupa personal franchise, konsumen telah memiliki usaha mandiri hanya dengan belanja produk (KK) sehari-hari dan dengan memperkenalkan manfaat serta keuntungan dari menjaga kesehatan dengan produk (KK) sehari-hari, maka konsumen mendapat penghasilan berupa royalti dari setiap konsumen yang bergabung di jaringannya dan melakukan transaksi pembelanjaan produk (KK) sehari-hari. Ada beberapa keuntungan yang ditawarkan kepada konsumen yang bergabung yaitu, keuntungan mendapatkan potongan harga (10-15%), dapat belanja program paket promo (misal : beli 3 gratis 1), dapat belanja promo-promo khusus (misal : beli 1 gratis 2) dan keuntungan sistem plan. Keuntungan sistem plan terdiri dari

1) PV (Poin Value) atau PGPV (Personal Group Poin Value) merupakan poin yang didapatkan dari belanja pribadi dan belanja grup setiap bulannya dan dihitung melalui persentase (besarnya persentase tergantung total PV keseluruhan). Ada 2 perhitungan persentase yang berbeda :

a. Persentase 3%-15% merupakan perhitungan yang didasarkan pada total pembelanjaan pribadi dan grup dari jaringan konsumen tersebut selama bergabung. Hal ini berarti bahwa keuntungan minimal yang pasti dicapai adalah 15% dari total PV pribadi dan PGPV dan tidak turun persentasenya.


(74)

b. Persentase ≥ 21% (minimal ≥ 5.000.000 PGPV) merupakan perhitungan yang didasarkan pada total pembelanjaan pribadi dan grup pada bulan bersangkutan. Keuntungan PV di dapat dengan syarat belanja pribadi minimal 100.000 PV (± Rp 350.000) perbulan

2) CR (Care Reward) merupakan reward yang diberikan kepada konsumen dengan belanja semua produk (KK) sehari-hari tanpa batas waktu. Reward ini dapat ditukar produk maupun uang (disesuaikan dengan jumlah reward yang didapatkan).

3) Poin LITo (Leadership Insentive Tour) merupakan poin yang diakumulasikan selama 1 tahun untuk perjalanan wisata gratis di tahun berikutnya.

4) MBF (Motor Bike Fund) merupakan sharing profit perusahaan kepada konsumen yang lolos kualifikasi pencapaian MBF.

5) CHEF (Car, House, Education Fund) merupakan sharing profit perusahaan kepada kosnumen yang lolos kualifikasi pencapaian CHEF.


(75)

54 BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.Karakteristik Responden

Variabel penelitian ini adalah sistem kompensasi dan kualitas produk yang masing-masing terdiri atas 5 pernyataan. Total dari pernyataan adalah 10 pernyataan yang sengaja di acak oleh peneliti untuk mendapatkan hasil yang berbeda dari setiap responden. Kemudian peneliti meminta setiap responden untuk merangking masing-masing pernyataan tersebut. Setelah data di peroleh, peneliti lalu memberikan skor nilai setiap item pernyataan berdasarkan rangking. Peneliti lalu memisahkan item-item pernyataan yang merupakan sistem kompensasi dan kualitas produk lalu menjumlah skor dari setiap pernyataan yang mewakili setiap variabel dan membandingkan besarnya jumlah skor dari masing-masing variabel untuk ditarik kesimpulan (terlampir).

Populasi yang diteliti adalah konsumen yang telah bergabung menjadi ditributor PT. KK Indonesia. Jumlah sampel yang diambil 90 responden. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kuesioner yang diberikan responden di golongkan kedalam beberapa kelompok yang berdasarkan atas jenis kelamin, usia dan status ketergantungan terhadap minat menjadi anggota multi level marketing PT. KK Indonesia.Hasil nya pun diperoleh sebagai berikut :


(76)

55

Tabel V.1

Data Deskripsi : Jawaban Responden untuk setiap Pernyataan

No Pernyataan Ranking

1 Ranking 2 Ranking 3 Ranking 4 Ranking 5 Ranking 6 Ranking 7 Ranking 8 Ranking 9 Ranking 10 1.

Royalti member baru yang diberikan perusahaan menarik minat saya menjadi anggota Multi Level Marketing KK Indonesia.

6 1 7 9 14 9 6 7 22 9

2.

Saya menjadi anggota Multi Level Marketing KK karena produk yang ditawarkan bersertifikat baik secara

legalitas maupun

penghargaan yang diraih.

2 8 4 9 13 17 9 10 14 4

3.

Saya menjadi anggota Multi Level Marketing KK Indonesia karena saya yakin akan kemampuan produknya.

4 2 3 6 11 5 13 13 6 27

4.

Saya menjadi anggota Multi Level Marketing KK Indonesia karena program Lito menarik minat saya

7 13 13 9 5 2 15 12 9 5

5.

Saya menjadi anggota Multi Level Marketing KK Indonesia karena kualitas produknya banyak di akui


(77)

oleh masyarakat melalui testimoni.

6.

Saya menjadi anggota Multi Level Marketing KK Indonesia karena bahan baku yang digunakan untuk membuat produk berkualitas.

7 17 11 11 9 7 10 10 4 4

7.

Saya mengkonsumsi produk Multi Level Marketing KK Indonesia untuk memenuhi Poin Value setiap bulannya.

15 7 11 12 9 7 8 6 15 0

8.

Saya menjadi anggota Multi Level Marketing KK Indonesia karena sistem kompensasi sesuai dengan harapan saya

1 7 9 6 5 7 4 7 7 37

9.

Saya menjadi anggota Multi Level Marketing KK Indonesia karena negara dari masing-masing produk, dapat dipercaya.

25 19 9 11 5 8 8 3 2 0

10.

Saya menjadi anggota Multi Level Marketing KK Indonesia karena program Care Reward nya.


(78)

1) Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin terhadap minat menjadi anggota multi level marketing PT. KK Indonesia dapat dilihat pada tabel V.2 di bawah ini.

Berdasarkan tabel V.2 di atas, jumlah responden pria sebanyak 45 responden dan jumlah responden wanita sebanyak 45 responden. Jumlah responden pria yang berminat bergabung menjadi anggota multi level marketing PT. KK Indonesia di sebabkan kualitas produk sebanyak 16 responden dan sistem kompensasi sebanyak 29 orang. Jumlah responden wanita yang berminat bergabung menjadi anggota multi level marketing PT. KK Indonesia di sebabkan kualitas produk sebanyak 24 responden dan sistem kompensasi sebanyak 21 responden.

Tabel V.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Minat

Jumlah Kualitas

Produk

Sistem Kompensasi

Pria 16 29 45

Wanita 24 21 45


(79)

Gambar V.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 2) Usia

Karakteristik responden berdasarkan usia terhadap minat menjadi anggota multi level marketing PT. KK Indonesia dapat dilihat pada tabel V.3 dibawah ini.

Berdasarkan tabel V.3 di atas, jumlah responden usia 16-30 tahun sebanyak 58 responden dan jumlah responden usia >30 tahun sebanyak 32 responden. Jumlah responden usia 16-30 tahun yang berminat bergabung menjadi anggota multi level marketing PT. KK Indonesia di sebabkan

0 5 10 15 20 25 30

sistem kompensasi kualitas produk

16 29 24 21 Jumlah Resp ond en Minat Konsumen pria wanita Tabel V.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Kelompok Usia Minat Beli Jumlah Kualitas Produk Sistem Kompensasi

16-30 tahun 15 43 58

>30 tahun 25 7 32


(80)

kualitas produk sebanyak 15 responden dan sistem kompensasi sebanyak 43 orang. Jumlah responden >30 tahun yang berminat bergabung menjadi anggota multi level marketing PT. KK Indonesia disebabkan kualitas produk sebanyak 25 responden dan sistem kompensasi sebanyak 7 responden.

Gambar V.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

3) Status Ketergantungan

Karakteristik responden berdasarkan status ketergantungan terhadap minat menjadi anggota multi level marketing PT. KK Indonesia dapat dilihat pada tabel V.4 dibawah ini.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

sistem kompensasi kualitas produk

15 43 25 7 Jumlah Resp ond en Minat Konsumen 16-30 tahun diatas 30 tahun


(81)

Berdasarkan tabel V.4 di atas, jumlah responden tidak bergantung secara ekonomi sebanyak 49 responden, jumlah responden setengah bergantung secara ekonomi sebanyak 22 responden dan jumlah responden yang bergantung sepenuhnya secara ekonomi sebanyak 19 orang. Jumlah responden tidak bergantung yang berminat bergabung menjadi anggota multi level marketing PT. KK Indonesia disebabkan kualitas produk sebanyak 26 responden dan sistem kompensasi sebanyak 23 orang. Jumlah responden setengah bergantung yang berminat bergabung menjadi anggota multi level marketing PT. KK Indonesia disebabkan kualitas produk sebanyak 10 responden dan sistem kompensasi sebanyak 12 responden. Jumlah responden bergantung yang berminat menjadi anggota multi level marketing PT. KK Indonesia yang disebabkan kualitas produk sebanyak 4 responden dan sistem kompensasi 15 orang.

Tabel V.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Status Ketergantungan

Status Ketergantungan

Minat Beli

Jumlah Kualitas

Produk

Sistem Kompensasi

Tidak Bergantung 26 23 49

Setengah Bergantung 10 12 22

Bergantung 4 15 19


(82)

Gambar V.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Ketergantungan Ekonomi

B.Hasil Uji Validitas Instrumen

Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen atau alat peneliti yang digunakan benar-benar mencerminkan variabel atau atribut yang diteliti. Berdasarkan hasil diskusi, instrumen yang digunakan telah sesuai dan tepat penggunaannya.

C.Analisis Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya minat konsumen menjadi anggota multi level marketing yang disebabkan oleh sistem kompensasi dan kualitas produk yang ditawarkan. Uji chi square digunakan untuk menjawab hipotesis 1.

0 5 10 15 20 25 30

bergantung setengah

bergantung tidak bergantung Jumlah Resp ond en Minat Responden sistem kompensasi kualitas produk


(83)

Tabel V.5

Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing Minat f0 Fh ( f0-fh ) (f0-fh)2

Kualitas

Produk 40 45 -5 25 0,555555556

Sistem

Kompensasi 50 45 5 25 0,555555556

Chi square

hitung 1,111111111 Chi square

tabel 3,841458821

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai chi square hitung < chi square tabel (taraf kepercayaan 95%, dk = 1). Hal ini menunjukan bahwa hipotesis 1 tidak didukung oleh data (H0 diterima).

Faktor demografi pada penelitian ini dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu usia, status ketergantungan ekonomi dan jenis kelamin. Kelompok usia dibagi menjadi 2 kelompok yaitu usia 16-30 tahun dan diatas 30 tahun. Kelompok status ketergantungan ekonomi dibagi menjadi 3 kelompok yaitu bergantung sepenuhnya, setengah bergantung dan tidak bergantung. Kelompok jenis kelamin dibagi menjadi 2 kelompok yaitu pria dan wanita.

1) Usia

Berdasarkan usia, responden penelitian ini terdiri dari usia 16-30 tahun dan diatas 30 tahun. Uji chi square digunakan untuk menjawab hipotesis 2a dan hipotesis 2b.


(84)

B

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai chi square hitung > chi square tabel (taraf kepercayaan 95%, dk = 1). Hal ini menunjukan bahwa hipotesis 2a didukung oleh data (H0 ditolak).

D

D

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai chi square hitung > chi square tabel (taraf kepercayaan 95%, dk = 1). Hal ini menunjukan bahwa hipotesis 2b didukung oleh data (H0 ditolak).

Tabel V.6

Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing Usia 16-30 tahun

Minat f0 Fh ( f0-fh ) (f0-fh)2 Kualitas

Produk 15 29 -14 196 6,75862069

Sistem

kompensasi 43 29 14 196 6,75862069

Chi square

hitung 13,51724138

Chi square

tabel 3,841458821

Tabel V.7

Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing Usia di atas 30 tahun

Minat f0 Fh ( f0-fh ) (f0-fh)2 Kualitas

Produk

25 16 -9 81 5,0625

Sistem kompensasi

7 16 9 81 5,0625

Chi square hitung 10,125 Chi square


(85)

2) Status Ketergantungan

Berdasarkan status ketergantungan secara ekonomi, responden penelitian ini dibagi menjadi 3 kelompok yaitu bergantung sepenuhnya, setengah bergantung, dan tidak bergantung. Uji chi square digunakan untuk menjawab hipotesis 3a, hipotesis 3b dan hipotesis 3c.

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai chi square hitung > chi square tabel (taraf kepercayaan 95%, dk = 1). Hal ini menunjukan bahwa hipotesis 3a didukung oleh data (H0 ditolak).

Tabel V.8

Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing Dengan Status Ekonomi Bergantung Sepenuhnya

Minat f0 Fh ( f0-fh ) (f0-fh)2 Kualitas

Produk

4 9,5 -5,5 30,25 3,184210526

Sistem kompensasi

15 9,5 -5,5 30,25 3,184210526

Chi square hitung

6,368421053

Chi square tabel


(86)

D a r i

Tabel di atas diketahui bahwa nilai chi square hitung < chi square tabel (taraf kepercayaan 95%, dk = 1). Hal ini menunjukan bahwa hipotesis 3b tidak didukung oleh data (H0 diterima).

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai chi square hitung < chi square tabel (taraf kepercayaan 95%, dk = 1). Hal ini menunjukan bahwa hipotesis 3c tidak didukung oleh data (H0 diteima).

Tabel V.9

Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing Dengan Status Ekonomi Setengah Bergantung

Minat f0 Fh ( f0-fh ) (f0-fh)2 Kualitas

Produk

10 11 -1 1 0,090909091

Sistem kompensasi

12 11 1 1 0,090909091

Chi square hitung

0,181818182

Chi square tabel

3,841458821

Tabel V.10

Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing Dengan Status Ekonomi Tidak Bergantung

Minat f0 Fh ( f0-fh ) (f0-fh)2 Kualitas

Produk

26 24,5 1,5 2,25 0,091836735

Sistem kompensasi

23 24,5 -1,5 2,25 0,091836735

Chi square hitung 0,183673469 Chi square tabel 3,841458821


(1)

KETERANGAN : Usia

Status Ketergantungan Ekonomi

16-30 tahun : 1 Tidak bergantung : 1

> 30 tahun

: 2

Setengah

bergantung : 2 Bergantung : 3 Jenis Kelamin

Pria : 1 Kualitas

Wanita : 2 Sistem Kompensasi


(2)

LAMPIRAN 3

Hasil Uji Chi Square


(3)

1. Uji beda minat konsumen menjadi anggota multi level marketing Tabel

Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing Minat f0 Fh ( f0-fh ) (f0-fh)2

Kualitas

Produk 40 45 -5 25 0,555555556

Sistem

Kompensasi 50 45 5 25 0,555555556

Chi square

hitung 1,111111111 Chi square

tabel 3,841458821

2. Uji beda minat konsumen menjadi anggota multi level marketing

berdasarkan usia

Tabel

Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing Usia 16-30 tahun

Minat f0 Fh ( f0-fh ) (f0-fh)2

Kualitas

Produk 15 29 -14 196 6,75862069

Sistem

kompensasi 43 29 14 196 6,75862069

Chi square

hitung 13,51724138

Chi square


(4)

3. Uji beda minat konsumen menjadi anggota multi level marketing berdasarkan status ketergantungan ekonomi

Tabel

Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing Usia di atas 30 tahun

Minat f0 Fh ( f0-fh ) (f0-fh)2

Kualitas

Produk

25 16 -9 81 5,0625

Sistem kompensasi

7 16 9 81 5,0625

Chi square hitung

10,125

Chi square

tabel 3,841458821

Tabel

Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing Dengan Status Ekonomi Bergantung Sepenuhnya

Minat f0 Fh ( f0-fh ) (f0-fh)2

Kualitas

Produk

4 9,5 -5,5 30,25 3,184210526

Sistem kompensasi

15 9,5 -5,5 30,25 3,184210526

Chi square hitung

6,368421053

Chi square tabel


(5)

Tabel

Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing Dengan Status Ekonomi Setengah Bergantung

Minat f0 Fh ( f0-fh ) (f0-fh)2

Kualitas

Produk

10 11 -1 1 0,090909091

Sistem kompensasi

12 11 1 1 0,090909091

Chi square hitung

0,181818182

Chi square tabel

3,841458821

Tabel

Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing Dengan Status Ekonomi Tidak Bergantung

Minat f0 Fh ( f0-fh ) (f0-fh)2

Kualitas

Produk

26 24,5 1,5 2,25 0,091836735

Sistem kompensasi

23 24,5 -1,5 2,25 0,091836735

Chi square hitung

0,183673469

Chi square tabel


(6)

4. Uji beda minat konsumen menjadi anggota multi level marketing berdasarkan jenis kelamin

Tabel

Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing Berdasarkan jenis kelamin pria

Minat f0 Fh ( f0-fh ) (f0-fh)2

Kualitas

Produk

16 22,5 -6,5 42,25 1,877777778 Sistem

kompensasi

29 22,5 6,5 42,25 1,877777778

Chi square hitung

3,755555556

Chi square tabel

3,841458821

Tabel

Hasil Uji Beda Minat Konsumen Menjadi Anggota Multi Level Marketing Berdasarkan Jenis Kelamin Wanita

Minat f0 Fh ( f0-fh ) (f0-fh)2

Kualitas

Produk

24 22,5 1,5 2,25 0,1

Sistem kompensasi

21 22,5 -1,5 2,25 0,1

Chi square hitung

0,2

Chi square tabel