ANALISIS PENERAPAN BIAYA KUALITAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS PRODUK PADA PT. ALU AKSARA PRATAMA DI MOJOKERTO.

(1)

i   

dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul : “Analisis Penerapan Biaya Kualitas Dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas Produk Pada PT.Alu Aksara Pratama Di Mojokerto “, dapat terselesaikan dengan lancar.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, peneliti sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugas sebagai mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Ucapan terima kasih khususnya peneliti sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, Msi selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Ibu Dra. Ec. Sri Hastuti, Msi selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah sabar memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan peneliti demi sempurnanya penyusunan tugas akhir ini.


(2)

ii   

pengetahuan-pengetahuan yang sangat berguna dan berharga.

7. Bapak Eko Ponco, selaku kepala personalia yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian serta memberikan keterangan dan data yang berkenaan dengan usulan penelitian ini.

8. Secara khusus dengan rasa hormat menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Ayah dan Ibu beserta seluruh anggota keluarga besarku yang telah memberikan banyak dorongan, semangat serta doa restu, baik secara moril maupun materiil.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna kesempurnaan usulan penelitian ini.

Semoga ALLAH SWT selalu melindungi, memberikan balasan segala kebaikan atas semua bantuan kepada peneliti.

Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak demi kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi khususnya. Amin.

Surabaya, 22 september 2010


(3)

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 5

1.3.Tujuan Penelitian ... 6

1.4.Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL ... 8

2.1.Hasil-Hasil Penelitian Terakhir ... 8

2.2.Kajian Teori ... 14

2.2.1. Anggaran ... 14

2.2.1.1. Pengertian Anggaran ... 14

2.2.1.2. Fungsi dan Tipe Anggaran ... 14

2.2.1.3. Pedoman dan Penyusunan Anggaran ... 16

2.2.1.4. Siklus Anggaran ... 18

v   


(4)

Daerah ... 20 2.2.3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) ... 21 2.2.3.1. Pengertian Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) ... 21 2.2.3.2. Struktur Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) ... 22 2.2.4. Keuangan Daerah ... 31

2.2.4.1. Pengertian dan Ruang Lingkup

Keuangan Daerah ... 31 2.2.4.2. Undang-Undang Pelaksanaan

Keuangan Daerah ... 32 2.2.5. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah ... 35 2.2.5.1. Pengertian Kinerja Keuangan ... 35 2.2.5.2. Analisa Kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah ... 36 2.2.6. Kinerja Keuangan Daerah ... 39 2.2.7. Analisis Rasio Keuangan Pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ... 41 2.2.7.1. Jenis Analisis Rasio Keuangan ... 41

vi   


(5)

2.2.8.3. Tujuan Otonomi Daerah ... 47

2.2.8.4. Pengaruh Kebijakan Otonomi Daerah ... 48

2.2.8.5. Arti Penting Desentralisasi ... 49

2.2.8.6. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah ... 49

2.2.9. Teori Probabilitas ... 50

2.2.9.1. Teori Hubungan Pemberlukan Otonomi Daerah dan Teori Probabilitas ... 51

2.2.10.Teori Yang Melandasi Hubungan Antara Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dengan Anggaran Berbasis Kinerja... 52

2.3.Kerangka Pikir ... 53

2.4.Hipotesis ... 55

BAB III METODE PENELITIAN ... 57

3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 57

3.1.1. Definisi Operasional... 57

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 57

3.2.Teknik Penentuan Sampel ... 59

3.3.Teknik Pengumpulan Data ... 60

vii   


(6)

3.4.1. Uji Normalitas ... 62

3.4.2. Teknik Analisis Paired Sample T-Test ... 62

3.4.3. Uji Hipotesis ... 63

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 65

4.1. Deskriptif Objek Penelitian ... 65

4.1.1. Keadaan Geografis Kota Tulungagung ... 65

4.1.2. Pemerintahan ... 65

4.1.3. Penduduk ... 66

4.1.4. Tenaga Kerja... 66

4.1.5. Pertanian ... 67

4.1.6. Peternakan ... 67

4.1.7. Pendidikan ... 68

4.2. Deskrisi Hasil Penelitian ... 68

4.2.1. Rasio Kemandirian ... 68

4.2.2. Rasio Aktifitas ... 70

4.2.3. Rasio Pertumbuhan... 73

4.3. Analisis dan Uji Hipotesis ... 74

4.3.1. Uji Normalitas ... 74

4.3.2. Analisis Paired Sample t Test (Uji Beda Rata-Rata Untuk Dua Sampel Berpasangan)... 75

viii   


(7)

4.3.2.2. Perbedaan Rasio Aktivitas Sebelum dan Sesudah Pemberlakuan Anggaran Berbasis

Kinerja ... 77

4.3.2.3. Perbedaan Rasio Pertumbuhan Sebelum dan Sesudah pemberlakuan anggaran berbasis kinerja ... 80

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 81

4.4.1. Implikasi Hasil Penelitian... 81

4.4.2. Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu... 83

4.4.3. Keterbatasan Penelitian ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 85

5.1. Kesimpulan ... 85

5.2. Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA

ix   


(8)

Gambar 2.2 : Laporan Surplus atau Defisit Anggaran... 41 Gambar 2.3 :Kerangka Pikir ... 55

x   


(9)

xi   

Berbasis Kinerja ... 69 Tabel 4.2 : Data Rasio Kemandirian Sesudah Pemberlakuan Anggaran

Berbasis Kinerja ... 69 Tabel 4.3 : Data Rasio Belanja Rutin Sebelum Pemberlakuan Anggaran

Berbasis Kinerja ... 70 Tabel 4.4 : Data Rasio Belanja Rutin Sesudah Pemberlakuan Anggaran

Berbasis Kinerja ... 71 Tabel 4.5 : Data Rasio Belanja Pembangunan Sebelum Pemberlakuan

Anggaran Berbasis Kinerja ... 72 Tabel 4.6 : Data Rasio Belanja Pembangunan Sesudah Pemberlakuan

Anggaran Berbasis Kinerja ... 72 Tabel 4.7 : Data Rasio Pertumbuhan Sebelum Pemberlakuan Anggaran

Berbasis Kinerja ... 73 Tabel 4.8 : Data Rasio Pertumbuhan Sesudah Pemberlakuan Anggaran

Berbasis Kinerja ... 74 Tabel 4.9 : Hasil Uji Normalitas... 75 Tabel 4.10 : Hasil Uji t Rasio Belanja Rutin dan Rasio Belanja

Pembangunan ... 79 Tabel 4.11 : Rangkuman Penelitian Terdahulu ... 83


(10)

Vita Ayu Risti

ABSTRACT

With the growing industries of flour in Indonesia, PT. Alu Aksara Pratama Mojokerto gaining competitors who fought to gain market share. If the company wants to continue to exist and maintain its market share, the company must plan and control the cost of quality. With the implementation of quality costs at the company will provide a meeting point of the maximum towards the improvement of product quality for the company is to provide an appropriate proxy in the four groups of quality costs in order to determine the application of quality cost and its influence in efforts to improve the quality of the PT. Alu Aksara Pratama Mojokerto. data used are secondary data is data obtained from the cost of quality reports and sales reports for four years from Primary Literacy PT.Alu Aksara Pratama Mojokerto. Independent variables used are prevention costs, appraisal costs, internal failure costs and external failure costs, while the dependent variable is the quality of products by using purposive sampling technique. The analysis used was multiple linear regression analysis. The result of multiple linear regression analysis concludes that the cost of prevention is partially

no significant effect on product quality, cost assessment partially no significant effect on product quality, internal failure costs partially significant effect on product quality and cost of external failure partially no significant effect on qualityproduct, so that the research hypothesis which stated that prevention costs, appraisal costs, internal failure costs and external failure costs have a significant influence on the level of product quality, not verified because only the variable costs

of internal failure which is partially significant effect on product quality.

Keywords: Cost of Prevention, Assessment Cost, Internal Failure Cost, Cost of External Failure Of Product Quality Level


(11)

Dengan semakin berkembangnya industri-industri tepung di Indonesia, maka PT. Alu Aksara Pratama semakin mendapat pesaing-pesaing yang saling berebut untuk memperoleh pangsa pasar. Apabila perusahaan ingin tetap eksis dan mempertahankan pangsa pasarnya, maka perusahaan harus merencanakan dan mengendalikan biaya kualitasnya. Dengan penerapan biaya kualitas pada perusahaan akan memberikan titik temu yang maksimal terhadap perbaikan kualitas produk bagi perusahaan yaitu dengan memberikan Proxy yang tepat pada keempat kelompok biaya kualitas yang bertujuan untuk mengetahui penerapan biaya kualitas dan pengaruhnya dalam upaya perbaikan kualitas pada PT. Alu Aksara Pratama.

Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari laporan biaya kualitas dan laporan penjualan selama empat tahun dari PT.Alu Aksara Pratama di Mojokerto. Variabel bebas yang digunakan adalah biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal sedangkan variabel terikatnya adalah kualitas produk dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil analisis regresi linier berganda menyimpulkan bahwa biaya pencegahan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk, biaya penilaian secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk, biaya kegagalan internal secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk dan biaya kegagalan eksternal secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk, sehingga hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kualitas produk, tidak teruji kebenarannya karena hanya variabel biaya kegagalan internal yang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk.

Kata Kunci : Biaya Pencegahan, Biaya Penilaian, Biaya Kegagalan Internal, Biaya Kegagalan Eksternal Terhadap Tingkat Kualitas Produk


(12)

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan pada dasarnya ingin selalu berkembang dan meningkatkan usahanya. Yang ingin memenangkan persaingan akan memberikan perhatian penuh terhadap kualitas. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dengan harga murah maka perusahaan perlu memberikan perhatian penuh terhadap biaya kualitas.

Kualitas memberikan dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan yang kuat dengan perusahaan (Tjiptono dan Diana 2000) karena pelanggan tidak akan memfokuskan suatu produk/jasa hanya dari segi harga melainkan pada baiknya kualitas yang melekat pada produk atau jasa tersebut.

Analisa yang tepat terhadap biaya kualitas memungkinkan perusahaan untuk mengetahui sumber-sumber biaya kualitas yang tidak efisien sehingga dapat diambil tindakan yang tepat dan sesuai untuk mengatasinya. Hal ini disebabkan pelanggan semakin sadar biaya (cost conscious) dan sadar nilai (value conscious) dalam meminta produk atau jasa yang berkualitas tinggi. Pengakuan bahwa kegagalan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi menimbulkan biaya tinggi. Hal ini mendorong perusahaan untuk meningkatkan produk dan jasa mereka, guna mencapai kualitas yang tinggi dan perbaikan secara terus-menerus (continuous improvement) dalam hal kualitas produk dan jasa menjadi cara hidup untuk sebagian besar perusahaan.


(13)

Blocher (2000: 204) mengatakan bahwa mengejar kualitas menjadi revolusi global yang mempengaruhi segala segi bisnis, kualitas menurunkan biaya, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan mendorong serta mempertahankan keberhasilan dan profitabilitas jangka panjang.

Proses produksi yang memperhatikan kualitas akan menghasilkan produk yang terhindar dari kerusakan. Jika hal ini tercapai, maka adanya pemborosan dan inefisiensi dapat terhindar sehingga biaya produksi per unit dapat ditekan. Selain itu juga, pencapaian kualitas produk yang optimal dan sesuai dengan quality need, di satu sisi tidak dapat mengabaikan adanya efisiensi biaya. Efisiensi biaya ditekankan untuk meningkatkan kualitas yang disertai dengan pendekatan biaya hingga se-optimal mungkin, sehingga harga jual produk tetap kompetitif.

Dalam menciptakan kondisi kompetitif tersebut, salah satu strategi yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan memberikan keunggulan kualitas yang lebih baik kepada konsumen dibanding dengan kualitas yang diberikan oleh pesaing lain. Untuk memberikan kualitas yang lebih baik dari pesaingnya tanpa harus menaikkan harga jual produk. Maka sangat diperlukan informasi yang menyediakan data biaya kualitas secara lengkap.

Dengan adanya kualitas yang sesuai dengan harapan konsumen, maka konsumen akan merasa puas terhadap manfaat yang diberikan oleh produk tersebut. Kepuasan konsumen atau pelanggan merupakan modal perusahaan untuk terus eksis dalam persaingan, karena kepuasan pelanggan merupakan faktor penentu bagi konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan secara terus-menerus.


(14)

Dengan demikian, semakin tinggi tingkat kepuasan konsumen terhadap manfaat yang diberikan oleh produk tersebut, maka konsumen akan tertarik untuk terus menggunakan atau membeli produk tersebut. Sehingga tingkat loyalitas konsumen terhadap produk tersebut semakin besar.

Untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk diperlukan informasi mengenai biaya kualitas perusahaan yang tersusun dalam bentuk laporan biaya kualitas. Laporan biaya kualitas merupakan laporan keuangan intern yang sangat penting karena dengan tersedianya laporan biaya kualitas ini menejemen dapat mengetahui, merencanakan dan menentukan strategi perusahaan dalam rangka menghadapi persaingan dimasa yang akan datang.

atas dasar pentingnya biaya kualitas sebagai laporan intern perusahaan maka diperlukan adanya pengukuran biaya dan pelaporan biaya-biaya kualitas.

Menurut Supriyono (1994: 379) biaya kualitas dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu : (1) biaya pecegahan merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk atau jasa yang diproduksi, (2) biaya penilaian merupakan biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa sesuai dengan persyaratan kualitas, (3) biaya kegagalan internal merupakan biaya yang terjadi karena produk dan jasa yang tidak sesuai persyaratan terditeksi sebelum barang atau jasa dikirim ke pihak luar, (4) biaya kegagalan eksternal merupakan biaya-biaya yang terjadi karena produk gagal menyesuaikan persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah barang atau jasa dikirim ke pihak luar. Dalam hal ini apabila biaya pengendalian meningkat, maka diharapkan biaya kegagalan pengendalian akan menurun dan sepanjang penurunan biaya kegagalan


(15)

itu lebih besar dari kenaikan biaya pengendalian, maka perusahaan dapat terus melakukan pencegahan produk rusak dengan cara meningkatkan biaya pengendalian (biaya pencegahan dan biaya penilaian), supaya biaya kegagalan pengendalian (biaya kegagalan internal dan eksternal) dapat menurun.

PT.Alu Aksara Pratama merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

dibidang produksi tepung beras dan tepung ketan dengan merek “ROSE BRAND”. Dengan semakin berkembangnya industri-industri tepung di

Indonesia, maka PT.Alu Aksara Pratama semakin mendapat pesaing-pesaing yang saling berebut untuk memperoleh pangsa pasar. Apabila perusahaan ingin tetap eksis dan mempertahankan pangsa pasarnya, maka perusahaan harus merencanakan dan mengendalikan biaya kualitasnya. Dengan penerapan biaya kualitas pada perusahaan akan memberikan titik temu yang maksimal terhadap perbaikan kualitas produk bagi perusahaan. Yaitu dengan memberikan porsi yang tepat pada keempat kelompok biaya kualitas.

Didalam perencanaan, pengendalian dan pembuatan keputusan mengenai biaya kualitas, manajemen memerlukan laporan biaya kualitas secara periodik. Laporan biaya kualitas adalah laporan yang digunakan untuk menampilkan temuan yang terealisasi dalam program perbaikan biaya kualitas. Apabila perusahaan ingin tetap eksis dan mempertahankan pangsa pasarnya, maka perusahaan harus merencanakan dan mengendalikan biaya kualitasnya. Pemberian porsi yang tepat pada ke-empat kelompok biaya kualitas akan memberikan titik temu biaya kualitas yang optimal bagi perusahaan.


(16)

Hal lain yang tidak boleh diabaikan oleh PT.Alu Aksara Pratama yang berkaitan dengan kualitas adalah seberapa efektif pelaksanaan pembiayaan kualitas yang dapat di lihat dari kualitas suatu produk yang dihasilkan dalam proses produksi.Pada kenyataannya produksi tepung beras dan tepung ketan pada PT.Alu Aksara Pratama belum membuat laporan tersendiri untuk biaya kualitas, sehingga biaya-biaya tersebut masih dibuat menjadi satu laporan keuangan. Hal tersebut tentu akan menyulitkan perusahaan dalam menentukan biaya kualitas optimal dan pengendalian produk cacat pada masing-masing produk baik tepung ketan maupun tepung beras. Sehingga PT.Alu Aksara Pratama perlu mengadakan pengendalian dan perencanaan biaya kualitas. Data yang diperoleh dari perusahaan sebagai berikut :

Data Kualitas Produk PT. Alu Aksara Pratama Mojokerto Tahun

Item

2006 2007 2008 2009 Jumlah produksi 178.216.621 173.792.673 169.004.630 175.520.919 Jumlah produk Baik (unit) 171.781.190 169.764.159 164.721.630 169.959.472 Jumlah produk cacat (unit) 6.435.431 4.028.514 4.283.000 5.561.447 Prosentase Produk Baik

(%)

96,39 97,68 97,48 96,83

Prosentase Produk Cacat (%)

3,61 2,32 2,52 3,17


(17)

Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2006 sampai tahun 2007 jumlah kualitas produk mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2008 prosentase jumlah produk cacat mengalami kenaikan sampai pada tahun 2009. Naiknya produk cacat yang dihasilkan kemungkinan disebabkan karena pengalokasian biaya kualitas yang kurang optimal, karena biaya kualitas merupakan faktor penting untuk mendukung kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Menurun atau meningkatnya kualitas suatu produk dilihat dari produk cacat yang dihasilkan oleh perusahaan disetiap tahunnya. Dengan demikian target ini belum memenuhi target yang telah ditetapkan oleh perusahaan karena standar yang ditetapkan oleh perusahaan untuk jumlah produk baik sebesar 98% dan jumlah produk cacat maksimal sebasar 2% dibagian produksi tepung beras dan tepung ketan.

Karena itu, agar perusahaan dapat terus bertahan dalam persaingan maka perusahaan dituntut untuk dapat mengendalikan berbagai biaya yang harus dikeluarkan dengan cara meningkatkan biaya kualitas pada bagian biaya kontrol hingga kisaran 70 – 80% dari total biaya kualitasnya. Salah satunya adalah dengan menekan biaya kualitas tetapi tidak mengurangi keuntungan. Kualitas yang dimaksud dalam hal ini menekankan pada kemampuan produk untuk memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan sampai tercapainya standar kualitas yang diharapkan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: apakah biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan


(18)

internal dan biaya kegagalan eksternal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kualitas produk?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal terhadap tingkat kualitas produk.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan sebagai masukan dalam penganggaran biaya-biaya, khususnya biaya kualitas.

2. Memberikan sumbangan pengetahuan dalam bidang akuntansi khususnya mengenai manajemen biaya kualitas dan aplikasinya kepada perusahaan dalam pengambilan keputusan dengan cara perbaikan peningkatan kualitas.

3. Sebagai bahan masukan dan perbandingan untuk memecahkan masalah yang terkait dengan biaya kualitas.


(19)

2.1. PENELITI SEBELUMNYA

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian dalam penelitian ini adalah : A. Henni Zuraidah (2008)

1. Judul

Pengaruh biaya pencegahan dan biaya penilaian terhadap tingkat kualitas produk pada PT. Atak Otomotif Indo Metal.

2. Perumusan Masalah

1. Apakah biaya pencegahan memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat kualitas produk.

2. Apakah biaya penilaian memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat kualitas produk.

3. Hipotesis

Diduga bahwa biaya pencegahan mempunyai pengaruh terhadap tingkat kualitas produk dan biaya penilaian mempunyai pengaruh terhadap tingkat kualitas produk.

4. Kesimpulan

1. Bahwa untuk hipotesis biaya pencegahan mempunyai pengaruh terhadap tingkat kualitas produk di PT. Atak Otomotif Indo Metal telah terbukti kebenarannya.


(20)

2. Bahwa untuk hipotesis biaya penilaian berpengaruh terhadap tingkat kualitas produk di PT. Atak Otomotif Indo Metal tidak terbukti kebenarannya.

B. Syafi’I (2003) 1. Judul

Pengaruh biaya pencegahan dan biaya penilaian terhadap tingkat kualitas produk pada PT. Surya Sari Utama di Surabaya.

2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh antara biaya pencegahan dan biaya penilaian terhadap tingkat kualitas produk.

2. Manakah yang lebih dominan antara biaya pencegahan dan biaya penilaian terhadap kualitas produk.

3. Hipotesis

1. Diduga bahwa pencegahan dan biaya penilaian mempunyai pengaruh terhadap tingkat kualitas produk.

2. Diduga bahwa diantara biaya pencegahan dan biaya penilaian ada yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap tingkat kualitas produk. 4. Kesimpulan

1. Biaya pencegahan dan biaya penilaian mempunyai pengaruh terhadap tingkat kualitas produk.

2. Biaya pencegahan mempunyai pengaruh paling dominan terhadap tingkat kualitas produk.


(21)

C. Meylianto Purnomosidi Wibowo (2006) 1. Judul

Analisis optimalisasi biaya kualitas dan pengaruhnya terhadap kualitas produk pada PT. Primatexco Indonesia.

2. Perumusan Masalah

1. Adakah pengaruh biaya kualitas terhadap kualitas produk yang dihasilkan oleh PT. Primatexco Indonesia.

2. Bagaimana komposisi biaya kualitas yang sesungguhnya terjadi dan titik optimal biaya kualitas yang dapat dicapai oleh PT. Primatexco Indonesia. 3. Hipotesis

Diduga bahwa ada pengaruh yang nyata atau signifikan antara biaya kualitas terhadap kualitas produk yang dihasilkan pada PT. Primatexco Indonesia. 4. Kesimpulan

Bahwa ada pengaruh yang nyata atau signifikan antara biaya kualitas terhadap kualitas produk yang dihasilkan pada PT. Primatexco Indonesia.

D. Gita Gilang M (2009) 1. Judul

Pengaruh Kualitas Produk dan Proses Produksi Terhadap Volume Penjualan Pada PT. Energy Cahaya Industritama Samarinda Kaltim.

2. Perumusan Masalah

Apakah kualitas produk dan proses produksi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume penjualan produk batubara yang dihasilkan PT. Energi Cahaya Industritama Samarinda-KALTIM.


(22)

3. Hipotesis

Diduga bahwa kualitas produk dan proses produksi mempunyai pengaruh terhadap volume penjualan.

4. Kesimpulan

Bahwa kualitas produk dan proses produksi mempunyai pengaruh terhadap volume penjualan.

E. Eni Maryati (2007) 1. Judul

Analisis pengaruh biaya kualitas terhadap efisiensi biaya produksi pada PT. Central Wire Industrial.

2. Perumusan Masalah

Apakah biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kerusakan internal berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi..

3. Hipotesis

Diduga bahwa biaya pencegahan, biaya penilaian dan biaya kegagalan internal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi biaya produksi.

4. Kesimpulan

Biaya pencegahan, biaya penilaian dan biaya kegagalan internal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi biaya produksi tidak teruji kebenarannya. Hal tersebut dikarenakan hanya biaya pencegahan yang memiliki taraf signifikan <0,05, sedangkan untuk biaya penilaian dan biaya kerusakan internal taraf signifikan yang diperoleh >0,05.


(23)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Biaya

2.2.1.1 Pengertian Biaya

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan telah terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi, 1993: 8).

Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan Supriyono (1994: 16). Sedang menurut FASB, biaya adalah arus keluar aktiva, penggunaan aktiva atau munculnya kewajiban atau kombinasi keduannya selama satu periode yang disebabkan oleh pengiriman barang, pembuatan barang, pembebanan jasa, atau pelaksanaan kegiatan yang merupakan kegiatan utama perusahaan.

Berdasarkan pemahaman di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi berupa uang untuk memperoleh penghasilan dan untuk mencapai tujuan tertentu.

2.2.1.2 Penggolongan Biaya

Dalam menggolongkan biaya ada beberapa macam cara. Menurut Harahab (1994: 59) biaya dapat digolongkan menjadi :

1.Biaya yang dihubungkan dengan penghasilan dalam satu periode tertentu.

2.Biaya yang dihubungkan dengan periode tertentu yang tidak dikaitkan dengan penghasilan.


(24)

Sedangkan menurut Mulyadi (1993: 14), biaya dapat digolongkan menurut:

1. Objek pengeluaran

Dalam hal ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya, misalnya pengeluaran listrik, maka dapat disebut dengan biaya listrik.

2. Fungsi pokok dalam perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur biaya dapat dikelompokkan menjadi : 1) Biaya produksi

Biaya produksi merupakan biaya yang terjadi untuk mengelola bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dijual.

2) Biaya pemasaran

Biaya pemasaran merupakan biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produksi.

3) Biaya administrasi dan umum

Biaya administrasi dan umum merupakan biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produksi.

3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai Dalam hal ini, biaya dapat dikelompokkan menjadi : 1) Biaya langsung

Biaya langsung merupakan biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.


(25)

2) Biaya tidak langsung

Biaya tidak langsung merupakan biaya yang tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungan dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.

4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan biaya digolongkan menjadi :

1) Biaya variabel

Biaya variabel merupakan biaya yang jumlah total berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

2) Biaya semi variabel

Biaya semi variabel merupakan biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

3) Biaya semi tetap

Biaya semi tetap merupakan biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dalam jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. 4) Biaya tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah total tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu.


(26)

2.2.2. Kualitas

2.2.2.1. Pengertian Kualitas

Menurut Gitosudarmo (1998: 16) Kualitas produk dapat diartikan sebagai kesesuaian produk dengan harapan konsumen atas biaya yang harus ditanggung oleh konsumen apabila membeli barang tersebut atau harga barang tersebut.

Menurut pendapat N.Logothetis (1991: 29) suatu produk dikatakan sebagai produk yang berkualitas apabila produk tersebut mampu menimbulkan kepuasan konsumennya. Sehingga perusahaan harus berusaha untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh konsumennya.

Kualitas mempunyai berbagai macam pengertian yang berbeda satu dengan yang lainnya, tergantung dari sisi pandang permasalahan yang dibahas dan keperluan untuk mempergunakannya. Secara umum orang mengartikan kualitas dengan derajat keunggulan Mowen (1997: 165).

Sedangkan definisi kualitas menurut Blocher (2000: 214), kualitas adalah kesesuaian dengan spesifikasi produk atau jasa yang memenuhi atau melebihi permintaan dan harapan pelanggan atau konsumen.

Zulkifli (2003: 84) mendefinisikan kualitas sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang ditetapkan. Kualitas sering diartikan sebagai kepuasan pelanggan. (customer satisfaction). Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat diatas adalah bahwa produk dikatakan berkualitas jika sesuai dengan spesifikasinyadan sesuai dengan harapan pelanggan.


(27)

2.2.2.2. Jenis Kualitas

“Menurut Supriyono (1994: 377) umumnya kualitas pada umumnya ada dua jenis, yaitu :

1).Kualitas rancangan

Kualitas rancangan adalah fungsi berbagai spesifikasi produk. Sebagai contoh, fungsi sebuah jam tangan adalah untuk memungkinkan seseorang mengetahui jam berapa sekarang ini. Namun suatu jam tangan mungkin terbuat dari baja, harus diputar kuncinya. Setiap hari menggunakan ikat arloji dari kulit dan direkayasa dengan penyimpangan tidak lebih dari dua menit perbulan.

2). Kualitas kesesuaian

Kualitas kesesuaian adalah ukuran bagaimana suatu produk memenuhi berbagai persyaratan atau spesifikasi. Jika produk memenuhi semua rancangan, produk tersebut cocok untuk digunakan. Sebagai contoh, seorang pelanggan yang membeli jam tangan baja mengharapkan bahwa jam tangan tersebut berfungsi untuk jangka waktu tertentu dengan baik.

2.2.2.3. Dimensi Kualitas

“Menurut H.Daniel (1993: 83) definisi dari kualitas adalah “Quality is

conformance to requirement not goodness” sehingga suatu produk atau jasa

dikatakan berkualitas apabila produk atau jasa tersebut dapat memenuhi kepuasan konsumen sesuai dengan delapan dimensi yaitu :


(28)

1. Kinerja

Adalah tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk. 2. Estetika

Berhubungan dengan penampilan wujud produk (misalnya, gaya dan keindahan) serta penampilan fasilitas, peralatan, personalia, dan materi komunikasi yang berkaitan dengan jasa.

3. Pelayanan

Berkaitan dengan tingkat kemudahan merawat dan memperbaiki produk. 4. Wujud barang

Adalah karakteristik produk yang berbeda secara fungsional dari produk-produk sejenis.

5. Reliabel

Adalah probabilitas produk atau jasa menjalankan fungsi dimaksud dalam jangka waktu tertentu.

6. Tahan lama

Didefinisikan sebagai umur manfaat dari fungsi produk. 7. Kesesuian produk dengan spesifikasi

adalah ukuran mengenai apakah sebuah produk atau jasa lebih memenuhi spesifikasinya.

8. Kesesuaian produk dengan apa yang diiklankan

Adalah kecocokan dari sebuah produk menjalankan fungsi-fungsi sebagaimana yang diiklankan.


(29)

2.2.2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas

“Menurut Feigenbaum (1992: 540) kualitas suatu produk dan jasa secara langsung dipengaruhi oleh 9 bidang dasar atau yang disebut dengan “9M”, yaitu :

a. Market (Pasar), jumlah produk baru dan produk yang telah ada dengan

kualitas yang lebih baik yang ditawarkan, dipasaran akan dapat menigkatkan pertumbuhan perusahaan. Keinginan dan kebutuhan konsumen secara hati-hati didefinisikan sebagai dasar untuk pengembangan produk.

b. Money (uang), kebutuhan akan otomasi dan pemeriksaan telah mendorong

pengeluaran biaya yang besar untuk proses produksi dan perlengkapan yang baru. Biaya kualitas yang dikaitkan dengan pemeliharaan dan perbaikan kualitas produk yang lebih tinggi dari sebelumnya. Untuk itu agar menjadi perhatian perusahaan maka perusahaan dapat menurunkan biaya operasi agar harga barang dapat terjangkau oleh konsumen dan dengan mutu yang lebih baik.

c. Management (manajemen), tanggung jawab kualitas telah didistribusikan

antara beberapa kelompok khusus. Dulu mandor dan teknisi produk mempunyai tanggung jawab sepenuhnya atas kualitas produk. Sekarang bagian pemasaran melalui fungsi produksinya harus membuat persyaratan-persyaratan produksi. Bagian rekayasa mempunyai tanggung jawab untuk merancang produk yang akan memenuhi persyaratan-persyaratan ini. Bagian kendali mutu harus merencanakan pengukuran-pengukuran mutu pada saluran aliran proses yang akan menjamin bahwa hasil akhir akan memenuhi


(30)

persyaratan-persyaratan mutu. Dan mutu pelayanan setelah produk sampai pada konsumen.

d. Man (manusia), pertumbuhan yang cepat dalam pengetahuan teknis dan penciptaan seluruh bidang-bidang seperti elektronik komputer telah menciptakan suatu permintaan yang besar akan pekerja-pekerja dengan pengetahuan khusus.

e. Motivation (motivasi), penelitian tentang motivasi manusia menunjukkan

bahwa sebagai tambahan hadiah uang, para pekerja juga memerlukan pengakuan yang positif bahwa mereka turut memberikan sumbangan atas tercapainya tujuan perusahaan.

f. Materials (bahan), biaya produksi dan persyaratan mutu, para ahli teknik

memilih bahan dengan batasan yang lebih ketat daripada sebelumnya dan menggunakan banyak bahan baru, yang disebut logam dan campuran logam eksotik untuk pemakaian khusus.

g. Machines and Mechanization (mesin dan mekanisasi), untuk mencapai

penurunan biaya dan volume produksi untuk memuaskan pelanggan atau konsumen dalam pasar yang bersaing ketat, mendorong penggunaan pabrik secara mantap.

h. Modern Information (metode informasi modern), dengan adanya teknologi

informasi yang baru untuk menyelidiki cara mengendalikan mesin dan proses selama pembuatan yang tidak terduga sebelumnya dan pengendalian produk dan jasa bahkan hingga telah selesai sampai pada pelanggan atau konsumen.


(31)

i. Mounting Product Requirement (persyaratan proses produksi), meningkatkan kerumitan dan persyaratan yang lebih tinggi telah menekankan pentingnya keamanan dan keterandalan.

2.2.2.5. Pengaruh Kualitas Bagi Perusahaan

Untuk dapat menghasilkan reputasi yang baik diminta pelanggannya, perusahaan harus mampu menghasilkan produk berkualitas tinggi, sehingga hal tersebut membuktikan bahwa kualitas sangat berpengaruh pada perusahaan.

Menurut Render (1991: 91-93) kualitas dapat mempengaruhi perusahaan dalam empat hal, yaitu :

1. Cost and Market Share

Peningkatan kualitas akan berpengaruh terhadap biaya dan pangsa pasar yang kemudian akan menimbulkan peningkatan laba.

2. Company Reputation

Reputasi perusahaan sangat berpengaruh pada kualitas produk yang dihasilkan. Bila kualitasnya buruk maka reputasi perusahaan akan menjadi rusak.

3. Product Liability

Suatu organisasi yang merancang dan menghasilkan barang dan jasa yang cacat harus bertanggungjawab atas kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan. Meningkatkan kualitas dapat mengurangi kerugian tersebut.

4. The International Implication

Produk dengan kualitas yang rendah dapat merugikan perusahaan dan mungkin Negara, hal ini memiliki implikasi yang kuat terhadap neraca pembayaran, karena tidak ada satu Negara pun yang dapat bertahan tanpa ekspor-impor


(32)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas sangat berpengaruh besar terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus memberikan perhatian yang besar terhadap kualitas, karena kualitas merupakan sebuah issue yang dapat mempengaruhi perusahaan secara keseluruhan.

2.2.3. Biaya Kualitas

2.2.3.1. Pengertian Biaya Kualitas

“Menurut Mowen (2001: 220) biaya kualitas adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pembentukan produk yang berkualitas rendah, dan dengan “opportunity cost” dari hilangnya waktu produksi dan penjualan sebagai akibat rendahnya kualitas.

“Menurut Feigenbaum (1992: 101) biaya kualitas disebut juga sebagai operasi mutu produsen yang didefinisikan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pendefinisian, penciptaan dan kendali mutu serta evaluasi umpan balik kesesuaian terhadap mutu, keterandalan dan keamanan serta biaya-biaya yang berkaitan dengan kegagalan untuk memenuhi persyaratan didalam pabrik dan ditangan pelanggan.

2.2.3.2. Pengelompokkan Biaya Kualitas

“Menurut Gitosudarmo (1998: 188) biaya kualitas yang harus ditanggung oleh perusahaan dalam melakukan pengendalian kualitas produk hasil produksi terdiri dari dua unsur yaitu :

1. Biaya pengawasan kualitas yang berupa :

a) Bahan-bahan yang dilakukan untuk melakukan tes kualitas terhadap produk yang dihasilkan.


(33)

b) Biaya penyusutan atau depresiasi alat yang digunakan untuk mengetes produk yang dihasilkan.

c) Biaya atas pengurangan nilai barang atau produk yang dites. 2. Biaya jaminan kualitas yang berupa :

a) Biaya penggantian barang yang rusak. b) Biaya reparasi atau perbaikan.

c) Biaya penggantian sparepart.

d) Biaya penanggungan risiko berkurangnya volume penjualan akibat barang cacat atau rusak yang terbeli oleh konsumen.

2.2.3.3. Kategori Biaya Kualitas

“Menurut Mowen (1997: 437) biaya kualitas terdiri dari dua subkategori aktivitas yang berhubungan dengan kualitas yaitu control activities dan failure activities. Control activities (aktifitas pengendalian) adalah kinerja dari organisasi untuk mencegah atau mendapatkan kualitas yang rendah (karena kemungkinan adanya kualitas rendah). Kemudian, aktivitas pengendalian mempersiapkan kegiatan pencegahan dan penilaian. Biaya pengendalian merupakan biaya dari kinerja aktivitas pengendalian. Failure activities (aktivitas kegagalan) adalah tindakan terhadap suatu organisasi atau respon dari pelanggan untuk kualitas rendah (kualitas rendah yang ada). Jika respon untuk kualitas rendah terjadi sebelum produk cacat (ketidaksesuaian, tidak benar, tidak tahan lama dan sebagainya) datang ke pelanggan, aktivitasnya dapat diklasifikasikan sebagai internal failure activities, sebaliknya, diklasifikasikan sebagai external failure


(34)

organisasi karena tindakan aktivitas kegagalan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa failure activities dan failure costs termasuk respon pelanggan atas kualitas rendah dapat membebankan biaya organisasi.

2.2.3.4. Jenis Biaya Kualitas

Aktivitas yang berhubungan dengan kualitas Menurut Blocher dkk (2000: 220) pada pengelompokkan biaya kualitas terbagi menjadi empat yaitu :

a) Biaya pencegahan

Biaya yang timbul untuk mencegah kerusakan di dalam produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan. Apabila biaya pencegahan mengalami kenaikan maka diharapkan biaya kegagalan menurun. Biaya pencegahan ini meliputi : 1. Biaya pelatihan kualitas

Biaya pelatihan kualitas merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk program pelatihan internal dan eksternal, yang meliputi :

Upah dan gaji yang dibayarkan dalam pelatihan, biaya instruksi, biaya pelatihan ekternal, serta gaji dan upah pelatihan.

2. Biaya perencanaan kualitas

Biaya perencanaan kualitas merupakan upah untuk perencanaan kualitas, lingkaran kualitas, desain peralatan baru untuk meningkatkan kualitas, kehandalan dan evaluasi supplier.

3. Biaya pemeliharaan peralatan

Biaya pemeliharaan peralatan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memasang, menyesuaikan, mempertahankan, memperbaiki, dan menginspeksi peralatan produk, proses, dan sistem.


(35)

4. Biaya penjamin supplier

Biaya penjamin supplier merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan kebutuhan dan pengukuran data, auditing, dan pelaporan kualitas.

b) Biaya penilaian

Biaya penilaian muncul untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan atau spesifikasi mereka. Biaya-biaya ini muncul setelah produksi selesai tetapi sebelum penjualan, untuk memastikan bahwa semua unit yang dihasilkan sesuai dengan syarat yang diminta oleh pelanggan. Biaya penilaian meliputi :

1. Biaya pengujian dan inspeksi

Biaya pengujian dan inspeksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menguji dan menginspeksi barang yang akan datang, produk dalam proses, dan produk jadi atau jasa.

2. Peralatan dan pengujian

Peralatan dan pengujian merupakan pengeluaran yang terjadi untuk memperoleh, mengoperasikan, dan mempertahankan mesin, dan peralatan pengujian atau penilaian kualitas produk, jasa atau proses.

3. Audit kualitas

Audit kualitas merupakan gaji atau upah semua orang yang terlibat dalam penilaian kualitas produk dan jasa dan pengeluaran lain selama penilaian kualitas.


(36)

4. Pengujian produk

Pengujian produk merupakan pengeluaran yang terjadi berkaitan dengan pengujian kesesuaian hasil produk dengan standar perusahaan, termasuk pengepakan dan pengiriman.

c) Biaya kegagalan internal

Biaya kegagalan internal timbul karena produk dan jasa tidak sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan pelanggan. Ketidak sesuaian ini dideteksi sebelum produk dan jasa dikirim ke pihak luar. Biaya kegagalan internal meliputi : 1. Biaya proses

Biaya proses merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mendesain ulang produk atau proses pemberhentian mesin yang tidak direncanakan dan gagalnya produksi karena ada penyelaan proses untuk perbaikan dan pengerjaan kembali.

2. Biaya pengerjaan kembali (rework) dan biaya sisa produksi (scarp)

Biaya pengerjaan kembali (rework) dan biaya sisa produksi (scarp) merupakan bahan, tenaga kerja langsung dan overhead untuk sisa produksi, pengerjaan kembali dan inspeksi ulang.

3. Biaya tindakan koreksi

Biaya tindakan koreksi merupakan biaya untuk waktu yang dihabiskan dalam menemukan penyebab kegagalan dan untuk mengoreksi masalah.


(37)

Biaya inspeksi dan pengujian ulang merupakan gaji,upah dan biaya yang dikeluarkan selama inspeksi ulang atau pengujian ulang produk-produk yang telah diperbaiki.

d) Biaya kegagalan eksternal

Biaya kegagalan eksternal muncul karena produk atau jasa gagal memenuhi persyaratan atau memenuhi harapan pelanggan setelah produk atau jasa dikirim ke pelanggan. Dari semua biaya kualitas, biaya ini yang lebih menghancurkan perusahaan. Biaya-biaya ini meliputi :

1. Biaya penarikan kembali produk

Biaya administrasi untuk menangani pengembalian produk, perbaikan atau penggantian, biaya hukum dan biaya penyelesaian hukum.

2. Biaya untuk menangani keluhan dan pengembalian dari pelanggan

Gaji dan overhead administrasi untuk departemen pelayanan kepada pelanggan, memperbaiki produk yang dikembalikkan, cadangan atau potongan untuk kualitas rendah, dan biaya angkut.

3. Produk yang hilang karena produk yang tidak memuaskan

Margin kontribusi yang hilang karena pesanan yang tertunda, produk yang hilang dan menurunnya pangsa pasar.

Biaya kegagalan internal dan kegagalan eksternal merupakan biaya cost of nonconformance. Biaya-biaya tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan dan

opportunity cost karena ditolaknya produk atau jasa. Biaya kualitas


(38)

Tabel 2.1: Komponen Biaya Kualitas

Biaya Pencegahan Biaya Penilaian Biaya Kegagalan Internal Biaya Kegagalan Eksternal Biaya Pelatihan Gaji Struktur Peralatan Pelatihan Biaya pelatihan eksternal

Gaji dan upah pelatihan

Perencanaan & pelatihan

Gaji Biaya peralatan Biaya alat preventif Biaya rapat Biaya promosi Penghargaan Biaya pencetakan Inspeksi Bahan Baku Inspeksi produk dalam proses Inspeksi produk selesai Peralatan Pengujian Perolehan Gaji dan upah Pemeliharaan Sisa produksi Perbaikan Kerugian karena tingkat kualitas yang rendah Biaya penginspeksian kembali Kerugian berkaitan dengan penghentian pekerjaan. Retur penjualan dan cadangan yang berkaitan dengan rendahnya kualitas Biaya garansi Margin kontribusi dari penjualan yang gagal karena rendahnya kualitas Margin kontribusi Dari order penjualan yang hilang yang berkaitan dengan kualitas yang tidak memuaskan

Sumber : Edward J. Blocher, Kung H. Chen, and Thomas W. Lin, 2000, Cost Management : a strategic emphasis. Terjemahan. Jakarta Penerbit Salemba Empat, p.221.


(39)

“Menurut Feigenbaum (1991: 101) biaya kualitas dapat dikategorikan ke dalam empat kategori diantaranya :

1. Biaya pencegahan meliputi :

a) Perencanaan mutu. Merupakan biaya yang berkaitan dengan waktu semua karyawan baik yang ada di dalam fungsi mutu atau di dalam fungsi-fungsi lainnya.

b) Kendali proses merupakan biaya yang dikaitkan dengan waktu yang digunakan oleh semua karyawan untuk menelaah dan menganalisis proses produksi (termasuk penjual) untuk keperluan menetapkan cara mengendalikan dan meningkatkan kemampuan proses yang ada, dan menyediakan dukungan teknis kepada karyawan untuk keperluan menerapkan atau mengimplementasikan secara efektif rencana mutu dan mengawali serta memelihara kendali pada proses operasi produksi.

b) Perancangan dan pengembangan peralatan informasi mutu merupakan biaya yang dikaitkan dengan waktu yang digunakan oleh karyawan untuk merancang dan mengembangkan pengukuran mutu produk dan proses, data kendali dan perlengkapan.

c) Pelatihan mutu dan pengembangan tenaga kerja biaya yang dirancang untuk melatih karyawan dalam penggunaan teknik-teknik untuk kendali mutu keterandalan dan keamanan.

d) Verifikasi rancangan produk merupakan biaya pengevaluasian produk praproduksi untuk keperluan verifikasi mutu dan aspek-aspek keamanan rancangan.


(40)

e) Pengembangan dan menejemen system adalah biaya keseluruhan rekayasa system mutu dan menejemen serta dukungan untuk pengembangan system mutu.

f) Biaya-biaya pencegahan lainnya termasuk biaya administratif yang tidak diperhitungkan dalam biaya lainnya.

2. Biaya Penilaian, meliputi:

a) Pengujian dan pemeriksaan terhadap bahan-bahan yang dibeli merupakan biaya yang dikaitkan dengan waktu yang digunakan oleh karyawan pemeriksaan dan pengujian untuk mengevaluasi mutu bahan-bahan yang dibeli.

b) Pengujian penerimaan laboratorium adalah semua biaya pengujian yang dilakukan oleh laboratorium untuk mengevaluasi mutu bahan mutu yang dibeli.

c) Laboratorium atau jasa pengukuran lainnya yakni mewakili biaya jasa pengukuran laboratorium, penentuan ketepatan ukuran instrument dan perbaikan serta pemantauan proses

d) Pemeriksaan merupakan biaya yang dikaitkan dengan waktu yang digunakan oleh karyawan pemeriksaan untuk mengevaluasi mutu produk di dalam pabrik dan biaya yang dipakai oleh karyawan pengawasan.

e) Pengujian merupakan biaya yang dikaitkan dengan waktu yang digunakan oleh karyawan pengujian untuk mengevaluasi prestasi teknis dari produk di dalam pabrik.


(41)

f) Tenaga kerja pemeriksa adalah biaya yang dikaitkan dengan waktu yang dipakai oleh operator untuk memeriksa mutu pekerjaannya sendiri seperti yang diisyaratkan oleh rencana kualitas, memeriksa produk atau proses mengenai kesesuaian mutu pada pokok yang direncanakan dalam produksi, shorting (pemilahan).

g) Penyiapan pengujian atau pemeriksaan merupakan biaya yang dikaitkan dengan waktu yang dipakai oleh karyawan untuk menyiapkan produk dan peralatan yang berkaitan dengan pengujian untuk memungkinkan pengujian fungsional.

h) Perlengkapan dan bahan pengujian dan pemeriksaan dan perlengkapan mutu yang kurang penting.

i) Audit mutu adalah biaya yang dikaitkan dengan waktu yang dipakai oleh karyawan untuk melakukan audit.

j) Pengesahan dari luar adalah biaya labortaorium luar, biaya pemeriksaan asuransi, dan lain-lain.

k) Pemeliharaan dan kalibrasi perlengkapan pengujian dan pemeriksaan informasi mutu.

l) Peninjauan rekayasa produk dan penyerahan pengiriman

m) Pengujian lapangan merupakan biaya yang ditanggung oleh departemen pada waktu diadakan pengujian lapangan terhadap produk di tempat pelanggan sebelum penyerahan akhir.


(42)

3. Biaya Kegagalan Internal meliputi :

a) Biaya sisa produksi (scarp) merupakan kerugian yang diderita selama mencapai tingkat mutu yang terlibat, dengan tidak menyertakan bahan-bahan yang diafkir karena keusangan, kelebihan produk dan perubahan rancangan produk yang diakibatkan oleh evaluasi lebih lanjut tentang kebutuhan konsumen.

b) Pengulang kerjaan yaitu bayaran tambahan yang diberikan kepada para operator dalam upaya mencapai tingkat mutu yang diisyaratkan.

c) Biaya pengadaan bahan yaitu tambahan yang muncul pada waktu karyawan pengadaan mengalami penolakan dan keluhan pada bahan yang dibeli, mencakup penggantian dari penjual untuk bahan-bahan yang ditolak.

d) Rekayasa yang berkaitan dengan pabrik adalah biaya yang dikaitkan dengan waktu yang dipakai oleh ahli teknik produk atau produksi yang terlibat dalam masalah-masalah produksi yang menyangkut mutu, yaitu suatu komponen produk atau bahan yang tidak sesuai dengan spesifikasi mutu.

4. Biaya Kegagalan Eksternal

a) Keluhan dalam jaminan adalah semua biaya untuk mengatasi keluhan lapangan yang spesifik dalam masa jaminan untuk penyelidikan, perbaikan atau penggantian.

b) Keluhan diluar jaminan yaitu biaya yang terima untuk melakukan penyesuaian terhadap keluhan di lapangan yang spesifik setelah berakhirnya masa jaminan. c) Pelayanan produk adalah semua biaya pelayanan produk yang diterima yang


(43)

pengujian khusus, atau pengoreksian terhadap kecacatan yang bukan disebabkan oleh keluhan di lapangan.

d) Liabilitas produk biaya yang berkaitan dengan mutu, yang muncul sebagai akibat penilaian liabilitas yang berkaitan dengan kegagalan mutu.

e) Penarikan produk merupakan biaya yang muncul akibat dari penarikan produk atau komponen produk.

2.2.3.5. Manfaat Penerapan Biaya Kualitas

Pada dasarnya tujuan utama pembuatan laporan biaya kualitas adalah untuk memperbaiki dan mempermudah perencanaan, pengendalian, pengambilan keputusan manajemen. Dalam artikel Manajemen Accounting, Towey (1988: 40) menjelaskan ada beberapa langkah yang dilakukan dalam menerapkan sistem pelaporan biaya kualitas, antara lain:

1. Dukungan dan komitmen manajemen 2. Mendirikan regu-regu instalasi

3. Memilih segmen organisasi tunggal untuk digunakan untuk prototype 4. Mendapatkan hubungan dan dukungan informasi antara perusahaan dan pemasok

5. Mendefinisikan biaya kualitas dan kategori biaya kualitas

6. Mengidentifikasi biaya-biaya kualitas didalam masing-masing kategori 7. Menentukan sumber-sumber informasi biaya kualitas

8. Membuat grafik dan biaya kualitas

9. Membuat prosedur untuk menghitung biaya kualitas


(44)

11. Mengurangi produk cacat 12. Memperluas sistem

Menurut Feigenbaum (1987: 130) biaya kualitas digunakan sebagai berikut : 1. Quality cost served as a measurement tool

Biaya kualitas sebagai alat pengukur yaitu kualitas dapat dirinci menjadi

beberapa jenis, sehingga terbuka kemungkinan untuk mendapatkan ukuran dalam rupiah pada setiap aktivitas yang terkait dengan kualitas.

2. Quality cost serve as process quality analysis tool

Biaya kualitas sebagai alat analisis kualitas yang efektif. Jika dirinci dengan tepat biaya kualitas dapat menunjukkan masalah yang terkait

dengan kualitas.

3. Quality cost serve as a programming tool

Biaya kualitas sebagai alat pemrograman, maksudnya biaya kualitas Digunakan sebagai cara untuk mengidentifikasi tindakan-tindakan dan sekaligus tindakan mana yang seharusnya diberi prioritas.

4. Quality cost as a budgeting

Biaya kualitas sebagai alat penganggaran maksudnya biaya kualitas

dapat dipakai sabagai petunjuk dalam mambuat anggaran untuk mencapai pengendalian kualitas yang ingin dicapai.

5. Quality cost serve as a predictive tool

Biaya kualitas sebagai alat prediksi. Data biaya kualitas dapat dipakai untuk mengevaluasi dan menjamin prestasi produk di pasaran, selain


(45)

usaha baru dan persaingan pasar. 2.2.3.6. Tipe Laporan Kinerja Kualitas A. Ada empat tipe laporan kinerja kualitas.

1. Laporan Kinerja Kualitas sementara (Interim Quality Performance Report) yang menunjukkan kemajuan relative biaya kualitas sesungguhnya yang dicapai dibandingkan dengan biaya kualitas yang dianggarkan.

2. Laporan Kinerja Kualitas Satu Tahun (One year Periode Quality Performance

Report) yang menunjukkan kemajuan yang berhubungan dengan kinerja

kualitas sesungguhnya tahun terakhir dengan tahun sebelumnya.

3. Laporan Kinerja Kualitas Beberapa periode (Multiple Period Quality Trend

Report) yang menunjukkan kemajuan sejak awal aplikasi program

penyempurnaan kualitas sampai periode terakhir.

4. Laporan Kinerja Kualitas jangka panjang (Long-Range Quality Performance

Report) yang menunjukkan kemajuan yang berhubungan dengan standar atau

sasaran jangka panjang dengan cara membandingkannya dengan biaya kualitas sesungguhnya.

2.2.3.7. Pengendalian dan Pengukuran Biaya Kualitas

Pelaporan biaya kualitas saja tidak cukup untuk menjamin bahwa biaya-biaya tersebut terkendali. Pengendalian yang baik mensyaratkan standar suatu ukuran atas biaya sesungguhnya sehingga kinerja dapat diukur dan tindakan-tindakan koreksi dapat dilakukan jika perlu pengendalian mutu konvensional (PMK) dan dengan acceptable quality level (AQL). PMK dilakukan terhadap keluaran proses produksi. Mula-mula perusahaan menetapkan kecacatan yang diterima dari


(46)

produk, kemudian dilakukan pengujian apakah kualitas yang dihasilkan berada pada tingkat kecacatan yang dapat diterima. AQL dilakukan terhadap proses produksi, dengan tujuan untuk mencegah timbulnya produk cacat dari tahap pembuatan desain sampai tahap penyerahan produk pada pelanggan.

Menurut Feigenbaum (1991: 10) menyebutkan 4 langkah umum yang terdapat dalam pengendalian kualitas yaitu :

1. Menetapkan standar (Setting standards),

Menentukan standar biaya kualitas, kinerja kualitas dan standar kehandalan kualitas produk.

2. Menilai kesesuaian (Appraising conformance),

Membandingkan kesesuaian produk yang diproduksi atau jasa yang ditawarkan dengan standar-standar yang telah ditentukan.

3. Bertindak bila perlu (Acting when necessary),

Mengoreksi masalah dan penyebab yang mencakup pemasaran, perancangan, rekayasa produksi dan pemeliaharaan yang mempengaruhi kepuasan konsumen.

4. Merencanakan perbaikan (Planning for improvement),

Mengembangkan suatu usaha yang berkelanjutan untuk memperbaiki standar-standar biaya, keamanan dan kehandalan.

Menurut Datar (2000: 278) pengendalian biaya kualitas mensyaratkan adanya standar yang digunakan untuk membandingkan biaya kualitas aktual dengan standarnya, sehingga kinerja dapat diukur dan dapat diketahui apakah


(47)

Jadi aktivitas-aktivitas yang penting dalam pengendalian biaya kualitas umumnya meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Pengamatan terhadap kinerja produk dan proses

2. Membandingkan kinerja yang ditampilkan dengan standar yang berlaku

3. Mengambil tindakan apabila terdapat penyimpangan-penyimpangan yang cukup signifikan dan apabila perlu dibuat tindakan koreksi.

Membandingkan realisasi biaya dengan anggaran atau standar yang ditetapkan akan memberikan informasi mengenai penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi, baik yang menguntungkan atau merugikan. Hal tersebut merupakan ukuran untuk melakukan penilaian terhadap prestasi manajer-manajer yang bertanggung-jawab, serta merupakan indikasi yang memberikan peringatan kepada atasannya mengenai apa yang seharusnya dilakukan dalam rangka pengendalian biaya tersebut.

Menurut Sumanth (1984: 5) banyak pihak manajemen perusahaan yang khawatir adanya peningkatan biaya jika melakukan peningkatan kualitas, yang artinya akan mengurangi labanya, memang untuk sementara waktu, biaya akan naik pada saat kualitas ditingkatkan, tetapi selanjutnya, jika perhatian yang lebih besar diberikan terhadap peningkatan kualitas, maka akan terjadi penurunan jumlah produk cacat atau rusak, pengerjaan ulang dan biaya pemeriksaan, hal ini akan mengakibatkan terjadinya penghematan biaya yang besar, disertai dengan meningkatnya produktivitas, dimana produktivitas ini merupakan ukuran efisiensi penggunaan sumber daya.


(48)

Sedangkan menurut Mowen (2000: 438) menjelaskan bahwa pengendalian biaya kualitas hanya dapat dilakukan pada biaya-biaya dari aktivitas pengendalian

(prevention dan appraisal cost), sedangkan biaya dan aktivitas kegagalan

(internal dan external failure cost) tidak dapat dikendalikan, meskipun biaya kegagalan tidak dapat dikendalikan, namun besarnya biaya-biaya tersebut dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan pengendalian, secara teoritis pengendalian biaya kualitas diarahkan untuk mencapai biaya kualitas yang optimal, yaitu mencapai jumlah 2,5% dari penjualan.

Pengendalian terhadap biaya kualitas memang perlu untuk dilakukan, karena dengan adanya biaya kualitas yang terkecuali, maka akan dicapai efisiensi dalam hal biaya dan kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan juga akan semakin baik

Menurut Gasperz (1997: 168) alasan-alasan perusahaan mengadakan pengukuran terhadap biaya kualitas adalah sebagai berikut:

1. Mengkuantifikasi ukuran dari masalah kualitas dalam bahasa “uang” guna meningkatkan komunikasi diantara manajer menengah dan manajer puncak.

2. Kesempatan utama untuk reduksi biaya dapat didentifikasi.

3. Kesempatan untuk mengurangi ketidakpuasan pelanggan dan ancaman-ancaman yang berkaitan dengan produk yang dipasarkan dapat diidentifikasi berapa biaya dari kualitas jelek (cost of poor quality) merupakan hasil dari kegagalan produk setelah penjualan.


(49)

Sedangkan menurut Mowen (1995: 912) menyatakan bahwa pengendalian memungkinkan manajer membandingkan keluaran aktual dengan standarnya untuk mengukur kinerja dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.

Bagian pengendalian kualitas (quality control) dan bagian akuntansi merupakan pihak yang bertanggung-jawab untuk mengadakan pengukuran biaya kualitas. Bagian pengendalian kualitas bertanggung-jawab melaksanakan pengukuran atas kualitas fisik produk, seperti pengukuran atas pengendalian bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.

Pengukuran bagian pengendalian kualitas akan menggabungkan laporan tentang aktivitas pengendalian kualitas, kemudian laporan yang sudah terkumpul dari masing-masing bagian diserahkan ke bagian akuntansi, bagian akuntansi bertanggung-jawab atas penyajian semua data keuangan, data mengenai biaya kualitas yang diperlukan untuk membuat laporan biaya kualitas dapat diperoleh melalui sistem informasi akuntansi perusahaan.

2.2.3.8. Konsep Biaya Kualitas

Biaya kualitas optimum adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengelola kualitas produknya. Tujuan utama adanya konsep biaya kualitas optimal adalah untuk meminimalkan biaya kualitas total yang dikeluarkan oleh perusahaan, maka harus ada sistem akuntansi yang memadai yang dapat digunakan menejemen untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga efisiensi biaya kualitas dapat tercapai.


(50)

Biaya kualitas total dipengaruhi oleh interaksi diantara komponen-komponen biaya kualitas yang ada. Interaksi masing-masing komponen-komponen biaya kualitas dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 : Contoh model saling mempengaruhi 4 jenis biaya kualitas

A B C D

Minimal appraisal & prevention cost Increase in appraisal cost (product sorting) Increase in appraisal cost (process) Increase in prevention cost Eksternal failure Internal failure sorting Process sorting Prevention 25 1 1 1 1 4 15 4 1 1 3 10 3 5 1 2 5 2 3 2

29 25 22 14

Sumber : Gryna (1992: 26)

Pada tahap A, ketidak pastian besar biaya pencegahan dan biaya penilaian menyebabkan jumlah kerusakan eksternal sangat tinggi, sehingga tingkat kualitas produk akan menurun.

Pada tahap B, usaha sorting diperkenalkan untuk mengurangi kerusakan eksternal. Biaya penilaian meningkat dan kerusakan yang sebelumnya terjadi pada eksternal


(51)

failure kini terdapat pada internal failure. Tetapi bagaimanapun total biaya kualitas menunjukkan angka yang lebih rendah.

Tahap C, pengendalian proses diperkenalkan untuk mengendalikan kerusakan pada tingkat lebih awal pada proses produksi. Hal ini menunjukkan peningkatan biaya penilaian dan mengurangi total biaya kualitas.

Pada tahap D, pencegahan ditingkatkan dan pada tingkat inilah yang paling menguntungkan karena kerusakan yang terjadi lebih kecil dibanding sebelumnya sehingga total biaya kualitas menunjukkan angka yang paling rendah.

Dari keempat tahap tersebut dapat diketahui tingkat biaya kualitas optimal yang dapat dicapai. Dengan demikian dari keterkaitan dan saling mempengaruhi antara masing-masing komponen biaya kualitas dapat diperoleh tingkat biaya kualitas optimal.

2.2.3.9. Penggunaan Informasi Biaya Kualitas

“Menurut Besterfield, dalam laporan biaya kualitas dapat dikaitkan dengan dasar-dasar yang berbeda yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Hasil Penjualan Produksi Bersih

Analisa biaya kualitas dengan menggunakan dasar pembanding hasil penjualan produk bersih akan dapat untuk mengetahui prosentase biaya kualitas yang dikeluarkan terhadap hasil penjualan produk.

2. Total Biaya Produksi yang Dikeluarkan

Analisa biaya kualitas dengan menggunakan dasar pembanding biaya produksi yang dikeluarkan akan dapat digunakan untuk mengetahui kecenderungan


(52)

besarnya jumlah rupiah dari biaya kualitas untuk tiap-tiap satuan unit produksi yang dihasilkan dari periode ke periode.

3. Jumlah Unit yang Dihasilkan

Analisa biaya kualitas dengan menggunakan dasar pembanding jumlah unit yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengetahui kecenderungan besarnya jumlah rupiah dari biaya kualitas untuk tiap-tiap satuan unit produk yang dihasilkan dari periode ke periode.

4. Biaya Tenaga Kerja Langsung.

Dasar pembanding tenaga kerja langsung digunakan karena peka terhadap naik turunnya kegiatan perusahaan. Dasar ini tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan-perubahan harga bahan, jumlah produk akhir, penjualan produk yang terlambat atau jadwal pembuatan yang panjang, tapi juga dipengaruhi oleh mekanisme yang menyebabkan berkurangnya operator. Oleh karena itu, dasar pembanding ini hanya cocok digunakan pada jangka waktu yang pendek.

2.2.4. Kualitas Produk

2.2.4.1.Pengertian Kualitas Produk

“Menurut kotler (1994: 5) produk adalah sesuatu yang ditawarkan kepada seseorang untuk memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan.

Menurut Nasution (2000: 15) kualitas produk adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan suatu produk adalah apabila produk mempunyai daya tahan penggunaan yang lama, meningkatkan citra atau status


(53)

konsumen yang memakainya, tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas (quality assurance), dan sesuai etika bila digunakan.

“Menurut Noerchidah (2005: 47) kualitas produk adalah produk yang sesuai dengan yang di inginkan atau sesuai yang di pesan, baik bentuk, spesifikasi ukuran dan bebas dari kerusakan.

“Menurut Machfoed (2007: 78) kualitas produk mempunyai dua dimensi, tingkat dan konsistensi dalam pengembangan produk, langkah pertama yang dilakukan oleh perusahaan ialah memilih tingkat kualitas yang akan mendukung posisi produk di pasar sasaran. Kualitas merupakan alat penting untuk menentukan posisi. Kualitas produk melambangkan kemampuan produk untuk menjalankan fungsinya yang meliputi keawetan, keandalan, kemudahan penggunaan dan perbaikannya serta sifat-sifat lainnya.

Pendapat tersebut diatas dapat disimpilkan bahwa produk adalah produk yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan perusahaan, tujuan untuk apa produk tersebut dibuat dan harapan deri konsumen.

Semakin berkualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan, maka kepuasan konsumen akan dapat terpenuhi dan konsumen akan terus tertarik untuk melakukan pembelian produk tersebut. Produk yang berkualitas merupakan sesuatu yang harus dapat dihasilkan oleh perusahaan, karena ini akan mempengaruhi keterlangsungan hidup perusahaan dan minat konsumen untuk melakukan pembelian produk tersebut.


(54)

2.2.4.2. Dimensi Kualitas Produk

“Menurut Mowen (2000: 6) kualitas produk atau jasa adalah sesuatu yang memenuhi atau melebihi ekspektasi pelanggan dalam delapan aspek yaitu sebagai berikut:

a. Kinerja (performance)

Merupakan tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk. b. Estetika (Asthetics)

Hal yang berhubungan dengan penampilan wujud produk serta jasa. c. Kemudahan Perawatan perbaikan (Serviciability)

Hal yang berhubungan dengan tingkat perawatan dan memperbaiki produk. d. Keunikan (features)

Merupakan karakteristik produk yang berbeda secara fungsional dengan produk-produk sejenis.

e. Realibilitas (Realibility)

Merupakan probabilitas produk atau jasa menjalankan fungsi dimaksud dalam jangka waktu tertentu.

f. Durabilitas (Durability)

Merupakan umur manfaat dari fungsi pokok produk. g. Tingkat Kesesuaian (Quality of Conformance)

Merupakan ukuran mengenai apakah sebuah produk atau jasa telah memenuhi spesifikasi.


(55)

h. Manfaat (Fitves for Use)

Merupakan kecocokan dari sebuah produk menjalankan fungsi-fungsi sebagaimana yang diiklankan.

2.2.5. Pengertian dan Tujuan Pengendalian Kualitas 2.2.5.1. Pengertian Pengendalian Kualitas

Menurut Manullang (2001: 194) pengendalian kualitas berkaitan dengan penetapan standar kualitas dan cara mengukur sifat-sifat kualitas (seperti : design, penampilan, ukuran dan bahan). Pengendalian kualitas berarti bahwa bila ada kerusakan, dicari sebab terjadinya kerusakan dan tindakan perbaikan harus dilakukan.

Menurut Ahyari (2002: 239) mengartikan pengendalian kualitas sebagai suatu aktivitas (manajemen perusahaan) untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk atau jasa dapat ditentukan sebagaimana yang direncanakan.

Sedangkan menurut Sumayang (2003: 265) pengendalian kualitas merupakan falsafah yang menetapkan dan menjaga lingkungan yang menghasilkan perbaikan terus-menerus pada kualitas dan produktivitas diseluruh aktivitas perusahaan, pemasok dan jalur distribusi.

Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa usaha pencegahan dilakukan sebelum kesalahan kualitas produk atau jasa itu terjadi. Dengan adanya pengendalian kualitas akan dapat memberikan informasi bagi manajemen perusahaan mengenai penyimpangan-penyimpangan dari standar yang ada, analisis penyebabnya berdasarkan informasi biaya, keterangan staf, observasi


(56)

langsung dan selanjutnya mengambil langkah-langkah perbaikan secepat mungkin.

2.2.5.2. Tujuan Pengendalian Kualitas

Menurut Assauri (1999: 210) tujuan dari pengendalian kualitas adalah agar spesifikasi produk yang telah ditetapkan sebagai standar tercermin dalam produk akhir secara terperinci dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian kualitas adalah :

1. Agar barang hasil produk dapat mencapai standar kualitas yang ditetapkan. 2. Mengusahakan agar biaya pemeriksaan produk dapat menjadi sekecil mungkin. 3. Mengusahakan agar biaya desain produk dan proses dengan kualitas produk

tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.

4. Mengusahakan agar biaya produksi menjadi serendah mungkin.

Sedangkan menurut Sudarno (1996: 245) adalah walaupun segala proses produksi direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, produk akhir mungkin saja rusak yang disebabkan satu dan lain hal yang tidak sesuai dengan standar – standar yang ditentukan. Bagian pemeriksaan yang merupakan bagian dari pengendalian yang bertanggungjawab atas dipeliharanya kualitas produk sesuai dengan standar.

2.2.6. Pengaruh Biaya Pencegahan Terhadap Kualitas Produk

Dalam upaya untuk menghasilkan produk yang berkualitas masalah penting kendali mutu sebenarnya adalah pencegahan bukan penilaian yang akan memisahkan produk yang rusak atau cacat dari produk yang baik sehingga produk yang rusak atau cacat tersebut tidak jatuh ketangan konsumen. Oleh karena itu


(57)

penilaian tidak menyelesaikan masalah karena yang buruk akan selalu ada. Tindakan yang tepat yang harus dilakukan adalah dengan melakukan pencegahan yang dimulai sejak awal sehingga hasilnya akan mempengaruhi tingkat kualitas yang baik atau sesuai dengan selera konsumen.

Dalam usaha menghasilkan produk yang berkualitas, perusahaan perlu menerapkan adanya biaya kualitas terhadap produk yang dihasilkan. Karena , kualitas yang tidak lepas dari pengukuran yaitu biaya kualitas. Biaya pencegahan terjadi untuk mencegah kualitas yang buruk pada produk yang dihasilkan. Biaya pencegahan merupakan kegiatan pengendalian yang dikeluarkan merupakan biaya pengendalian.

Biaya pencegahan merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya kecacatan atau ketidak sesuaian. Dimana bila biaya pencegahan meningkat, maka diharapkan biaya kegagalan menurun yang akan menunjukkan tingkat kualitas produk telah meningkat (Hansen Mowen, 2005: 16). Peran biaya pencegahan sangat penting diterapkan dalam proses produksi karena biaya-biaya ini berguna untuk mencegah terjadinya produk yang kurang berkualitas atau buruk. Dengan adanya biaya pencegahan diharapkan kegagalan terhadap produk rusak menjadi nol.

Menurut TOC, jika hendak memperbaiki kinerja, perusahaan harus mengidentifikasikan kendala, mengekploitasi dalam jangka pendek, dan dalam jangka panjang, menentukan cara untuk mengtasinya. TOC memfokuskan pada tiga ukuran kinerja perusahaan : throughput, persediaan dan beban operasi.


(58)

penjualan. Persediaan adalah semua uang yang dikeluarkan perusahaan untuk mengubah persediaan menjadi throughput.

Madura (2001: 318) saat menentukan tingkat kualitas, perusahaan menilai sisi perusahaan akan produk di dalam segmen pasar yang berbeda – beda (misalnya pada segmen kualitas tinggi dan segmen kualitas rendah) dan menilai tingkat kualitas produk yang dihasilkan pesaing, maka perusahaan berusaha untuk menentukan kualitas dan harga produk pada tingkat yang dapat memuaskan beberapa segmen dari pasar.

Kurangnya perhatian perusahaan terhadap pentingnya biaya pencegahan akan mengakibatkan produk yang dihasilkan tidak berkualitas. Hal ini akan berpengaruh pada biaya produksi karena produk yang kualitasnya rendah harus dikerjakan ulang. Berdasarkan asumsi tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya produksi biaya pencegahan mempunyai pengaruh terhadap kualitas produk. 2.2.7. Pengaruh Biaya Penilaian Terhadap Tingkat Kualitas Produk

Tujuan utama penilaian seharusnya bukan pencegahan Hani T (2000: 427). Tujuannya adalah menghentikan pembuatan komponen-komponen rusak dan memerlukan para pemeriksa yang dapat memberitahukan kepada manajemen tidak hanya bahwa suatu produk tidak memenuhi standar atau ditolak, tetapi juga mengapa agar para manajer dapat memusatkan perhatiannya pada perbaikan situasi. Pada akhirnya yang menghasilkan perbaikan situasi ini akan mempengaruhi kualitas produk.

Biaya penilaian terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa telah sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan pelanggan. Biaya penilaian ini


(59)

termasuk kegiatan pengendalian yang dikeluarkan merupakan biaya pengendalian yang dikeluarkan merupakan biaya pengendalian. Bila biaya penilaian meningkat, maka kualitas produk telah meningkat. Hal ini disebabkan karena biaya kegagalan telah menurun.

Perusahaan dalam menghasilkan produknya harus memperhatikan produk cacat. Dimana perusahaan harus melakukan pengawasan dalam proses produksi. Hal ini berguna untuk mengurangi tingkat kegagalan internal. Total Quality

Control (TQC) pada intinya adalah suatu pengerjaan tanpa henti untuk suatu

kualitas sempurna, usaha untuk mendapatkan suatu desain produk dan proses manufaktur tanpa cacat Mowen (2005: 481).

Untuk dapat menghasilkan barang agar tetap sesuai menurut standar yang telah ditetapkan, maka peranan penilaian sangat penting. Dalam hal ini perlu di ingat bahwa penilaian hanya dapat mengawasi atau menjaga agar sesuai dengan apa yang telah di tetapkan sebagai standar, dan berusaha untuk memperkecil biaya produksi yang ditimbulkan oleh pengawasan mutu. Dengan demikian peranan penilaian dalam penekanan biaya produksi sangat kecil. Sebenarnya biaya yang sangat besar akan terjadi apabila terdapat perubahan – perubahan pokok dalam kebijakan mutu (misalnya : dengan adanya keputusan mutu di tingkatkan, maka produk dengan mutu yang lama ditolak (Sofyan Assauri, 1999: 209).

Hambatan – hambatan (Constraints) yang terjadi di masing-masing proses biasanya saling terkait, proses yang diselesaikan secara terpisah tidak akan menyelesaikan masalah yang ada. Malah akan bertambah berat, oleh karena itu hambatan – hambatan yang ada harus diselesaikan secara terintegrasi. Salah satu


(60)

metodologi untuk mengatasi hambatan – hambatan tersebut adalah dengan menggunakan Theory of Constraints.

TOC memfokuskan pada tiga ukuran kinerja perusahaan :

Throughput, persediaan, dan beban operasi. Dengan meningkatkan throughput, meminimalkan persediaan, dan menurunkan beban operasi, tiga ukuran kinerja keuangan akan dipengaruhi laba bersih dan pengembalian atas investasi serta arus kas akan meningkat.( Mowen, 2005: 49).

Teori kendala (TOC) menggunakan lima langkah untuk mencapai tujuan memperbaiki kinerja perusahaan :

1. Mengidentifikasi kendala – kendala perusahaan 2. Mengeksploitasi kendala – kendala yang mengikat

3. Mensubordinasi apa saja yang lain dari keputusan yang dibuat pada langkah ke – 2

4. Mengangkat kendala – kendala yang mengikat 5. Mengulangi proses

Biaya kualitas merupakan bagian dari biaya produksi yang dikeluarkan suatu perusahaan untuk menghasilkan suatu produk. Jika perusahaan dapat mengeleminasi biaya kualitas khususnya biaya penilaian secara benar pertama kali, maka penghematan biaya ini dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Apabila biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dikendalikan dengan baik maka tingkat kualitas produk akan meningkat.


(61)

2.2.8. Pengaruh Biaya Kegagalan Internal Terhadap Kualitas Produk

Mutu produk yang baik merupakan faktor penting dalam menjamin keunggulan perusahaan dalam persaingan di pasar. Biaya kegagalan internal terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan. Dimana bila biaya kegagalan internal meningkat, maka kualitas produk menurun. Biaya kegagalan internal merupakan kegiatan kegagalan biaya yang dikeluarkan merupakan biaya kegagalan.

Suatu produk yang berkualitas dapat dipastikan bahwa efisiensinya tinggi sehingga dapat menarik banyak konsumen untuk membeli produk tersebut dengan demikian penjualan akan meningkat. Namun terkadang konsumen mengharapkan mutu yang lebih tinggi dari harga yang harus dibayar. Karena itu, manajemen secara terus menerus dipaksa untuk mengendalikan biaya secara ketat. Dalam menciptakan pengendalian tersebut biasanya ditemui hambatan-hambatan (Constraints).

Theory Of Constranints (TOC) dalam Hansen dan Mowen didasarkan

pada pengembangan dari Goldratt dan Fox memfokuskan pada tiga ukuran kinerja perusahaan throughput, persediaan dan beban operasi. Dengan meningkatkan throughput, meminimalkan persediaan dan menurunkan beban operasi, tiga ukuran kinerja keuangan akan dipengaruhi; laba bersih dan pengembalian atas investasi serta arus kas akan meningkat (Hansen Mowen, 2005: 490).

Upaya untuk meminimalkan kegagalan intenal yang berupa rework activy dalam jangka pendek yaitu dengan memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan dan dalam jangka panjangnya rework activy harus dihilangkan dalam proses


(62)

produksi dengan memperbaiki mutu bahan baku yang digunakan dan melakukan pengawasan yang lebih intensif pada saat proses produksi berlangsung. Memperbaiki atau menghapus kegagalan yang berupa rework activy berarti menghapus aktivitas tidak bernilai tambah dan menghemat biaya produksi. Apabila perusahaan mampu mengendalikan atau meminimalkan kegagalan internalnya secara lebih efisien maka kualitas produk akan meningkat.

2.2.9. Pengaruh Biaya Kegagalan Eksternal Terhadap Kualitas Produk Produk yang lebih baik berarti kualitas yang lebih tinggi. Hal ini juga berarti bahwa perusahaan mampu memperbaiki produk dan menyediakan produk yang sudah diperbaiki tersebut secara cepat ke pasar. Memperbaiki produk juga merupakan unsure kompetitif yang penting. Produk baru yang sudah diperbaiki perlu segera masuk ke pasar sebelum pesaing mampu menyediakan produk serupa.

Biaya kegagalan eksternal terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan gagal memenuhi persyaratan atau tidak memuaskan kebutuhan pelanggan setelah produk sampai kepada pelanggan. Dimana bila kegagalan eksternal meningkat maka kualitas produk menurun.

Perusahaan dalam melakukan proses produksi harus dengan pengawasan dan pengendalian yang intensif agar produk yang dihasilkan memenuhi standar atau tidak terjadi cacat. Apabila produk yang sudah dihasilkan jatuh ke tangan konsumen, ternyata ada produk yang cacat maka produk tersebut akan dikembalikan kepada perusahaan. Dan akhirnya perusahaan akan mengalami kerugian atas pengembalian produk yang cacat.


(63)

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan harus secara intensif melakukan pengawasan dalam proses produksi dan melakukan pengendalian terhadap biaya secara efisien. Apabila produk yang dihasilkan berkualitas baik, maka kegagalan dapat dihindari dan perusahaan dapat menggunakan biaya produksi secara efisien tanpa adanya pemborosan. Semakin kecil biaya kegagalan maka tingkat kualitas suatu produk yang baik akan meningkat.

2.3. Kerangka Pemikiran

Dengan didasarkan atas penjelasan di atas maka dapat disimpulkan beberapa premis yang kemudian dari premis tersebut dapat dijadikan dalam mengemukakan hipotesis, maka premis-premis tersebut adalah :

a. Premis 1 : Biaya pencegahan dan biaya penilaian secara simultan berpengaruh terhadap kualitas produk. Secara parsial biaya pencegahan memiliki pengaruh yang dominan terhadap kualitas produk (Syafi’I: 2003) b. Premis 2 : Biaya kualitas diklarisifikasikan menjadi empat kategori yaitu :

biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal (Blocher dkk, 2000: 220).

c. Premis 3 : laporan kinerja kualitas adalah laporan yang digunakan untuk menampilkan ukuran kemajuan yang terealisasi dalam program perbaikan kualitas. Laporan ini berisi biaya kualitas sesungguhnya (quality cost actual) dan biaya kualitas menurut anggaran (quality cost budget). Harnanto dan Zulkifli (2003: 86)


(64)

d. Premis 4 : bahwa penentuan biaya kualitas menggunakan perhitungan dari masing-masing komponen biaya kualitas, yaitu biaya pengendalian dan biaya kegagalan.namun untuk menentukan biaya kualitas secara optimal yang digunakan adalah biaya pengendalian, karena biaya pengendalian merupakan biaya yang dapat dikendalikan oleh perusahaan dalam penentuan biaya produksinya dan biaya ini terjadi sebelum proses produksi sehingga pemborosan biaya dan jumlah produk rusak dapat ditekan semaksimal mungkin.


(65)

Berdasarkan beberapa premis hasil penelitian terdahulu dan teori-teori yang ada maka dapat ditarik model alur kerangka pikir sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka pikir

Variabel bebas Variabel terikat Biaya pencegahan (X1)

Biaya penilaian (X2)

Biaya kegagalan internal (X3) Biaya kegagalan eksternal (X4)

Kualitas Produk Meningkat (Y)

Regresi Linier Berganda

Keterangan :

X1 = Biaya Pencegahan

X2 = Biaya Penilaian

X3 = Biaya Kegagalan Internal

X4 = Biaya Kegagalan Eksternal

Y = Kualitas Produk = Pengaruh


(1)

111

4.5.3. Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain mesin-mesin produksi dianggap memiliki keandalan yang sama, sehingga penelitian ini tidak memperhatikan mesin mana yang sering mengalami kerusakan dan tidak mengkaji lebih dalam alasan terjadinya kegagalan internal.

Dalam penelitian hanya menggunakan 1 (satu) industri tekstil saja, diharapkan penelitian yang akan datang memperluas jangkauan populasi dan menggunakan variabel-variabel penelitian yang sama dengan penelitian sekarang.


(2)

112

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis ini, dapat disimpulkan bahwa biaya pencegahan (X1), biaya penilaian (X2), biaya kegagalan internal (X3), dan biaya kegagalan eksternal (X4) mempunyai pengaruh yang sangat kecil terhadap tingkat kualitas produk (Y) yaitu 0,168 sedangkan secara parsial hanya biaya kegagalan interna (X3) yang memberikan kontribusi nyata terhadap kualitas produk.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini, maka saran yang dapat diajukan adalah :

1. Bagi perusahaan

a. Sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan dalam mengatur komposisi biaya kualitas yaitu biaya pengendalian dan biaya kegagalan agar seimbang. Bila kualitas produk belum tercapai komposisi biaya pencegahan jangan diturunkan dulu, melainkan komposisinya harus seimbang dengan kenaikan biaya penilaian. Jika biaya pengendalian ditingkatkan, maka diharapkan kualitas produk tercapai dan lambat tapi pasti biaya kegagalan akan menurun.


(3)

113

b. Sebaiknya menerapkan sistem biaya mutu dengan membentuk suatu tim perbaikan mutu (Quality Improvement Team).

c. Sebaiknya melakukan Quality Improvement Program dengan membentuk bagian riset yang sungguh-sungguh melakukan fungsi tersebut.

d. Sebaiknya meningkatkan pengetahuan, komitmen dan kedisiplinan karyawan pada program peningkatan mutu melalui pendidikan dan pelatihan, sehingga memiliki komitmen bahwa standar kerja mutu zero defect (yang sangat absolut) dapat tercapai dengan komitmen mereka untuk tidak melakukan kesalahan sejak pertama kali.

e. Untuk mencapai Zero Production Environtment perusahaan sebaiknya melakukan analisis lebih lanjut yaitu manajemen mutu human recources dan bagian quality assurance.

f. Sebaiknya memiliki komitmen yang tinggi untuk meningkatkan mutu produknya dan melakukan analisis terhadap total biaya mutu secara terus menerus.

2. Bagi penelitian yang akan datang, hendaknya memperluas jangkauan populasi, tidak hanya menggunakan 1 (satu) industri tekstil saja, dan menggunakan variabel-variabel penelitian yang sama dengan penelitian sekarang, agar mendapatkan hasil yang lebih baik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Muhammad Akhyar, 2000, Akuntansi Mutu Terpadu, Yogyakarta : UPP YKPN

Anonim, 2003. Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi, Jurusan Akuntansi, Penerbit Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Jawa Timur, Surabaya

Anthony, Robert N, and Vijay Govindarajan, 1992. Manajemen Control System, Eight Edition, Chicago: Richard D. Irwin

Assauri, Sofyan, 2002. Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep, dan Strategi, Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta Assauri, Sofyan, 1999. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi revisi, Lembaga

Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta

Basu, Swasta dan T Hani Handoko, 2000. Manajemen Pemasaran, Analisis Perilaku Konsumen, Penerbit BPFE- UGM, Yogya

Blocher, 2000. Manajemen Biaya, Jilid Dua. Jakarta : Salemba Empat

Feigenbaum, A. V, 1992. Kendali Mutu Terpadu, Edisi Ketiga, Terjemahan Kendah Jaya, Penerbit Erlangga, Jakarta

Gasperz, Vincent, 1997. Manajemen Kualitas : Penerapan Konsep-konsep Kualitas Dalam Manajemen Bisnis Total. Jakarta : Yayasan Indonesia Emas dan PT. Gramedia Pustaka Utama

Ghozali, Imam, 2002. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Kedua, Penerbit Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Ghozali, Imam dan Castellan, John 2002, Statistik Non-Parametrik : Teori dan

Aplikasi Dengan Program SPSS, Penerbit Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Juran, J, M, 1995, Merancancang Mutu, Buku ke I, Penerbit PT. Pustaka Binama Pressindo

Kothler, Philip, 1994, Manajemen Pemasaran Jilid I, Jakarta : Erlangga

Mowen, Hansen, 2005, Akuntansi Manajemen, Edisi tujuh, Buku Dua, Penerbit Salemba Empat, Jakarta


(5)

Madura, Jeff, 2001, Pengantar Bisnis, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat. Mulyadi, 1993, Akuntansi Biaya, Edisi Lima, Yogyakarta : STIE YKPN

Mulyadi, 1997, Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat, dan Rekayasa, Edisi Bahasa Indonesia, Yogyakarta : STIE YKPN

Santoso, Singgih, 2006, Buku Latihan SPSS Statistik Multivariant, PT. Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta.

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi, Edisi Revisi, Universitas Pembangunan Nasional “veteran” Jawa Timur

Supranto, J, 1994, Statistik, Teori dan Aplikasi, Edisi Kelima, Jilid Satu, Penerbit Erlangga, Jakarta

Schroder, 1994, Manajemen Operasi, Pengambilan Keputusan dalam Fungsi Operasi Jilid II, Edisi Ketiga, Jakarta : Erlangga

Supriyono, 1994, Akuntansi Manajemen 1 : Konsep Dasar Akuntansi Manajemen dan Proses Perencanaan, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta

Prawirosentono, Suyadi, 2002, Manajemen Mutu Terpadu, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta

Penelitian Terdahulu :

Meylianto, 2006, Analisis Optimalisasi Biaya Kualitas dan Pengaruhnya TerhadapKualitas Produk Pada PT. Primatexco Indonesia, Universitas Negeri Semarang.

Henni, Zuraidah, 2008, Pengaruh Biaya Pencegahan dan Biaya Penilaian TerhadapTingkat Kualitas Produk Pada PT. Atak Otomotif Indo Metal Di Sidoarjo, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Syafi’i, 2003, Pengaruh Biaya Pencegahan dan Biaya Penilaian Terhadap

Tingkat Kualitas Produk Pada PT. Surya Sakti Utama Surabaya, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Bagus, Aditriono, 2008, Penyusunan Laporan Biaya Kualitas Dalam Proses Pengendalian Biaya Kualitas PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, Universitas Airlangga, Jawa Timur


(6)

Artikel :

Data Keuangan PT. Alu Aksara Pratama Tahun 2005-2008

Monica, Kussetya, Ciptani, 1999, Pengukuran Biaya Kualitas : suatu paradigma alternatif, jurnal akuntansi dan keuangan, vol.1, No.1, Mei, hal:68-83, Universitas Kristen Petra

Syafi’i, 2003, Pengaruh Biaya Pencegahan dan Biaya Penilaian terhadap tingkat Kalitas produk pada PT. Surya Sakti Utama, Surabaya, Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi, vol 3, No.6, Maret, hal:99-103.