Analisis kualitatif kandungan kimia tumbuhan tembeleken [Lantana camara L.].

(1)

xix

Penggunaan tanaman obat dalam pengobatan tradisional berkembang di masyarakat berdasarkan pengalaman dan tradisi yang ada di daerah tersebut. Tembelekan (Lantana camara L.) merupakan tanaman obat yang banyak digunakan. Tembelekan dimanfaatkan untuk menghilangkan pembengkakan/tumor, rematik, tetanus, malaria, sebagai antiseptik, antitoksik, dan perangsang muntah. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis kualitatif kandungan kimia daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan sehingga dapat diketahui kandungan kimiawi dari daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan.

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental karena tidak ada perlakuan pada subjek uji. Bahan yang digunakan adalah serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan. Penelitian terhadap golongan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya dilakukan secara kualitatif dengan identifikasi kimiawi, uji tabung, dan kromatografi lapis tipis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun dan bunga tumbuhan tembelekan mengandung senyawa golongan flavonoida dan saponin, sedangkan pada batang, buah, dan akar tumbuhan tembelekan mengandung senyawa golongan saponin dan tanin.

Kata kunci : Tembelekan (Lantana camara L.), identifikasi kimiawi, uji tabung, kromatografi lapis tipis


(2)

xx

ABSTRACT

The usage of medical plants in traditional treatment grows in a society based upon experiences and traditions which exist in certain regions. Tembelekan (Lantana camara L.) is one of medical plants that are often used. Tembelekan can be used to heal swelling/tumor, rheumatic, tetanus, malaria, antiseptic medicine, antitoxic, and vomiting stimulation. The research was aimed to do qualitative analysis chemical compounds of leaf, stem, flower, fruit, and root of tembelekan plant so that it can detect the chemical compounds in leaf, stem, flower, fruit, and root of tembelekan plant.

The research was a non experimental research, because there was no treatment on subject. The materials that used were dry leaf powder, stem, flower, fruit, and root of tembelekan plant. Research on chemical compounds category that contained in the leaf, stem, flower, fruit, and root of tembelekan plant was done qualitatively by includes chemical identification, tube test, and thin layer chromatography.

The result of the research showed that tembelekan plant contain flavonoid, saponin, and tannin. The leaf and flower were containing flavonoid and saponin, whereas the stem, fruit, and root were containing saponin and tannin.

Key words : Tembelekan (Lantana camara L.), chemical identification, tube test, thin layer chromatography

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

TUMBUHAN TEMBELEKAN (

Lantana camara

L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh: Novita Cahyadi NIM: 048114137

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

ii

ANALISIS KUALITATIF KANDUNGAN KIMIA

TUMBUHAN TEMBELEKAN (

Lantana camara

L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh: Novita Cahyadi NIM: 048114137

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(7)

v

H

A

L

A

M

A

N

P

E

RS

EM

B

A

H

A

N

Everyday in our life is a

wonderful day if we learn to

thanks GOD for what HE has

given us....

The key to happiness is having dreams; the key to success is making

them come true…

TUHAN TIDAK BERJANJI

LANGIT SELALU BIRU

BUNGA DI SEPANJANG JALANMU

LAUTAN TANPA GELOMBANG

TAPI . . .

IA BERJANJI

BESERTA KITA MENDAMPINGI KITA

DALAM SEGALA KEADAAN!!!

Kupersembahkan karya kecilku ini teruntuk:

JESUS- MY SAVIOR

Bunda MARIA

Papah dan Mamah tercinta

OH Arief dan Andri

Sahabatku Nike, Chika, Apri, Lala, Yasinta


(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Novita Cahyadi

Nomor Mahasiswa : 048114137

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : Analisis Kualitatif

Kandungan Kimia Tumbuhan Tembelekan (Lantana camara L.) beserta perangkat

yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada

perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memerikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 29 Mei 2008

Yang menyatakan

(Novita Cahyadi)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(9)

vii

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan berkatnya untuk menyelesaikan penelitian dan penulisan

skripsi yang berjudul analisis kualitatif kandungan kimia tumbuhan tembelekan

(Lantana camara L.). Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat

tugas akhir untuk mencapai gelar sarjana ilmu Farmasi bidang studi Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis telah banyak mendapat bantuan baik moral maupun spiritual dan

dukungan yang berupa bimbingan, dorongan, sarana, maupun fasilitas dari

berbagai pihak dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing atas bimbingan

dan pengarahan selama penelitian sampai penyusunan skripsi.

3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen pembimbing atas bimbingan

dan pengarahan selama penelitian sampai penyusunan skripsi.

4. Ibu Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Brotosisworo, Apt. selaku dosen penguji yang telah


(10)

viii

6. Papah dan Mamah, Oh Arief serta Andri atas cinta, pengorbanan, dukungan,

semangat, dan doa nya yang tak pernah berhenti.

7. Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Sarwanto selaku staf laboratorium

Farmakognosi Fitokimia . Terima kasih atas bantuan yang diberikan.

8. Nike, Chika, Apri, Lala, Yasinta, sahabat dalam berbagi suka dan duka.

9. Lia, Lanny, diAnink, Mellissa, Indah, Renny, Nike, Yohana, ci Meta, ci Listy,

ci Ricka, ci Maria, Chika, Selvi, Ratih, Wiwit, dan teman-teman kost DEWI

lainnya. Terima kasih atas kebersamaan dan kekompakkannya selama ini.

10.Mas Wondo, Lia, Apri. Terima kasih atas kerja sama dan bantuannya selama

penelitian.

11.Andrew. Terima kasih atas bantuannya selama penelitian, dukungan serta

doanya yang telah diberikan selama ini.

12.Teman-teman angkatan 2004, khususnya kelas C dan FKK. Terima kasih atas

kebersamaan dan kerja samanya selama ini.

13.Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penyusunan skripsi ini,

maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

berbagai pihak demi kemajuan dan kesempurnaan penelitian yang telah dilakukan.

Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 1 April 2008

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(11)

ix

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis

ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Sejauh

penelusuran pustaka yang telah saya lakukan, tidak ditemukan hasil penelitian

mengenai analisis kualitatif kandungan kimia tumbuhan tembelekan (Lantana

camara L.).

Yogyakarta, 1 April 2008

Penulis,


(12)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL……….xiii

DAFTAR GAMBAR………xiv

DAFTAR LAMPIRAN……….xv

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG………...xvi

INTISARI……….………..………xviii

ABSTRACT………xix

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah ... 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(13)

xi

3. Manfaat penelitian ... 3

B. Tujuan Penelitian ... 3

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 4

A. Pemeriksaan kandungan Tanaman ... 4

B. Tumbuhan Tembelekan ... 4

1. Keterangan botani ... 4

2. Nama daerah... 4

3. Deskripsi tumbuhan ... 5

4. Kandungan kimia ... 5

5. Kegunaan... 6

C. Pengeringan ... 6

1. Pengeringan alamiah ... 6

2. Pengeringan buatan ... 7

D. Analisis kualitatif kandungan kimia... 7

E. Uraian Tentang Kandungan Kimiawi ... 8

1. Alkaloid ... 8

2. Flavonoid ... 9

3. Tanin ... 11

4. Antrakinon ... 12

5. Saponin ... 14

6. Glikosida Jantung ... 14


(14)

xii

G. Keterangan Empiris...17

BAB III. METODE PENELITIAN... 18

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 18

B. Variabel Penelitian dan Definisi ... 18

1. Variabel penelitian ... 18

2. Definisi operasional ... 18

C. Bahan Penelitian... 20

1. Bahan utama ... 20

2. Bahan kimia ... 20

D. Alat atau Instrumen Penelitian ... 21

E. Tata Cara Penelitian ... 21

1. Determinasi tumbuhan tembelekan ... 21

2. Penyiapan bahan... 21

3. Uji identifikasi kimiawi... 22

4. Uji tabung ... 23

5. Uji KLT ... 26

F. Analisis Hasil ... 29

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Determinasi Tumbuhan ... 30

B. Pengumpulan dan Pengeringan Organ serta Pembuatan Serbuk ... 30

C. Identifikasi Kimiawi Tumbuhan Tembelekan ... 32

D. Uji Tabung Tumbuhan Tembelekan ... 35

E. Penyarian Serbuk Simplisia ... 40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(15)

xiii

1. Identifikasi antrakinon ... 43

2. Identifikasi saponin ... 47

3. Identifikasi tanin... 51

4. Identifikasi kardenolida ... 54

5. Identifikasi flavonoida ... 57

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 65


(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I Hasil identifikasi kimiawi tumbuhan tembelekan ... 32

Tabel II Hasil uji tabung tumbuhan tembelekan ... 35

Tabel III Data kromatogram pemeriksaan antrakinon tumbuhan

tembelekan dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak

etilasetat:metanol:air (100:13,5:10) v/v ... 44

Tabel IV Data kromatogram pemeriksaan saponin tumbuhan tembelekan

dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak

kloroform:metanol (95:5) v/v ... 48

Tabel V Data kromatogram pemeriksaan tanin tumbuhan tembelekan

dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak etil

asetat:asam format:asam asetat:air (100:11:11:27) v/v ... 52

Tabel VI Data kromatogram pemeriksaan kardenolida tumbuhan

tembelekan dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak

etil asetat:metanol:air (100:13,5:10) v/v ... 55

Tabel VII Data kromatogram pemeriksaan flavonoida tumbuhan

tembelekan dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak

n-butanol:asam asetat:air (4:1:5) v/v ... 59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(17)

xv

Gambar 1. Struktur umum flavonoida ... 10

Gambar 2. Struktur umum antrakinon ... 14

Gambar 3. Skema pembuatan larutan percobaan untuk KLT ... 26

Gambar 4. Skema penyarian alkaloida untuk KLT ... 28

Gambar 5. Kromatogram tumbuhan tembelekan untuk pemeriksaan antrakinon dengan jarak pengembangan 10 cm ... 45

Gambar 6. Kromatogram tumbuhan tembelekan untuk pemeriksaan saponin dengan jarak pengembangan 10 cm ... 50

Gambar 7. Kromatogram tumbuhan tembelekan untuk pemeriksaan tanin dengan jarak pengembangan 10 cm ... 53

Gambar 8. Kromatogram tumbuhan tembelekan untuk pemeriksaan kardenolida dengan jarak pengembangan 10 cm ... 56

Gambar 9. Kromatogram tumbuhan tembelekan untuk pemeriksaan flavonida dengan jarak pengembangan 10 cm ... 60


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat keterangan determinasi tumbuhan tembelekan ... 65

Lampiran 2. Foto tumbuhan tembelekan ... 66

Lampiran 3. Foto daun tumbuhan tembelekan ... 66

Lampiran 4. Foto batang tumbuhan tembelekan ... 66

Lampiran 5. Foto bunga tumbuhan tembelekan ... 67

Lampiran 6. Foto buah tumbuhan tembelekan ... 67

Lampiran 7. Foto akar tumbuhan tembelekan ... 67

Lampiran 8. Foto serbuk daun tumbuhan tembelekan ... 68

Lampiran 9. Foto serbuk batang tumbuhan tembelekan ... 68

Lampiran 10. Foto serbuk bunga tumbuhan tembelekan... 68

Lampiran 11. Foto serbuk buah tumbuhan tembelekan... 69

Lampiran 12. Foto serbuk akar tumbuhan tembelekan ... 69

Lampiran 13. Foto hasil kromatogram KLT identifikasi antrakinon ... 70

Lampiran 14. Foto hasil kromatogram KLT identifikasi kardenolida ... 71

Lampiran 15. Foto hasil kromatogram KLT identifikasi saponin ... 72

Lampiran 16 Foto hasil kromatogram KLT identifikasi tanin... 73

Lampiran 17. Foto hasil kromatogram KLT identifikasi flavonoida ... 74

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(19)

xvii

1. AlCl

3 = aluminium klorida

2. b/v = berat/volume

3. CaCl

2 = kalsium klorida

4. cm = centimeter

5. FeCl3 = besi (III) klorida

6. g = gram

7. H2SO4 = asam sulfat

8. HCl = asam klorida

9. KLT = Kromatografi Lapis Tipis

10.KOH = kalium hidroksida

11.LP = Larutan Pereaksi

12.m = meter

13.mg = miligram

14.MgCl

2 = magnesium klorida

15.MgSO

4 = magnesium sulfat

16.ml = mililiter

17.NaHCO

3 = natrium bikarbonat

18.NaOH = natrium hidroksida

19.nm = nanometer


(20)

xviii

21.UV = ultraviolet

22.v/v = volume/volume

23.°C = derajat Celcius

24.% = persen

25.μl = mikroliter

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(21)

xix

Penggunaan tanaman obat dalam pengobatan tradisional berkembang di masyarakat berdasarkan pengalaman dan tradisi yang ada di daerah tersebut. Tembelekan (Lantana camara L.) merupakan tanaman obat yang banyak digunakan. Tembelekan dimanfaatkan untuk menghilangkan pembengkakan/tumor, rematik, tetanus, malaria, sebagai antiseptik, antitoksik, dan perangsang muntah. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis kualitatif kandungan kimia daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan sehingga dapat diketahui kandungan kimiawi dari daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan.

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental karena tidak ada perlakuan pada subjek uji. Bahan yang digunakan adalah serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan. Penelitian terhadap golongan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya dilakukan secara kualitatif dengan identifikasi kimiawi, uji tabung, dan kromatografi lapis tipis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun dan bunga tumbuhan tembelekan mengandung senyawa golongan flavonoida dan saponin, sedangkan pada batang, buah, dan akar tumbuhan tembelekan mengandung senyawa golongan saponin dan tanin.

Kata kunci : Tembelekan (Lantana camara L.), identifikasi kimiawi, uji tabung, kromatografi lapis tipis


(22)

xx

ABSTRACT

The usage of medical plants in traditional treatment grows in a society based upon experiences and traditions which exist in certain regions. Tembelekan (Lantana camara L.) is one of medical plants that are often used. Tembelekan can be used to heal swelling/tumor, rheumatic, tetanus, malaria, antiseptic medicine, antitoxic, and vomiting stimulation. The research was aimed to do qualitative analysis chemical compounds of leaf, stem, flower, fruit, and root of tembelekan plant so that it can detect the chemical compounds in leaf, stem, flower, fruit, and root of tembelekan plant.

The research was a non experimental research, because there was no treatment on subject. The materials that used were dry leaf powder, stem, flower, fruit, and root of tembelekan plant. Research on chemical compounds category that contained in the leaf, stem, flower, fruit, and root of tembelekan plant was done qualitatively by includes chemical identification, tube test, and thin layer chromatography.

The result of the research showed that tembelekan plant contain flavonoid, saponin, and tannin. The leaf and flower were containing flavonoid and saponin, whereas the stem, fruit, and root were containing saponin and tannin.

Key words : Tembelekan (Lantana camara L.), chemical identification, tube test, thin layer chromatography

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(23)

1

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai sumber daya

alam yang potensial, salah satunya adalah tanaman obat. Tanaman obat memiliki

aktivitas untuk menyembuhkan penyakit karena adanya senyawa kimia tertentu

yang terkandung dalam tanaman. Senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman

obat yang biasanya memiliki aktivitas biologi yaitu golongan alkaloida,

kardenolida, bufadienolida (glikosida jantung), flavonoida, antrakinon, saponin,

tanin (polifenolat), minyak atsiri, glikosida sianogenik, dan lain-lain (Nugroho,

2003; Robinson, 1991).

Kandungan senyawa kimia pada tiap organ tumbuhan berbeda-beda,

sehingga penggunaannya juga berbeda, misalnya pada tumbuhan tembelekan

(Lantana camara L.). Tumbuhan tembelekan merupakan tumbuhan liar yang

umum ditemukan. Tumbuhan ini termasuk dalam familia Verbenaceae, genus

Lantana. Tembelekan banyak digunakan oleh masyarakat luas untuk

menghilangkan pembengkakan/tumor, rematik, tetanus, malaria, sebagai

antiseptik, antitoksik, dan perangsang muntah (Rana, Prasad, Blazquez, 2005).

Bunga dapat digunakan untuk mengobati batuk darah, batuk pada anak-anak, dan

luka berdarah (obat luar), sedangkan akar tembelekan dapat digunakan untuk


(24)

2

mengetahui kandungan senyawa kimia tertentu yang memiliki aktivitas dalam

tumbuhan perlu dilakukan analisis kualitatif kandungan kimia pada tumbuhan.

Penelitian terhadap seluruh organ tumbuhan tembelekan belum banyak

dilakukan, beberapa penelitian hanya terhadap organ tertentu seperti daun yang

pernah diteliti oleh Soelastri (Widowati, et al., 1994) dan Asterina (1994), oleh

karena itu penulis melakukan analisis kualitatif kandungan kimia terhadap daun,

batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan untuk dapat mengetahui

kandungan kimia dalam tiap organ. Analisis kualitatif kandungan kimia ini

dilakukan dengan identifikasi kimiawi, uji tabung, dan kromatografi lapis tipis.

Metode ini dapat digabungkan dan dapat dilakukan survei tumbuhan untuk

mendapatkan kandungan yang berguna untuk pengobatan (Fransworth, 1996).

Pada penelitian ini dilakukan uji terhadap ada tidaknya senyawa golongan

flavonoida, antrakinon, saponin, tanin, kardenolida, alkaloida, dan minyak atsiri.

Maka diharapkan analisis kualitatif kandungan kimia dapat digunakan sebagai

langkah awal untuk mengetahui kandungan senyawa kimia tertentu yang memiliki aktivitas dalam tiap organ tumbuhan tembelekan.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menunjang penggunaan obat yang

berasal dari tumbuhan, khususnya tembelekan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(25)

1. Perumusan masalah

Apakah terdapat golongan senyawa flavonoida, antrakinon, saponin,

tanin, kardenolida, alkaloida, dan minyak atsiri dalam daun, batang, bunga,

buah, dan akar tumbuhan tembelekan?

2. Keaslian penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran pustaka, ternyata telah dilakukan

penelitian terhadap daun tembelekan antara lain penelitian farmakognosi dan

kandungan kimia dari daun Lantana camara oleh Soelastri (Widowati, et al.

1994); dan pemeriksaan flavonoid dan verbaskosid daun Lantana camara L.

oleh Asterina (1994). Tetapi sejauh penelusuran pustaka analisis kualitatif

kandungan kimia tumbuhan tembelekan belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi

mengenai golongan senyawa yang terkandung dalam daun, batang, bunga,

buah, dan akar tumbuhan tembelekan.

b. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai dasar bagi peneliti yang

lain dalam upaya mengembangkan penelitian ilmiah tentang tumbuhan

tembelekan.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan golongan

senyawa flavonoida, antrakinon, saponin, tanin, kardenolida, alkaloida, dan


(26)

4

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Pemeriksaan Kandungan Tanaman

Secara umum obat herbal berasal dari seluruh bagian tanaman (aerial

part) atau daun. Obat yang diambil dari tanaman sebaiknya ditentukan tidak

hanya dari species mana diperoleh tetapi juga bagian tanaman mana yang

digunakan. Oleh karena itu, obat dapat dikatakan dipalsukan / dicampuri jika

bagian tanaman lain termasuk (misalnya seluruh bagian tanaman sebagai

pengganti daun) (Heinrich, 2004).

Penggantian daun dengan seluruh bagian tumbuhan pada species yang

sama merupakan masalah yang umum terjadi. Hal ini menyebabkan obat sering

mengandung lebih atau sedikit kandungan aktif lainnya, sehingga pemeriksaan

terhadap kandungan dibutuhkan untuk ditentukan bukan hanya pada species

namun juga tiap bagian tanaman (Heinrich, 2004).

B. Tumbuhan Tembelekan

1. Keterangan botani

Tembelekan (Lantana camara L.) termasuk dalam familia

Verbenaceae (Van Steenis, 1975).

2. Nama daerah

Sumatera : tembelekan, kembang telek, bunga pagar, kayu singapur, tahi ayam Jawa : kembang telek, oblo, puyengan, pucengan, tembelek, tembelekan,

teterapan, waung, wilweran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(27)

Sunda : kembang satek, saliyara, saliyare, tahi hayam, tahi kotok, cente Madura : kamanco, mainco, tamanjho (Hembing, 2000)

3. Deskripsi tumbuhan

Tembelekan kadang tumbuh liar atau ditanam sebagai tanaman

hias dan tanaman pagar. Tumbuhan asal Amerika tropis ini bisa ditemukan

dari dataran rendah sampai 1.700 m dpl., pada tempat terbuka yang terkena

sinar matahari atau agak ternaung. Perdu, tegak, atau agak memanjat, tinggi

0,5-4 m, berbau. Batang berkayu, bercabang banyak, ranting bentuk segi

empat, berduri, berambut. Daun tunggal, berhadapan, bundar telur, ujung

runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, kedua

permukaan berambut, perabaan kasar, panjang 5-8 cm, lebar 3,5-5 cm,

warnanya hijau tua. Perbungaan majemuk berbentuk bulir, mahkota bagian

dalam berambut, warna putih, merah muda, jingga, kuning, dan sebagainya

(Dalimartha, 1999).

4. Kandungan kimia

Daun mengandung lantadene A (0,31-0,68%), lantadene B (0,2%),

lantanolic acid, lantic acid, humulene (mengandung minyak menguap

0,16-0,2%), β caryophyllene, γ terpidene, α pinene, p-cymene (Rana, Prasad, dan Blazquez, 2005) dan flavonoid (Asterina, 1994). Akar mengandung paling

sedikit 3 senyawa sterol dan triterpen, 4 senyawa iridoid, 3 senyawa saponin, 9

komponen minyak atsiri, tidak menunjukkan alkaloid, flavonoid, tanin (Widowati, et al., 1995).


(28)

6

5. Kegunaan

Akar berkhasiat mengatasi influenza disertai demam tinggi, TBC

kelenjar, rematik, memar, tumor, keputihan, kencing nanah, gondongan, dan

neurodermatitis. Bunga berkhasiat mengatasi TBC paru dengan batuk darah,

dan mengatasi sesak nafas. Daun berkhasiat mengatasi sakit kulit, gatal, bisul,

luka, batuk, rematik, memar dan bengkak (Dalimartha, 1999).

C. Pengeringan

Pengeringan dimaksudkan untuk mendapatkan simplisia yang tidak

mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Pengeringan

dapat mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik sehingga

penurunan mutu atau perusakan simplisia dapat dicegah (Anonim, 1987). Air

yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat menjadi media

pertumbuhan kapang dan jasad renik. Pada tumbuhan yang masih hidup

pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi karena

adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme, yaitu proses sintesis,

transformasi dan penggunaan isi sel.

Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan, yaitu:

1. Pengeringan alamiah

a. Pengeringan alamiah dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini

dilakukan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras

seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya, dan mengandung

senyawa aktif yang relatif stabil.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(29)

b. Pengeringan alamiah dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan

dengan sinar matahari langsung. Cara ini terutama digunakan untuk

mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga, daun dan

sebagainya, dan mengandung senyawa aktif mudah menguap.

2. Pengeringan buatan

Prinsipnya adalah sebagai berikut: udara dipanaskan oleh suatu

sumber panas seperti lampu, kompor, mesin disel atau listrik, udara panas

dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan

yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering

(Anonim, 1985).

D. Analisis Kualitatif Kandungan Kimia

Analisis kualitatif kandungan kimia meliputi analisis dalam tumbuhan

atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah, biji), terutama kandungan

metabolit sekunder yang bioaktif, yaitu alkaloid, antrakinon, flavonoida, glikosida

jantung, saponin (steroid dan triterpenoid), tanin (polifenolat), minyak atsiri

(terpenoid), dan sebagainya. Adapun tujuan utama dari pendekatan analisis

kualitatif kandungan kimia adalah mensurvei tumbuhan untuk mendapatkan

kandungan bioaktif atau kandungan yang berguna untuk pengobatan (Fransworth,


(30)

8

E. Uraian Tentang Kandungan Kimiawi

a. Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa basa nitrogen organik yang terdapat

dalam tumbuhan, akan tetapi beberapa alkaloid seperti ergometrina,

fisostigmina, kafeina mempunyai lebih besar dari satu nitrogen dalam setiap

molekulnya dapat sebagai amin primer, amin sekunder (Mursyidi, 1990).

Kebanyakan alkaloid menunjukkan aktivitas fisiologis tertentu.

Alkaloid seringkali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai

kegiatan fisiologi yang menonjol, jadi digunakan dalam bidang pengobatan

(Harborne, 1987).

Peran alkaloid bagi tumbuhan, antara lain sebagai zat racun yang

melindungi tumbuhan dari gangguan serangga dan hewan, produk akhir reaksi

detoksifikasi hasil metabolisme, faktor pengatur pertumbuhan, dan persediaan

unsur hidrogen yang diperlukan bagi tumbuhan.

Kebanyakan alkaloid berupa zat padat, rasa pahit dan sukar larut

dalam air, tetapi mudah larut dalam kloroform, eter, dan pelarut organik yang

relatif non polar dan tidak dapat dicampur dengan air. Sebaliknya, garam

alkaloid larut dalam air tetapi tidak larut dalam pelarut organik.

Untuk mengidentifikasi ada tidaknya kandungan alkaloid di dalam

tumbuhan dapat dilakukan dengan reaksi pengendapan, reaksi pengkristalan,

reaksi warna, kromatografi lapis tipis dan spektrum ultraviolet (Mursyidi,

1990).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(31)

Identifikasi alkaloid dengan reaksi warna dapat dilakukan dengan

menimbang 500 mg serbuk simplisia yang kemudian ditambah 1 ml asam

klorida 2 N dan 9 ml air, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit,

didinginkan dan disaring. Dengan penambahan 2 tetes Bouchardat LP, jika

tidak terjadi endapan maka serbuk tidak mengandung alkaloid. Jika dengan

penambahan Mayer LP terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau

kuning yang larut dalam metanol P dan dengan Bouchardat LP terbentuk

endapan berwarna coklat sampai hitam, maka ada kemungkinan terdapat

alkaloid (Anonim, 1989).

Alkaloid dapat dideteksi dengan metode kromatografi lapis tipis.

Pereaksi penampak bercak yang digunakan Dragendroff, iodoplatinat, dan

Marquis. Di bawah sinar UV, alkaloid tampak berwarna kuning, biru, dan biru

terang dari struktur masing-masing (Harborne, 1987).

b. Flavonoid

Flavonoid adalah senyawa fenol alam yang terdapat dalam hampir

semua tumbuhan dari bangsa Algae hingga Gymnospermae. Pada tumbuhan tinggi, flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetatif maupun dalam bunga

sebagai pigmen bunga (Robinson, 1991).

Flavonoid adalah golongan senyawa alam yang strukturnya terdiri

dari 2 cincin aromatik yang dihubungkan oleh atom karbon membentuk

rangka dengan sistem C6-C3-C6. Kelas-kelas yang berlainan dalam golongan

ini dibedakan berdasarkan cincin heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus


(32)

10 O A B 7 6 5 7 3 2 8 1 1' 3' 2' 4 5' 6'

Gambar 1. Struktur umum flavonoida

Flavonoid baik dalam bentuk aglikon maupun glikosida dapat

diekstraksi dengan etanol 70%. Pada proses partisi dengan eter, bentuk

aglikon akan masuk kedalam lapisan eter dan bentuk glikosida terdapat dalam

lapisan air. Warna flavonoid berubah jika ditambahkan basa atau amonia,

sehingga mudah dideteksi pada kromatogram atau dalam larutan flavonoid

menjadi sistem aromatik terkonjugasi yang menunjukkan pita serapan kuat

pada daerah spektrum UV dan cahaya tampak (Harborne, 1987). Di bawah

UV 365 nm bercak berwarna kuning dengan pereaksi aluminium klorida, dan

terdeteksi langsung dengan UV 254 nm ditandai dengan terjadinya

pemadaman dan berfluoresensi biru/ungu pada UV 365 nm (Mursyidi, 1990).

Identifikasi khas flavonoid dapat dilakukan dengan terlebih dahulu

membuat larutan dari 0,5 g serbuk dengan 10 ml metanol P menggunakan alat

pendingin balik selama 10 menit. Larutan disaring saat masih panas melalui

kertas saring kecil berlipat, kemudian filtrat diencerkan dengan 10 ml air.

Setelah dingin filtrat yang telah diencerkan ditambahkan dengan 5 ml eter

minyak tanah P, dikocok dengan hati-hati, dan didiamkan. Lapisan metanol

diambil, diuapkan pada suhu 40°C, kemudian sisa dilarutkan dalam 5 ml etil asetat P dan disaring. Percobaan dilakukan dengan menguapkan hingga kering

1 ml larutan percobaan, lalu sisanya dilarutkan dalam 1 ml sampai 2 ml etanol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(33)

(95%) P, ditambahkan 0,5 g serbuk seng P dan 2 ml asam klorida 2 N, setelah

itu didiamkan selama 1 menit. Larutan ditambahkan 10 tetes asam klorida P,

jika dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi warna merah intensif, maka

menunjukkan adanya flavonoid (glikosida-3-flavonol) (Anonim, 1989).

c. Tanin

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam

Angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Letak tanin terpisah dari

protein dan enzim sitoplasma (Harborne, 1987).

Tanin merupakan jenis kandungan kimia pada tumbuhan yang

bersifat fenol, mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak

kulit. Secara umum tanin mempunyai sifat larut dalam air dan alkohol, dapat

mengendapkan larutan gelatin, albumin dan protein. Tanin juga akan

melarutkan alkaloid (Robinson, 1995).

Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin yang tersebar tidak

merata yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin terhidrolisis

sering kali berupa campuran rumit terdiri atas beberapa asam fenolat yang

berlainan teresterkan ke posisi berbeda pada molekul gula (Harborne, 1988).

Tanin terhidrolisis biasanya berupa senyawa amorf, higroskopis, berwarna

coklat kuning yang larut dalam air terutama air panas, membentuk larutan

koloid (Robinson, 1995).

Tanin terkondensasi terdapat dalam tumbuhan paku-pakuan dan

Gymnospermae, terutama pada jenis tumbuhan berkayu. Tanin ini secara biosintesis dapat dianggap terbentuk secara kondensasi katekin tunggal atau


(34)

12

galokatekin yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer karena

bila direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan karbon penghubung

satuan terputus dan dibebaskanlah monomer antosianidin (Harborne, 1987).

Makin murni tanin, makin kurang kelarutannya dalam air, dan

makin mudah diperoleh dalam bentuk kristal. Tanin larut pula,

setidak-tidaknya sampai batas tertentu, dalam pelarut organik yang polar, tetapi tak

larut dalam pelarut organik non polar seperti benzena atau kloroform. Larutan

tanin dalam air dapat diendapkan dengan penambahan asam mineral atau

garam (Robinson, 1991).

Identifikasi khas tanin dapat dilakukan dengan salah satu uji tanin

yang paling dikenal yaitu dengan pengendapan gelatin. Kepekaan reaksi dapat

ditingkatkan dengan menyesuaikan pH menjadi sekitar 4 dan menambahkan

natrium klorida sedikit. Reaksi endapan lain dengan amina atau ion logam

sering dipakai untuk pencirian tanin seperti senyawa fenol lainnya, dengan

besi (III) klorida menghasilkan warna violet-biru (Robinson, 1991).

d. Antrakinon

Golongan kinon terbesar terdiri atas antrakinon. Beberapa

antrakinon merupakan zat warna penting dan yang lain merupakan percahar.

Keluarga tumbuhan yang kaya akan senyawa sejenis ini adalah Rubiaceae,

Rhamnaceae, Poligonaceae (Robinson, 1995).

Antrakinon merupakan senyawa kristal bertitik didih tinggi, larut

dalam pelarut organik biasa. Senyawa ini biasanya berwarna merah tetapi

yang lainnya berwarna kuning sampai coklat. Mereka larut dalam pelarut basa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(35)

dengan membentuk larutan violet merah. Banyak antrakinon yang terdapat

sebagai glikosida dengan bangun gula terikat dengan salah satu gugus

hidroksil fenolik (Robinson, 1995).

Antrakinon dapat dideteksi dengan metode KLT. Pereaksi

penampak bercak yang digunakan pereaksi kalium hidroksida etanolik. Pada

sinar UV 254 nm terjadi pemadaman. Di bawah sinar UV 365 nm

berfluoresensi kuning atau merah coklat (Wagner, 1984).

Untuk identifikasi turunan antrakinon reaksi Borntrager dipakai

secara rutin. Sedikit senyawa yang tak diketahui dididihkan dalam larutan

kalium hidroksida encer selama beberapa menit. Ini tidak hanya

menghidrolisis glikosida tetapi mengoksidasi juga antron atau antranol

menjadi antrakuinon. Lalu larutan basa didinginkan, diasamkan dan

diekstraksi dengan benzena. Lapisan benzena tidak berwarna dan fase larutan

basa menjadi merah apabila mengandung kuinon (Robinson, 1991).

Antrakinon yang paling sering dijumpai adalah emodin,

sekurang-kurangnya ada enam suku tumbuhan tinggi dan dalam sejumlah fungi.

Antrakinon dapat dideteksi pada pelat kromatografi dengan cahaya tampak

dan sinar ultraviolet yang menghasilkan bercak berwarna. Dengan

menyemprot pelat memakai larutan KOH 10% dalam metanol, warna yang

semula kuning dan coklat kuning berubah menjadi merah, ungu, hijau dan


(36)

14

O

O 8

5 4 3 2 1

6 7

Gambar 2. Struktur umum antrakinon

e. Saponin

Saponin adalah senyawa aktif yang menimbulkan busa jika

dikocok dalam air dan dalam konsentrasi yang rendah sering menyebabkan

hemolisa sel darah merah (Robinson, 1991).

Dalam larutan yang sangat encer, saponin sangat beracun untuk

ikan. Tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun

ikan selama beratus-ratus tahun. Beberapa saponin bekerja sebagai

antimikroba (Robinson, 1991).

Identifikasi khas pada saponin dapat dilakukan dengan cara

pembuihan, yaitu dengan memasukkan 0,5 g serbuk yang diperiksa ke dalam

tabung reaksi dengan ditambah 10 ml air panas. Setelah dingin larutan

dikocok selama 10 detik. Apabila terbentuk buih yang mantap selama tidak

kurang dari 10 menit setinggi 1 cm sampai 10 cm, dan pada penambahan

setetes asam klorida 2 N buih tidak hilang, maka menunjukkan adanya

saponin (Anonim, 1989).

f. Glikosida jantung

Glikosida jantung, kardenolida atau racun jantung mempunyai

struktur yang menyerupai struktur saponin steroid. Tumbuhan yang

mengandung senyawa ini telah digunakan sejak zaman prasejarah sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(37)

racun panah (Robinson, 1991). Glikosida jantung jarang digunakan untuk

jamu karena beracun (Soedibyo, 1998).

Glikosida jantung ditemukan dalam beberapa keluarga tumbuhan

yang sama sekali tidak berikatan satu sama lain seperti Apocynaceae,

Liliaceae, Moraceae dan Ranunculaceae. Glikosida jantung biasanya

mempunyai sifat peluruh air seni (diuretik) yang berakibat menurunkan

tekanan darah dan mengobati bengkak (Soedibyo, 1998). Keberadaan senyawa

ini dalam tumbuhan memberi perlindungan kepada tumbuhan tersebut dari

gangguan beberapa serangga (Robinson, 1991).

Senyawa golongan kardenolida dapat dideteksi dengan sinar UV

254 nm, 365 nm dan disemprot dengan pereaksi asam sulfat. Apabila dilihat

pada UV 254 nm, senyawa kardenolida berfluoresensi sangat lemah,

sedangkan pada UV 365 nm tidak berfluoresensi. Setelah disemprot dengan

asam sulfat dan dipanaskan pada suhu 100°C selama 3-5 menit akan berfluoresensi biru, coklat, hijau dan kekuningan pada UV 365 nm, sedangkan

pada visibel berwarna coklat atau biru (Wagner, 1984).

F. KLT ( Kromatografi Lapis Tipis )

Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan metode pemisahan fisika

kimia. Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam)

ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam atau lapisan yang cocok.

Campuran yang akan dipisah berupa larutan ditotolkan berupa bercak atau garis


(38)

16

yang berisi larutan pengembang (fase gerak) yang sesuai dan pemisahan akan

terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan), selanjutnya senyawa yang

tidak berwarna harus ditampakkan (dideteksi) (Stahl, 1985).

awal

titik

dari

depan

garis

jarak

awal

titik

dari

bercak

pusat

titik

jarak

Rf

=

Jarak pengembangan senyawa pada kromatografi dinyatakan dalam

angka Rf atau hRf, dimana angka tersebut dapat digunakan untuk identifikasi

senyawa yang dianalisis (Stahl, 1985).

1. Penyerap (fase diam) mempunyai panjang 200 mm dengan lebar 200 atau 100

mm. Untuk analisis tebalnya 0,1 sampai 0,3 mm; biasanya 0,2 mm. Beberapa

macam bahan penyerap yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis antara

lain:

a. Silika gel

Penyerap ini banyak digunakan, umumnya ditambah bahan pengikat

misalnya kalsium sulfat (gypsum) dan silika gel ini dikenal sebagai silika gel G. Dalam keadaan tertentu untuk memudahkan identifikasi

ditambahkan zat yang berfluoresensi dan fase diam ini dikenal dengan

silika gel GF.

b. Selulosa

Penyerap ini dapat dengan atau tanpa bahan pengikat, terdapat sebagai

butiran-butiran yang halus dan homogen. Lapisan tipis dari selulosa

mempunyai ruang antara yang lebih kecil, sehingga difusi aliran dari

pelarut lebih cepat daripada kromatografi kertas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(39)

c. Alumina

Penyerap ini jarang digunakan karena bereaksi asam, netral dan basa

sehingga perlu penanganan khusus.

2. Fase gerak ialah medium pembawa yang terdiri dari satu atau beberapa

pelarut. Fase ini bergerak dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori karena

adanya gaya kapiler. Umumnya fase gerak sifatnya berlawanan dengan fase

diam. Apabila fase diam polar maka fase gerak non polar. Begitu pula

sebaliknya. Yang digunakan adalah pelarut bertingkat mutu analitik dan bila

diperlukan sistem pelarut multi komponen, maka harus berupa suatu campuran

sederhana yang terdiri atas maksimal tiga komponen (Stahl, 1985).

3. Deteksi bercak

Identifikasi bercak pada kromatogram dilakukan di bawah lampu

ultraviolet pada panjang gelombang 254 nm dan 365 nm ditandai dengan ada

atau tidaknya warna. Untuk menampakkan bercak senyawa yang intensitasnya

lemah dapat digunakan reaksi penyemprot yang sesuai (Autheroff, Kovar,

1981).

G. Keterangan Empiris

Penelitian ini bersifat eksploratif guna mengetahui jenis atau golongan

senyawa yang ada di dalam daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan

tembelekan. Kandungan kimia dalam tiap organ tumbuhan tembelekan terlihat


(40)

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian non

eksperimental dengan rancangan deskriptif komparatif.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel pengacau terkendali, yaitu faktor pengeringan tumbuhan pada

oven suhu 40ºC, tempat pengumpulan tumbuhan tembelekan, dan umur

tumbuhan tembelekan.

b. Variabel pengacau tidak terkendali, yaitu kondisi lingkungan tempat

tumbuh tumbuhan tembelekan.

2. Definisi operasional

a. Analisis kualitatif kandungan kimia adalah analisis untuk mengetahui

kandungan kimia dari daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan

tembelekan yang meliputi senyawa golongan flavonoida, antrakinon,

saponin, tanin, kardenolida, alkaloida, dan minyak atsiri.

b. Tumbuhan tembelekan adalah tumbuhan yang diambil dari daerah

Kaliurang, Yogyakarta yang meliputi daun yang tua dan berwarna hijau,

batang dari cabang yang telah dipotong-potong, bunga yang mekar

berwarna oranye, buah yang masak berwarna hijau tua, dan akar dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(41)

permukaan bawah tanah yang dipotong dengan ukuran tertentu, yang

setelah dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan pada oven dengan suhu

40°C kemudian diserbuk menggunakan blender dan diayak.

c. Uji identifikasi kimiawi organ tumbuhan tembelekan adalah uji yang

dilakukan dengan cara meneteskan pereaksi tertentu pada serbuk organ

tumbuhan tembelekan untuk mengetahui kandungan kimia dalam organ

tumbuhan tembelekan melalui pengamatan warna yang terbentuk. Warna

yang timbul spesifik terhadap pereaksi tertentu.

d. Uji tabung organ tumbuhan tembelekan adalah uji yang dilakukan di

dalam tabung reaksi dengan cara menyari serbuk organ tumbuhan

tembelekan, kemudian disaring dan pada filtrat hasil penyarian

ditambahkan pereaksi tertentu, untuk mengetahui kandungan kimia dalam

organ tumbuhan tembelekan melalui pengamatan warna yang terbentuk.

e. Kromatografi Lapis Tipis organ tumbuhan tembelekan adalah metode

pemisahan fisika kimia yang dilakukan dengan menotolkan larutan ekstrak

serbuk organ tumbuhan tembelekan dan larutan ekstrak pembanding pada

fase diam, yang kemudian ditempatkan dalam bejana tertutup rapat berisi

larutan pengembang, dan pemisahan akan terjadi selama pengembangan.

Kandungan kimia dalam organ tumbuhan tembelekan diketahui melalui

pengamatan warna dan harga Rf pada bercak sampel yang terbentuk


(42)

20

C. Bahan Penelitian

1. Bahan utama

Bahan yang digunakan adalah serbuk daun, batang, bunga, buah,

dan akar tumbuhan tembelekan.

2. Bahan kimia

Bahan-bahan yang digunakan meliputi pereaksi kimia untuk uji

tabung, identifikasi kimiawi, uji kualitatif secara KLT dan eluen yang

digunakan untuk KLT serta pereaksi penampak bercak atau noda pada

lempeng KLT.

a. Bahan untuk identifikasi kimiawi, antara lain asam sulfat P, asam sulfat 10

N, larutan natrium hidroksida P 5% b/v, amoniak 25% P, larutan kalium

hidroksida P 5 % b/v, dan larutan besi (III) klorida P 5% b/v.

b. Bahan untuk uji tabung, antara lain aquadest, asam klorida 1%,

Dragendorff, Mayer, serbuk natrium karbonat, asam cuka 5%, kalium

hidroksida 0,5 N, hidrogen peroksida, asam asetat glasial, toluena, besi

(III) klorida, natrium klorida 2%, gelatin 1%, asam 3,5-dinitrobenzoat,

kalium hidroksida 1 N dalam metanol, dan kloroform.

c. Bahan yang digunakan dalam pembuatan larutan percobaan KLT meliputi

petroleum eter; kloroform-asam asetat; metanol-kloroform-asam asetat;

metanol-air, HCl 1%, Dragendorff, NaHCO3. Bahan yang digunakan

dalam KLT meliputi silika gel GF 254 (MERCK) dan selulosa (MERCK)

untuk fase diam, fase gerak n-butanol-asam asetat-air; etil

asetat-metanol-air; etil asetat-asam format-asam asetat-asetat-metanol-air; kloroform-metanol. Pereaksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(43)

kimia yang digunakan untuk penampak bercak yaitu amonia, AlCl3, KOH

etanolik, Liebermann-Burchard, vanilin asam sulfat, besi (III) klorida,

pereaksi asam sulfat, dan pereaksi Dragendorff KLT LP.

D. Alat atau Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan pada proses penelitian meliputi:

a. Alat untuk pembuatan simplisia kering (oven).

b. Alat untuk pembuatan serbuk meliputi blender, ayakan tepung.

c. Alat untuk uji tabung dan pemeriksaan KLT meliputi neraca analitik

(Mettler Toledo AB 204), Waterbath (Memert), vortex (Dijkstra), lampu

UV 254 nm dan 365 nm, mikro pipet, alat penyemprot dan seperangkat

alat-alat gelas (Pyrex).

E. Tata cara penelitian

1. Determinasi tumbuhan tembelekan

Determinasi tumbuhan dilakukan untuk memastikan bahwa

tumbuhan yang digunakan Lantana camara L.. Determinasi dilakukan di

Laboratorium Kebun Obat, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta dengan menggunakan buku acuan (Van Steenis, 1975).

2. Penyiapan bahan

Daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan

dikumpulkan dari Kaliurang, Yogyakarta pada bulan September 2007. Daun


(44)

22

yaitu batang dari cabang yang dipotong-potong dengan panjang tertentu,

bunga yang diambil yaitu bunga mekar berwarna oranye, buah yang diambil

yaitu buah yang masak dan berwarna hijau tua, sedangkan pada akar yang

diambil yaitu akar dari permukaan bawah tanah yang dipotong dengan ukuran

tertentu. Daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan yang

telah dikumpulkan dicuci bersih dengan air mengalir dan diangin-anginkan

kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 40ºC sampai kering (mudah

dipatahkan). Daun, batang, bunga, buah, dan akar yang telah dikeringkan

diserbuk dengan menggunakan blender, kemudian diayak lalu disimpan di

tempat yang kering.

3. Uji identifikasi kimiawi

a. Serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan

ditambah dengan 5 tetes asam sulfat P, kemudian diamati warna yang

terjadi.

b. Serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan

ditambah dengan 5 tetes asam sulfat 10 N, kemudian diamati warna yang

terjadi.

c. Serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan

ditambah dengan 5 tetes natrium hidroksida P 5% b/v dalam metanol,

kemudian diamati warna yang terjadi.

d. Serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan

ditambah dengan 5 tetes amoniak 25% P, kemudian diamati warna yang

terjadi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(45)

e. Serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan

ditambah dengan 5 tetes besi (III) klorida P 5% b/v, kemudian diamati

warna yang terjadi.

f. Serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan

ditambah dengan 5 tetes kalium hidroksida P 5% b/v, kemudian diamati

warna yang terjadi.

4. Uji tabung

a. Uji pendahuluan

Serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan

tembelekan (2 g) ditambah air (10 ml), dipanaskan selama 30 menit diatas

air mendidih, kemudian larutan disaring melalui kapas. Suatu larutan yang

berwarna kuning sampai merah menunjukkan adanya senyawa yang

mengandung kromofor, dengan gugus hidrofilik. Pada penambahan larutan

kalium hidroksida (beberapa tetes), warna larutan menjadi lebih intensif.

b. Uji alkaloida

Serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan

tembelekan (2 g) dipanaskan dalam tabung reaksi besar dengan asam

klorida 1% (10 ml) selama 30 menit dalam penangas air mendidih.

Suspensi kemudian disaring dengan kapas dan dibagi ke dalam tabung

reaksi A dan tabung reaksi B sama banyak. Larutan A dibagi dua sama

banyak, lalu ke dalam larutan A-1 ditambah pereaksi Dragendorff (3 tetes)

dan larutan A-2 ditambah pereaksi Mayer (3 tetes). Terbentuknya endapan


(46)

24

Keberadaan alkaloida dari basa tertier dan kuartener dapat ditunjukkan

dengan penambahan serbuk natrium karbonat sampai pH 8-9, kemudian

dicampur dengan kloroform (4 ml) dan diaduk pelan-pelan. Setelah

kloroform memisah kemudian diambil dan ditambah asam cuka 5%

sampai pH 5, diaduk lalu dipisahkan lapisan atas dengan pipet. Setelah itu

pereaksi Dragendorff (5 tetes) ditambahkan pada lapisan atas.

Terbentuknya endapan menunjukkan adanya alkaloida dari basa kuartener.

Kemudian lapisan bawah ditambah asam klorida 1% (10 tetes) dan diaduk,

maka akan terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas diambil serta ditambahkan

pereaksi Dragendorff (2 tetes), apabila terbentuk endapan maka

menunjukkan adanya alkaloida dari basa tertier.

c. Uji antrakinon

Serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan

tembelekan (300 mg) dipanaskan selama 2 menit dengan kalium

hidroksida 0,5 N (10 ml) dan larutan hidrogen peroksida (1 ml). Setelah

dingin, suspensi disaring melalui kapas. Filtrat (5 ml) ditambah asam

asetat glasial (10 tetes) sampai pH 5, lalu ditambahkan toluena (10 ml).

Lapisan atas (5 ml) dipisahkan dengan dipipet dan dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, kemudian ditambah kalium hidroksida 0,5 N. Warna merah

yang terjadi pada lapisan air (basa) menunjukkan adanya antrakinon.

d. Uji polifenol

Serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan

tembelekan (2 g) dipanaskan dengan air (10 ml) selama 10 menit dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(47)

penangas air mendidih, kemudian disaring panas-panas. Setelah dingin

larutan ditambah 3 tetes pereaksi besi (III) klorida. Apabila terjadi warna

hijau-biru maka menunjukkan adanya polifenolat.

e. Uji tanin (zat samak)

Serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan

tembelekan (2 g) dipanaskan dengan air (10 ml) selama 30 menit di atas

penangas air mendidih, kemudian disaring. Filtrat (5 ml) ditambah larutan

natrium klorida 2% (1 ml), apabila terjadi suspensi atau endapan disaring

melalui kertas saring, kemudian filtrat ditambah larutan gelatin 1% (5 ml).

Apabila terbentuk endapan maka menunjukkan adanya tanin.

f. Uji kardenolida

Filtrat (2 ml) dari hasil pemanasan serbuk tumbuhan (2 g)

dengan air (10 ml) selama 30 menit di atas penangas air tadi ditambah

3,5-dinitro benzoat (0,4 ml) dan kalium hidroksida 1 N (0,6 ml) dalam

metanol. Terjadinya warna biru-ungu menunjukkan adanya kardenolida

(glikosida jantung). Untuk penegasan lebih lanjut, filtrat yang lain (2 ml)

dicampur dengan kloroform (2 ml). Lapisan atas diambil dengan pipet,

lapisan bawah ditambah 3,5-dinitro benzoat (0,5 ml). Apabila terjadi

warna biru ungu maka menunjukkan adanya kardenolida.

g. Uji saponin

Tabung reaksi yang berisi serbuk daun, batang, bunga, buah,

dan akar tumbuhan tembelekan (100 mg) ditambah air sebanyak 10 ml,


(48)

26

dibiarkan dalam posisi tegak selama 30 menit, apabila terbentuk buih

setinggi 3 cm dari permukaan cairan maka menunjukkan adanya saponin.

h. Uji minyak atsiri

Sebanyak 10 g serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar

tumbuhan tembelekan ditambah 20 ml eter, dikocok dan disaring,

kemudian filtrat dikeringuapkan. Apabila sedikit berbau aromatik, residu

dilarutkan dengan sedikit etanol dan diuapkan lagi sampai kering. Apabila

terjadi bau aromatik spesifik menunjukkan adanya minyak atsiri.

5. Uji KLT

Serbuk simpleks (2-3 gram)

disari dengan petroleum eter 10 ml, 50°C selama 5 menit sisa fraksi petroleum eter (disingkirkan)

disari dengan kloroform-asam asetat (99:1),

10 ml, 50°C selama, 5 menit sisa fraksi CHCl3-HAc (larutan A)

disari dengan metanol-kloroform-asam asetat (49,5:49,5:1),

10 ml, 50°C selama 5 menit

sisa fraksi CHCl3-MeOH-HAc (larutan B)

disari dengan metanol:air (1:1) 10 ml, 50°C selama 5 menit

sisa (dibuang) fraksi metanol-air (larutan C)

Gambar 3. Skema pembuatan larutan percobaan untuk KLT

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(49)

Larutan A : antrakinon, flavonoida

Fase diam : silika gel GF 254, selulosa

Fase gerak: n-butanol, asam asetat, air (4:1:5) v/v

etil asetat, metanol, air (100:13,5:10) v/v

Larutan B : glikosida antrakinon, saponin, tanin

Fase diam : silika gel GF 254

Fase gerak : etil asetat, asam formiat, asam asetat, air (100:11:11:27) v/v

etil asetat, metanol, air ( 100:13,5:10) v/v

kloroform, metanol (95:5) v/v

Larutan C : kardenolida, saponin, glikosida antrakinon, glikosida flavonoida

Fase diam : silika gel GF 254, selulosa

Fase gerak : etil asetat, metanol, air ( 100:13,5:10) v/v

kloroform, metanol (95:5) v/v

n-butanol, asam asetat, air (4:1:5) v/v fase atas

Larutan pembanding yang digunakan:

a. Flavonoida : larutan rutin 0,05 % dalam metanol

b. Antrakinon : larutan Rhei Radix (0,5 g) dipanaskan 5 menit dalam

metanol (5 ml), saring, filtrat diuapkan sampai 0,5 ml.

c. Saponin : larutan Liquiritae Radix (2 g), direfluks dengan etanol

75% (10 ml) selama 10 menit.

d. Tanin : larutan asam tanat 0,05 % dalam etanol 70 % (10 ml)

e. Kardenolida : larutan digoksin lanatosida C 5 mg dalam 2 ml metanol


(50)

28

Pereaksi semprot yang digunakan:

a. Flavonoida : amonia, AlCl3

b. Antrakinon : kalium hidroksida etanolik

c. Saponin : Liebermann Burchard, vanilin asam sulfat

d. Tanin : besi (III) klorida

e. Kardenolida : pereaksi asam sulfat

(Harborne, 1987; Wagner, 1984)

serbuk simplisia 2-3 gram

disari dengan petroleum eter

10 ml selama 5 menit

sisa fraksi petroleum eter (dibuang)

disari dengan HCl 1 % 10 ml,

50°C selama, 5 menit sisa fraksi asam klorida

(dibuang) diuji dengan Dragendorff, bila positif + NaHCO3

1 M sampai pH 8-9, disari dengan kloroform 10 ml

lapisan atas lapisan bawah

dinetralkan dengan disari dengan HCl 1 %

asam asetat

larutan E lapisan bawah lapisan atas (larutan D) (dibuang)

Gambar 4. Skema penyarian alkaloida untuk KLT

Larutan D : untuk uji alkaloida tertier

Larutan E : untuk uji alkaloida kuartener

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(51)

Sistem KLT yang digunakan:

Fase diam : silika gel GF 254

Fase gerak : kloroform : aseton : dietilamina (5:4:1)

toluen : etil asetat : dietilamina (70:20:10)

Larutan pembanding yang digunakan: nikotin, skopolamin, sinkonin, teofilin

Pereaksi semprot : Dragendorff KLT LP

(Anonin, 1987; Wagner, 1984)

F. Analisis Hasil

Penelitian dilakukan dengan penelitian secara kualitatif, yaitu analisis

kualitatif kandungan kimia daun, batang, bunga, buah, akar tumbuhan tembelekan

dengan identifikasi kimiawi, uji tabung, dan KLT. Pada uji identifikasi kimiawi

dan uji tabung, kandungan kimia dalam daun, batang, bunga, buah, dan akar

tumbuhan tembelekan dapat diketahui dengan pengamatan warna yang terbentuk

dari reaksi antara senyawa yang ada dengan pereaksi yang digunakan. Pada KLT,

kandungan kimia dalam daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan

tembelekan terlihat pada profil kromatografi lapis tipisnya dengan menilai warna

dan harga Rf nya.

awal

titik

dari

depan

garis

jarak

awal

titik

dari

bercak

pusat

titik

jarak

Rf

=


(52)

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tumbuhan

Determinasi tumbuhan dimaksudkan untuk memperoleh kepastian

jenis tumbuhan yang digunakan. Determinasi dilakukan dengan cara

mencocokkan herbarium dan ciri-ciri morfologi tumbuhan tembelekan yang

digunakan dalam penelitian menggunakan buku acuan (Van Steenis, 1975).

Berdasarkan hasil determinasi yang dilakukan dapat dipastikan bahwa tumbuhan

yang diteliti merupakan Lantana camara L. (tembelekan) (lampiran 1).

B. Pengumpulan dan Pengeringan Organ serta Pembuatan Serbuk

Tumbuhan tembelekan yang dikumpulkan dari daerah yang sama

dipisahkan daun, batang, bunga, buah, dan akarnya, tiap organ kemudian dicuci

bersih dan dikeringkan. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan

pengotor lainnya yang melekat. Pencucian dilakukan dalam waktu sesingkat

mungkin dengan air mengalir agar zat yang mudah larut dalam air pada bahan

simplisia tidak banyak yang hilang. Pengeringan dilakukan untuk meminimalkan

kadar air dalam simplisia sehingga mendapatkan simplisia yang tidak mudah

rusak dan dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama, selain itu untuk

mencegah tumbuhnya jamur, bakteri, dan bekerjanya enzim yang dapat

menyebabkan perubahan komposisi kimia dari tumbuhan. Pengeringan simplisia

dapat dilakukan dengan menggunakan sinar matahari, baik secara langsung atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(53)

tidak langsung dan dapat juga menggunakan alat pengering. Pada penelitian ini

pengeringan menggunakan oven pada suhu 40ºC agar bahan simplisia tidak

tercemar oleh pengotor dari luar, misalnya debu. Selain itu, dengan menggunakan

oven pengeringan akan lebih merata dan lebih cepat tanpa dipengaruhi oleh

keadaan cuaca. Suhu yang digunakan yaitu 40ºC karena bahan simplisia biasanya

dikeringkan pada suhu 30ºC sampai 90ºC, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak

melebihi 60ºC (Anonim, 1985).

Pengeringan dapat dihentikan jika kadar air yang terkandung dalam

simplisia kurang dari 10% karena reaksi enzimatis yang dapat menguraikan

senyawa aktif sudah tidak berlangsung (Anonim, 1985). Selain itu daun, batang,

bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan yang sudah kering juga dapat

diketahui dengan meremas daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan

tembelekan sampai dapat hancur atau mudah dipatahkan. Jika kadar air masih

tinggi maka daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan tersebut

masih lembab dan jika diremas tidak hancur atau tidak mudah dipatahkan.

Simplisia yang telah kering kemudian diserbuk menggunakan blender

kemudian diayak. Pembuatan serbuk bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel

sehingga luas permukaan kontak dengan pelarut semakin besar, dengan demikian

dalam proses penyarian diharapkan kandungan kimia yang tersari lebih banyak,

sedangkan pengayakan bertujuan untuk menghaluskan ukuran partikel. Maka


(54)

32

C. Identifikasi Kimiawi Tumbuhan Tembelekan

Identifikasi kimiawi tumbuhan dilakukan untuk mengetahui senyawa

kimia yang terkandung di dalam tumbuhan dengan mengamati warna yang

terbentuk dari reaksi antara zat aktif yang ada dengan pereaksi yang digunakan.

Masing-masing zat akan menimbulkan warna yang spesifik terhadap pereaksi

tertentu (Tabel I).

Tabel I. Hasil identifikasi kimiawi tumbuhan tembelekan

Keterangan: + = bereaksi positif terhadap pereaksi yang digunakan - = bereaksi negatif terhadap pereaksi yang digunakan

Penambahan asam sulfat P pada serbuk daun, batang, bunga, buah, dan

akar tumbuhan tembelekan adalah untuk mengoksidasi zat-zat yang terkandung di

dalam serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar. Hasil pengamatan pada serbuk

daun, batang, buah, akar berwarna hitam keunguan, sedangkan pada serbuk bunga

berwarna hitam merah keunguan. Pada penambahan asam sulfat 10 N

dimaksudkan untuk mengoksidasi senyawa kimia yang terkandung di dalam

Bahan Pereaksi Warna berdasarkan acuan (Anonim, 1987)

DAUN BATANG BUNGA BUAH AKAR

2 mg serbuk

5 tetes H2SO4 P

Coklat Hitam keunguan Hitam keunguan Hitam merah keunguan Hitam keunguan Hitam keunguan 2 mg serbuk 5 tetes H2SO4 10 N

Coklat Hijau muda Kuning kecoklatan Kuning oranye Kuning kecoklatan Jernih kehijauan 2 mg serbuk 5 tetes FeCl3 5%

Hijau, ungu-biru sampai hitam, dan biru tua atau

hijau kehitaman

Coklat muda Coklat muda Kuning kecoklatan

Coklat muda Hijau kecoklatan

2 mg serbuk

5 tetes NaOH 5%

Merah, kuning, biru Hijau kekuningan Hijau kekuningan Hijau kekuningan Hijau kekuningan Kuning kecoklatan 2 mg serbuk 5 tetes NH4OH 25%

Kuning Hijau Hijau Hijau Hijau kecoklatan Kuning oranye 2 mg serbuk 5 tetes KOH 5%

Merah, kuning Coklat kekuningan

Coklat kekuningan

Coklat kekuningan

coklat Kuning oranye

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(55)

serbuk daun pada konsentrasi yang lebih encer. Hasil pengamatan setelah

pemberian asam sulfat 10 N diperoleh warna hijau muda pada serbuk daun, pada

serbuk batang dan buah berwarna kuning kecoklatan, serbuk bunga berwarna

kuning oranye, dan pada serbuk akar berwarna jernih kehijauan. Pada tumbuhan

tembelekan, hanya serbuk batang dan buah yang menunjukkan warna kecoklatan.

Warna coklat yang terbentuk karena asam sulfat bersifat destruktif terhadap gugus

yang mengandung karbon. Sedangkan pada serbuk daun, bunga, dan akar yang

tidak berwarna coklat berarti pada penambahan asam sulfat tidak bersifat

destruktif terhadap gugus yang mengandung karbon.

Penambahan larutan besi (III) klorida P 5% b/v dilakukan untuk

mengidentifikasi adanya senyawa fenolik dan tanin. Apabila ditambahkan larutan

tersebut senyawa fenolik akan memberikan warna hijau, ungu, biru sampai hitam

dan tanin akan memberikan warna biru tua atau hijau kehitaman (Anonim, 1987).

Dari data yang diperoleh pada serbuk daun, batang, buah memberikan warna

coklat muda, serbuk bunga memberikan warna kuning kecoklatan, dan pada

serbuk akar memberikan warna hijau kecoklatan yang berarti hanya serbuk akar

tumbuhan tembelekan yang mengandung senyawa fenolik.

Penambahan larutan natrium hidroksida P 5% b/v bertujuan untuk

mengidentifikasi adanya antrakinon, derivat antrakinon dan kumarin. Reaksi

positif jika berwarna merah untuk antrakinon, kuning untuk derivat antrakinon

dan biru untuk kumarin (Anonim, 1987). Dari uji yang dilakukan pada serbuk


(56)

34

akar berwarna kuning kecoklatan, yang berarti serbuk daun, batang, bunga, buah,

dan akar tumbuhan tembelekan mengandung derivat antrakinon.

Penambahan amonia 25% pada identifikasi tanaman bertujuan untuk

mengidentifikasi adanya senyawa fenolik. Apabila ditambahkan amonia senyawa

fenolik akan memberikan warna kuning (Wagner, 1984). Dari uji yang dilakukan

pada serbuk daun, batang, bunga memberikan warna hijau, pada serbuk buah

memberikan warna hijau kecoklatan, sedangkan pada serbuk akar menunjukkan

warna kuning oranye, yang berarti hanya serbuk akar tumbuhan tembelekan yang

mengandung senyawa fenolik.

Penambahan larutan kalium hidroksida 5% b/v bertujuan untuk

mengidentifikasi adanya senyawa antrakinon dan derivatnya. Reaksi positif jika

warna yang dihasilkan merah untuk antrakinon dan kuning untuk derivatnya

(Anonim, 1987). Dari data yang diperoleh, pada serbuk daun, batang, bunga

memberikan warna coklat kekuningan, pada serbuk buah memberikan warna

coklat, sedangkan pada serbuk akar memberikan warna kuning oranye. Hal ini

berarti serbuk daun, batang, bunga, dan akar tumbuhan tembelekan mengandung

senyawa derivat antrakinon.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, serbuk daun, batang, bunga, dan

buah tumbuhan tembelekan mengandung senyawa derivat antrakinon, sedangkan

pada serbuk akar tumbuhan tembelekan mengandung senyawa fenolik dan

senyawa derivat antrakinon.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(57)

D. Uji Tabung Tumbuhan Tembelekan

Uji tabung dilakukan untuk mengetahui kandungan kimia suatu

tumbuhan melalui pengamatan warna yang terbentuk oleh karena adanya reaksi

antara zat aktif yang ada dengan pereaksi yang digunakan. Masing-masing zat

akan memberikan warna yang spesifik terhadap pereaksi tertentu (Tabel II).

Tabel II. Hasil uji tabung tumbuhan tembelekan

No UJI TABUNG DAUN BATANG BUNGA BUAH AKAR 1 Uji pendahuluan + + + + + 2 Uji alkaloida + + _ _ _ 3 Uji antrakinon _ _ _ _ _ 4 Uji polifenol + + + + + 5 Uji tanin( zat samak ) _ _ _ _ _ 6 Uji kardenolida _ _ _ _ _ 7 Uji saponin + _ _ _ + 8 Uji minyak atsiri + + + + +

Keterangan: + = bereaksi positif terhadap pereaksi yang digunakan - = bereaksi negatif terhadap pereaksi yang digunakan

Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui adanya senyawa yang

mengandung gugus kromofor seperti flavonoida, antrakinon dan sebagainya. Uji

dinyatakan positif apabila larutan hasil pendidihan serbuk daun, batang, bunga,

buah, dan akar tumbuhan tembelekan dengan air berwarna kuning sampai merah.

Dari uji yang dilakukan diperoleh larutan berwarna coklat dan terdapat warna

merah setelah penambahan larutan kalium hidroksida. Ini berarti di dalam serbuk

daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan terdapat senyawa yang

mengandung gugus kromofor.

Pemeriksaan terhadap adanya alkaloida dilakukan dengan

menambahkan asam klorida 1% pada serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar


(58)

36

terdapat dalam bentuk basa. Adanya alkaloida dapat dipertegas dengan reaksi

pengendapan, yaitu dengan penambahan Dragendorff dan Mayer. Hasil uji hanya

pada serbuk daun yang menunjukkan adanya pengendapan pada penambahan

Dragendorff sedangkan pada penambahan Mayer baik pada serbuk daun, batang,

bunga, buah, dan akar tidak menunjukkan adanya pengendapan. Hal ini mungkin

disebabkan tidak adanya ikatan kompleks antara alkaloida dari serbuk daun,

batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan dengan ion-ion logam berat

dari pereaksi yang digunakan. Pada bagian lain ditambah dengan natrium karbonat

sampai pH 8-9 kemudian dicampur dengan kloroform untuk mengetahui adanya

alkaloida yang terkandung di dalam simplisia sehingga dapat dipisahkan. Setelah

memisah fase kloroform yang terbentuk ditambah dengan asam cuka 5% sampai

pH 5. Penambahan asam cuka 5% bertujuan untuk pembentukan garam sehingga

terbentuk dua lapisan. Lapisan atas ditambah dengan Dragendorff untuk

mengetahui adanya alkaloida dari basa kuartener yang terlihat dengan

terbentuknya endapan. Hasil uji hanya pada serbuk daun dan batang yang

menunjukkan adanya pengendapan. Sedangkan pada lapisan bawah ditambah

dengan asam klorida 1% sehingga terbentuk dua lapisan. Dari terbentuknya dua

lapisan tersebut, lapisan atas ditambah dengan Dragendorff sehingga terbentuk

endapan yang menunjukkan adanya alkaloida dari basa tertier, namun pada uji

baik serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tidak ada yang menunjukkan

adanya pengendapan. Berdasarkan keseluruhan uji alkaloida ini, hanya di dalam

serbuk daun dan batang tumbuhan tembelekan yang mengandung alkaloida dari

basa kuartener.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(59)

Uji terhadap antrakinon dilakukan dengan menggunakan larutan

kalium hidroksida 0,5 N, hidrogen peroksida, asam asetat glasial, dan toluena.

Serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan dipanaskan

dengan larutan kalium hidroksida 0,5 N dan hidrogen peroksida dalam penangas

air selama 2 menit. Pemanasan dengan larutan kalium hidroksida 0,5 N bertujuan

untuk menghidrolisis glikosida antrakinon menjadi aglikonnya, yaitu antrakinon.

Sedangkan larutan hidrogen peroksida berfungsi untuk mengoksidasi bentuk

tereduksi dari antrakinon yaitu antron, oksantron dan diantron menjadi antrakinon.

Setelah dingin suspensi serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar disaring dan

filtratnya ditambah dengan asam asetat glasial sampai pH 5 lalu ditambah toluena

untuk memisahkan lapisan air dengan fase pelarut organik. Reaksi dinyatakan

positif apabila pada lapisan air berwarna merah setelah ditambahkan kalium

hidroksida 0,5 N. Dari uji yang dilakukan diperoleh hasil negatif yaitu berwarna

jernih yang berarti di dalam serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan

tembelekan tidak mengandung antrakinon.

Uji terhadap senyawa polifenol dilakukan dengan menambahkan air

pada serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan kemudian

dipanaskan. Kemudian suspensi disaring dan dilakukan penambahan pereaksi besi

(III) klorida pada filtrat setelah dingin. Sebagai cairan penyari menggunakan air

karena senyawa polifenol cenderung mudah larut dalam air. Terjadinya warna

hijau-biru menunjukkan adanya polifenol. Dari hasil uji ini pada serbuk daun,

batang, bunga, buah diperoleh larutan berwarna hijau tua sedangkan pada serbuk


(60)

38

batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan menunjukkan reaksi positif

terhadap adanya senyawa polifenol.

Serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan

dipanaskan dengan air pada penangas air untuk mengetahui adanya kandungan

tanin. Penambahan natrium klorida 2% pada filtrat hasil pendidihan serbuk

dengan air bertujuan untuk mengendapkan campuran tanin. Apabila terjadi

endapan disaring melalui kertas saring. Pada hasil uji serbuk daun menghasilkan

warna coklat tua dan terbentuk endapan, namun pada serbuk batang, bunga, buah,

dan akar tidak terbentuk endapan. Dari uji dengan penambahan natrium klorida

2% apabila terbentuk endapan maka endapan disaring dan dilakukan penambahan

larutan gelatin 1% pada filtrat. Adanya tanin dapat diketahui jika pada larutan

terbentuk endapan. Serbuk batang, bunga, buah, dan akar setelah penambahan

natrium klorida 2% tidak terbentuk endapan sehingga tidak dilakukan

penambahan larutan gelatin 1%. Hanya pada serbuk daun saja yang dilakukan

penambahan larutan gelatin 1%, dan setelah disaring menghasilkan larutan

berwarna cokat tua keruh namun tidak terbentuk endapan. Hal ini menunjukkan

bahwa serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan tidak

mengandung tanin.

Pemeriksaan terhadap glikosida jantung (kardenolida) dilakukan

dengan pemanasan serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan

tembelekan dengan air yang dilakukan penambahan 3,5-dinitro benzoat untuk

mengikat bagian kardenolida sehingga terbentuk kompleks warna biru ungu dan

kalium hidroksida 1 N untuk menghidrolisis glikosida. Terjadinya warna

biru-PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(61)

ungu menunjukkan adanya glikosida jantung (kardenolida). Untuk penegasan

lebih lanjut adanya kardenolida, filtrat dicampur dengan kloroform. Lapisan atas

diambil dengan pipet, lapisan bawah ditambah 3,5-dinitro benzoat. Terjadinya

warna biru ungu menunjukkan adanya kardenolida. Dari uji yang dilakukan tidak

didapatkan larutan berwarna biru ungu yang berarti pada serbuk daun, batang,

bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan tidak mengandung kardenolida.

Pemeriksaan terhadap adanya saponin dilakukan dengan mengocok

serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan tembelekan yang telah

diberi air. Hasil menunjukkan reaksi positif apabila terbentuk buih yang stabil dari

permukaan cairan setinggi kurang lebih 3 cm. Saponin memiliki gugus hidrofil

dan hidrofob yang seimbang sehingga bila dicampur dengan air lalu dikocok

bagian hidrofob akan membentuk buih seperti sabun. Dari uji yang dilakukan

pada serbuk daun menimbulkan larutan jernih muda kehijauan dan terbentuk buih,

pada serbuk batang menimbulkan larutan kuning kecoklatan namun tidak

terbentuk buih, pada serbuk bunga dan buah menimbulkan larutan coklat muda

tidak terbentuk buih, sedangkan pada serbuk akar menimbulkan larutan putih

keruh dan terbentuk buih. Maka dapat diketahui hanya serbuk daun dan akar

tumbuhan tembelekan yang mengandung saponin.

Pemeriksaan terhadap adanya minyak atsiri dilakukan dengan

menambahkan eter pada serbuk daun, batang, bunga, buah, dan akar tumbuhan

tembelekan untuk mengisolasi minyak atsiri yang kemudian dikocok dan disaring.

Filtrat kemudian dikeringuapkan, reaksi positif dihasilkan apabila timbul bau


(1)

Lampiran 14. Foto hasil kromatogram KLT identifikasi kardenolida

A B Keterangan:

Fase diam : silika gel GF 254

Fase gerak : etil asetat : metanol : air (100:13,5:10) v/v Deteksi : A. UV 254 nm

B.UV 365 nm

1. Sampel daun C : larutan sari metanol-air organ daun tumbuhan tembelekan 2. Sampel batang C : larutan sari metanol-air organ batang tumbuhan tembelekan 3. Sampel bunga C : larutan sari metanol-air organ bunga tumbuhan tembelekan 4. Sampel buah C : larutan sari metanol-air organ buah tumbuhan tembelekan 5. Sampel akar C : larutan sari metanol-air organ akar tumbuhan tembelekan 6. Pembanding : ekstrak metanol digoksin


(2)

Lampiran 15. Foto hasil kromatogram KLT identifikasi saponin

A B Keterangan:

Fase diam : silika gel GF 254

Fase gerak : kloroform : metanol (95:5 v/v)

Deteksi : A. pereaksi vanilin asam sulfat UV 254 nm B.pereaksi Liebermann-burchard UV 254 nm

1. Sampel daun B :larutan sari metanol-kloroform-asam asetat organ daun tumbuhan tembelekan

2. Sampel batang B :larutan sari metanol-kloroform-asam asetat organ batang tumbuhan tembelekan

3. Sampel bunga B :larutan sari metanol-kloroform-asam asetat organ bunga tumbuhan tembelekan

4. Sampel buah B :larutan sari metanol-kloroform-asam asetat organ buah tumbuhan tembelekan

5. Sampel akar B : larutan sari metanol-kloroform-asam asetat organ ajar tumbuhan tembelekan

6. Sampel daun C : larutan sari metanol-air organ daun tumbuhan tembelekan 7. Sampel batang C : larutan sari metanol-air organ batang tumbuhan tembelekan 8. Sampel bunga C : larutan sari metanol-air organ bunga tumbuhan tembelekan 9. Sampel buah C : larutan sari metanol-air organ buah tumbuhan tembelekan 10.Sampel akar C : larutan sari metanol-air organ akar tumbuhan tembelekan 11.Pembanding : ekstrak Liquiritae Radix


(3)

Lampiran 16. Foto hasil kromatogram KLT identifikasi tanin

A B Keterangan:

Fase diam : silika gel GF 254

Fase gerak : etil asetat : asam format : asam asetat : air (100:11:11:27) v/v. Deteksi : A. pereaksi FeCl3 UV 254 nm

B. pereaksi FeCl3 UV 365 nm

1. Sampel daun B :larutan sari metanol-kloroform-asam asetat organ daun tumbuhan tembelekan

2. Sampel batang B :larutan sari metanol-kloroform-asam asetat organ batang tumbuhan tembelekan

3. Sampel bunga B :larutan sari metanol-kloroform-asam asetat organ bunga tumbuhan tembelekan

4. Sampel buah B :larutan sari metanol-kloroform-asam asetat organ buah tumbuhan tembelekan

5. Sampel akar B :larutan sari metanol-kloroform-asam asetat organ ajar tumbuhan tembelekan


(4)

Lampiran 17. Foto hasil kromatogram KLT identifikasi flavonoida

A B C

D E F Keterangan:

Fase diam : selulosa

Fase gerak : n-butanol:asam asetat:air (4:1:5 v/v) lapisan atas Deteksi : A. Pereaksi AlCl3 visibel

B. Pereaksi AlCl3 dengan UV 254 nm

C. Pereaksi AlCl3 dengan UV 365 nm

D. Uap amonia visibel

E. Uap amonia dengan UV 254 nm F. Uap amonia dengan UV 365 nm

1. Sampel daun A : larutan sari kloroform-asam asetat organ daun tumbuhan tembelekan 2. Sampel batang A :larutan sari kloroform-asam asetat organ batang tumbuhan

tembelekan

3. Sampel bunga A :larutan sari kloroform-asam asetat organ bunga tumbuhan tembelekan

4. Sampel buah A :larutan sari kloroform-asam asetat organ buah tumbuhan tembelekan


(5)

5. Sampel akar A :larutan sari kloroform-asam asetat organ akar tumbuhan tembelekan

6. Sampel daun C : larutan sari metanol-air organ daun tumbuhan tembelekan 7. Sampel batang C : larutan sari metanol-air organ batang tumbuhan tembelekan 8. Sampel bunga C : larutan sari metanol-air organ bunga tumbuhan tembelekan 9. Sampel buah C : larutan sari metanol-air organ buah tumbuhan tembelekan 10. Sampel akar C : larutan sari metanol-air organ akar tumbuhan tembelekan 11. Standar : rutin


(6)

76

Novita Cahyadi dilahirkan di Purwokerto pada tanggal

20 November 1985 sebagai putri pertama dari pasangan

Cahyadi dan Evi Yuliani. Penulis menempuh pendidikan

di Taman Kanak-Kanak Bhayangkari Ajibarang pada

tahun 1989-1991, dan pada tahun 1997 menyelesaikan

pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Ajibarang. Pada

tahun 1997-2000, penulis menempuh pendidikan di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Ajibarang, dan melanjutkan ke Sekolah

Menengah Umum Negeri 5 Purwokerto pada tahun 2000-2003. Pada tahun 2004,

penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.