ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN FOOD AND BAVERAGE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Oleh :

IRA RUSTIANA 0513010335/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN

FOOD AND BAVERAGE YANG GO PUBLIK

DI BURSA EFEK INDONESIA

yang diajukan :

IRA RUSTIANA 0513010335/FE/EA

disetujui untuk ujian lisan oleh

Pembimbing Utama

Drs. Ec. H.E. Achsan, AK Tanggal : ………. NIP. 030 181 665

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi NIP. 030.194.437


(3)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEVIDEND PAYOUT

RATIO PADA PERUSAHAAN FOOD AND BAVARAGE YANG GO

PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA”. dapat terselesaikan dengan baik. Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak Drs. Ec. H.E. Achsan, AK, selaku Dosen Pembimbing Utama, yang

telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan saran untuk penulis.


(4)

6. Buat Para Staf dan Karyawan PT. Bursa Efek Indonesia, yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian dan memberikan data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi ini.

7. Buat Ibunda dan Ayahanda, Tante yang tercinta, serta buat kakakQ mas Hari Rustiawan dan adikku mariana yang tersayang, tiada kata yang bisa ku ucapkan, selain kata terima kasih yang sebanyak - sebanyaknya, karena mereka yang selama ini telah memberi dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.

8. Teman-teman marching band Gita Widya Agni UPN “veteran” Jawa Timur yang selalu memberikan kenyamanan serta kebahagiaanqw, Mabes Mb.GWA yang selalu menjadi rumah kedua buat-Q, Temen2 angkatan 14 yang tersisa hingga akhir Studi-Q miss u all.... klian adalah saudara-saudariQ tercinta. 9. Erna, Rina, Arinto, nurma, tedi, ganezha, soni, tigor, hadi, fajar, Pery, okta,

septri terima kasih yang sebesar-besarnya karena kalian selalu ada buat Q, yang selalu setia menemaniku dan memberikan semangat bagiQ luph u all. 10.Teman2 jurusan akuntansi angkatan 2005 (tika, nia, icha, nana, candra, novi)

terima kasih atas dukungan moril dan semangatnya.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.


(5)

sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.

Surabaya, Desember 2010

Penulis


(6)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

ABSTRAKSI... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 5

1.4. Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1. Laporan Keuangan ... 9

2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 9

2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan... 9

2.2.1.3. Jenis – Jenis Laporan Keuangan ... 10

2.2.1.4. Pihak – Pihak Yang Berkepentingan Dalam Laporan Keuangan ... 13

2.2.2. Analisis Rasio Keuangan ... 15

2.2.2.1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan ... 15

2.2.2.2. Kegunaan Analisis Rasio Keuangan ... 16


(7)

2.2.3. Cash Position... 18

2.2.4. Debt to Equity Ratio... 20

2.2.5. Pertumbuhan Laba Relatif... 22

2.2.6. Dividend Payout Ratio... 23

2.3. Kerangka Pikir ... 25

2.4. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 27

3.2. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel ... 29

3.2.1. Populasi ... 29

3.2.2. Sampel... 29

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 31

3.3.1. Jenis Dan Sumber Data ... 31

3.3.2. Pengumpulan Data ... 31

3.4. Uji Kualitas Data... 32

3.4.1. Uji Normalitas... 32

3.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 32

3.5. Teknik Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 34

3.5.1. Teknik Analisis ... 34

3.5.2. Uji Hipotesis... 35

3.5.2.1. Uji Kesesuaian Model... 35

3.5.2.2. Uji Parsial... 36


(8)

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 40

4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 45

4.3.1. Uji Normalitas... 45

4.3.2. Uji Asumsi Klasik ... 46

4.3.3. Teknik Analisis ... 49

4.3.4. Uji Hipotesis... 51

4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model... 51

4.3.4.2. Uji Parsial... 53

4.4. Pembahasan... 55

4.4.1. Implikasi... 55

4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya ... 57

4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat... 58

4.4.4. Keterbatasan Penelitian... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 60

5.2. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

Halaman Tabel. 1.1 Data Dividend Payout Ratio Perusahaan Food and Baverage....

Periode 2006 – 2008... 4

Tabel. 4.1 Rekapitulasi Data “Cash Position (X1)” Periode 2006 – 2008... 41

Tabel. 4.2 Rekapitulasi Data “Debt to Equity Ratio (X2)” Periode 2006 – 2008... 42

Tabel. 4.3 Rekapitulasi Data “Pertumbuhan laba relatif (X3)” Periode 2006 – 2008... 43

Tabel. 4.4 Rekapitulasi Data “Dividend Payout Ratio (Y)” Periode 2006 – 2008... 44

Tabel. 4.5 Hasil Uji Normalitas... 45

Tabel. 4.6 Hasil Uji Multikolinieritas… ... 48

Tabel. 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas… ... 49

Tabel. 4.8 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda … ... 50

Tabel. 4.9 Hasil Analisis Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat … ... 52

Tabel. 4.10 Koefisien Determinasi (R Square / R2) … ... 52

Tabel. 4.11 Hasil Analisis Varians Hubungan Secara Parsial … ... 53


(10)

Halaman Gambar. 2.1. Diagram Kerangka Pikir ... 25 Gambar. 3.1. Kurva Statistik  Durbin Watson... 33

Gambar. 4.1. Daerah Keputusan Autokorelasi ... 47


(11)

ix

DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh : IRA RUSTIANA

Abstrak

Perusahaan yang labanya stabil seringkali tepat meramalkan pendapatannya di masa depan, perusahaan seperti ini lebih memungkinkan membayar dividen dalam presentase yang lebih besar dibanding perusahaan yang pendapatannya berfluktuasi, sedang perusahaan yang labanya berfluktuasi tidak dapat memastikan apakah harapan pendapatannya bisa direalisir, karena itu untuk berjaga-jaga perusahaan akan menahan labanya dalam presentase yang tinggi. Kebijakan dividen atau keputusan dividen pada hakekatnya menentukan posisi laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan berapa banyak yang tidak dibagikan sebagai laba ditahan. Jika dilihat sepintas kebijakan pembagian deviden merupakan salah satu dari sekian banyak kebijakan yang dimiliki oleh perusahaan yang harus dilaksanakan dan direalisasikan kepada pemegang saham. Hal ini disebabkan karena tanpa adanya pembagian deviden maka dikuatirkan para pemegang saham akan beralih ke perusahaan lain yang sudah jelas pembagian devidennya. Untuk itu pihak manajemen harus memutuskan berapa bagian pendapatan yang akan diinvestasikan kembali dan berapa bagian pendapatan perusahaan yang harus dibagikan perusahaan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden kas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh Cash Position, Debt to Equitr Ratio dan Pertumbuhan Laba Relatif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia, sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari Bursa Efek Indonesia, dan data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan Uji Regresi Linier Berganda.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan diduga ada pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Pertumbuhan Laba Relatif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia, teruji kebenarannya.

Keyword : Cash Position, Debt to Equity Ratio, Pertumbuhan Laba Relatif dan Dividend Payout Ratio


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ditengah perkembangan ekonomi dan semakin ketatnya persaingan bisnis di dunia usaha, peranan pasar modal makin lama makin penting. Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang biasa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta. (Husnan, 2003 : 3)

Sebelum melakukan suatu investasi, seorang investor harus mempertimbangkan beberapa faktor diantaranya dengan melakukan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan itu. Dengan mengetahui kinerja keuangan perusahaan, maka investor dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan finansial dari perusahaan tersebut, kemudian menganalisisnya, sehingga dapat menilai hal apa yang dicapai di masa lalu dan di masa yang sedang berjalan. (Sunariyah, 1997 : 2).

Pada umumnya para investor mengharapkan dua bentuk pengembalian dari pembelian saham yaitu yang pertama dalam bentuk Capital Gain yang merupakan keuntungan yang di peroleh dari selisih harga saham pada saat dia beli dengan harga pasar saham pada saat dia menjual dan yang kedua dalam bentuk dividen. (Sartono, 2001 : 279)

Perusahaan yang labanya stabil seringkali tepat meramalkan pendapatannya di masa depan, perusahaan seperti ini lebih memungkinkan


(13)

membayar dividen dalam presentase yang lebih besar dibanding perusahaan yang pendapatannya berfluktuasi, sedang perusahaan yang labanya berfluktuasi tidak dapat memastikan apakah harapan pendapatannya bisa direalisir, karena itu untuk berjaga-jaga perusahaan akan menahan labanya dalam presentase yang tinggi.

Kebijakan dividen atau keputusan dividen pada hakekatnya menentukan posisi laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan berapa banyak yang tidak dibagikan sebagai laba ditahan. Jika dilihat sepintas kebijakan pembagian deviden merupakan salah satu dari sekian banyak kebijakan yang dimiliki oleh perusahaan yang harus dilaksanakan dan direalisasikan kepada pemegang saham. Hal ini disebabkan karena tanpa adanya pembagian deviden maka dikuatirkan para pemegang saham akan beralih ke perusahaan lain yang sudah jelas pembagian devidennya. Untuk itu pihak manajemen harus memutuskan berapa bagian pendapatan yang akan diinvestasikan kembali dan berapa bagian pendapatan perusahaan yang harus dibagikan perusahaan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden kas.

Cash Position atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang terpenting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya deviden yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena deviden merupakan cash out flow, maka makin kuatnya posisi likuiditas perusahaan, berarti makin besar kemampuan untuk membayar deviden (Riyanto, 1998 : 267). Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Sudarsih (2002 : 79), yang menyatakan bahwa bagi perusahaan yang memiliki posisi kas yang lebih kuat maka akan semakin besar kemampuan untuk membayarkan dividen..


(14)

Faktor Debt to equity ratio juga perlu dipertimbangkan dalam pembayaran dividen yang mana rasio ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang dipergunakan untuk membayar hutang. Seorang investor tidak hanya melihat kemungkinan tingkat pengembaliannya tetapi juga melihat seberapa besar resiko yang ditanggung perusahaan. Semakin besar hutang yang dipakai untuk mendanai perusahaan maka tingkat resikonya juga semakin tinggi. Peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Sudarsih, 2002: 80).

Pertumbuhan laba relatif merupakan perubahan prosentase keuntungan pendapatan yang dapat diperoleh dari perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva. Pertumbuhan laba relatif dalam hal ini dilihat pengaruhnya dengan menggunakan Return On Investment (ROI). Semakin besar ROI menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat kembalian investasi semakin besar. Dengan demikian meningkatnya ROI juga akan meningkatkan pendapatan deviden (Susiyono, 2002: 11)

Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (2001 11) menunjukan bahwa dari 6 (enam) faktor yaitu Cash Position, Growth Potential, Firm Size, Debt to Equiiy Ratio, Profitability, dan Holding yang berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio, hanya Cash Position, dan Debt to Equiiy Ratio yang merupakan faktor yang berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio, dan penelitian yang dilakukan oleh Susiyono menunjukan bahwa dari 2 (dua)


(15)

faktor yaitu Pertumbuhan Laba Absolut dan Laba Relatif (ROI), hanya Pertumbuhan Laba Relatif (ROI) yang berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio

Dipilihnya perusahaan Food and Baverage sebagai sampel dalam penelitian ini dikarenakan perusahaan tersebut memiliki persaingan bisnis yang kuat dan merupakan bagian dari kebutuhan pokok manusia dan yang terpenting perusahaan tersebut setiap tahun memperoleh laba dan pembagian dividen dilakukan secara teratur.

Berikut ini merupakan data Dividend Payout Ratio perusahaan Food and Baverage, selama periode 2006 – 2008, yang dapat disajikan pada tabel 1.1, sebagai berikut :

Tabel. 1.1. Data Dividend Payout Ratio

Perusahaan Food and Baverage

Periode 2006 – 2008

Dividend Payout Ratio Periode Penelitian No Nama Perusahaan

2006 2007 2008

1 PT. Delta Djakarta, Tbk. 0,00 0,00 0,00

2 PT. Fast Food Indonesia, Tbk. 0,03 0,04 0,05

3 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 0,01 0,00 0,00

4 PT. Mayora Indah, Tbk. 0,04 0,03 0,03

5 PT. Tunas Baru Lampung, Tbk 0,24 0,01 0,01

Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2006 - 2008

Berdasarkan tabel. 1.1. dapat diketahui bahwa besarnya nilai rata – rata Dividend Payout Rasio (DPR) dari tahun 2006 – 2008 adalah tidak stabil yang artinya ada yang mengalami penaikan dan ada yang mengalami penurunnan, hal ini tidak sesuai dengan yang diharapan oleh para investor yaitu adanya peningkatan pembagian dividen tiap tahun.


(16)

Menurut Husnan (2003 : 352) suatu perusahaan yang sedang tumbuh dan berkembang, mungkin tidak begitu kuat posisi likuiditasnya karena sebagian besar dari dananya tertanam dalam aktiva tetap dan modal kerja, tetapi apabila perusahaan tidak ingin mengurangi pembayaran dividen hanya karena hal tersebut bisa ditafsirkan oleh investor sebagai memburuknya prospek perusahaan, maka perusahaan perlu membagikan dividen yang relatif rendah untuk mengurangi kemungkinan kesulitan likuiditas

Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Food and Baverage Yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia”.

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah, yaitu apakah Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Pertumbuhan Laba Relatif berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh Cash Position, Debt to Equitr Ratio dan Pertumbuhan Laba Relatif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia.


(17)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan sekaligus memberi gambaran secara realitas mengenai permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dalam kaitannya dengan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio

2. Bagi Perusahaan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam menentukan alternatif pilihan dalam menentukan kebijakan deviden bagi perusahaan yang go publik dan juga sebagai masukan bagi pengembang kebijakan dividen serta penerapannya di Indonesia.

3. Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan investasi di pasar modal dengan menganalisis faktor - faktor yang berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio, sehingga investor dapat memprediksikan pendapatan dividen (terutama dividen kas) yang akan diterima dimasa datang.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan pengkajian yang berkaitan dengan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan laba, pernah dilakukan oleh : 1. Susiyono (2002)

a. Judul

“Pengaruh Pertumbuhan Laba Absolut dan Laba Relatif (ROI) terhadap Dividend Payout Ratio pada Industri Manufaktur yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta.”

b. Permasalahan :

Apakah ada pengaruh Pertumbuhan Laba Absolut dan Laba Relatif (ROI) terhadap Dividend Payout Ratio pada Industri Manufaktur yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta?

c. Kesimpulan :

1) Berdasarkan hasil pengujian terbukti bahwa secara simultan Pertumbuhan Laba Absolut dan Laba Relatif (ROI) berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada Industri Manufaktur yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta

2) Dari hasil pengujian juga terbukti bahwa secara parsial Pertumbuhan Laba Relatif (ROI) berpengaruh paling dominan terhadap Dividend Payout Ratio pada Industri Manufaktur yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta


(19)

2. Sutrisno (2001) a. Judul :

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia”.

b. Permasalahan :

Apakah ada pengaruh Cash Position, Growth Potential, Firm Size, Debt to Equiiy Ratio, Profitability, dan Holding terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia

c. Kesimpulan :

1) Berdasarkan hasil pengujian terbukti bahwa secara simultan Cash Position, Growth Potential, Firm Size, Debt to Equiiy Ratio, Profitability, dan Holding berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia

2) Dari hasil pengujian juga terbukti bahwa secara parsial hanya Cash Position dan Debt to Equiiy Ratio yang berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, sedangkan untuk Growth Potential, Firm Size, Profitability, dan Holding tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia

Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama membahas mengenai faktor – faktor yang berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio, sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada objek penelitian dan tahun penelitian, sehingga penelitian ini bukan merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya.


(20)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Laporan Keuangan

2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan

Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan (Financial Statements) perusahaan.

Menurut Sutrisno (2003: 243) Laporan Keuangan adalah merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode tertentu. Dengan melihat keuangan suatu perusahaan kita bisa melihat bagaimana prestasi manajemen dalam periode tersebut.

Selanjutnya menurut Harahap (2004: 105) laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan (Financial Statements) adalah merupakan hasil akhir dari suatu proses pembukuan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu perioda akuntansi dan dinyatakan dalam satuan uang.

Bagi para analis, laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. (Harahap, 2004: 105)

2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan dan perubahan-perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. (Prastowo, 2005: 5)


(21)

Dalam PSAK No. 1 (2009), Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

2.2.1.3. Jenis – Jenis Laporan Keuangan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (2009) pada paragraph 7, laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :

1. Neraca

2. Laporan laba rugi

3. Laporan perubahan ekuitas 4. Laporan arus kas

5. Catatan atas laporan keuangan

Berikut ini akan dijelaskan masing-masing laporan keuangan yang dihasilkan pada tiap periode sebagai berikut:

1. Neraca (Balance Sheet)

Menurut Baridwan, (2000 : 18) Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu.

Selanjutnya Munawir (2000 : 13) mendefinisikan neraca sebagai laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.


(22)

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa neraca (Balance Sheet) adalah merupakan daftar yang menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan yang disusun secara sistematis yang meliputi aktiva, kewajiban, dan ekuitas pada saat tertentu.

2. Laporan Laba-Rugi (Income Statement)

Menurut Baridwan (2000 : 30) Laporan Laba Rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu.

Selanjutnya Munawir (2000 : 26) mendefinisikan laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, laba rugi yang di peroleh oleh perusahaan selama periode tertentu.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan laba-rugi (Income Statement) adalah laporan yang menggambarkan hasil dari aktivitas operasional perusahaan yang berupa pendapatan dan biaya-biaya untuk suatu periode tertentu

3. Laporan Perubahan Ekuitas (Owners Equity)

Menurut Munawir (2000 : 30) laporan perubahan modal adalah merupakan laporan atau ringkasan transaksi keuangan yang terjadi selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan-perubahan tersebut.

Selanjutnya menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009: 1.17) laporan perubahan ekuitas perusahaan menggambarkan


(23)

peningkatan atau penurunan aktiva atau kekayaan selama periode yang bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam aporan keuangan

4. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow)

Tujuan utama laporan aliran kas adalah untuk menyajikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama periode tertentu. Untuk mencapai tujuan ini, aliran kas diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang berbeda yaitu penerimaan dan pengeluaran kas yang berasal dari kegiatan investasi, pembelanjaan, dan kegiatan usaha. (Baridwan, 2000 : 43-44)

Selanjutnya menurut Munawir (2000 : 32), laporan arus kas adalah merupakan laporan yang disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan pengeluarannya.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan arus kas (Statement of Cash Flow) adalah laporan yang menggambarkan aliran kas baik penerimaan maupun pengeluaran kas untuk periode tertentu.

5. Catatan Atas Laporan Keuangan (Notes to The Financial Statements)

Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan


(24)

arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. (PSAK 2009, No. 1: Alenia 69). Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:

a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting

b. Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas

c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.

2.2.1.4. Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Dalam Laporan Keuangan

Banyak pihak yang sangat membutuhkan informasi atas laporan keuangan. Laporan keuangan ini dibutuhkan oleh pihak intern maupun ekstern perusahaan juga pengambilan keputusan ekonomi yang tepat untuk masa mendatang.

Adapun pihak yang berkepentingan terhadap informasi laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009 : 12), yaitu :

1. Investor.

Penanaman modal beresiko (dan penasehat mereka) berkepentingan dengan resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investor yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus


(25)

membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk memilih kemampuan perusahaan untuk deviden.

2. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja. 3. Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

4. Pemasok dan kreditur usaha lainnya

Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi laporan keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayarkan pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dari pada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tertanggung pada kelangsungan hidup perusahaan.

5. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Terutama kalau mereka terlibat dalam penyajian jangka panjang atau tergantung pada perusahaan.


(26)

6. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai perusahaan yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

7. Masyarakat

Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan membantu menyediakan laporan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

2.2.2. Analisis Rasio Keuangan

2.2.2.1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Analisa rasio keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio yang pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan melainkan juga bagi pihak luar. Penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode atau waktu ini dengan faktor-faktor dimasa yang akan datang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2000 : 64).

Menurut Sutrisno (2003 : 243) analisis rasio keuangan adalah merupakan alat untuk mengukur kinerja finansial perusahaan. Melalui


(27)

analisis rasio ini bisa diperoleh informasi dan gambaran perkembangan finansial perusahaan, dengan mengadakan interpretasi dari laporan keuangan, yaitu dengan menghubungkan pos-pos yang ada pada laporan keuangan.

Selanjutnya menurut Harahap (2004 : 297). Analisis rasio adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan

Bagi manajemen finansial, dengan menghitung rasio-rasio akan memperoleh suatu informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh perusahaan dibidang finansial, sehingga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan bagi kepentingan perusahaan untuk masa yang akan datang. Sedangkan bagi investor merupakan bahan pertimbangan apakah menguntungkan untuk membeli saham perusahaan yang bersangkutan atau tidak.

2.2.2.2. Kegunaan Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio seperti halnya alat-alat analisa yang Iain adalah "future oriented", oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan faktor-faktor yang sudah ada pada periode atau waktu ini dengan faktor-faktor dimasa yang akan datang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian kegunaan atau manfaat suatu angka rasio sepenuhnya tergantung pada kemampuan atau kecerdasan penganalisa dalam menginterpretasikan data yang bersangkutan (Munawir, 2000 : 64).


(28)

2.2.2.3. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan mencakup pengaplikasian berbagai alat dan teknik analisis pada laporan dan data keuangan dalam rangka untuk memperoleh ukuran-ukuran dan hubungan-hubungan yang berarti dan berguna dalam proses pengambilan keputusan (Prastowo, 2005 : 52).

Menurut Harahap (2004: 298). Analisa Rasio memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya, keunggulan tersebut adalah 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih

mudah dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi keuangan ditengah industri Iain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score)

5. Menstandarisir size perusahaan

6. Lebih mudah membandingkan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “timeseries

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

2.2.2.4. Jenis-Jenis Analisis Rasio Keuangan

Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan.


(29)

Menurut Sutrisno (2003: 247-254) ada beberapa cara menggolongkan atau mengklasifikasi analisa rasio keuangan, yaitu :

1. Rasio Likuiditas.

Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi. Kewajiban yang segera harus dipenuhi adalah hutang jangka pendek, oleh karena itu rasio ini bisa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditur jangka pendek, serta mengukur apakah operasi perusahaan tidak akan terganggu bila kewajiban jangka pendek ini segera ditagih.

2. Rasio Leverage

Rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.

3. Rasio Aktivitas.

Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Rasio aktivitas dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen aktiva.

4. Rasio Keuntungan.

Rasio keuntungan adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.

2.2.3. Cash Position

Cash Position atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang terpenting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil


(30)

keputusan untuk menetapkan besarnya deviden yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena deviden merupakan cash out flow, maka makin kuatnya posisi likuiditas perusahaan, berarti makin besar kemampuan untuk membayar deviden (Riyanto, 1998 : 267)

Menurut Sudarsih (2002 : 79) Cash Position merupakan rasio kas akhir tahun dengan earning after tax. Bagi perusahaan yang memiliki posisi kas yang lebih kuat maka akan semakin besar kemampuan untuk membayarkan dividen, hal ini disebabkan karena posisi kas merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen, sehingga pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan deviden.

Variabel Cash Position pada penelitian ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukurannya adalah persen (%). Cash Position dapat diformulasikan sebagai berikut:

Cash Position =

EAT Tahun Akhir Kas

x 100%

Sumber : Sudarsih (2002: 79)

2.2.4. Debt to Equity Ratio

Analisa rasio keuangan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio yang tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan melainkan juga bagi pihak luar. Penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan faktor-faktor pada saat sekarang dengan faktor-faktor dimasa yang akan datang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2000 : 64).

Dalam rangka mengukur resiko, fokus perhatian investor terutama ditunjukkan pada prospek laba. Meskipun demikian yang tidak dapat


(31)

diabaikan adalah tetap pentingnya mempertahankan keseimbangan antara proporsi aktiva yang didanai investor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan. Keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai investor dan pemilik perusahaan dapat diukur dengan menggunakan DER Menurut Riyanto (1998 : 333) DER merupakan perbandingan antara total hutang dengan total modal yang digunakan perusahaan. Dengan demikian dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tidak tertagihnya hutang.

Variabel Debt to Equity Ratio pada penelitian ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukurannya adalah kali x).

Debt to Equity Ratio dapat diformulasikan sebagai berikut:

Debt to Equity Ratio =

Sendiri Modal

Total

Hutang Total

Sumber : Sutrisno (2003: 250)

2.2.5. Pertumbuhan Laba Relatif

Pertumbuhan laba relatif merupakan perubahan prosentase keuntungan pendapatan yang dapat diperoleh dari perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva. Pertumbuhan laba relatif dalam hal ini dilihat pengaruhnya dengan menggunakan Return On Investment (ROI) (Susiyono, 2002: 11)

Menurut Lukman (2000 : 63) Return On Investment (ROI) adalah kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan”. Dengan menggunakan Return On Investment maka dapat


(32)

diukur kemampuan perusahaan akan menghasilkan laba yang diperoleh dari hasil operasi atau keseluruhan dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva. Laba yang tinggi akan memberikan konstribusi yang besar terhadap pembagian dividen kepada pemegang saham.

Variabel pertumbuhan laba relatif pada penelitian ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukurannya adalah persen (%). Pertumbuhan laba relatif dapat diformulasikan sebagai beriku

Laba Relatif =

) Awal Periode ( ROI ) Awal Periode ( ROI ) Akhir Periode (

ROI 

100%

Sedangkan untuk mencari ROI, dapat diformulasikan sebagai berikut : ROI = Aktiva Total EAT x 100%

Sumber : Susiyono (2002: 11) 2.2.6. Dividend Payout Ratio

Pada umumnya para investor mengharapkan dua bentuk pengembalian dari pembelian saham yaitu yang pertama dalam bentuk Capital Gain yang merupakan keuntungan yang di peroleh dari selisih harga saham pada saat dia beli dengan harga pasar saham pada saat dia menjual dan yang kedua dalam bentuk dividen. (Sartono, 2001 : 279)

Dividen merupakan hak pemegang saham, Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam dividen, semua pemegang saham mendapatkan haknya yang sama. (Jogiyanto, 1998 ; 58)

Perubahan besarnya dividen yang dibagikan terdapat dua akibat yang saling berlawanan. Apabila seluruh laba dibayarkan sebagai dividen


(33)

maka kepentingan cadangan terabaikan, sebaliknya bila laba ditahan semua maka kepentingan pemegang saham terabaikan. Untuk menjaga kedua kepentingan tersebut, maka manajer dapat menempuh kebijakan yang optimal (Brigham dan Houston, 2006 : 437)

Menurut Sartono (2001 : 281) kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai deviden atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai deviden, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern. Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.

Dividend Payout Ratio merupakan rasio pembayaran dividen kepada pemegang saham sesuai dengan besarnya kepemilikan saham (Susiyono, 2002: 16)

Variabel Dividend Payout Ratio pada penelitian ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukurannya adalah persen (%). Dividend Payout Ratio dapat diformulasikan sebagai berikut:

Dividend Payout Ratio =

EAT

Saham Lembar

Per Dividen

 100 %

Sumber : Susiyono (2002: 11)

2.2.7. Pengaruh Cash Position Terhadap Dividend Payout Ratio

Suatu perusahaan yang sedang tumbuh dan berkembang, mungkin tidak begitu kuat posisi likuiditasnya karena sebagian besar dari dananya


(34)

tertanam dalam aktiva tetap dan modal kerja, tetapi apabila perusahaan tidak ingin mengurangi pembayaran dividen hanya karena hal tersebut bisa ditafsirkan oleh investor sebagai memburuknya prospek perusahaan, maka perusahaan perlu membagikan dividen yang relatif rendah untuk mengurangi kemungkinan kesulitan likuiditas (Husnan, 2003 : 352). Dengan kata lain, semakin kuat posisi kas atau likuiditas suatu perusahaan maka makin tinggi kemampuan untuk membayar dividen kas

Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (2001) menunjukkan bahwa cash position berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susiyono (2002) dan Sudarsi (2002), dan sesuai dengan teori “Teory sinyal menyatakan “pengumuman dividen mengandung informasi mengenai laba saat ini dan masa depan” yang artinya apabila laba meningkat, maka besarnya dividen yang akan dibagikan pada investor juga mengalami peningkatan, begitu pula sebaliknya (Miller and Rock, 1985), sehingga dapat disimpulkan bahwa cash position berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio

2.2.8. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio

Seorang investor tidak hanya melihat kemungkinan tingkat pengembaliannya tetapi juga melihat seberapa besar resiko yang ditanggung perusahaan. Semakin besar hutang yang dipakai untuk mendanai perusahaan maka tingkat resikonya juga semakin tinggi. Peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin


(35)

menurunkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Sudarsi, 2002: 80).

Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (2001) menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Hal ini didukung oleh Expectany Value theory yang dikemukakan oleh Vroom (1964) menyatakan bahwa orang dimotivasi untuk bekerja bila mengharapkan usaha-usaha yang ditingkatkan akan mengarah kebalas jasa tertentu dan menilai balas jasa sebagai hasil dari usaha-usaha mereka. Yang artinya perusahaan dapat mempertahankan tingkat resiko serendah mungkin dalam menggunakan hutang yang dipakai untuk mendanai perusahaan dengan harapan investor tidak akan khawatir dalam melakukan investasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Devidend Payout Ratio

2.2.9. Pengaruh Pertumbuhan Laba Relatif Terhadap Dividend Payout Ratio

Perusahaan yang mempunyai laba stabil lebih dimungkinkan membayar dividen dalam presentase yang besar dibandingkan perusahaan yang labanya berfluktuasi (Weston dan Copeland, 1997 : 291), demikian halnya dengan pembayaran dividen yang tinggi biasanya dalami industri yang tidak melakukan ekspansi secara potensial, maka pendapatan sebagian besar bisa dibebankan kepada pemegang saham.

Selanjutnya menurut Munawir (2000: 89) ROI adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam


(36)

aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

Penelitian yang dilakukan oleh Susiyono (2002) menunjukkan bahwa pertumbuhan laba relatif berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Hal ini sesuai dengan teori Ketidakrelevanan dividen menyatakan “nilai suatu perusahaan ditentukan oleh kemampuan dasarnya dalam menghasilkan laba serta resiko bisnisnya, apabila laba meningkat maka dividen yang akan dibagikan juga meningkat hal ini akan menyebabkan harga saham akan naik” (Miller dan Modigliani, 1961), sehingga dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan laba relatif berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio.

2.3. Kerangka Pikir

Sesuai dengan perumusan masalah serta fakta-fakta pendukung yang telah diuraikan sebelumnya, maka untuk memudahkan analisis, dan untuk pendukung hasil penelitian, dapat disusun sebuah bagan kerangka pikir, seperti ditunjukkan pada gambar 2.1, sebagai berikut :

Gambar. 2.1 : Diagram Kerangka Pikir

Pertumbuhan Laba Relatif

(X3)

Debt to Equity Ratio (X2)

Dividend Payout Ratio (Y)

Cash Position (X1)


(37)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang dapat digunakan sebagai dugaan sementara adalah sebagai berikut :

Diduga bahwa ada pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Pertumbuhan Laba Relatif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan (Nazir, 2005: 126).

Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) variabel bebas (X) yaitu Cash Position (X1), Debt to Equity Ratio (X2), dan Pertumbuhan Laba Relatif

(X3), dan 1 (satu) variabel terikat (Y) yaitu Dividend Payout Ratio

Konsep dan definisi operasional, serta skala pengukuran dari masing-masing variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Bebas (X) 1. Cash Position (X1)

Merupakan rasio posisi kas atau keadaan kas perusahaan pada tiap akhir tahun. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukurannya adalah persen (%).

Cash Position dapat diformulasikan sebagai berikut:

Cash Position =

EAT Tahun Akhir Kas

x 100%

Sumber : Sudarsih (2002: 79)

2. Debt to EquityRatio (X2)

Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukan oleh beberapa


(39)

bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukurannya adalah kali (x).

Debt to Equity Ratio dapat diformulasikan sebagai berikut: Debt to Equity Ratio =

Sendiri Modal Total Hutang Total

Sumber : Sutrisno (2003: 250)

3. Pertumbuhan Laba Relatif (X3)

Merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukurannya adalah persen (%).

Pertumbuhan laba relatif dapat diformulasikan sebagai beriku Laba Relatif =

) Awal Periode ( ROI ) Awal Periode ( ROI ) Akhir Periode ( ROI  100% Sedangkan untuk mencari ROI, dapat diformulasikan sebagai berikut : ROI = Aktiva Total EAT x 100%

Sumber : Susiyono (2002: 11)

Variabel Terikat (Y)

Dividend Payout Ratio

Merupakan ratio yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan, dimana rasio ini merupakan indikator yang


(40)

menunjukkan seberapa besar dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dibandingkan dengan jumlah laba bersih yang didapat perusahaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukurannya adalah persen (%).

Dividend Payout Ratio dapat diformulasikan sebagai berikut: Dividend Payout Ratio =

EAT

Saham Lembar

Per Dividen

 100 % Sumber : Susiyono (2002: 11)

3.2. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah himpunan individu, unit, elemen, yang memiliki ciri atau karakteristik yang sama (Sugiyono, 2006 : 55). Dari pengertian tersebut maka populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 dan tercatat ada 19 perusahaan.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006 : 56). Pengambilan sampel merupakan bagian dalam melaksanakan suatu penelitian, untuk itu teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik non probability sampling dengan metode purposive sampling artinya teknik penentuan sampel yang ditujukan untuk tujuan tertentu dan berdasarkan kriteria – kriteria yang telah ditetapkan. (Sugiyono, 2006: 78).


(41)

Adapun pertimbangan dalam pengambilan sampel tersebut yaitu antara lain :

1. Perusahaan sampel adalah perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.

2. Perusahaan sampel adalah perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia dan mempunyai laporan keuangan lengkap, valid dan telah diaudit oleh auditor independen.

3. Perusahaan sampel adalah perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia dan membagikan deviden selama 3 (tiga) tahun berturut – turut yaitu tahun 2006 sampai dengan tahun 2008

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dalam pengambilan sampel tersebut di atas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 5 perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia

Adapun nama-nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. PT. Delta Djakarta, Tbk. 2. PT. Fast Food Indonesia, Tbk. 3. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 4. PT. Mayora Indah, Tbk.


(42)

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis dan Sumber Data

Ditinjau dari sifatnya, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, sedangkan dilihat dari cara memperolehnya, data yang dipergunakan merupakan data sekunder yaitu data keuangan perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, yang meliputi laporan Neraca (Balance Shee) dan Laporan Laba Rugi (Income Statement). Dan data yang digunakan tersebut diambil dari Bursa Efek Indonesia.

3.3.2. Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Studi Pustaka

Merupakan metode pengumpulan data yang bersifat teoritis atas dasar kepustakaan, yang dilakukan dengan cara mempelajari dan memahami buku-buku literature serta laporan hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan permasalahan yang akan dibahas.

2. Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang sesuai dengan obyek penelitian. Dalam metode ini peneliti mengambil data laporan keuangan perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, yang meliputi laporan Neraca (Balance Shee) dan Laporan Laba Rugi (Income Statement).


(43)

3.4. Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Normalitas

Uji Normalitas merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk menguji apakah dari variabel – variabel yang digunakan dalam model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, digunakan uji Kolmogorov Smirnov

Dasar analisis yang digunakan yaitu nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed) > 5%, maka data tersebut berdistribusi normal (Sumarono, 2004 :40)

3.4.2. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji regrasi ini tidak bias (Sesuai dengan tujuan). Untuk mengambil keputusan BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh persamaan tersebut, yaitu (Gujarati, 1999 : 153)

1. Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). (Gujarati, 1999 : 128)

Untuk menguji apakah terjadi autokorelasi atau tidak, dapat digunakan uji Durbin Watson, dengan ketentuan sebagai berikut :. 1. Apabila (4 – dW) > dU, hal ini berarti bahwa Ho diterima : Jadi P


(44)

2. Apabila (4 – dW) < dL, hal ini berarti bahwa Ho ditolak : Jadi P = 0, berarti terdapat autokorelasi pada model

3. Apabila dL < (4 – dW) < dU, hal ini berarti bahwa Uji ini hasilnya tidak konklusif, sehingga tidak dapat ditentukan apakah ada autokorelasi atau tidak dalam model tersebut.

Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilihat dengan kurva statistik  Durbin Watson, yang disajikan pada gambar 3.1, sebagai berikut :

Gambar. 3.1 : Kurva Statistik Durbin Watson

Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada

autokorelasi negatif

dL dU 4 - dU 4 - dL 4

0

ada auto

korelasi positif

daerah keragu raguan

ada auto

korelasi negatif

daerah keragu raguan

Sumber : Gujarati, Damodar, Zain, Sumarno, 1999, Ekonometrika Dasar. Edisi Pertama, Cetakan Keenam, Penerbit Erlangga Jakarta, hal : 128

2. Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. (Ghozali, 2002 : 57). Alat uji yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dalam penelitian ini dengan melihat besarnya nilai Variance Inflation Factor (VIF).


(45)

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10, maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bebas Multikolinieritas (Ghozali, 2002 : 57-59)

3. Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2002: 69). Alat uji yang digunakan untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas secara kuantitatif dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman.

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Sig (2-tailed) > 0,05, maka maka hal ini berarti dalam model regresi tidak terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya atau bebas Heteroskedastisitas (Santoso, 2001 : 301)

3.5. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.5.1. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Adapun model persamaan regresi yang digunakan yaitu sebagai berikut

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

(Sumber : Suharyadi, 2004: 508) Keterangan :

Y = Dividend Payout Ratio. X1 = Cash Position


(46)

X2 = Debt to Equity Ratio

X3 = Pertumbuhan Laba Relatif

bo = Konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien regresi

e = Standart Error

3.5.2. Uji Hipotesis

3.5.2.1. Uji Kesesuaian Model

Uji F ini dilakukan untuk menguji sesuai tidaknya model regresi yang dihasilkan guna melihat pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Pertumbuhan Laba Relatif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia

Prosedur Uji F :

1. H0 : b1,b2,b3 = 0 (artinya model regresi yang dihasilkan tidak cocok

guna melihat pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Pertumbuhan Laba Relatif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek

Indonesia)

H1 : b1,b2,b3≠ 0 (artinya model regresi yang dihasilkan cocok guna

melihat pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Pertumbuhan Laba Relatif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Food and


(47)

2. Pada penelitian ini tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05. 3. Kriteria keputusan

i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak

yang berarti bahwa model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna melihat pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Pertumbuhan Laba Relatif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia

ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima

yang berarti bahwa model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Pertumbuhan Laba Relatif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia

3.5.2.2. Uji Parsial

Uji t ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Pertumbuhan Laba Relatif secara parsial terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia Prosedur Uji t :

1. H0 : bj = 0 (artinya tidak ada pengaruh Cash Position, Debt to Equity

Ratio dan Pertumbuhan Laba Relatif secara p terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaa

arsial n


(48)

ursa Ef Indo

H bj≠

age yang go publik di Bursa Efek Indonesia)

secara parsial

latif secara parsial terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia

Food and Baverage yang go publik di B

ek nesia)

1 : 0 (artinya ada pengaruh Cash Position, Debt to Equity

Ratio dan Pertumbuhan Laba Relatif secara parsial terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Food and Baver

2. Pada penelitian ini tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05. 3. Kriteria keputusan :

i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak,

yang berarti bahwa tidak ada pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Pertumbuhan Laba Relatif

terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia

ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima,

yang berarti bahwa ada pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Pertumbuhan Laba Re


(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Berdasarkan pada teknik penentuan sampel yang digunakan, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 5 perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia dan untuk lebih jelasnya, berikut ini merupakan gambaran umum dari masing-masing perusahaan yang dijadikan sampel, yaitu sebagai berikut :

1. PT. Delta Jakarta, Tbk

PT. Delta Jakarta, Tbk, didirikan pada tanggal 15 Juni 1970, dengan berdasarkan akta Notaris No. 35 yang dibuat dihadapkan Abdul Latief, S.H.

Perseroan bergerak dalam bidang usaha memproduksi dan menjual bir pilsener dan bir hitam dengan merk “Anker” dan “Carisberg”, “San Miguel”, “Kuda Putih”, dan “San Mig Light”, dengan Kantor Pusat yang berkedudukan di Jalan Inspeksi Tarum Barat, Bekasi Timur, Jawa Barat, dan Perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial pada tahun 1933.

2. PT. Fast Food Indonesia, Tbk

PT. Fast Food Indonesia, Tbk, didirikan pada tanggal 19 Juni 1978, dengan berdasarkan akta Notaris No. 20 yang dibuat dihadapkan Sri Rahayu, S.H.


(50)

Perseroan bergerak dalam bidang Industri makanan dan Restoran, dengan Kantor Pusat yang berkedudukan di Gedung Gelael 4th Floor, di Jalan MT. Haryono. Kav. 7, Jakarta, dan Perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial pada tahun 1979

3. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990, dengan berdasarkan akta Notaris No. 228 yang dibuat dihadapkan Benny Kristianto, S.H.

Perseroan bergerak dalam bidang produksi mie, penggilingan tepung terigu, kemasan, Jasa manajemen serta penelitian dan pengembangan, dengan Kantor Pusat yang berkedudukan di Gedung Arlobimo Sentral, Lt. 12, di Jl H.R. Rasuna Said X-2, Jakarta, sedangkan lokasi pabrik berada di Jawa, Sumatra, Kalimantan dan sulawesi dan Perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial pada tahun 1990

4. PT. Mayora Indah, Tbk

PT. Mayora Indah, Tbk, didirikan pada tanggal 17 Pebruari 1977, dengan berdasarkan akta Notaris No. 204 yang dibuat dihadapkan Poppy Savitri Parmanto, S.H.

Perseroan bergerak dalam bidang industri makanan, kembang gula dan biskuit, dengan Kantor Pusat yang berkedudukan di Gedung Mayora, di Jl. Tomang Raya No. 21 - 23, Jakarta, sedangkan lokasi pabrik berada di Tangerang dan Bekasi dan Perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial pada tahun 1978


(51)

5. PT. Tunas Baru Lampung, Tbk.

PT. Tunas Baru Lampung Siantar Top, Tbk, didirikan pada tanggal 22 Desember 1973, dengan berdasarkan akta Notaris No. 23 yang dibuat dihadapkan Halim Kurniawan,.SH.

Perseroan bergerak dalam bidang produksi minyak goreng sawit, serta bidang perkebunan kelapa sawit dan hibrida, dengan Kantor Pusat di Wisma Budi, Jl. H.R. Rasuna Said, Kav. C-6, Jakarta, sedangkan lokasi pabrik berada di Lampung, Surabaya, Tangerang, Palembang dan Kuala Enok, dengan perkebunan yang terletak di Terbanggi Besar – Lampung Tengah, Banyuasin – Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat, dan Perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial pada tahun 1974

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data keuangan perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, yang meliputi laporan Neraca (Balance Sheet) dan Laporan Laba Rugi (Income Statement), dan data yang digunakan tersebut diambil dari Bursa Efek Indonesia. Untuk lebih jelasnya berikut ini merupakan hasil dari rekapitulasi data yang diperoleh selama periode penelitian untuk masing – masing variabel, sebagai berikut : 1. Cash Position (X1)

Merupakan rasio posisi kas atau keadaan kas perusahaan pada tiap akhir tahun. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukurannya adalah persen (%).


(52)

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama periode penelitian, mengenai Cash Position, dapat disajikan pada tabel 4.1, sebagai berikut :

Tabel. 4.1 : Rekapitulasi Data : “Cash Position (X1)”

Periode 2006 – 2008

Cash Position Periode Penelitian No Nama Perusahaan

2006 2007 2008

1 PT. Delta Djakarta, Tbk. 272,31 347,66 346,19

2 PT. Fast Food Indonesia, Tbk. 150,35 170,51 168,83

3 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 271,73 462,90 412,92

4 PT. Mayora Indah, Tbk. 100,73 84,75 161,20

5 PT. Tunas Baru Lampung, Tbk 286,65 226,69 565,08

Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan pada tabel 4.1 dapat diinterprestasikan bahwa besarnya nilai Cash Position tertinggi untuk tahun 2006 dimiliki oleh PT. Tunas Baru Lampung, Tbk, yaitu sebesar 286,65%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT. Mayora Indah, Tbk, yaitu sebesar 100,73%, Sedangkan untuk tahun 2007 besarnya nilai Cash Position tertinggi dimiliki oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, yaitu sebesar 462,90%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT. Mayora Indah, Tbk, yaitu sebesar 84,75%, dan untuk tahun 2008 besarnya nilai Cash Position tertinggi dimiliki oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, yaitu sebesar 412,92%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT. Mayora Indah, Tbk, yaitu sebesar 161,20%.

2. Debt to Equity Ratio (X2)

Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukan oleh beberapa


(53)

bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukurannya adalah kali (x).

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama periode penelitian, mengenai Debt to Equity Ratio, dapat disajikan pada tabel 4.2, sebagai berikut :

Tabel. 4.2 : Rekapitulasi Data : “Debt to Equity Ratio (X2)”

Periode 2006 – 2008

Debt to Equity Ratio Periode Penelitian No Nama Perusahaan

2006 2007 2008

1 PT. Delta Djakarta, Tbk. 0,32 0,29 0,34

2 PT. Fast Food Indonesia, Tbk. 0,68 0,67 0,63

3 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 2,10 2,61 3,11

4 PT. Mayora Indah, Tbk. 0,58 0,73 1,32

5 PT. Tunas Baru Lampung, Tbk 1,37 1,62 2,15

Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan pada tabel 4.2. dapat diinterprestasikan bahwa besarnya nilai Debt to Equity Ratio tertinggi untuk tahun 2006 – 2008 dimiliki oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, yaitu untuk tahun 2006 sebesar 2,10 kali, untuk tahun 2007 sebesar 2,61 kali, dan untuk tahun 2008 sebesar 3,11 kali, sedangkan begitu juga nilai Debt to Equity Ratio terendah untuk tahun 2006 – 2008 dimiliki oleh PT. Delta Djakarta, Tbk, yaitu untuk tahun 2006 sebesar 0,32 kali, untuk tahun 2007 sebesar 0,29 kali, dan untuk tahun 2008 sebesar 0,34 kali.

3. Pertumbuhan Laba Relatif (X3)

Merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah


(54)

keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukurannya adalah persen (%).

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama periode penelitian, mengenai Pertumbuhan laba relatif, dapat disajikan pada tabel 4.3, sebagai berikut :

Tabel. 4.3 : Rekapitulasi Data : “Pertumbuhan laba relatif (X3)”

Periode 2006 – 2008

Pertumbuhan laba relatif Periode Penelitian No Nama Perusahaan

2006 2007 2008

1 PT. Delta Djakarta, Tbk. -27,76 5,45 50,11

2 PT. Fast Food Indonesia, Tbk. 30,46 14,28 -2,00

3 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 384,60 -18,81 -21,63

4 PT. Mayora Indah, Tbk. 92,32 24,15 -10,24

5 PT. Tunas Baru Lampung, Tbk 502,32 53,32 -42,88

Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan pada tabel 4.3. dapat diinterprestasikan bahwa besarnya nilai Pertumbuhan laba relatif tertinggi untuk tahun 2006 dimiliki oleh PT. Tunas Baru Lampung, Tbk, yaitu sebesar 502,32%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT. Delta Djakarta, Tbk, yaitu sebesar -27,76%, sedangkan untuk tahun 2007 besarnya nilai Pertumbuhan laba relatif tertinggi dimiliki oleh PT. Tunas Baru Lampung, Tbk, yaitu sebesar 53,32%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, yaitu sebesar -18,81%, dan untuk tahun 2008 besarnya nilai Pertumbuhan laba relatif tertinggi dimiliki oleh PT. Delta Djakarta, Tbk, yaitu sebesar 50,11%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT. Tunas Baru Lampung, Tbk, yaitu sebesar - 42,88%.


(55)

4. Dividend Payout Ratio (Y)

Merupakan ratio yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan, dimana rasio ini merupakan indikator yang menunjukkan seberapa besar dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dibandingkan dengan jumlah laba bersih yang didapat perusahaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukurannya adalah persen (%).

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama periode penelitian, mengenai Dividend Payout Ratio, dapat disajikan pada tabel 4.4, sebagai berikut :

Tabel. 4.4 : Rekapitulasi Data : “Dividend Payout Ratio (Y)” Periode 2006 – 2008

Dividend Payout Ratio Periode Penelitian No Nama Perusahaan

2006 2007 2008

1 PT. Delta Djakarta, Tbk. 0,00 0,00 0,00

2 PT. Fast Food Indonesia, Tbk. 0,03 0,04 0,05

3 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 0,01 0,00 0,00

4 PT. Mayora Indah, Tbk. 0,04 0,03 0,03

5 PT. Tunas Baru Lampung, Tbk 0,24 0,01 0,01

Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan pada tabel 4.4. dapat diinterprestasikan bahwa besarnya nilai Dividend Payout Ratio tertinggi untuk tahun 2006 dimiliki oleh PT. Tunas Baru Lampung, Tbk, yaitu sebesar 0,24%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT. Delta Djakarta, Tbk, yaitu sebesar 0,00%, sedangkan untuk tahun 2007 besarnya nilai Dividend Payout Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Fast Food Indonesia, Tbk, yaitu sebesar 0,04%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT. Delta Djakarta, Tbk, dan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, yaitu sebesar


(56)

0,00%, dan untuk tahun 2008 besarnya nilai Dividend Payout Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Fast Food Indonesia, Tbk, yaitu sebesar 0,05%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT. Delta Djakarta, Tbk, dan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, yaitu sebesar 0,00%.

4.3. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 4.3.1. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov

Dasar analisis yang digunakan yaitu nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed) > 5%, maka data tersebut berdistribusi normal(Sumarsono, 2004 :40)

Berdasarkan hasil Uji Normalitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan Program SPSS. 16.0, dapat disajikan pada tabel 4.5, sebagai berikut

Tabel 4.5 : Hasil Uji Normalitas

Variabel Nilai Asymp.Sig. (2-tailed) Keterangan

Cash Position (X1) 0,833 Berdistribusi Normal

Debt to Equity Ratio (X2) 0,326 Berdistribusi Normal

Pertumbuhan laba relatif (X3) 0,063 Berdistribusi Normal

Dividend Payout Ratio (Y) 0,093 Berdistribusi Normal

Sumber : Lampiran 5

Berdasarkan pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa besarnya nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed) untuk seluruh variabel baik X1, X2, X3, dan Y lebih besar dari 5%, dan sesuai dengan

dasar analisis yang digunakan, hal ini berarti bahwa seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini tersebut adalah berdistribusi normal, sehingga dapat digunakan dalam penelitian.


(57)

4.3.2. Uji Asumsi Klasik

Dalam suatu persamaan regresi harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya dalam pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias (Sesuai dengan tujuan)

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik dengan alat bantu komputer yang menggunakan Program SPSS. 16.0 For Windows. diperoleh hasil sebagai berikut

1. Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya)

Untuk menguji apakah terjadi autokorelasi atau tidak, dapat digunakan uji Durbin Watson, dengan ketentuan sebagai berikut :. 1. Apabila (4 – dW) > dU, hal ini berarti bahwa Ho diterima : Jadi P

= 0, berarti tidak ada autokorelasi pada model

2. Apabila (4 – dW) < dL, hal ini berarti bahwa Ho ditolak : Jadi P = 0, berarti terdapat autokorelasi pada model

3. Apabila dL < (4 – dW) < dU, hal ini berarti bahwa Uji ini hasilnya tidak konklusif, sehingga tidak dapat ditentukan apakah ada autokorelasi atau tidak dalam model tersebut

Berdasarkan dari hasil “Uji Autokorelasi” dengan alat bantu komputer yang menggunakan Program SPSS. 16.0. For Windows dapat diketahui besarnya bahwa nilai dW tes yaitu sebesar 2,185 (Lampiran. 6), sedangkan berdasarkan tabel “Durbin Watson” Untuk N = 15 dan k = 3 (Lampiran 8), diperoleh nilai dL = 0,814 dan dU = 1,750.


(58)

Untuk memperjelas uraian tersebut di atas, berikut ini merupakan gambar kurva daerah keputusan autokorelasi, dapat disajikan pada gambar 4.1, sebagai berikut

Gambar. 4.1 : Daerah Keputusan Autokorelasi

Berdasarkan pada gambar 4.1 dapat diketahui bahwa nilai dW tes sebesar 2,185 berada diantara nilai dU = 1,750 dan 4 - dU = 2,250, terletak didaerah tidak ada Autokorelasi positif dan negatif, dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, maka hal ini berarti bahwa dalam model regresi tersebut tidak terdapat korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya), sehingga data dari seluruh variabel bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini baik X1, X2, dan X3, dapat digunakan

dalam penelitian.

2. Multikolinieritas

Alat uji yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dalam penelitian ini dengan melihat besarnya nilai Variance Inflation Factor (VIF).

Tidak Ada Autokorelasi Positif dan Negatif

dL = 0,814

dU = 1,750

4 – dU = 2,250

4 – dL

=3,186 4 0 Daerah Keragu -raguan Ada Autokorelasi Negatif Daerah

Keragu - raguan Ada

Aukorelasi positif

DW test = 2,185


(59)

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10, maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bebas Multikolinieritas (Ghozali, 2002 : 57-59)

Berdasarkan hasil Uji Multikolinieritas dengan alat bantu komputer yang menggunakan Program SPSS. 16.0, dapat disajikan pada tabel 4.6, sebagai berikut

Tabel 4.6 : Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel Nilai VIF

(Variance Inflation Factor) Keterangan

Cash Position (X1) 1,588 Bebas Multikolinieritas

Debt to Equity Ratio (X2) 1,587 Bebas Multikolinieritas

Pertumbuhan laba relatif (X3) 1,050 Bebas Multikolinieritas

Sumber : Lampiran 6

Berdasarkan pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini baik X1, X2,

dan X3 mempunyai nilai VIF (Variance Inflation Factor) lebih kecil

dari 10, dan sesuai dengan dasar analisis yang digunakan, hal ini berarti bahwa dalam persamaan regresi tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bebas Multikolinieritas.

3. Heteroskedastisitas

Alat uji yang digunakan untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas secara kuantitatif dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman.

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Sig (2-tailed) > 0,05, maka maka hal ini berarti dalam model regresi tidak terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya atau bebas Heteroskedastisitas (Santoso, 2001 : 301)


(60)

Berdasarkan hasil Uji Heteroskedastisitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan Program SPSS. 16.0, dapat disajikan pada tabel 4.7, sebagai berikut

Tabel 4.7 : Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel Sig (2 - tailed) Keterangan

Cash Position (X1) 0,950 Bebas Heteroskedastisitas

Debt to Equity Ratio (X2) 0,237 Bebas Heteroskedastisitas

Pertumbuhan laba relatif (X3) 0,248 Bebas Heteroskedastisitas

Sumber : Lampiran 7

Berdasarkan pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini baik X1, X2,

dan X3, mempunyai nilai Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05, dan

sesuai dengan dasar analisis yang digunakan, hal ini berarti bahwa dalam model regresi tidak terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya atau bebas He

n dalam penelitian ini tidak akan bias atau sesuai dengan tujuan penelitian.

4.3.3. Teknik

data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan Uji Regresi teroskedastisitas.

Setelah dilakukan Uji Asumsi Klasik tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi linier dalam penelitian ini, bebas dari asumsi dasar (klasik) tersebut, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t yang akan dilakuka

Analisis


(61)

Linier Berganda dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows

Berdasarkan hasil dari “olah data” dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS.16.0, dapat disajikan pada tabel 4.8, sebagai berikut

Tabel 4.8 : Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda

Nilai Koefisien Model

( B )

(Constant) 0,02748

Cash Position (X1) -0,00001

Debt to Equity Ratio (X2) -0,00819

1

Pertumbuhan laba relatif (X3) 0,00028

Sumber : Lampiran. 6

Berdasarkan pada tabel 4.8, dapat dibuat model persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 0,02748 - 0,00001 X1 - 0,00819X2 + 0,00028 X3

Dari model persamaan regresi linier tersebut di atas, dapat diinterprestasikan, sebagai berikut :

Konstanta (b0)

Nilai konstanta (b0) sebesar 0,02748 menunjukkan bahwa apabila

nilai Cash position, Debt to Equity Ratio dan Pertumbuhan Laba Relatif, konstan maka besarnya nilai Dividend Payout Ratio yaitu sebesar 0,02748 Koefisien (b1) Untuk Variabel Cash Position

Besarnya nilai koefisien regresi (b1) sebesar -0,00001, nilai (b1)

yang negatif menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan arah antara variabel Dividend Payout Ratio dengan variabel Cash position yang artinya jika nilai variabel Cash position naik sebesar satu satuan, maka nilai


(62)

Dividend Payout Ratio akan turun sebesar 0,00001 satuan dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.

Koefisien (b2) Untuk Variabel Debt to Equity Ratio

Besarnya nilai koefisien regresi (b2) sebesar -0,00819, nilai (b2)

yang negatif menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan arah antara variabel Dividend Payout Ratio dengan variabel Debt to Equity Ratio yang artinya jika nilai variabel Debt to Equity Ratio naik sebesar satu satuan, maka nilai Dividend Payout Ratio akan turun sebesar 0,00819 satuan dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.

Koefisien (b3) Untuk VariabelPertumbuhan Laba Relatif

Besarnya nilai koefisien regresi (b3) sebesar 0,00028, nilai (b3)

yang positif menunjukkan adanya hubungan yang searah antara variabel Dividend Payout Ratio dengan variabel Pertumbuhan Laba Relatif yang artinya jika nilai variabel Pertumbuhan Laba Relatif naik sebesar satu satuan, maka nilai Dividend Payout Ratio akan naik sebesar 0,00028 satuan dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.

4.3.4. Uji Hipotesis

4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model

Uji Kesesuaian Model atau Uji F ini digunakan untuk mengetahui sesuai tidaknya model regresi yang dihasilkan guna melihat pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Pertumbuhan Laba Relatif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia


(1)

relatif berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Hal ini juga sesuai dengan teori Ketidakrelevanan dividen menyatakan “nilai suatu perusahaan ditentukan oleh kemampuan dasarnya dalam menghasilkan laba serta resiko bisnisnya, apabila laba meningkat maka dividen yang akan dibagikan juga meningkat (Miller dan Modigliani, 1961).

4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya

Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama membahas mengenai faktor – faktor yang berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio, sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada objek penelitian dan periode penelitian, sehingga penelitian ini bukan merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Pertumbuhan Laba Relatif terhadap Dividend Payout Ratio, dan hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (2001).

4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat

Berdasarkan dari tujuan penelitian yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji secara empiris pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Pertumbuhan Laba Relatif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia, telah tercapai.

Dari manfaat yang telah dikemukakan, maka hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan


(2)

59

untuk menentukan alternatif pilihan dalam menentukan kebijakan dividen bagi perusahaan yang go publik dan juga sebagai masukan bagi pengembang kebijakan dividen serta penerapannya di Indonesia.

4.4.4. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dirasakan oleh peneliti sudah dilakukan secara optimal, namun peneliti merasa dalam hasil penelitian ini adanya

keterbatasan, yaitu antara lain :

1. Sampel yang diambil relatif kecil, sehingga kurang dapat mengukur pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Pertumbuhan Laba Relatif terhadap Dividend Payout Ratio.

2. Kendala yang bersifat situasional, yaitu berupa situasi yang dapat dirasakan peneliti pada saat melakukan penelitian, yang mana pada saat ini situasi negara dalam keadaan krisis ekonomi sehingga dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan

3. Dari hasil penelitian juga dapat dilihat adanya pengaruh dari variabel – variabel lain yang diteliti, sehingga dalam penelitian yang akan datang hendaknya diperhitungkan variabel lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut :

Hipotesis yang menyatakan diduga bahwa ada pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Pertumbuhan Laba Relatif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Food and Baverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia, teruji kebenarannya.

5.2. Saran

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan dimasa yang akan datang, yaitu antara lain :

1. Untuk meningkatkan kepercayaan investor pada perusahaan, maka pihak manajemen harus memutuskan berapa bagian pendapatan yang akan dipergunakan untuk kepentingan perusahaan dan berapa bagian pendapatan perusahaan yang harus dibagikan perusahaan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden kas, karena dengan tanpa adanya pembagian deviden maka dikuatirkan para pemegang saham akan beralih ke perusahaan lain yang sudah jelas pembagian devidennya.

2. Pihak manajemen juga harus mempertimbangkan cash position sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham, karena cash position


(4)

61

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui sejumlah kas dan setara kas yang dimiliki perusahaan.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penelitian dengan topik yang sama dengan memperbanyak jumlah sampel dan periode penelitian yang lebih lama sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik, selain itu itu juga bagi peneliti selanjutnya hendaknya memperhatikan dari adanya pengaruh dari variabel – variabel lain yang diteliti, sehingga dalam penelitian yang akan datang hendaknya diperhitungkan variabel lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio.


(5)

Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya

Baridwan, Zaki, 2000, Intermediate Accounting. Edisi 7. Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Brigham, dan Houston, 2006, Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10. Jilid 1. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Ghozali, Imam, 2002, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi II, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar, Edisi Pertama. Terjemahan: Sumarno Zain, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Harahap, Sofyan, Syafri, 2004, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Satu, Cetakan Keempat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Husnan, Suad, 2003. Dasar - Dasar Teori Porto Folio Dan Analisis Sekuritas, Penerbit PT UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia , 2009, Standar Akuntasi Keuangan. Penerbit Salemba Empat , Yogyakarta.

Jogiyanto, HM, 1998, Teori Portofolio Dan Analisis Investasi, BPFE UGM, Yogyakarta.

Lukman, Syamsuddin, 2000, Manajemen Keuangan Perusahaan, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Munawir, 2000, Analisa Laporan Keuangan. Penerbit Liberty, Yogyakarta Nazir, Moh, 2005, Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Prastowo, Dwi, 2005, Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Akuntansi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta.

Riyanto, Bambang, 1998, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Santoso, Singgih, 2001, SPSS Statistik Parametrik, Penerbit PT. Elex Media Komputindo.


(6)

Sartono, R. Agus, 2001, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Sudarsih, Sri, 2002, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio pada Industri Perbankan yang Listed di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi.

Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Administrasi. Edisi kedelapan. Penerbit CV. Alfabeta, Bandung.

Suharyadi, dan Purwanto S. K., 2004, Statistika untuk Ekonomi & Keuangan Modern. Jilid 2. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi. Edisi Revisi. Surabaya

Susiyono, Andi, 2002, Pengaruh Pertumbuhan Laba Absolut dan Laba Relatif (ROI) terhadap Deviden Payout Ratio pada Industri Manufaktur yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Bisnis dan Ekonomi.

Sutrisno, 2001, ”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia”, TEMA, Vol.2, No.1, Hal 1-12, Maret, Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.

, 2003, Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi. Edisi 1. Penerbit EKONISIA, Yogyakarta.

Weston, J. Fred and Copeland, T.E, 1997, Manajemen Keuangan, Terjemahan Jaka Wasana dan Kibrandoko, Jilid III Edisi Kesembilan (Edisi Revisi), Binarupa Aksum, Jakarta.