Hubungan antara Pergaulan Teman Sebaya dan Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa SMP Negeri 2 Bantul.

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERGAULAN TEMAN SEBAYA DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS SISWA SMP NEGERI 2 BANTUL

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh: Diyah Bekti Lestari

12416241022

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

v

y A

” ( . . A

-

’ : QQ)

“A

y ”

(Q.S.


(6)

vi

Orang-orang yang senantiasa memberikan doa, motivasi serta kasih sayang

Kedua orang tua saya, Bpk Pujiyono, S.Pd dan Ibu Iwik Sunarti, S.Pd

Dan saya hadiahkan untuk adik saya Agung Widiyanto


(7)

vii

KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS SISWA SMP NEGERI 2 BANTUL

Oleh:

Diyah Bekti Lestari NIM. 12416241022

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan antara pergaulan teman sebaya dengan kecerdasan emosional; (2) hubungan antara pergaulan teman sebaya dengan hasil belajar mata pelajaran IPS; (3) hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar mata pelajaran IPS; dan (4) hubungan antara pergaulan teman sebaya dan kecerdasan emosional dengan hasil belajar mata pelajaran IPS.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian meliputi seluruh siswa SMP Negeri 2 Bantul yang berjumlah 472 siswa. Jumlah sampel ditentukan berdasarkan rumus yang dikembangkan Isaac dan Michael diperoleh hasil 196 siswa, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling. Metode pengumpulan data pergaulan teman sebaya dan kecerdasan emosional menggunakan instrumen, sedangkan data hasil belajar menggunakan teknik dokumentasi. Instrumen diuji validitas konstruk (construct validity) dengan pendapat ahli (expert judgment) dan validitas empiris (valditas eksternal) dengan korelasi product moment, sedangkan reliabilitas dengan cronbach’s alpha. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment dan regresi ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pergaulan teman sebaya dan kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 2 Bantul memiliki hubungan yang saling berpengaruh, artinya siswa mampu bergaul dan membangun persahabatan, mampu berkomunikasi dengan baik, mampu menjalin kerjasama dan memiliki sikap empati; (2) pergaulan teman sebaya dan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa SMP Negeri 2 Bantul memiliki hubungan yang saling berpengaruh, artinya siswa yang terampil dan berorientasi pada prestasi akademik; dan (3) kecerdasan emosional dan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa SMP Negeri 2 Bantul memiliki hubungan yang saling berpengaruh, artinya siswa memiliki motivasi tinggi dalam belajar, keuletan, disiplin; dan (4) terdapat hubungan saling berpengaruh antara pergaulan teman sebaya dan kecerdasan emosional dengan hasil belajar mata pelajaran IPS, artinya siswa mampu mengendalikan emosi dengan baik serta bertanggung jawab terhadap tugasnya.

Kata kunci: Pergaulan Teman Sebaya, Kecerdasan Emosional, Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS


(8)

viii

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Pergaulan Teman Sebaya dan Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa SMP

Negeri 2 Bantul”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta pengikutnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Rektor Univeristas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi S1 di Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin melakukan penelitian sehingga skripsi ini terselesaikan. 3. Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam menyelesaikan studi di Prodi Pendidikan IPS.

4. Bapak Sudrajat, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang berkenan memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.


(9)

(10)

x

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ...iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori ... 10

1. Pergaulan Teman Sebaya ... 10

a. Pengertian Pergaulan Teman Sebaya ... 10

b. Fungsi Pergaulan Teman Sebaya ... 13

c. Dampak Pergaulan Teman Sebaya ... 16

d. Bentuk-bentuk Kegiatan Pergaulan Teman Sebaya ... 19

2. Kecerdasan Emosional ... 21

a. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 21

b. Komponen Kecerdasan Emosional ... 23

c. Cirri-ciri Kecerdasan Emosional ... 26

3. Hasil Belajar MataPelajaran IPS ... 27

a. Pengertian Hasil Belajar... 27

b. Pengertian Mata Pelajaran IPS ... 30

c. Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS ... 32

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 33

B. Penelitian yang Relevan ... 37

C. Kerangka pikir... 39


(11)

xi

A. Desain Penelitian ... 43

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

C. Variabel Penelitian ... 43

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 44

1. Pergaulan Teman Sebaya ... 44

2. Kecerdasan Emosional ... 44

3. Hasil Belajar ... 45

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 45

1. Populasi ... 45

2. Sampel ... 46

F. Metode Pengumpulan Data ... 48

1. Angket ... 48

2. Dokumentasi ... 48

G. Instrumen Penelitian ... 49

H. Uji Coba Instrumen ... 51

1. Uji Validitas Instrumen ... 52

2. Uji Reliabilitas... 55

I. Teknik Analisis Data ... 57

1. Analisis Deskriptif ... 57

a. Mean, Median, Modus, dan Standar Deviasi ... 57

b. Tebel Distribusi Frekuensi ... 58

1) Menentukan Kelas Interval... 58

2) Menghitung Rentang Data ... 68

3) Menentukan Panjang Kelas ... 59

4) Histrogram ... 59

5) Tabel Kecenderungan Variabel ... 59

2. Uji Prasyaratan Analisis... 60

a. Uji Normalitas ... 60

b. Uji Linearitas ... 60

c. Uji Multikolinearitas ... 61

3. Uji Hipotesis... 62

a. Analisis Korelasi Product Moment ... 62

b. Analisis Regresi Ganda ... 62

1) Koefisien Korelasi Ganda (R y.x1x2) ... 62

2) Mencari Persamaan Garis Regresi Dua Prediktor ... 63

3) Uji Keberartian Regresi Ganda ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 65

1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 65

a. Analisis Deskriptif ... 65

1) Variabel Pergaulan Teman Sebaya ... 66

2) Variabel Kecerdasan Emosional ... 72

3) Variabel Hasil Belajar ... 78


(12)

xii

2) Uji Hipotesis 2 ... 86

3) Uji Hipotesis 3 ... 87

4) Uji Hipotesis 4 ... 88

a) Pengujian Signifikansi Regresi Ganda ... 89

b) Koefisien Determinasi ... 90

B. Pembahasan ... 90

1. Hubungan antara Pergaulan Teman Sebaya dengan Kecerdasan Emosional Siswa SMP Negeri 2 Bantul ... 90

2. Hubungan antara Pergaulan Teman Sebaya dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa SMP Negeri 2 Bantul ... 92

3. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa SMP Negeri 2 Bantul ... 95

4. Hubungan antara Pergaulan Teman Sebaya dan Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa SMP Negeri 2 Bantul ... 98

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(13)

xiii

Halaman

Tabel 1. Daftar Jumlah Siswa SMP Negeri 2 Bantul ... 46

Tabel 2. Skor Alternatif Jawaban ... 50

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Pergaulan Teman Sebaya ... 50

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional... 51

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Instrumen Pergaulan Teman Sebaya ... 53

Tabel 6. Hasil Uji Validitas Instrumen Kecerdasan Emosional ... 54

Tabel 7. Item Instrumen yang Digunakan Pada Penelitian ... 55

Tabel 8. Pedoman Interprestasi Nilai r ... 56

Tabel 9. Hasil Uji Reliabilitas ... 57

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Variabel Pergaulan Teman Sebaya ... 67

Tabel 11. Distribusi Kategorisasi Variabel Pergaulan Teman Sebaya ... 71

Tabel 12. Persentase Indikator Pergaulan Teman Sebaya ... 71

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Variabel Kecerdasan Emosional ... 73

Tabel 14. Distribusi Kategorisasi Variabel Kecerdasan Emosional ... 75

Tabel 15. Persentase Indikator Kecerdasan Emosional ... 77

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Variabel Hasil Belajar ... 79

Tabel 17. Distribusi Kategorisasi Variabel Hasil Belajar ... 81

Tabel 18. Hasil Uji Normalitas ... 83

Tabel 19. Hasil Uji Linearitas ... 84

Tabel 20. Hasil Uji Multikolinearitas ... 84

Tabel 21. Distribusi Silang Kategorisasi Pergaulan Teman Sebaya dengan Kecerdasan Emosional... 92

Tabel 22. Distribusi Silang Kategorisasi Pergaulan Teman Sebaya dengan Hasil Belajar ... 94

Tabel 23. Distribusi SilangLategorisasi Kecerdasan Emoosional dengan Hasi Belajar ... 96


(14)

xiv

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir ... 41

Gambar 2. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Pergaulan Teman Sebaya ... 67

Gambar 3. Pie Chart Pergaulan Teman Sebaya ... 70

Gambar 4. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional ... 73

Gambar 5. Pie Chart Kecerdasan Emosional ... 76

Gambar 6. Diagram batang Distribusi Frekuensi Hasil Belajar ... 79


(15)

xv

Halaman

Lampiran 1. Angket Uji Coba Instrumen ... 108

Lampiran 2. Instrumen Penelitian... 112

Lampiran 3. Pernyataan Validator Instrumen ... 116

Lampiran 4. Rekapitulasi Data Uji Coba Instrumen... 117

Lampiran 5. Rekapitulasi Data Penelitian ... 120

Lampiran 6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Uji Coba ... 139

Lampiran 7. Hasil Analisis Deskriptif ... 147

Lampiran 8. Draf Data Kategorisasi ... 148

Lampiran 9. Data Kategorisasi ... 150

Lampiran 10. Hasil Uji Normalitas... 158

Lampiran 11. Hasil Uji Linearitas ... 159

Lampiran 12. Hasil Uji Multikolinearitas ... 163

Lampiran 13. Hasil Uji Hipotesis 1 ... 164

Lampiran 14. Hasil Uji Korelasi Product Moment ... 165

Lampiran 15. Hasil Uji Regresi Ganda ... 166

Lampiran 16. Dokumentasi ... 167


(16)

1

Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan potensi diri manusia. Melalui pendidikan dapat menghasilkan generasi muda yang berkualitas guna memajukan suatu bangsa. Maka dari itu kualitas pendidikan harus ditingkatkan, guna mencetak generasi-generasi yang bermutu. Menjadi suatu kewajiban pendidikan Nasional mencetak generasi muda yang bermutu, seperti halnya yang dimuat dalam Undang-undang SISDIKNAS nomor 20 tahun 2003 pasal 3 bahwa pendidikan memiliki fungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan bangsa, serta bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berkahlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi manusia yang demokratis serta bertanggung jawab (Republik Indonesia, 2003: 5-6).

Berbagai upaya dilakukan guna meningkatkan mutu pendidikan Nasional sebagai upaya mencapai keberhasilan dalam proses pendidikan, seperti pengembangan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, serta perbaikan sarana dan prasarana. Namun hasilnya masih banyak kesenjangan, dimana masih banyak sekolah yang tertinggal. Kebanyakan sekolah yang tertinggal berada di perdesaan yang mayoritas sarana dan prasarana masih seadanya. Hal ini berbeda dengan sekolah yang berada di kota dengan sarana dan prasarananya lengkap.


(17)

Kunci keberhasilan dalam proses pendidikan juga terletak pada keberhasilan dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan pokok dalam mencetak siswa yang berpengetahuan. Proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila siswa yang telah mengikuti kegiatan pembelajaran terdapat perubahan yang sifatnya positif seperti bertambahnya pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Guna mengetahui berhasil atau tidaknya kegiatan pembelajaran dan sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan dapat diketahui berdasarkan perolehan hasil belajar siswa.

Tinggi rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa sangat beragam karena untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal bukanlah suatu hal yang mudah bagi sebagian siswa. Hal ini terjadi karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhi yang kemudian berpengaruh terhadap besar kecilnya hasil belajar siswa. Faktor meliputi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Salah satu fatkor eksternal yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yaitu pergaulan teman sebaya.

Pergaulan teman sebaya menjadi sangat penting dalam perkebangan anak karena dengan bergaul anak belajar untuk mengenai lingkungannya. Lingkungan pergaulan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hurlock (1997: 252) mengemukakan bahwa pergaulan siswa bersama teman sebayanya merupakan implikasi dari meningkatnya minat siswa


(18)

pada aktivitas kelompok, seperti aktivitas untuk melakukan permainan atau berkelompok. Interaksi yang terjalin dalam pergaulan teman sebaya merupakan interaksi antar individu yang memiliki karakteristik yang sama, seperti usia yang sama serta tujuan memiliki tujuan yang sama. Adanya karakteristik yang sama dalam pergaulan menyebabkan munculnya kelompok-kelompok dalam pergaulan anak. Siswa cenderung akan ditolak dalam lingkungan pergaulan apabila minat serta tujuannya berbeda. Ditolaknya dalam pergaulan akan menimbulkan perasaan kesepian, dan kurang nyaman berada pada lingkungan pergaulan tersebut. Apabila siswa mengalami peristiwa tersebut secara terus-menerus akan berpengaruh terhadap perkembangan anak dan menurunnya hasil belajar.

Pergaulan teman sebaya dapat bersifat positif dan negatif. Santrock (2007: 206) budaya pergaulan teman sebaya merupakan sebagian pengaruh buruk yang melemahkan nilai dan kontrol dari orang tua. Hubungan pergaulan teman sebaya dapat mengenalkan anak pada perilaku yang menyimpang. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh dari lingkungan pergaulan begitu besar dalam perkembangan anak.

Dewasa ini terdapat beberapa kasus yang berkaitan dengan pergaulan teman sebaya yaitu kenakalan remaja. Berdasarkan beberapa sumber berita menginformasikan bahwa banyak terjadi kasus kenakalan remaja di Yogya termasuk di Bantul. Seperti berita tentang “konvoi bawa senjata tajam, puluhan pelajar di Sleman di tangkap” (Sunartono: 2016) edisi 12 Juni 2016. Berdasarkan berita yang dimuat tersebut menjelaskan


(19)

bahwa puluhan anggota geng pelajar tingkat SMP ditangkap petugas Polsek Sleman ketika akan melaksanakan tawuran di Dusun Temon, Pedowoharjo, Sleman. Pelaku yang terlibat tawuran merupakan siswa dari berbagai sekolah di Kota Yogya dan Bantul. Selain itu siswa yang terlibat tawuran tidak sedikit yang membawa senjata tajam. Peristiwa tersebut terjadi tidak lain merupakan pengaruh dari pergaulan yang kurang sehat.

Pergaulan yang tidak sehat selain menjerumuskan anak panda tindak perilaku menyimpang dapat juga menurunkan kualitas pendidikan anak. Anak yang terlibat dalam tindak kriminal biasanya tidak memprioritaskan pendidikannya, mereka lebih sering membolos dan mengabaikan tugas yang diberikan guru. Kebiasaan tersebut dapat menurunkan kualitas belajarnya berkurang yang kemudian berdampak pada hasil belajar yang rendah.

Lingkungan pergaulan bersifat positif dapat memberikan dapak positifpula terhadap perilaku dan kualitas pendidikan anak. Seperti anak yang bergaul dengan teman yang rajin belajar kemungkinan akan termotivasi untuk belajar yang kemudian berdampak pada perolehan hasil belajar yang meningkat. Crosnoe, dkk (Santrock, 2011: 404) mengemukakan bahwa seorang siswa yang bergaul dengan teman yang secara sosial terampil, mendukung, dan berorientasi pada prestasi akademik maka siswa akan memperoleh hasil belajar yang maksimal. Sekolah hedaknya dapat menciptakan lingkungan pergaulan yang sehat, sehingga dapat melahirkan generasi-generasi yang berkualitas.


(20)

Agar siswa tidak mudah terpengaruh terhadap dampak negatif pergaulan teman sebaya yang dapat menyebabkan perilaku menyimpang dan hasil belajar kurang maksimal maka diperlukan kecerdasan emosional guna mengontrol emosi diri. Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor internal yang layak diperhatikan yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan karena ternyata kecerdasan emosional memiliki peranan penting bagi siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Siswa dengan kecerdasan emosional tinggi mampu memotivasi diri serta mengendalikan emosi, sehingga memiliki tanggung jawab yang baik terhadap tugasnya. Siswa dengan kecerdasan emosional tinggi cenderung lebih mampu menjalin kerjasama. Sehingga dapat dengan mudah untuk bergaul dengan teman sebayanya.

Goleman (2000: 404) mengemukakan bahwa dengan kecerdasan emosional yang cukup menjadikan siswa lebih bertanggung jawab, mampu memusatkan perhatian pada tugas yang tengah dikerjakan, dan nilai-nilai pada tes yang diperoleh meningkat. Sebaliknya siswa dengan kecerdasan emosional rendah cenderung sulit mengontrol diri sehingga mudah terbawa emosi, dan gampang menyerah. Hal inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya peristiwa dimana siswa mengabaikan tugas yang diberikan oleh guru, terjadinya tindak kekerasan dikalangan pelajar serta perilaku negatif lainnya yang kemudian berimbas pada menurunnya hasil belajar siswa. Peran aspek kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa juga dikemukakan oleh Aunurrahman (2012: 109) yang menyatakan


(21)

bahwa keberhasilan siswa dalam belajar ternyata lebih banyak ditentukan oleh faktor-faktor emosi, antara lain daya tahan, keuletan, ketelitian, disiplin, rasa tanggung jawab, kemampuan menjalani kerjasama, motivasi yang tinggi serta beberapa dimensi emosional lainnya.

Berdasarkan observasi di SMP Negeri 2 Bantul menununjukkan bahwa pergaulan siswa SMP Negeri 2 Bantul merupakan pergaulan yang kondusif untuk mendorong siswa berprestasi. Selain itu minat dan motivasi belajar siswa tinggi, hal ini dapat dilihat dari prestasi SMP Negeri 2 Bantul yang mendapat peringkat pertama sekabupaten Bantul dalam Ujian Nasional tahun ajaran 2015/2016. Kontrol emosi siswa yang stabil, hal ini terlihat dari tidak adanya tindak kriminalitas di sekolah, dan tidak adanya tindak kekerasan atau tindak bullying, jikapun ada itu hanya sebagian kecil. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMP

Negeri 2 Bantul guna mengetahuai “Hubungan antara Pergaulan Teman

Sebaya dan Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Siswa SMP

Negeri 2 Bantul”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

1. Pergaulan menyebabkan munculnya kelompok-kelompok berdasarkan karakteristik dan faktor tertentu.

2. Meningkatnya angka kriminalitas pada anak akibat dari buruknya kualitas pergaulan.


(22)

3. Perilaku anak yang menyimpang

4. Membolos dan mengabaiakan tugas yang diberikan oleh guru.

5. Kontrol emosi anak rendah yang mengkibatkan anak gampang menyerah dan terlibat dalam perkelahian.

6. Rendahnya hasil belajar akibat pergaulan yang tidak sehat dan emosi yang tidak terkontrol.

C. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian serta agar permasalahan yang diteliti menjadi lebih fokus, maka peneliti hanya akan mengkaji pada masalah:

1. Munculnya kelompok-kelompok berdasarkan karakteristik dan faktor tertentu.

2. Meningkatnya angka kriminalitas pada anak akibat dari buruknya kualitas pergaulan.

3. Kontrol emosi anak rendah yang mengkibatkan anak gampang menyerah dan terlibat dalam perkelahian.

4. Rendahnya hasil belajar akibat pergaulan yang tidak sehat dan emosi yang tidak terkontrol.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasaan masalah di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Adakah hubungan antara pergaulan teman sebaya dengan kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 2 Bantul?


(23)

2. Adakah hubungan antara pergaulan teman sebaya dengan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa SMP Negeri 2 Bantul?

3. Adakah hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa SMP Negeri 2 Bantul?

4. Adakah hubungan antara pergaulan teman sebaya dan kecerdasan emosional dengan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa SMP Negeri 2 Bantul?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hubungan antara pergaulan teman sebaya dengan kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 2 Bantul.

2. Hubungan antara pergaulan teman sebaya dengan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa SMP Negeri 2 Bantul.

3. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa SMP Negeri 2 Bantul.

4. Hubungan antara pergaulan teman sebaya dan kecerdasan emosional dengan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa SMP Negeri 2 Bantul. F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian dapat menjadi referensi penelitian-penelitian selanjutnya yang mempunyai obyek penelitian yang sama.


(24)

b. Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai hubungan pergaulan teman sebaya dan kecerdasan emosional dengan hasil belajar IPS.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Hasil penelitian dapat memberikan gambaran pendidik untuk memperhatikan hal-hal lain diluar kegiatan pembelajaran yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa seperti pergaulan teman sebaya dan kecerdasan emosional.

b. Bagi Siswa

Hasil penelitian dapat digunakan siswa sebagai bahan evaluasi diri dalam bergaul dengan teman sebayanya serta sebagai masukan agar lebih mampu mengelola emosi sehingga siswa lebih mudah dalam menempatkan diri.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah dan meningkatkan wawasan, serta pengetahuan yang berkaitan dengan pergaulan teman sebaya dan kecerdasan emosional dengan hasil belajar.


(25)

10

KAJIAN TEORI A. Landasan Teori

1. Pergaulan Teman Sebaya

a. Pengertian Pergaulan Teman Sebaya

Manusia sebagai makhluk sosial selalu melakukan interaksi dengan individu satu dan individu lain disekitarnya, karena manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Interaksi yang terjalin antara individu satu dengan individu lain tersebut disebut sebagai pergaulan (Abdullah Idi, 2011: 83). Pergaulan memegang peranan penting bagi manusia karena melalui pergaulan manusia banyak belajar dari pengalaman baik pengalaman pribadi maupun pengalaman yang dialami temannya.

Abdullah Idi (2011: 83) mengemukakan bahwa pergaulan mempunyai manfaat yaitu: (1) memungkinkan terjadinya pendidikan; (2) sebagai sarana untuk wawasan diri; (3) menumbuhkan cita-cita; dan (4) memberikan pengaruh baik ataupun buruk secara diam-diam. Guna menghindari pengaruh negatif pergaulan bagi anak maka pergaulan anak perlu dikontrol. Melalui pergaulan anak akan mendapat banyak teman. Teman bagi anak sangatlah penting. Teman dijadikan anak sebagai tempat untuk mencurahkan perasaannya, menjadi tempat anak belajar menghargai orang lain, dan tempat untuk belajar bekerja sama serta saling tolong menolong.


(26)

Papalia dkk (2009: 513-514) mengemukakan bahwa teman merupakan seseorang yang mana anak merasa afeksi, nyaman dengannya, suka melakukan hal-hal dengannya, serta dapat berbagi perasaan dan rahasia dengannya. Definisi sebaya itu sendiri adalah orang dengan tingkat usia dan kedewasaan yang kira-kira sama (Santrock, 2007: 205). Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teman sebaya merupakan hubungan pertemanan yang dilatar belakangi oleh kesamaan minat dan tujuan, serta adanya rasa nyaman untuk melakukan kegiatan bersama dan biasanya mereka memiliki tingkat usia dan kedewasaan yang sama.

Pertemanan selain terjalin berdasarkan minat dan tujuan yang sama, pertemanan di latar belakangi oleh kesamaan budaya, serta keadaan ekonomi. Hal ini sejalan dengan pendapat Lusi Nuryanti (2008: 68) yang mengemukakan bahwa teman adalah sekelompok individu yang terdiri dari beberapa anak yang memiliki kesamaan ras, asal etnis, dan status sosial ekonomi. Pendapat lain dikemukakan oleh Hetrerington dan Parker (Desmita, 2009: 145) yang mendefinisikan teman sebaya sebagai semua orang yang memiliki kesamaan sosial atau yang memiliki kesamaan ciri-ciri seperti kesamaan tingkat usia.

Hubungan pertemanan yang terjalin secara intens akan menciptakan suatu kelompok-kelompok dengan anggota yang


(27)

memiliki kesamaan usia, hobi, status, minat, serta kabiasaan yang sama. Selaras dengan pendapat Theodorson dan Theodorson (Abu

Ahmadi, 2007: 191) mengemukakan bahwa “Peer group. A primary group, that is, a close, intimate group, composed of

members who have roughly equal status”. Pendapat lain

dinyatakan pula oleh Moore (2001: 139) bahwa “the peer group consists of the other people of the same age who are seen as the correct people to judge our behavior against”.

Pendapat Moore (2001: 139) tersebut dapat dimaknai bahwa kelompok teman sebaya merupakan kumpulan seseorang yang memiliki kesamaan usia, dan hanya anggotannyalah yang dipandang sebagai seseorang yang dapat dipercaya dan berhak menilai perilaku dari sesama anggota kelompok tersebut. Berbagai pendapat tentang pergaulan teman sebaya maka dapat disimpulkan bahwa pergaulan teman sebaya merupakan interaksi yang terjalin antara individu satu dengan individu lain yang memiliki kesamaan usia, kebiasaan, minat, dan status. Interaksi tersebut kemudian dapat menciptakan kelompok-kelompok, dimana sesama anggota kelompok memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi satu sama lain.

Definisi pergaulan teman sebaya tersebut masih sangat luas maka pada penelitian ini hanya dibatasi pada pergaulan teman sebaya yang berlangsung di sekolah sehingga pergaulan teman


(28)

sebaya dapat diartikan sebagai interaksi pergaulan dengan teman yang memiliki ciri-ciri yang sama seperti tingkat usia yang relatif sama, lingkungan sekolah yang sama, serta mendapat materi pembelajaran yang sama.

b. Fungsi Pergaulan Teman Sebaya

Kelompok sebaya kaitannya dengan pergaulan teman sebaya berdasarkan pendapat M. Sahlan Syafei (2006: 66) mempunyai fungsi penting yaitu: (1) sebagai tempat pengganti keluarga; (2) sumber untuk mengembangkan kepercayaan kepada diri sendiri; (3) sumber kekuasaan yang melahirkan standar tingkah laku; (4) perlindungan dari paksaan orang dewasa; (5) tempat untuk menjalankan sesuatu dan mencari pengalaman; serta (6) model untuk pengembangan moral dan kesadaran.

Melalui hubungan pertemanan anak memperoleh banyak pengalaman seperti menjadi tahu kebudayaan temannya, belajar untuk mandiri dengan tidak bergantung pada orang tuanya, belajar untuk menghargai orang lain, belajar untuk patuh terhadap norma yang berlaku dalam lingkungan masyarakat, selain itu melalui hubungan pertemanan anak akan memperoleh beragam informasi yang menarik. Selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi (2007: 193-195) yaitu teman sebagai tempat anak untuk belajar bergaul, tempat untuk mempelajari kebudayaan masyarakat, tempat untuk mempelajari


(29)

peran sosial, serta tempat untuk anak belajar patuh terhadap aturan sosial yang berlaku.

Fungsi persahabatan kaitannya dengan pergaulan teman sebaya dikemukakan pula oleh Gottman dan Parker (Agoes Dariyo, 2008: 130-132), antara lain:

1) Pertemanan (companionship)

Teman dalam persahabatan berarti seseorang yang selalu bersedia menyediakan dan mengorbankan diri dari segi waktu, tenaga, dan mungkin saja biaya secara sukarela demi kebaikan bersama, sehingga dimanapun dan kapanpun seorang teman akan selalu ada untuk memberikan bantuan. 2) Stimulasi kompetensi (stimulation)

Melalui persahabatan seseorang memperoleh informasi yang menarik, penting, dan memacu potensi, bakat ataupun minat agar berkembang dengan baik, karena seorang sahabat akan selalu mendukung dan memberi rangsangan untuk mengembangkan potensi dirinya.

3) Dukungan fisik (physical support)

Melalui persahabatan seseorang mendapatkan dukungan fisik dari temannya. Dukungan fisik sangat berarti untuk seseorang yang mengalami masalah. Kehadiran fisik menunjukkan kerelaan untuk menyediakan


(30)

waktu, tenaga ataupun pertolongan yang dapat membangkitkan semangat hidup.

4) Dukungan ego (ego support)

Adakalanya seseorang mengalami situasi yang membuat ia terpuruk. Peran sahabat disini sangat penting untuk memberikan dukungan, semangat, serta mencari jalan keluar terbaik untuk menghadapi masalah yang tengah dihadapi. Adanya perhatian tersebut dapat membantu membangkitkan rasa percaya diri seseorang untuk menyelesaikan masalah yang tengah dihadapinya.

5) Perbandingan sosial (social comparison)

Interaksi sosial dalam persahabatan dijadikan ruang untuk membandingkan diri dengan orang lain. Hal ini terjadi karena dalam persahabatan menyediakan ruang secara terbuka untuk mengungkapkan ekspresi, kompetensi, minat, bakat, dan keahlian. Artinya, orang lain sebagai cermin, apakah dirinya memiliki kemampuan yang lebih atau kurang dibandingkan dengan orang lain. Bila seseorang menyadari kekurangan dalam dirinya, ia dapat belajar untuk meningkatkan kekurangannya sehingga dapat menyeimbangi dan bahkan melebihi kemampuan orang lain. Selain itu, persahabatan memberikan informasi mengenai


(31)

seseorang untuk menilai apakah ia berperilaku baik atau buruk.

6) Intimasi/afeksi (intimacy/affection)

Persahabatan sejati adalah dengan kutulusan, kehangatan, dan keakraban satu dengan yang lain meskipun terdapat perbedaan pemikiran, sikap ataupun perilaku. Justru dengan perbedaan tersebut memberikan pelajaran untuk saling mengerti dan melengkapi sehingga terjalin keakraban, dan kehangatan.

Dapat disimpulkan bahwa fungsi persahabatan kaitannya dengan pergaulan teman sebaya adalah sebagai tempat anak untuk bermain bersama, teman menjadikan tempat anak untuk belajar mandiri, belajar menghargai, belajar kebudayaan lain, serta tempat saling berbagai informasi baik informasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang tengah dipelajari disekolah maupun pengetahuan umum diluar lingkup sekolah. Pendapat Gottman dan Parker (Agoes Dariyo, 2008: 130-132) mengenai fungsi persahabatan kaitannya dengan pergaulan teman sebaya tersebut digunakan peneliti sebagai indikator dalam penyusunan intrumen pada variabel pergaulan teman sebaya.

c. Dampak Pergaulan Teman Sebaya

Pergaulan akan berdampak terhadap sikap, sifat, minat maupun kepribadian anak. Seorang anak yang bergaul dengan


(32)

teman yang suasananya hangat, menarik dan tidak eksploitif dapat membantu anak untuk memperoleh pemahaman mengenai: (1) konsep diri, masalah dan tujuannya jelas; (2) perasaan berharga; dan (3) perasaan optimis terhadap masa depan (Syamsu Yusuf LN, 2006: 60). Sebaliknya apabila seorang anak bergaul dengan teman yang memiliki kebiasaan menyimpang maka akan berdampak buruk pada sikap maupun perilaku anak. Selain itu kualitas pendidikan merekapun terancam dengan hasil belajar yang diperoleh tidak maksimal.

Papalia, dkk (2015: 366) mengemukakan bahwa dalam kelompok teman sebaya memiliki dampak positif dan negatif terhadap perkebangan anak. Dampak positif tersebut yaitu: (1) membantu anak belajar bagaimana dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya; (2) belajar bagimana memenuhi kebutuhan dan keinginannya; (3) belajar kapan menyerah dan kapan harus bersikap tegas; (4) membantu anak mempelajari perilaku gender yang sesuai dan menyatukan peran gender dalam konsep diri mereka. Terlepas dari dampak positif tersebut namun disisi lain kelompok sebaya berdampak negatif terhadap perkembangan anak. Sedangkan dampak negatifnya yaitu: (1) kelompok sebaya bisa jadi memperkuat prasangka kurang baik terhadap kelompok lainnya; (2) anak cenderung menjadi bias terhadap anak-anak yang memiliki kesamaan sikap dengannya


(33)

(mirip dengan mereka); serta (3) dapat menumbuhkan sikap anti sosial.

Dampak positif dan negatif kelompok teman sebaya dikemukakan pula oleh Slamet Santosa (2006: 82) yang mengemukakan bahwa dampak positif dari kelompok teman sebaya yaitu anak dapat mengembangkan rasa solidaritas antar teman, mendorong anak untuk mandiri, lebih siap menghadapi kehidupan yang akan datang, belajar menyeleksi kebudayaan dari teman-temannya, mengembangkan pengetahuan dan bakat, serta menyalurkan perasaan dan pendapat untuk kemajuan kelompok. Dampak negatif dari kelompok teman sebaya yaitu pergaulan teman sebaya menyebabkan anak sulit dalam menerima seseorang yang tidak memiliki kesamaan dengan dirinya, memimbulkan rasa iri terhadap anggota yang tidak memiliki kesamaan dengan dirinya, tertutup bagi anggota lain yang bukan anggotanya, menimbulkan persaingan antar anggota kelompok dan menimbulkan gap-gap antar kelompok sebaya.

Berdasarkan berbagai pendapat mengenai dampak pergaulan teman sebaya maka dapat disimpulkan bahwa apabila anak berteman dengan teman yang baik maka akan berdampak baik pada anak, seperti meningkatnya ilmu pengetahuan anak, anak menjadi lebih mandiri, serta anak menjadi tahu bagaimana cara menyelesaikan permasalahan. Namun sebaliknya apabila


(34)

pergaulan anak dalam suatu kelompok bertujuan untuk membanding-bandingkan dengan kelompok lain dan cenderung membatasi pergaulan dengan orang lain maka hal ini akan menimbulkan persaingan antar kelompok. Pergaulan yang kurang sehat akan berpengaruh terhadap perilaku anak yang menyimpang yang kemudian dapat berdampak pada menurunnya kualitas hasil belajar anak.

d. Bentuk-bentuk Kegiatan Pergaulan Teman Sebaya

Banyak kegiatan yang dilakukan anak bersama teman sebanyanya, mulai dari kegiatan yang menyenangkan, ekstrim, dan lain-lain. Atas dasar pendapat Hurlock (1980: 160) kegiatan yang dilakukan anak bersama kelompok teman sebayanya antara lain:

1) Bermain

Bermain merupakan kegiatan rutin yang dilakukan anak bersama teman-temannya, dengan bermain anak memperoleh kesenangan. Selain memperoleh kesenangan, dengan bermain anak belajar untuk mengenal dan berinterkasi dengan lingkungan sekitarnya. Mereka banyak menghabiskan waktu untuk sekedar bermain bersama. 2) Belajar

Anak yang bergaul dengan teman yang memiliki semangat tinggi dalam belajar, maka ia akan termotivasi


(35)

untuk belajar. Mereka dapat berdiskusi dan saling membantu satu sama lain apabila mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran.

3) Menjelajah

Hubungan pergaulan teman sebaya biasanya mencetuskan ide-ide untuk melakukan hal-hal yang sifatnya menantang, dengan mencoba hal-hal baru yang belum pernah mereka lakukan.

4) Mengumpulkan barang yang menarik perhatian

Kegiatan mengumpulkan barang merupakan sumber iri hati dan gengsi antar teman-temannya. Terlepas dari minat dan kesenangan anak lebih memusatkan pada benda-benda yang menambah gengsi dan berusaha memperbanyak benda tersebut.

5) Olah raga

Kegiatan olah raga merupakan kegiatan yang biasanya dilakukan bersama teman sebaya. Hal ini terjadi karena mereka memiliki hobi olah raga yang sama.

6) Hiburan

Bentuk hiburan yang dilakukan anak bersama teman sebanya sangat beragam, seperti menonton televisi bersama, bermain play station, atau hanya sekedar mengobrol bersama.


(36)

Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam hubungan pertemanan mereka selalu menghabiskan waktu bersama apapun kegiatannya. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi kegiatan yang sifatnya serius seperti belajar sampai kegiatan yang sifatnya menyenangkan seperti bermain bersama serta mengunjungi tempat-tempat hiburan.

2. Kecerdasan Emosional

a. Pengertian Kecerdasan Emosional

Thurstone (Syamsu Yusuf LN, 2006: 107) mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan dalam berbahasa, kemampuan mengingat, kemampuan berpikir, kemampuan bilangan, kemampuan menggunakan kata-kata serta kemampuan dalam mengamati situasi ataupun permasalahan dengan cepat dan cermat. Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan manusia dalam menempatkan diri serta kemampuan memecahkan permasalahan dengan cepat dan cermat.

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain (Goleman, 2001: 512). Pendapat Goleman tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang dalam mengenali diri sendiri dan orang lain, kemampuan mengelola


(37)

emosi yang diarahkan pada hal-hal yang sifatnya positif, seperti menghargai orang lain, dan memotivasi diri untuk meraih kesuksesan.

Pendapat mengenai kecerdasan emosional dikemukakan pula oleh Amaryllia Puspasari (2009: 6) yang mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk mengendalikan emosi dan rasional secara bersamaan dengan kondisi yang tepat. Hal ini sejalan dengan pendapat Shapiro (1998: 10) yang mengemukakan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan memantau diri sendiri maupun orang lain dengan melibatkan pengendalian diri, semangat serta kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, dan motivasi.

Pendapat lain diungkapkan oleh Cooper dan Sawaf (1997: xiii) yang mengemukakan bahwa:

Emotional intelligence is the ability to sense, understand, and efectively apply the power and acumen of emotions as a source of human energy, information, connection, and influence.

Pendapat Cooper dan Sawaf di atas menjelaskan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang dalam merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosinya sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruhnya. Sedangkan Salovey, dkk (2007: 5) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai berikut:


(38)

Emotional intelligence as the subset of social intteligence that involves the ability to monitor one's own and others' feelings and emotions, to discriminate among them and to use this information to guide one's thinking and actions. Pendapat Salovey, dkk di atas menjelaskan bahwa kecerdasan emosional merupakan sebagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan untuk memahami diri sendiri dan orang lain, menggunakan informasi untuk membimbing hubungan serta bertindak. Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang dalam mengontrol emosi dengan memahami diri sendiri dan orang lain, serta kemampuan dalam menggunakan kepekaan emosi sebagai sumber belajar dan mencari informasi yang dapat digunakan sebelum bertindak.

Pada penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa dalam memahami diri sendiri dan orang lain, kemampuan siswa dalam mengelola emosi dengan melakukan tindakan pada kondisi yang tepat sehingga ia mampu menjalin kerjasama, kemampuan siswa dalam memotivasi diri serta kemampuan siswa dalam menggunakan kepekaan emosi sebagai sumber belajar.

b. Komponen Kecerdasan Emosional

Goleman (2001: 513-514) mengemukakan bahwa terdapat lima komponen penting kecerdasan emoisonal antara lain:


(39)

1) Kesadaran diri

Kesadaran diri merupakan kemampuan untuk mengetahui apa yang kita rasakan, guna memudahkan dalam pengambilan keputusan sehingga memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan memiliki kepercayaan diri yang kuat.

2) Pengaturan diri

Kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan memahami emosi diri sehingga berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas. Kemampuan ini juga membuat seseorang menjadi lebih peka terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi yang dialami. Seseorang dengan kemampuan ini memiliki sikap terbuka terhadap gagasan, pendekatan baru, dan informasi terkini. 3) Motivasi

Kemampuan diri dalam menggerakkan dan menuntun diri untuk bergerak maju menuju sasaran yang ingin dicapai, sehingga membantu dalam pengambilan keputusan dan dalam bertindak seseorang sangat efektif. Seseorang dengan kemampuan ini mampu untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi guna pencapaian prestasi yang diinginkan.


(40)

4) Empati

Empati merupakan kemampuan seseorang dalam memahami karakteristik dan pendapat seseorang sehingga dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain. selain itu dengan kemampuan empati seseorang mampu menjalin hubungan dengan baik dan dapat menyelaraskan diri dengan orang lain yang memiliki karakteristik berbeda.

5) Keterampilan sosial

Keterampilan sosial merupakan kecakapan seseorang dalam mengendalikan emosi dengan baik dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Seseorang yang memiliki keterampilan sosial dapat membaca situasi dan jaringan sosial, sehingga berdampak pada terjalinnya interaksi dengan baik. Selain itu seseorang yang memiliki keterampilan sosial dapat mempengaruhi dan memimpin suatu kelompok dengan mudah, karena dapat bekerjasama dan bekerja dalam tim. Seseorang dengan keterampilan sosial yang juga memiliki pengetahuan yang luas dari pengalaman-pengalaman yang dimiliki, sehingga mampu bermusyawarah dan menyelesaikan suatu permasalahan tanpa harus dengan kekerasan.


(41)

c. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional

Goleman (2000: 45) mengemukakan bahwa terdapat empat ciri-ciri kecerdasan emosional yaitu: (1) kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi; (2) mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; (3) dapat mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; dan (4) berempati dan berdoa.

Manusia memiliki kecerdasan emosional yang berbeda-beda satu sama lain, berikut merupakan ciri-ciri individu yang memiliki kecerdasan emosional tinggi maupun rendah antara lain:

1) Individu yang memiliki kecerdasan emosional tinggi

Individu yang memiliki kecerdasan emosional tinggi apabila: (a) mampu mengendalikan diri; (b) memiliki sikap empati; (c) mampu bergaul dan membangun persahabatan; (d) mampu mempengaruhi orang lain; (e) berani mengungkapkan cita-cita; (f) mampu berkomunikasi; (g) memiliki sikap percaya diri; (h) memiliki motivasi diri; (i) mampu berekspresi dengan kreatif dan inisiatif; (j) menyukai pengalaman baru; (k) memiliki sikap dan sifat perfeksionis dan teliti; (l) memiliki rasa ingin tahu yang besar; (m) memiliki rasa humor; dan (n) menyukai kegiatan berorganisasi (Tridonanto Al, 2010: 42-43).


(42)

2) Individu yang memiliki kecerdasan emosional rendah Individu dikatakan memiliki kecerdasan emosional rendah apabila: (a) cenderung egois, terlalu berorientasi pada kepuasan diri sendiri tanpa peduli dengan orang lain, beberapa diantaranya merasa puas jika berhasil menghina atau mengalahkan orang lain; (b) jika menjadi pendengar mereka merupakan pendengar yang jelek, suka menginterupsi dan berdebat setiap saat dan tidak memberikan ijin kepada orang lain untuk mengungkapkan perasaannya; dan (c) selalu merasa tidak aman dan sukar menerima kesalahan diri, dan sulit meminta maaf dengan tulus (Martin, 2006: 112-113).

3. Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS a. Pengertian Hasil Belajar

Guna mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan pembelajaran di sekolah maka dapat dilihat dari hasil belajarnya. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar (Nana Sudjana, 2013: 22). Dimyati & Mudjiono (2006: 3-4) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir dari


(43)

proses kegiatan pembelajaran seperti bertambahnya ilmu pengetahuan siswa.

Pendapat lain diutarakan pula oleh Gagne (Agus Suprijono, 2014: 5-6) mengenai hasil belajar yang dibagi menjadi lima kategori, antara lain:

1) Informasi verbal yaitu kemampuan seseorang dalam mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik secara lisan maupun tertulis, serta kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan.

2) Kemampuan intelektual yaitu kemampuan seseorang dalam mengategorisasi, kemampuan analitis-sistematis fakta-konsep dan mengembangkan prisnsip-prinsip keilmuan. 3) Strategi kognitif yaitu kemampuan menyalurkan aktivitas

kognitifnya sendiri meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan suatu permasalahan.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan seseorang dalam melakukan serangkaian gerakan jasmani, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap yaitu kemampuan seseorang dalam menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilainya.

Pendapat lain mengenai hasil belajar dikemukakan oleh Agus Suprijono (2014: 5) yaitu pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan yang


(44)

diperoleh atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Kedua pendapat mengenai hasil belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan bertambahnya ilmu pengetahuan siswa yang semula belum mengetahui dan setelah kegiatan pembelajaran siswa menjadi lebih tahu, bertambahnya keterampilan-keterampilan siswa, dan perubahan sikap siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran apakah ia menolak atau menerima.

Definisi hasil belajar dikemukakan pula oleh Bloom (Rusman, 2012: 125) yang membagi definisi belajar ke dalam tiga ranah (domain), yaitu:

1) Ranah kognitif yang merupakan kemampuan dan kecakapan intelektual siswa dalam berpikir. Ranah kognitif terdiri dari enam kategori yaitu: (1) pengetahuan (knoowledge); (2) pemahaman (comprehension); (3) penerapan (application); (4) analisis (analysis); (5) sintesis (synthesis); (6) evaluasi (evaluation).

2) Ranah afektif adalah kemampuan yang berkenaan dengan sikap, yaitu penguasaan dalam segi emosional yang meliputi perasaan, sikap dan nilai.

3) Ranah psikomotor yaitu meliputi keterampilan-keterampilan atau gerak fisik.


(45)

Ketiga ranah hasil belajar yang dikemukakan Bloom di atas khususnya ranah kognitif disempurnakan lagi oleh Lorin Andreson dan David Krathwohl (2015: 100) sebagai berikut:

1) Mengingat yaitu mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang.

2) Memahami yaitu mengkontruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru.

3) Mengaplikasikan yaitu menerapkan atau menggunakan prosedur dalam keadaan tertentu.

4) Menganalisis yaitu memecah-mecah materi jadi bagian penyusunannya dan menentukan hubungan antar bagian tersebut dan keseluruhan stuktur atau tujuan.

5) Mengevaluasi adalah mengambil keputusan berdasarkan criteria dan/atau standar.

6) Mencipta yaitu memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren untuk membuat produk yang orisinil.

Dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada penelitian ini hasil belajar yang dimaksud merupakan hasil akhir yang diperoleh siswa setelah megikuti kegiatan pembelajaran yang dibatasi pada ranah kognitif yaitu dengan melihat nilai yang diperoleh siswa. Nilai tersebut digunakan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan.

b. Pengertian Mata Pelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang peroleh siswa pada jenjang sekolah dasar dan


(46)

Sekolah Menengah Pertama (SMP). Trianto (2010: 171) mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti ekonomi, geografi, sejarah, politik, hukum, dan budaya. Namun, materi yang ajarkan di SMP hanya pada materi ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi.

Pendapat mengenai IPS juga dikemukakan oleh Somantri, Muhammad Numan bahwa IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial, psikologi, filsafat, ideologi negara dan agama yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah (Supardi, 2011: 182). Maka disimpulkan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yang membahas tentang permasalahan disekitar kita seperti kegiatan ekonomi, peristiwa sejarah, dan sebagainya yang disajikan secara ilmiah.

Tujuan dari pembelajaran IPS yaitu guna mengembangkan potensi peserta didik agar lebih peka terhadap permasalahan yang terjadi dan terampil dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, baik permasalahan yang menimpa dirinya sendiri maupuan masyarakat, serta memiliki sikap mental yang positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi. Supardi (2011: 186-187) menjelaskan bahwa tujuan IPS adalah:


(47)

1) Memberikan pengetahuan untuk menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik, bersifat demokratis dan bertanggung jawab.

2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan inkuiri untuk dapat memahami, mengidentifikasi, menganalisis, dan memiliki keterampilan sosial untuk ikut berpartisipasi dalam memecahkan masalah-masalah sosial.

3) Melatih belajar mandiri, di samping berlatih untuk membangun kebersamaan, melalui program-program pembeljaran yang kreatif dan inovatif.

4) Mengembangkan kecerdasan, kebiasaan, dan keterampilan sosial.

5) Melatih siswa untuk menghayati nilai-nilai hidup yang baik dan terpuji termasuk moral, kejujuran, keadilan dan lain-lain sehingga memiliki akhlak mulia.

6) Mengembangkan kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.

Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dipaparkan diatas makan dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang bertujuan untuk membentuk karakter siswa yang peka akan permasalahan yang terjadi disekitarnya serta mampu menyelesaikan permasalahan tersebut dan peduli terhadap sesama.

c. Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS

Hasil belajar mata pelajaran IPS merupakan hasil akhir yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPS. Hasil tersebut yaitu berupa bertambahnya ilmu pengetahuan siswa yang berkaitan dengan pemahaman pada cabang-cabang ilmu sosial yang telah dipelajari. Pada penelitian ini hasil belajar dibatasi pada ranah kognitifnya saja, untuk


(48)

melihat seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi IPS dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa. Nilai tersebut berupa nilai UAS (Ulangan Akhir Semester) gasal tahun ajaran 2015/2016, nilai UBM (Ulangan Bersama Mandiri) tahun ajaran 2015/2016, nilai UTS (Ujian Tengah Semester) tahun ajaran 2015/2016, serta nilai tugas terbaru. Nilai tugas disini merupakan nilai tugas untuk kelas IX dikarenakan kelas IX sudah tidak ada waktu untuk melaksanakan UTS karena waktu pembelajaran digunakan untuk persiapan UN.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal seperti yang dikemukakan oleh Munadi (Rusman, 2012: 124) sebagai berikut :

1) Faktor internal a) Faktor Fisologis

Kondisi kesehatan yang dialami siswa saat melaksanakan kegiatan pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, karena hal tersebut sangat mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran. Siswa dengan kondisi kesahatan yang baik tentu akan lebih mudah menerima materi yang diberikan guru, lain halnya dengan siswa dengan kondisi kesehatan yang


(49)

buruk menjadi terganggung dan tidak konsentrasi terhadap materi yang diajarkan guru.

b) Faktor Psikologis

Setiap siswa tentunya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda yang mencakup perbedaan pada intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar siswa. Perbedaan tersebut tentu berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. 2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Misalnya, seorang siswa yang belajar dengan kondisi ruangan yang pengap dan panas tentunya mengganggu konsentrasi siswa karena saat belajar siswa lebih sibuk kipas-kipas dibandingkan dengan memperhatikan guru saat menerangkan materi. Permasalahan tersebut dapat berimbas pada hasil belajar siswa yang kurang maksimal.

Berbeda dengan siswa yang belajar dengan kondisi rungan yang nyaman, dan tidak panas. Maka siswa akan lebih nyaman dan mudah memahami materi yang di sampaikan guru. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.


(50)

b) Faktor Instrumental

Faktor instrumental merupakan faktor yang keberadaan dan pengunaannya sudah dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana, dan guru. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar juga dapat dilihat dari faktor apa saja yang mempengaruhi belajar, karena hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh dari proses belajar. Slameto (2013: 54–71) membagi menjadi dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu:

1) Faktor Ekstern

Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ekstern dikelompokkan kedalam 3 faktor yaitu: (1) faktor keluarga, yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan; (2) faktor sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah; (3) faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.


(51)

2) Faktor Intern

Faktor intern merupakan faktor dari dalam diri siswa. Faktor intern sendiri terdiri dari tiga faktor, meliputi: (1) faktor jasmani yaitu kesehatan, dan cacat tubuh; (2) faktor psikologis meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan; serta (3) faktor kelelahan. Faktor lain yang berpengaruh terhadap hasil belajar yaitu kecerdasan emosional. Hal ini didukung pendapat Aunurrahman (2012: 109) yang mengemukakan bahwa keberhasilan siswa dalam belajar ternyata lebih banyak ditentukan oleh faktor-faktor emosi, antara lain daya tahan, keuletan, ketelitian, disiplin, rasa tanggung jawab, kemampuan menjalani kerjasama, motivasi yang tinggi serta beberapa dimensi emosional lainnya.

Pendapat lain dikemukakan oleh Goleman (2000: 404) bahwa emosi yang dimanfaatkan secara produktif membuat siswa lebih mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakannya, sehingga nilai-nilai yang diperoleh siswa meningkat. Kedua pendapat mengenai kecerdasan emosional tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa yang mampu mengelola emosi dengan baik akan lebih fokus terhadap tanggung jawabnya dalam belajar sehingga hasil belajarnya akan maksimal.

Begitu banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa seperti yang telah dipaparkan di atas. Maka pada


(52)

penelitian ini peneliti membatasi hanya pada dua faktor yang akan dibahas. Faktor-faktor tersebut yaitu pergaulan teman sebaya dan kecerdasan emosional.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Arif Muhammad Ammar, dalam

Jurnal PGSD” Vol. III, No. 5 Tahun 2014 yang berjudul Hubungan antara Interaksi Teman Sebaya dengan Kecerdasan Emosional Siswa Kelas V SD Negeri 1 Bedagas Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan linear dan signifikan antara Interaksi Teman Sebaya dengan Kecerdasan Emosional Siswa Kelas V SD Negeri Bedagas, Pengadegan, Purbalingga.

Persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu pada variabel interaksi teman sebaya dengan variabel kecerdasan emosional. Perbedaanya antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu pada penelitian terdahulu hanya terdapat dua variabel yaitu interaksi teman sebaya dengan kecerdasan emosional sedangkan pada penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu pergaulan teman sebaya, kecerdasan emosional dan hasil belajar. Selain itu perbedaannya terletak pada lokasi penelitian. Dimana penelitian terdahulu dilakukan di SDN Bedagas, Pengadegan, Purbalingga sedangkan penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Bantul.


(53)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Okky Wicaksono, dalam “Jurnal PGSD” Vol. III, No. 16 Tahun 2014 yang berjudul Hubungan Antara Pergaulan Teman Sebaya dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Gugus Jenderal Sudirman. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan antara pergaulan teman sebaya dengan prestasi belajar. Terdapat persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu pada variabel pergaulan teman sebaya, sedangkan perbedaannya terletak pada variabel prestasi belajar dan lokasi penelitian.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ika Ayu Shinta Ria R, dalam “Jurnal PGSD” Vol. IV, No. 23 Tahun 2015 yang berjudul Hubungan Pergaulan Teman Sebaya dengan Kecerdasan Emosi Siswa Kelas V SD Negeri Se-Kecamatan Gantiwarno. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pergaulan teman sebaya dengan kecerdasan emosi.

Persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu terletak pada variabel pergaulan teman sebaya sebagai variabel X1. Sedangkan perbedaannya jika penelitian terdahulu menggunakan variabel kecerdasan emosional sebagai variabel Y, sedangkan pada penelitian ini peneliti menggunakan variabel kecerdasan emosional sebagai X2 dan hasil belajar sebagai variabel Y. Selain itu perbedaannya terletak pada lokasi penelitian.


(54)

4. Penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Fatono dan Dr. Mukminan, dalam “Jurnal Geo Educasia” Vol. I, No. 2 Tahun 2013 dengan judul Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Sosial SMA Di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar Geografi.

Antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu terdapat kesamaan yaitu pada variabel kecerdasan emosional. Sedangkan perbedaannya pada variabel lingkungan belajar dan prestasi belajar Geografi. Selain itu perbedaannya terletak pada lokasi penelitian.

C. Kerangka Pikir

Melalui kegiatan pembelajaran di sekolah siswa memperoleh beragam ilmu pengetahuan salah satunya IPS. Guna mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dapat dilihat dari hasil belajarnya. Hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini merupakan hasil belajar siswa pada ranah kognitif, yaitu yang mengarah pada pemahaman siswa terhadap materi IPS yang telah di ajarakan dengan melihat nilai yang diperoleh siswa, seperti nilai UAS, UBM, tugas dan UTS.

Memperoleh hasi belajar maksimal tentu menjadi tujuan utama siswa. Namun sebagian siswa merasa sulit untuk mendapatkan hasil


(55)

belajar yang maksimal, karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhi siswa dalam memperoleh hasil belajar. Faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar yaitu pergaulan teman sebaya. Pergaulan teman sebaya memberikan banyak pengaruhnya terhadap perkembangan siswa. Fungsi pergaulan teman sebaya bagi siswa adalah sebagai pertemanan (companionship), stimulasi kompetensi (stimulation), dukungan fisik (physical support), dukungan ego (ego support), perbandingan sosial (social comparsion), dan intimasi/afeksi (intimacy/affection).

Banyak manfaat positif yang diperoleh siswa melalui pergaulan teman sebaya misalnya, siswa yang bergaul dengan teman yang rajin belajar maka akan ikut serta dalam kebiasaan tersebut guna mengimbangi kemampuan temannya. Namun pergaulan teman sebaya dapat pula menjerumuskan siswa pada hal-hal yang sifatnya negatif. Pergaulan yang sifatnya negatif akan berpengaruh terhadap perilaku yang menyimpang dan dapat pula berngaruh terhadap pendidikannya, yaitu menurunya hasil belajar siswa.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap hasil belajar adalah kecerdasan emosional. Komponen kecerdasan emosional itu sendiri adalah kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Siswa dengan kecerdasan emosional tinggi dapat mengontrol emosi diri dengan baik, sehingga menjadi lebih mampu bertanggung jawab dan mampu memusatkan perhatian pada tugas yang tengah dikerjakan. Hal ini menjadikan siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dapat


(56)

memperoleh hasil belajar yang maksimal. Maka dapat digambarkan kerangka pikir pada penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan kerangka pikir maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara pergaulan teman sebaya dengan kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 2 Bantul. 2. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara pergaulan teman

sebaya dengan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa SMP Negeri 2 Bantul.

Pergaualan Teman Sebaya 1. Pertemanan (companionship) 2. Stimulasi kompetensi (stimulation) 3. Dukungan fisik (physical support) 4. Dukungan ego (ego support) 5. Perbandingan sosial (social

comparsion)

6. Intimasi/afeksi (intimacy/affection)

Kecerdasan Emosional 1. Kesadaran diri 2. Pengaturan diri 3. Motivasi 4. Empati 5. Keterampilan

sosial

Hasil Belajar Siswa


(57)

3. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa SMP Negeri 2 Bantul.

4. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara pergaulan teman sebaya dan kecerdasan emosional dengan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa SMP Negeri 2 Bantul.


(58)

43

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang menyajikan informasi dalam bentuk angka dan dianalisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2014: 7). Jenis penelitian ini yaitu penelitian korelasional. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan apakah terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih (Sukardi, 2009: 166). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Selain itu, penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian expost facto karena pada penelitian ini tidak dikendalikan atau diperlakukan secara khusus melainkan menggambarkan keadaan sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bantul yang beralamatkan di Jln. Bantul Melikan Lor. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2016 - Juni 2016.

C. Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu: 1. Variabel bebas (independent variabel)

Variabel bebas merupakan variabel yang nilainya mempengaruhi variabel terikat pada suatu penelitian (, 2010: 48).


(59)

Variabel bebas pada penelitian ini yaitu Pergaulan Teman Sebaya (X1), dan Kecerdasan Emosional (X2).

2. Variabel terikat (dependent variabel)

Varibel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas pada suatu penelitian (Purwanto, 2010: 48). Variabel terikat pada penelitian ini yaitu Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa SMP Negeri 2 Bantul (Y).

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Pergaulan Teman Sebaya

Pergaulan teman sebaya merupakan interaksi pergaulan dengan teman yang memiliki ciri-ciri yang sama seperti tingkat usia relatif sama, lingkungan sekolah yang sama, serta mendapat materi pembelajaran yang sama. Fungsi pergaulan teman sebaya antara lain pertemanan (companionship), stimulasi kompetensi (stimulation), dukungan fisik (physical support), dukungan ego (ego support), perbandingan sosial (social comparsion), dan intimasi/afeksi (intimacy/affection).

2. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan siswa dalam memahami diri sendiri dan orang lain, kemampuan siswa dalam mengelola emosi dengan melakukan tindakan pada kondisi yang tepat sehingga ia mampu menjalin kerjasama, kemampuan siswa dalam memotivasi diri serta kemampuan siswa dalam menggunakan


(60)

kepekaan emosi sebagai sumber belajar. Kecerdasan emosional terdiri dari lima komponen penting yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, serta keterampilan sosial.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil akhir yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil tersebut berupa bertambahnya ilmu pengetahuan siswa yang merupakan ranah kognitif. Guna mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa pada materi yang diajarkan dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa. Nilai tersebut berupa nilai UAS (Ulangan Akhir Semester) gasal tahun ajaran 2015/2016, nilai UBM (Ulangan Bersama Mandiri) tahun ajaran 2015/2016, nilai UTS (Ujian Tengah Semester) tahun ajaran 2015/2016, serta nilai tugas terbaru.

E. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulan (Sugiyono, 2014: 80). Populasi pada penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VII, VIII dan IX SMP Negeri 2 Bantul tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 472 siswa. Penjabaran jumlah siswa setiap kelas dapat dilihat pada Tabel 1.


(61)

Tabel 1. Daftar Jumlah Siswa SMP Negeri 2 Bantul

Sumber: Dokumen SMP Negeri 2 Bantul, 2016 2. Sampel

Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006: 131). Sampel pada penelitian ini yaitu perwakilan siswa pada masing-masing kelas. Mulai dari kelas VII A – VII F, VIII A – VIII F, dan IX A – IX F. Guna menentukan jumlah sampel dengan populasi sebanyak 472 siswa peneliti menggunakan rumus yang dikembangkan Isaac dan Michael (Suharsimi Arikunto, 2006: 136) sebagai berikut:

s =

2.N.P. d2 N-1 + 2.P. Keterangan:

s = Jumlah sampel 2

= Chi Kuadrat yang harganya tergantung derajat kebebasan Kelas Jumlah Siswa Kelas Jumlah Siswa

VII A 28 VIII D 26

VII B 28 VIII E 27

VII C 28 VIII F 27

VII D 26 IX A 24

VII E 26 IX B 24

VII F 28 IX C 24

VIII A 28 IX D 24

VIII B 26 IX E 24

VIII C 28 IX F 26

Jumlah 246 226


(62)

dan tingkat kesalahan, untuk Derajat Kebebasan 1 dan kesalahan 5% harga Chi Kuadrat = 3,841.

N = Jumlah populasi P = Peluang Besar (0,5) Q = Peluang Salah (0,5)

d = Perbedaan antara rata-rata sampel dengan rata-rata populasi dengan perbedaan yang digunakan 0,5.

penghitungan rumus yang dikembangkan Isaac dan Michael di atas jika populasi 472 dengan kesalahan 5% jumlah sampel adalah:

= 196

Hasil penghitungan diperoleh jumlah sampel sebanyak 196 siswa. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik proportional random sampling dimana dalam pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa memandang strata dalam populasi, sehingga semua anggota dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel. Maka dari itu peneliti menggunakan cara undian guna menentukan sampel agar semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel secara objektif.


(63)

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data mengenai variabel-variabel pada penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 149). Peneliti dalam memperoleh data tersebut menggunakan:

1. Angket

Angket adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan peneliti untuk memperoleh informasi dari responden (Suharsimi Arikunto, 2006: 151). Angket pada penelitian ini terdiri dari butir-butir pernyataan yang dibagikan kepada responden guna memperoleh data yang berkaitan dengan variabel pergaulan teman sebaya dan kecerdasan emosional dengan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa SMP Negeri 2 Bantul.

2. Dokumentasi

Dokumentasi pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh data berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006: 231). Teknik dengan cara dokumentasi pada penelitian ini digunakan peneliti untuk memperoleh data-data mengenai data nilai siswa SMP Negeri 2 Bantul yang meliputi nilai UAS mata pelajaran IPS semester gasal tahun ajaran 2015/2016, nilai UTS terbaru mata pelajaran IPS, nilai UBM terbaru mata pelajaran IPS dan nilai tugas terbaru untuk kelas IX.


(64)

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data pada saat penelitian dengan menggunakan suatu metode (Suharsimi Arikunto, 2006: 149). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa lembar angket yang dibagikan pada responden guna memperoleh data dan informasi terkait dengan peneltian. Angket pada penelitian ini terdiri dari dua jenis angket yang pertama angket pergaulan teman sebaya dan yang kedua angket kecerdasan emosional. Masing-masing angket terdiri dari dua jenis pernyataan yaitu jenis pernyataan positif dan pertanyaan negatif.

Angket yang digunakan merupakan angket tertutup dan terkendali. Pada angket tersebut sudah disediakan pilihan jawaban sehingga responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan dengan

memberi tanda ceklis (√). Skala pengukuran yang digunakan pada varibel pergaulan teman sebaya dan kecerdasan emosional adalah skala likert.

Jawaban setiap item instrumen menggunakan skala likert yang mempunyai dragasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif. Jawaban yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil dari modifikasi dimana jawaban yang sifatnya netral tidak digunakan pada penelitian ini sehingga hanya terdapat empat jawaban saja. Jawaban tersebut yaitu berupa kata-kata antara lain: Selalu (SL), Sering (S), Kadang-kadang (KK), dan Tidak Pernah (TP) (Sugiyono, 2014: 93). Jawaban untuk penelitian kuantitatif tersebut diberi skor. Skor setiap


(65)

alternatif jawaban pada pernyataan yang bersifat positif dan negatif dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Skor Alternatif Jawaban

Jawaban Pernyataan

Positif Negatif

Selalu (SL) 4 1

Sering (S) 3 2

Kadang-kadang (KK) 2 3

Tidak Perna (TP) 1 4

Sumber: Sugiyono (2014: 93)

Pada variabel terikat yaitu hasil belajar peneliti menggunakan nilai siswa SMP Negeri 2 Bantul meliputi nilai UAS mata pelajaran IPS semester gasal tahun ajaran 2015/2016, nilai UTS terbaru mata pelajaran IPS, nilai UBM terbaru mata pelajaran IPS dan nilai tugas terbaru mata pelajaran IPS kelas khusus kelas IX. Adapun kisi-kisi yang digunakan peneliti dalam menyusun instrumen setiap variabel bebas dapat dilihat pada Tabel 3 berikut

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Pergaulan Teman Sebaya

No Indikator No Item Jumlah

1 Pertemanan (companionship) 1, 2*, 3 3 2 Stimulasi kompetensi

(stimulation) 4*, 5, 6 3

3 Dukungan fisik (physical

support) 7*, 8, 9* 3

4 Dukungan ego (ego support) 10, 11, 12*,

13, 18 5

5 Perbandingan sosial (social

comparsion) 14, 15*, 19 3

6 Intimasi/afeksi

(intimacy/affection) 16, 17, 20* 3 Keterangan: * Pernyataan negatif


(66)

Tabel 4. Kisi-kisi Kecerdasan Emosional

No Indikator No Item Jumlah

1 Kesadaran diri 21, 22*, 23, 24 4 2 Pengaturan diri 25*, 26, 27, 28 4

3 Motivasi 29*, 30, 31, 32 4

4 Empati 33, 34, 35, 36* 4

5 Keterampilan social 37, 38*, 39, 40 4 Keterangan: * Pernyataan negatif

H. Uji Coba Instrumen

Guna mengetahui layak tidaknya suatu instrumen maka dilakukan uji coba sebelum instrumen digunakan dalam penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut sudah memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel. Uji coba instrumen dilakukan di SMP Negeri 2 Bantul terhadap 30 siswa yaitu siswa kelas VII A sebanyak 16 responden dan kelas VII D sebanyak 14 responden. Responden tersebut di luar sampel yang telah ditentukan oleh peneliti. Penghitungan data menggunakan bantuan program komputer SPSS 23.0 for Windows.

1. Uji Validitas Instrumen

Suharsimi Arikunto (2006: 168) mengemukakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas


(67)

konstruks (construct validity) yaitu dengan pendapat dari ahli (experts judgment) (Sugiyono, 2014: 125).

Validitas dengan pendapat ahli (experts judgment) pada penelitian peneliti meminta pendapat dari pembimbing, sedangkan untuk menguji validitas setiap butir instrumen menggunakan validitas empiris (validitas eksternal) dengan melakukan uji coba terhadap 30 responden yang kemudian di analisis menggunkanan rumus korelasi product moment menggunakan bantuan program komputer SPSS 23.0 for Windows.

Kriteria pengujian suatu butir instrumen dapat dikatakan valid apabila harga rhitung sama dengan atau lebih dari rtabel dengan taraf signifikan 5%. Sebaliknya, butir instrumen dapat dikatakan tidak valid apabila harga rhitung lebih kecil dari rtabel dengan taraf signifikan 5%. Nilai rtabel product moment (Sugiyono, 2014: 333) taraf signifikan 5% dengan N = 30 adalah 0,361.

Hasil uji coba terhadap 30 responden dengan total butir instrumen variabel bebas yaitu pergaulan teman sebaya (X1) sebanyak 20 butir menunjukkan bahwa terdapat 2 butir instrumen yang tidak valid. Butir instrumen yang tidak valid yaitu nomor 6 dan nomor 20. Sedangkan varibel kecerdasan emosional (X2) dengan total butir instrumen sebanyak 20 butir, hasil penghitungan menunjukkan bahwa terdapat 3 butir instrumen yang tidak valid. Instrumen yang tidak valid yaitu nomor 5, 16 dan 19. Butir


(68)

instrumen yang tidak valid kemudian digugurkan dan tidak digunakan pada instrumen penelitian. Hasil uji validitas instrumen pergaulan teman sebaya selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Instrumen Pergaulan Teman Sebaya No Butir

Instrumen Nilai rtabel Nilai rhitung Keterangan

1 0,361 0,427 Valid

2 0,361 0,440 Valid

3 0,361 0,381 Valid

4 0,361 0,497 Valid

5 0,361 0,581 Valid

6 0,361 0,004 Tidak Valid

7 0,361 0,395 Valid

8 0,361 0,639 Valid

9 0,361 0,571 Valid

10 0,361 0,520 Valid

11 0,361 0,535 Valid

12 0,361 0,587 Valid

13 0,361 0,580 Valid

14 0,361 0,415 Valid

15 0,361 0,420 Valid

16 0,361 0,488 Valid

17 0,361 0,486 Valid

18 0,361 0,461 Valid

19 0,361 0,529 Valid

20 0,361 0,009 Tidak Valid

Sumber: Data primer yang diolah, 2016

Tabel 5 menunjukkan bahwa instrumen variabel pergaulan teman sebaya pada instrumen butir 6 hanya mencapai nilai rhitung sebesar 0,004. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai rtabel sebesar 0,361 sehingga dinyatakan tidak valid. Selain instrumen butir 6 yang tidak valid yaitu instrumen butir 20 dimana harga nilai rhitung hanya mencapai 0,009. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai rtabel sebesar


(1)

138 RIZQY AHMAD FAUZAN 8 F

52.00

85

64

67.00 139 ANNISA RIZKY PRATIWI 9 A

76.00

83.33

86

81.78 140

FARRAH ARFIANA RAHMA

TIA 9 A

62.00

80

89

77.00

141

ISTHININGTYAS PUTRI

KUMALA SARI 9 A

74.00

90

90

84.67

142

MUHAMMAD TAUFIK

NURYAHYA 9 A

72.00

90

86

82.67

143 NOFIA PUTRI SATIRA 9 A

56.00

86.67

85

75.89

144 RINI ISWANDARI 9 A

92.00

96.67

87

91.89

145

RISMA EKASARI NUR

ROHMAH 9 A

82.00

86.67

88

85.56

146 SYAHDAN ABIZAR 9 A

32.00

73.33

85

63.44

147 YENNY MERRY ASTUTI 9 A

68.00

83.33

85

78.78

148 YUSUF FAIZAL AMRI 9 A

72.00

80

87

79.67

149

ALIFIA MEIRIANA PUTRI

HERAFANTI 9 B

62.00

96.67

88

82.22

150 ASTRID HELDA FADLIKA 9 B

66.00

76.67

85

75.89

151 CALISSA FARRAZ PUTRI 9 B

74.00

80

87

80.33

152 ELVINA RATNA PALUPI 9 B

74.00

86.67

88

82.89

153 GUSNANDA PERMANA 9 B

92.00

80

87

86.33

154 HAFIDZ ARDHIANSYAH 9 B

54.00

66.67

85

68.56

155 HERYU WULANDARI 9 B

68.00

90

89

82.33

156 ILHAM AHMAD HAMDANI 9 B

80.00

83.33

86

83.11 157 RAFKY RISYAD WIBISANA 9 B

54.00

80

87

73.67

158 RIFKA WULANDARI 9 B

82.00

63.33

88

77.78

159 AZ-ZAHRA ATIKA RAHMA 9 C

72.00

76.67

86

78.22 160

MEIRINA KURNIA DWI

SAPUTRI 9 C

58.00

66.67

86

70.22

161

MUHAMMAD NAUFAL

RAMADAN 9 C

64.00

63.33

86

71.11

162

MUHAMMAD RIFKI

KURNIAWAN 9 C

78.00

83.33

85

82.11

163

MUHAMMAD SYAHRUL

AKBAR 9 C

72.00

76.67

86

78.22

164 RAHMAH DWI ASTUTI 9 C

58.00

70

87

71.67

165

RANDIAWAN RESASTIYO

ADI 9 C

74.00

76.67

86

78.89

166 ULFA MALIHATUS SOLIHA 9 C

76.00

83.33

89

82.78 167

WAHYU SEKAR

WIJAYANINGTYAS 9 C

88.00

86.67

87

87.22

168

YOANNA WANDA

DAMAYANTI 9 C

62.00

66.67

87

71.89

169 CHAYYU ZALENA HAWIE 9 D

72.00

83.33

88

81.11 170 DESI FEBTIKA PUTRI 9 D

86.00

83.33

88

85.78


(2)

172

171 INE POETRI NURIDA 9 D

72.00

80

87

79.67

172 MUHAMMAD WILDAN RIFQI 9 D

78.00

76.67

87

80.56 173 NIRVANTI RIFKA NURAINI 9 D

78.00

76.67

87

80.56

174 RIYANTO 9 D

52.00

83.33

85

73.44

175

RONGGO CATUR ROMAN

JASUMAH 9 D

72.00

86.67

87

81.89

176 SETIYAWAN ARDIYANSYAH 9 D

70.00

86.67

86

80.89

177 SITI NUR SYAMSIYAH 9 D

44.00

60

87

63.67

178 VIKI ROKHMATI MAULA 9 D

44.00

56.67

87

62.56 179

ADISTARA RIZKY

RAMADHAN 9 E

82.00

90

86

86.00

180 ANGGITA SULISTYARINI 9 E

76.00

73.33

87

78.78 181

ARINTA RETNO

WULANDARI 9 E

72.00

76.67

87

78.56

182 DEVI SRI NURHIDAYANTI 9 E

78.00

76.67

86

80.22 183 GALIH ESTUNING HUTAMI 9 E

80.00

83.33

85

82.78 184

LISTIANOVA DEVI

NURROCHMAH 9 E

58.00

73.33

85

72.11

185 MALITA TULISTYANINGSIH 9 E

68.00

70

87

75.00

186 RADIFAN AMALUL AHLI 9 E

76.00

80

85

80.33

187 SAPTA NURHIDAYAT 9 E

90.00

83.33

86

86.44

188

TIVA SHEILA SYIFA

KUSUMA PUTRI 9 E

80.00

83.33

88

83.78

189 AHMAD GHOZALI 9 F

72.00

73.33

87

77.44

190 ARYO BANGUN LUKITO 9 F

84.00

86.67

88

86.22

191 BAGUS WICAKSONO 9 F

50.00

90

86

75.33

192 BERLYNDA AULIA ROSSI 9 F

70.00

90

86

82.00

193 FAISHAL AMIN ABYAN 9 F

78.00

80

88

82.00

194 HANIVAH NUR AINI 9 F

68.00

76.67

88

77.56

195 LAILATUL MUBAROKAH 9 F

86.00

83.33

90

86.44


(3)

(4)

(5)

(6)