ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN (LEMBAGA PEMBIAYAAN) DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2005-2007.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN (LEMBAGA PEMBIAYAAN) DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2005-2007
SKRIPSI
Oleh :
AD. LAURENTIUS CHRISTIAN B.P 0613015047/ FE / EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2010
(2)
SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN (LEMBAGA PEMBIAYAAN) DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2005-2007
Disusun Oleh :
AD. LAURENTIUS CHRISTIAN B.P 0613015047/ FE / EA
telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 11 Juni 2010
Pembimbing : Tim Penguji
Pembimbing Utama Ketua
Drs. Ec. Saiful Anwar, M.Si Drs. Ec. Saiful Anwar, M.Si
Sekretaris
Dra. Ec. Sari Andayani, M.Aks Anggota
Dra. Erry Andaniwati, M.Aks, AK
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Dekan Fakultas Ekonomi
Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM
(3)
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan limpahan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN (LEMBAGA PEMBIAYAAN) DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2005-2007”.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, maka akan sulit bagi penulis untuk dapat menyusun skripsi ini. Sehubungan dengan hal itu, maka dalam kesempatan istimewa ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam mendukung kelancaran penulisan skripsi baik berupa dukungan, doa maupun bimbingan yang telah diberikan. Secara khusus penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Univesitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE. MM., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi., selaku Wakil Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE. MSi., selaku Ketua Program Studi
(4)
6. Dosen-dosen di Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur.
7. Orang tua dan adik-adik penulis, yang telah memberikan doa kepada
penulis, dan seluruh keluarga besar.
8. Serta pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surabaya, Mei 2010
(5)
KATA PENGANTAR ……… i
DAFTAR ISI ……….. iii
DAFTAR GAMBAR ………. vi
DAFTAR TABEL ……….. vii
DAFTAR LAMPIRAN ………. viii
ABSTRAKSI ………. ix
BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ……….. 1
1.2. Perumusan Masalah ………. 8
1.3.Tujuan Penelitian ……….. 8
1.4. Manfaat Penelitian ………... 8
BAB II. KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN SEBELUMNYA 2.1. Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu ………. 10
2.2. Kajian Teori ……… 17
2.2.1. Laporan Keuangan ……….. 17
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ………. 17
2.2.1.2. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ………. 20
2.2.1.3. Tujuan Laporan Keuangan ……… 21
2.2.1.4. Sifat Laporan Keuangan ………... 22
2.2.1.5. Pengguna dan Kebutuhan Informasi ……… 23
2.2.1.6. Perlunya Laporan Keuangan di Audit ……….. 25
2.2.2. Audit……… 26
2.2.2.1. Pengertian Audit ………... 26
2.2.2.2. Tujuan Audit ……….. 27
2.2.2.3. Tanggung Jawab Atas Laporan Audit ……… 28
2.2.2.4. Tipe Auditor ……….. 29
2.2.2.5. Jenis – Jenis Audit ……….……… 30
2.2.2.6. Prosedur Audit ………... 32
2.2.3. Standar Auditing ……… 33
(6)
2.2.6.2. Laba atau Rugi ……….. 43
2.2.6.1.1. Hub. Laba atau Rugi dengan Audit Delay ……... 44
2.2.6.3. Ukuran KAP ……….. 48
2.2.6.3.1. Hub. Ukuran KAP dengan Audit Delay ………… 51
2.3. Kerangka Pikir ………. 53
2.4. Hipotesis ……….. 53
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ……… 54
3.2. Teknik Penentuan Sampel ……….. 56
3.2.1. Jenis Data………. 56
3.2.2. Sumber Data ……….. 56
3.3. Teknik Pengumpulan Data ………. 57
3.3.1. Populasi ……….. 57
3.3.2. Sampel ……… 58
3.3.3. Pengumpulan Data ……….. 59
3.4. Teknik Analisis, Uji Hipotesis, Uji Normalitas, dan Uji Asumsi Klasik …… 60
3.4.1. Tenik Analisis ………. 60
3.4.3. Uji Normalitas ………. 61
3.4.2. Uji Asumsi Klasik ……….. 61
3.4.4.1. Autokorelasi ……….. 62
3.4.4.2. Multikolinieritas ……… 64
3.4.4.3. Heteroskedastisitas ……… 64
3.4.4. Uji Hipotesis ………... 65
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ……… 67
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Wahana Ottomitra Multiartha Tbk… 70 4.1.2. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Buana Finance Tbk ………. 71
4.1.3. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Danasupra Erapacific Tbk ... 72
4.1.4. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Trust Finance Indonesia ... 73
4.1.5. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Mandala Multifinance Tbk ... 74
(7)
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ……….. 82
4.2.1. Deskripsi Variabel Total Assets ……….. 82
4.2.2. Deskripsi Variabel Laba Rugi ………. 84
4.2.3. Deskripsi Variabel Ukuran Kantor Publik ……….. 85
4.2.4. Deskripsi Variabel Audit Delay ……….. 86
4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis ……… 88
4.3.1. Tenik Analisis ……….. 88
4.3.2. Uji Normalitas ………. 89
4.3.3. Uji Asumsi Klasik ……… 90
4.3.3.1. Autokorelasi ……….. 90
4.3.3.2. Multikolinieritas ……… 91
4.3.3.3. Heteroskedastisitas ……… 92
4.3.4 Hasil Pengujian Hipotesis ……… 93
4.3.4.1. Uji F ………... 93
4.3.4.2. Uji t ………... 94
4.4. Pembahasan ……… 95
4.4.1. Implikasi Hasil Penelitian ……… 97
4.4.2. Pengembangan Ilmu Pengetahuan ………... 98
4.4.3. Konfirmasi Hasil dengan Tujuan dan Manfaat ……… 98
4.4.4. Keterbatasan ………. 99
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ………. 100
5.2. Saran ……… 100 DAFTAR PUSTAKA
(8)
Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pikir ……….. 53 Gambar 3.1. Kurva Durbin Watson ……….. 64 Gambar 4.1. Kurva Hasil Pengujian Durbin Watson ……… 91
(9)
Tabel 1.1. Data Audit Delay Perusahaan (Lembaga Pembiayaan) Yang……...
Go Publik di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 ………... 5
Tabel 3.1. Uji d Durbin Watson ………. 64
Tabel 4.1. Total Asset Perusahaan Yang Go Publik di Bursa Efek ……… Indonesia Tahun 2005-5007………... 83
Tabel 4.2. Laba Rugi Perusahaan Yang Go Publik di Bursa Efek ………. Indonesia Tahun 2005-2007……….. 84
Tabel 4.3. Rekapitulasi Data Ukuran Kantor Akuntan Publik Pada ………….. Perusahaan Yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Tahun ……... 2005-2007 ………. 85
Tabel 4.4. Data Audit Delay Perusahaan Yang Go Publik di Bursa…………... Efek Indonesia Tahun 2005-2007 ………. 87
Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas ………. 89
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ………. 92
Tabel 4.7. Hasil Uji F ………. 93
(10)
Lampiran 2. Hasil Uji Normalitas Lampiran 3a. Hasil Uji Autokorelasi Lampiran 3b. Hasil Uji Multikolinieritas Lampiran 3c. Hasil Uji Heteroskedastisitas Lampiran 4. Hasil Uji Regresi
(11)
Oleh:
AD. Laurentius Christian B.P
Abstrak
Perkembangan pasar modal di Indonesia berdampak peningkatan permintaan akan audit laporan keuangan oleh para pemakai informasi keuangan sebagai prediksi dan pengambilan keputusan dalam berinvestasi. Salah satu kriteria profesionalisme dari auditor adalah ketepatan waktu penyampaian laporan auditnya. Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan sering dinamai dengan audit delay. Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi audit delay yaitu (1) Ukuran perusahaan, (2) Laba rugi perusahaan, (3) Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP).
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan pengaruh ditinjau dari laba/rugi perusahaan dan ukuran kantor akuntan publik (KAP) atas ukuran perusahaan terhadap audit delay. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan (lembaga pembiayaan) go publik di BEJ tahun 2005-2007 dengan jumlah sampel 10 perusahaan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Alat analisis data yang digunakan statistik deskriptif. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS 17.0.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa dari ketiga variabel yang dipakai yakni variabel ukuran perusahaan, laba rugi perusahaan dan ukuran Kantor Akuntan Perusahaan (KAP), ternyata hanya variabel ukuran Kantor Akuntan Publik yang terdapat perbedaan pengaruh negatif terhadap audit delay atas ukuran perusahaan terbukti kebenarannya sedangkan variabel ukuran perusahaan dan laba rugi perusahaan terdapat perbedaan pengaruh positif terhadap audit delay tidak terbukti kebenarannya.
Kata kunci: Audit Delay, Ukuran perusahaan, Laba/Rugi perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan (KAP).
(12)
(13)
By:
AD. Christian Laurentius B.P Abstract
Indonesian capital market development impact increased demand for financial audit by the users of financial information as a prediction and decision making in investment. One of the criteria of professionalism of the auditor is timely submission of audit reports. The time difference between the date of the financial statement audit opinion on the financial statements are often named with audit delay. Factors that may affect audit delay are: (1) The size of the company, (2) Profit and loss firms, (3) Size Public Accounting Firm (KAP).
Problems in this study is whether there are differences in terms of the effect of profit / loss and the size of the company's public accountant (KAP) of firm size on audit delay. The population in this study are the companies (financial institutions) go public on the JSE in 2005-2007 with a total sample of 10 firms. Methods of data collection in this research is a method of documentation. The data analysis used descriptive statistics. Methods of data analysis used in this study is multiple linear regression with SPSS 17.0.
Based on the results of research can be seen that the three variables used by the variable size of firms, corporate income and the size of the Company Accounting Firm (KAP), it has a variable size public accounting firm that there are differences in negative impact on audit delay for firm size attested while the variable size of firms and corporate income difference, a positive effect on audit delay is not proven true. Key words: Audit Delay, company size, profit / loss company, the Accounting Firm Size (KAP).
(14)
Oleh:
AD. Laurentius Christian B.P
Abstrak
Perkembangan pasar modal di Indonesia berdampak peningkatan permintaan akan audit laporan keuangan oleh para pemakai informasi keuangan sebagai prediksi dan pengambilan keputusan dalam berinvestasi. Salah satu kriteria profesionalisme dari auditor adalah ketepatan waktu penyampaian laporan auditnya. Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan sering dinamai dengan audit delay. Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi
audit delay yaitu (1) Ukuran perusahaan, (2) Laba rugi perusahaan, (3)
Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP).
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan pengaruh ditinjau dari laba/rugi perusahaan dan ukuran kantor akuntan publik (KAP) atas ukuran perusahaan terhadap audit delay. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan (lembaga pembiayaan) go publik di BEJ tahun 2005-2007 dengan jumlah sampel 10 perusahaan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Alat analisis data yang digunakan statistik deskriptif. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS 17.0.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa dari ketiga variabel yang dipakai yakni variabel ukuran perusahaan, laba rugi perusahaan dan ukuran Kantor Akuntan Perusahaan (KAP), ternyata hanya variabel ukuran Kantor Akuntan Publik yang terdapat perbedaan pengaruh negatif terhadap audit delay atas ukuran perusahaan terbukti kebenarannya sedangkan variabel ukuran perusahaan dan laba rugi perusahaan terdapat perbedaan pengaruh positif terhadap audit delay tidak terbukti kebenarannya.
Kata kunci: Audit Delay, Ukuran perusahaan, Laba/Rugi perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan (KAP).
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan pasar modal di Indonesia, setiap perusahaan go publik diharuskan membuat laporan keuangan guna sebagai media komunikasi antara manajemen (intern perusahaan) dengan pihak di luar perusahaan. Laporan keuangan haruslah disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal.
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam laporan keuangan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya (Subekti dan Widiyanti, 2004), oleh karena itu, pentingnya ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya, jika tanggal publikasi laporan keuangan auditannya lebih singkat maka laporan tersebut akan memberikan keuntungan/manfaat dalam mengambil keputusan bagi para pemakai laporan keuangan, dalam PSAK No.1 juga menjelaskan bahwa manfaat suatu laporan keuangan akan berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya (IAI, 2009).
Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan telah diatur dalam peraturan Pasar Modal No.KEP 80/PM/1996 mengenai penyampaian laporan keuangan menyatakan bahwa: perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal
(16)
wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit kepada BAPEPAM selambat-lambatnya 120 hari terhitung sejak tanggal berakhirnya tahun buku. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya keputusan No.KEP 17/PM/2002 oleh Ketua BAPEPAM tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan secara berkala yang mulai berlaku untuk laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember 2002 (Utami, 2006).
Peraturan pembaharuan ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan investor dalam membuat keputusan bisnis, sebab yang menjadi sinyal bagi investor adalah ketepatan waktu perusahaan dalam penyajian laporan keuangan ke publik, Meskipun diberlakukannya peraturan tersebut untuk tanggal tahun buku yang berakhir pada tahun 2002, masih ada 92 emiten yang terlambat menyerahkan laporan keuangan dan secara otomatis tentu juga akan mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan di media masa dalam penelitian (Utami, 2006).
Peraturan tersebut diperbaruhi kembali dengan dikeluarkannya No.KEP 36/PM/2003 oleh ketua BAPEPAM untuk menyempurnakan peraturan-peraturan sebelumnya, peraturan-peraturan tersebut mulai berlaku untuk laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember 2003. Dalam keputusan tersebut laporan keuangan harus disertai dengan laporan Akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan serta disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum yang pada pokoknya
(17)
adalah Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dan ketentuan akuntansi dibidang Pasar Modal yang ditetapkan BAPEPAM.
Salah satu kendala perusahaan agar dapat mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat umum dan kepada BAPEPAM adalah bergantung pada ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan auditnya. Sehingga auditor lebih banyak membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mencari sejumlah hal-hal yang membuktikan sehingga terjadi peningkatan
audit delay. Rentang waktu antara tanggal laporan keuangan sampai dengan
tanggal laporan auditor dinamakan audit delay. Umumnya nilai informasi laporan keuangan akan menurun sejalan dengan semakin panjangnya waktu yang diperlukan auditor untuk memeriksa laporan keuangan.
Penelitian empiris sebelumnya mendokumentasikan bahwa perusahaan
dengan audit delay yang panjang diidentikkan dengan perusahaan yang lebih kecil, bukan industri finansial, mempunyai extraordinary items, sering memperoleh opini akuntan yang qualified, mengeluarkan audit fee yang tinggi, lemahnya pengendalian intern, dan sering melaporkan rugi. Audit delay pada perusahaan finansial ditemukan secara signifikan lebih singkat dibanding perusahaan non finansial. Penyebabnya sistem akuntansi di perusahaan finansial telah diotomatisasi dan tersentralisasi lebih baik serta memiliki aktiva tetap dan tidak mempunyai persediaan. Berlawanan dengan perusahaan manufaktur atau non finansial memiliki lebih sedikit sistem akuntansi dan
(18)
internal control yang tersentralisasi, beragam transaksi serta memiliki aktiva tetap dan persediaan yang lebih besar. Karena audit delay dapat mempengaruhi ketepatan waktu pengumuman earnings, mengetahui penyebab
audit delay akan memperluas pemahaman mengenai ketepatan waktu realisasi
laporan keuangan.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya di Indonesia, rata-rata
audit delay dari tahun ke tahun semakin meningkat. Penelitian yang dilakukan
dalam penelitian Halim (2000) rata-rata audit delay pada tahun 1997 yang terjadi 84,45 hari dan penelitian Imam Subekti dan Widiyanti (2004) menunjukkan bahwa rata-rata audit delay pada tahun 2001 adalah 98,38 hari. Menurut Utami (2006) rata-rata audit delay pada tahun 2002 yang terjadi 84,16 hari. Menurut Prabandari dan Rustiana (2007) menunjukkan bahwa rata-rata audit delay pada tahun 2002-2004 sebanyak 71,62 hari. Rata-rata
audit delay di Indonesia ini tergolong lebih panjang bila dibandingkan dengan
di luar negeri, misalnya audit delay di Kanada lebih pendek, yaitu lebih cepat 21,95 hari dibandingkan dengan Indonesia (Halim: 2000).
Yang menjadi bahan/objek yang diteliti pada penelitian ini adalah Perusahaan (Lembaga Pembiayaan), dimotivasi setidaknya oleh tiga kondisi. Pertama, Dari beberapa sumber, diketahui kehadiran Perusahaan pembiayaan (multi finance) di Indonesia pada 1974. perusahaan pembiayaan mampu berkembang cukup mengesankan. Jenis barang yang dibiayai pun terus meningkat. Jika sebelumnya hanya terfokus pada pembiayaan transportasi,
(19)
kini berkembang pada keperluan kantor, manufaktur, konstruksi dan pertanian. Hal ini mengindikasikan multi finance kian dikenal pelaku usaha
nasional (www.ifsa.or.id). Kedua, adanya fenomena bahwa dengan tidak
mempunyai saldo persediaan yang cukup signifikan mengakibatkan pengauditan laporan keuangan Perusahaan (Lembaga Pembiayaan) membutuhkan waktu lebih singkat dibanding deadline penyerahan laporan keuangan Perusahaan (Lembaga Pembiayaan) audited sebagaimana disyaratkan oleh BAPEPAM. Ketiga, berdasar literatur audit delay yang telah dipublikasikan, penelitian audit delay khususnya pada bidang Perusahaan (Lembaga Pembiayaan) sejauh ini belum ditemukan dan belum pernah dilakukan di Indonesia.
Tabel 1.1 : Data Audit Delay Perusahaan (Lembaga Pembiayaan) Yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007
No. Perusahaan Tahun Tanggal tutup
buku
Tanggal diterbitkannya
laporan audit
selisih
1. PT. Wahana
Ottomitra Tbk.
2007 31 Desember 5 Februari 2008 35 hari
2. PT. Buana Finance Tbk.
2007 31 Desember 12 Februari 2008 42 hari
3. PT. Danasupra Erapacific Tbk.
(20)
No. Perusahaan Tahun Tanggal tutup buku Tanggal diterbitkannya laporan audit selisih
4. PT. Trust Finance Indonesia Tbk.
2007 31 Desember 28 Februari 2008 58 hari
5. PT. Mandala Multifinance Tbk.
2007 31 Desember 10 Maret 2008 70 hari
6. PT. BFI Finance Indonesia Tbk.
2007 31 Desember 21 Februari 2008 51 hari
7. PT. Sinar Mas Multiartha Tbk.
2007 31 Desember 31 Maret 2008 91 hari
8. PT. Siwani Makmur Tbk.
2007 31 Desember 28 Maret 2008 88 hari
9. PT.Wahana Phonix Mandiri Tbk.
2007 31 Desember 13 Maret 2008 73 hari
10. PT.Indo Citra
Finance Tbk.
2007 31 Desember 26 Maret 2008 86 hari
Sumber : www.idx.co.id
Penelitian ini mencoba menganalisis audit delay dengan faktor-faktor yang akan diuji dari segi ukuran perusahaan, aspek laba/rugi, dan ukuran Kantor Akuntan Publik baik secara simultan maupun parsial. Dan yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah difokuskan pada perusahaan keuangan khususnya yang berkecimpung dalam lembaga pembiayaan dan periode waktu penelitian ini dilakukan pada tahun 2005-2007 sedangkan banyak penelitian sebelumnya menggunakan seluruh perusahaan yang
(21)
dilakukan (Halim, Imam Subekti dan Widiyanti dan Utami) dan adapula yang menggunakan perusahaan keuangan yang menjadi objek peneliti yang dilakukan (Prabandari dan Rustiana). Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh Prabandari dan Rustiana (2007).
Ditinjau dari begitu pentingnya ketepatan waktu pelaporan keuangan, maka peneliti mengambil judul “ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN (LEMBAGA PEMBIAYAAN) DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2005-2007.”
(22)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Apakah terdapat perbedaan pengaruh ditinjau dari laba/rugi perusahaan
dan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) atas ukuran perusahaan terhadap audit delay?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ditetapkan lebih dahulu agar dalam pelaksanaan nanti dapat dijadikan pedoman guna melangkah selanjutnya. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk membuktikan secara empiris adanya perbedaan pengaruh ditinjau
dari laba/rugi perusahaan dan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) atas ukuran perusahaan terhadap audit delay.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan oleh penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi bagi auditor, untuk membantu
(23)
b. Memberikan informasi bagi para investor, agar mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan tersendiri dalam berinvestasi.
2. Manfaat Teoritis dan Akademis
a. Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan yang secara
teoritis dipelajari penulis diperkuliahan dan secara khusus diharapkan dapat menambah wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.
(24)
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN SEBELUMNYA
2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh peneliti lain yang dapat
digunakan sebagai bahan masukan dan bahan pengkajian yang berkaitan
dengan masalah yang akan diteliti, antara lain yang pernah dilakukan oleh:
A. Varianada Halim (2000) 1. Judul
“ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay”
2. Permasalahan
Berapa rata-rata audit delay serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya?
3. Variabel Penelitian
a. Variabel terikat (Y):
Y= audit delay
b. Variabel bebas (X):
X1= ukuran perusahaan
X2= jenis industri perusahaan
X3= tahun buku
(25)
X5= jenis pendapat akuntan publik
X6= lamanya menjadi klien KAP
X7= tingkat profitabilitas
4. Hipotesis
Variabel bebas dalam penelitian ini diduga tidak mempunyai pengaruh
terhadap variabel terikat yaitu audit delay
5. Kesimpulan
Rata-rata audit delay dari hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan
bahwa rata-rata audit delay yang terjadi di Bursa Efek Jakarta adalah
84.45 hari. Rata-rata ini tidak berbeda jauh pada sektor industri dan
financial. Namun demikian hanya dua faktor yang secara konsisten
berpengaruh kuat terhadap audit delay. Faktot-faktor tersebut adalah
tahun buku dan pelaporan kerugian. Sedangkan apabila lebih
difokuskan ke sektor industri maka hanya faktor pelaporan kerugian
yang tetap dominan. Sedangkan pada sektor financial tetap tiga faktor
tersebut diatas yang signifikan yaitu audit delay cenderung panjang
bagi perusahaan yang menggunakan tahun buku 31 Desember, telah
lama menjadi kliean KAP tertentu dan mengumumkan kerugian usaha.
B. Imam Subekti dan Novi Wulandari Widiyanti (2004)
1. Judul
(26)
2. Permasalahan
Apakah profitabilitas perusahaan, ukuran perusahaan, jenis industri,
opini auditor dan ukuran auditor berpengaruh secara signifikan
terhadap audit delay?
3. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas (X):
Y= audit delay
b. Variabel bebas (X):
X1= tingkat profitabilitas
X2= ukuran perusahaan
X3= jenis industri perusahaan
X4= = jenis pendapat akuntan publik
X5= Ukuran Auditor-Kantor Akuntan Publik/ KAP
4. Hipotesis
Profitabilitas perusahaan, ukuran perusahaan, jenis industr, opini
auditor dan ukuran auditor berpengaruh secara signifikan terhadap
audit delay
5. Kesimpulan
Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa kelima variabel tingkat
profitabilitas, aktiva, jenis industri, opini dan auditor (ukuran KAP)
berpengaruh signifikan terhadap variabel audit delay. Hasil ini
(27)
(2000), Na’im (1999), Hanipah (2001), ini artinya bahwa pelaksaan
audit oleh KAP di Indonesia tidak terpengaruh kondisi krisis ekonomi.
Pelaksaan audit di Indonesia terhadap perusahaan publik terkait dengan
peraturan BAPEPAM tentang batas akhir publikasi dan penyampaian
laporan keuangan auditan oleh perusahaan pada publik, Bursa Efek
Jakarta maupun pada BAPEPAM.
C. Wiwik Utami (2006)
1. Judul
“ Analisa Determinan Audit Kajian Empiris Di Bursa Efek Jakarta”
2. Permasalahan
Faktor – faktor apa saja yang dominan berpengaruh terhadap audit
delay laporan keuangan emiten di Bursa Efek Jakarta?
3. Variabel Penelitian
a. Variabel terikat (Y):
Y= audit delay
b. Variabel bebas (X):
X1= jenis industri emiten
X2= lamanya emiten memakai jasa audit sebuah KAP
X3= jenis opini akuntan publik
X4= laba/rugi emiten
X5= total aktiva perusahaan
(28)
X7= rasio hutang terhadap ekuitas
4. Hipotesis
Ukuran perusahaan, jenis industri, lama emiten menjadi klien KAP,
jenis opini auditor, laba/rugi, rasio hutang terhadap ekuitas dan reputasi
auditor tidak berpengaruh ataukah berpengaruh baik secara simultan
maupun parsial terhadap audit delay.
5. Kesimpulan
a. Secara simultan jenis opini auditor, laba/rugi emiten, lamanya
emiten menjadi klien KAP, ukuran perusahaan, reputasi auditor,
rasio hutang terhadap ekuitas dan jenis industry berpengaruh
terhadap auditdelay.
b. Secara empiris determinan audit delay meliputi faktor (a) lamanya
emiten menjadi klien sebuah kantor akuntan publik, (b) emiten
mengalami kerugian dalam tahun berjalan, dan (c) laporan
keuangan emiten mendapat opini selain unqualified dari akuntan
publik.
D. Jeane Deart Meity Prabandari dan Rustiana (2007)
1. Judul
“ Beberapa Faktor Yang Berdampak Pada Perbedaan Audit Delay Di
(29)
2. Permasalahan
Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh pada perbedaan-perbedaan
audit delay dalam perusahaan financial tang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta?
3. Variabel Penelitian
a. Variabel terikat (Y):
Y= audit delay
b. Variabel bebas (X):
X1= ukuran perusahaan
X2= debt to assets ratio
X3= rugi/laba perusahaan
X4= karakteristik KAP
4. Hipotesis
Ada perbedaan audit delay ditinjau dari total revenue, debt to assets
ratio, aspek rugi/laba, laporan keuangan yang diberi Qualified opinion
lebih panjang waktu audit delaynya dibandingkan dengan Unqualified
opinion dan laporan keuangan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik
Big Four waktu audit delay lebih singkat dibandingkan dengan Kantor
(30)
5. Kesimpulan
a. Audit delay mempunyai hubungan negatif dengan ukuran
perusahaan dengan indikator yang digunakan adalah total revenue.
b. Tidak signifikan sehingga tidak ada perbedaan audit delay ditinjau
dari aspek Debt to Assets Ratio, meskipun audit delay untuk
perusahaan dengan debt to assets ratio tinggi lebih panjang
dibandingkan dengan perusahaan yang debt to assets ratio rendah.
c. Ada perbedaan audit delay ditinjau dari pengumuman rugi/laba.
d. Tidak terdapat perbedaan antara perusahaan-perusahaan keuangan
yang diaudit oleh KAP the big Four dengan KAP non the Big Four.
Dalam penelitian terdahulu telah dikaji faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap audit delay, yaitu penelitian Varianada Halim (2000), penelitian
Imam Subekti dan Novi Wulandari Widiyanti (2004), penelitian Jeane Deart
Meity Prabandari dan Rustiana (2007).
Tidak semua faktor dari penelitian yang pernah dilakukan dimasukkan
sebagai variabel pada penelitian ini. Dalam penelitian ini diteliti tiga faktor
yang diperkirakan berpengaruh terhadap lamanya penyelesaian audit (audit
delay) yaitu ukuran perusahaan, laba atau rugi, dan ukuran KAP.
Faktor-faktor yang diteliti didasarkan pada penelitian-penelitian yang pernah
(31)
dimaksudkan untuk menguji lebih lanjut, apakah benar faktor tersebut
berpengaruh dan apakah dengan adanya perbedaan waktu, karena
penelitian-penelitian terdahulu masih menunjukkan hasil yang berbeda-beda
2.2. Kajian Teori
2.2.1. Laporan Keuangan
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk
catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk
mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan/atau kewajiban suatu
entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban
selama suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang
berlaku umum (Mulyadi, 2002:61).
Menurut Baridwan (2000:17), laporan keuangan merupakan ringkasan
suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.
Menurut Utami (2006), laporan keuangan merupakan media komunikasi
yang digunakan oleh manajemen kepada pihak luar perusahaan. Kualitas
komunikasi yang dicapai akan tergantung dengan kualitas laporan keuangan.
(32)
diperlukan adanya aturan (regulasi) yang dibuat oleh profesi (dewan pembuat
standar) dan pemerintah.
Penyusunan laporan keuangan dilakukan secara periodik dan periode
yang biasa digunakan dalah tahunan yang mulai 1 Januari dan berakhir pada
tanggal 31 Desember. Periode seperti ini disebut tahun kalender. Selain tahun
kalender, periode akuntansi bisa juga dimulai dari tanggal selain tanggal 1
Januari. Walupun periode akuntansi (tahun buku) yang digunakan itu adalah
tahunan, manajemen masih dapat menyusun laporan keuangan untuk periode
yang lebih pendek, misalnya bulanan, triwulan atau kuartal (Baridwan,
2000:18).
Laporan keuangan yang lengkap menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No.1 paragraf 07 (IAI, 2009) terdiri dari komponen-komponen :
(a) Neraca;
(b) Laporan laba-rugi;
(c) Laporan perubahan ekuitas;
(d) Laporan arus kas; dan
(e) Catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan harus menerapkan PSAK secara benar disertai
pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan. Informasi lain tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar
walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh PSAK No.1 paragraf
(33)
(manajemen) juga dianjurkan untuk memberikan “informasi tambahan”.
Informasi tambahan yang dianjurkan meliputi oleh pernyataan standar
akuntansi keuangan No.1 paragraf 08 dan 09 (IAI, 2009) :
1. telaahan keuangan yang menjelaskan karakteristik utama yang
mempengaruhi kinerja perusahaan.
2. posisi keuangan perusahaan.
3. kondisi ketidakpastian.
4. laporan mengenai lingkungan hidup.
5. laporan nilai tambah.
Tetapi yang terpenting bagi manajemen mendapat informasi laporan
keuangan selain sebagai yang bertanggung jawab atas laporan keuangan,
informasi bermanfaat untuk (Munawir, 2002:3) :
1) Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan.
2) Untuk menentukan atau mengukur efisiensi tiap bagian, proses atau
produksi, serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai.
3) Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah
diserahi wewenang dan tanggungjawab.
4) Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan guna mencapai hasil yang
(34)
2.2.1.2. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
yaitu : (IAI, 2009:5-8)
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk
maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki
kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai
dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini
atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka
di masa lalu.
3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian
yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya
(35)
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan
(trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat
memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
secara relatif. Untuk menghasilkan informasi yang relevan dan andal
tidaklah mudah, terdapat beberapa kendala yang dihadapi. Salah satu
kendala informasi yang relevan dan andal tersebut adalah tepat waktu
(timeliness). Suatu informasi akan kehilangan relevansinya jika terdapat
keterlambatan yang tidak semestinya dalam pelaporan.
2.2.1.3. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut PSAK No. 1 paragraf 05 “Tujuan laporan keuangan untuk tujuan
umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus
kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas pengunaan
sumber-sumber daya yang dipercayakan mereka” (IAI, 2009).
Sedangkan menurut Kasmir (2008:10-11) tujuan pembuatan atau
(36)
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang
dimiliki perusahaan pada saat ini.
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal
yang dimilki perusahaan pada saat ini.
3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang
diperoleh pada suatu periode tertentu.
4. Memberikan informasi tetang jumlah biaya dan jenis biaya yang
dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
5. Memberikan informasi tentang perubahaan-perubahaan yang terjadinya
terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.
6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam
suatu periode.
7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.
8. Informasi keuangan lainnya.
2.2.1.4. Sifat Laporan Keuangan
Penyusunan laporan keuangan didasarkan kepada sifat laporan
keuangan itu sendiri. Dalam praktinya sifat laporan keuangan dibuat (Kasmir ,
2008:11-12) :
1. Bersifat historis; artinya bahwa laporan keuangan dibuat dan disusun dari
(37)
2. Menyeluruh; artinya laporan keuangan disusun sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.
2.2.1.5. Pengguna dan Kebutuhan Informasi
Menurut kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (IAI, 2009:2-3) meliputi :
a) Investor
Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan
risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang
merek lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu
menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi
tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen.
b) Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik
pada informasi stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga
tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan
(38)
c) Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta
bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
d) Pemasok dan Kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang
terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha
berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih
pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan
utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
e) Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam
perjanjian jangka panjang, atau bergantung pada perusahaan.
f) Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dank arena itu
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga
membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan,
menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun
(39)
g) Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.
Misalnya; perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan
perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan
dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi
kecendrungan (tren) dan perkembangan terakhir kemakmuran
perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2.2.1.6. Perlunya Laporan Keuangan di Audit
Laporan keuangan perlu diaudit karena (Agoes, 2007:1) :
1) Jika tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut
mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Karena itu laporan keuangan yang belum diaudit kurang dipercaya
kewajarannya oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan tersebut.
2) Jika laporan keuangan sudah diaudit dan mendapat opini Unqualified
(wajar tanpa pengecualian) dari KAP, berarti pengguna laporan keuangan
bisa yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang
material dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
(40)
3) Mulai tahun 2001 perusahaan yang total assetnya Rp.25 Milyar keatas
harus memasukkan audited financial statements-nya ke Departemen
Perdagangan dan Perindustrian.
4) Perusahaan yang sudah go public harus memasukkan audited financial
statements-nyake BAPEPAM paling lambat 90 hari setelah tahun buku.
5) SPT yang didukung oleh audited financial statements lebih dipercaya
oleh pihak pajak dibandingkan dengan yang didukung oleh laporan
keuangan yang belum diaudit.
2.2.2. Audit
2.2.2.1. Pengertian Audit
Ada beberapa pengertian auditing antara lain seperti yang dikutip dari
Guy, Alderman dan Winters (2002:5-6) menurut American Accounting
Assosiation Committe dalam (Basic Accounting Concept) telah
mendefinisikan auditing sebagai suatu proses yang sistematis dalam
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan
dengan pernyataan-pernyataan tentang tindakan-tindakan dan
kejadian-kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat hubungan antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomukasikan
hasilnya dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
Sedangkan pengertian auditing menurut Konarth (2002) dalam Agoes,
(41)
obyektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi
kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat
keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
sementara Agoes (2007:3), mendefinisikan auditing sebagai suatu
pemeriksaan secara kritis dan sistematis oleh pihak independen terhadap
laporan keuangan yang disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan
pembukuaan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Adapun auditing merupakan salah satu bentuk atestasi. Atestasi sendiri
merupakan komunikasi dari seorang expert mengenai kesimpulan tentang
realibilitas dari penyataan seseorang (Agoes, 2007:1).
Definisi lainnya auditing adalah sebagai suatu proses yang sistematik
untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiata-kegiatan dan kejadian ekonomi,
dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyatan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian
hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002 :9).
2.2.2.2 Tujuan Audit
Tujuan umum audit terhadap laporan keuangan oleh auditor adalah untuk
(42)
material posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas yang sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum (Arens, 2003:114). Sejalan dengan pendapat
Utami (2006), Tujuan audit untuk memberikan opini tentang kewajaran
laporan keuangan, artinya bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen
perlu verifikasi apakah telah sesuai dengan standar pelaporan yang berterima
umum.
Ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan auditor (Mulyadi,
2002: 20) :
1) Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified
opinion report).
2) Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa
penjelasan (unqualified opinion reportwith explanatory language).
3) Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian ( qualified
opinion report ).
4) Laporan yang berisi pendapat tidak wajar (adverse opinion report).
5) Laporan yang didalamnya auditor tidak menyatakan pendapat (disclaimer
of opinion report).
2.2.2.3. Tanggung Jawab Atas Laporan Audit
Kalimat kedua dan ketiga paragraf pengantar berbunyi: “Laporan
keuangan adalah tanggungjawab manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan
(43)
audit kami.” Arti kami disini adalah Auditor yang bertanggung jawab atas
pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit yang telah
dilaksanakan atas laporan keuangan tersebut (Mulyadi, 2002:15).
2.2.2.4. Tipe Auditor
Orang atau kelompok orang yang melaksanakan audit dapat
dikelompokkan menjadi tiga golongan (Mulyadi, 2002:28) :
1. Auditor Independen
Auditor independen adalah auditor professional yang menyediakan
jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas
laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan
seperti: kreditur, investor, calon kreditur, calon investor, dan instansi
pemerintah.
2. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor professional yang bekerja di
instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi
atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang
ditujukan kepada pemerintah. Umumnya yang disebut auditor
(44)
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), serta instansi pajak.
3. Auditor intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan
(perusahaan Negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya
adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya
penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan
efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan
informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. Umumnya
pemakai jasa auditor intern adalah Dewan Komisaris atau Direktur
Utama perusahaan.
2.2.2.5. Jenis-Jenis Audit
A. Apabila di tinjau dari luasnya pemeriksaan, audit dapat dibedakan atas
(Agoes, 2007:9) :
1. Pemeriksaan Umum (General Audit)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan tujuan untuk bisa memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
Pemeriksaan tersebut dilakukan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan
(45)
2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang
dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang independen dan pada
akhir pemeriksaanya, auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap
kewajaran atas laporan keuangan secara keseluruhan.
B. Apabila di tinjau dari jenis pemeriksaan, audit dapat dibedakan atas
(Agoes, 2007:9-11) :
1. Management Audit (Operational Audit)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan,
termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah
ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi
tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis.
2. Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan
sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku,
baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan
komisaris) maupun pihak extern (Pemerintah, BAPEPAM, Bank Indonesia,
Direktorat Jenderal Pajak, dan lain-lain.
3. Internal Audit (Pemeriksaan Internal)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik
terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi keuangan, maupun
(46)
4. Computer Audit
Pemeriksaan oleh Kantor Akuntan Publik terhadap perusahaan yang
mem-proses data akuntansi dengan menggunakan EDP (Electronic Data Processing) system.
Ada dua macam metode yang bisa dilakukan oleh auditor (Agoes,
2007:11) : :
1. Audit Around Computer
Auditor hanya memeriksa input dan output dari EDP system tanpa
melakukan tes terhadap prosesnya.
2. Audit Through Computer
Auditor tidak hanya memeriksa input dan output melainkan juga
proses EDP system.
2.2.2.6. Prosedur Audit
Prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti
audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit (Muyadi,
2002:86). Prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi :
1. Inspeksi
2. Pengamatan
3. Permintaan keterangan
4. Konfirmasi
(47)
6. Pemeriksaan bukti pendukung
7. Penghitungan
8. Scanning
9. Pelaksaan ulang
10. Teknik audit berbantuan komputer
2.2.3. Standar Auditing
Standar Auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia adalah sebagai berikut (IAI, 2006:150.1-150.2):
1. Standar Umum
Standar umum berhubungan dengan kualifikasi atau seorang auditor dan
kualitas pekerjaan auditor. Standar umum terdiri dari 3 standar, yaitu :
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
Standar pekerjaan lapangan terutama berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan audit dilapangan. Standar pekerjaan lapangan terdiri dari 3 standar,
(48)
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keungan yang
diaudit.
3. Standar Pelaporan
Standar pelaporan berhubungan dengan masalah pengkomunikasian
hasil-hasil audit. Standar pelaporan ini terdiri dari 4 standar yaitu :
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
(49)
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung
jawab yang dipikul oleh auditor.
2.2.4. Laporan Audit
Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam
berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut
auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan
auditan. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yang
umumnya berupa laporan audit baku (Mulyadi, 2002:12).
Bagian-bagian dari laporan audit bentuk baku (Arens, 2003:37-38):
1. Judul laporan
2. Alamat yang dituju laporan audit
3. Paragraf pendahuluan
4. Paragraf lingkup audit
5. Paragraf pendapat
(50)
7. Tanggal laporan audit
2.2.5. BAPEPAM
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), yang di Amerikat Serikat
disebut Securities and Exchange Commission (SEC), sebagai suatu badan
pemeritah yang mengenai pasar modal, dibentuk guna membantu para
investor untuk mendapatkan informasi andal untuk membuat keputusan
investasi, untuk itu, Undang-undang No. 15/1952 tentang Bursa yang
dijabarkan lebih lanjut oleh Keppres No. 53/1990 tentang pasar modal dan
Keputusan Menteri Keuangan No. 1548/1990 tentang pasar modal,
mewajibkan perusahaan (emiten) yang bermaksud menerbitkan efek-efek ke
masyarakat untuk mengajukkan permohonan kepada BAPEPAM untuk
memperoleh persetujuan. Emiten juga diwajibkan untuk menyampaikan
laporan tahunan rinci kepada BAPEPAM (Arens, 2003:25).
Untuk itu akuntan publik harus memperhatikan kewajiban penyampaian
laporan keuangan berkala yang disyaratkan oleh ketentuan BAPEPAM sesuai
dengan peraturan No.KEP 36/PM/2003. Laporan diantaranya:
a. Laporan Keuangan Tahunan
a. Laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan Akuntan
dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam
selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan
(51)
b. Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik telah menyampaikan laporan
tahunan sebelum batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan
maka Emiten atau Perusahaan Publik tersebut tidak diwajibkan
menyampaikan laporan keuangan tahunan secara tersendiri.
c. Laporan keuangan tahunan wajib diumumkan kepada publik dengan
ketentuan
b. Laporan Keuangan Tengah Tahunan
a. Selambat-lambatnya pada akhir bulan pertama setelah tanggal laporan
keuangan tengah tahunan, jika tidak disertai laporan Akuntan;
b. Selambat-lambatnya pada akhir bulan kedua setelah tanggal laporan
keuangan tengah tahunan, jika disertai laporan Akuntan dalam rangka
penelaahan terbatas; dan
c. Selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan
keuangan tengah tahunan, jika disertai laporan Akuntan yang
memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan.
2.2.6. Audit Delay
Sejauh ini belum ada teori yang membahas secara mendalam tetang audit
(52)
delay. Di lain pihak kita tahu bahwa auditing merupakan kegiatan yang
memakan banyak waktu dan diperlukan ketelitian sehingga kadang-kadang
publikasi laporan keuangan tersebut menjadi tertunda.
Menurut Halim (2000), Audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian
audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal
diselesaikan laporan auditor independen. Menurut Dyer & McHugh (1975)
dalam Utami (2006), “Auditors’ report lag is the open interval of number of
days from the year end to the date recorded asthe opinion signature date in
the auditors’ report”. Diterjemahkan audit delay adalah lamanya waktu
penyelesaian audit terhitung mulai dari tanggal penutupan tahun buku sampai
dengan tanggal diterbitkannya laporan audit. Menurut Ashton, Willingham, &
Elliott (1987) dalam Utami (2006),“Audit delay is the length of time from a
company’s fiscal year end to the date of the auditor’s report”. Diterjemahkan
menjadi Audit delay merupakan lamanya waktu dari tanggal tutup tahun fiskal
perusahaan sampai dengan tanggal laporan auditor.
Lamanya waktu penyelesaian audit (audit delay) akan dapat
mempengaruhi ketepatan waktu publikasi informasi keuangan auditan,
disamping faktor-faktor spesifik perusahaan itu sendiri (Givoly dan Palmon,
1992; Asthon et. al 1997 dalam Prabandari dan Rustiana (2007) sehingga
berdampak pada reaksi pasar terhadap keterlambatan informasi tersebut dan
mempengaruhi tingkat ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada
(53)
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan rata-rata audit delay yang
berbeda-beda pada setiap negara. Perbedaan ini dapat dimaklumi karena
adanya peraturan dan kebijakan pasar modal yang berbeda antar negara.
2.2.6.1. Ukuran Perusahaan
Faktor pertama yang diperkirakan mempengaruhi audit delay adalah
ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan
pelaporan keuangan karena semakin besar suatu perusahaan maka akan
melaporkan semakin cepat karena perusahaan memiliki lebih banyak sumber
informasi (Prabandari dan Rustiana, 2007).
Penelitian ini ukuran perusahaan menggunakan indikator total aktiva.
Definisi aktiva menurut FASB dalam Concept Nomor 3-Element of Financial
Statement of Business Enterprises menyatakan bahwa aktiva adalah manfaat
ekonomis di masa yang akan datang yang diharapkan akan diterima oleh suatu
badan usaha sebagai hasil dari transaksi-transaksi di masa lalu (Baridwan,
2000:20).
Menurut Riyanto (1997:299), suatu perusahaan yang besar di mana
sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan
mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau
tergesernya kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang
bersangkutan. Sebaliknya perusahaan yang kecil di mana sahamnya hanya
(54)
pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan
terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian maka pada
perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih
berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk
membiayai pertumbuhan penjualan di bandingkan dengan perusahaan yang
kecil.
2.2.6.1.1. Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Audit Delay
Menurut Courtis di New Zealand (1976), penelitian Gilling (1977),
penelitian Davies dan Whitterd di Australia (1980), penelitian Ashton di
Kanada (1987) dan lain sebagainya dalam Halim (2000) menunjukkan bahwa
audit delay memiliki hubungan negatif dengan ukuran perusahaan yang
menggunakan proksi total aktiva. Artinya bahwa semakin besar aset
perusahaan maka semakin pendek audit delay. Penyebabnya adalah pertama,
perusahaan-perusahaan go public atau perusahaan besar mempunyai sistem
pengendalian internal yang baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
dalam penyajian laporan keuangan perusahaan sehingga memudahkan auditor
dalam melakukan pengauditan laporan keuangan. Lemahnya pengendalian
internal klien memberikan dampak audit delay yang semakin panjang karena
auditor membutuhkan sejumlah waktu untuk mencari evidential matter yang
lebih lengkap dan kompleks untuk mendukung opininya. Kedua,
(55)
fee yang lebih besar guna mendapatkan pelayanan audit yang lebih cepat. Dan
yang ketiga, perusahaan-perusahaan besar cenderung mendapat tekanan dari
pihak eksternal yang tinggi terhadap kinerja keuangan perusahaan, sehingga
manajemen akan berusaha untuk mempublikasikan laporan audit dan laporan
keuangan auditan lebih tepat waktu (Ahmad dan Kamarudin, 2002 dalam,
Prabandari dan Rustiana (2007).
Menurut Dyer dan Mc Hugh (1975, seperti yang dikutip oleh dalam
Halim, 2000) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan berskala besar
cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk
mengumumkan laporan audit lebih awal.
Pada penelitian Ashton dan Elliot (1987) dalam Prabandari dan Rustiana,
(2007) ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total revenue yang
hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan tidak memiliki hubungan yang
signifikan dengan audit delay. Penelitian tersebut juga mengindikasikan
bahwa audit delay lebih lama untuk perusahaan-perusahan besar yang tidak
Go Public sedangkan audit delay perusahaan-perusahaan Go Public lebih
singkat. Ashton dan Elliot (1987) dalam Prabandari dan Rustiana (2007)
mengklasifikasikan audit delay dilihat dari segi klasifikasi industri kedalam
kelompok finansial dan non finansial. Hasil penelitian ini adalah bahwa
industri yang bergerak dalam bidang finansial mengalami audit delay yang
(56)
lebih singkat masa audit delay, karena industri finansial relatif sedikit atau
tidak memiliki akun persediaan.
Di Indonesia telah ada yang melakukan penelitian salah satunya hasil
penelitian Halim (2000) membuktikan ukuran perusahaan yang menggunakan
proksi yang sama yaitu total revenue tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap audit delay. Hasil penelitian Halim (2000) sejalan dengan
penelitian Na’im (1998 dalam Halim, 2000) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpegaruh kuat terhadap audit delay, namun arah
hubungannya positif. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Carslaw dan
Kaplan (1991) di New Zelland yang menggunakan total asset sebagai proksi
ukuran perusahaan menunjukkan bahwa audit delay mempunyai hubungan
yang berkebalikan dengan ukuran perusahaan.
Hasil yang kontradiksi ditemukan pada penelitian Givoly dan Palmon
(1982) dalam Prabandari dan Rustiana (2007) dalam penelitiannya
menemukan adanya hubungan mutivariat antara ukuran perusahaan,
kompleksitas perusahaan dan kualitas pengendalian internal dengan audit
delay. Namun, hanya ratio of inventoryto total asset yang signifikan.
Begitu pula yang dilakukan oleh Boynton dan Kell (1996) dalam Utami
(2006) berpendapat bahwa, “Audit delay akan semakin lama apabila ukuran
perusahaan yang akan di audit semakin besar”. Ini berkaitan dengan semakin
banyaknya jumlah sampel yang harus diambil dan semakin luasnya prosedur
(57)
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan (Schwartz dan Soo:1996; Owusu dan Ansah:2000 dalam Utami,
2006).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan akan
sangat berpengaruh terhadap ketepatanwaktuan laporan auditan.
2.2.6.2. Laba atau Rugi
Faktor kedua yang mempengaruhi audit delay adalah laporan laba/rugi.
Ada beberapa yang digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan, salah
satunya menilai laporan laba/rugi. Laporan laba-rugi adalah laporan yang
mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu
(Kieso, 2002:150). Menurut Baridwan (2000:30), laporan laba/rugi adalah
suatu laporan yang menunjukan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari
suatu unit usaha periode tertentu. Selisih antara pendapatan-pendapatan dan
biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan.
Statement of Financial Accounting Concept Nomor 6 yang dikeluarkan
oleh FASB (Baridwan, 2000:30-31):
1. Laba (Gain)
Adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi
sampingan yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua
(58)
periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh
pemilik.
2. Rugi (Loss)
Adalah penurunan modal (aktiva bersih) dari transaksi sampingan yang
jarang terjadinya transaksi akan dicatat sebagai aktiva.
Pentingnya laporan laba-rugi yaitu sebagai alat untuk mengetahui
kemajuan yang dicapai perusahaan dan juga mengetahui berapakah hasil
bersih atau laba yang didapat dalam suatu periode (Baridwan, 2000:30).
Bagi banyak pemakai financial statement, mengetahui income sangatlah
penting untuk membantu memperkirakan income masa mendatang dan
cash flow (Muljo, 2007:16). Ini bukan hanya membantu bagi pemakai
khusus, namun juga membantu meramalkan income dan cash flow yang
akan datang.
2.2.6.2.1. Hubungan Laba Rugi dengan Audit Delay
Informasi tentang laba perusahaan, yang diukur dengan akuntansi akrual,
biasanya menyediakan dasar yang lebih baik untuk memprediksi kinerja di
masa yang akan datang daripada informasi tentang penerimaan dan
pengeluaran kas saat ini (Stice, 2004:32). Jadi, FASB menyatakan bahwa
“fokus utama dalam pelaporan akuntansi adalah informasi tentang kinerja
perusahaan yang diberikan oleh ukuran laba dan komponen di dalamnya.
(59)
manfaat dari laporan ini untuk meramalkan jumlah, penetapan waktu, dan
ketidakpastian arus kas masa depan. Informasi yang terdapat dalam laporan
laba/rugi untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit, termasuk
pengevaluasian perusahaan dan para manajer (Kieso, 2002:152).
Laba menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Sehingga dapat dikatakan bahwa laba merupakan berita baik.
Perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang berisi berita
baik. Dengan demikian perusahaan yang meraih laba cenderung akan lebih
tepat waktu dalam pelaporan keuangannya dibandingkan dengan perusahaan
yang mengalami kerugian (Hassanudin, 2002 dalam Utami, 2006).
Pengumuman laba yang terlambat menyebabkan abnormal returns sedangkan
pengumuman laba yang lebih cepat menyebabkan hal sebaliknya (Chamber
dan Penman, 1984 dalam Halim, 2000).
Penelitian yang dilakukan oleh Ashton, Willingham dan Elliot (1987)
dalam Subekti dan Widiyanti (2004) yang menggunakan variabel laba/rugi
perusahaan sebagai variabel dependen yang akan berpengaruh pada audit
delay dalam hasil univariate menemukan bahwa perusahaan non publik
menunjukkan tidak ada hubungan antara audit delay dengan laba atau rugi
perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Caslaw dan Kaplan (1991) dalam
Subekti dan Widiyanti (2004) menemukan bahwa rugi perusahaan mempunyai
hubungan yang positif dengan audit delay. Hasil dari penelitian ini konsisten
(60)
perusahaan publik yang mengumumkan rugi perusahaan atau tingkat
profitabilitas yang rendah cenderung mengalami audit delay yang lebih
panjang daripada perusahaan non-publik.
Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Halim (2000) juga
memberikan hasil yang sama bahwa perusahaan yang mengalami rugi akan
mengalami audit delay yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan
yang mengumumkan laba. Hasil penelitian Courtis (1976) dalam Subekti dan
Widiyanti (2004) di New Zealand menunjukkan bahwa variabel yang paling
signifikan pengaruhnya terhadap audit delay adalah tingkat profitabilitas
perusahaan. Sejalan dengan hasil penelitian Na’im (1998) dalam Subekti dan
Widiyanti (2004) menemukan bahwa tingkat profitabilitas merupakan
satu-satunya variabel yang signifikan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan
dan memacu kemunduran publikasi laporan keuangan jika tingkat
profitabilitas rendah.
Lawrence (1983) dalam Prabandari dan Rustiana (2007) menemukan
bukti bahwa perusahaan-perusahaan di Amerika yang mengalami financial
distress telah menunda penerbitan laporan keuangan mereka. Menurut
Carslaw dan Kaplan (1991) dalam Prabandari dan Rustiana (2007), apabila
perusahaan rugi maka perusahaan akan meminta auditornya untuk
menjadualkan akan bertindak lebih berhati-hati dan cermat selama proses
audit dalam memberikan jawaban apakah peningkatan kerugian yang dialami
(61)
manajemen. Sementara pada perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi
cenderung mengharapkan penyelesaian audit secepat mungkin sehingga
mampu mengumumkan laporan keuangan auditan ke publik lebih awal.
Menurut Ashton (1987) dalam Prabandari dan Rustiana (2007), Net
income suatu perusahaan akan mengindikasikan ”berita baik” atau ”berita
buruk” selama tahun berjalan. Perusahaan yang mengumumkan rugi untuk
periode tersebut audit delay akan lebih panjang. Temuan Dye dan Sridhar
(1995) dalam Prabandari dan Rustiana (2007) bahwa perusahaan yang
memiliki good news akan melaporkan lebih tepat waktu dibandingkan dengan
perusahaan yang operasionalnya gagal (bad news).
Selain itu, Penelitian Halim (2000) menunjukan bahwa rugi operasi
berhubungan secara langsung dengan penundaan pelaporan. Hal ini
dikarenakan pengumunan rugi berkaitan dengan akibat yang ditimbulkan oleh
reaksi pasar yang mungkin akan berdampak buruk bagi perusahaan. Namun
penelitian Davies dan Whittred (1980) dalam Ratnawaty dan Sugiarto (2005)
menunjukkan hubungan yang tidak signifikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa laba/rugi perusahaan akan
mempengaruhi laporan audit secara tepat waktu.
(62)
Faktor eksternal Kantor Akuntan Publik (KAP) yang mengaudit juga
diperkirakan akan berpengaruh terhadap lamanya penyelesaian audit (audit
delay). Kantor akuntan publik (KAP) adalah badan usaha yang telah
mendapatkan izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik
dalam memberikan jasanya (http://id.wikipedia.org). sedangkan menurut
Mulyadi (2002:61), Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk
organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional
dalam praktik akuntan publik.
Arens (2003;11-12) mengkategorikan ukuran Kantor Akuntan Publik
(KAP) menjadi empat kategori: (a) Kantor Akuntan Publik Internasional “Big
Five”, (b) Kantor Akuntan Publik Nasional, (c) Kantor Akuntan Publik Lokal
dan (d) Regional, Kantor Akuntan Publik Lokal Kecil.
Dalam tahun 1979, kantor-kantor tersebut disebut sebagai the Big 8 yang merupakan dominasi internasional dari delapan kantor akuntan terbesar:
1. Arthur Andersen
2. Arthur Young & Company
3. Coopers & Lybrand
4. Ernst & Whinney (dahulu Ernst & Ernst)
5. Haskins & Sells (bergabung dengan sebuah kantor dari Eropa yang
(63)
6. KPMG (terbentuk karena bergabungnya Peat Marwick International
dan KMG Group)
7. Price Waterhouse
8. Touche Ross
The Big 8 berubah menjadi the Big 6 dalam tahun 1989 pada saat
Ernst & Whinney bergabung dengan Arthur Young membentuk Ernst &
Young di bulan Juni dan Deloitte, Haskins & Sells bergabung dengan Touche
Ross membentuk Deloitte & Touche di bulan Agustus. Kemudian The Big 6
berubah menjadi the Big 5 di bulan Juli 1998 pada saat Price Waterhouse bergabung dengan Coopers & Lybrand membentuk PricewaterhouseCoopers.
Kantor akuntan Arthur Andersen didakwa melawan hukum karena
menghancurkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pengauditan
Enron, dan menutup-nutupi kerugian jutaan dolar dalam Skandal Enron yang
meledak pada tahun 2001. Hasil keputusan hukum secara efektif
menyebabkan kebangkrutan global dari bisnis Arthur Andersen.
Kantor-kantor koleganya di seluruh dunia yang berada di bawah bendera Arthur
Andersen seluruhnya dijual dan kebanyakan menjadi anggota kantor akuntan
internasional lainnya. Di Britania Raya, para partner Arthur Andersen
setempat kebanyakan bergabung dengan Ernst & Young dan Deloitte Touche
Tohmatsu.
Di Indonesia, para partner Arthur Andersen pada akhirnya bergabung
(64)
empat kantor akuntan internasional di seluruh dunia, yang menyebabkan
masalah besar bagi perusahaan-perusahaan internasional besar, karena mereka
diharuskan untuk menggunakan kantor akuntan yang berbeda untuk pekerjaan
audit perusahaan dan layanan non-auditnya. Karena itu, hilangnya salah satu
kantor akuntan besar itu telah menurunkan tingkat kompetisi di antara
kantor-kantor akuntan dan menyebabkan meningkatnya beban akuntansi bagi banyak
klien (http://id.wikipedia.org).
Semenjak dengan adanya kasus Enron, KAP besar (the Big Five) menjadi
the Big Four di tahun 2002. Adapun kategori Kantor Akuntan Publik yang
berafilasi dengan The Big Four di Indonesia (Prabandari dan Rustiana, 2007),
yaitu:
1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang berafiliasi dengan KAP Drs. Hadi
Sutanto & Rekan, Haryanto Sahari & Rekan.
2. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja sama
dengan KAP Sidharta-Sidharta & Widjaja.
3. KAP Ernst & Young, yang bekerja sama dengan KAP Prasetio, Drs.
Sarwoko & Sanjaja.
4. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerja sama dengan KAP Hans
Tuanakota & Mustofa.
Pada umumnya KAP the Big Four (bekerja sama dengan KAP
internasional) mempunyai insentif yang kuat untuk menyelasaikan tugas audit
(65)
Big Four. Selain itu, KAP besar mempunyai lebih banyak sumber daya
sehingga tugas audit dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat. KAP
besar juga memiliki lebih banyak pengalaman yang membuat mereka dapat
melakukan tugas audit lebih cepat, sehingga KAP Big Four akan dapat
menyelesaikan pekerjaan audit dengan lebih efektif dan efisien. Hal tersebut
menimbulkan dugaan bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP yang
termasuk the Big Four cenderung lebih cepat menyelesaikan tugas audit bila
dibandingkan dengan KAP Non Big Four.
2.2.6.3.1 Hubungan Ukuran KAP dengan Audit Delay
Penelitian yang dilakukan oleh Gilling (1977) dalam Subekti dan
Widiyanti (2004) menunjukan bahwa kantor akuntan publik international atau
lebih dikenal di Indonesia sebagai The Big Six membutuhkan waktu yang
lebih singkat dalam menyelesaikan audit tepat pada waktunya. KAP yang
besar biasanya juga didukung oleh kualitas dan kiantitas sumber daya manusia
yang lebih baik sehingga akan berpengaruh pada kualitas jasa yang dihasilkan
(Hossain, 1998 dalam Subekti dan Widiyanti, 2004). Apabila reputasi auditor
tidak dijaga, maka ada kemungkinan mereka akan kehilangan pekerjaan
penugasan audit dari klien untuk tahun-tahun berikutnya sebab dinilai kurang
kompeten. Hasil yang sama juga ditemukan Ahmad dan Kamarudin (2001)
dalam Utami (2006) yaitu bahwa audit delay pada KAP Big Five akan lebih
(66)
Penelitian yang dilakukan oleh Wooten yang memaparkan teori
DeAngelo (1981) dalam Prabandari dan Rustiana (2007) menunjukkan bahwa
KAP besar (the Big Five) cenderung menyajikan audit yang lebih baik
dibandingkan dengan KAP kecil (non the Big Five), karena mereka memiliki
nama baik yang dipertaruhkan. Selain itu, KAP besar lebih banyak
mengeluarkan pendapat going concern daripada KAP kecil (Yuliana dan
Ardiati, 2004 dalam Prabandari dan Rustiana, 2007). Hal tersebut
mengindikasikan bahwa KAP besar lebih menginginkan untuk mengambil
sikap yang tepat dalam mengeluarkan pendapat sesuai dan memiliki
kemampuan teknis untuk mendeteksi going concern perusahaan sehingga
dapat lebih menarik klien yang lebih banyak.
Hasil penelitian diatas berbeda dengan hasil penelitian yang diperoleh
Carslaw dan Kaplan (1991) begitu juga Hossain dan Taylor (1998) dalam
Utami, 2006) yaitu bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari ukuran
KAP dengan audit delay.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa KAP The Big Four
melaporkan laporan audit secara tepat waktu karena nama baik mereka dapat
(67)
2.3 Kerangka Pikiran
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah dijelaskan
diatas, maka dapat disusun kerangka sebagai berikut :
Gambar 2.1. Diagram kerangka pikir
2.4 Hipotesis
Dengan berawal pada latar belakang, penelitian terdahulu, dan landasan
teori yang mendukung dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan
yang berupa hipotesis yaitu:
H1 : Terdapat perbedaan pengaruh positif ditinjau dari laba/rugi perusahaan dan perbedaan pengaruh negatif ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)
atas ukuran perusahaan terhadap audit delay. Ukuran Perusahaan
Laba atau Rugi
Ukuran KAP
(1)
ditinjau dari laba/rugi perusahaan dan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) atas ukuran perusahaan terhadap audit delay.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat ukuran perusahaan ada pengaruh terhadap audit delay tidak terbukti kebenarannya. Sedangkan laba rugi tidak terdapat perbedaan pengaruh positif terhadap audit delay atas ukuran perusahaan juga tidak terbukti kebenarannya, tetapi ukuran kantor akuntan publik terdapat perbedaan pengaruh negatif terhadap audit delay atas ukuran perusahaan terbukti kebenarannya.
Dari uraian diatas, hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi bagi auditor, untuk membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dan juga bagi pihak para investor, agar mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan tersendiri dalam berinvestasi. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan khasanah perpustakaan dan bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut dengan topik yang sama dan penyusunan skripsi ini diharapkan dapat memperluas wawasan berfikir serta pengetahuan penulis dalam mengembangkan ilmu dan pengetahuan yang sudah diperoleh untuk dilaksanakan di lapangan.
4.4.4. Keterbatasan
Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan antara lain terdapat pada jumlah dan jenis sampel perusahaan yang digunakan yaitu hanya
(2)
menggunakan 10 perusahaan dan sampel yang digunakan hanya perusahaan, sehingga hasil dari penelitian ini kurang dapat digeneralisasikan untuk jenis-jenis perusahaan karena terdapatnya faktor-faktor yang membuat terdapat perbedaan pada masing-masing jenis bidang usaha.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis penelitian yang diajukan bahwa :
1. Tingkat ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay tidak terbukti kebenarannya.
2. Sedangkan laba rugi terdapat perbedaan pengaruh positif terhadap audit delay juga tidak terbukti kebenarannya,
3. Ukuran kantor akuntan publik terdapat perbedaan pengaruh negatif terhadap audit delay terbukti kebenarannya.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diberikan beberapa kesimpulan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini disarankan dapat digunakan untuk memberikan informasi bagi auditor, untuk membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dan bagi pihak para investor hal ini
(4)
disebabkan karena semakin efisien waktu audit merupakan faktor penentu untuk menarik minat investor, dimana investor akan tertarik jika informasi-informasi yang diperlukan tersedia dengan cepat dan lengkap dan juga, agar mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan tersendiri dalam berinvestasi.
2. Bagi Teoritis dan Akademisi
Dengan adanya hasil penelitian ini disarankan dapat digunakan sebagai tambahan khasanah perpustakaan dan bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut dengan topik yang sama dan secara khusus dapat menjadi media penambah wawasan dan pengetahuan untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh selama di bangku kuliah sehingga dapat memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyelesaian waktu audit delay.
(5)
Publik,Edisi Ketiga, Edisi Ketiga, Jilid I, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Jakarta.
Algifari, 2000, Analisis Regresi Teori; Kasus; dan Solusi, , BPFEV, Yogyakarta. Arens, Alvin A dan Loebbecke, James K, 2003, Auditing Pendekatan Terpadu, Edisi
Indonesia, Jilid I, Terjemahan Amir Abadi Jusuf, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Baridwan, Zaki, 2000, Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penerbit UNDIP, Semarang.
Gujarati, Damodar N, 2007, Dasar - Dasar Ekonometrika, Edisi Ketiga, Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Guy, Dan M., Alderman, C Wayne., Winter, Alan J, 2002, Auditing, Edisi Kelima, Jilid I, Terjemahan Sugiyarto, Penerbit Erlangga.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Kasmir, 2008, Analisa Laporan Keuangan, Edisi I, Penerbit PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Kieso, Donald E Ph.D., Weygandt, Jerry J Ph. D., Warfield, Terry D Ph.D. ,2002, Akuntansi Intermediate, Edisi 10 jilid I, Terjemahan Emil Salim, Penerbit Erlangga.
Muljo, Hery Harjono, 2007, Penuntun Belajar Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi I, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Mulyadi, 2002, Auditing,Edisi Ketiga, Jilid Kesatu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Munawir, S, 2002, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Liberty,
Yogyakarta.
Peraturan Pasar Modal, 2003, Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala No.KEP 36/PM/2003.
Riduwan, 2004, Metode & Teknik Menyusun Tesis, Penerbit Alfabeta.
Riyanto, Bambang, 1997, Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
(6)
Santoso, Singgih, 2000, SPSS Statistik Parametrik, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Sekaran, Uma, 2006, Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4, Buku 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Soemarsono, 2002, Metodologi Penelitian Akuntansi, Penerbit FE UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.
Stice, Earl K., Stice, James D., dan Skousen, K. Fred., 2004, Intermidiate Accounting, Edisi Kelimabelas. Jilid I, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Sugiarto, Dergibson Siagian, 2006, Metode Statistika untuk Bisinis dan Ekonomi,
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. (http://id.wikipedia.org).
(www.idx.co.id). (www.ifsa.or.id).
JURNAL:
Subekti, Imam dan Widiyanti, Novi Wulandari, 2004, “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay”, Simposium Nasional Akuntansi VII, hal 991-1002, 2 -3 Desember, Bali.
Halim, Varianada, 2000, “Faktor-Faktor Yamg Mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 63- 75.
Utami, Wiwik, 2006, “Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal BULETIN Penelitian No. 09, 1 – 14.
Na’im, Ainun, 1999, “Nilai Informasi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan: Analisis Empirik Regulasi Informasi Di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 14, No. 2, 85 - 100.
Prabandari, Meity, Jeane Deart dan Rustiana, 2007, “Beberapa Faktor Yang Berdampak Pada Perbedaan Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Keuangan Yang Terdaftar Di BEJ”, Jurnal KINERJA, 27-39. Ratnawaty dan Sugiharto, Toto, 2005, “Audit Delay Pada Industri Real Estate dan
Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta dan Faktor Yang Mempengaruhi”, Seminar Nasional PESAT, hal 288-300, 23 – 24 Agustus, Jakarta.