Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lamanya Penyelesaian Audit (Audit Delay) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdapat di Bursa Efak Indonesia (BEI) Tahun 2011-2013

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA PENYELESAIAN AUDIT (AUDIT DELAY) PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

TAHUN 2011-2013

OLEH

GABRIEL ABDILLAH

110503308

DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM S1 AKUNTASI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NAMA : GABRIEL ABDILLAH

NIM : 110503308

PROGRAM STUDI : S1 AKUNTANSI

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA PENYELESAIAN AUDIT (AUDIT DELAY) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2011-2013

Tanggal ... Ketua Departemen Akuntansi

( Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak )

Tanggal ... Dekan


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM S1 AKUNTANSI

MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

NAMA : GABRIEL ABDILLAH

NIM : 110503308

PROGRAM STUDI : S1 AKUNTANSI

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA PENYELESAIAN AUDIT (AUDIT DELAY) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2011-2013

Medan, 2015 Menyetujui

Pembimbing,


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM S1 AKUNTANSI

MEDAN

Telah diuji pada Tanggal

PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Pembimbing : Drs. Erwin Abubakar, MBA, Ak Penguji I : Drs. Hasan Sakti Siregar, Msi, Ak Penguji II : Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak


(5)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA PENYELESAIAN AUDIT (AUDIT DELAY) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2011-2013 adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun guna menyelesaikan beban akademik pada fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 2015 Yang membuat pernyataan

Gabriel Abdillah NIM : 110503308


(6)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA PENYELESAIAN AUDIT (AUDIT DELAY) PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

TAHUN 2011-2013

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dan rata-rata audit delay tahun 2011 s/d 2013.Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay yaitu ukuran perusahaan, ukuran KAP (Kantor Akuntan Publik), jenis pendapat auditor, laba/rugi usaha perusahaan, jenis industri dan profitabilitas.Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dengan populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2013.Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dari 129 perusahaan manufaktur diperoleh 18 perusahaan sampel.Data yang digunakan adalah data sekunder.

Penelitian ini menganalisis hubungan antara Ukuran Perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP),Jenis Opini Auditor, Laba atau Rugi Usaha, Jenis Industri, dan Profitabilitas terhadap audit delay. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dan analisis regresi logistik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay, sedangkan variabel Ukuran perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), Jenis Opini Auditor, Laba atau Rugi Usaha, dan Jenis Industri tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Secara simultan baik variabel Ukuran perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), Jenis Opini Auditor, Laba atau Rugi Usaha, Jenis Industri, dan Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay padaperusahaan manufaktur tahun 2011-2013 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kata Kunci : Ukuran perusahaan, ukuran kantor akuntan publik, jenis opini auditor, laba atau rugi usaha, jenis industri, profitabilitas, audit delay


(7)

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING DURATION COMPLETION OF AUDIT (AUDIT DELAY) CONTAINED IN MANUFACTURING

COMPANY IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX) YEAR 2011-2013

The purpose of this study was to determine the influence of factors that affect audit delay and the average audit delay of 2011 s / d 2013.Faktor-factors that influence audit delay is the size of the company, the size of the KAP (Public Accounting Office), the type of auditor's opinion, profit / operating loss of the company, type of industry and profitabilitas.Penelitian this is a type of causal research with the study population is a manufacturing company in Indonesia Stock Exchange during the period 2011-2013.Pemilihan samples was done by using purposive sampling technique. Of the 129 manufacturing companies acquired 18 companies sampel.Data used is secondary data.

This study analyzed the relationship between the size of the company, size of the Public Accounting Firm (KAP), type Auditor Opinion, Profit or Loss of Business, Industrial type, and Profitability of the audit delay. Statistical methods used in this research is descriptive statistical analysis and logistic regression analysis.

The results showed that in partial profitability significantly influence audit delay, while the variable size of the company, size of the Public Accounting Firm (KAP), type Auditor Opinion, Profit or Loss of Business and Industry Type no significant effect on audit delay. Simultaneously both the variable size of the company, size of the Public Accounting Firm (KAP), type Auditor Opinion, Profit or Loss of Business, Industrial type, and Profitability significant effect on audit delay padaperusahaan manufacturing 2011-2013 listed in the Indonesia Stock Exchange.

Keywords : The size of the company, the size of the public accounting firm, the type of auditor's opinion, the profit or loss of business, type of industry, profitability, audit delay


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan menyusun Skripsi yang berjudul

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA

PENYELESAIAN AUDIT (AUDIT DELAY) PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

TAHUN 2011-2013”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dandoa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, padakesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara,

2. Bapak Syafruddin Ginting Sugihen,MAFIS,Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara,

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S-I Akuntansi dan Dra. Mutia Ismail, MM selaku sekretaris Program Studi S-I Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, 4. Bapak Drs. Erwin Abubakar, MBA, Ak, selaku Dosen Pembimbing Penulis,

yang telah banyak meluangkan waktunya dalam membimbing dan memberikan masukan-masukan yang bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.


(9)

5. Bapak Drs.Hasan Sakti Siregar, Msi, Ak selaku dosen pembaca/penilai yang telah memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini,

6. Teristimewa untuk kedua Orang Tua tercinta Ayahanda Drs. Muhammad Ali Yahya, SE dan Ibunda Drg. Siti Jamilah Azizi Surbakti, dan Kakak penulis Rizki Ramadhani, SH yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat kepada penulis sejak memulai perkuliahan hingga skripsi ini terselesaikan. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari dikarenakan adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan hal – hal yang kurang berkenan di hati pembaca. Kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengharapkan agar laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis sendiri pada khususnya.

Medan, 2015 Penulis,

Gabriel Abdillah NIM : 110503308


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1 Tinjauan Teoritis ... 14

2.1.1 Teori Kepatuhan ... 14

2.1.2 Laporan Keuangan ... 15

2.1.3 Audit dan Standar Auditing ... 17

2.1.4 Audit Delay ... 22

2.1.5 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Audit Delay ... 24

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 33

2.3 Kerangka Konseptual ... 35

2.4 Hipotesis Penelitian ... 38

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 43

3.1 Jenis Penelitian ... 43

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 43

3.4 Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data ... 45

3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 46

3.5.1 Variabel Dependen ... 46

3.5.2 Variabel Independen ... 47

3.6 Teknik Analisis Data ... 49

3.6.1 Analisis Deskriptif ... 50

3.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 50

3.6.2.1 Uji Multikolinearitas ... 51

3.6.3 Uji Model ... 52

3.6.3.1Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness of fit) ... 52

3.6.3.2 Penilaian keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 52

3.6.3.3 Koefisien Determinasi (Negelkerke R Square) ... 53


(11)

3.6.4 Pengujian Hipotesis ... 54

3.6.4.1 Uji Regresi Parsial (Uji Statistik t)... 54

3.6.4.2 Uji Hipotesis Analisis Simultan (Uji F) ... 55

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

4.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 56

4.2 Uji Asumsi Tidak Terjadi Multikolinearitas ... 59

4.3 Menguji Model Fit (Overall Model Fit Test) ... 60

4.4 Menguji Kelayakan Model Regresi ... 62

4.5 Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)... ... 64

4.6. Uji Signifikansi Model secara Simultan ... 64

4.7. Uji Signifikansi Koefisien Regresi Logistik secara Individu (Uji Wald) ... 65

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 68

5.3 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(12)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu 33

3.1 Daftar Sampel 44

4.1 Statistik Deskriptif 56

4.2 Statistik Deskriptif Audit Delay 57

4.3 Statistik Deskriptif Ukuran KAP 57

4.4 Statistik Deskriptif Opini Auditor 58

4.5 Statistik Deskriptif Laba Rugi 58

4.6 Statistik Deskriptif Jenis Industri 59

4.7 Uji Multikolinearitas dengan Matriks Korelasi 60

4.8 Nilai -2 Log likelihood (-2 LL Awal) 61

4.9 Nilai -2 Log likelihood (-2 LL Akhir) 61

4.10 Hosmer and Lemeshow Test 62

4.11 Perhitungan Chi-Square Tabel dengan Microsoft Excel 63

4.12 Nagelkerke R Square 64

4.13 Uji Signifikansi Model secara Simultan 65


(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan 73

2 Pengumpulan Data Penelitian 77

3 Daftar Sampel Perusahaan 79


(15)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA PENYELESAIAN AUDIT (AUDIT DELAY) PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

TAHUN 2011-2013

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dan rata-rata audit delay tahun 2011 s/d 2013.Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay yaitu ukuran perusahaan, ukuran KAP (Kantor Akuntan Publik), jenis pendapat auditor, laba/rugi usaha perusahaan, jenis industri dan profitabilitas.Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dengan populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2013.Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dari 129 perusahaan manufaktur diperoleh 18 perusahaan sampel.Data yang digunakan adalah data sekunder.

Penelitian ini menganalisis hubungan antara Ukuran Perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP),Jenis Opini Auditor, Laba atau Rugi Usaha, Jenis Industri, dan Profitabilitas terhadap audit delay. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dan analisis regresi logistik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay, sedangkan variabel Ukuran perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), Jenis Opini Auditor, Laba atau Rugi Usaha, dan Jenis Industri tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Secara simultan baik variabel Ukuran perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), Jenis Opini Auditor, Laba atau Rugi Usaha, Jenis Industri, dan Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay padaperusahaan manufaktur tahun 2011-2013 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kata Kunci : Ukuran perusahaan, ukuran kantor akuntan publik, jenis opini auditor, laba atau rugi usaha, jenis industri, profitabilitas, audit delay


(16)

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING DURATION COMPLETION OF AUDIT (AUDIT DELAY) CONTAINED IN MANUFACTURING

COMPANY IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX) YEAR 2011-2013

The purpose of this study was to determine the influence of factors that affect audit delay and the average audit delay of 2011 s / d 2013.Faktor-factors that influence audit delay is the size of the company, the size of the KAP (Public Accounting Office), the type of auditor's opinion, profit / operating loss of the company, type of industry and profitabilitas.Penelitian this is a type of causal research with the study population is a manufacturing company in Indonesia Stock Exchange during the period 2011-2013.Pemilihan samples was done by using purposive sampling technique. Of the 129 manufacturing companies acquired 18 companies sampel.Data used is secondary data.

This study analyzed the relationship between the size of the company, size of the Public Accounting Firm (KAP), type Auditor Opinion, Profit or Loss of Business, Industrial type, and Profitability of the audit delay. Statistical methods used in this research is descriptive statistical analysis and logistic regression analysis.

The results showed that in partial profitability significantly influence audit delay, while the variable size of the company, size of the Public Accounting Firm (KAP), type Auditor Opinion, Profit or Loss of Business and Industry Type no significant effect on audit delay. Simultaneously both the variable size of the company, size of the Public Accounting Firm (KAP), type Auditor Opinion, Profit or Loss of Business, Industrial type, and Profitability significant effect on audit delay padaperusahaan manufacturing 2011-2013 listed in the Indonesia Stock Exchange.

Keywords : The size of the company, the size of the public accounting firm, the type of auditor's opinion, the profit or loss of business, type of industry, profitability, audit delay


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan Keuangan merupakan potret implementasi pertanggung jawaban perusahaan kepada berbagai pihak yang mempunyai kepentingan atas laporan keuangan tersebut (Tiono dan Jogi C, 2013). Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) wajib melaporkan laporan auditnya ke Bursa Efek Indonesia secara tepat waktu agar informasi yang diperoleh oleh pihak yang membutuhkan semakin relevan.

Perkembangan pasar modal di Indonesia menyebabkan adanya permintaan akan transparansi kondisi keuangan suatu perusahaan. Hal ini berakibat pada penyampaian laporan keuangan. Laporan keuangan yang biasanya disampaikan ada tiga bentuk, yaitu laporan tahunan, laporan tengah tahunan, dan laporan triwulan yang disebut juga laporan keuangan intern. Laporan keuangan tahunan diterbitkan selambat-lambatnya 120 hari setelah tanggal berakhirnya tahun buku. Laporan keuangan tengah tahunan disampaikan paling lambat 60 hari atau 90 hari kemudian tanpa disertai laporan akuntan atau 120 hari tetapi telah disertai dengan laporan akuntan. Sedangkan laporan triwulan diterbitkan paling lambat 60 hari setelah triwulanan buku perusahaan berakhir tanpa disertai laporan akuntan, sehingga laporan ini biasanya bersifat sukarela. Laporan keuangan yang disampaikan harus disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah


(18)

diaudit oleh akuntan publik yang telah terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal.

Hasil audit atas perusahaan publik mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab yang besar. Adanya tanggung jawab yang besar ini memicu auditor untuk dapat bekerja secara lebih profesional. Salah satu bentuk profesionalitas auditor adalah ketepatan waktu penyampaian laporan auditnya. Ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangannya kepada masyarakat maupun kepada Bapepam sendiri, tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan laporan auditnya. Ketepatan waktu ini berkaitan dengan manfaat yang terkandung dalam laporan keuangan. Suatu manfaat akan sangat membantu apabila dapat diterima tepat pada waktunya. Jika terjadi penundaan waktu yang tidak semestinya dalam pelaporan keuangan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya.

Dalam penyelesaian pekerjaan lapangannya, auditor membutuhkan waktu untuk melakukan pencatatan atas aktivitas yang akan dilakukan, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal dan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapatan atas laporan keuangan. Auditor akan dihadapkan dalam dilema antara menyelesaikan laporan auditnya tepat waktu dan melaksanakan audit sesuai dengan standar yang berlaku demi kualitas laporan audit. Lamanya waktu penyelesaian audit akan berpengaruh pada ketepatan waktu informasi tersebut disampaikan. Ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan elemen pokok bagi catatan keuangan yang memadai.


(19)

Ketepatan waktu pelaporan keuangan bisa berpengaruh pada nilai informasi dalam laporan keuangan tersebut. Keterlambatan pelaporan akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal karena laporan keuangan auditan memuat informasi tentang laba yang dihasilkan perusahaan yang digunakan sebagai pelaku pasar modal untuk memprediksi nilai perusahaan, dalam hal ini adalah harga sahamnya. Pengumuman laba yang terlambat menyebabkan abnormal returns dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang diselesaikan oleh auditor. Perbedaan waktu ini, dalam audit, sering disebut sebagai audit delay. Semakin panjang audit delay, maka semakin lama auditor dalam menyelesaikan laporan auditnya.

Semakin lama waktu tertunda dalam penyajian laporan keuangan suatu perusahaan ke publik, maka semakin banyak kemungkinan berkembangnya isu maupun kemungkinan terdapatnya insider information mengenai perusahaan tersebut. Semakin panjang waktu untuk publikasi laporan keuangan tahunan sejak akhir tahun buku suatu perusahaan, maka semakin besar kemungkinan informasi tersebut bocor kepada investor tertentu atau bahkan menimbulkan terjadinya masalah bagi perusahaan tersebut di bursa saham.

Pihak regulator mencegah terjadinya masalah ini dengan cara menentukan suatu regulasi yang mengatur batas waktu penerbitan laporan keuangan yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan. Tujuannya adalah untuk menjaga relevansi dan reliabilitas informasi yang dibutuhkan para pelaku bisnis sehingga menggairahkan aktivitas bisnis investasi suatu negara. Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Standar Akuntansi


(20)

Keuangan, laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas informasi laporan keuangan yang berguna bagi para pemakainya. Keempat karakteristik tersebut yaitu dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan. Hal ini sesuai dengan PSAK No.1 2007 tentang Kerangka Dasar dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 43, yaitu kendala relevansi dan keandalan laporan keuangan adalah ketepatan waktu pelaporan

keuangan. ”Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relevansi antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi handal. Untuk menyediakan informasi tepat waktu, sering kali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui” (Widosari,2012).

Peraturan Kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyajian laporan keuangan kepada publik di Indonesia telah diatur dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Keputusan Ketua Bapepam No.80/PM/1996 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala, yang kemudian pada tahun 2003 dikeluarkan peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-36/PMK/2003 yang berlaku 30 September 2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa semua perusahaan yang terdaftar di pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan auditan secara berkala kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan.


(21)

Pemeriksaan laporan keuangan oleh auditor independen yang bertujuan untuk menilai kewajaran penyajian laporan keuangan memerlukan waktu yang cukup panjang. Menurut Petronila (2007) dalam Lianto dan Kusuma (2010) hal ini disebabkan karena terbatasnya jumlah karyawan yang akan melakukan audit, banyaknya transaksi yang akan diaudit, kerumitan transaksi dan pengendalian internal yang kurang baik.

Pemenuhan standar audit oleh auditor dapat berdampak terhadap lamanya penyelesaian laporan audit, tetapi juga berdampak pada peningkatan kualitas auditnya. Waktu untuk menyelesaikan pengauditan laporan keuangan oleh auditor di ukur berdasarkan lamanya hari sejak tanggal tahun tutup buku per 31 Desember sampai pada tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. Perbedaan waktu ini di sebut audit report lag (Aryati dan Theresia,2005).

Pada tahun 2013 banyak perusahaan yang terlambat menyerahkan laporan keuangan kepada Bapepam. Dikutip dari ipotnews, Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) menginformasikan terdapat 52 emiten yang hingga 1 April 2013 belum menyampaikan laporan keuangan auditan yang berakhir 31 Desember 2012. Dari daftar nama ke 52 emiten tersebut, terdapat 7 emiten grup bakrie yang terlambat menyerahkan laporan keuangan tahun 2012 kepada Bapepam.

Dikutip dari ipotnews, Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia melalui keputusan Nomor:Kep.307/BEJ/07/2004 juga menyatakan hal yang sama dan mengenakan sanksi berupa teguran dan denda secara berkala bagi perusahaan yang terlambat mempublikasikan laporan keuangan tahunan pada jangka waktu yang telah ditentukan. Misalkan peringatan tertulis pertama untuk keterlambatan


(22)

30 hari dengan denda Rp25.000.000,00 peringatan tertulis kedua dengan denda Rp50.000.000,00 untuk keterlambatan sampai dengan 60 hari, peringatan tertulis ketiga dengan denda Rp150.000.000,00 untuk keterlambatan sampai dengan 90 hari, serta sanksi suspense efek emiten untuk keterlambatan lebih dari 90 hari.

Lamanya waktu penyelesaian proses audit (audit delay) akan mempengaruhi ketepatan waktu dalam publikasi informasi laporan keuangan akan berdampak pada ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Bagi publik, ketepatan waktu atas laporan keuangan mengindikasikan adanya sinyal dari perusahaan untuk menunjukkan kualitas kinerja perusahaan dan kredibilitas kualitas informasi akuntansi yang tinggi atas apa yang dilaporkannya.

Penyajian Laporan keuangan secara tepat waktu merupakan aspek yang strategis untuk memperoleh keunggulan kompetitif dalam menunjang keberhasilan perusahaan, terutama agar image perusahaan di mata publik menjadi lebih baik, yang kemudian diharapkan timbulnya kepercayaan publik terhadap kualitas informasi yang disajikan oleh pihak perusahaan.

Suatu keterlambatan publikasi laporan keuangan dapat menjadi indikasi bahwasanya terdapat masalah dalam laporan keuangan perusahaan tersebut, sehingga memerlukan waktu lebih lama dalam menyelesaikan laporan keuangan tersebut. Keterlambatan Informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal dan secara tidak langsung diartikan oleh investor sebagai sinyal yang buruk bagi perusahaan.


(23)

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay yang telah diteliti oleh peneliti sebelumnya, seperti penelitian Ahmed dan Hossain (2010) yang meneliti hubungan antara audit report lag dengan variabel independen Jenis Opini Auditor, Perubahan Auditor, Jenis Laporan Audit, Perusahaan Keuangan, Risiko Bisnis, Item / Pos tambahan, dan Ukuran Perusahaan. Indriyani dan Supriyati (2012) melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur di Indonesia dan Malaysia periode 2009-2010 dengan meneliti hubungan antara audit report lag dengan variabel independen Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Laba/rugi Perusahaan, dan Debt to Equity Ratio. Estrini dan Laksito (2013) melakukan penelitian terhadap audit report lag atau audit delay dengan variabel independen Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Gender Auditor, dan Reputasi KAP.

Dengan adanya penelitian terdahulu yang telah dikaji terdapat beberapa fenomena, seperti Lianto dan Kusuma (2010), dan Saputri (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay. Namun para peneliti seperti Astuti (2007) menemukan bahwa adanya hubungan yang positif antara ukuran perusahaan terhadap audit delay. Ukuran perusahaan mencerminkan besarnya lingkup atau luas perusahaan dalam menjalankan operasinya. Semakin besar perusahaan, maka semakin banyak transaksi dalam perusahaan tersebut. Perusahaan besar pada umumnya telah memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya Di samping itu, perusahaan besar juga memiliki alokasi dana yang lebih besar untuk membayar biaya audit (audit fees) sehingga cenderung memiliki audit delay yang


(24)

lebih pendek bila dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih kecil.

Beberapa penelitian mengenai pengaruh ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap audit delay antara lain Ahmad dan Kamarudin (2003) dan Utami (2006) menunjukkan adanya pengaruh ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap audit delay, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad, Alim, dan Subekti

(2005) serta Deart dan Rustiana (2007) menunjukkan ukuran Kantor Akuntan Publik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay.

Perusahaan yang menerima unqualified opinion dianggap sebagai good news (kabar baik) sehingga penyampaian laporan keuangannya lebih cepat.

Sebaliknya yang menerima selain unqualified opinion dianggap sebagai bad news (berita buruk), maka perusahaan akan menyampaikan laporan keuangannya ke publik lebih lama karena banyak yang perlu diteliti supaya laporan keuangannya tidak salah saji. Hal ini sesuai dengan penelitian Astuti (2007), Lee and Jahng (2008) yang menyatakan opini akuntan tidak berpengaruh terhadap audit delay.

Laba menunjukkan good news sehingga perusahaan ingin lebih cepat mengumumkan good news tersebut dan sebaliknya jika perusahaan mengalami kerugian maka pihak manajemen ingin menunda bad news tersebut. Perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk mengatur waktu auditnya lebih lama dibandingkan biasanya karena hal ini merupakan bad news. Sebaliknya jika perusahaan melaporkan laba yang tinggi maka perusahaan berusaha laporan keuangan auditan di publikasikan secepatnya sehingga good news tersebut cepat diketahui oleh para investor dan pihak yang berkepentingan


(25)

lainnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Iskandar dan Trisnawati (2010) yang menyatakan laba atau rugi perusahaan berpengaruh terhadap audit delay, namun menurut Kartika (2009) menyimpulkan bahwa laba/rugi perusahaan mempunyai pengaruh yang negatif.

Ashton et al. (1987) membagi jenis industri menjadi 2 golongan besar, yaitu industri sektor keuangan dan industri sektor non keuangan. Industri sektor keuangan adalah industri yang memberikan jasa keuangan dan terkait dengan uang dan investasi. Industri sektor keuangan juga digunakan untuk merujuk pada organisasi yang menangani pengelolaan dana. Contoh industri-industri tersebut adalah bank, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, perusahaan asuransi dan industri sektor keuangan lainnya. Jenis industri non keuangan adalah semua jenis industri yang tidak termasuk dalam industri sektor keuangan. Perbedaan mendasar antara kedua jenis industri tersebut dapat digolongkan menjadi beberapa bagian, yaitu dari segi jenis aset dan system informasi akuntansi. Menurut Iskandar, Trisnawati (2010) dan Utami (2006) industri keuangan cenderung memiliki aset berupa aset moneter yang lebih mudah diukur. Sebaliknya, kebanyakan aset dari industri non keuangan berupa aset fisik. Pada umumnya industri non keuangan membutuhkan banyak aset berupa fisik seperti mesin dan peralatan untuk melangsungkan proses bisnisnya. Industri keuangan memiliki sistem informasi akuntansi yang lebih tersentralisasi dan terotomatisasi dibandingkan dengan industri non keuangan. Namun menurut penelitian Lianto dan Kesuma (2010) menyimpulkan bahwa jenis industri tidak berpengaruh terhadap audit delay.


(26)

Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat dikarenakan harus menyampaikan kabar baik tersebut kepada publik atau pemegang saham. Jika perusahaan mengalami profitabilitas yang lebih tinggi maka audit delay akan semakin pendek dibandingkan perusahaan yang tingkat profitabilitasnya lebih rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian Lianto dan Kusuma (2010) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay, namun berbeda dengan penelitian Tiono dan JogiC (2013) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat profitabilitas tidak mempengaruhi audit delay.

Ukuran perusahaan, ukuran Kantor Akuntan Publik, jenis opini audit, laba atau rugi usaha, dan jenis industri adalah variabel independen yang diteliti karena penulis ingin mengetahui apakah sebuah perusahaan dengan jumlah aset yang besar akan memiliki audit delay yang lebih lama atau lebih cepat jika dibandingkan dengan perusahaan dengan aset yang lebih kecil. Penulis juga ingin mengetahui apakah perusahaan yang menggunakan jasa kantor akuntan publik yang termasuk dalam the big four akan memiliki audit delay yang lebih lama atau lebih cepat jika dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan jasa kantor akuntan publik yang non the big four dan pemberian opini unqualified oleh auditor, memiliki audit delay yang lebih lama atau lebih cepat jika dibandingkan dengan pemberian opini audit selain unqualified. Seperti halnya pada tahun 2010, Indofood Sukses Makmur Tbk memiliki aktiva Rp. 47,275 T, diaudit oleh KAP

big four dan jenis opini auditnya adalah unqualified opinion with explanatory


(27)

memiliki aktiva Rp. 583,252 M diaudit oleh KAP big four dan jenis opini auditnya adalah unqualified opinion with explanatory paragraph memiliki audit

delay 75 hari. Dan Tempo Scan Pasifik Tbk memiliki aktiva Rp. 3,589 T diaudit

oleh KAP non the big four dan jenis opini auditnya adalah unqualified memiliki

audit delay 82 hari . Dari ketiga sampel tersebut tidak dapat diambil kesimpulan

apakah ukuran perusahaan, ukuran Kantor Akuntan Publik, dan jenis opini audit berpengaruh terhadap audit delay.

Penelitian penulis merupakan replikasi dari penelitian terdahulu, perbedaannya terletak pada objek penelitian dan penambahan variabel independen. Berdasarkan fenomena dan ketidak konsistenan hasil penelitian terdahulu, maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti kembali analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. Objek yang dipilih dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013. Alasan pemilihan perusahaan publik yang masuk kategori perusahaan manufaktur ini didasarkan pada pertimbangan aktivitas produksinya yang relatif besar jika dibandingkan dengan kelompok industri yang lain di Bursa Efek Indonesia, sehingga mendominasi bursa dan mempunyai kontribusi besar terhadap perkembangan bursa.

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “AnalisisFaktor-faktor Yang Mempengaruhi Lamanya Penyelesaian Audit (AUDIT DELAY) pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2011-2013.”


(28)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Apakah pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), Jenis Opini Auditor, Laba atau Rugi Perusahaan, Jenis Industri, dan Profitabilitas berpengaruh terhadap Audit Delay?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : Menganilisis pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), Jenis Opini Auditor, Laba atau Rugi Perusahaan, Jenis Industri, dan Profitabilitas terhadap Audit Delay baik secara simultan maupun parsial.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian di harapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, sebagai berikut:

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini menambah wawasan peneliti mengenai Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

b. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi di dalam melakukan penelitian sejenis serta menambah pengetahuan dengan


(29)

memberikan gambaran dan bukti empiris mengenai audit delay dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

c. Bagi Auditor

Membantu dalam meningkatkan efisiensi dana efektifitas proses audit, dengan mengetahui faktor-faktor dominan yang menyebabkan audit delay.

d. Bagi Perusahaan Manufaktur

Memicu manajer untuk lebih meningkatkan ketepatan waktu dalam menyajikan laporan keuangan karena perusahaan publik cenderung lebih ketat diawasi oleh para investor dan institusi lain.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Kepatuhan (Compliance Theory)

Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan perusahaan publik indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan selanjutnya diatur dalam Peraturan Bapepam-LK Nomor X.K.2, Lampiran keputusan ketua Bapepam-LK Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala. Peraturan-peraturan tersebut secara hukum mengisyaratkan adanya kepatuhan setiap perilaku individu maupun organisasi (perusahaan publik) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan secara tepat waktu kepada Bapepam. Peraturan tersebut sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory).

Menurut Hendrich (2012), terdapat dua perspektif dasar mengenai kepatuhan hukum yaitu instrumental dan normatif. Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan-tanggapan terhadap perubahan insentif, dan penalti yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka. Teori kepatuhan telah diteliti dalam ilmu-ilmu sosial khususnya di bidang psikologi dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam


(31)

mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu. Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal mereka.

2.1.2 Laporan Keuangan

Menurut kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 7, Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (seperti laporan arus kas), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga (IAI,2007)

Laporan keuangan yang lengkap menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 terdiri dari komponen neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan harus menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan. Informasi lain tetap disajikan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh standar akuntansi (PSAK No. 1, par.10). Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan manajemen kepada pihak luar perusahaan. Kualitas komunikasi yang dicapai tergantung pada kualitas laporan keuangan. Karakteristik kualitas laporan keuangan sebagaimana yang


(32)

dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (IAI,2007). Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu:

1. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pengguna. Pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

2. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai. Informasi yang relevan dapat digunakan untuk membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan.

3. Andal

Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur (faithfull representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

4. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan. Hal


(33)

tersebut dilakukan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

2.1.3 Audit dan Standar Auditing

Terdapat banyak pengertian tentang auditing, diantaranya menurut Arrens et al. (2008:4) auditing adalah: “pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang

kompeten dan independen”.

Menurut Arens (dalam kartika, 2009) tujuan audit secara umum atas laporan keuangan oleh auditor adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan. Asersi adalah pernyataan manajemen yang terkandung dalam komponen laporan keuangan yang dapat bersifat implisit atau eksplisit (Arens, 1995:114).

Menurut Rahayu dan Suharyati (2009:6) terdapat beberapa kata kunci penting dalam auditing, yaitu:

1. Proses sistematis.

Audit merupakan serangkaian tahap dan prosedur yang memerlukan suatu perencanaan yang baik, terstruktur, dan terorganisasi untuk mendapatkan tujuan dari pemeriksaan yang diharapkan.


(34)

2. Pengumpulan dan Penilaian Bukti.

Pengumpulan dan Penilaian bukti dalam audit merupakan aktivitas utama auditor dalam melaksanakan audit. Pengumpulan dan penilaian bukti secara objektif dimaksudkan sebagai kegiatan memeriksa dasar asersi (bukti/evidence) dan menilai hasilnya secara tidak memihak.

3. Asersi (Informasi).

Informasi merupakan subyek audit. Pelaksanaan audit memerlukan informasi yang dapat diverifikasi dan juga memerlukan kriteria sebagai pedoman untuk mengevaluasi informasi tersebut (misalnya dalam audit atas laporan keuangan oleh Kantor Akuntan Publik, kriteria yang digunakan adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum).

4. Kriteria yang Ditetapkan.

Merupakan standar yang digunakan untuk menguji asersi atau informasi, yaitu: peraturan-peraturan atau kebijakan-kebijakan, budgets, standar-standar kinerja, dan prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK).

5. Kompeten dan Independen.

Kompeten artinya auditor harus mempunyai kemampuan, ahli dan berpengalaman dalam memahami kriteria dan dalam menentukan jumlah bahan bukti yang diperlukan untuk dapat mendukung kesimpulan yang diambilnya. Independen artinya auditor juga harus mempunyai sikap mental yang independen yaitu sikap yang tidak memihak kepada kepentingan siapapun.


(35)

6. Pelaporan.

Laporan audit merupakan laporan yang tertulis yang menyatakan tingkat kesesuaian antara informasi yang diperiksa dengan kriteria yang ditetapkan.

Menurut Arens et al (2008:16-18), akuntan publik melakukan tiga jenis audit yaitu:

1. Audit operasional (operational audit) mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi. Mengevaluasi secara objektif apakah efisiensi dan efektivitas operasi sudah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan jauh lebih sulit ketimbang audit ketaatan dan audit laporan keuangan.

2. Audit ketaatan (compliance audit) dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil audit ketaatan biasanya dilaporkan kepada manajemen bukan kepada pemakai luar, karena manajemen adalah kelompok utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan terhadap peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan. Audit ketaatan banyak dijumpai dalam pemerintahan.

3. Audit laporan keuangan (financial statement audit) dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Biasanya kriteria yang berlaku adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.


(36)

Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar auditing yang telah di tetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI:2007) terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:

a. Standar Umum

1. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi, dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika menggunakan asisten dalam pelaksanaan audit harus disupervisi dengan semestinya. 2. Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk

merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian saat dilakukan.

3. Bukti audit dikatakan kompeten jika diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.


(37)

c. Standar Pelaporan

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan. Dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Dalam praktiknya, pelaksanaan audit yang makin sesuai dengan standar akan membutuhkan waktu makin lama. Demikian pula sebaliknya, waktu yang diperlukan akan makin pendek ketika pelaksanaan audit makin tidak sesuai dengan standar. Pertimbangan bahwa laporan keuangan harus disampaikan tepat waktu mengakibatkan auditor cenderung mengambil pilihan mengabaikan standar,


(38)

sementara di sisi lain adanya tuntutat relevansi informasi mengharuskan auditor untuk melaksanakan audit sesuai standar.

2.1.4 Audit Delay

Menurut Halim (2000), Audit Delay didefinisikan sebagai lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit. Audit Delay inilah yang dapat mempengaruhi ketepatan informasi yang dipublikasikan, sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian keputusan yang berdasarkan informasi yang dipublikasikan. Dalam Audit Delay semakin panjang waktu yang dibutuhkan di dalam mempublikasikan laporan keuangan tahunan sejak akhir tahun buku suatu perusahaan milik klien, maka semakin besar pula kemungkinan informasi tersebut bocor kepada investor tertentu atau bahkan insider trading dan rumor-rumor lain di bursa saham. Apabila hal ini sering terjadi maka akan mengarahkan pasar tidak dapat lagi bekerja dengan maksimal. Dengan demikian, regulator harus menentukan suatu regulasi yang dapat mengatur batas waktu penerbitan laporan keuangan yang harus dipenuhi pihak emiten. Tujuannya untuk tetap menjaga realibilitas dan relevansi suatu informasi yang dibutuhkan oleh pihak pelaku bisnis di pasar modal.

Ketepatan waktu penyusunan atau pelaporan suatu laporan keuangan perusahaan bisa berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut. Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal. Informasi laba yang dihasilkan perusahaan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan


(39)

keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor. Artinya, informasi yang dipublikasikan tersebut akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham.

Proses dalam mencapai ketepatwaktuan terutama dalam penyajian laporan auditor independen menjadi semakin tidak mudah mengingat semakin meningkatnya perkembangan perusahaan publik yang ada di Indonesia. Hambatan ini juga terlihat dalam Standar Pemeriksaan Akuntan Publik pada standar yang ketiga yang menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian serta pengumpulan alat-alat pembuktian yang cukup menunda publikasi laporan audit dan laporan keuangan auditan apabila dirasakan perlu untuk memperpanjang masa audit (Halim,2000).

Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya di Indonesia, menunjukkan bahwa rata-rata audit delay di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Kesimpulan atas beberapa penelitian sebelumnya, bahwa kenaikan ini disebabkan oleh incremental audit report, masalah pajak yang sering diperdebatkan, dan penggunaan staf audit yang kurang berpengalaman. Penelitian lainnya mencoba mencari penyebab audit delay dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Audit delay dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal perusahaan.

Beberapa penelitian menghubungkan kaitan antara faktor-faktor internal maupun eksternal tersebut dan audit delay dengan menggunakan logika teori. Semakin tinggi profitabilitas, maka audit delay akan semakin pendek. Semakin besar ukuran perusahaan, maka audit delay akan semakin pendek. Solvabilitas


(40)

yang tinggi akan memperpendek audit delay. Menurut Ratnawaty dan Sugiharto (2005:289-290), hal ini dikarenakan perusahaan dengan jumlah hutang besar dimonitor oleh kreditor sehingga akan memberikan tekanan kepada perusahaan untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan lebih cepat untuk meyakinkan kembali para pemilik modal yang pada dasarnya menginginkan mengurangi tingkat risiko dalam pengembalian modal mereka.

Audit delay didefinisikan sebagai lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit (Ashton, 1987). Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal laporan auditor independen mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor.

Keterlambatan penyelesaian audit laporan keuangan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan. Menurut PSAK tahun 2007 pada kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan paragraf 43, yaitu jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya.

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Delay

Lamanya waktu penyelesaian audit dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut untuk di publikasikan sehingga berdampak pada reaksi pasar terhadap keterlambatan informasi dan mempengaruhi tingkat ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Ada beberapa


(41)

faktor yang dapat berpengaruh terhadap audit delay berdasarkan penelitian terdahulu, antara lain:

a. Ukuran perusahaan (Total Aset)

Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya sebuah perusahaan. Suatu perusahaan dapat dikatakan besar atau kecil dilihat dari beberapa sudut pandang seperti total nilai aset, total penjualan, jumlah tenaga kerja dan sebagainya (Tiono dan JogiC, 2013). Keputusan ketua Bapepam Nomor: Kep.11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berasarkan asset (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total asset tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total assetnya diatas seratus milyar.

Kartika (2009) berpendapat bahwa perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibaningkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay atau audit report lag, karena perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan pemerintah dan lain-lain. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan.

Keterbatasan karyawan dan keahlian yang dimiliki oleh perusahaan kecil dapat menimbulkan keraguan terhadap laporan keuangan yang dihasilkan. Auditor harus lebih teliti dalam melakukan pengauditan. Hal ini merupakan faktor yang dapat memperpanjang audit delay.


(42)

b. Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)

Ukuran Kantor Akuntan Publik di antaranya dapat diukur berdasarkan jumlah karyawan, jumlah klien, serta reputasi. Kantor Akuntan Publik besar memiliki jumlah karyawan yang banyak, dapat mengaudit dengan lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan audit tepat waktu, serta memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga reputasinya. DeAngelo (1981) dalam Riyatno (2007) menyatakan kualitas audit yang dilakukan akuntan publik dapat dilihat dari ukuran KAP yang melakukan audit. KAP besar (Big four

accounting firm) dipersepsikan akan melakukan audit dengan lebih berkualitas

dibandingkan KAP kecil (non Big four accounting firm). Hal tersebut karena didasarkan pada alasan bahwa KAP besar memiliki lebih sumber daya dan jumlah klien sehingga mereka tidak tergantung pada satu atau beberapa klien saja, selain itu karena reputasi mereka telah dianggap baik oleh masyarakat sehingga cenderung akan melakukan audit dengan lebih berhati hati. Hal ini diperkuat oleh Hussainey (2009) yang menyatakan bahwa kantor akuntan besar menyediakan kualitas laporan keuangan yang lebih tinggi daripada akuntan publik biasa, sehingga investor secara umum cenderung lebih bereaksi positif apabila laporan keuangan yang dipublikasikan diaudit oleh KAP besar, sehingga tingkat keyakinan investor terhadap laporan keuangan yang diaudit oleh KAP big four lebih tinggi daripada laporan keuangan yang diaudit KAP lainnya. Hal tersebut tidak mengherankan mengingat bahwa secara umum KAP Big four memiliki karyawan yang lebih terampil dan profesionalitas yang lebih tinggi, karena selain


(43)

ukuran KAP yang lebih besar juga didukung oleh dana operasional yang lebih memadai sehingga dapat melakukan kegiatan audit secara profesional.

Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam hal pemberian jasa profesional untuk membantu perusahaan dalam penyampaian laporan keuangannya kepada publik dengan informasi yang akurat dan terpercaya. Oleh karena itu, perusahaan perlu menggunakan jasa KAP yang memiliki reputasi atau kualitas nama KAP yang baik untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangan. KAP yang memiliki reputasi atau kualitas nama baik biasanya adalah kantor akuntan publik nasional yang berafiliasi dengan KAP besar yang berlaku

secara universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm (Big 4). Kategori KAP the big four di Indonesia (Tuanakotta, 2007:354-356):

1) KAP Price Waterhouse Coopers, yang berafiliasi dengan

KAPHaryantoSahari dan rekan.

2) KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), berafiliasi dengan

KAP Sidharta, Sidharta& Widjaja.

3) KAP Ernest & Young (E&Y), yang berafiliasi dengan KAP

Purwantono, Sarwoko & Sandjaja.

4) KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), berafiliasi dengan KAP

Osman Bing Satrio &Eny.

Pemilihan KAP yang besar dan kompeten dengan kualitas yang baik akan dinilai lebih efisien dalam melakukan proses audit dan akan menghasilkan informasi yang sesuai dengan kewajaran dari laporan keuangan perusahaan.Selain itu, Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar pastinya memiliki auditor-auditor yang handal dan keterampilan yang lebih dibandingkan dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang kecil sehingga dapat bekerja lebih cepat dan tepat waktu.


(44)

c. Opini Audit

Menurut Arens et al. (2008) opini audit adalah pernyataan standar dari kesimpulan auditor yang didapatkan berdasarkan kesimpulan dari proses audit. Dalam hal pemberian opini, Standar Pelaporan keempat dalam SPAP (IAI 2001) memaparkan “Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat

tanggung jawab yang dipikul oleh auitor”.

Dalam SA Seksi 508 Paragraf 10 terdapat 5 tipe pendapat auditor, yaitu (IAI, 2001) :

1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified opinion)

Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam sebuah hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Menurut Arens et al. (2008:61), laporan audit standar tanpa pengecualian diterbitkan bila kondisi berikut terpenuhi:

a. Laporan keuangan lengkap.

b. Ketiga standar umum telah dipatuhi dalam semua hal yang berkaitan dengan poenugasan.


(45)

c. Ketiga standar pekerja lapangan telah terpenuhi.

d. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

e. Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan sebuah paragraf penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan.

2. Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan (unqualified opinion with explanatory paragraph)

Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya. Penyebab dari penambahan paragraf penjelasan adalah (Arens et al., 2008:65):

a. Tidak adanya aplikasi yang konsisten dari prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

b. Keraguan yang substansial mengenai going concern.

c. Auditor setuju dengan penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dirumuskan.

d. Penekanan pada suatu hal atau masalah. e. Laporan yang melibatkan auditor lain.

3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified opinion)

Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di


(46)

Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Menurut Rahayu dan Suhayati (2009:81) penapat ini diberikan karena:

a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup dan pembatasan terhadap lingkup audit.

b. Laporan keuangan menyimpang dari prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material.

4. Pendapat Tidak Wajar (adverse opinion)

Auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tiak disajikan secara wajar (adverse opinion). Pendapat tidak wajar hanya diberikan jika auditor merasa yakin bahwa secara keseluruhan laporan keuangan yang disajikan memuat salah saji yang sangat material atau menyesatkan dan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum.

5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer opinion)

Disclaimer opinion atau pendapqat tidak memberikan pendapat diberikan oleh

auditor jika auditor tidak dapat menyimpulkan apakah laporan keuangan yang memuat salah saji sangat material telah disajikan secara wajar atau tidak. Pernyataan pendapat tidak memberikan pendapat dilakukan auditor jika auditor tidak berhasil meyakinkan dirinya bahwa keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara wajar dan timbul karena banyak pembatasan lingkungan audit atau hubungan yang tidak independen antara auditor dengan klien menurut kode etik profesional.


(47)

d. Laba Rugi Perusahaan

Laba atau rugi usaha mencerminkan kinerja perusahaan yang akan menentukan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Halim (2000) menemukan bahwa audit delay cenderung panjang bagi perusahaan publik yang mengumumkan kerugian. Carslaw dan Kaplan (1991) menjelaskan dua alasan yang menjadi penyebab lamanya audit delay yaitu:

a. Perusahaan yang melaporkan kerugian berusaha untuk menunda berita buruk ini dan kemudian meminta auditor untuk memeriksa kembali laporan keuangan mereka sehingga akan menunda publikasi laporan keuangan perusahaan. Namun apabila perusahaan melaporkan laba maka perusahaan tersebut berharap laporan keuangan auditan dapat diselesaikan secepatnya sehingga berita baik tersebut dapat segera disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

b. Auditor yang mengaudit perusahaan yang mengalami kerugian akan lebih berhati-hati dalam proses audit apabila auditor tersebut merasa yakin bahwa kerugian perusahaan diakibatkan oleh kegagalan keuangan atau kesalahan manajemen.Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang mengalami kerugian akan memperpanjang audit delay.

Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan-pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita perusahaan (Baridwan, 2008:29). Menurut Ahmad dan Kamarudin (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang melaporkan rugi akan


(48)

mengalami audit delay lebih lama dibandingkan dengan perusahaan yang melaporkan keuntungan.

e. Jenis Industri

Hasil penelitian Carslaw dan Kaplan (1991), Halim (2000), Ahmad dan Kamarudin (2003), serta Widiyanti dan Subekti (2004) menunjukkan bahwa jenis industri berpengaruh secara statistik signifikan terhadap audit delay. Ashton (1987) menyatakan bahwa jenis perusahaan finansial mengalami audit delay yang lebih pendek dibandingkan dengan perusahaan dalam jenis industri lain. Hal ini dikarenakan bahwa perusahaan-perusahaan finansial tidak memiliki saldo persediaan (inventory) yang cukup signifikan sehingga cenderung membutuhkan audit yang lebih pendek daripada perusahaan manufaktur. Kebanyakan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan finansial berbentuk moneter sehingga aktiva tersebut lebih mudah diukur dibandingkan dengan aktiva yang berbentuk fisik seperti persediaan, aktiva tetap dan aktiva tidak berwujud. Audit atas persediaan yang berbentuk fisik cukup sulit dilakukan dan membutuhkan waktu yang lama, serta sering menimbulkan kesalahan yang material.

f. Profitabilitas

Profitabilitas adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu selama satu tahun yang terdapat dalam laporan keuangan. Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu perusahaan dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA),


(49)

yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu.

Profitabilitas merupakan good news bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat dikarenakan harus menyampaikan kabar baik tersebut kepada publik atau pemegang saham. Jika perusahaan mengalami profitabilitas yang tinggi maka audit delay akan semakin pendek dibandingkan perusahaan yang tingkat profitabilitasnya lebih rendah.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berikut adalah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan audit delay yang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Tiono (2013)

-Variabel Independen: Profitabilitas, Opini audit, Ukuran perusahaan, Jenis industry, Reputasi KAP. -Variabel Dependen: Audit Report Lag

1. Profitabilitas,opini audit,ukuran perusahaan dan reputasi KAP tidak berpengaruh terhadap audit report lag.

2. Jenis industri berpengaruh terhadap audit report lag. Laksito

(2013)

-Variabel Independen: Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Gender Auditor, Reputasi KAP. -Variabel Dependen: Audit Delay

1. Profitabilitas, Gender Auditor, dan reputasi KAP berpengaruh terhadap audit delay.

2. Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay.


(50)

Sumber : Olahan Peneliti Sugiarti (2013) -Variabel Independen: Karakteristik Auditor, Spesialisasi auditor, Opini Audit, Audit Tenure, dan Pergantian Auditor.

-Variabel Dependen: Audit Delay.

1. Karakteristik Auditor dan pergantian auditor

berpengaruh terhadap audit delay.

2. Opini audit, spesialisasi auditor, dan audit tenure tidak berpengaruh terhadap audit delay.

Hossain (2010)

--Variabel Independen: Jenis Auditor, Perubahan Auditor, Jenis Laporan Audit, Perusahaan Keuangan, Risiko bisnis, Item/Pos tambahan, Ukuran Perusahaan. -Variabel Dependen: Audit Report Lag.

1. Jenis auditor (big4), perusahaan keuangan, profitabilitas, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit report lag.

2. Leverage berpengaruh

terhadap audit report lag.

Kamarudin (2003)

-Variabel Independen: Ukuran Perusahaan, Jenis Industri, Laba/Rugi

Perusahaan, Pos luar biasa, Opini audit, Kualitas Auditor, Proporsi hutang. -Variabel Dependen: Audit Delay

1. Ukuran perusahaan dan pos luar biasa tidak berpengaruh terhadap audit report lag. 2. Jenis Industri, Laba/Rugi

perusahaan,Opini audit, Kualitas Auditor, Proporsi hutang berpengaruh terhadap audit delay. Kesuma (2010) -Variabel Independen: Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Jenis Industri -Variabel Dependen: Audit Report Lag.

1. Profitabilitas, solvabilitas, dan umur perusahaan berpengaruh terhadap audit report lag. 2. Ukuran Perusahaan, dan jenis

industri tidak berpengaruh terhadap audit report lag.


(51)

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan uraian teori dan tinjauan penelitian terdahulu, maka dapat digambarkan dengan kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset yang dimiliki perusahaan. Hal yang mendasari hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit delay adalah perusahaan besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil karena perusahaan tersebut dimonitori secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah (Tiono dan JogiC, 2013). Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam

Ukuran Perusahaan (X1)

Ukuran Kantor Akuntan Publik ( KAP)(X2)

Jenis Opini Auditor(X3)

Laba Atau Rugi Usaha(X4)

Audit Delay (Y)

Jenis Industri (X5)

Profitabilitas (X6)


(52)

laporan keuangan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal. Disamping itu perusahaan besar pada umumnya memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu.

Ukuran kantor akuntan publik diantaranya dapat diukur berdasarkan jumlah karyawan, jumlah klien, serta reputasi. Kantor akuntan publik besar memiliki jumlah yang karyawan yang banyak, dapat mengaudit dengan lebih efektif dan efisien, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan audit tepat waktu, serta memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga reputasinya (Widosari, 2012). Ukuran kantor akuntan publik di lihat dari apakah KAP tersebut adalah the big four atau non the big four.

Menurut Arens et al. (2008) Opini audit merupakan pendapat yang dikemukakan oleh auditor independen dalam laporan audit sebagai media formal yang digunakan dalam mengkomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan tentang kesimpulan atas laporan keuangan yang diaudit. Opini audit dilihat dari apakah perusahaan memperoleh pendapat wajar tanpa syarat dengan pendapat audit lainnya (pendapat wajar dengan syarat, tidak wajar dan tidak memberikan pendapat). Perusahaan yang memperoleh pendapat wajar tanpa syarat akan cenderung lebih ringkas dibanding dengan pendapat lainnya. Pada umumnya perusahaan yang memperoleh pendapat wajar tanpa syarat akan menemukan


(53)

kesepakatan dengan cepat pada saat terjadinya komunikasi antara auditor dengan klien. Dengan begitu proses audit akan lebih cepat terselesaikan.

Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan-pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita perusahaan (Baridwan, 2008:29). Laba menunjukkan good news sehingga perusahaan ingin lebih cepat mengumumkan good news tersebut dan sebaliknya jika perusahaan mengalami kerugian maka pihak manajemen ingin menunda bad news tersebut. Menurud Ahmad dan Kamarudin (2003) Perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk mengatur waktu auditnya lebih lama dibandingkan biasanya karena hal ini merupakan bad news. Sebaliknya jika perusahaan melaporkan laba yang tinggi maka perusahaan berusaha laporan keuangan auditan di publikasikan secepatnya sehingga good news tersebut cepat diketahui oleh para investor dan pihak yang berkepentingan

lainnya.

Hasil penelitian Carslaw dan Kaplan (1991), Halim (2000), Ahmad dan Kamarudin (2003), serta Widiyanti dan Subekti (2004) menunjukkan bahwa jenis industri berpengaruh secara statistik signifikan terhadap audit delay. Ashton (1987) menyatakan bahwa jenis perusahaan finansial mengalami audit delay yang lebih pendek dibandingkan dengan perusahaan dalam jenis industri lain. Hal ini dikarenakan bahwa perusahaan-perusahaan finansial tidak memiliki saldo persediaan (inventory) yang cukup signifikan sehingga cenderung membutuhkan audit yang lebih pendek daripada perusahaan manufaktur. Kebanyakan aktiva


(54)

yang dimiliki oleh perusahaan finansial berbentuk moneter sehingga aktiva tersebut lebih mudah diukur dibandingkan dengan aktiva yang berbentuk fisik seperti persediaan, aktiva tetap dan aktiva tidak berwujud. Audit atas persediaan yang berbentuk fisik cukup sulit dilakukan dan membutuhkan waktu yang lama, serta sering menimbulkan kesalahan yang material.

Profitabilitas adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu selama satu tahun yang terdapat dalam laporan keuangan (Indriyani dan Supriyati, 2012). Menurut Lianto dan Kusuma (2010) Profitabilitas merupakan good news bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat dikarenakan harus menyampaikan kabar baik tersebut kepada publik atau pemegang saham. Jika perusahaan mengalami profitabilitas yang lebih tinggi maka audit delay akan semakin pendek dibandingkan perusahaan yang tingkat profitabilitasnya lebih rendah.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik (Sugiyono, 2006 : 51).


(55)

a. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap audit delay.

Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset yang dimiliki perusahaan. Hal yang mendasari hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit delay adalah perusahaan besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil karena perusahaan tersebut dimonitori secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal. Disamping itu perusahaan besar pada umumnya memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu.

H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.

b. Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap audit delay.

Ukuran kantor akuntan publik diantaranya dapat diukur berdasarkan jumlah karyawan, jumlah klien, serta reputasi. Kantor akuntan publik besar memiliki jumlah yang karyawan yang banyak, dapat mengaudit dengan lebih efektif dan efisien, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan audit tepat waktu, serta memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga reputasinya. Ukuran kantor akuntan publik di lihat dari apakah KAP tersebut adalah the big four atau non the big four.


(56)

c. Pengaruh Jenis Opini Auditor terhadap audit delay.

Opini audit merupakan pendapat yang dikemukakan oleh auditor independen dalam laporan audit sebagai media formal yang digunakan dalam mengkomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan tentang kesimpulan atas laporan keuangan yang diaudit. Opini audit dilihat dari apakah perusahaan memperoleh pendapat wajar tanpa syarat dengan pendapat audit lainnya (pendapat wajar dengan syarat, tidak wajar dan tidak memberikan pendapat). Perusahaan yang memperoleh pendapat wajar tanpa syarat akan cenderung lebih ringkas dibanding dengan pendapat lainnya. Pada umumnya perusahaan yang memperoleh pendapat wajar tanpa syarat akan menemukan kesepakatan dengan cepat pada saat terjadinya komunikasi antara auditor dengan klien. Dengan begitu proses audit akan lebih cepat terselesaikan.

H3 : Jenis Opini Auditor berpengaruh terhadap audit delay. d. Pengaruh Laba atau Rugi Perusahaan terhadap audit delay.

Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan-pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita perusahaan. Laba menunjukkan good news sehingga perusahaan ingin lebih cepat mengumumkan good news tersebut dan sebaliknya jika perusahaan mengalami kerugian maka pihak manajemen ingin menunda bad news tersebut. Perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk mengatur waktu auditnya lebih lama dibandingkan biasanya karena hal ini merupakan bad news. Sebaliknya jika perusahaan melaporkan laba yang tinggi


(57)

maka perusahaan berusaha laporan keuangan auditan di publikasikan secepatnya sehingga good news tersebut cepat diketahui oleh para investor dan pihak yang berkepentingan lainnya.

H4 : Laba atau Rugi Perusahaan berpengaruh terhadap audit delay. e. Pengaruh Jenis Industri terhadap audit delay.

Hasil penelitian Carslaw dan Kaplan (1991), Halim (2000), Ahmad dan Kamarudin (2003), serta Widiyanti dan Subekti (2004) menunjukkan bahwa jenis industri berpengaruh secara statistik signifikan terhadap audit delay. Ashton (1987) menyatakan bahwa jenis perusahaan finansial mengalami audit delay yang lebih pendek dibandingkan dengan perusahaan dalam jenis industri lain. Hal ini dikarenakan bahwa perusahaan-perusahaan finansial tidak memiliki saldo persediaan (inventory) yang cukup signifikan sehingga cenderung membutuhkan audit yang lebih pendek daripada perusahaan manufaktur. Kebanyakan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan finansial berbentuk moneter sehingga aktiva tersebut lebih mudah diukur dibandingkan dengan aktiva yang berbentuk fisik seperti persediaan, aktiva tetap dan aktiva tidak berwujud. Audit atas persediaan yang berbentuk fisik cukup sulit dilakukan dan membutuhkan waktu yang lama, serta sering menimbulkan kesalahan yang material.

H5 : Jenis Industri berpengaruh terhadap audit delay. f. Pengaruh profitabilitas terhadap audit delay.

Profitabilitas adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu selama satu tahun yang terdapat dalam laporan keuangan. Profitabilitas merupakan good news bagi perusahaan.


(58)

Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat dikarenakan harus menyampaikan kabar baik tersebut kepada publik atau pemegang saham. Jika perusahaan mengalami profitabilitas yang lebih tinggi maka audit delay akan semakin pendek dibandingkan perusahaan yang tingkat profitabilitasnya lebih rendah.


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian sebab akibat (kausal) yaitu penelitian yang melihat hubungan variabel terhadap obyek yang diteliti lebih bersifat sebab dan akibat, sehingga dalam penelitiannya ada variabel independen dan dependen. Dari variabel tersebut selanjutnya dicari seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2007: 18). Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit delay sedangkan variabel independennya adalah kondisi ukuran perusahaan, ukuran kantor akuntan publik, jenis opini auditor, laba atau rugi perusahaan, jenis industri dan profitabilitas.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan internet dan mengakses situs www.idx.co.id. Waktu penyelesaian dimulai dari bulan September 2014.

3.3 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2007:115) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu


(60)

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Menurut Sugiyono (2007:116) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Hasil penelitian yang menggunakan sampel, maka kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Oleh sebab itu, sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau mewakili.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,

2007:122). Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah: a. Perusahaan manufaktur yang menyampaikan laporan keuangan lengkap dan

telah diaudit oleh auditor independen periode 2011-2013 di BEI. b. Perusahaan manufaktur mempunyai aset lebih dari 500 M. c. Perusahaan yang tidak didelisting di BEI pada tahun 2011-2013.

Berdasarkan kriteria yang dikemukakan di atas maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 18 dari 129 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2011-2013. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Daftar Sampel

No. Kode Nama Perusahaan

1 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk

2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk

3 CEKA Cahaya Kalbar Tbk


(1)

Lampiran 4

OUTPUT SPSS

UJI ASUMSI KLASIK

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Ukuran Perusahaan 54 20.1600 31.5600 27.661667 3.0224330

Profitabilitas 54 .028 .657 .15532 .130104

Valid N (listwise) 54

Audit Delay

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Terlambat Menyampaikan

Laporan Keuangan

23 42.6 42.6 42.6

Tepat Waktu Menyampaikan Laporan Keuangan

31 57.4 57.4 100.0

Total 54 100.0 100.0

Ukuran KAP

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Diaudit Oleh KAP The

Big Four

25 46.3 46.3 46.3

Diaudit Oleh KAP The Big Four 29 53.7 53.7 100.0


(2)

Opini Auditor

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Selain Unqualified Opinion 15 27.8 27.8 27.8

Unqualified Opinion 39 72.2 72.2 100.0

Total 54 100.0 100.0

Laba Rugi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Perusahaan Mengalami

Kerugian

22 40.7 40.7 40.7

Perusahaan Mengalami Laba 32 59.3 59.3 100.0

Total 54 100.0 100.0

Jenis Industri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Perusahaan Sektor Industri

Barang Konsumsi

33 61.1 61.1 61.1

Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia

21 38.9 38.9 100.0


(3)

Correlation Matrix

Constant X1 X2 X3 X4 X5 X6

Step 1 Constant 1.000 -.982 -.317 .238 -.141 .000 .206

X1 -.982 1.000 .319 -.334 .036 .000 -.260

X2 -.317 .319 1.000 .091 -.196 .000 -.600

X3 .238 -.334 .091 1.000 .033 .000 -.205

X4 -.141 .036 -.196 .033 1.000 .000 .003

X5 .000 .000 .000 .000 .000 1.000 .000


(4)

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 3.680 8 .885

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 34.159a .519 .697

a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 39.512 6 .000

Block 39.512 6 .000

Model 39.512 6 .000

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a X1 -.058 .189 .095 1 .758 .943

X2 -1.484 1.166 1.619 1 .203 .227

X3 -.269 .978 .076 1 .783 .764

X4 -.143 .910 .025 1 .875 .867

X5 22.930 8078.753 .000 1 .998 9.082E9

X6 9.013 4.591 3.853 1 .049 8209.259

Constant .274 5.090 .003 1 .957 1.316


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdapat di BEJ)

0 6 105

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan perbankan di Indonesia : Periode 2011-2013

1 7 103

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015).

1 19 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014.

1 7 22

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2012.

0 2 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2012.

0 1 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 4 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Kepatuhan (Compliance Theory) - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lamanya Penyelesaian Audit (Audit Delay) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdapat di Bursa Efak Indonesia (BEI) Tahun 2011-

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lamanya Penyelesaian Audit (Audit Delay) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdapat di Bursa Efak Indonesia (BEI) Tahun 2011-2013

0 0 13

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lamanya Penyelesaian Audit (Audit Delay) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdapat di Bursa Efak Indonesia (BEI) Tahun 2011-2013

0 0 14