PENDAPAT SISWA KELAS III PROGRAM STUDI TATA BOGA SMKN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TENTANG KESIAPAN BERWIRAUSAHA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Teknik

Disusun oleh: RIA SETYAWATI

035 724 018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BOGA

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2008


(2)

ii

SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta Tentang Kesiapan Berwirausaha” ini telah disetujui pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, Desember 2008 Pembimbing

Kokom Komariah, M. Pd NIP. 131 465 892


(3)

iii

Istimewa Yogyakarta Tentang Kesiapan Berwirausaha” Disusun oleh :

Ria Setyawati 035724018

Telah Diuji dan Dipertahankan di depan Dewan Penguji Tugas Akhir Skripsi Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Pada Tanggal 24 Desember 2008.

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Teknik

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda tangan Tanggal

Kokom Komariah, M.Pd Ketua Penguji

Sutriyati Purwanti, M.Si Sekretaris Penguji

Badraningsih L, M.Kes Penguji

Yogyakarta, Januari 2009 Fakultas Teknik

Universitas Negeri Yogyakarta Dekan

Wardan Suyanto Ed.D NIP. 130 683 449


(4)

iv Nim : 035 724 018

Jurusan : Pendidikan Teknik Boga Fakultas : Teknik

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pendapat Siswa Kelas III Program Studi Tata Boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta Tentang Kesiapan Berwirausaha” benar-benar karya saya sendiri, sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Yogyakarta, Desember 2008 Yang menyatakan

Ria Setyawati O35 724 018


(5)

v

telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

(urusan)yang lain. Dan hanya lepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap*

(QS Al-Insyirah' : 36)

*Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan

memudahkan jalan baginya menuju surga *

(Q.s. Alam Nasyiah :6-7)

*Alhamdulillah telah ku selesaikan satu amanah untuk meraih cita dan asa*

(Keheningan Jiwa)

Teriring Rasa Syukur Karya Sederhana Ini Ku Persembahkan Lepada :

Alm. Ayah, dan Ibundaku tercinta senantiasa memberi motivasi dan do'anya, serta pengorbanan dan kesabarannya.

Om Peter, Bapak dan Ibu Ray, Om Philippus dan Tante Vivienne tarima kasih atas segala fasilitas dan dukungannya.

Kakak dan adekku tersayang tarima kasih atas do'anya.

Saudara2ku di SMK IT Al-Furqon dan UKMF Mapala CARABINER,, Mas anang, me, phe, hani, tie-k, ti, dita, mb eci thank's 4 all


(6)

vi Oleh

RIA SETYAWATI 035 724 018

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa kelas III Program Studi Tata Boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta tentang kesiapan berwirausaha dilihat dari: 1) Managerial skills, 2) Conceptual skills, 3)

Human skills, 4) Decision making skills, 5) Kepemimpinan.6) Kesiapan berwirausaha di SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan Teknik pengumpulan data melalui angket. Populasi penelitian terdiri dari siswa kelas III SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta yang berjumlah 420 siswa. Sampel yang diambil dengan teknikNomogram Harry King. Jumlah sampel 156 diperoleh dari menarik angka 420 pada diagram melewati taraf kesalahan 5% maka ditemukan titik 37%. Uji coba instrumen sebelumnya dilakukan terhadap 30 siswa yang tidak menjadi sampel penelitian di SMKN 1 Sewon Bantul. Menggunakan rumus

Korelasi Product Moment, ditemukan validitas instrumen yang meyakinkan yakni dari jumlah 50 butir pernyataan, 50 butir pernyataan dinilai valid. Dengan demikian berdasarkan teknik Alpha Cronbach, dengan rtt = 0950, berarti instrumen tersebut memiliki reliabilitas tinggi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) Kesiapan berwirausaha siswa kelas III Program Studi Tata Boga dilihat dari kompetensimanagerial skills50,6% pada kategori cukup siap dengan rerata 25,55, 2) Kesiapan berwirausaha siswa kelas III Program Studi Tata Boga dilihat dari kompetensi conceptual skills 66,7% pada kategori kurang siap dengan rarata 14,49, 3) Kesiapan berwirausaha siswa kelas III Program Studi Tata Boga dilihat dari kompetensi human skills 60,9% pada kategori kurang siap dengan rerata 35,63, 4) Kesiapan berwirausaha siswa kelas III Program Studi Tata Boga dilihat dari kompetensidecision making skills70,5% pada kategori cukup siap dengan rerata skor 21,28, 5) Kesiapan berwirausaha siswa kelas III Program Studi Tata Boga dilihat dari kompetensi kepemimpinan 87,8% pada kategori cukup siap dengan rerata 34,96. 6) Kesiapan berwirausaha siswa kelas III Program Studi Tata Boga dilihat dari kompetensi keseluruhan 78,8% pada kategori cukup siap dengan rerata 131,92.


(7)

vii

Alhamdulillahirabbil’alamiin, penulis haturkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul“Pendapat Siswa Kelas III Program Studi Tata Boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta Tentang Kesiapan Berwirausaha”tanpa suatu halangan yang berarti.

Laporan penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa tentang kesiapan berwirausaha kelas III Program Studi Tata Boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Oleh sebab itu, perkenankan penulis untuk menyampaikan rasa terimakasih tak terhingga kepada berbagai pihak yang telah berkenan membimbing, memberikan motivasi dan mengorbankan segalanya dalam proses penyusunan skripsi dan bagi penulis pribadi :

1. Bapak Wardan Suyanto, Ed.D, Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Ibu Dr. Sri Wening selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Boga Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Kepada yang terhormat Ibu Kokom Komariah, M.Pd selaku dosen pembimbing atas ketelitian, keramahan, kesabaran, keseriusan, ketegasan, juga atas waktu yang disempatkan untuk membaca dan meneliti laporan


(8)

viii

dosen koordinator percepatan Tugas Akhir Skripsi, yang dengan ketulusan hati memberikan motivasi untuk keberhasilan studi.

5. Kepada Ibu , Om peter, bapak dan ibu Ray, Om philippus dan tante Viviane yang telah memberikan motivasi, do’a dan segala fasilitas, sehingga mempercepat dalam penyelesaian laporan ini.

6. Kepada Kepala SMK Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta Program Studi Tata Boga beserta segenap guru dan siswa, yang telah memberikan izin dan informasi berharga kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi.

7. Kepada seluruh pihak : teman-teman komunitas Tata Boga S1 tahun ’03 dan teman-teman UKMF Mapala Carabiner.

Akhir kata penulis yakin segala sesuatu yang telah dibuat pastilah masih jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan yang hakiki hanyalah milik-Nya. Begitu juga dengan laporan ini. Penulis berharap, semoga laporan ini dapat memberikan sumbangsih yang berarti bagi almamater dan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan, serta bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, Desember 2008 Penulis,


(9)

ix

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8


(10)

x

3. Kesiapan berwirausaha ... . 11

4. Kompetensi siswa ... 15

1) Kompetensimanagerial skills... 15

2) Kompetensiconceptual skills... 17

3) Kompetensihuman skills ... 18

4) Kompetensidecision making skills... 19

5) Kompetensi kepemimpinan... 21

B. Kerangka Berfikir ... 22

C. Penelitian Yang Relevan ... 25

D. Pertanyaan Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN... 27

A. Pendekatan Penelitian ... 27

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

C. Populasi dan sampel ... 28

D. Variabel Penelitian... 29

E. Definisi Operasional Variabel... 30

F. Instrumen Penelitian ... 31

G. Teknik Pengumpulan Data... 32

H. Validitas dan Reliabilitas ... 33


(11)

xi

C. Kesiapanmanagerial skills... 50

D. Kesiapanconceptual skills... 54

E. Kesiapanhuman skills... 56

F. Kesiapandecision making skills ...… 60

G. Kesiapan kepemimpinan ... 63

H. Pendapat siswa kelas III Program Studi Tata Boga tentang Kesiapan berwirausaha Secara Keseluruhan... 65

I. Pembahasan Hasil Penelitian ... 68

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 82

A. Simpulan ... 82

B. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA


(12)

xii

Istimewa Yogyakarta Program Studi Tata Boga ... 29

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen ... 31

Tabel 3. Hasil Validitas Instrumen ... 35

Tabel 4. Rangkuman Analisis Tingkat Realibilitas Instrumen ... 36

Tabel 5. Tolak Ukur Reabilitas Instrumen ... 37

Tabel 6. Kategori Kecenderungan Data ... 38

Tabel 7. Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin... 41

Tabel 8. Pendidikan Terakhir Orang Tua ... 42

Tabel 9. Jumlah Keluarga Siswa ... 42

Tabel 10. Pekerjaan Pokok orang Tua ... 43

Tabel 11. Tempat Tinggal Siswa Saat ini ... 44

Tabel 12. Penghasilan Orang Tua Siswa ... 45

Tabel 13. Jumlah Keluarga Yang Menjadi Tanggungan Orang Tua ... 46

Tabel 14. Lingkungan Keluarga Siswa yang Berwirausah ... 46

Tabel 15. Bidang Usaha yang Ditekuni di Lingkngan Keluarga ... 47

Tabel 16. Pekerjaan Orang di Sekitar Tempat Tinggal ... 48

Tabel 17. Orang Mendukung Siswa Berwirausaha ... 49

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Pendapat Siswa Terhadap Kesiapan Berwirausaha Dilihat dari KompetensiManagerial Skills ... 51

Tabel 19. Kesiapan Kompetensi Managerial Skills Dilihat dari Latar Belakang Keluarga yang Berwirausaha ... 53


(13)

xiii

Tabel 22. Kesiapan Kompetensi Conceptuall Skills Dilihat dari Bidang Usaha yang ditekuni di Lingkungan Keluarga ... 56 Tabel 23. Distribusi Frekuensi Pendapat Siswa Terhadap Kesiapan

Berwirausaha Dilihat dari Kompetensi Human Skills ... 57 Tabel 24. KesiapanHuman SkillsDilihat dari Jumlah Keluarga Siswa ... 59 Tabel 25. Kesiapan Kompetensi Human Skills Dilihat dari Tempat Tinggal

Siswa Saat Ini ... 59 Tabel 26. Kesiapan Kompetensi Human SkillsDilihat dari Pekerjaan Orang

di Sekitar Tempat Tinggal ... 60 Tabel 27. Distribusi Frekuensi Pendapat Siswa Terhadap Kesiapan

Berwirausaha Dilihat dari KompetensiDecision Making Skills ... 60 Tabel 28. Kesiapan Kompetensi Decision Making Skills Dilihat dari

Lingkungan Keluarga yang Berwirausaha ... 62 Tabel 29. Distribusi Frekuensi Pendapat Siswa Terhadap Kesiapan

Berwirausaha Dilihat dari Kompetensi Kepemimpinan ... 63 Tabel 30. Kesiapan Kompetensi Kepemimpinan Dilihat dari Tempat Tinggal

Siswa Saat ini ... 65 Tabel 31. Distribusi Frekuensi Pendapat Siswa Kelas III Program Studi Tata

Boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta Tentang Kesiapan Berwirausaha ... 66 Tabel 32. Rangkuman Kesiapan Berwirausaha Siswa Kelas III Program


(14)

xiv

Gambar 2. Diagram Pendapat Siswa Tentang Kesiapan Berwirausaha Dilihat dari KompetensiManagerial Skills... 52 Gambar 3. Diagram Pendapat Siswa Tentang Kesiapan Berwirausaha Dilihat

dari KompetensiConceptual Skills... 55 Gambar 4. Diagram Pendapat Siswa Tentang Kesiapan Berwirausaha Dilihat

dari KompetensiHuman Skills... 58 Gambar 5. Diagram Pendapat Siswa Tentang Kesiapan Berwirausaha Dilihat

dari KompetensiDecision Making Skills ... 61 Gambar 6. Diagram Pendapat Siswa Tentang Kesiapan Berwirausaha Dilihat

dari Kompetensi Kepemimpinan ... 64 Gambar 7. Diagram Sebaran Pendapat Siswa Kelas III Program Studi Tata

Boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta Tentang Kesiapan Berwirausaha ... 67 Gambar 8. Diagram Rangkuman Pendapat Siswa Kelas III Program Studi Tata

Boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta Tentang Kesiapan Berwirausaha... 68


(15)

xv Lampiran 3. Uji Validitas

Lampiran 4. Uji Reliabilitas Lampiran 5. Data Penelitian Lampiran 6. Ijin Penelitian


(16)

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk yang padat di dunia, akan tetapi dalam hal kualitas sumberdaya manusia yang dapat diandalkan Indonesia masih sangat kurang. Kualitas sumberdaya manusia agar dapat bersaing, perlu adanya dengan lembaga-lembaga atau badan-badan yang bertujuan untuk mencetak tenaga kerja yang berkualitas karena pembangunan membutuhkan tenaga kerja yang memiliki ketrampilan yang dapat diandalkan dan dapat meningkatkan produktifitas.

Sekolah merupakan sarana pendidikan dan sebagai wahana pengembangan siswa yang banyak diminati oleh kalangan masyarakat, sehingga sekolah dituntut untuk dapat menciptakan out-put atau lulusan yang betul-betul berkualitas. Dengan demikian peran pendidikan di sekolahpun merupakan hal yang utama, dengan adanya pendidikan diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus masa depan yang berdedikasi tinggi, berkopenten, berkepribadian produktif, kreatif dan inivatif dalam menghadapi berbagai macam tantangan.

Pendidikan Menengah Kejuruan merupakan sub sistem dari sistem pendidikan di sekolah yang secara khusus disiapkan untuk menghasilkan tenaga kerja terampil tingkat menengah untuk mengisi keperluan dunia usaha dan dunia industri. Pendidikan kejuruan memiliki tanggung jawab untuk


(17)

menghasilkan tenaga kerja profesional pada tingkat menengah yang berorientasi pada mutu lulusan.

Sesuai dengan peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) bahwa “ Standar Kompetensi lulusan adalah kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan”. Sedangkan untuk Standar Kompetensi Kelulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan. Pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya, salah satunya yaitu menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya (E. Mulyasa, 2006:90).

Siswa Sekolah Menengah Kejuruan merupakan tahap perkembangan pada masa remaja menurut pendapat Rousseau dalam Wasty Soemanto (1999: 98) bahwa:

Tahap perkembangan masa ini berlangsung antara umur 15-20 tahun. Pada masa ini pribadi anak diwarnai oleh timbulnya dorongan seksual yang kuat. Pada anak mulai timbul minat dan perhatian terhadap orang lain yang berjenis kelamin lain. Pada tahap ini daya intelektualnya melunak, sedangkan dorongan jasmaniahnya cukup dominan. Anak mulai menggembangkan nilai-nilai moral serta berusaha mengenal hakikat sesuatu. Karena minat sosialnya mulai tumbuh, maka anak mulai belajar bertindak untuk perbaikan bagi orang lain ataupun bagi dirinya sendiri.

Mulai dari kelas I siswa diberikan mata pelajaran kewirausahaan akan tetapi untuk kelas II dan kelas III langsung pada pemberian prakteknya saja. Pada


(18)

tahap perkembangan ini diharapkan siswa kelas III memiliki bekal pengetahuan mengenai usaha yang akan dirintis dan lingkungan usaha yang ada, bekal pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab, bekal managemen dan organisasi bisnis dan bekal ketrampilan konseptual mengatur strategi dan resiko, bekal ketrampilan kretif menciptakan nilai tambah, bekal ketrampilan memimpin dan mengelola, bekal komunikasi dan interaksi, bekal teknik usaha yang akan dilakukan, Sehingga siswa kelas III sudah siap untuk berwirausaha.

Kesiapan berwirausaha siswa merupakan hal yang terpenting bagi Sekolah Menengah Kejuruan. Kesiapan merupakan kemauan, keinginan atau kemampuan untuk mengusahakan suatu pekerjaan tertentu dan hal tersebut tergantung pada tingkat kematangan, pengalaman masa lalu, keadaan mental dan emosi dari orang yang belajar. Faktor utama dalam kesiapan yaitu pengalaman, pendidikan dan motivasi sedangkan kesiapan itu sendiri terbentuk dari tiga aspek yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sifat pendidikan untuk mempersiapkan tenaga kerja, maka dari itu dengan sendirinya orientasi pendidikan tertuju pada kualitas out-put atau lulusannya. Namun nampaknya harapan tersebut belum terpenuhi sepenuhnya dengan adanya kenyataan siswa SMK belum siap untuk memasuki dunia kerja maupun menciptakan lapangan kerja sendiri atau berwirausaha. Hal ini dimungkinkan karena siswa yang berprestasi cenderung lebih memilih melanjutkan keperguruan tinggi daripada


(19)

terjun kedunia kerja atau dunia industri. Selain itu masih banyaknya siswa yang lebih memilih bekerja pada orang lain.

SMK merupakan sekolah yang berorientasi pada dunia kerja. Lulusan SMK ini dipersiapkan dan diharapkan untuk menghasilkan atau mencetak tenaga kerja tingkat menengah yang memiliki ketrampilan yang dapat diandalkan sesuai dengan jurusannya atau bidangnya masing-masing yang sesuai dengan misinya yaitu menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah, maka kesiapan kerja dari siswa sangat penting, baik dalam arti kesiapan kerja industri maupun kesiapan mandiri atau berwirausaha hal itu mungkin dipengaruhi oleh kurangnya bekal ketrampilan yang dimiliki oleh siswa.

Masalah yang timbul saat ini adalah banyaknya pengangguran dikalangan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan. Pengangguran dikalangan sekolah menengah antara lain muungkin disebabkan oleh kenyataan-kenyataan yang terjadi sekarang ini yaitu masih rendahnya motivasi berwirausaha, belum terciptanya sikap mandiri dan yang terpenting adalah belum siapnya lulusan Sekolah Menengah Kejuruan untuk berwirausaha.

Menjadi seorang wirausaha diperlukan beberapa ketrampilan antara lain Conceptual skills (ketrampilan berfikir kreatif), Managerial skills

(ketrampilan manajerial), Decision making skills (ketrampilan dalam pengambilan keputusan), Human skills (ketrampilan dalam berelasi atau bergaul), ketrampilan dalam kepemimpinan (Wasty Soemanto, 1999:63-77).

Bekal ketrampilan dan pengetahuan tidak hanya diperoleh dari lingkungan sekolah. Lingkungan keluarga mempunyai peran dalam


(20)

mempersiapkan siswa untuk menjadi seorang yang siap berwirausaha. Peranan orang tua diperlukan hingga anak yang dididik mampu berdiri di atas kaki sendiri, sanggup menolong diri-sendiri di dalam menghadapi permasalahan hidup serta dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang tua hendaknya menciptakan situasi belajar berwirausaha di lingkungan keluarga, orang tua hendaknya mempunyai bekal menimal mengenai usaha-usaha wiraswasta atau bidang-bidang wiraswasta.

Di lingkungan keluarga orang tua harus mampu menciptakan hubungan yang erat dan serasi antara orang tua dan anak, antara anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya. Dengan adanya hubungan yang erat dan serasi antar anggota keluarga, maka akan saling terbuka dan saling mengenal. Mereka akan suka dan mampu untuk menggunakan setiap kesempatan untuk bertukar pikiran dan pendapat. Mereka akan siap untuk mendiskusikan masalah serta kebutuhan dari masing-masing anggota keluarga, ataupun mengenai masalah dan kebutuhan rumah tangga pada umumnya. Suasana pergaulan semacam itu merupakan kondisi yang baik bagi keluarga untuk mendidik anak menjadi seorang wirausaha.

Kesiapan berwirausaha siswa tidak lepas pula dari lingkungan masyarakat atau tempat tinggal siswa. Masyarakat merupakan kelompok individu dengan taraf hidup dan peranan yang berbeda-beda. Masyarakat menjadi ajang terjadinya berbagai peristiwa yang saling berpengaruh terhadap pola-pola tingkah lakudan kehidupan manusia.


(21)

Dengan usaha berwirausaha para siswa dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan diharapkan dapat mengembangkan diri dengan keadaan atau tuntutan dunia kerja saat ini. Selain itu berusaha merealisir potensi dengan usaha mandiri sebagai wirausaha yang bukan hanya menunggu lowongan pekerjaan yang bisa dimasukinya. Siswa yang siap berwirausaha hendaknya benar-benar siap dalam bidangnya.

Dari uraian di atas menunjukkan adanya kesenjangan antara kemampuan yang dibutuhkan dunia kerja dengan kemampuan yang dimiliki oleh lulusan sekolah kejuruan sehingga terjadi banyak pengangguran. Terjadinya kesenjangan ini tentunya tidak lepas dari bekal ketrampilan yang dimiliki oleh siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan permasalahannya sebagai berikut:

1. Banyaknya siswa yang belum siap untuk berwirausaha.

2. Kesiapan berwirausaha dipengaruhi oleh ketrampilan yang dimiliki. 3. Kesiapan berwirausaha dipengaruhi oleh bekal pengetahuan yang dimiliki. 4. Siswa yang siap berwirausaha harus mengetahui usaha yang akan dirintis. 5. Kesiapan berwirauaha dipengaruhi oleh masa perkembangan usia dan latar


(22)

C. Pembatasan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka dalam penelitian ini, hanya dibatasi pada kesiapan berwirausaha dilihat dari kompetensi managerial skill, conceptual skills, human skills, decision making skills dan kompetensi kepemimpinan siswa kelas III Program Studi Tata Boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pendapat siswa kelas III Program Studi Tata Boga tentang kesiapan berwirausaha dilihat dari kompetensimanagerial skills?

2. Bagaimana pendapat siswa kelas III Program Studi Tata Boga tentang kesiapan berwirausaha dilihat dari kompetensiconceptual skills?

3. Bagaimana pendapat siswa kelas III Program Studi Tata Boga tentang kesiapan berwirausaha dilihat dari kompetensihuman skills?

4. Bagaimana pendapat siswa kelas III Program Studi Tata Boga tentang kesiapan berwirausaha dilihat dari kompetensidecision making skills? 5. Bagaimana pendapat siswa kelas III Program Studi Tata Boga tentang


(23)

6. Bagaimana pendapat siswa kelas III Program Studi Tata Boga tentang kesiapan berwirausaha di SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta?

E. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan berwirausaha siswa kelas III Program Studi Tata Boga dilihat dari ketrampilan managerial skill (managerial skills), ketrampilan konseptual (conceptual skills), ketrampilan memahami, mengerti, berkomunikasi dan berelasi (human skills), ketrampilan merumuskan masalah dan mengambil keputusan (decision making skills), dan ketrampilan kepemimpinan.

F. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis yaitu melalui sumbangan teori dan analisanya untuk kepentingan dimasa yang akan datang.

2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk pihak sekolah. Khususnya guru untuk lebih memperhatikan kesiapan berwirausaha siswa.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

G. Deskripsi Teori

1. Sekolah Menengah Kejuruan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan bagian dari pendidikan menengah adalah pendidikan yang bertujuan melanjutkan dan mengembangkan pendidikan dasar serta menyiapkan siswa menjadi aggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya serta dapat menggembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.

Pengertian pendidikan kejuruan menurut beberapa ahli pendidikan kejuruan yang dikutip Soeharto (1988) yaitu;

(a) Smith Hughes Act (1917), bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan khusus yang program-programnya dipilih untuk siapapun yang tertarik untuk mempersiapkan diri bekerja sendiri atau bekerja sebagian dari satu kelompok.

(b) Ralp C. Wanrich dan William Wanrich (1917) membedakan istilah kejuruan adalah untuk pendidikan persiapan untuk bekerja yang dilakukan di sekolah menengah sedangkan pendidikan professional adalah pendidikan persiapan kerja yang dilakukan di perguruan tinggi.

(c) Thomas H. Arcy (1986) memberi pengertian bahwa pendidikan kejuruan sebagian program-program pendidikan yang terorganisasi yang berhubungan langsung dengan persiapan individu untuk bekerja mendapat upah ataupun bekerja tanpa upah atau persiapan tambahan suatu karir dan (d) Bradly Curtis H dan Friedenberg (1976) memberikan pengertian pendidikan kejuruan adalah training atau

retraining mengenai persiapan siswa dalam pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang diperlukan untuk dapat bekerja dan


(25)

mempengaruhi keahlian serta pengembangan lanjut dalam pekerjaan sebelum tingkat sarjana muda.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah sekolah yang mengembangkan dan melanjutkan pendidikan dasar dan mempersiapkan siswanya untuk dapat bekerja, baik kerja sendiri (wirauasaha) atau bekerja sebagian dari kelompok sesuai bidangnya masing-masing. Selain itu SMK adalah tempat untuk mempersiapkan siswa dalam hal pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang diperlukan untuk dapat bekerja dan mempengaruhi keahlian serta pengembangan lanjut dan pekerjaan.

2. Pendapat siswa

Pengertian pendapat menurut kamus besar Bahasa Indonesia mempunyai arti : a) pikiran atau tanggapan, b) buah pikiran atau perkiraan tentang suatu hal seperti orang atau peristiwa, c) orang yang mula-mula mendapatkan sesuatu yang tadinya belum ada atau belum diketahui dan d) kesimpulan sesudah mempertimbangkan menyelidiki, mengalami dan sebagainya.

Menurut Abu Ahmadi (1992: 26) pendapat adalah suatu hasil pekerjaan pikir yang meletakkan hubungan antara tanggapan yang satu dengan yang lain yang dinyatakan dalam suatu kalimat, sedangkan siswa adalah warga belajar atau seseorang yang sengaja datang untuk mencari, menerima dan menyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.


(26)

Sedangkan menurut Alo Liliwen (1997:41) pendapat didefinisikan sebagai sebagai gambaran mengenai pengalaman seseorang terhadap obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh degan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan maupun persepsi tentang obyek tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendapat siswa adalah suatu gambaran atau pemberian arti dari suatu hal atau kejadian yang didasarkan pada pengalaman atau apa yang diketahui oleh siswa.

3. Kesiapan Berwirausaha

Secara sederhana pengertian kesiapan (readiness) merupakan suatu titik kematangan untuk menerima dan mempraktekkan tingkah laku tertentu (Dali Gulo 1984: 240). Menurut Page Thomas yang dikutip oleh Agus Budiman (1992) mengemukakan bahwa kesiapan diartikan sebagai kondisi fisiologis seseorang yang siap menangani sesuatu. Hal ini berarti kesiapan dapat dipandang sebagai suatu karakteristik tertentu yang diperlukan seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu atau kesiapan menunjukkan keadaaan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki seseorang dalam kaitannya dengan keadaan berikutnya yang akan dicapai.

Sedangkan menurut Sukirin (1975: 3) bahwa kesiapan terhadap suatu obyek atau pekerjaan akan terbentuk jika sudah mencapai suatu perpaduan


(27)

antara tingkat kematangan, pengalaman serta keadaan mental dan emosi yang serasi. Tingkat kematangan banyak dipengaruhi oleh usia dan fisik, tingkat kematangan merupakan proses perkembangan fisik dan mental sehingga siap digunakan. Pengalaman yaitu pengalaman yang diperoleh baik yang sengaja maupun yang tidak disengaja sehingga membentuk kesiapan. Keadaan mental yang serasi yaitu keadaan yang meliputi sikap kritis, memiliki pertimbangan yang logis dan obyektif. Dengan kata lain kesiapan dipengaruhi oleh faktor kematangan usia dan fisk.

Pendapat lain mengemukakan bahwa kesiapan adalah kondisi seseorang yang mengandung atau terdiri dari waktu tertentu (Modifikasi La Pierre yang ditulis oleh Syaifudin Azwar, 1995: 5) yaitu:

Dalam hal ini La Pierre mengatakan bahwa sikap merupakan kesiapan untuk berinteraksi terhadap suatu obyek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan potensial intuk berinteraksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.

Kemampuan dapat diperoleh melalui kegiatan belajar yang mencakup ranah konitif, afektif dan psikomotorik dalam rangka mendidik siswa menjadi seutuhnya. Antara kesiapan dan kemampuan memiliki pengertian yang hampir sama Suharsimi (1983) menyatakan kesiapan hampir sama dengan kemampuan atau kompetensi Ccoper dan Weber yang dikutip oleh Lina Pangaribuan (1994) menyatakan bahwa kompetensi itu harus memenuhi tiga kriteria yaitu; (1) pengetahuan, untuk mengatur kemampuan kognitif, (2) penampilan, untuk mengatur tingkah laku, (3) hasil untuk mengukur kemampuan pengetehuan berkaitan dengan hasil


(28)

belajar dari ranah kognitif, penampilan merupakan hasil belajar psikomotorik.

Salah satu tujuan pendidikan di SMK menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh dunia kerja. Tenaga kerja tingkat menengah umumnya sesuai dengan jabatan atau sama dengan teknisi jika di industri. Dalam kaitannya dengan kebutuhan di lapangan, pendidikan kejuruan hendaknya memberikan pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan apa yang ada di lapangan. Hal ini dimaksudkan jika pengetahuan dan ketrampilan diberikan di sekolah identik dengan apa yang ada di lapangan maka siswa diharapkan dapat beradaptasi dan memiliki kesiapan untuk menghadapi pekerjaan. Dengan demikian bekal yang diberikan pada siswa di sekolah sebagai seorang calon tenaga kerja tingkat menengah meliputi kemampuan baik secara teori maupun ketrampilan. Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa ketrampilan merupakan salah satu unsur yang membentuk kesiapan siswa untuk berwirausaha.

Dari bahasan tersebut dapat diartikan bahwa kesiapan merupakan kemauan, keinginan dan kemampuan untuk mengusahakan sesuatu tergantung pada tingkat kematangan, pengalaman, keadaan mental dan emosi seseorang. Berdasarkan uraian tersebut, maka kesiapan akan terbentuk apabila telah tercapai perpaduan antara tingkat kematangan, pengalaman, mental dan emosi yang serasi.


(29)

Istilah wiraswasta berasal dari bahasa Sansekerta yaitu; wira, swa

dan sta. wira berarti berani, swa berarti sendiri dan sta berarti berdiri. Dengan demikian wiraswasta dapat diartikan berani berdiri sendiri. Orang yang berani atau mampu berdiri sendiri berarti mampu mengambil keputusan sendiri, mampu menetapkan tujuan yang ingin dicapai atas dasar pertimbangan sendiri. Dari arti wiraswasta tersebut dapat dilihat bahwa wiraswasta atau wirausaha adalah usaha yang dilakukan seseorang yang berani berdiri sendiri, dengan kata lain wirausaha adalah usaha yang dicptakan sendiri berdasarkan kemampuan yang dimiliki untuk lapangan pekerjaan sendiri serta orang lain yang dapat ditampungnya.

Amin Aziz (1987: 41) memberikan pengertian bahwa wiraswasta adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk melakukan semua atau beberapa fungsi kewiraswastaan. Sedangkan kewiraswastaan atau wirausaha adalah kegiatan sosial yang polanya memiliki ciri-ciri wiraswasta. Dengan demikian wiraswasta merupakan perilaku kewiraswastaan yang diwujudkan dalam pekerjaan seseorang dan mempunyai ciri-ciri wiraswasta.

Sedangkan menurut dan Steihoff dan John F. Burgess dalam Suryana (2001: 5) bahwa wirausaha adalah:

Orang yang mengorganisir, mengelola, dan berani menanggung resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang usaha. Sedangkan menurut Meredith dalam Suryana (2001: 7) berwirausaha berarti memadukan perwatakan pribadi, keuangan dan sumber daya. Oleh karena itu, berwirausaha merupakan sebuah pekerjaan atau karier yang harus bersifat fleksibel dan imajinatif, mampu merecanakan, mengambil resiko, mengambil keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan.


(30)

Dari pendapat di atas, dapat dikatakan berwirausaha adalah orang yang berani dan mampu membuat keputusan sendiri dan dapat melaksanakannya untuk mencapai tujuan yang diiginkan dengan usaha yang diciptakannya sendiri sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Dapat disimpulkan bahwa kesiapan berwirausaha berarti kemampuan yang didapat dan perpaduan antara tingkat kematangan, pengalaman, mental dan emosi yang serasi untuk mengusahakan suatu kegiatan (berwirausaha). Tingkat kematangan tersebut dipengaruhi oleh usia dan fisik.

4. Kompetensi Siswa

a. Kompetensi Managerial Skills

Managerial skills adalah ketrampilan mengatur dan mengelola potensi diri sendiri serta kemampuan untuk melakukan koordinasi dengan sesama anggota tim. Termasuk didalamnya kemampuan dalam membuat rencana kerja, menentukan tujuan, memantau kinerja, memonitor perkembangan dan memastikan pekerjaan telah dilakukan dengan benar (lifestyle: 2001 dalam http/:www.karir-Astaga!com).

Menurut Sirod Hantoro (2006: 36-37) wirausahawan tidak selamanya bekerja sendiri, ia sering berhadapan dengan orang lain dan material usaha. Oleh karena itu, siswa yang siap berwirausaha dituntut memiliki ketrampilanmanagerialsebagai berikut:


(31)

1) Siswa harus terampil dalam perencanaan. Setiap perencanaan pasti mempunyai sasaran. Sasaran harus dirumuskan dengan jelas, kemudian kegiatan-kegiatan yang dilakukan harus mencapai suatu tujuan. Seorang wirausahawan tidak mungkin melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan tanpa mengadakan perencanaan yang matang.

2) Siswa yang siap berwirausaha harus mampu memberikan dorongan dan motivasi kerja kepada orang yang diajak bekerja.

3) Siswa harus mampu mengkoordinasi pelaksanaan tugas dan pekerjaan dari orang-orang atau bagian-bagian sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran dalam bekerja.

4) Siswa yang siap berwirausaha hendaknya mampu mengawasi pekerjaan yang telah diberi kepercayaan. Dengan adanya pengawasan diharapkan mereka mampu bekerja dengan terarah. 5) Siswa yang siap berwirausaha hendaknya mampu mengadakan

penelitian secara terus-menerus terhadap pelaksanaan dan prestasi yang dicapai oleh para pelaksana pekerja, guna meningkatkan hasil kerja.

Secara lebih rinci menurut Wasty Soemanto (1999:74-75)

managerial skills atau ketrampilan managerial yaitu kemampuan mengelola segenap sumber, baik sumber-sumber material maupun sumber-sumber personal untuk mencapai sukses hidup, ketrampilan

managerialtersebut meliputi;

1. Siswa harus terampil dalam perencanaan dan mempunyai tujuan -tujuan sendiri yang harus dirumuskan dengan jelas, setelah itu harus dipersiapkan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan trsebut, kegiatan-kegiatan itu sendiri di samping berorientasi pada tujuan juga berorientasi pada biaya, tenaga, dan juga waktu. Penyusunan hal-hal ini memerlukan perencanaan yang cermat, dan ini menjadi tuntutan yang penting bagi seorang wirausaha.

2. Siswa harus terampil dalam pengorganisasian karena dalam melaksanakan kegiatan orang sering memerlukan partisipasi dari orang lain. Sehingga seorang wirausaha harus mampu mengorganisir pelaksanaan tugas dan kegiatan-kegiatan sedemikian rupa, sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal. 3. Siswa harus dapat memberikan motivasi kerja terhadap orang lain

yang diajak bekerja sama.

4. Siswa harus mampu mengkoordinir pekerjaan dari bagian-bagian sehingga tidak terjadi kesimpang siuran dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan dari orang-orang atau bagian-bagian, sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran dalam pelaksanaan tugas-tugas.


(32)

5. Siswa mampu mengadakan pengawasan kerja oleh orang-orang yang telah diberi kepercayaan olehnya. Dalam pengawasan ini juga dilakukan kegiatan-kegiatan pembinaan atau pengendalian, sehingga semua orang dapat bekerja dengan terarah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

6. siswa harus mampu mengadakan penilaian terus-menerus terhadap pelaksanaan dan prestasi yang dapat dicapai oleh para pelaksana kerja sehingga dengan demikian ia dapat mengadakan usaha-usaha peningkatan hasil atau produksi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa managerial skillsatau ketrampilanmanagerialadalah kemampuan untuk mengatur dan mengelola potensi diri sendiri dan orang lain. Bahwa tidak selamanya seorang wirausaha harus bekerja sendiri, melainkan harus pula bekerja dengan orang lain.

Dari beberapa ketrampilan managerial yang harus dimiliki terlihat jelas bahwa seorang siswa yang siap berwirausaha harus mampu menjalankan ini semua demi kesuksesan dalam usaha.

b. Kompetensi Conceptual skills

Ketrampilan conceptual yaitu ketrampilan untuk berfikir kreatif. Jiwa kewirausahaan itu didukung oleh cara-cara berfikirnya yang kreatif. Pemikiran kreatif itu sendiri didukung oleh dua hal yaitu pengerahan daya imajinasi dan proses berfikir secara ilmiah (Wasty Soemanto 1999:63)

Sedangkan menurut Jonathan Sarwono (2001: 6) conceptual skills atau berfikir kreatif adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk menciptakan gagasan, solusi dan strategi yang baru terhadap segala tantangan yang muncul. Orang yang berfikir positif dapat


(33)

diandalkan dalam memberikan saran-saran dan cenderung mengetahui tujuan mereka.

Dengan adanya ketrampilan conceptual skills maka siswa siap untuk berwirausaha. Siswa mampu berfikir kreatif menciptakan ide-ide baru mengenai usaha yang akan dirintis dan mampu berfikir kreatif mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah yang akan dihadapi.

c. Kompetensi Human Skills

Human skills adalah ketrampilan kontak sosial dengan seluruh individu didalam kelompok (lifestyle: 2001 dalam http:/www.karir-Astaga!com). Termasuk kemampuan untuk berkomunikasi, saling menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan menjaga kekompakan dengan anggota tim. Hal tersebut di atas menuntut bagi siswa untuk mampu membentuk hubungan baik dengan orang lain, untuk mampu menyakinkan dan memimpin orang lain serta menyampaikan ide-ide.

Sedangkan menurut Sirod Hantoro (2005: 37)Human skills yaitu ketrampilan memahami, mengerti, berkomunikasi dan berelasi. Sehingga sebagai siswa yang siap untuk berwirausaha harus pandai bergaul sehingga dapat mengenal pribadi orang lain. Agar memperoleh kawan yang baik dan dapat bergaul secara efektif.


(34)

Untuk memperoleh kawan tersebut seorang siswa yang siap berwirausaha hendaknya menghormati kepentingan orang lain dengan memberikan kesempatan untuk maju atau unjuk diri, menghargai pendapat orang lain, menghargai ambisi orang lain dan harus menggunakan aturan main yang wajar sehingga memungkinkan terjadi persaingan yang sehat, memberikan pelayanan yang baik kepada orang lain ketika orang lain membutuhkan pelayanan dan mempunyai penampilan yang menyenangkan orang lain, penampilan ini menyangkut perkataan, pantomimik, cara berpakaian dan perilaku.

d. Kompetensi Decision Making Skills

Decision making skills yaitu ketrampilan dalam mengambil keputusan. Seorang wirausaha harus pandai dalam mengambil keputusan. Keputusan merupakan suatu hasil penilaian dan hasil pemilihan alternatif-alternatif (Sirod Hantoro 2005: 32).

Seorang siswa yang siap berwirausaha harus mampu membuat keputusan dan bertindak efektif. Langkah dalam pengambilan keputusan untuk memecahkam persoalan meliputi (1) mengenali persoalan secara umum, (2) menentukan fakta-fakta penting yang berkaitan, (3) mengidentifikasi masalah yang ada, (4) mengidentifikasi masalah yang terkait, (5) mencari penyebab masalah tersebut, (6) mempertimbangkan berbagai kemungkinan jalan keluar dari problem tersebut, (7) memilih jalan keluar yang paling bisa dilaksanakan, (8)


(35)

melaksanakan cara penyelesaikan, (9) memeriksa apakah sudah dilaksanakan dengan tepat.

Keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, untuk mempertegas hal ini menurut Davis dalam Ibnu Syamsi (2000: 3) bahwa:

Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Dalam hal ini Davis mengatakan suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan: tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dibicarakan dalam hubungannya dalam perencanaannya. Keputusanpun dapat merupakan tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula. Keputusan yang baik pada dasarnya dapat digunakan untuk membuat rencana dengan baik pula.

Selanjutnya Ibnu Syamsi (2000:5) bahwa pengambilan keputusan (Decision making) merupakan tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan. Memang pada hakikatnya pembuatan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Seperti yang dituangkan Terry dan Siangian dalam Ibnu Syamsi (2000: 5) mendefinisikan bahwa:


(36)

Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif yang lebih. Decision making can be devided as the selection of one behavior alternatif from two or more possible alternatif. Pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.

Dari pengertian-pengertian di atas tentang pengambilan keputusan dapat ditarik kesimpulan, bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Masalah yang dihadapi terlebih dulu harus diketahui dan dirumuskan pemilihan alternatif-alternatif terbaik dari alternatif-alternatif yang disajikan. Adapun tujuan pengambilan keputusan itu bersifat tunggal, dalam arti bahwa sekali diputuskan, tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain.

e. Kompetensi Kepemimpinan

Cara seorang pemimpin mempengaruhi bawahan dapat bermacam-macam antara lain dengan memberikan gambaran tentang masa depan yang lebih baik, memberikan perintah, imbalan, wewenang, mempercayai bawahan, memberikan kesempatan mewakili, mengajak, membujuk, meminta saran dan pendapat, meminta pertimbangan, memberi kesempatan berperan, memenuhi keinginan, memberi motivasi, membela, mendidik, membimbing, memberi petunjuk, menegakkan disiplin, memberi teladan,


(37)

menciptakan perubahan, mendorong, memberi ancaman dan hukuman dll. Seperti yang diungkapkan Agarwal dalam Sutarto (1991:24) bahwa:

Kepemimpinan adalah seni mempengaruhi orang lain untuk mengarahkan kemampuan mereka, kemampuan dan usaha mereka untuk mencapai tujuan pimpinan.

Selanjutnya Sutarto (1991:25) memberikan kesimpulan bahwa kepemimpinan merupakan rangkaian penataan beberapa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pada prinsipnya kepemimpinan yaitu kualitas tingkah laku seseorang yang mempengaruhi tingkah laku orang lain atau kelompok orang, sehingga mereka bergerak kearah tercapainya tujuan bersama (Sirod Hantoro 2005:34). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan kepemimpinan sangat diperlukan bagi siswa agar siap untuk berwirausaha, karena seorang wirausaha harus bekerja sama dengan orang lain.

H. Kerangka Berfikir

Kompetensi merupakan kecakapan atau ketrampilan yang harus dimiliki, yang digunakan untuk melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan. Kompetensi bagi siswa SMK sangat diperlukan karena mereka disiapkan untuk mampu


(38)

berwirausaha. Maka dari itu siswa kelas III harus sudah siap untuk berwirausaha.

Kesiapan berwirausaha itu sendiri merupakan kemampuan yang didapat dari perpaduan antara tingkat kematangan, pengalaman, mental dan emosi yang serasi untuk melakukan usaha berwirausaha. Kesiapan berwirausaha yang baik tersebut harus memiliki kompetensi yang meliputi managerial skills, conseptual skills, human skills, decision making skills dan kompetensi kepemimpinan.

Sesuai dengan peraturan pemerintah No19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) bahwa “ Standar Kompetensi lulusan adalah kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan”. Sedangkan untuk Standar Kompetensi Kelulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan. Pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya, salah satunya yaitu menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya.

Namun dalam kenyataannya siswa SMK belum siap untuk memasuki dunia kerja maupun menciptakan lapangan kerja sendiri atau berwirausaha. Selain itu banyaknya pengangguran dikalangan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan. Hal ini dimungkinkan karena siswa yang berprestasi cenderung


(39)

lebih memilih melanjutkan keperguruan tinggi daripada terjun kedunia kerja atau dunia industri. Selain itu masih banyaknya siswa yang memilih bekerja pada orang lain. Maka dari itu dengan adanya ketrampilan yang diharapkan sebagai bekal siswa untuk siap berwirausaha. Dengan demikian siswa kelas III Program Studi Tata Boga SMKN di Yogyakarta siap untuk berwirausaha. Dari dasar pemikiran di atas dapat dituangkan dalam bentuk gambar sebagai berikut :


(40)

I. Penelitian yang Relevan

I Gusti M. (2003) tentang “Kesiapan Berwirausaha Siswa Kelas III Jurusan Mesin Bidang Keahlian Teknik Mesin Perkakas SMKN 3 Yogyakarta”menyimpulkanbahwa pengetahuan kewiraswastaan yang dimiliki tua, pekerjaan, tempat tinggal dan lain-lain.

Siswa kelas III Program Studi Tata Boga diharapkan sudah memiliki bekal ketrampilan meliputi: managerial skills, conceptual skills, human skills, decision making skills, kompetensi kepemimpinan sehingga siap berwirausaha.

Kelas III Program Studi Tata Boga memiliki bekal ketarmpilan

Kesiapan berwirausaha siswa kelas III Program Studi Tata boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Siswa lulusan SMK Program Studi Tata Boga mampu berwirausaha

Ketrampilan yang diberikan sekolah kepada siswa dijadikan bekal untuk berwirausaha.

Ketrampilan merupakan bekal bagi siswa untuk berwirausaha Siswa belum

siap untuk berwirausaha

Harapan Kondisi riil Solusi

Idealnya Managerial skills Decision making skills Conceptual skills Human skills Kompetensi kepemimpinan Output Outcome

Gambar 1. Kerangka Berfikir Keterangan :

: Bagian yang diteliti : Bagian yang tidak diteliti


(41)

siswa masih perlu ditingkatkan untuk menunjang siswa yang lulus bila nantinya hendak berwiraswasta. Oleh karena itu siswa SMKN 3 Yogyakarta jurusan mesin perkakas masih memerlukan perhatian secara sungguh-sungguh sehingga dapat meningkatkan kesiapan berwiraswasta siswa. Dengan berwiraswasta lulusan SMK diharapkan mampu untuk membuka lapangan kerja minimal untuk dirinya sendiri, mengingat keterbatasan daya tampung kerja.

J. Pertanyaan yang Relevan

Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pendapat siswa tentang kesiapan berwirausaha dilihat dari kompetensimanagerial skills?

2. Bagaimana pendapat siswa tentang kesiapan berwirausaha dilihat dari kompetensiconceptual skills?

3. Bagaimana pendapat siswa tentang kesiapan berwirausaha dilihat dari kompetensihuman skills?

4. Bagaimana pendapat siswa tentang kesiapan berwirausaha dilihat dari kompetensidecision making skills?

5. Bagaimana pendapat siswa tentang kesiapan berwirausaha dilihat dari kompetensi kepemimpinan?


(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian pendapat siswa tentang kesiapan berwirausaha kelas III Program Studi Tata Boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan atau mencari fakta-fakta dan keterangan secara faktual sesuai dengan kondisi yang ada. Berdasarkan tujuannya, maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang bersifat eksploratif, karena tujuannya untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena secara menyeluruh dan hasilnnya menjelaskan kesiapan berwirausaha siswa Program Studi Tata Boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di “SMK Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta” Program Studi Tata Boga. Lokasi sekolah yang dijadikan tempat penelitian ini terbagi dalam 3 wilayah antara lain Kota Yogyakarta yaitu SMKN 4 dan SMKN 6, Bantul yaitu SMKN 1 dan Sleman yaitu SMKN 2.


(43)

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2008 hingga bulan April 2008.

C. Populasi dan Sampel

Populasi menurut Sugiyono (2002:55) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta Program Studi Tata Boga. Populasi berjumlah 420 siswa. Dipilihnya kelas III karena siswa kelas III hampir selesai masa belajarnya dan sudah pernah menerima mata pelajaran kewirausahaan dan praktek usaha boga dikelas I dan II sehingga siswa dirasa mampu untuk membuka usaha atau berwirausaha.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2002: 56) dalam penelitian ini teknik sampel yang digunakan adalah proporsional random sampling. Proporsional karena pengambilan subyek dari setiap kelas sebanding. Random adalah menganggap semua obyek mempunyai hak yang sama memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.

Penetapan sampel yang diambil, peneliti berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto (2002:112) apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.


(44)

Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan Nomogram Harry King dengan taraf kesalahan 5% atau tingkat kepercayaan 95%. Menurut Nomogram Harry King dari jumlah populasi 420 siswa dengan persentase sampelnya sebesar 37%, sehingga sampel minimal yang diambil untuk penelitian ini sebanyak 420 x 0,37 = 155 siswa. Sampel tersebut diperoleh dari menarik angka 420 melewati taraf kesalahan 5%, maka akan ditemukan titik 37%. Berikut ini merupakan tabel jumlah populasi dan sampel. Tabel 1. Jumlah Populasi dan Sampel Siswa SMK Negeri di Daerah

Istimewa Yogyakarta Program Studi Tata Boga.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini merupakan factor-faktor yang bervariasi dan dijadikan sebagai titik perhatian atau fokus dalam suatu penelitian.

Nama SMKN di DIY Populasi Sampel SMKN 6 yogyakarta

Boga I Boga II Boga II 36 36 36 13 13 13 SMKN 4 yogyakarta

Boga I Boga II Boga II Boga IV 34 34 34 34 13 13 13 13 SMKN 2 godean

Boga I Boga II 34 34 13 13 SMKN 1 sewon

Boga I Boga II Boga II 36 36 36 13 13 13


(45)

Berdasarkan penelitian di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini terdapat satu variabel yaitu; Kesiapan berwirausaha siswa kelas III Program Studi Tata boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan indikator meliputi : kompetensimanagerial skills, conceptual skills, human skills, decision making skillsdan kompetensi kepemimpinan.

E. Definisi Operasional Variabel

Pendapat siswa kelas III Program Studi Tata Boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta tentang kesiapan berwirausaha adalah gambaran atau pemberian arti dari suatu hal atau kejadian yang berdasarkan kemampuan yang didapat dan perpaduan antara tingkat kematangan, pengalaman, mental dan emosi yang serasi untuk mengusahakan suatu kegiatan atau berwirausaha dengan kompetensi antara lain yaitu:

1. Managerial skills yaitu kemampuan untuk mengatur dan mengelola potensi diri sendiri dan orang lain.

2. Conceptual skills yaitu kemampuan untuk menciptakan gagasan, solusi dan strategi yang baru terhadap segala tantangan yang muncul.

3. Human skills yaitu kemampuan untuk memahami, mengerti, berkomunikasi dan berelasi.

4. Decision making skillsyaitu ketrampilan dalam mengambil keputusan. 5. Kompetensi kepemimpinan yaitu kemampuan mempengaruhi tingkah laku


(46)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan peneliti untuk mendeteksi data. Melalui instrumen, peneliti dapat mengumpulkan data yang berkaitan denan permasalahan penelitian, sehingga pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dan dalam arti cermat, lengkap dan sistematis agar lebih mudah untuk diolah.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran secara langsung kepada responden dengan menggunakan angket. Langkah-langkah yang ditempuh dalam membuat angket yaitu; dengan membuat kisi-kisi yang berpedoman pada teori. Angket yang berpedoman pada kisi-kisi instrument adalah seperti pada table berikut:

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian. Variabel Konsep

Variabel

Indikator Descriptor No.

item

Keterangan Kesiapan

berwirausaha siswa kelas III Program Studi Tata Boga

Gambaran atau pemberian arti dari suatu hal atau kejadian yang berdasarkan kemampuan yang didapat dan perpaduan antara tingkat kematangan, pengalaman, mental dan emosi yang serasi untuk mengusahakan suatu kegiatan atau berwirausaha yang berupa Kesiapan managerial skills

1. Mengetahui dan trampil dalam perencanaan dalam usaha.

1, 2, 3,

Angket

2. Mampu bekerja sama dalam suatu tim

4, 5, 6, 7

3. Mampu untuk mengatur dan mengelola potensi diri sendiri dan orang lain

8, 9, 10

Kesiapan

conceptual skills

1. Mampu menciptakan ide-ide baru mengenai usaha yang akan dirintis.

11, 12, 13 Angket

2. Mampu berfikir kreatif mengambil keputusan

14, 15, 16 Kesiapan

human skills

1. Mampu berkomunikasi dengan baik dan benar.

17, 18, 19, 20, 21


(47)

managerial skills, conceptual skill, human skill, decision making skill dan kompetensi kepemimpinan.

2. Pandai bergaul dengan orang lain.

22, 23, 24

3. Mampu menjaga kekompakan dalam satu kelompok.

25, 26, 27

4. Mampu membentuk hubungan baik dengan orang lain.

28, 29, 30, 31

Kesiapan

decision making skills

1. Mampu membuat keputusan dan bertindak efektif.

32, 33, 34 Angket

2. Mampu memecahkan masalah yang dihadapi.

35, 36, 37,38 Kesiapan kompetensi kepemimpin an.

1. Mampu menciptakan situasi kerja yang

menantang dan

menyenangkan

39, 40, 41, 42, 43, 44

Angket

2. Mampu membimbing kelompok untuk tercapainya tujuan bersama.

45, 46, 47,48, 49,

50

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang terdiri dari angket. Angket adalah jumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Suharsimi Arikunto 2002 :128). Pada dasarnya angket yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat siswa tentang kesiapan berwirausaha kelas III program studi tata boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta.


(48)

Penggunaan angket ini berfungsi untuk mengumpulkan data yang terkait dengan kompetensi yang dimiliki siswa. Kompetensi tersebut antara lain : kompetensimanagerial skills, kompetensiconceptual skills, kompetensi

human skills, kompetensi decision making skills dan kompetensi kepemimpinan.

H. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan instrumen yang dipergunakan sebagai alat ukur adalah valid, artinya alat ukur tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur (Sugiono : 2003). Uji coba validitas dilakukan di kelas 3 boga 1 dengan jumlah responden 10 siswa, 3 boga 2 dengan jumlah responden 10 siswa dan 3 boga 3 dengan jumlah responden 10 siswa di SMKN 1 sewon dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Dalam penelitian pendapat siswa tentang kesiapan berwirusaha kelas III Program Studi Tata Boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta digunakan teknik validitas internal.

Dalam penelitian Kesiapan berwirausaha siswa digunakan teknik validitas internal. Teknik validitas internal dapat dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan yaitu mengungkap data dari variabel yang dimaksud.

Penelitian ini menggunakan validitas empiris. Validitas empiris dalam penelitian ini dapat menggunakan teknik analisis butir, yaitu setelah


(49)

data diperoleh dan ditabulasi maka pengujian validitas instrumen dilakukan dengan bantuan program statistik. Butir instumen dikatakan valid apabila harga koefisien relasi (rxy) lebih besar atau sama dengan harga korelasi (r) pada tabel dengan taraf signifikant α = 5% dengan r tabel = 0,361 (Sugiyono 1990: 288).

Untuk mengetahui validitas instumen maka digunakan rumus korelasiproduct moment sebagai berikut :

Rxy                                        2 2 γ γ χ χ γ γ χ χ Keterangan :

Rxy = Nilai korelasi product moment χ = Skor pada butir

γ = Skor total variabel 

χ = Rerata skor butir 

γ = Rerata skor total

Setelah dilakukan analisis validitas instrumen dengan menggunakan komputer program SPS edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, dari 50 pernyataan tersebut dinyatakan valid. Dari keseluruhan item menunjukan koefisien alfa senilai 0,920 Rangkuman analisis validitas instrumen variabel pendapat siswa tentang kesiapan berwirusaha kelas III Program Studi Tata Boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(50)

Tabel 3. Hasil Validitas Instrumen.

No. Indikator Jumlah

butir

Jumlah butir gugur

Jumlah butir valid 1. Kesiapan managerial

skillss

10 0 10

2. Kesiapan conseptual skill 6 0 6

3. Kesiapan human skill 15 0 15

4. Kesiapan decision making skill

7 0 7

5. Kesiapan kompetensi kepemimpinan

12 0 12

Jumlah 50 0 50

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa item soal yang digunakan dalam penelitian handal atau valid. Karena, setiap indikator sudah mewakili butir pernyataan yang sudah valid, sehingga tidak ada pengantian atau penambahan butir pernyataan yang baru untuk pengambilan data berikutnya.

2. Reliabilitas

Reliabilitas instrumen merupakan kepastian suatu alat ukur dalam apa yang diukur, artinya alat ukur itu akan dipergunakan untuk memberikan hasil yang sama (Sugiyono 2003 : 109). Sedangkan menurut Masni Singarimbun (1989 : 140) Reabilitas adalah indek yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.

Jadi, reliabilitas menentukan bahwa instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data terpercaya dan dapat diandalkan. Untuk menguji keterandalan instrumen digunakan rumus koefisien alpha.Rumus ini digunakan mengingat dalam instrumen ini tidak terdapat jawaban yang


(51)

salah dan yang benar (non dikotomoi)melainkan variasi skor yang berkisar antara 1-4. hal ini sesuai pendapat Nunnaly yang dikutip oleh Astama (1999) bahwa jika instrumen mempunyai kategori jawaban lebih dari 2, artinya tidak dikotomi, maka perhitungan reliabilitasnya lebih tepat menggunakan koefisien alpha. Rumus koefisien alpha cronbach yang digunakan adalah sebagai berikut :

          

2 1 2 1 1 1 s s K K rtt Keterangan : tt r

:= Koefisien reliabilitas K = Jumlah item

2 1

s

= Jumlah varian skor tiap item 2

1

s = Varian total

Adapun hasil analisis tingkat realibilitas instrumen dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4. Rangkuman Analisis Tingkat Realibilitas Instrumen.

Variabel rtt P Kesimpulan

Kesiapan 0,950 0,000 Reliabel

Berdasarkan tabel tersebut realibilitas instrumen variabel pendapat siswa tentang kesiapan berwirusaha kelas III Program Studi Tata Boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 50 butir pernyataan, karena rtt 0,920 dan p = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki realibilitas yang tinggi serta menunjukan bahwa


(52)

instrumen penelitian adalah andal sehingga dapat digunakan untuk mengambil data.

Sebagai tolak ukur tinggi rendahnya realibilitas instrumen dapat digunakan klasifikasi yang digunakan oleh Suharsimi Arikunto (1999 : 245).

Tabel 5. Tolak Ukur Reabilitas Instrumen.

Kriteria Kategori

Antara 0,800–1,00 Tinggi 0,600–0,799 Cukup 0,400–0,599 Agak handal 0,200–0,399 Rendah < 0,200 Sangat rendah

I. Analisis Data

Setelah data tersebut terkumpul dan ditabulasi maka selanjutnya data tersebut dianalisis. Analisa menurut Sugiyono (2004 :88) merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis, data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Teknik analisa data dimaksudkan untuk mencari jawaban atas pertanyaan penelitian atau tentang permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis diskriptif dengan persentase analisis statistic yang digunakan adalah distribusi frekuensi, rerata (M), standar deviasi (SD), Median (Me), Modus (Mo)

Jawaban responden direduksi dan diikategorikan sesuai dengan jawaban angket. Pemberian skor dibuat dengan skala likert dengan skor 1


(53)

sampai 4 dengan tujuan menghindari pemeliharaan jawaban yang cenderung kenilai tengah.

Menurut Suharsimi Arikunto (1999 – 18) cara yang digunakan untuk mengidentifikasi skor rata-rata data pengelompokan.

Tabel 6. Kategori Kecenderungan Data. Kriteria pembanding Kategori

>Mi + 1,5 SD Siap Mi sd (Mi+1,5Mi) Cukup siap Mi–1,5 SDi sd Mi Kurang siap < Mi–1,5 SDi Tidak siap Keterangan :

Mi : Rerata ideal = ½ (skor terendah + skor tertinggi)

SDi : Standar deviasi = 1/6 (skor tertinggi–skor terendah)

Sedangkan untuk mengetahui skor ketercapaian kesiapan berwirausaha siswa kelas III Program Studi Tata Boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta dari keseluruhan kompetensi yaitu :


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta Penelitian yang berjudul pendapat siswa tentang kesiapan berwirausaha kelas III Program Studi Tata Boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan hasil mengenai pendapat siswa tentang kesiapan berwirausaha.

Lokasi sekolah yang dijadikan tempat penelitian ini terbagi dalam 3 wilayah antara lain yaitu :

1. Kota Yogyakarta

Kota yogyakarta yang terdiri dari 2 sekolahan yaitu SMKN 4 dan SMKN 6. SMKN 4 yang beralamat di jln Sidikan No. 60 Umbulharjo Yogyakarta 55162. SMKN 4 mulai didirikan pada tanggal 1 januari 1976. letaknya kurang strategis karena tidak dapat dijangkau oleh kendaraan umum, akan tetapi ada sisi baiknya yaitu tidak terganggu keramaian jalan sehingga suasana yang diperoleh cukup tenang dan kondusif untuk belajar. SMKN 4 ini merupakan SMK bidang keahlian atau kelompok pariwisata salah satunya yaitu Program Studi Tata Boga yang terbagi menjadi 2 yaitu Restoran dan Pastry.

Sedangkan untuk SMKN 6 terletak di jln Kenari No 4 Semaki Kulon, Yogyakarta. Lokasi SMK 6 sangat strategis karena berada diantara lingkungan sekolah lain seperti PGSD/PGTK UNY, UAD, SMU MUHA


(55)

serta instansi pemerintah seperti Depdiknas, Departemen Agama, Pengadilan dll. SMKN 6 merupakan SMK dengan bidang keahlian atau kelompok pariwisata yang memiliki jurusan Tata Boga yang dibagi menjadi 2 yaitu Restoran dan Pastry.

2. Bantul

SMKN Program Studi Tata Boga di Kabupaten Bantul yaitu SMKN 1 Sewon yang terletak di desa Pulutan Pendowo Harjo Sewon Bantul Yogyakarta. SMKN 1 Sewon ini hampir sama dengan SMKN 4 Yogyakarta yang leteknya kurang strategis karena jauh dari jalan raya, yang memrlukan waktu 20 menit jika ditempuh dengan jalan kaki. SMKN 1 Sewon merupakan SMK dengan bidang keahlian kelompok pariwisata yang memiliki jurusan Tata Boga.

3. Sleman

SMKN Program Studi Tata Boga di Kabupaten Sleman yaitu SMKN 2 Godean yang berlokasi di kecamatan Godean kabupaten Sleman, DIY terletak di jln Jae Sumantoro, Sidoagung. SMKN 2 Godean termasuk dalam sekolah kejuruan kelompok pariwisata yang memiliki jurusan Tata Boga. SMKN 2 merupakan perubahan dari SKP (Sekolah Kepandaian Putri) yang didirikan tanggal 1 oktober 1955.

Keempat SMK tersebut merupakan SMK kelompok pariwisata dengan salah satu bidang keahlian/jurusan yang ada di SMK tersebut adalah Tata Boga, dengan Program Keahlian adalah Restoran. Dari keempet SMK tersebut diciptakan untuk menghasilkan tenaga-tenaga


(56)

profesional dan siap pakai serta mampu menciptakan pekerjaan sendiri dengan didukung Visi dan Misi yang jelas.

B. Identitas Responden

Data penelitian jenis kelamin siswa kelas III Program Studi Tata Boga SMK Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai berikut:

Tabel 7. Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis

Berdasarkan tabel di atas, dapat digambarkan bahwa jumlah responden dari SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari 156 siswa dengan jumlah siswa perempuan 95,5% dan 4,48% siswa laki-laki. Sebagaimana layaknya sekolah kejuruan berbasis ketrampilan kewanitaan, siswa mayoritas terdiri dari siswa perempuan, hanya sebagian kecil siswa yang tergolong laki-laki.

1. Pendidikan Terakhir Orang Tua

Data penelitian pendidikan terakhir orang tua siswa kelas III Program Studi Tata Boga SMK Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai berikut :

No. Jumlah siswa dilihat berdasarkan jenis kelamin

Laki-laki Perempuan Jumlah

F % F % F %

1. SMKN 6 yogyakarta 3 1,92 36 23,1 39 25 2. SMKN 4 yogyakarta 3 1,92 49 31,4 52 33,3

3. SMKN 2 godean 0 0 26 16,7 26 16,7

4. SMKN 1 sewon 1 0,64 38 24,3 39 25


(57)

Tabel 8. Pendidikan Terakhir Orang Tua.

No. Pendidikan F F %

1. Tidak sekolah 12 2

2. SD 41 25,6

3. SMP 44 28,9

4. SMU/SMK 53 39,7

5. Perguruan Tinggi 6 3,8

Jumlah 156 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat digambarkan bahwa latar belakang siswa dilihat dari tingkat pendidikan orang tua 39,7% dari lulusan SMU atau SMK, hanya terdapat 3,8% pendidikan terakhir orang tua yang lulusan Perguruan Tinggi sedangkan yang lulusan SD 25,6%, SMP 28, 9% akan tetapi ada 2% tidak sekolah. Hasil penelitian membuktikan bahwa mayoritas tingkat pendidikan orang tua terdiri dari lulusan SD, SMP dan SMU atau SMK yang merupakan pendidikan dari tingkat menengah kebawah.

2. Jumlah Keluarga Siswa

Data penelitian jumlah keluarga siswa kelas III Program Studi Tata Boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai berikut

Tabel 9. Jumlah Keluarga.

No. Jumlah keluarga F F %

1. 0 - 2 orang 3 1,92

2. 3 - 5 orang 122 78,21

3. 6 - 8 orang 25 16,03

4. 9 -11 orang 6 2,56

Jumlah 156 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat digambarkan bahwa latar belakang siswa dilihat dari jumlah keluarga yaitu dengan jumlah antara 0-2 orang ada 1,92%, dengan jumlah 3-5 orang mencapai 78,21%, dengan jumlah


(58)

6-8 orang 16,03% dan 9-11 orang 2,56%. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa 78,21% siswa kelas III Program Studi Tata Boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta mayoritas memiliki jumlah keluarga 3-5 orang yang termasuk dalam kelompok keluarga sedang.

3. Pekerjaan Pokok Orang Tua

Berdasarkan data penelitian dapat diketahui, pekerjaan pokok para orang tua siswa SMK Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta Program Studi Tata Boga, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10. Pekerjaan Pokok Orang Tua Siswa Kelas III Program Studi Tata Boga SMK Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta.

No. Pekerjaan F F %

1. Buruh 76 48,71

2. Petani 9 5,8

3. Pegawai negeri 16 10,25

4. Wiraswasta 37 23,71

5. Karyawan/pegawai swasta 18 11,53

Jumlah 156 100

Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan bahwa pekerjaan orang tua siswa SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta Program Studi Tata Boga sebagian besar mencapai 48,71% bekerja sebagai buruh, 5,8% bekerja sebagai petani, 10,25% bekerja sebagai pegawai negeri, sedangkan yang wiraswasta hanya 23,71% dan yang 11,53% sebagai karyawan atau pegawai swasta. Dapat dikatakan bahwa mayoritas pekerjaan orang tua siswa sebagian besar sebagai buruh yang merupakan pekerjaan tingkat menengah kebawah.


(59)

4. Tempat Tinggal Siswa Saat Ini

Berdasarkan data penelitian dapat diketahui, dengan siapakah siswa SMK Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta Program Studi Tata Boga tinggal saat ini, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 11. Tempat Tinggal Siswa Kelas III Program Studi Tata Boga SMK Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta.

No. Tempat tinggal siswa F F %

1. Dengan orang tua kandung 148 94,9 2. Dengan paman (saudara lainnya) 3 1,9 3. Deengan orang tua angkat 0 0 4. Dengan kakek atau nenek 4 2,6

5. Tinggal sendiri 1 0,6

Jumlah 156 100

Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan bahwa sebagian besar dengan jumlah 94,9% siswa untuk saat ini masih tinggal bersama orang tua, namun masih ada 1,9% dengan paman atau saudara lainnya, 2,6% dengan kakek atau nenek, dengan orang tua angkat 0% dan 0,6% tinggal sendiri atau kos.

5. Penghasilan Orang Tua

Dari hasil data penelitian dapat diketahui, seberapa besarkah penghasilan pokok orang tua siswa SMK Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta Program Studi Tata Boga setiap bulan, dapat dilihat pada tabel berikut :


(60)

Tabel 12. Penghasilan Orang Tua Siswa Kelas III Program Studi Tata Boga SMK Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta.

No. Penghasilan F F %

1. <Rp. 250.000,00 47 30,1

2. Antara Rp. 250.000,00-Rp. 500.000,00 76 49 3. Antara Rp. 500.000,00-Rp. 750.000,00 13 8,3 4. Antara Rp.750.000,00-Rp.1.000.000,00 11 7,05 5. Lebih dari Rp. 1.000,000,00 9 5,8

Jumlah 156 100

Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan bahwa 30,1% penghasilan orang tua siswa kurang dari Rp. 250.000,00, antara Rp. 250.000,00-Rp. 500.000,00 mencapai 49%, antara Rp. 500.000,00-Rp. 750.000,00 terdapat 8,3%, antara Rp.750.000,00-Rp.1.000.000,00 terdapat 7,05% sedangkan yang berpenghasilan lebih dari Rp. 1.000.000,00 hanya 5,8%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar dilihat dari penghailan merupakan tingkat ekonomi menengah kebawah karena UMR(Upah Minimal Rerata) untuk di Daerah Istimewa Yogykarta mencapai Rp.750.000,00.

6. Tanggungan Orang Tua

Dari hasil data penelitian dapat diketahui, jumlah keluarga yang menjadi tanggungan orang tua siswa SMK Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta Program Studi Tata Boga, dapat dilihat pada tabel berikut:


(61)

Tabel 13. Jumlah Keluarga yang Menjadi Tanggungan Orang Tua Siswa KelasIII Program Studi Tata Boga SMK Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta.

No. Jumlah keluarga F F %

1. 5 orang 8 5,1

2. 4 orang 27 17,3

3. 3 orang 46 29,5

4. 2 orang 63 40,4

5. 1 orang 12 7,7

Jumlah 156 100

Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan bahwa jumlah keluarga yang masih menjadi tanggungan orang tua siswa dengan jumlah 5 orang yaitu 5,1%, dengan jumlah 4 orang 17,3%, dengan jumlah 3 orang 29,5%, dengan 63 jumlah orang 40,4% sebagai persentase tertinggi dan dengan jumlah 1 orang 7,7%. Jadi dapat diketahui bahwa mayoritas jumlah tanggungan orang tua siswa adalah 2 orang.

7. Lingkungan Keluarga Yang Berwirausaha

Dari hasil data penelitian dapat diketahui, lingkungan keluarga siswa SMK Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta Program Studi Tata Boga yang berwirausaha, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 14. Lingkungan Keluarga Siswa Kelas III Program Studi Tata Boga SMK Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta yang

berwirausaha.

No. Orang yang berwirausaha F F %

1. Tidak ada 53 34

2. Orang tua 40 25,6

3. Kakak kandung 4 2,6

4. Paman atau saudara dekat 52 33,3 5. Teman dekat orang tua 7 4,5


(62)

Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan bahwa 34,6% mayoritas linkungan keluarga siswa tidak ada yang berwirausaha, sedangkan orang tua siswa terdapat 25,6% yang berwirausaha, 2,6% terdapat kakak kandung siswa yang melakukan wirausaha, 33,3% paman atau saudara dekat melakukan wirausaha dan 4,5% teman dekat orang tua.

8. Bidang Wirausaha yang Ditekuni Di Lingkungan Keluarga

Dari hasil data penelitian dapat diketahui, bidang usaha yang ditekuni dilingkungan keluarga siswa SMK Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta Program Studi Tata Boga yang berwirausaha, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 15. Bidang Wirausaha yang Ditekuni di Lingkungan Keluarga Siswa Kelas III Program Studi Tata Boga SMK Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta.

No. Bidang usaha yang ditekuni F F % 1. Tidak ada yang berwirausaha 53 34,0

2. Makanan 75 48,0

3. Kerajinan 7 4,5

4. Jasa 17 10,9

5. Peternak 4 2,6

Jumlah 156 100

Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan bahwa 34% tidak ada yang berwirauaha, sedangkan mayoritas bidang usaha yang ditekuni di lingkungan keluarga siswa dengan 48% bergerak pada bidang usaha makanan, 4,5% bidang usaha yang ditekuni yaitu kerajinan, 10,9% bidang usaha yang ditekuni yaitu jasa dan 2,6% bidang usaha yang ditekuni yaitu Peternak.


(63)

9. Pekerjaan Orang Disekitar Tempat Tinggal

Dari hasil data penelitian dapat diketahui, pekerjaan orang disekitar tempat tinggal siswa SMK Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta Program Studi Tata Boga yang berwirausaha, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 16. Pekerjaan Orang yang Tinggal Di Sekitar Tempat Tinggal Siswa Kelas III Program Studi Tata Boga SMK Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta.

No. Jenis pekerjaan F F %

1. Berwirausaha 7 4,5

2. Pegawai negeri dan swasta 31 19,9

3. Petani 20 12,8

4. Buruh 30 19,2

5. Berwirausaha dan buruh 68 43,6

Jumlah 156 100

Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan bahwa pekerjaan orang yang tinggal di sekitar tempat tinggal siswa yaitu 4,5% yaitu berwirausaha, 19,9% sebagai pegawai negeri dan swasta, 12,8% bekerja sebagai petani, 19,2% sedangkan yang berwirausaha dan buruh merupakan mayoritas pekerjaan orang yang tinggal disekitar tempat tinggal siswa yang mencapai 43,6%

10. Yang Mendukung Siswa untuk Berwirausaha Dalam Keluarga

Dari hasil data penelitian dapat diketahui, yang mendukung untuk berwirausaha dari pihak keluarga siswa SMK Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta Program Studi Tata Boga yang berwirausaha, dapat dilihat pada tabel berikut :


(64)

Tabel 17. Yang Mendukung Siswa Kelas III SMK Program Studi Tata Boga Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk

Berwirausaha.

No. Orang yang mendukung F F %

1. Ayah dan ibu 129 82,6

2. Ayah 5 3,2

3. Ibu 17 10,9

4. Kakak 4 2,6

5. Tidak ada 1 0,65

Jumlah 156 100

Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan bahwa mayoritas mencapai 82,6%, ayah dan ibu mendukung siswa untuk berwirausaha, 3,2% hanya dari pihak ayah saja, 10,9% didukung oleh ibu, 2,6% didukung oleh kakak dan terdapat 0,65% dari siswa yang tidak didukung oleh keluarga untuk berwirausaha.

11. Sumber Belajar Berwirausaha Selain Disekolah

Dari hasil data penelitian dapat diketahui, sumber belajar berwirausaha siswa SMK Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta Program Studi Tata Boga selain di sekolah, bahwa siswa belajar berwirausaha dari keluarga dengan jumlah persentase 30,1%, sumber belajar Buku yang berhubungan dengan berwirausaha 11%, sumber belajar dari televisi atau radio 27%, sumber belajar dengan kegiatan pelatihan atau seminar 3,8%, sedangkan sumber belajar dari teman atau orang lain yang berhasil dalam berwirausaha 26,3%. Hal ini terbukti bahwa siswa belajar berwirausaha tidak hanya dari sekolah tetapi sebagian besar dari lingkungan keluarga.


(65)

12. Usaha Yang Ingin Ditekuni

Dari hasil data penelitian dapat diketahui bahwa dari 156 siswa SMK Negeri di Daerah Istimewa Yogykarta Program Studi Tata Boga 155 siswa mempunyai keinginan untuk berwirausaha. Sedangkan usaha yang ingin ditekuni yaitu usaha yang bergerak dalam bidang boga seperti catering, restaurant, cafe, warung makan kecil dan toko roti. Hasil penelitian membuktikan bahwa mereka ingin berwirausaha dengan alasan antara lain mereka ingin mengembangkan ilmu yang telah mereka peroleh dari sekolah, pengalaman mereka dan bakat yang sudah dimiliki, akan tetapi ada pula karena ingin meneruskan usaha orang tua. Selain itu hasil penelitian juga diketahui bahwa ada juga yang mempunyai keinginan untuk berwirausaha tetapi di bidang kerajinan dengan alasan ingin meneruskan usaha orang tua dan mempunyai keinginan untuk memanfaatkan sisa-sisa barang yang sudah tidak layak pakai lagi.

C. Pendapat Siswa Tentang Kesiapan Berwirausaha Dilihat Dari Kompetensi Managerial Skills

Seseorang yang ingin menjadi seorang wirausaha salah satu kompetensi yang harus dimiliki antara lain kompetensi managerial skillsyaitu kemampuan untuk mengatur dan mengelola diri sendiri dan orang lain. Masih banyak siswa yang sudah selesai sekolah belum mampu mengatur dan mengelola diri sendiri dan orang lain.


(66)

Dalam memperoleh data tentang pendapat siswa kelas III Program Studi Tata Boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta tentang kesiapan berwirausaha, digunakan angket yang telah sahih dan handal tentang kesiapan berwirausaha dilihat dari kompetensi managerial skills, digunakan angket yang terdiri dari 10 butir pernyataan. Menunjukkan bahwa skor tertinggi yang diperoleh responden adalah 40 dan skor terendah yang dicapai responden adalah 10. Diperoleh harga mean 25,55 dan standar deviasi 7,5. Berdasarkan perhitungan data mengenai pendapat siswa kelas III Program Studi Tata Boga SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta tentang kesiapan berwirausaha dilihat dari kompetensi managerial skills, dapat dibuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Pendapat Siswa Kelas III Tentang Kesiapan Berwirausaha Dilihat dari KompetensiManagerial Skills.

No. Interval F F % Kategori

1. > 32,5 0 0,0 Siap

2. 25–32,5 77 49,4 Cukup siap 3. 17,5–25 79 50,6 Kurang siap 4. < 17,5 0 0,0 Tidak siap

Jumlah 156 100

Berdasarkan tabel 18, dapat digambarkan bahwa pendapat siswa tentang kesiapan berwirausaha dilihat dari kompetensi managerial skills. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar berikut ini :


(67)

0%

77% 79%

0%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

Persentase

Siap Cukup siap

Kurang siap

Tidak siap

> 32.5 25 - 32.5 17.5 - 25 < 17.5

Diagram batang di atas menggambarkan bahwa siswa SMKN di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki kesiapan berwirausaha dilihat dari kompetensi managerial skills dengan kriteria kurang siap 79 orang (50,6%), untuk kriteria cukup siap 77 orang (49,4%), dan tidak responden dengan kriteria tidak siap dan siap. Sehingga diketahui skor ketercapaian yaitu 63,9 diperoleh dari jumlah rerata : nilai tertinggi × 100 = 25,55 : 40 × 100 = 63,9. Untuk mengetahui kesiapan siswa terhadap kompetensi managerial skills jika dilihat dari latar belakang keluarga siswa antara lain yaitu yang mendukung siswa untuk berwirausaha dalam keluarga dan lingkungan keluarga yang berwirausaha, bidang usaha yang ditekuni dilingkungan keluarga.

Gambar 2. Diagram Batang Pendapat Siswa Tentang Kesiapan Berwirausaha Dilihat dari KompetensiManagerial Skills.


(1)

Tidak siap = < M–1,5 SD = < 15–1,5 . 3 = < 15–4,5 = <10,5 Tabel KategoriConceptual Skills

No. Interval F F % Kategori

1. >19,5 2 1,3 Siap

2. 15–19,5 44 28,2 Cukup siap

3. 10,5–15 104 66,7 Kurang Siap

4. < 10,5 6 3,8 Tidak siap

Jumlah 156 100

3. Human skills

Skor Tertinggi (ST) = 4 x 15 = 60 Skor Terendah (SR) = 1 x 15 = 15

Mean ideal =

2 1

(ST + SR) =

2 1

(60 +15) =

2 1

. 75 = 37,5

SD ideal =

6 1

(ST–SR) =

6 1

(60–15) =

6 1

. 45 = 7,5

Siap = > M + 1,5 SD

= > 37,5 + 1,5 (7,5) = > 37,5 + 11,25 = > 48,75

Cukup siap = M s/d (M + 1,5 SD) = 37,5 s/d (37,5 + 1,5 . 7,5) = 37,5 s/d (37,5 + 11,25) = 37,5 s/d 48,75


(2)

= (37,5–1,5 . 7,5) s/d 37,5 = 37,5–11,25 s/d 37,5 = 26,25 s/d 37,5

Tidak siap = < M–1,5 SD = < 37,5–1,5 . 7,5 = < 37,5–11,25 = < 26,25 Tabel KategoriHuman skills

No. Interval F F % Kategori

1. > 48,75 0 0 Siap

2. 37,5–48,75 47 30,1 Cukup siap

3. 26,25–37,5 109 60,9 Kurang Siap

4. < 26,25 0 0 Tidak siap

Jumlah 156 100

4. Decision making skills

Skor Tertinggi (ST) = 4 x 7 = 28 Skor Terendah (SR) = 1 x 7 = 7

Mean ideal =

2 1

(ST + SR) =

2 1

(28 +7) =

2 1

. 35 = 17,5

SD ideal =

6 1

(ST–SR) =

6 1

(28–7) =

6 1

. 21 = 3,5

Siap = > M + 1,5 SD

= > 17,5 + 1,5 (3,5) = > 17,5 + 5,25 = > 22,75


(3)

Cukup siap = M s/d (M + 1,5 SD) = 17,5 s/d (17,5 + 1,5 . 3,5) = 17,5 s/d (17,5 + 5,25) = 17,5 s/d 22,75

Kurang siap = (M–1,5 SD) s/d M = (17,5–1,5 . 3,5) s/d 17,5 = 17,5–5,25 s/d 17,5 = 17,5 s/d 17,5 Tidak siap = < M–1,5 SD

= < 17,5–1,5 . 3,5 = < 17,5–5,25 = <12,25 Tabel KategoriDecision Making Skills

No. Interval F F % Kategori

1. > 22,75 44 28,2 Siap

2. 17,5–22,75 110 70,5 Cukup siap

3. 12,25–17,5 2 1,3 Kurang Siap

4. < 12,25 0 0 Tidak siap

Jumlah 156 100

5. Kompetensi kepemimpinan

Skor Tertinggi (ST) = 4 x 12 = 48 Skor Terendah (SR) = 1 x 12 = 12

Mean ideal =

2 1

(ST + SR) =

2 1

(48 +12) =

2 1

. 60 = 30

SD ideal =

6 1

(ST–SR) =

6 1

(48–12) =

6 1

. 36 = 6


(4)

= > 30 + 1,5 (6) = > 30 + 9 = > 39

Cukup siap = M s/d (M + 1,5 SD) = 30 s/d (30 + 1,5 . 6) = 30 s/d (30 + 9) = 30 s/d 39

Kurang siap = (M–1,5 SD) s/d M = (30–1,5 . 6) s/d 30 = 30–9 s/d 30 = 21 s/d 30 Tidak siap = < M–1,5 SD

= < 30–1,5 . 6 = < 30–9 = < 21 Tabel Kategori Kepemimpinan

No. Interval F F % Kategori

1. > 39 12 7,7 Siap

2. 30–39 137 87,8 Cukup siap

3. 21–30 7 4,5 Kurang Siap

4. < 21 0 0 Tidak siap

Jumlah 156 100

6. Kompetensi keseluruhan

Skor Tertinggi (ST) = 4 x 50 = 200 Skor Terendah (SR) = 1 x 50 = 50

Mean ideal =

2 1

(ST + SR) =

2 1

(200 + 50) =

2 1

. 250 = 25

SD ideal =

6 1

(ST–SR) =

6 1


(5)

= 6 1

. 150 = 25

Siap = > M + 1,5 SD

= > 125 + 1,5 (25) = > 125 + 37,5 = > 162,5

Cukup siap = M s/d (M + 1,5 SD) = 125 s/d (125 + 1,5 . 25) = 125 s/d (125 + 37,5) = 125 s/d 162,5 Kurang siap = (M–1,5 SD) s/d M

= (125–1,5 . 25) s/d 125 = 125–37,5 s/d 125 = 87,5 s/d 125 Tidak siap = < M–1,5 SD

= < 125–1,5 . 25 = < 17,5–37,5 = < 87,5 Tabel Kompetensi Keseluruhan

No. Interval F F % Kategori

1. > 162,5 0 0 Siap

2. 125–162,5 123 78,8 Cukup siap

3. 87,5–125 33 21,2 Kurang Siap

4. < 87,5 0 0 Tidak siap


(6)