Analisis manajemen dakwah pada program Bina Mandiri Wirausaha Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah Surabaya.

(1)

ANALISIS MANAJEMEN DAKWAH PADA PROGRAM BINA

MANDIRI WIRAUSAHA LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAQ

DAN SHODAQOH MUHAMMADIYAH SURABAYA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Dirosah Islamiyah

Oleh

Sri Dewi Wulandari NIM. F. 120915308

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Menjaga keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, dapat dilakukan melalui penguatan sektor ekonomi umat. Sebagaimana yang dilakukan Lembaga Amil Zakat Infak dan Sadaqah Muhammadiyah (Lazismu), dengan menjalankan program Bina Mandiri Wirausaha (BMW) dalam bentuk pemberian kredit tanpa bunga kepada para pengusaha kecil sebagai upaya untuk melawan praktik riba. Program tersebut mampu bertahan hingga 7 tahun lamanya dan bahkan semakin berkembang. Penelitian ini mengambil rumusan masalah: 1) bagaimana manajemen BMW Lazismu Surabaya? dan 2) bagaimana implikasi BMW Lazismu bagi dakwah komunitas Muhammadiyah di Surabaya? Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif sehingga dapat menggambarkan urutan proses manajemen yang utuh. Penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu manajemen, khususnya pada wilayah manajemen dakwah. Pendekatan tersebut digunakan untuk mengkaji secara keseluruhan tentang proses manajemen dan implikasi manajemen pada Lazismu Kota Surabaya, khususnya program BMW. Pengumpulan data dilakukan melalui metode wawancara dan observasi kepada pihak manajemen program BMW dan pengusaha kecil yang mengikuti program BMW. Hasil penelitian menunjukkan dari proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendaliannya, manajemen BMW Lazismu Surabaya masih lemah. Implikasi adanya program BMW bagi dakwah komunitas Muhammadiyah Surabaya yaitu berkembangnya pengalaman Lazismu dalam mengelola lembaga keuangan berbasis kegiatan pinjaman usaha non-riba. Selain itu jejaring Lazismu Surabaya terhadap kelompok-kelompok masyarakat semakin meluas, baik melalui investor seperti Bank Niaga Syariah maupun terhadap komunitas pengusaha kecil muslim. Belum banyak bidang-bidang keorganisasian yang peneliti dapat dalami dengan sekedar menggunakan pendekatan ilmu manajemen secara umum. Bagi penelitian selanjutnya perlu kiranya menggunakan ilmu manajemen yang lebih spesifik, seperti manajemen sumber daya manusia, manajemen keuangan, manajemen stakeholder.


(7)

DAFTAR ISI

Pernyataan Keaslian ... iii

Persetujuan Pembimbing... iv

Pengesahan Tim Penguji ... v

Pedoman Transliterasi ... vi

Motto ... vii

Abstrak ... viii

Ucapan Terima Kasih... ix

Daftar Isi... xi

Daftar Gambar... xiv

Daftar Tabel ... xv

BAB I : Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Dan Batasan Masalah... 10

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Kegunaan Penelitian... 12

BAB II : Analisis Manajemen Dakwah Berbasis Komunitas ... 13

A. Dakwah Berbasis Komunitas ... 13

1. Pengertian ... 13

2. Tujuan... 14

3. Sasaran... 14

4. Proses... 15

B. Manajemen Dakwah... 16

1. Pengertian Manajemen Dakwah... 16

2. Tujuan Manajemen Dakwah ... 17

3. Fungsi Manajemen Dakwah ... 18

C. Analisis Manajemen Dakwah ... 30


(8)

2. Instrumen Analisis... 30

3. Operasionalisasi... 31

D. Kerangka Konseptual ... 34

E. Penelitian Terdahulu ... 34

BAB III : Metode Penelitian ... 38

A. Jenis Penelitian... 38

B. Pendekatan Penelitian ... 39

C. Subjek Dan Objek Penelitian ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data... 40

1. Sumber Data Penelitian ... 40

2. Profil Informan Pengurus Lazis Muhammadiyah Surabaya ... 41

3. Profil Informan Anggota Bina Mandiri Wirausaha... 42

4. Metode Pengumpulan Data ... 43

5. Metode Triangulasi Data ... 45

E. Teknik Analisa Data... 47

BAB IV : Manajemen Bina Mandiri Wirausaha Lembaga Amil Zakat Infak Dan Shodaqoh Muhammadiyah Surabaya ... 49

A. Profil Lembaga Amil Zakat Infak Dan Shodaqoh Muhammadiyah Surabaya ... 49

1. Sejarah Berdirinya Lazis Muhammadiyah Surabaya ... 49

2. Visi, Misi Dan Kebijakan Strategis Lazis Muhammadiyah Surabaya ... 50

3. Susunan Pengurus Lazismu Kota Surabaya Periode 2015-2020... 51

4. Program Lazis Muhammadiyah Surabaya ... 52

B. Profil Bina Mandiri Wirausaha Lazis Muhammadiyah Surabaya ... 52

1. Latar Belakang ... 52

2. Tujuan... 54

3. Sasaran Dan Keanggotaan... 54

C. Proses Manajemen Program BMW... 56

1. Perencanaan... 56

2. Pengorganisasian ... 68


(9)

4. Pengontrolan... 76

D. Analisis Manajemen Bina Mandiri Wirausaha Lazismu Surabaya... 81

1. Perencanaan... 81

2. Pengorganan ... 97

3. Penggerakan ... 104

4. Pengendalian ... 110

E. Implikasi Bina Mandiri Wirausaha Lazismu Surabaya Bagi Masyarakat 113 F. Analisis Implikasi Bina Mandiri Wirausaha Bagi Dakwah Komunitas Muhammadiyah... 116

BAB V : Penutup ... 123

A. Kesimpulan ... 123

B. Implikasi Teoretik ... 123


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1... 18 Gambar 2.2... 34


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1... 41 Tabel 3.2... 42


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut George R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengontrolan untuk mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya yang selainnya.1 Selanjutnya, Stoner menyatakan manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya manusia organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.2

Manajemen melekat pada organisasi, karena merupakan kerja dari kumpulan orang-orang untuk mencapai tujuan bersama. Demikian pula manajemen dakwah, merupakan proses manajemen yang dilakukan organisasi dakwah. Organisasi dakwah merupakan wadah untuk pelaksanaan dakwah agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. Sedangkan perngertian dakwah sendiri menurut H. M. Arifin merupakan suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang

1George R. Terry,Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Bina Aksara, 2003), 1.

2Stephen P.Robbins dan Mary Coulter,Manajemen Edisi Kedelapan Jilid 1, (Jakarta: Indeks,


(13)

2

lain baik secara individu maupun secara kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan.3

Dakwah dapat dilaksanakan dengan menyasar personal maupun komunitas. Dakwah yang menjadikan komunitas sebagai sasaran dakwah dapat disebut dakwah berbasis komunitas. Dakwah komunitas merupakan upaya untuk mengajak umat memahami secara kritis-kontekstual ajaran-ajaran Islam (nilai dan pengetahuan) dan kondisi problematic-aktual yang dihadapi umat, dan memformulasikan perbuatan nyata (praksis sosial) guna mewujudkan Islam sebagai rahmatan li al-alamin dalam bentuk peningkatan kualitas kehidupan komunitas.4

Setiap organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas agar segala gerak serta langkah diarahkan untuk tercapainya tujuan organisasi tersebut.5 Begitu pula organisasi dakwah berbasis komunitas. Tujuan dakwah berbasis komunitas tidak hanya terbinanya aspek keagamaan di dalam suatu komunitas, melainkan juga aspek kesejahteraan hidup yang ditujukan kepada seluruh masyarakat yang terdapat pada lingkungan tertentu, sesuai dengan domisili tempat tinggal masing-masing, tanpa membedakan golongan, kepercayaan atau agama, tingkat sosial, dan lain sebagainya.6

3Ibid

4Syafii Maarif,Menggungat Modernitas Muhammadiyah, (Jakarta : Best Media Utama, 2010),

248

5Zaini Muchtarom,Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), 18 6Fauzan Muhammadi dkk,Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ) di Ranting


(14)

3

Dengan memperhatikan pentingnya tujuan dakwah komunitas tersebut, idealnya sebuah organisasi dakwah melakukan manajemen dalam proses dakwahnya. Dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien, manajemen organisasi dakwah perlu menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Henri Fayol sebagai pelopor pendekatan fungsional mengemukakan lima fungsi manajemen, yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), command(perintah), coordination (koordinasi) dancontrol(pengawasan).7

Muhammadiyah dalam memasuki abad kedua berkomitmen kuat untuk melakukan gerakan pencerahan sebagai persambungan dari gerakan pembaruan yang dilakukan pada abad pertama. Seiring dengan perkembangan masalah yang dialami masyarakat, Muhammadiyah semakin dihadapkan pada problem-prolem kemanusiaan berupa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan dan persoalan lainnya bercorak structural dan kultural. Muhammadiyah yang relatif maju dalam sistem organisasi dan amal usahanya dituntut untuk mulai kembali mengarahkan orientasi dan langkah dakwahnya ke masyarakat di basis jamaah atau komunitas. Untuk menjawab tantangan dakwah tersebut, Muhammadiyah dalam Muktamar ke-47 mengagendakan dan memprogramkan secara khusus

tentang “Model Dakwah Pencerahan Berbasis Komunitas”.8

Langkah dakwah Muhammadiyah tersebut merupakan terobosan karena Muhammadiyah masuk ke ranah yang strategis dengan melakukan dakwah secarabil-hal(dakwah dengan tindakan) selainbi-lisan(lisan dan tulisan), yang

7Zaini Muchtarom,Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), 38 8Ibid,5


(15)

4

meletakkan kesejahteraan sebagai focus dan sasaran pembinaan dalam masyarakat yang dipadukan dengan aspek-aspek keagamaan.

Dalam realitas sosial, kualitas akidah seseorang maupun komunitas bersifat dinamis, dapat naik maupun turun. faktor yang mempengaruhi kualitas akidah seseorang salah satunya adalah kesejahteraan. Dampak kemiskinan menurut Yusuf Qardawi Kemiskinan berbahaya bagi aqidah. Beliau menggambarkan apabila yang miskin adalah seseorang pekerja yang ulet dan rajin, sedang yang kaya hanya seseorang yang duduk saja di rumah bisa menghasilkan uang. Dalam keadaan seperti itu kemiskinan akan menjadi penyebab utama keraguan akan kebijaksanaan aturan Allah SWT dalam kehidupan dan juga keraguan akan keadilan-Nya dalam hal rezeki.9 Sebagaimana dengan hadist Rasul

"Hampir-hampir saja kefakiran akan menjadi kekufuran dan hampir saja hasad mendahului takdir." (Didhaifkan oleh Syaikh Al-Albani dan lainnya)10

Untuk menjaga akidah seseorang tidak cukup apabila hanya dilakukan dengan memberikan nilai-nilai atau penyadaran mengenai ajaran-ajaran Islam, namun juga berupa langkah-langkah kongkrit untuk meminimalisir faktor-faktor yang dapat menurunkan kualitas akidah seseorang, salah satunya faktor-faktor

9Yusuf Qardhawi,Shadaqah Cara Islam Mengentaskan Kemiskinan, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2013), 11-19

10Badrul Tamam, “Kefakiran Mendekatkan Kepada Kekufuran”, dalam //www.voa

-islam.com/read/tsaqofah/2013/03/25/23721/kefakiran-mendekatkan-kepada-kekufuran/ (22 Januari 2017)


(16)

5

ekonomi. Apabila hal ini dilakukan oleh organisasi dakwah maka dapat menjadi

langkah dakwah yang efektif untuk menjaga kualitas keimanan Mad’u.Bahkan akan mampu mengentaskan kemiskinan baik di level perkotaan dan pedesaan.11 Secara harfiah dakwah bil-hal berarti menyampaikan ajaran Islam dengan amaliah nyata. Kedudukan dakwah bil hal bersifat melengkapi (komplementer) dakwah bil lisan. Dalam pengertian lebih luas dakwah bil-hal, dimaksudkan sebagai keseluruhan upaya mengajak orang secara sendiri-sendiri maupun berkelompok untuk mengembangkan diri dan masyarakat dalam tangka mewujudkan tatanan sosial dan kebutuhan yang lebih baik menurut tuntutan Islam, yang berarti banyak menekankan pada masalah kemasyarakatan seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dengan wujud amal nyata terhadap sasaran dakwah.12

Konsep dakwah pencerahan berbasis komunitas adalah dakwah dengan pendekatan dan strategi yang disesuaikan dengan karakter masing-masing komunitas yang berkembang di masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan komunitas ialah kelompok-kelompok kecil dalam masyarakat yang memiliki karakteristik dan kebutuhan yang spesifik. Dalam sosiologi Komunitas dapat didefinisikan sebagai kelompok khusus dari orang-orang yang tinggal dalam wilayah tertentu, memiliki kebudayaan dan gaya hidup yang sama, sadar sebagai satu kesatuan, dan dapat bertindak secara kolektif dalam usaha mereka

11Saprin, “Pengentasan Kemiskinan Melalui Filantropi”, (Mataram :Komunitas, Volume 7 Nomor

2 desember 2015), 133


(17)

6

dalam mencapai tujuan.13Antara satu komunitas dan komunitas lain memeliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda dan karena itu membutuhkan pendekatan dakwah yang berbeda pula.

Muhammadiyah Surabaya melalui organisasi otonomnya, Lazismu melakukan dakwah komunitas kepada kelompok pedagang kecil di sekitar Surabaya. Program Dakwah ini bernama Bina Mandiri Wirausaha (BMW). Program ini telah ada sejak tahun 2009. Dakwah yang dilakukan oleh Lazismu pada komunitas BMW ini bertujuan untuk menjaga aspek keislaman Mad’u

dengan jalan penguatan aspek ekonominya. Dakwah yang dilakukan UKM BMW adalah dengan menggulirkan pinjaman modal usaha (tanpa bunga/jasa) dan terus mendorong agar mereka mau maju dan berkembang usahanya.

Menurut manajemen Lazismu Surabaya, para pedagang kecil Surabaya sangat dengat dengan sistem peminjaman rentenir. Hutang ini tidak memakmurkan melainkan semakin memberatkan kehidupan mereka karena adanya bunga yang tinggi. Persoalan ekonomi ini menjadi penting untuk direspon oleh Lazismu Surabaya karena pinjam kepada rentenir termasuk kedalam perbuatan riba yang telah diharamkan oleh ajaran agama. Dalam prakteknya pengusaha kecil tersebut bahkan sampai lalai menjalankan sholat dan pikirannya banyak diarahkan untuk bisa mengembalikan hutang yang semakin banyak.


(18)

7

Program Bina Mandiri Wirausaha memiliki perbedaan dengan program Lembaga Amil Zakat lain. Lembaga pengelolaan dana zakat selainnya belum memiliki program dakwah berbasis komunitas. Misalnya pada Lembaga Manajemen Infaq (LMI), program dakwahnya antara lain dengan pengadaan program Tahfidz al-Quran, pengajian umum, dan program hafidz al-Quran.14 Pada lembaga zakat LMI juga melakukan pemberian bantuan ekonomi namun tidak secara kontinyu proses pembinaanya. Bantuan ekonomi yang diberikan adalah bantuan ekonomi pada korban bencana alam. Bantuan ekonomi terhadap korban bencana alam telah banyak juga dilakukan oleh lembaga zakat lain seperti Baznas, Nurul Hayat melalui program Aksi Tanggap Bencana, Aksi Cepat Tanggap (ACT).

Sebagaimana Lazismu, Rumah Zakat juga memiliki program pemberdayaan untuk mengurangi kemiskinan melalui program Senyum Mandiri.15Senyum Mandiri merupakan program pemberdayaan ekonomi kecil dan mikro bagi masyarakat kurang mampu untuk mengurangi tingkat kemiskinan. Program ini tidak hanya meyasar pada satu komunitas, namun pada beberapa komunitas sekaligus yakni komunitas UKM, petani dan peternak. Dibandingkan dengan program dakwah Lazismu Surabaya, program Rumah Zakat hanya menitik beratkan pada pemberian bantuan modal. Sedangkan Lazismu Surabaya tidak hanya memberikan modal usaha namun juga ada

14Lmipusat, “Peduli Dakwah”, dalamhttps://lmizakat.org/category/aksi-peduli/peduli-dakwah/

(22 Januari 2017)

15Rumah Zakat, “Senyum Mandiri”, dalam


(19)

8

pembinaan kepada komunitas yang bersifat berkelanjutan. Komunitas ditempatkan sebagaimana mad’u yang perlu diberikan pembinaan keagamaan secara kontinyu dan dikembangkan kemampuannya dalam memasarkan produk sehingga kelak memiliki kemandirian dalam mencapai kesejahteraannya.

Dalam realitas masyarakat, program pemberdayaan di masyarakat sangat banyak dan bervariasi, namun seringkali lepas dari kepentingan dakwah. Pemberdayaan yang dilakukan oleh Lazismu memiliki keunggulan dalam hal tujuan pemberdayaannya. Tidak hanya ingin mensejahterakan namun juga

mengangkat kualitas keberagamaaan Mad’u. Hal ini yang mendorong peneliti

tertarik meneliti program dakwah Lazismu pada komunitas BMW.

Dipandang dari sudut pandang manajerial, Lazismu telah mampu menjaga keberlangsungan program dalam jangka waktu hingga 7 tahun. Selain itu Lazismu juga telah berhasil mengembangkan programnya dengan menjangkau lebih banyak kelompok untuk dibina. Pada tahun 2013 sudah 15 kelompok yang menjadi binaan UKM BMW LAZISMU Surabaya. Untuk kelompok usaha yang beranggotakan 4-5 orang akan menerima pinjaman modal kerja sebesar 4-5 juta rupiah per kelompok. Sedangkan untuk pinjaman diatas 5 juta rupiah akan diarahkan ke pinjaman dari Bank Syariah.16JIka dihitung pad

atahun itu ada sekitar 70 mad’u yang dibina. Saat ini sudah 150 orang terdaftar sebagai anggota binaan. Dari sekian jumlah itu sebagian besar adalah berusaha


(20)

9

pada sektor informal seperti PKL, toko, warung, penjual sayur-mayur, bakso, pangsit, dan jasa.

Di samping pembinaan dengan pertemuan rutin di dalam kelas, monitoring dan evaluasi lapangan pun juga dilakukan. Selain untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan anggota, juga dimaksudkan untuk memberikan penyuluhan tentang usaha yang dijalankan oleh anggota. Dalam kegiatan kunjungan lapangan ini ditemui berbagai kendala yang dirasakan oleh anggota binaan, di antaranya masalah kesulitan mengaturcash flow, marketing, kualitas barang, kemasan, hubungan dengan pembeli dan lain sebagainya.17

Dalam mencapai peningkatan jumlah mad’u dan ketahanan program Bina Mandiri Wirausaha hingga 7 tahun tidak mungkin tercapai apabila berlangsung secara alamiah tanpa melalui proses manajerial. Untuk dapat menjalankan program pinjaman non riba kepada kelompok pengusaha kecil yang telah memiliki kebiasaan meminjam ke rentenir dibutuhkan perencanaan baik dari segi anggaran dan rancangan kegiatan pembinaan agar bisa diterima oleh komunitas tersebut. Selain itu Lazismu juga perlu melakukan pengontrolan untuk memastikan para pengusaha kecil tersebut dapat mengembalikan pinjaman.

17Adit, “Bina Usaha Mikro UKM BMW Lazismu Surabaya”, dalam

http://Lazismusurabaya.blogspot.co.id/2014/03/bina-usaha-mikro-ukmbmw-Lazismu.html?m=1


(21)

10

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari pemaparan masalah diatas, dapat diidentifikasi beberapa hal yang dapat dikaji. Pertama adalah proses manajemen program Bina Mandiri Wirausaha yang dilakukan oleh Lazismu Surabaya. Proses manajemen yang dimaksud adalah proses pengurus Lazismu dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen ketika menjalankan program Bina Mandiri Wirausaha. Kedua adalah manajemen produk dakwah pada program BMW yang dilakukan manajemen Lazismu Muhammadiyah. Dari pemaparan di latar belakang diketahui program BMW memiliki variasi produk yang beragam baik produk keagamaan maupun ekonomi. Dalam memunculkan produk yang sesuai dengan karakteristik komunitas perlu adanya pertimbangan manajemen pemasaran produk yang baik. Ketiga adalah kepuasaan komunitas pengusaha kecil terhadap produk dakwah yang ditawarkan oleh Lazismu Surabaya. Dengan penelitian ini maka akan didapatkan tingkat kepuasan mad’u program BMW terhadap produk-produk yang ada di dalam program BMW dan produk manakah yang paling memberikan kepuasan. Keempat adalah implikasi program Bina Mandiri Wirausaha terhadap dakwah komunitas Lazismu Surabaya. Dengan meneliti implikasinya maka akan diketahui dampak yang diterima baik dari sudut pandang kelembagaan Lazismu sebagai organisasi dakwah yang menjalankan dakwah berbasis komunitas maupun dari sudut pandang masyarakat yang menjadi sasaran dari program dakwah berbasis komunitas. Dari program pemaparan dilator belakang juga diketahui adanya peningkatan jumlah pengusaha kecil yang tergabung ke dalam program BMW


(22)

11

bahkan hingga 2 kali lipat. Dari fakta tersebut juga dapat memunculkan rumusan masalah kelima yaitu mengenai bagaimana manajemen pemasaran program Bina Mandiri Wirausaha yang dilakukan oleh Lazismu Surabaya.

Agar penelitian dapat dilakukan secara tuntas dan mendalam oleh peneliti, maka dari kelima alternative rumusan masalah tersebut peneliti hanya memfokuskan pada dua rumusan masalah saja. Pertama proses manajemen program BMW yang dilakukan oleh Lazismu Surabaya. Hal ini peneliti pilih sebagai rumusan masalah dikarenakan proses jalannya fungsi-fungsi manajemen adalah hal yang paling mendasar dalam sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya. Penelitian sebelumnya yang juga meneliti Lazismu Surabaya juga belum ada yang memfokuskan pada masalah ini. Salah satu isu yang cukup penting diperhatikan dalam kajian mengenai manajemen dakwah adalah terkait proses dan implikasinya pada lembaga dan pelanggan. Oleh karena itu masalah kedua yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah implikasi program Bina Mandiri Wirausaha Lazismu Surabaya bagi dakwah komunitas Muhammadiyah di Surabaya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, naka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini :

1. Bagaimana manajemen Bina Mandiri Wirausaha Lazismu Surabaya? 2. Bagaimana implikasi BMW Lazismu bagi dakwah komunitas


(23)

12

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses manajemen dakwah pada program Bina Mandiri Wirausaha oleh Lembaga Amil Zakat Infak dan Shadaqah Muhammadiyah Surabaya dan implikasi program Bina Mandiri Wirausaha Lazismu bagi dakwah komunitas Muhammadiyah di Surabaya. E. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memperkaya khazanah teoritis tentang manajemen yang dilakukan lembaga dakwah pada komunitas masyarakat tertentu. Secara Teoritis penelitian ini memperkaya kajian komunikasi ditinjau dari proses manajemen organisasi berdasarkan teori manajemen modern.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Sadaqah dalam rangka mengelola program dakwah komunitas. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan umpan balik terhadap proses manajemen dakwah yang telah dilaksanakan dari komunitas yang menjadi sasarannya. Penelitian ini juga menjelaskan respon dari sasaran dakwah komunitas BMW, hal ini dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi LAZIS Muhammadiyah Surabaya untuk merumuskan manajemen program yang semakin efektif.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Penelitian lapangan adalah penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di lapangan, seperti di lingkungan, seperti di lingkungan masyarakat, lembaga-lembaga dan organisasi kemasyarakatan dan lembaga pendidikan baik formal maupun non formal.1

Penelitian lapangan ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah.2 Peneliti menggunakan studi awalan terlebih dahulu dengan menggunakan metode wawancara dan penelusuranwebsite, kemudian melanjutkan perolehan data lebih mendalam dengan metode wawancara mendalam dan diskusi.

Karakteristik riset kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah menjelaskan fenomena secara mendalam melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Penelitian ini hendak menggali proses manajerial yang terjadi di Lazismu Surabaya dalam mengelola program BMW. Untuk mendapatkan data yang utuh dan mendalam mengenai proses manajerial yang terjadi dan implikasinya.

1Sarjono,Pandung Penulisan Skripsi,(Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga,

2008), 21.


(25)

39

Dalam penelitian ini peneliti menjadi instrument yang secara aktif ke lapangan penelitian secara mendalam.

Berdasarkan tujuannya, penelitian ini dapat di klasifikasikan ke dalam penelitian deskriptif. Metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variable yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu. Kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi maupun variable tertentu.3 Penelitian ini tanpa hipotesis, sebagaimana pada penelitian deskriptif biasanya.4

B. Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian salah satunya dapat dilihat dari spesialisasi (interest) bidang ilmu yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan.5 Penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu manajemen, khususnya pada wilayah manajemen dakwah. Pendekatan tersebut digunakan untuk mengkaji secara keseluruhan tentang proses manajemen dan implikasi manajemen pada Lazismu Kota Surabaya, khususnya program BMW.

Salah satu isu yang cukup penting diperhatikan dalam kajian mengenai manajemen dakwah adalah terkait proses dan implikasinya pada pelanggan. Perhatian pada hal ini akan dapat menyingkap segala kegiatan atas pengelolaan

3Burhan Bungin,Metodologi Penelitian Sosial : Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif,

(Surabaya: Airlangga University Press, 2011), 48.

4Asep Saeful Muhtadi dan Agus Ahmad Safei,Metode Penelitian Dakwah,(Bandung: Pustaka

Setia, 2003), 128.

5Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta,


(26)

40

manajemen yang memproses masukan (in-put) menjadi keluaran (out-put). Apakah memang ada keterhubungan secara kualitatif antara masukan dan keluaran manajemen.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pengelola program Bina Mandiri Wirausaha Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah Kota Surabaya. Peneliti tidak menempatkan pengurus Lazismu secara umum sebagai subjek penelitian dikarenkan dalam penelitian ini peneliti hanya memfokuskan pada salah satu program yaitu program Bina Mandiri Wirausaha (BMW). Objek penelitian adalah objek yang menjadi titik perhatian di dalam penelitian. Objek penelitian ini adalah proses manajerial yang dilakukan dalam mengelola Program BMW dan implikasinya bagi lembaga Lazismu dan masyarakat.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara mendalam kepada pengurus program Bina Mandiri Wirausaha Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah Surabaya dan wawancara kepada anggota Bina Mandiri Wirausaha.


(27)

41

Wawancara pada pengurus program BMW Lazis Muhammadiyah Surabaya dilakukan untuk mengetahui proses yang dilakukan lembaga tersebut dalam melakukan pengelolaan program dakwah komunitas melalui program Bina Mandiri Wirausaha. Sedangkan data dari anggota binaan program Bina Mandiri Wirausaha digunakan untuk mengetahui implikasi dari adanya program tersebut bagi dakwah komunitas Muhammadiyah di Surabaya.

Data sekunder diperoleh melalui penelusuran dan dokumentasi terhadap website resmi Lazismu Surabaya dan buletin bulanan yang diberikan kepada donatur. Dariwebsitedan buletin tersebut didaparkan data mengenai penyelenggaraan program BMW selama ini.

2. Profil Informan Pengurus LAZIS Muhammadiyah Surabaya

Untuk memperoleh data primer dalam penelitian ini dilakukan melalui wawacara pada pengurus yang terlibat dalam mengelola program Bina Mandiri Wirausaha Lazismu Surabaya dan pengurus yang mengetahui keberadaan program ini sejak awal pendiriannya.

Tabel 3.1.

Identitas Informan Pengurus Lazismu Surabaya

Nama Informan Kedudukan Kriteria

Sunarko, S.Ag. Ketua Lazismu Surabaya tahun 2015-2020

• Pihak yang terlibat dalam perumusan program Bina Mandiri Wirausaha


(28)

42

• Pihak yang menerima

pertanggung jawaban

tahunan program Bina Mandiri Wirausaha

Achmad Sudjai Ketua Program Bina Mandiri Wirausaha

Penanggung jawab program Bina Mandiri Wirausaha Lazismu Surabaya

Ahmad Ainul Illah

Bidang Adminstrasi program Bina Mandiri

Wirausaha

• SDM yang melakukan

pencatatan adminstratif program pinjaman tanpa bunga

• SDM yang terlibat dalam operasioanlisasi kegiatan Bina Mandiri Wirausaha 3. Profil Informan Anggota Bina Mandiri Wirausaha

Untuk mengetahui implikasi program Bina Mandiri Wirausaha di Masyarakat Surabaya, maka peneliti melakukan penggalian data pada beberapa anggota binaan program Bina Mandiri Wirausaha Lazismu Surabaya yang telah mengikuti program ini sejak awal pendirian hingga sekarang.

Tabel 3.2.

Indeititas Informan Anggota Bina Mandiri Wirausaha


(29)

43

Khusnul Anggota

BMW

• Warga Kedinding yang melaporkan masalah adanya riba pada pengurus Lazismu.

• Telah mengikuti program BMW sejak awal sampai sekarang.

• Penerima dana hibah

Yu Ma Anggota

BMW

• Salah satu warga yang dahulunya menjalankan praktik riba.

• Telah mengikuti program BMW sejak awal sampai sekarang.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam rangka mengumpulkan data terkait dengan proses manajemen yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah Surabaya dalam mengelola program Bina Mandiri Wirausaha, peneliti menggunakan 3 metode pengumpulan data, yaitu wawancara, diskusi dan observasi. Wawancara dilakukan peneliti dengan berinteraksi atau berhadap-hadapan langsung dengan informan. Metode wawancara dalam penelitian ini menjadi metode utama bagi peneliti untuk melakukan penggalian data. Sedangkan dua metode yang selainnya bersifat menunjang


(30)

44

peneliti untuk mendapatkan data-data tertentu yang sulit digali dengan wawancara.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara semi terstruktur.6 Peneliti telah menyusun poin-poin penting dalam konsep manajemen, namun tidak sampai pada penyusunan instrumen wawancara. Poin-poin itulah yang peneliti jadikan pijakan dalam melakukan wawancara. Peneliti juga mengembangkan poin-poin tersebut sesuai dengan data yang peneliti terima ketika melakukan proses wawancara.

Metode pengumpulan data lainnya dalam penelitian ini adalah diskusi dan observasi. Metode diskusi dalam penelitian ini dilakukan melalui obrolan informal (keakraban) yang dilakukan oleh peneliti dengan para pengurus. Melalui diskusi ini diketahui bagaimana pemaknaan pengurus Lazismu atas pekerjaannya sebagai pengurus Lazismu. Pemaknaan inilah yang menggerakkan mereka dalam menjalankan tugas-tugas organisasi. Sedangkan metode observasi dilakukukan peneliti adalah dengan mengikuti program pembinaan yang diberikan Lazismu kepada anggota program BMW. Dalam proses observasi tersebut peneliti mengamati isi acara dan panitia penyelenggara acara. Dari proses observasi ini peneliti mendapatkan gambaran kongrit mengenai penyelenggaraan kegiatan pembinaan untuk anggota BMW.


(31)

45

5. Metode Triangulasi Data

Dalam penelitian kualitatif, faktor keabsahan data juga perlu diperhatikan. Peneliti menggunakan wawancara mendalam untuk pengumpulan data kepada beberapa informan. Setelah itu dilakukan uji silang terhadap informasi yang telah didapatkan untuk memastikan tidak ada informasi yang bertentangan. Apabila ternyata ada informasi yang bertentangan peneliti harus mengonfirmasi perbedaan itu kepada informan. Hasil informasi itu perlu diuji lagi dengan informasi-informasi sebelumnya karena bisa jadi hasil konfirmasi itu bertentangan dengan informasi-informasi yang telah dihimpun sebelumnya.7

Proses triangulasi tersebut di atas dilakukan terus-menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data, sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaa-perbedaan dan tidak ada lagi perbeda-perbedaan dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan.8

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi merupakan ide bahwa melihat sesuatu hal dari beberapa sudut pandang bisa meningkatkan keakuratan.9Triangulasi dilakukan dengan cara mewawancari 3 orang pengurus Lazismu Surabaya untuk mendapatkan gambaran yang akurat tentang proses manajerial dalam program BMW.

7Burhan Bungin,Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan Metodologis Ke

Atas Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), 203.

8Ibid.,204.

9W. Lawrence Neuman,Metodologi Penelitian Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif


(32)

46

Pernyataan salah satu informan akan dihubungkan dan dibandingkan dengan informan yang selainnya. Peneliti akan melihat kekonsistenan jawaban dari ketiga informan tersebut sehingga di dapatkan data yang akurat.

Pernyataan dari ketiga informan ini juga ada yang bersifat saling melengkapi karena keterbatasan pengamatan masing-masing informan mengenai kejadian manajerial tertentu. Misalnya pada kegiatan yang sifatnya teknis lebih diketahui oleh salah satu informan karena beliau yang menjalankan teknis kegiatannya. Pada data yang demikian peneliti kesulitan untuk membandingkan melalui informan yang lain. Oleh karena itu dalam menguji keakuratan data teknis, peneliti menggunakan cara observasi langsung dengan mengikuti kegiatan pembinaan yang dilakukan Lazismu

Pengukuran validitas dalam penelitian kualitatif tidak perlu menunjukkan hubungan yang tetap antara konsep abstrak yang telah didefinisikan dan ukuran yang telah dikalibrasi secara cermat untuk penampilan empirisnya.10 Agar dianggap valid, klaim kebenaran peneliti harus masuk akal dan cukup baik untuk dimengerti oleh banyak orang. masuk akal disini maksudnya peneliti tidak mengklaim bahwa pernyataannya adalah satu-satunya kebenaran di dunia, melainkan merupakan deskripsi yang kuat dan persuasif yang mengungkapkan pengalaman asli peneliti dengan data empiris.11 Penelitian kualitatif

10Ibid., 242. 11Ibid.


(33)

47

memperoleh validitas ketika didukung oleh berbagai potongan data empiris yang beragam.

E. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung sampai selesai dalam periode tertentu. Jika data yang diperoleh dari wawancara belum memuaskan, maka peneliti melakukan wawancara lagi sampai data yang diperoleh sesuai dengan keinginan peneliti.

Analisis data dibagi menjadi tiga tahapan sesuai yang dijelaskan Miles dan Huberman dikutip dalam Sugiyono, yaitu:

1. Reduksi Data(Data Reduction)

Reduksi data dalam penelitian yaitu menyederhanakan dan menyeleksi hal-hal penting yang menjadi pokok dalam permasalahan. Data yang sudah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data pada tahap selanjutnya. Reduksi data juga memudahkan peneliti untuk mencari dan menemukan kembali data saat diperlukan.

2. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian kualitatif dibagi menjadi: a. Teks naratif

b. Grafik, matrik, jaringan, dan bagan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teks naratif dalam menyajikan data penelitian. Peneliti mendeskripsikan semua informasi yang ada di lapangan dan mengolah hasil wawancara dengan informan mengenai proses manajemen LAZISMU pada komunitas BMW. Pengolahan data dan hasil wawancara di


(34)

48

lapangan kemudian diklarifikasi sampai peneliti membuat suatu simpulan. Simpulan ini disajikan dengan teks naratif.

3. Simpulan

Penarikan simpulan dalam kualitatif dilakukan peneliti secara terus-menerus berdasarkan data-data dengan bukti yang valid. Dalam tahapan ini pengecekan ulang perlu dilakukan agar data yang diperoleh sama dengan informasi dan catatan yang diperoleh peneliti sebelumnya.12


(35)

BAB IV

MANAJEMEN BINA MANDIRI WIRAUSAHA LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAK DAN SHODAQOH MUHAMMADIYAH SURABAYA

A. Profil Lembaga Amil Zakat Infak dan Shodaqoh Muhammadiyah Surabaya

1. Sejarah Berdirinya LAZIS Muhammadiyah Surabaya

LAZIS Muhammadiyah Surabaya lahir berdasarkan adanya amanat dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang arahan untuk berdirinya LAZIS Muhammadiyah sampai dengan tingkat daerah. LAZIS Muhammadiyah Kota Surabaya dibentuk dan didirikan pada tanggal 14 September 2007 dengan SK dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya. Berdirinya LAZIS Muhammadiyah juga didorong adanya Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat sebagai dasar hukum bagi organisasi masyarakat guna menggali sumber dana ZIS Undang – undang ini dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan zakat secara profesional.1

Selain adanya Undang-Undang tentang pengelolaan zakat, berdirinya Lazismu juga berangkat dari karakteristik organisasi Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah yang berkemajuan dan

1Wahanani Mawasti. “Usaha Penyadaran Berzakat dan Penumbuhan Kepercayaan Masyarakat

Muslim Kelas Menengah Terhadap Lembaga Amil Zakat, Infaq & Shodaqoh Muhammadiyah


(36)

50

memiliki berbagai amal usaha sosial, seperti panti asuhan bagi anak yatim piatu dan orang jompo, balai kesehatan dan sekolah, yang dimaksudkan untuk memberdayakan kaum mustad’afin dan memberikan kemudahan pendidikan bagi anak-anak keluarga miskin. Untuk menjalankan berbagai amal suaha, organisasi Muhammadiyah sangat bergantung pada dana zakat, infak dan shodaqoh yang ada di masyarakat. Oleh karena itu selaras dengan adanya undang-undang pengelolaan zakat dan juga karakter organsiasi Muhammadiyah maka dibentuklah LAZIS Muhammadiyah sebagai LAZIS yang berkemajuan.2

Di dalam organisasi besarnya yakni Muhammadiyah, Lazismu memiliki peran sebagaifund risingdi dalam Muhammadiyah. Berpijak pada poissi LAZISMU sebagai lembaga intermediate, maka dalam penyaluran dan pendayagunaan dana ZISKA bersinergi dengan berbagai lembaga baik di internal Muhammadiyah maupun lembaga di luar Muhammadiyah.3 Misalnya dengan MPM dalam program pemberdayaan masyarakat, dengan MEK dalam pembentukan Maida Bakery, dengan MPS dalam program kurban Pak Kumis, dll.

2. Visi, Misi dan Kebijakan Strategis LAZIS Muhammadiyah Surabaya Visi LAZIS Muhammadiyah adalah Menjadi lembaga zakat terpercaya sesuai dengan tujuan Muhammadiyah.4

2Ibid.

3Redaksi, “Bergerak Serentak Berdayakan Ekonomi Umat Dengan Ziska”, Majalah Donatur

LAZIS Muhammadiyah, Edisi 111, (April, 2017), 11.

4LAZIS Muhammadiyah Kota Surabaya, Majalah Donatur LAZIS Muhammadiyah, Edisi 111,


(37)

51

Dalam rangka mencapai visi organisasi maka LAZIS Muhammadiyah memiliki beberapa misi organisasi, diantaranya : (1) Optimalisasi kualitas pengelolaan ZIS yang amanah, professional dan transparan; (2) Optimalisasi pendayagumaam ZIS yang kreatif, inovatif, dan produktif; dan (3) Optimalisasi pelayanan donator.5

3. Susunan Pengurus Lazismu Kota Surabaya Periode 2015-2020

Struktur organisasi LAZIS Muhammadiyah Surabaya terdiri dari Dewan Syariah, Dewan Pengawas, dan Badan Pengurus. Badan pengurus LAZIS Muhammadiyah Surabaya terdiri dari : Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota.

Secara rinci Struktur kepengurusan LAZIS Muhammadiyah periode 2015-2020 adalah sebagai berikut :6

a. Dewan Syariah : Syamsun Aly,MA, Imanan, S.Ag, Imam

Syaukani, M.Ag

b. Dewan Pengawas : Drs. Misrin Hariyadi, Drs. Ezif F. Wasian, Hamri Al-Jauhari, M.Ag

c. Badan Pengurus 1) Ketua : Sunarko

2) Wakil Ketua : Achmad Sudjai, Abdul Hakim, Imam Ghozali 3) Sekretaris : Andri Kurniawan

4) Wakil Sekretaris : Muhammad Khoirul Anam

5Ibid. 6Ibid.


(38)

52

5) Bendahara : Syamsul Huda

6) Anggota : Ahmad Ainul Illah, Fathchurrohman, Aksar Wiyono, Rahmat Edy Hidayat

4. Program LAZIS Muhammadiyah Surabaya

LAZIS Muhammadiyah Surabaya memiliki 3 program yaitu : (1) Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Micro Economic Empowerment); (2) Program Pengembangan pendidikan (Education Development); dan (3) Program Pelayanan Sosial dan Dakwah (Sosial & Dakwah Services).7

Program pemberdayaan ekonomi masyarakat dilakukan melalui berbagai macam kegiatan UKM BMW (Bina Mandiri Wirausaha). Sedangkan program pengembangan pendidikan dilakukan melalui berbagai macam kegiatan seperti pemberian beasiswa bagi siswa SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi, pemberian bantuan sarana pendidikan bagi siswa kurang mampu, dan lain-lain. Sedangkan program pelayanan sosial dan dakwah diantaranya melalui bantuan ambulan, bantuan pemberian kursi roda peduli disabilitas, dan lain-lain.8

B. Profil Bina Mandiri Wirausaha LAZIS Muhammadiyah Surabaya 1. Latar Belakang

Awal mula adanya program BMW menurut Ketua Lazismu Surabaya berasal dari adanya informasi yang diterima oleh ketua Lazismu pada saat itu

7Sunarko,Wawancara, Surabaya, 5 Mei 2017. 8Ibid.


(39)

53

dari seorang donatur yang menginformasikan tentang adanya orang-orang yang terjerat rentenir di daerah Kedinding Surabaya sampai harus menggadaikan rumahnya kepada rentenir tersebut karena tidak mampu mengembalikan hutang dan besarnya bunga.9Dari cerita tersebut akhirnya ketua Lazismu pada saat itu yaitu Yatno dan Sunarko selaku bendahara Lazismu mendiskusikannya dengan para pengurus yang lain.

Pernyataan ketua Lazismu tersebut senada dengan pernyataan Ketua program BMW. Beliau menjelaskan bahwa adanya program BMW dilatar belakangi karena adanya keprihatinan bahwa biasanya usaha kecil itu biasanya banyak yang terjerat kepada rentenir. Ketua program BMW menilai adanya kecendrungan pengusaha kecil untuk meminjam modal ke rentenir dikarenakan ketidak mampuan mereka untuk meminjam uang di bank. Ketidak mampuan ini disebabkan mereka tidak memiliki jaminan untuk meminjam uang di bank. Kejadian pengusaha kecil yang meminjam uang ke rentenir ini juga banyak dijumpai di lingkungan informan bahwa pengusaha kecil rata-rata jika pinjam uang akan meminjam ke rentenir.10

Fenomena sosial tersebut sesuai dengan pasal 5 ayat 3 Pedoman Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor : 01/PED/I.0/B/2017 tentang LAZISMU dijelaskan bahwa salah satu tujuan pengelolaan dana ZISKA adalah meningkatkan kemampuan ekonomi umat melalui pemberdayaan usaha-usaha produktif. LAZISMU diperbolehkan membangun perusahaan dari uang zakat,

9Sunarko,Wawancara, Surabaya, 5 Mei 2017. 10Achmad Sudjai,Wawancara, Surabaya, 5 Mei 2017.


(40)

54

untuk kemudian kepemilikan dan keuntungannya diberikan kepada mustahiq dalam jumlah yang relatif besar sehingga terpenuhi kebutuhan para mustahiq dengan lebih leluasa. Lazismu juga bisa memberdayakan para mustahiq di dalam pengelolaan perusahaan yang didirikannya dengan bentuk memberikan kesempatan kerja. Lazismu dapat membuka peluang usaha bagi para pelaku usaha yang tergolong dalam kategori fakir miskin.11

Atas dasar pertimbangan tersebut dibentuklah UKM-BMW (Unit Keuangan Mikro – Bina Mandiri Wirausaha). UKM-BMW ini menyalurkan dana pinjaman tanpa bunga kepada para pelaku usaha mikro yang tergolong dalam kategori fakir, miskin dan fisabilillah. Para pelaku usaha mikro binaan UKM-BMW LAZISMU Kota Surabaya berasal dari berbagai sector usaha diantaranya makanan, minuman dan kerajinan.

2. Tujuan

Ketua Program BMW menyatakan tujuan dari adanya program BMW ada empat yakni : (1) pemberdayaan masyarakat kecil dan menengah, (2) memberantas riba, (3) membentuk jaringan pengusaha kecil, dan (4) memberikan pembinaan rutin mengenai wawasan usaha di dalam Islam.12

3. Sasaran dan Keanggotaan

Ketua Lazismu Surabaya menjelaskan bahwa yang menjadi sasaran program BMW adalah mereka yang belum memiliki usaha kemudian

11Ibid., 12.


(41)

55

dibantu permodalannya untuk usaha dan mereka yang sudah punya usaha kemudian dibantu permodalannya agar semakin bertambah. Sasaran program ini tidak hanya pada warga Muhammadiyah saja, tetapi juga banyak orang umum (di luar Muhammadiyah).13

Untuk penyaluran dana pinjaman, mereka bergabung dalam sebuah kelompok yang terkoordinir. Bentuk tanggung jawab pengembalian dana pinjaman adalah tanggung renteng. Setiap bulan, mereka diundang untuk mendapat pelatihan, pembinaan dan pendamipingan. Tidak jarang pula mereka mendapat suntikan dana hibah untuk mengembangkan usaha.

Berikut nama-nama kelompok yang dibina dalam program Bina Mandiri Wirausaha :

1. Kelompok Ahmad Dahlan 2 a. Daerah Kedinding b. Ketua : Sarwi 2. Kelompok Ahmad Dahlan 5

a. Daerah Kedinding 3. Kelompok Amien Rais

a. Ketua Muh Anam 4. Kelompok Kreatif Mandiri

a. Daerah Bubutan b. Ketua : Joko 5. Kelompok PRM


(42)

56

a. Daerah Simokerto Sidoyoso Masjid Ahmad Yani b. Ketua : Abdul Hakim A

6. Kelompok Hidayatullah a. Simokerto

b. Ketua : Sri Wilujeng (istri Abdul Hakim, ketua kelompok PRM) 7. Kelompok Raihana

a. Daerah Kalilom b. Ketua : Sri Wilujeng 8. Kelompok Al Mukminun

a. Daerah Bulak Banteng 14 b. Ketua: Sumarsih

9. Kelompok Lawang Sewu

a. Daerah Simolawang Kapasan b. Ketua : Muhammad Khoirul Anam 10. Kelompok Bunga

a. Sidoyoso (Makam Rangkah) b. Ketua : Sumarni

C. Proses Manajemen Program BMW 1. Perencanaan

Data perencanaan yang penulis dapatkan bersumber dari hasil wawancara dikarenakan Lazismu tidak memiliki perencanaan secara tertulis. Menurut Ketua Lazismu, program BMW direncanakan sejak 1 tahun BMW berdiri. Proses perencanaan dilakukan melalui proses diskusi


(43)

57

yang dilakukan oleh ketua Lazismu dengan para pengurus Lazismu pada saat itu. Ide lahirnya program ini tidak berasal dari pengurus melainkan dari informasi yang disampaikan oleh donatur mengenai adanya praktik riba yang banyak menjerat warga Kedinding Surabaya.

Pernyataan ketua Lazismu tersebut senada dengan pernyataan Ketua program BMW. Beliau menjelaskan bahwa adanya program BMW dilatar belakangi karena adanya keprihatinan bahwa biasanya usaha kecil itu biasanya banyak yang terjerat kepada rentenir. Ketua program BMW menilai adanya kecendrungan pengusaha kecil untuk meminjam modal ke rentenir dikarenakan ketidak mampuan mereka untuk meminjam uang di bank. Ketidak mampuan ini disebabkan mereka tidak memiliki jaminan untuk meminjam uang di bank. Kejadian pengusaha kecil yang meminjam uang ke rentenir ini juga banyak dijumpai di lingkungan informan bahwa pengusaha kecil rata-rata jika pinjam uang akan meminjam ke rentenir.14

Fenomena meminjam uang kepada rentenir ini dianggap bukan solusi yang dapat memecahkan masalah oleh Lazismu. Adanya hutang-hutang kepada rentenir itu yang justru akan menjerat pengusaha kecil, yang mengakibatkan matinya usaha yang dijalankan. Selain itu pinjam ke rentenir juga mengakibatkan gangguan psikologis bagi peminjamnya. Berdasarkan data dari Khusnul, Donatur Lazismu di daerah Kedinding, menceritakan bahwa para rentenir itu menagih utang setiap tengah malam. Beliau sering


(44)

58

mendengar jerit tangisan orang-orang yang di tagih rentenir di tengah malam. Orang yang hutang tersebut akan disiksa secara fisik dan akan ditunggu malam itu juga harus bisa mengembalikan utangnya bagaimana pun caranya. Karena desakan tersebut akhirnya dengan terpaksa orang yang pinjam tersebut meminjam dari rentenir yang selainnya. Karena diperlakukan seperti ini setiap malam, sampai ada yang trauma ketakutan ketika malam tiba. Ketika tidak bisa mengembalikan rentenir tersebut akan marah dengan meluap-luap bahkan tega melempar klompen (sandal dari kayu) hingga mengenai wajah dari orang yang berhutang padahal orang tersebut sedang menggendong bayinya. Orang-orang yang hutang ke rentenir tersebut sampai linglung meratapi nasibnya dan meninggalkan sholat.15

Menurut penuturan Khusnul, sebelum adanya program BMW, Lazismu pernah mengadakan program Kampung Binaan di Kedinding. Khusnul di berikan dana sebesar 4 juta rupiah untuk menjalankan kegiatan Kampung Binaan tersebut. Dalam program tersebut warga diberikan materi-materi pengajian tafsir Al-Quran dengan harapan warga bisa lebih memahami isi al-Quran. Al_quran tidak hanya di lafalkan tetapi juga dipahami maksudnya. Dalam pengajian tersebut warga juga diberikan dana pinjaman untuk modal usaha. Namun pada akhirnya dana tersebut tidak


(45)

59

kembali dan habis. Dari warga ada isu yang berhembus bahwa dana tersebut tidak mengapa jika tidak dikembalikan.16

Pengajian pada program Kampung Binaan pun semakin lama tidak ada yang mengikuti. Pada awalnya pembinaan dilakukan di Panti Asuhan Muahmmadiyah Kenjeran. Pada saat itu masih banyak warga yang mengikuti. Namun dikarenakan pihak panti merasa keberatan kegiatan pembinaan diselenggarakan dipantinya, maka dipindah ke masjid Muhammadiyah. Ketika pengajian dipindahkan ke masjid Muhammadiyah, warga binaan yang notabenenya adalah orang-orang Nahdlatul Ulama awalnya masih mau datang namun kemudian tidak mau datang. Menurut Khusnul disebabkan ketika mereka akan berangkat mengikuti pengajian

para tetangga terus mengatakan “Hey iyo rek, saiki dadi wong Muhammadiyah.” Warga seperti mengolok-olok ketika mereka ikut pengajian di Masjid Muhammadiyah maka mereka menjadi orang Muhammadiyah, bukan NU lagi. Karena diolok-olok tersebut akhirnya tidak pernah mau lagi ikut pembinaan.17

Setelah program Kampung Binaan ini kemudian Lazismu membentuk program BMW. Warga Kediding yang sebelumnya ikut program Kampung Binaan ditawari untuk mengikuti program BMW.18

Lazizmu menganggap lembaga ZIS rata-rata hanya memberikan bantuan dana santunan, tetapi tidak memberikan peluang usaha agar

16Ibid. 17Ibid. 18Ibid.


(46)

60

penerima dana zakat mampu berusaha secara mandiri untuk memenuhi kebutuhannya. Lazismu menganggap jika hanya memberikan dana santunan saja maka setelah digunakan akan langsung habis. Berbeda dengan pemberian modal usaha yang justru akan membentuk kemandirian secara ekonomi. Oleh karena itu Lazismu lebih cenderung untuk memberikan modal usaha agar para pengusaha kecil bisa lebih berdaya.19

Hal lain yang melatarbelakangi program BMW ini adalah tidak adanya pembinaan keislaman kepada pengusaha kecil. Misalnya pembinaan mengenai rejeki halal dan riba. Hal ini yang membuat pengusaha kecil kurang memahami adanya riba ketika berhutang ke rentenir sehingga mereka tidak mampu membedakan rejeki yang halal dan yang riba.

Lazismu melihat adanya potensi besar dari pihak-pihak yang akan mendukung program BMW. Karena menurut penilaian Lazsimu, masyarakat akan lebih menyukai program pemberdayaan dari pada hanya memberikan bantuan dana santunan. Apalagi orang yang dibantu itu akhirnya memiliki usaha kecil. Salah satu potensi besar dukungan yang bisa di raih misalnya danaCSRperusahaan. Perusahaan akan lebih mendukung program-program yang bersifat pemberdayaan dari pada hanya memberikan dana santunan. Atau di istilahkan lebih baik memberikan kail dari pada ikan. Sebagai contoh dulu pernah ada bantuanCSRdari Bank Niaga Syariah.


(47)

61

Meskipun demikian, informan menyatakan pemberian dana santunan juga penting untuk diberikan ke masyarakat. Misalnya apabila ada warga sedang mengalami kondisi darurat maka Lazismu akan membantu dana karena memang hal itu yang dibutuhkan. Namun jika ada orang yang masih memiliki potensi maka akan diberdayakan agar nantinya dia bisa memberi tidak hanya meminta.

Ketua BMW mencontohkan tentang nilai pemberdayaan melalui

pengalaman Lazismu yang pernah mengadakan pelatihan “Young Enterpreneurship”. Pelatihan ini ditujukan untuk para pengusaha muda,

agar bisa mengembangkan dan merealisasikan idenya. Dalam pelatihan ini ada kompetisi dan bagi pemenang akan diberikan hadiah berupa modal sebesar Rp. 5.000.000. Dengan begitu apabila pengusaha kecil ini berdaya maka akan lebih bagus dari pada hanya memberikan dana santunan.20

Disisi lain Lazismu juga menyadari adanya resiko anggota BMW tidak melunasi pinjaman yang telah diberikan.21Hal ini akan dapat menjadi ancaman bagi Lazismu ketika menjalankan program ini. Sebagaimana yang terjadi di program Kampung Binaan yang sebelumnya dilaksanakan Lazismu di kampung Kedinding.

Ketua program BMW menjelaskan bahwa untuk menjalankan program BMW ini Lazismu memiliki keterbatasan modal, tidak seperti bank

20Ibid. 21Ibid.


(48)

62

dalam memberikan pinjaman kepada masyarakat. Dana yang terkumpul hanya sebesar Rp. 125.000.000. Informan menyatakan bahwa apabila Lazismu memberikan alokasi yang terlalu besar kepada program ini maka bisa menghambat program yang lain. Alokasi terbanyak saat ini adalah program pemberian bantuan langsung (sumbangan). Oleh karena itu bantuan permodalan yang diberikan pada awal menjalankan usaha tidak bisa besar.22

Ketika ditanya apakah Lazismu mengetahui adanya lembaga-lembaga yang memiliki program pinjaman tanpa bunga dan tanpa biaya administrasi, ketua program BMW menjawab tidak tahu. Ia menganggap apabila ada lembaga lain yang juga menjalankan program yang sama maka akan semakin baik. Ketua program BMW mengharapkan adanya lembaga-lembaga seperti Lazismu (memberikan bantuan pinjaman tanpa bunga) ini sehingga semakin banyak orang yang terlayani.23

Ketua Lazismu Surabaya menjelaskan bahwa kedepan Lazismu bercita-cita memiliki lembaga keuangan seperti bank. Program BMW ini menjadi awalan dalam mencapai cita-cita tersebut. Rencana pembentukan Bank merupakan rencana jangka panjang karena untuk membentuk itu dibutuhkan modal yang besar.24

22Ibid 23Ibid


(49)

63

Ketua program BMW menjelaskan bahwa program BMW merupakan program pinjaman tanpa bunga dan tanpa biaya administrasi, calon anggota hanya menyiapkan biaya materai saja. Bahkan jika telah memiliki materai maka tidak perlu beli materai, cukup dibawa saja. Dalam memberikan pinjaman dilakukan melalui kelompok-kelompok beranggotakan 5-7 orang. Di dalam kelompok tersebut akan dipilih ketua kelompok yang akan mengkoordinir jumlah pembagian uang pinjaman kepada anggota dan mengkoordinir dalam melakukan pembayaran angsuran pengembalian pinjaman. Lazismu juga pemberian pinjaman yang di bagi langsung kepada personal-personal, tanpa melalui kelompok.25

Pembagian kelompok BMW dilakukan berdasarkan kedekatan wilayah. Misalnya ada kelompok daerah kedinding, kelompok simokerto, dll. Meskipun di dalam kelompok itu nanti bentuk usahanya bisa jadi berbeda-beda. Dibentuk berdasarkan kedekatan wilayah agar mudah komunikasi antara ketua kelompok dengan anggota kelompok.26

Jumlah nominal pinjaman yang diberikan bervariasi. Ketua program BMW menjelaskan untuk perorangan maka jumlah pinjaman yang diberikan adalah satu juta sedangkan untuk kelompok yang beranggotakan 5 orang maka jumlah pinjaman yang diberikan 5 juta. Apabila anggota lancar dalam membayarkan angsuran pinjaman maka jumlah pinjaman dapat meningkat dari yang awalnya 1 juta menjadi 1.250.000, jika lancar

25Achmad Sudjai, Wawancara,Surabaya, 5 Mei 2017. 26Ahmad Ainul Illah, Wawancara, Surabaya, 19 Mei 2017.


(50)

64

lagi maka dapat meningkat menjadi 1.500.000. kalau bagus dalam pembayaran angsurannya maka jumlah pinjaman yang diberikan akan dapat meningkat terus.27 Sedangkan menurut penuturan Khusnul kisaran pinjaman yang diberikan Lazismu antara 250 ribu sampai 1,5 juta rupiah.28 Tidak ada batasan waktu bagi anggota dalam meminjam. Artinya jika pinjaman sebelumnya telah lunas, maka anggota dapat mengajukan pinjaman lagi secara terus menerus.29

Dalam mendapatkan objek pemberian bantuan pinjaman modal bersifat pasif, Lazismu menunggu adanya pengajuan dari masyarakat. Berbeda dengan bank-bank yang memang sengaja mencari orang yang hendak mengajukan pinjaman. Dikarenakan di Lazismu tidak ada margin keuntungan sama sekali.30

Dalam akad peminjaman, Lazismu menyertakan syarat adanya penjamin, atau orang yang akan bertanggung jawab apabila peminjam tersebut mengalami masalah dalam pengembaliannya. 31 Syarat ini baru ditentukan sejak tahun 2013.

Selain memberikan bantuan, Lazismu juga memberikan program

pelatihan dan pembinaan kepada anggota BMW dengan nama “Kajian Bisnis”. Kajian Bisnis tersebut diselenggarakan satu bulan sekali secara

27Achmad Sudjai,Wawancara, Surabaya, 5 Mei 2017. 28Khusnul,Wawancara, Surabaya, 10 Juni 2017. 29Achmad Sudjai,Wawancara, Surabaya, 5 Mei 2017. 30Ibid.


(51)

65

rutin. Materi yang disampaikan pada Kajian Bisnis tersebut adalah materi-materi yang berkaitan dengan kewirausahaan dan materi-materi keislaman untuk memotivasi anggota dalam menjalankan usaha. Materi kewirausahaan yang diberikan misalnya materi tentang cara melakukan ijin usaha, cara melakukan pembukuan, pelatihan membuat bakso dan lain-lain.32 Penyelenggaraan Kajian Bisnis ini dilakukan dengan mengundang seluruh anggota, tidak hanya ketua kelompok. Setelah pengajian tersebut biasanya dilangsungkan pembayaran angsuran. Jika tidak datang maka kita akan menagih dengan mendatangi rumahnya.33

Pengisi Kajian Bisnis merupakan orang yang memang ahli di bidangnya. Misalnya dalam pelatihan membuat bakso maka yang mengisi adalah penjual bakso. Pengisi tersebut tidak harus orang Muhammadiyah. Terkadang Kajian Bisnis juga diisi sendiri oleh ketua program BMW, Achmad Sudjai. Tempat penyelenggaraan Kajian Bisnis berpindah-pindah, tidak hanya digedung dakwah. Dalam 6 bulan terakhir, Lazismu memberikan dana hibah kepada peserta Kajian Bisnis. Dana hibah akan diberikan secara bergilir kepada para anggota yang sering datang untuk mengikuti Kajian Bisnis.34

Ketua program BMW menjelaskan, apabila pengusaha kecil tersebut sudah berdaya maka akan dimotivasi melalui program pembinaan sebulan

32Ibid

33Ahmad Ainul Illah,wawancara, Surabaya, 19 Mei 2017. 34Ibid.


(52)

66

sekali agar dia tidak sekedar meminta tetapi juga bisa berinfak di lembaga ini. Pemberian infak ini sifatnya sukarela, jika memang ingin berinfak pun nominalnya tidak ditentukan. Lazismu hanya memotivasi saja. Berdasarkan pernyataan ketua program BMW, motivasi ini di dasarkan pada ayat dan hadist nabi yang mengatakan bahwa orang bersedekah itu rejekinya akan ditambah oleh Allah. Adanya pola pikir takut miskin ketika bersedekah akan diluruskan, agar mereka memahami manfaat dari sedekah.35

Selain kedua program tersebut, Lazismu juga memberikan membantu mengikutkan mereka pada pameran. Melalui pameran tersebut anggota akan dibantu dalam memasarkan produknya. Lazismu juga akan membeli produk mereka dalam acara-acara Lazismu.36

Sumber pendanaan program ini adalah dari dana Zakat Infaq dan Shodaqoh (ZIS) yang diterima Lazismu. Program ini termasuk dalam program pen-tasyarufandana Zakat dalam bidang ekonomi. Ketua Lazismu Surabaya menerangkan bahwa jumlah anggaran yang disediakan untuk program ini adalah sekitar Rp. 126.000.000 dari total penerimaan Zakat Infak Shodaqoh Lazismu sebanyak 1,5 Miliyar per tahunnya. Ahmad Ainul Illah menjelaskan bahwa BMW tidak memiliki donatur (non lembaga) yang secara khusus menyalurkan dana Zakat Infak dan Shodaqahnya untuk

35Achmad Sudjai,Wawancara, Surabaya, 5 Mei 2017. 36Ibid.


(53)

67

program BMW.37 Sehingga pendanaan BMW diambilkan dari dana ZIS yang telah terkumpul.

Dalam pendanaan program ini Lazismu juga bekerjasama dengan lembaga lain, yakni dengan menyasar dana-dana CSR yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan. Di tahun-tahun awal penyelenggaraan program ini, Lazismu pernah menerima dana bantuan dari bank CIMB Syariah sebesar Rp. 87.000.000. Dari uang tersebut kemudian dibelikan rombong untuk dibagikan kepada pengusaha-pengusaha kecil.38

Dari anggaran yang dimiliki ini digunakan untuk pemberian pinjaman dan penyelenggaraan acara Kajian Bisnis. Apabila ada anggota kelompok yang kesulitan membayar biasanya itu akan dipinjamkan oleh anggota kelompok yang lain. Misalnya harus mengembalikan Rp. 4.000.000 oleh orang, tapi 1 tidak bisa maka bagaimana caranya dari 3 orang tersebut mencoba menutupi agar bisa mengembalikan Rp. 4.000.000. Namun apabila diketahui anggota tersebut benar-benar kesulitan untuk mengembalikan maka akan dilepaskan tagihan pinjamannya dan diambilkan dari dana ZIS.39

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis saat mengikuti kegiatan kajian bisnis bertemaUrban Farming, dalam kajian bisnis tersebut terdapat pengisi materi, konsumsi, alat-alat yang digunakan seperti pengeras

37Ahmad Ainul Illah,Wawancara, Surabaya, 19 Mei 2017. 38Sunarko,Wawancara, Surabaya, 5 Mei 2017.


(54)

68

suara, LCD, contoh pupuk, dan map berisi alat tulis dan fotocopy materi yang disampaikan. Berdasarkan gambaran acara tersebut bisa diketahui alokasi anggaran dalam penyelenggaraan Ngaji bisnis. Dana dalam kajian bisnis secara umum digunakan untuk mengundang pemateri, sarana dan prasarana Ngaji Bisnis, biaya konsumsi dan biaya pemberian hibah. Untuk pemateri disesuaikan dengan konteks acaranya. Di dalam Kajian Bisnis tersebut anggota akan mendapatkan konsumsi berupa makanan ringan dan kadang juga tersedia makanan berat. Di dalam acara kajian bisnis, Lazismu juga memberikan dana hibah sebesar 100 ribu rupiah kepada 5 orang anggota secara bergilir.40 Dalam salah satu penyelenggaraan acara Kajian

Bisnis bertajuk “Urban Farming” dengan 3 orang pembicara dan terdapat

konsumsi makanan ringan dan makanan berat, diketahui anggaran yang dikeluarkan mencapai 3,5 juta.

2. Pengorganisasian

Ketua program BMW menjelaskan bahwa pengurus yang menjalankan program BMW ada 3 orang, antara lain Achmad Sudjai sebagai penanggung jawab, Ahmad Ainul Illah bagian administrasi yaitu mencatat pembayaran angsuran dan Farid membantu dibagian survei. Lebih lanjut Ketua Program BMW menjelaskan alasan adanya struktur yang menurutnya masih kecil tersebut dikarenakan dana yang dimiliki masih sedikit. Apabila dana yang dimiliki sudah besar hingga milyaran ada


(55)

69

kemungkinan bisa menambah struktur lagi. Karena dengan struktur yang kecil tersebut pengurus saat ini masih bisa menangani. Alasan yang kedua adalah karena program pada saat ini belum terlalu banyak meskipun secara bantuan sudah cukup efektif. Hal ini dapat dilihat dari jumlah anggota yang terus meningkat.41

Achmad Sudjai menjelaskan, dalam menempatkan Ahmad Ainul Illah dan Farid tidak didahului dengan membuat kriteria-kriteria secara khusus. Awalnya Achmad Sudjai ini yang mengurusi program BMW sendirian. Lalu Achmad Sudjai melihat Ahmad Ainul Illah memiliki kecakapan tertentu maka di rekrut oleh Achmad Sudjai untuk membantunya menjalankan program BMW. Achmad Sudjai menerangkan pertimbangannya saat itu hanya agar program ini bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.42

Dalam menjalankan program BMW, proses komunikasi antara Ahmad Ainul Illah dan Achmad Sudjai dilakukan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Komunikasi secara langsung dilakukan pada hari jumat malam yakni pada saat rapat mingguan yang diadakan secara rutin. Komunikasi secara tidak langsung dilakukan melalui telpon atau Whatsapp.

41Achmad Sudjai,Wawancara, Surabaya, 5 Mei 2017. 42Ibid.


(56)

70

Bentuk koordinasi Achmad Sudjai dengan Ahmad Ainul Illah sifatnya tergantung situasi. Keputusan berkenaan dengan sesuatu yang penting bersifat instruktif dari Achmad Sudjai. Kalau yang sifatnya teknis lapangan yang tidak mengakibatkan dampak yang besar diserahkan kepada Ahmad Ainul Illah. Achmad Sudjai menyerahkan keputusan ke Ahmad Ainul Illah dan menilai Ahmad Ainul Illah bisa mengambil keputusan sendiri.43

Jika dilihattrack record-nya selama ini keputusan-keputusan yang dihasilkan lebih banyak merupakan keputusan dari Achmad Sudjai.44 Ahmad Ainul Illah memberikan contoh, misalnya keputusan untuk mengadakan penagihan kepada orang-orang yang tidak membayarkan setoran angsuran. Bahkan orang-orang yang macet angsurannya cukup banyak. Akhirnya keputusan tersebut diambil oleh Achmad Sudjai. Selain itu Achmad Sudjai pula yang memberikan keputusan untuk membagikan dana hibah kepada para anggota yang rajin mengikuti pengajian. Keputusan ini diambil dikarenakan sepinya Kajian Bisnis, bahkan yang hadir tidak sampai 15 orang dari 100 orang. setelah adanya keputusan tersebut, jumlah anggota yang menghadiri Kajian Bisnis meningkat drastis bahkan mencapai 100 orang.45

43Ibid.

44Ahmad Ainul Illah,Wawancara, Surabaya, 19 Mei 2017. 45Ibid.


(57)

71

Semua keputusan untuk peminjaman merupakan keputusan Achmad Sudjai. Sebelum memberikan keputusan peminjaman Achmad Sudjai terlebih dahulu menanyakan kelancaran pembayaran dari orang-orang kepada Ahmad Ainul Illah karena Ahmad Ainul Illah lah yang lebih mengetahui. Jika lancar maka akan diberi kesempatan untuk pinjam lagi bahkan nominalnya bisa meningkat. Misalnya ketika Achmad Sudjai menanyakan bulan ini berapa anggota yang meminta? Jumlah kas di bank ada berapa? Kas yang ada di tangan berapa? Nanti Achmad Sudjai memberikan keputusan misalnya yang minta pinjaman sekian dipending dulu, nanti dialokasikan bulan depan.46

Dalam menyelenggarakan Ngaji Bisnis yang menjalankan adalah Ahmad Ainul Illah. Ahmad Ainul Illah yang akan mempersiapkan tempat dan undangan. Mengenai tema dan pembicara akan didiskusikan dalam rapat. Sedangkan Achmad Sudjai mengawasi saja selaku penanggung jawab.47

Pernyataan tersebut senada dengan pernyataan Ketua Lazismu Surabaya yang menyatakan bahwa dirinya kurang mengetahui tentang jumlah anggota program BMW dan bagaimana kondisi-kondisinya. Ia mengatakan yang lebih mengetahui adalah Achmad Sudjai dan Ahmad

46Achmad Sudjai,Wawancara, Surabaya, 5 Mei 2017. 47Ibid.


(58)

72

Ainul Illah, karena ia tidak terlibat secara langsung dalam pelaksanaan program BMW tersebut.48

Ahmad Ainul Illah sebagai bagian operasional menjelaskan Lazismu tidak melakukan koordinasi rutin dengan anggota. Koordinasi dilakukan di dalam kelompok oleh ketua kelompoknya secara intern. Biasanya sebulan sekali ketua kelompok mengkoordinasi berkaitan dengan pembayaran angsuran bulanan. Pemilihan kelompok tidak ditentukan oleh Lazismu melainkan tergantung pada siapa yang mengajukan diri menjadi ketua kelompok.49

Dalam menyelenggarakan Kajian Bisnis biasanya dirapatkan pada rapat mingguan yakni pada jumat malam. Pada rapat tersebut akan dibicarakan mengenai tema yang akan diangkat, pengisinya siapa dan gambaran kegiatannya seperti apa. Pengisi Kajian Bisnis akan dipilih berdasarkan kesesuaian kapasitasnya dengan tema acara. Misalnya akan memberikan pelatihan membuat bakso, maka akan dipilih penjual bakso yang sudah berpengalaman menjual bakso.50

Sebelum memberikan bantuan pinjaman tanpa bunga, terlebih dahulu dari pihak Lazismu akan melakukan survei. Tidak semua orang yang mengajukan pinjaman akan disurvei, hanya orang baru saja yang belum pernah pinjam sebelumnya. Survei dilakukan oleh Farid. Namun ketika

48Sunarko,Wawancara, Surabaya, 5 Mei 2017.

49Ahmad Ainul Illah,Wawancara, Surabaya, 19 Mei 2017. 50Ibid.


(59)

73

Farid pindah kerja ke luar kota, survei digantikan oleh Ahmad Ainul Illah. Jika ada yang belum membayar angsuran maka Ahmad Ainul Illah yang akan melakukan penagihan. Apabila yang ditagih ini enggan mengembalikan dan sulit untuk dibujuk maka Ahmad Ainul Illah akan melaporkan ke Achmad Sudjai, penagihan akan dilakukan oleh Achmad Sudjai atau Farid.51

Menurut penuturan Ahmad Ainul Illah, dirnya merupakan lulusan S1 dari perguruan tinggi swasta, fakultas pendidikan dan keguruan. Beliau pernah jadi guru SD, SMP mengajar matematika dan fisika. Tapi sejak tahun kemarin sudah tidak jadi guru lagi, Ahmad Ainul Illah bekerja (full time) di Lazismu. Lebih lanjut Ahmad Ainul Illah menjelaskan kalau Farid bekerja di bank pada bagian yang menangani kredit-kredit. Sekarang Farid sudah diangkat jadi Kepala Bagian bank tersebut dan dipindah ke Situbondo. Menurut Ahmad Ainul Illah, Farid itu orangnya tega sehingga anggota BMW jika di tagih Farid seperti tidak berani menolak. Sedangkan Achmad Sudjai tidak bekerja full time di Lazismu seperti Ahmad Ainul Illah. Berdasarkan penuturan Ahmad Ainul Illah, beliau memiliki pekerjaan di luar Lazismu, tetapi Ahmad Ainul Illah kurang mengetahui detail pekerjaannya apa. Baru-baru ini beliau dianggap menjadi ketua PCM Bubutan.52

51Ibid. 52Ibid.


(60)

74

Ahmad Ainul Illah menilai Achmad Sudjai sebagai orang yang amanah dan tegas. Beliau diamani memegang keuangan BMW karena sifatnya yang amanah. Selama ini dirinya mengaku tidak pernah diberikan target secara khusus dari Achmad Sudjai dalam menjalankan kerjanya. Ia juga tidak pernah diminta untuk menyerahkan perencanaan kerja kepada Achmad Sudjai selaku manajer BMW. Target yang ada selama ini diberikan satu tahun sekali oleh manajemen Lazismu ke penanggung jawab program BMW. Setiap tahunnya ada rapat tahunan dimana pada rapat tersebut dilakukan evaluasi dan penetapan target yang untuk tahun selanjutnya.53

3. Penggerakan

Achmad Sudjai selaku manajer program BMW menyatakan bahwa selama ini dalam menggerakkan Ahmad Ainul Illah atau Farid tidak pernah ada miskomunikasi. Kalau ada sesuatu yang tidak dipahami oleh Ahmad Ainul Illah, ia akan bertanya bisa lewat Whatsapp. Ketika ada pertanyaan itulah Achmad Sudjai akan memberikan pengarahan ketika Ahmad Ainul Illah mengalami kesulitan-kesulitan. Namun jika Ahmad Ainul Illah dirasa masih kesulitan, maka pekerjaan tersebut akan ditangani oleh Achmad Sudjai. Misalnya ketika Ahmad Ainul Illah menghadapi anggota BMW yang sulit sekali untuk ditagih, maka tugas tersebut akhirnya dilimpahkan ke Achmad Sudjai untuk mengatasi orang-orang yang sulit.


(61)

75

Dalam kesempatan lain ketika penulis sedang berdiskusi dengan Ketua Lazismu Surabaya dan Wakil Sekretaris Lazismu Surabaya, beliau menjelaskan bahwa dirinya dan para pengurus persyarikatan Muhammadiyah yang lain merasa memiliki Muhammadiyah. Karena baginya organisasi ini adalah investasinya untuk menuju surga. Bahkan menurutnya keluarga sering di nomor duakan, lebih memprioritaskan kepentingan organisasi.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Lazismu ini adalah miliki Persyarikatan, sehingga apapun yang diinginkan oleh persyarikatan maka Lazsimu bersikap sami’na wa ato’ na. Pernyataan ini juga mendapatkan respon sepakat dari Khoirul Anam selaku wakil sekretaris Muhammadiyah. Ia mengatakan bahwa di Muhammadiyah ini tidak ada saham pribadi, yang ada adalah saham akherat. Dalam berjuang di Muhammadiyah keikhlasan adalah hal yang dikedepankan. Pernyataan tersebut juga senada dengan pernyataan Ahmad Ainul Illah bahwa salah satu motivasi Ahmad Ainul Illah bekerja di Lazismu adalah ingin mendapatkan pahala.

Beliau kemudian bercerita mengenai perasaan kagumnya ketika melihat para Pimpinan Daerah Muhammadiyah sedang rapat di lantai dua Gedung Dakwah. Beliau sampai bertanya-tanya pada diri sendiri mengapa para pimpinan tersebut berperilaku seperti itu, karena para pimpinan PDM tersebut rela datang kesini tanpa dibayar, bahkan harus berkorban mengesampingkan keluarganya. Sesampainya disini para pimpinan PDM


(62)

76

tersebut harus berdebat masalah program. Jika sudah rapat bisa sampai tengah malam.

Ketua Lazismu menjelaskan bahwa pengurus Lazismu rata-rata bersifat sukarela, tanpa dibayar. Para pengurus setiap jumat malam bertemu untuk rapat dari jam 7 sampai tengah malam, paling cepat sampai jam 11 malam. Padahal bisa jadi anak sedang sakit tetapi rela tetap mengikuti rapat. Apalagi orang-orang tersebut pada siang harinya sudah lelah bekerja di tempat yang lain.54

Di dalam struktur BMW, baik Achmad Sudjai atau Farid bekerja tanpa di gaji. Sedangkan Ahmad Ainul Illah adalah tenaga kerja yang mendapatkan gaji bulanan karena beliau juga berkewajiban untuk menjaga kantor dari jam 9 pagi hingga 4 sore setiap harinya. Untuk jumlah gaji yang diterima penulis kurang mengetahui secara detil.

4. Pengontrolan

Sunarko selaku Ketua Lazismu Surabaya menjelaskan bahwa dirinya kurang mengetahui detil mengenai perkembangan jumlah anggota BMW yang saat ini. Ia menyatakan alasannya yaitu karena Lazismu ini sudah dibagi-bagi tugasnya, sehingga Achmad Sudjai dan Ahmad Ainul Illah adalah orang yang lebih tahi mengenai BMW.


(63)

77

Achmad Sudjai selaku manajer program BMW menjelaskan bahwa dalam melakukan pengontrolan dilakukan dengan bertanya kepada Ahmad Ainul Illah baik langsung maupun via telpon dan dengan melihat langsung laporan administrasi yang dibuat oleh Ahmad Ainul Illah.55 Misalnya dengan menanyakan bagaimana kondisi keuangan Lazismu saat ini, berapa uang yang disimpan dan berapa uang yang diputar. Menurut pernyataan dari Ahmad Ainul Illah dalam proses komunikasi dengan Achmad Sudjai tersebut, dirinya adalah orang yang lebih sering menghubungi terlebih dahulu, memberikan laporan-laporan.56

Achmad Sudjai ketika berkomunikasi dengan Ahmad Ainul Illah tidak mengalami kesulitan. Misalnya ketika Achmad Sudjai menanyakan bulan ini berapa anggota yang meminta, jumlah kas di bank ada berapa, kas yang ada di tangan berapa. Nanti Achmad Sudjai memberikan keputusan misalnya yang minta pinjaman sekian dipending dulu, nanti dialokasikan

bulan depan. Ahmad Ainul Illah juga kadang menanyakan “pak ini ada permintaan sekian”, nanti Achmad Sudjai memberikan keputusan untuk

memberikan orangnya pinjaman dengan jumlah tertentu, kalau orangnya ngeyel, Ahmad Ainul Illah diarahkan untuk memberitahu orangnya agar menemui Achmad Sudjai langsung. Kalau Ahmad Ainul Illah tidak bisa

55Achmad Sudjai,Wawancara, Surabaya, 5 Mei 2017. 56Ahmad Ainul Illah,Wawancara, Surabaya, 19 Mei 2017.


(64)

78

mengatasi baru dilimpahkan ke Achmad Sudjai untuk mengatasi orang-orang yang sulit ataungeyel.57

Ketua Program BMW menjelaskan program pemberian bantuan modal ini sudah berjalan 7 tahun, namun perkembangannya masih kecil. Sampai sekarang Lazismu masih belum dapat memberikan bantuan permodalan dalam jumlah besar. Meskipun jumlah anggota meningkat tetapi belum maksimal dalam perkembangannya.58

Pada awal pembentukan program BMW, anggota dibentuk menjadi kelompok-kelompok kecil. Sekarang ada beberapa kelompok-kelompok tersebut yang kurang bisa eksis sehingga ada yang perorangan (tidak melalui kelompok). Masalah yang menyebabkan kelompok-kelompok tidak aktif disebabkan kendala di internal di dalam kelompok tersebut. Kelompok yang mengalami masalah sampai tidak eksis itu jumlahnya tidak banyak perbandingannya 10 banding 90. Menurut penilaian Achmad Sudjai, apabila dibandingkan dengan kredit-kredit di lembaga keuangan lain, Lazismu termasuk baik. Karena yang tidak lancar itu hanya 10% saja, sedangkan biasanya lembaga kredit itu yang tidak lancar rata-rata 20%.59

Sampai saat ini anggota BMW yang mengalami kesulitan dalam mengembalikan pinjaman modal jumlahnya tinggal sedikit. Ketika diketahui ada anggota yang benar-benar mengalami kesulitan dalam

57Achmad Sudjai,Wawancara, Surabaya, 5 Mei 2017. 58Ibid.


(1)

33

D. Kerangka Konseptual

Gambar 2.2

Kerangka Konseptual Penelitian E. Penelitian Terdahulu

Azwar Anas hendak meneliti penerapan manajemen dakwah dalam pengajian ahad pagi di pondok pesantren Al-Itqon Gugen Pedurungan Semarang. Ia menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa subjek penelitian menerapkan fungsi-fungsi manajemen dakwah. Perencanaan dengan mengadakan rapat untuk mempersiapkan


(2)

34

hal yang dibutuhkan, menentukan para pelaksana, dan menentukan fasilitas. Pengorganisasian dilakukan dengan menyesuaikan keahlian pengurus dan program kerja. Penggerakan dengan memberikan motivasi dan semangat kepada bawahan dalam bekerja. Pengawasan dilakukan oleh ketua dengan cara berkeliling mengamati anggotanya dalam bekerja.57

Zainuddin Farkhani hendak meneliti bagaimana aplikasi fungsi manajemen dalam program siaran dakwah Islam di radio Islamic Centre (IC) Klaten. Metode yang ia gunakan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan teknik wawancara bebas terpimpin, dokumentasi, dan observasi partisipan. Teknik analisis menggunakan teknik induktif. Hasil penelitian menunjukkan radio IC Klaten telah melaksanakan fungsi manajemen. Bagian produksi dan siar radio IC Klaten telah melakukan perencanaan dengan cara: a) perkiraan dan perhitungan masa depan, b) penentuan dan perumusan sasaran, c) penentuan materi, d) penetapan tujuan, e) penetapan metode, f) pemilihan dai, dan g) penetapan biaya. Pengorganisasian dilakukan dengan memberikan job description kepada satu bagian dengan bagian lainnya. Penggerakan meliputi pemberian motivasi, pemberian bimbingan, menjalin hubungan dan komunikasi, pengembangan dan pengangkatan mutu da’i yang telah dijalankan dengan baik. Pengawasan secara umum dilakukan dengan menerima respon balik yang positif dari pendengar setiap harinya, sedangkan secara

      

57 Azwar Anas, “Manajemen Dakwah dalam Pengajian Ahad Pagi di Pondok Pesantren Al-Itqon Gugen Pedurungan Semarang” (Skripsi--IAIN Walisongo, Semarang, 2009), vii.


(3)

35

khusus dengan cara memproduksi program siaran Pro IC yang berisi sosialisasi program, tanya jawab serta respon kritik dan saran dari pendengar.58

Anwar Zuhri hendak menganalisis dan mendeskripsikan proses manajemen pelayanan KBIH Muslimat NU Darul Qur’an Gunung Kidul periode tahun 2012. Metode yang ia gunakan deskriptif-kualitatif, dengan teknik analisis data berupa tahapan: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, verifikasi dan penegasan kesimpulan. Dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa subjek penelitian telah memanfaatkan fungsi-fungsi manajemen. Terlebih dalam tahap evaluasi, KBIH selalu meninjau kembali proses yang telah dilaksanakan baik dalam proses perekrutan, bimbingan di tanah air, bimbingan di tanah suci, serta bimbingan pasca ibadah haji. Namun dalam hal penggerakan, subjek penelitian sulit menggerakkan anggotanya karena pengurus KBIH memiliki kesibukan di luar KBIH, terlebih bagi anggota yang juga memiliki KBIH sendiri.59

Hampir sama dengan ketiga penelitian yang hendak mendeskripsikan penerapan manajemen dakwah dalam suatu program, tetapi peneliti hendak mengkaji lebih dalam terkait bidang-bidang yang dikelola dalam tiap langkah proses manajemen dan mengkaji lebih dalam terkait langkah-langkah proses manajemennya, mulai dari identifikasi hingga pengambilan keputusan di tiap bidang-bidang yang dikelolanya.

      

58 Zainuddin Farkhani, “Manajemen Program Siaran Dakwah Islam di Radio IC (Islamic Center) Klaten” (Skripsi--UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009), abstrak.

59 Anwar Zuhri, “Manajemen Pelayanan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Muslimat NU Darul Qur’an Gunung Kidul Yogyakarta” (Skripsi--UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013), 9-10.


(4)

36

Dan aspek lain yang terlihat jelas membedakan penelitian yang akan dilakukan peneliti dengan ketiga penelitian di atas adalah subjek penelitian. Sejauh observasi peneliti, belum ada orang yang meneliti terkait Lazismu Kota Surabaya khususnya pada program BMW. Sehingga karya penelitian ini benar-benar orisinal karya peneliti.

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memperuncing penelitian-penelitian sejenis, yakni penelitian-penelitian tentang proses manajemen. Sehingga tidak hanya berada pada tataran ‘apakah sudah melakukan fungsi manajemen?’, tetapi juga hingga pada tataran ‘bagaimana tahapan dan bidang-bidang manajemen yang dilakukan?’.


(5)

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah. 2009.

Anas, Ahmad. Paradigma Dakwah Kontemporer: Aplikasi Teoritis dan Praktis Dakwah Sebagai Solusi Problematika Kekinian. Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 2006.

Arifin, HM. Psikologi Dakwah. Jakarta: Bumi Aksara, 1994.

Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif”. Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2007.

Cohen, Bruce J. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992. Cornelissen, Joep. Communication Management.

David, Fred R. Strategic Management Manajemen Strategis Konsep. Jakarta : Salemba Empat, 2009.

Donnely, Gibson I. Organisasi, Jilid 2. Tangerang: Binarupa Aksara, 1996.

Maafir, Syafii. Menggungat Modernitas Muhammadiyah. Jakarta: Best Media Utama, 2010.

Mahmud, Ahmad. Dakwah Islam. Bogor : Pustaka Thariqul Izzah, 2002.

Manullang. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2015.

Muchtarom, Zaini. Dasar-Dasar Manajemen Dakwah. Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996.

Muhammadi, Fauzan. Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ) di Ranting

Muhammadiyah. Yogyakarta : LPCR PP Muhammadiyah, 2013.

Munir, Muhammad. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana, 2006.

Neuman, W. Lawrence. Metodologi Penelitian Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif Edisi 7. Jakarta: Indeks, 2015.

Qardhawi, Yusuf. Shadaqah Cara Islam Mengentaskan Kemiskinan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013.

Rachmiati, Atie. Radio Komunitas : Eskalasi Demokratisasi Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007.


(6)

Al-Rasyid, Harun. Pedoman Pembinaan Dakwah Bil-Hal. Jakarta : Depag RI, 1989.

Robbins, Stephen P. Manajemen, Ed. 8, Jilid 1. Jakarta: Indeks, 2009. Robbins, Stephen P. Manajemen, Ed. 8, Jilid 2. Jakarta: Indeks, 2009.

Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi, Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat, 2008. Sarjono. Pandung Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan

Kalijaga, 2008.

Stamboel, Kemal A. Panggilan Keberpihakan Strategi Mengakhiri Kemiskinan di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012.

Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat, 2008.

Sukarna. Dasar-dasar Manajemen. Bandung : Mandar Maju, 2011.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2009.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta, 2012. Terry, George R. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bina Aksara, 2003.

Penelitian

Anas, Azwar. 2009. Manajemen Dakwah dalam Pengajian Ahad Pagi di Pondok

Pesantren Al-Itqon Gugen Pedurungan Semarang. Skripsi--IAIN

Walisongo, Semarang.

Farkhani, Zainuddin. 2009. Manajemen Program Siaran Dakwah Islam di Radio IC (Islamic Center) Klaten. Skripsi--UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Zuhri, Anwar. 2013. Manajemen Pelayanan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji

Muslimat NU Darul Qur’an Gunung Kidul Yogyakarta. Skripsi--UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Mawasti, Wahanani. 2016. Usaha Penyadaran Berzakat dan Penumbuhan Kepercayaan Masyarakat Muslim Kelas Menengah Terhadap Lembaga Amil Zakat, Infaq & Shodaqoh Muhammadiyah Surabaya. Tesis—UIN Sunan Ampel, Surabaya