VARIABEL – VARIABEL YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BPR SURYA ARTHA UTAMA DI SURABAYA.

(1)

DI SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN ”Veteran”

Jawa Timur

Oleh :

FERY ARDIANSYAH NPM. 0742010055

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA

TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS


(2)

telah diberikan kepada penulis, sehingga penulisan laporan skripsi penelitian dengan judul “Variabel – Variabel yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Pemberian Kredit pada PT. BPR Surya Artha Utama di Surabaya. “ ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan penelitian ini tidak akan berjalan lancar serta tidak akan terwujud dengan baik tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Lia Nirawati, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, koreksi serta dorongan hingga terselesaikannya laporan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Hj. Suparwati, Dra, M.Si. selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Drs. Sadjudi, SE, M.Si. (Alm) selaku ketua Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Nurhadi, M.Si. selaku sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Dosen – dosen Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Seluruh pimpinan dan karyawan PT. BPR Surya Artha Utama Kota Surabaya yang telah banyak membantu penulis.


(3)

penulis dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan laporan skripsi ini, maka penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Besar harapan bahwa laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Juni 2011


(4)

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Landasan Teori ... 6

2.1.1 Pengertian Pemasaran ... 6

2.1.2 Manajemen Pemasaran ... 8

2.1.3 Konsep Pemasaran ... 9

2.1.4 Strategi Pemasaran ... 11

2.1.5 Manajemen Perkreditan ... 12

2.1.6 Kredit ... 13

2.1.6.1 Pengertian Kredit ... 13

2.1.6.2 Unsur – Unsur Kredit ... 15

2.1.6.3 Fungsi Kredit ... 17


(5)

2.1.7 Bank ... 24

2.1.7.1 Pengertian Bank ... 24

2.1.7.2 Jenis Bank ... 27

2.1.7.3 Fungsi Bank ... 28

2.2 Kerangka Berpikir ... 29

2.3 Hipotesis ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 32

3.1.1 Variabel Bebas (Independent) ... 32

3.1.2 Variabel Terikat (Dependent) ... 36

3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 37

3.2.1 Populasi ... 37

3.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 38

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.3.1 Jenis Data ... 39

3.3.2 Pengumpulan Data ... 39

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 40

3.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 40

3.4.1.1 Reliabilitas Data ... 41


(6)

3.4.4.2 Uji T ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1 Gambaran Obyek Penelitian dan Penyajian Data ... 48

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 48

4.1.2 Lokasi Perusahaan ... 50

4.1.3 Struktur Organisasi ... 50

4.1.4 Uraian Pekerjaan ... 53

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 58

4.2.1 Deskripsi Variabel Character (X1) ... 58

4.2.2 Deskripsi Variabel Capacity (X2) ... 61

4.2.3 Deskripsi Variabel Capital (X3) ... 63

4.2.4 Deskripsi Variabel Collateral (X4) ... 65

4.2.5 Deskripsi Variabel Conditions (X5) ... 67

4.2.6 Deskripsi Variabel Keputusan Pemberian Kredit (Y) ... 69

4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 72

4.3.1 Uji Validitas ... 72

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 74

4.4 Uji Asumsi Klasik ... 75

4.4.1 Multikolinieritas ... 75


(7)

4.5.2 Uji F ( Uji Simultan ) ... 83

4.5.3 Uji T ( Uji Parsial ) ... 85

4.5.4 Koefisien Korelasi Parsial ... 91

4.6 Pembahasan ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

5.1 Kesimpulan ... 95

5.2 Saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA


(8)

Tabel 4.2 Variabel Capacity (X2) ... 61

Tabel 4.3 Variabel Capital (X3) ... 63

Tabel 4.4 Variabel Collateral (X4) ... 65

Tabel 4.5 Variabel Conditions (X5) ... 67

Tabel 4.6 Variabel Keputusan Pemberian Kredit (Y) ... 69

Tabel 4.7 Uji Validitas ... 73

Tabel 4.8 Uji Reliabilitas ... 75

Tabel 4.9 Nilai Variance Inflation Variabel Bebas ... 76

Tabel 4.10 Uji Rho Spearman Variabel Bebas dengan Variabel Residu ... 77

Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 79

Tabel 4.12 Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 82

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Uji F ... 83

Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Uji T ... 85


(9)

Gambar 2.1 Unsur – Unsur Kredit ... 15

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 31

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. BPR Surya Artha Utama ... 52

Gambar 4.2 Pengujian Autokorelasi ... 78

Gambar 4.3 Distribusi Kriteria Penerimaan/Penolakan Hipotesis ... 84

Gambar 4.4 Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor kemauan untuk membayar (character) (X1) ... 86

Gambar 4.5 Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor kapasitas calon debitur (capacity) (X2) ... 87

Gambar 4.6 Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor modal yang dimiliki calon debitur (capital) (X3) ... 88

Gambar 4.7 Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor jaminan atas kredit (collateral) (X4) ... 89

Gambar 4.8 Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor kondisi calon debitur secara umum (conditions) (X5) ... 90


(10)

Oleh :

FERY ARDIANSYAH ABSTRAKSI

Pelaksanaan pembangunan disamping untuk meningkatkan pendapatan nasional sekaligus harus menjamin pembagian yang merata bagi seluruh rakyat. Hal ini membuat jalannya roda pembangunan nasional di negara mengalami kemajuan di berbagai bidang. Salah satu pegangan yang penting dalam kebijakan moneter adalah bagaimana tentang bagaimana kebijakan suku bunga dan kredit. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa suku bunga kredit akan dapat menunjang tercapainya sasaran kebijakan moneter yang dapat mendorong tabungan masyarakat dan dapat pula mengurangi tekanan inflasi.

PT. BPR Surya Artha Utama Kota Surabaya adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang perbankkan yang mengkhususkan diri sebagai bank perkreditan rakyat yang legalitasnya sebagai pemberi kredit kepada para Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kota Surabaya beserta para pedagang pasar yang berada dibawah naungan PD. Pasar Surya dan juga masyarakat umum di Kota Surabaya.

Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh character, capacity, capital,

collateral, conditions terhadap keputusan pemberian kredit. Teknik sampel yang dipergunakan adalah simple random sampling. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi sebanyak 71 sehingga jumlah sampel yang diambil sebanyak 60 orang. Teknis analisis yang dipergunakan adalah analisis regresi linear berganda.

Hasil dari penelitian telah menunjukkan bahwa secara simultan variabel character

(X1),capacity (X2),capital (X3),collateral (X4) dan conditions (X5). berpengaruh secara

signifikan terhadap keputusan pemberian kredit. Hal ini dapat diketahui dari nilai signifikan variabel character (X1) sebesar 0,832 dengan thitung sebesar 0,213, variabel capacity (X2) sebesar 0,025 dengan thitung sebesar 2,303, variabel capital (X3) sebesar

0,007 dengan thitung sebesar 2,798, variabel collateral (X4) sebesar 0,413 dengan thitung

sebesar -0,825, variabel conditions (X5) sebesar 0,037 dengan thitung sebesar 2,140.

Dengan demikian dapat diketahui thitung lebih besar dari ttabel sebesar 2,004 maka H0

ditolak, yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh secara parsial dari variabel character

(X1) dan variabel collateral (X4). Sedangkan terdapat pengaruh secara parsial dari

variabel capacity (X2), variabel capital (X3), dan variabel conditions (X5), terhadap

keputusan pemberian kredit (Y).

Kata Kunci :Character, Capacity, Capital, Collateral, Conditions, Keputusan pemberian kredit.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Pelaksanaan pembangunan disamping untuk meningkatkan pendapatan nasional sekaligus harus menjamin pembagian yang merata bagi seluruh rakyat. Hal ini membuat jalannya roda pembangunan nasional di negara mengalami kemajuan di berbagai bidang. Hal ini dialami yang besar dari sektor moneter melalui berbagai kebijakan. Peranan kebijakan moneter dalam suatu perekonomian biasanya terlihat jelas pada waktu perekonomian tersebut menciptakan dan memelihara suatu tingkat kestabilan ekonomi.

Salah satu pegangan yang penting dalam kebijakan moneter adalah bagaimana tentang bagaimana kebijakan suku bunga dan kredit. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa suku bunga kredit akan dapat menunjang tercapainya sasaran kebijakan moneter yang dapat mendorong tabungan masyarakat dan dapat pula mengurangi tekanan inflasi.

Menurut Undang-undang No. 7/1992 menyebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Untuk memperlancar operasinya, tujuan dari didirikan bank tersebut adalah untuk memberikan pelayanan jasa kredit kepada masyarakat terutama pada golongan ekonomi lemah. Dengan adanya pemberian kredit tersebut dapat menguntungkan


(12)

semua pihak diantaranya pemerintah yaitu tercapainya salah satu tujuan pembangunan nasional dalam bentuk kesejahteraan umum.

Bagi bank, dengan adanya kebijakan tersebut akan memperbesar dan memperluas pemberian kredit khususnya kepada Pegawai Negeri Sipil. Serta bagi masyarakat, dengan adanya bank tersebut akan lebih mudah mendapatkan pelayanan kredit. Adapun prosedur permohonan kredit di BPR Surya Artha Utama adalah sederhana, dengan persyaratan-persyaratan yang ringan berupa suku bunga yang relatif kecil dibanding dengan suku bunga yang ada pada bank lain.

Dalam menjalankan operasionalnya PT. BPR Surya Artha Utama telah memanfaatkan potensi-potensi wilayah yang ada, dengan mengadakan pendekatan-pendekatan mengingat penyebaran penduduk di Kota besar seperti Surabaya yang beraneka ragam latar belakang pekerjaannya. Sedangkan dalam penyaluran kreditnya PT. BPR Surya Artha Utama lebih banyak memberikan penyaluran kredit kepada pedagang kecil yang kebanyakan berada di lokasi – lokasi pasar – pasar tradisional yang strategis.

Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa masih sering kali terjadi kendala yang harus dihadapi oleh pihak bank dalam hal berkaitan dengan tanggung jawab pihak debitur, yaitu kemampuan dan ketepatan waktu dalam melakukan pembayaran pengambilan pinjaman atau hutang. Realita yang sering kali terjadi adalah jika pihak debitur tidak mampu mengembalikan pinjaman dari bank maka pada akhirnya berakhir pada terjadinya kredit bermasalah, pada debitur antara lain seperti kemauan untuk membayar, pendapatan debitur, modal yang dimiliki oleh debitur, jaminan atas


(13)

kredit serta kondisi perekonomian debitur. Kelima hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pembayaran angsuran kredit kedepannya.

Kondisi tersebut di atas mengharuskan pihak bank mempunyai perencanaan dan pengendalian yang matang dalam pengelolaan kredit. Perencanaan dan pengendalian yang matang didukung oleh informasi yang handal dan terpercaya, maka pihak bank akan mampu untuk melakukan strategi pengambilan keputusan yang tepat.

Dari sini masalah – masalah yang berhubungan dengan pemberian kredit muncul dan diperlukan sikap hati – hati dari Bank PT. BPR Surya Artha Utama ini sendiri. Kebijakan yang dilakukan oleh Bank tersebut dilakukan untuk menjaga kelangsungan proses pemberian kredit dari awal pencairan sampai calon debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dapat dimaklumi. Berdasarkan data yang ada pada PT. BPR Surya Artha Utama diketahui mengalami kredit bermasalah. Dengan adanya kredit bermasalah ini, disamping dapat menimbulkan kerugian bagi bank, kredit bermasalah ini juga dapat dipastikan akan menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.

Untuk dapat mengatasi kondisi yang demikian, maka di dalam pengelolaan

pemberian kredit, maka pihak bank dengan mempertimbangkan informasi character

(X1) berkaitan dengan potensi kelayakan dan kemauan debitur untuk membayar,

capacity (X2) yang dimiliki debitur, capital (X3) berkaitan dengan kemampuan

debitur dalam mengembalikan pinjaman, collateral (X4) mempertimbangkan nilai

dari jaminan terhadap besarnya permohonan kredit, conditions (X5) memperhatikan


(14)

calon debitur sebagai petimbangan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan informasi tersebut di atas maka penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang pemberian kredit. Adapun judul penelitian yang akan diajukan yaitu :

“Variabel – Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada PT. BPR Surya Artha Utama di Surabaya.”

1.2Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut :

a. Apakah terdapat pengaruh character (X1), capacity (X2), capital (X3),

collateral (X4), dan conditions (X5). berpengaruh secara simultan terhadap

keputusan pemberian kredit ?

b. Apakah terdapat pengaruh character (X1), capacity (X2), capital (X3),

collateral (X4), dan conditions (X5). berpengaruh secara parsial terhadap

keputusan pemberian kredit ?

1.3Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara simultan character

(X1), capacity (X2), capital (X3), collateral (X4), dan conditions (X5) terhadap

keputusan pemberian kredit.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara parsial character (X1),

capacity (X2), capital (X3), collateral (X4), dan conditions (X5) terhadap


(15)

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : a. Bagi Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak perusahaan untuk mengetahui hubungan variabel yang menjadi pertimbangan akan senantiasa memenuhi kebijakan dalam rangka memenuhi harapan debitur.

b. Bagi Praktis

Diharapkan dapat digunakan untuk kepentingan ilmiah, dan referensi kepustakaan Universitas Pembangunan Nasiional “Veteran” Jawa Timur, khususnya dibidang pemasaran yang berkaitan dengan keputusan pemberian kredit dan dapat digunakan sebagai referensi peneliti selanjutnya.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Pemasaran

Pemasaran tidak hanya mencakup kegiatan pertukaran (jual-beli) barang atau jasa yang terjadi dalam pasar, tetapi juga membahas semua sistematika yang menyangkut gerak dinamis dalam dunia usaha. Dimana untuk tujuan jangka pendeknya perusahaan dapat menghasilkan produk untuk memberikan kepuasaan kepada konsumen, dan untuk tujuan jangka panjangnya perusahaan mendapatkan keuntungan yang diharapkan guna mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu setiap perusahaan harus melakukan salah satu fungsi pokok kegiatan yaitu pemasaran. Dimana menurut Ma’ruf (2005:3), fungsi pemasaran adalah mewujudkan sasaran perusahaan dengan cara :

1. Menetapkan basis pelanggan (customer bases) secara strategis, rasional, dan

lengkap informasinya.

2. Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan calon pelanggan yang sekarang dan

juga yang akan datang.

3. Menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dengan pas

dan menguntungkan dan yang mampu membedakan perusahaan dari pesaingnya.

4. Mengkomunikasikan dan “mengantarkan” produk tersebut kepada pasar sasaran


(17)

5. Memimpin personel perusahaan untuk menjadi sekumpulan tenaga kerja yang disiplin, profesionalitas, dan berpengetahuan serta punya dedikasi bagi nilai dan sasaran perusahaan.

Definisi pemasaran menurut Kotler (2002:9) adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Sedangkan menurut Assauri (2004:4) pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu kegiatan yang meliputi keseluruhan dari suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individu dan kelompok melalui pertukaran. Kebutuhan adalah suatu keadaan merasa tidak memiliki kepuasan dasar tertentu. Kebutuhan ini timbul bukan diciptakan dari para ahli pemasaran atau masyarakat itu sendiri, tetapi kebutuhan – kebutuhan itu telah adalah dalam diri manusia sesuai dengan kehidupannya dan setiap orang akan selalu memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal, makanan, pakaian, keamanan, dan beberapa hal lain untuk bertahan hidup.

Keinginan adalah hasrat akan pemuas tertentu dari kebutuhan yang lebih mendalam dan keinginan diciptakan oleh para ahli pemasaran yang terbentuk sesuai dengan kebudayaan dan perkembangan seseorang. Manusia mempunyai banyak keinginan tetapi tidak semuanya dapat dipenuhi karena harus disesuaikan dengan pendapatan, waktu dan tenaga yang ada sehingga harus menentukan pilihan


(18)

keinginan yang mana yang harus dipenuhi terlebih dahulu dengan membuat prioritas pertama terhadap keinginan yang akan dipenuhi terlebih dahulu.

Perusahaan selaku produsen apabila dapat merealisir kebutuhan dan keinginan konsumen atau pasar akan menciptakan permintaan yang efektif bagi perusahaan dan akan timbul suatu kepuasan dan loyalitas konsumen terhadap produk perusahaan. Oleh karena itu pemasaran memiliki peranan yang sangat penting sebagai ujung tombak suatu perusahaan.

2.1.2 Manajemen Pemasaran

Definisi manajemen pemasaran menurut Kotler (2002:9) adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan – tujuan individu dan organisasi.

Sedangkan menurut Radiosunu (2003:3), manajemen pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program – program yang bertujuan menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dijadikan sasaran dengan maksud untuk mencapai objective organisasi pemasaran.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pada suatu pertukaran produk yang menghasilkan kepuasan bagi individu serta tercapainya tujuan organisasi.


(19)

2.1.3 Konsep Pemasaran

Definisi konsep pemasaran menurut Kotler (2002:22) adalah kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada para pesaing dan memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran. Sedangkan menurut Swastha (2000:17) konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep pemasaran berientasi pada kebutuhan dan keinginan konsumen yang didukung oleh usaha pemasaran terpadu guna terciptanya kepuasan konsumen sebagai kunci tercapainya tujuan organisasi.

Menurut Tjiptono (2005:3) konsep pemasaran berientasi pada konsumen, dimana konsumen hanya akan bersedia membeli produk – produk yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan serta memberikan kepuasan baginya. Implikasinya, fokuus aktivitas pemasaran dalam mewujudkan tujuan perusahaan adalah berusaha memuaskan pelanggan melalui pemahaman perilaku konsumen secara menyeluruh yang dijabarkan dalam kegiatan pemasaran yang mengintegrasikan kegiatan – kegiatan fungsional lainnya secara efisien dan efektif dibandingkan para pesaing.

Menurut Swastha (2001:18), selain berientasi pada konsumen terdapat dua faktor lain yang merupakan dasar dalam konsep pemasaran yaitu koordinasi dan integritas dalam perusahaan serta mendapatkan laba melalui perusahaan konsumen.


(20)

Ketiga faktor penting dalam konsep pemasaran menurut Swastha (2001:18), dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Orientasi Konsumen

Perusahaan yang mempraktekkan orientasi konsumen harus :

a. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi.

b. Memilih kebutuhan pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya.

c. Menentukan produk dan program pemasarannya.

d. Mengadakan penelitian pada konsumen, untuk mengukur, menilai dan

menafsirkan keinginan, sikap serta tingkah laku mereka.

e. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah

menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang menarik.

2. Koordinasi dan integrasi dalam perusahaan

Untuk memberikan kepuasan konsumen secara optimal, semua elemen – elemen pemasaran yang ada harus dikoordinasi dan dintegrasikan. Dengan kata lain setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam suatu usaha yang terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen sehingga tujuan perusahaan dapat direalisir.

3. Mendapatkan laba melalui pemuasan konsumen

Salah satu tujuan dari semua perusahaan pada umumnya adalah mengoptimalkan laba yang disebut dengan orientasi laba. Dengan laba ini, perusahaan dapat tumbuh dan berkembang serta dapat menggunakan kemampuan yang lebih besar


(21)

, dapat memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen serta dapat memperkuat kondisi perekonomian.

2.1.4 Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran merupakan bagian dari strategi bisnis yang memberikan arah pada semua fungsi manajemen suatu organisasi.

Menurut Tull dan Kahle yang dikutip oleh Tjiptono (2002:6) strategi pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

Sedangkan menurut Hawkins, Best and Coney (2001:12) marketing strategy

is formulated in term of the marketing mix. This is, it envolves determining the product features, price, communication, distribution and services that will provide customers with superior value.

Atau strategi pemasaran adalah perumusan yang dipandang dari segi bauran pemasaran. Yaitu yang menyangkut ciri – ciri (keistimewaan) produk, harga, komunikasi, distribusi dan pelayanan yang akan memberikan pelanggan nilai lebih.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran merupakan alat atau perumusan yang direncanakan dalam memberikan arah untuk mencapai tujuan perusahaan melalui bauran pemasaran yaitu produk, harga, komunikasi (promosi), distribusi dan pelayanan yang saling berkaitan untuk melayani pasar sasarannya.


(22)

2.1.5 Manajemen Perkreditan

Menurut Suhardjono (2002:243-244) manajemen mencakup prinsip kehati – hatian dalam pemberian kredit, organisasi dan jabatan yang berhak memberikan kredit, proses dan prosedur dalam pemberian kredit, dokumentasi dan administrasi kredit, pengawasan dan pembinaan kredit serta penyelesaian kredit bila mencakup prakarsa kredit, analisis kredit, rekomendasi kredit dan keputusan kredit.

Dalam pelaksanaan pemberian kredit dan pengelolaan pengkreditan bank wajib mematuhi kebijakan perkreditan yang telah dibuat tersebut serta konsisten dan konsekuen. Kebijaksanaan perkreditan harus sudah diterapkan dan dilaksananakan selambat – lambatnya pada tanggal 1 januari 1996. Bagi bank yang telah mempunyai pedoman kebijaksanaan perkreditan wajib menyesuaikan kembali pedoman kebijaksanaan perkreditan wajib menyesuaikan kembali pedoman tersebut dengan memperhatikan semua aspek – aspek tersebut di atas. Sedangkan bagi bank yang baru memperoleh izin usaha wajib memiliki dan menerapkan serta melaksanakan kebijaksanaan perkreditan sejak mulai melakukan kegiatan usahanya.

Apabila dalam pelaksanaanya ternyata bank memberikan kredit tidak sesuai dengan kebijaksanaan perkreditan yang telah ditetapkannya, sehingga bank Indonesia akan memberikan sanksi yang mempengaruhi penilaian kesehatan bank dan sanksi sesuai dengan perundang – undangan yang berlaku.

Pedoman tersebut wajib di buat mengingat bahwa sesuai dengan lingkup pemberian kredit mencakup bahwa aspek dan mengandung resiko yang bervariasi, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu agar ada pedoman pemberian


(23)

kredit yang dapat di pergunakan oleh setiap pejabat di bidang perkreditan, maka setiap bank harus mempunyai pedoman kebijaksanaan perkreditan.

2.1.6 Kredit

2.1.6.1 Pengertian Kredit

Menurut Suhardjono (2000:11) kata kredit berasal dari bahasa yunani “Credre” yang berarti kepercayaan atau bersala dari bahasa latin “Creditium” yang berarti kepercayaan akan benar. Pengertian tersebut kemudian dibakikan oleh pemerintah dengan dikeluarkan undang – undang pokok perbankkan no. 14 tahun 1967 bab. 1 pasal. 1 dan 2 yang merumuskan pengertian kredit sebagai berikut : “kredit adalah penyediaan uang atau yang disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain dimana pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan.

Selanjutnya pengertian kredit tersebut dalam undang – undang no. 7 tahun 1992 tentang perbankkan sebagaimana telah diubah dengan undang – undang nomor. 10 tahun 1998, yang mendefinisikan pengertian kredit adalah sebagai berikut : “kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan sejumlah bunga”.


(24)

Menurut Kent (2003:12) “Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang diminta atau pada waktu yang akan datang karena penyerahan barang – barang sekarang”.

Dalam praktek sehari – hari pengertian kredit tersebut mencakup pula

kegiatan antara lain : pembelian surat berharga yang disertai Note Purchase

Agreement (NPA), pembelian surat berharga lain yang diterbitkan nasabah pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan ajak piutang (factoring) pemberian jaminan bank, fasilitas berupa komitmen dan kontingensi yang diantaranya meliputi bank garasi, latter of credit (L atau C), surat kredit berdokumen dalam negeri (SKBDN), stand by L or C (SLBC), ekspektasi endosemen dan aval surat berharga.

Menurut Untung yang menguntip dari Simorangkir (2000:194) kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang dan barang) dengan batas prestasi (kontrapretasi) yang akan terjadi pada waktu yang akan dating. Kehidupan ekonomi modern adalah prestasi uang, yang dengan demikian transaksi kredit menyangkut uang sebagai alat kredit. Kredit berfungsi kooperatif antara si pemberi kredit dan si penerima kredit atau antara kreditur dengan debitur. Mereka menarik keuntungan dan saling menanggung resiko. Singkatnya, kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen kepercayaan, resiko dan pertukaran ekonomi di masa – masa yang akan datang.

Secara umum kredit diartikan sebagai “the ability to borrow on the opinion conceived by the leader that will be repaid”.

Definisi kredit tersebut memberikan konsekuensi bagi bank dan peminjam mengenai hal – hal berikut :


(25)

1. Penyediaan uang atau yang dapat dipersamakan dengan itu oleh bank (kreditur)

2. Kewajiban debitur mengembalikan kredit yang diterima

3. Jangka waktu pengembalian kredit

4. Pembayaran bunga

5. Perjanjian kredit

2.1.6.2 Unsur – Unsur Kredit

Menurut Untung (2000: 2) dari uraian diatas dapat ditemukan sedikitnya ada empat unsur kredit, yaitu seperti di gambarkan pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Unsur – unsur Kredit

Intisari kredit adalah unsur kepercayaan. Unsur lainnya adalah mempunyai pertimbangan tolong menolong. Selain itu, diliat dari pihak kreditur, unsur penting dalam kegiatan kredit sekarang ini adalah untuk mengambil keuntungan dari modal dengan mengambil kontraprestasi, sedangkan dipandang dari segi debitur, adalah

Kepercayaan

Resiko Prestasi

Waktu


(26)

adanya bantuan dari kreditur untuk mencapai menutupi kebutuhan yang berupa prestasi. Hanya saja antara prestasi dengan kontraprestasi tersebut suatu masa yang memisahkannya. Kondisi ini mengakibatkan adanya resiko yang berupa ketidaktentuan, sehingga oleh karena itu diperlukan suatu jaminan dalam pemberian kredit tersebut.

1. Kepercayaan, disini berarti bahwa si pemberi kredit yakin bahwa prestasi

yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa yang akan benar – benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

2. Tenggang waktu, yaitu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan

kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang diterima pada masa yang akan datang.

3. Degree Of Risk, yaitu resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima dikemudian hari. Semakin panjang jangka waktu kredit diberikan maka semakin tinggi pula tingkat resikonya, sehingga terdapat unsur – unsur ketidak tentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko. Karena adanya unsur resiko ini maka dibutuhkan jaminan dalam pemberian kredit.

4. Prestasi atau obyek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk barang atau jasa. Namun karena kehidupan ekonomi


(27)

modern sekarang ini didasarkan pada uang transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.

2.1.6.3 Fungsi Kredit

Menurut Untung (2004: 4), kredit pada awal perkembangannya mengarah fungsinya untuk merangarah kedua belah pihak untuk pencapaian tujuan kebutuhan baik dalam bidang usaha maupun kebutuhan sehari – hari.

Suatu kredit mencapai fungsinya, baik bagi debitur, kreditur, maupun masyarakat, apabila secara sosial ekonomis membawa pengaruh yang lebih baik. Bagi pihak debitur dan kreditur, mereka sama – sama memperoleh keuntungan, dan juga mengakibatkan tambahan penerimaan Negara dari pajak, serta membawa dampak kemajuan ekonomi yang bersifat mikro maupun makro. Kredit dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan mempunyai fungsi :

1. Meningkatkan daya guna uang

2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

3. Meningkatkan daya guna dan peredaran uang

4. Sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi

5. Meningkatkan semangat berusaha

6. Meningkatkan pemerataan pendapatan


(28)

2.1.6.4 Jenis Kredit

Menurut Untung (2000: 4), kredit terdiri dari beberapa jenis bila dilihat berbagai pandangan.

Jenis kredit dapat dibedakan menurut berbagai kriteria, yaitu dari berbagai kriteria lembaga pemberian – penerima kredit, jangka waktu serta penggunaan kredit, kelengkapan dokumen penggunaan kredit, kelengkapan dokumen perdagangan, atau dari berbagai kriteria lainnya.

Dari segi lembaga pemberi – penerima kredit yang menyangkut struktur pelaksanaan kredit di Indonesia, maka jenis kredit dapat digolongkan menjadi sebagai berikut :

1. Kredit perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha, dan atau konsumsi.

Kredit ini diberikan oleh bank pemerintah maupun bank swasta kepada dunia usaha guna membiayai sebagai kebutuhan permodalan, dan atau kredit dari bank kepada individu untuk membiayai pembelian kebutuhan hidup yang berupa barang maupun jasa.

2. Kredit likuiditas, yaitu yang diberikan oleh bank sentral kepada bank – bank di Indonesia, yang selanjutnya digunakan sebagai dana untuk membiayai kegiatan pengkreditannya. Kredit ini dilaksanakan oleh bank Indonesia dalam rangka melaksanakan tugasnya sesuai ketentuan pasal 29 UU Bank Sentral tahun 1968, yaitu memajukan urusan perkreditan dan sekaligus bertindak sebagai pengawas atas urusan kredit tersebut. Dengan demikian bank Indonesia mempunyai


(29)

wewenang untuk menetapkan batas – batas kuantitatif dan kualitatif di bidang perkreditan bagi perbankan yang ada.

3. Kredit langsung, kredit ini diberikan oleh bank Indonesia kepada lembaga

pemerintahan. Misalnya bank Indonesia memberikan kredit langsung kepada bulog dalam rangka melaksanakan program pengadaan pangan, atau pemberian kredit langsung kepada pertamina atau pihak ketiga lainnya.

2.1.6.5 Penilaian Kredit

Menurut Siamat (2001:171), penilaian kredit atau disebut juga analisis kredit, dilakukan oleh suatu tim atau bagian dalam organisasi perkreditan terhadap permohonan kredit yang diajukan kepada tujuan untuk menilai kondisi calon debitur. Analisis kredit dimaksudkan agar pemberian kredit tersebut mencapai sasaran yaitu dapat lebih terarah, memberikan hasil dan aman. Dengan analisis kredit macet yang disebabkan ketidakmampuan debitur memenuhi kewajibannya sesuai yang telah disepakati sebagaimana tertuang dalam perjanjian kredit.

Agar tujuan analisis tercapai, perlu persiapan analisis berupa pengumpulan informasi atau data sebagai bahan analisis dengan menggunakan teknik – teknik penganalisaan yang mencakup baik analisis kuantitatif maupun kualitatif. Bahan analisis tersebut haruslah dapat dipercaya sehingga akan memberikan output yang lebih akurat pula. Selain itu, tenaga analisis haruslah yang memiliki keterampilan dan pengalaman di bidang ini secara teknis dan teoritis.


(30)

2.1.6.6 Seleksi dalam pemberian kredit

Menurut Sundjaja (2001:162), sumber informasi kredit dan metode analisa kredit yang tepat harus dikembangkan. Setiap aspek dari pemilihan kredit adalah penting untuk keberhasilan mengelolah piutang dagang.

Lima dimensi utama yaitu Character (karakter), Capacity (kemampuan),

Capital (modal), Collector (jaminan), dan Condition (keadaan) yang sering digunakan oleh analisis kredit perusahaan untuk menganalisis kemampuan permohonan kredit.

1. Character

Meneliti dan memperhatikan sifat – sifat pribadi, cara hidup, status sosial dan lain – lain. Hal ini penting karena berkaitan dengan kemampuan untuk membayar (willingness to pay).

2. Capacity

Meneliti kemampuan pimpinan perusahaan beserta staf dalam meraih penjualan ataupun pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dicapai pada masa lalu dan juga keahlian yang dimiliki dalam bidang usaha. Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk membayar (ability to pay).

3. Capital

Mengukur posisi keuangan secara umum dengan memperhatikan modal yang dimiliki perusahaan dan juga perbandingan hutang dan modalnya.

4. Collateral


(31)

Memperhatikan keadaan perekonomian pada umumnya serta trend perekonomian yang akan mempengaruhi terhadap jalannya usaha perusahaan.

Analisa kredit memberikan perhatian utama terhadap character dan capacity karena merupakan dasar yang paling utama dalam memberikan kredit. Pertimbangan terhadap 3 C lainnya seperti capital, collateral, dan condition penting dalam menyusun rencana kredit serta dalam membuat keputusan akhir kredit, yang mana juga dipengaruhi oleh pengalaman dan pertimbangan dari analisis kredit.

2.1.6.7 Faktor – Faktor Penyebab Kredit Bermasalah

1. Faktor Internal

Menurut Siamat (2001:175), faktor internal kredit bermasalah berhubungan dengan kebijakan dan strategi yang ditempuh pihak bank.

a. Kebijakan perkreditan yang ekspansif

Bank memiliki kelebihan dana (exess liquidity) sering menetapkan kebijakan perkreditan yang terlalu ekspansif yang melebihi pertumbuhan kredit secara wajar yaitu dengan menetapkan sejumlah target kredit yang harus dicapai untuk kurun waktu tertentu tersebut cenderung mendorong pejabat kredit menempuh langkah – langkah yang lebih agresif dalam memilih calon debitur dan kurang menerapkan prinsip – prinsip perkreditan yang sehat dalam menilai permohonan kredit sebagaimana seharusnya. Disamping itu bank sering saling membajak nasabah dengan memberikan kemudahan yang berlebihan. Bank dalam beberapa kasus saling mengabaikan kalau calon


(32)

debiturnya masuk dalam daftar kredit macet yang diterbitkan bank indonesia secara rutin.

b. Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan

Pejabat bank sering tidak mengikuti dan kurang disiplin dalam menerapkan prosedur perkreditan sesuai dengan pedoman dan tata cara pemberian kredit dalam suatu bank. Hal ini yang sering terjadi , bank tidak mewajibkan calon debitur membuat studi kelayakan dan menyampaikan data keuangan yang lengkap. Penyimpangan sistem dan prosedur perkreditan tersebut bisa disebabkan karena jumlah dan prosedur dan kualitas sumber daya manusia khususnya yang menangani masalah perkreditan belum memadai. Di samping itu, salah satu penyebab timbulnya kredit bermasalah tersebut dari sisi intern bank adanya pihak dalam bank yang sangat dominan dalam pemutusan kredit.

c. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit

Untuk mengukur kelemahan sistem administrasi dan pengawasan kredit bank dapat dilihat dari dokumen kredit yang seharusnya diminta dari debitur tetapi tidak dilakukan oleh bank, berkas perkreditan tidak lengkap dan tidak teratur, pemantauan terhadap usaha debitur tidak dilakukan secara rutin, termasuk peninjauan langsung pada lokasi usaha debitur secara periodik, sehingga bank melakukan langkah – langkah pencegahan.

d. Lemahnya sistem informasi kredit

Sistem informasi kredit yang tidak berjalan sebagaimana mestinya akan memperlemah keakuratan pelaporan bank yang ada pada gilirannya akan sulit melakukan deteksi dini. Hal tersebut dapat menyebabkan terlambatnya


(33)

pengambilan langkah – langkah yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah.

e. Itikad kurang baik dari pihak bank

Pemilik atau pengurus bank seringkali memanfaatkan keberadaan banknya untuk kepentingan kelompok bisnisnya dengan sengaja melanggar ketentuan kehati – hatian perbankan terutama ketentuan legal lending limit. Skenario lain adalah pemilik atau pengurus bank memberikan kredit tersebut digunakan untuk kepentingan pemilik atau pengurus bank untuk tujuan lain. Skenario lain adalah pemilik dan pengurus bank untuk tujuan yang lain. Skenario ini terjadi karena adanya kerjasama antara pemilik dan pengurus bank yang memiliki itikad kurang baik.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal ini sangat terkait dengan kegiatan usaha debitur yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah antara lain dari :

1. Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya tingkat bunga kredit

Kegiatan usaha debitur rentan terhadap terjadinya penurunan kegiatan ekonomi dan dalam waktu yang sama tingkat suku bunga mengalami kenaikkan yang tinggi. Penurunan kegiatan ekonomi atau akibat dari kebijakan pengetatan uang yang dilakukan oleh bank indonesia, menyebabkan tingkat bunga naik yang pada gilirannya bank tidak lagi mampu membayar cicilan pokok dan bunga kredit.

2. Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur

Persaingan bank yang sangat ketat dalam penyaluran kredit dapat dimanfaatkan debitur yang kurang memiliki itikad baik dengan cara


(34)

memperoleh kredit melebihi jumlah yang diperlukan dan untuk usaha yang tidak jelas atau spekulatif. Dalam kondisi persaingan yang tajam sering bank menjadi rasional dalam pemberian kredit dan akan diperburuk dengan keterbatasan kemampuan teknis dan pengalaman petugas bank dalam pengeloaan kredit.

3. Kegagalan usaha debitur

Kegagalan usaha debitur dapat terjadi karena sifat usaha debitur sensitif

terhadap pengaruh eksternal (external factor) misalnya kegagalan dalam

pemasaran produk, terjadi perubahan harga dipasar, perubahan pola konsumen dan pengaruh perekonomian nasional.

4. Debitur mengalami musibah

Musibah dapat saja terjadi pada debitur misalnya meninggal dunia, lokasi usahanya mengalami kebakaran atau kerusakan sementara usaha debitur tidak dilindungi dengan asuransi.

2.1.7 Bank

2.1.7.1Pengertian Bank

Perbankkan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu Negara. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak – pihak yang kelebihan dana (surplus of fund) dengan pihak – pihak yang kekurangan dana (lack of fund). Peranan penting yang dilakukan Bank antara lain sebagai tempat yang aman bagi masyarakat untuk menyimpan uangnya. Dalam pelaksanaannya Bank memberikan kriteria – kriteria maupun alternatif - alternatif tertentu bagi masyarakat. Misalnya dalam bentuk tabungan, giro maupun


(35)

deposito. Selain itu Bank juga berperan sebagai sumber permodalan dalam memberikan pinjaman dan jasa – jasa. Definisi mengenai Bank yang dikutip di bawah ini pada dasarnya tidak berbeda satu sama lain. Kalaupun ada perbedaan hanya terletak pada tugas atau usaha Bank.

Ada yang mendefinisikan Bank sebagai suatu badan yang tugas utamanya menghimpun dana dari pihak ketiga. Sedangkan definisi lain mengatakan Bank adalah suatu lembaga yang tugas utamanya sebagai perantara untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan. Penulis lain mendefinisikan Bank adalah suatu badan yang usaha utamanya menciptakan kredit. Sebelum masuk ke pembahasan yang lebih lanjut berikut ini akan dijelaskan pengertian Bank dari berbagai sudut pandang.

Menurut Kasmir (2003:11) dinyatakan bahwa Bank adalah : “Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa Bank lainnya.

Perbankkan dalam ilmu sosiologi adalah sebagai “suatu lembaga sosial dalam arti bahwa perbankan tersebut merupakan bentuk himpuan norma – norma dari segala tingkatan yang menyangkut kegiatan pokok manusia”.

Berikut ini beberapa definisi lain yang dikemukakan oleh Lukman Dendawijaya (2001:24-25) yang diambil dari berbagai sumber :


(36)

b. “Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat – alat pembayarannya sendiri atau dengan alat – alat yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat – alat penukar baru berupa uang giral”. (Stuart).

c. “Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam

jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda – benda berharga, membiayai perusahaan – perusahaan dan lain – lain”. (A. Abdurrachman, eksiklopedia keuangan dan perdagangan).

Sedangkan menurut UU no. 10/1998 atas penyempurnaan dari UU no. 7/1992 dijelaskan bahwa :

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan dengan masalah di bidang keuangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu:

1. Menghimpun dana

2. Menyalurkan dana


(37)

2.1.7.2 Jenis Bank

Jenis atau bentuk Bank bermacam – macam tergantung pada cara penggolongannya. Penggolongan dapat dilakukan berdasarkan hal – hal berikut ini :

1. Formalitas berdasarkan Undang – Undang

Berdasarkan Pasal 5 Undang – Undang no. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU no. 7 tahun 1992 tentang perbankkan ada dua jenis Bank yaitu :

a. Bank Umum

b. Bank Perkreditan Rakyat

2. Jenis Bank berdasarkan kepemilikan

a. Bank milik Negara (BUMN)

b. Bank milik pemerintah daerah (Badan Usaha Milik Daerah)

c. Bank milik swasta nasional

d. Bank milik swasta campuran (Nasional dan Asing)

e. Bank milik asing (Cabang atau Perwakilan)

3. Penekanan kegiatan usaha

a. Bank Rentail (Rentail Banks)

b. Bank Korporasi (Corporate Banks)

c. Bank Komersial (Commercial Banks)

d. Bank Pedesaan (Rural Banks)

e. Bank Pembangunan (Development Banks)

f. Dan lain – lain

4. Pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha


(38)

b. Bank berdasarkan Prinsip Syariah

2.1.7.3 Fungsi Bank

Secara umum fungsi utama Bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali pada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi Bank dapat sebagai :

1. Agent of trust (Agen kepercayaan)

Dasar utama kegiatan perbankkan adalah kepercayaan atau trust baik hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di Bank apabila dilandasi oleh unsur saling percaya antara nasabah dengan Bank yang bersangkutan.

2. Agent of development (Agen pengembangan)

Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor riil. Kedua sektor ini saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Tugas Bank sebagai penghimpun dana dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan Bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan intervensi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa mengingat semua kegiatan tersebut selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Kelancaran kegiatan intervensi distribusi – distribusi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.

3. Agent of service (Agen pelayanan)

Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana Bank juga memberikan penawaran jasa – jasa yang ditawarkan erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat. Jasa – jasa yang ditawarkan erat kaitannya


(39)

dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa – jasa Bank ini antara lain berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang – barang berharga, jasa pemberian jaminan Bank dan jasa – jasa lainnya.

Ketiga fungsi Bank diatas diharapkan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi Bank dalam perekonomian, sehingga Bank tidak hanya diartikan sebagai lembaga perantara uang atau financial intermediary institution.

2.2 Kerangka Berpikir

PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya dalam melakukan pengambilan keputusan kredit yang ditujukan untuk calon debitur harus dipertimbangkan dengan pengendalian dan pengawasan, karena apabila ada kesalahan akan berakibat fatal bagi setiap langkah yang akan dilaksanakan dengan tujuan agar dana yang ada dapat digunakan seoptimal mungkin.

Di dalam kebijaksanaan pemberian kredit, tidak lepas dari faktor – factor character (X1), capacity (X2), capital (X3), collateral (X4) dan conditions (X5) yang

merupakan faktor untuk bahan analisis dan pertimbangan mengenai kredit yang akan diberikan. Tanpa adanya faktor – faktor tersebut maka kredit yang akan diberikan akan mengandung resiko bagi kelangsungan hidup PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya.

Character berkaitan dengan watak dan perilaku seseorang baik secara individual maupun dalam komunitas atau lingkungan usahanya. Pejabat analis dalam melakukan penilaian kharakter calon debitur perlu memperhatikan terutama sifat – sifat sebagai berikut : kejujuran, ketulusan, kecerdasan, kesehatan, kebiasaan –


(40)

kebiasaan, temperamental, kekakuan, membanggakan diri secara berlebihan dan sebagainya.

Capacity merupakan penilaian dengan kemampuan peminjam mengelolah usahanya secara sehat untuk kemudian memperoleh laba sesuai yang diperkirakan. Penilaian kemampuan perlu untuk mengetahui sejauh mana hasil usaha calon debitur

dapat membayar semua kewajiban (ability to pay) tepat pada waktunya sesuai

dengan perjanjian kredit.

Capital merupakan penilaian terhadap permodalan. Ini penting mengingatkan kredit yang diberikan oleh PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya untuk memenuhi dana dan modal yang dibutuhkan oleh calon debitur.

Collateral adalah penilaian terhadap jaminan yang diajukan sebagai penjaminan atas kredit guna yang diperoleh adalah untuk mengetahui sejauh mana pinjaman itu dapat menutupi resiko kegagalan pembayaran angsuran atau pengembalian kewajiban – kewajiban calon debitur.

Conditions adalah penilaian dengan memperhatikan kedaan calon debitur secara umum yang dapat mempengaruhi terhadap jalannya kelancaran pembayaran angsuran.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik model alur kerangka berpikir sebagai berikut:


(41)

Gambar 2.2 kerangka berpikir

2.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian yang diajukan maka dapat dirumuskan hipotesis berikut :

1. Terdapat pengaruh secara simultan character (X1), capacity (X2), capital (X3),

collateral (X4) dan conditions (X5) terhadap keputusan pemberian kredit pada

PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya.

2. Terdapat pengaruh secara parsial character (X1), capacity (X2), capital (X3),

collateral (X4) dan conditions (X5) terhadap keputusan pemberian kredit pada

PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya. Character

(X1) Capacity

(X2) Capital

(X3) Collateral

(X4) Conditions

(X5)

Keputusan pemberian kredit (Y)


(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Yang dimaksud dengan definisi operasional adalah sesuatu yang dapat menjadi objek pengamatan dalam suatu penelitian yang berdasarkan atas sifat atau hal yang dapat di definisikan, dan diobservasikan. Dalam definisi operasional dijelaskan tentang variabel – variabel yang akan diamati untuk menjadi objek pengamatan dalam penelitian, yang mana bersifat kuantitatif. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keputusan pemberian kredit (Y) sebagai variabel terikat, sedangkan variabel bebasnya sebagai berikut :

3.1.1 Variabel Bebas (Independent)

1. Kemauan untuk membayar atau character (X1)

Hal ini berkaitan dengan potensi kemauan calon debitur PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya untuk membayar angsuran, yang diukur dengan indikator :

a. Kejujuran calon debitur

Adalah kesamaan dari apa yang diutarakan oleh konsumen dan disamakan dengan informasi lingkungan yang berkembang pada saat itu dari 2 – 3 informan untuk memperoleh suatu pernyataan yang benar. b. Kesehatan calon debitur

Adalah kelayakan kondisi fisik pemohon kredit, yang meliputi : usia lanjut, penyakit yang dimiliki dan gangguan jiwa.


(43)

c. Sifat temperamental calon debitur

Adalah pekerjaan yang berganti – ganti dari calon konsumen dengan masyarakat sekitar.

d. Kepribadian dari calon debitur

Adalah perilaku yang menentukan sebuah sikap yang didasarkan atas pola hidup.

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert dengan menggunakan skor 1 dan skor tertinggi adalah 5, sebagai berikut :

Skor 1 menunjukan sangat tidak setuju Skor 2 menunjukan tidak setuju

Skor 3 menunjukan netral Skor 4 menunjukan setuju Skor 5 menunjukan setuju

2. Kapasitas calon debitur atau capacity (X2)

Meneliti kemampuan calon debitur PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya dalam mengembalikan pinjaman kredit yang diukur dengan indikator : a. Pendapatan calon debitur

Adalah jumlah penghasilan yang didapatkan selama proses pinjaman kredit dengan analisa jumlah pendapatan dikurangi kebutuhan hidup dan didapatkan minimal 2x angsuran.

b. Pekerjaan calon debitur

Adalah status legalitas pekerjaan yang dimiliki oleh pemohon kredit. c. Pengeluaran untuk kebutuhan hidup calon debitur


(44)

Adalah jumlah yang dikeluarkan pemohon untuk kebutuhan hidup selama 1 bulan dikurangi kebutuhan lain harus setara dengan jumlah angsuran yang diambil.

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert dengan menggunakan skor 1 dan skor tertinggi adalah 5, sebagai berikut :

Skor 1 menunjukan sangat tidak setuju Skor 2 menunjukan tidak setuju

Skor 3 menunjukan netral Skor 4 menunjukan setuju Skor 5 menunjukan sangat setuju

3. Modal yang dimiliki calon debitur atau capital (X3)

Mempertimbangkan posisi keuangan atau modal calon debitur PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya yang di ukur perbandingan hutang dan modalnya yang diukur dengan indikator :

a. Status tempat tinggal / rumah

Menandakan apakah bahwa tempat tinggal tersebut milik pribadi, orang tua ataupun kontrakan yang dapat dilihat dari bukti pajak bumi bangunan.

b. Barang berharga yang dimiliki

Menandakan kepemilikan yang diukur untuk menjadi acuan dalam analisa kredit.


(45)

Adalah tanggungan lain dari calon debitur dan berbagai permasalahan hutang piutang calon debitur.

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert dengan menggunakan skor 1 dan skor tertinggi adalah 5, sebagai berikut :

Skor 1 menunjukan sangat tidak setuju Skor 2 menunjukan tidak setuju

Skor 3 menunjukan netral Skor 4 menunjukan setuju Skor 5 menunjukan sangat setuju 4. Jaminan atas kredit atau collateral (X4)

Mempertimbangkan penjaminan calon debitur PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya yang akan dikaitkan sebagai jaminan atas kredit, yang diukur dengan indikator :

a. Pekerjaan penjamin calon debitur

Adalah suatu jaminan yang dikaitkan dengan pemohon kredit yang meliputi pendapatan dan pekerjaan penjamin.

b. Hubungan penjamin dengan calon debitur

Adalah hubungan penjamin harus berdasarkan satu keluarga yang dapat dilihat dari identitas kartu keluarga.

5. Kondisi calon debitur secara umum atau conditions (X5)

Memperhatikan keadaan calon debitur PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya yang dapat mempengaruhi jalannya kredit yang diukur dengan indikator :


(46)

a. Daerah tempat tinggal

Adalah analisa yang didapat dari keseluruhan dari obyek lingkungan atau wilayah tempat tinggal calon debitur, dibedakan dalam 2 macam : daerah aman atau daerah black list.

b. Kondisi rumah

Dilihat dari letak posisi dan jenis bangunan

c. Keadaan keluarga

Adalah ditinjau dari jumlah keluarga dalam satu keluarga, diantaranya yang menjadi tanggungan kebutuhan dan yang produktif.

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert dengan menggunakan skor 1 dan skor tertinggi adalah 5, sebagai berikut :

Skor 1 menunjukan sangat tidak setuju Skor 2 menunjukan tidak setuju

Skor 3 menunjukan netral Skor 4 menunjukan setuju Skor 5 menunjukan sangat setuju

3.1.2 Variabel terikat (Dependent)

Keputusan pemberian kredit (Y) merupakan suatu keputusan mengenai jumlah atau besarnya kredit yang disetujui oleh pihak PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya yang diukur dengan indikator :

1. Kemampuan membayar dijadikan pertimbangan dalam keputusan


(47)

2. Kapasitas debitur dijadikan pertimbangan keputusan pemberian kredit 3. Modal debitur dijadikan pertimbangan keputusan kredit

4. Jaminan atas dijadikan pertimbangan keputusan pemberian kredit

5. Kondisi calon debitur secara umum dijadikan pertimbangan keputusan

pemberian kredit

Dalam penelitian ini, skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti adalah dengan menggunakan ukuran skala likert, yang merupakan skala sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial, dengan skor terendah yang diberikan adalah 1 dan skor tertinggi adalah 5, sebagai berikut :

Skor 1 menunjukan sangat tidak setuju Skor 2 menunjukan tidak setuju

Skor 3 menunjukan netral Skor 4 menunjukan setuju

Skor 5 menunjukan sangat tidak setuju

3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1 Populasi

Menurut sugiono (2006: 90) bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diteliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda – benda alam yang lain. Populasi juga bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi


(48)

yang dimiliki oleh populasi tersebut. Yang sering digunakan dalam penelitian meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek dan obyek itu. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah debitur yang dinilai oleh pegawai bagian analis kredit di PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya yang berjumlah sebanyak 71 orang pada tahun 2011.

3.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Sugiyono (2006: 91), sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik kualitatif. Jadi menggunakan seluruh sampel pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah pegawai di PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya yang berjumlah sebanyak 60 orang.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Simple Random

Sampling, yang artinya pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.

Rumus Slovin :

a =

a =

=

60

dimana :


(49)

N = Jumlah populasi

e = Tingkat kesalahan (error) dalam pengambilan sampel dari populasi (disini digunakan tingkat kesalahan sebesar 5 % yang berarti level of confidence atau tingkat kepercayaannya sebesar 95 %).

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini adapun teknik yang digunakan dalam rangka memperoleh data antara lain :

3.3.1 Jenis Data

Data yang digunakan adalah :

1. Data sekunder yaitu data yang diperoleh langsung dari perusahaan

2. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari observasi langsung di lapangan dengan menggunakan kuesioner

3.3.1 Pengumpulan Data

Dokumen yaitu merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan mempelajari catatan – catatan atau dokumen berupa data yang akan diteliti

berkaitan dengan masalah yang dibahas, indikator character), pendapatan calon

debitur (capacity), modal calon debitur (capital), jaminan atas kredit (collateral) dan indikator kondisi calon debitur secara umum (conditions).


(50)

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidanya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Jadi validitas ingin mengukur apakah butir – butir pertanyaan dalam kuesioner yang sudah dibuat betul – betul dapat mengukur apa yang hendak diukur.

Langkah dalam menguji validitas butir pertanyaan pada kuesioner :

1. Menentukan nilai

r

tabel

Dari tabel r untuk df = jumlah kasus – kasus dengan tingkat signifikasi 5 % 2. Mencari

r

hitung

r

hitung adalah angka korelasi pearson (terletak diakhiri output), dengan rumus:

r =

keterangan :

r = koefisien korelasi Pearson validitas

x = skor tanggapan responden setiap pertanyaan y = skor total tanggapan responden seluruh pertanyaan n = banyaknya subyek atau jumlah responden

3. Mengambil keputusan


(51)

a. Jika

r

hitung positif dan

r

hitung >

r

tabel, maka butir pertanyaan tersebut valid

(sahih).

b. Jika

r

hitung positif dan

r

hitung <

r

tabel, maka butir pertanyaaan tersebut tidak

valid (sahih).

3.4.1.1 Reliabilitas Data

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuisioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seorang terhadap pertanyaan adalah kuisioner dari waktu.

Cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan item adalah dengan memprediksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya ke dalam rumus :

r

= 1 -

( Saifudin, 2001: 72 )

dengan :

r

= Koefisien realibilitas tes

= Varian perbedaan skor antara dua belahan

= Varian skor tes (X)

3.4.2 Asumsi – Asumsi Klasik Analisis Regresi Linier Berganda

Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, multikolinieritas dan heterokedastisitas dalam hasil estimasi, karena apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi tersebut, uji t dan uji f yang dilakukan sebelumnya


(52)

menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan kesimpulan yang diperoleh, untuk itu dilakukan uji asumsinya.

Tujuan utama penggunaan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien regresi yang terbaik linier dan tidak bisa (BLUE = Best Linier Unbiased Estimator) antara lain :

a. Best yaitu pentingnya sifat ini bisa diterapkan dalam uji signifikan baku terhadap

a

dan ß

b. Linear yaitu sifat yang dibutuhkan untuk memindahkan dalam penafsiran

c. Unbiased yaitu penafsiran parameter yang diperoleh dari data yang besar kira – kira mendekati nilai parameter yang sebenarnya.

d. Estimasi yaitu e yang diharapkan sekecil mungkin. Penerapan asumsi klasik pada model regresi linier berganda tergantung ada tidaknya gangguan pada asumsi klasik tersebut. Dalam pengujian ini dihindari penyimpangan – penyimpangan yang bersifat sebagai berikut :

1. Autokorelasi

Satu dari asumsi penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa kesalahan atau gangguan. Uji yang kedalam fungsi regresif populasi adalah random atau tak berkolerasi. Jika ini dilanggar, kita mempunyai problem serial korelasi atau autokorelasi. Sedangkan yang dimaksud dengan autokorelasi yaitu keadaan dimana kesalahan pengganggu dalam suatu periode tertentu berkolerasi dengan kesalahan pengganggu periode yang lain. Pengujian terhadap gejala autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Uji Statistik Durbin Watston (Gujarati, 1995: 223).


(53)

dimana :

= Residual (perbedaan variabel tak bebas yang sebenarnya dengan variabel tak bebas yang ditaksir) dari setiap periode waktu.

= Residual dari waktu sebelumnya. 2. Heterokedastisitas

Pengujian heterokedastisitas dilakukan untuk melihat apakah ada kesalahan pengganggu mempunyai varian yang sama atau tidak. Hal tersebut dilambangkan sebagai :

E (U ) = ... (Gujarati, 1995:223) Dimana :

= Varian I = 1, 2, …… n

Apabila didapat varian yang sama maka asumsi homokedastisitas (penyebaran yang sama) diterima.

3. Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen terdapat korelasi atau hubungan dengan variabel independen lainnya, dengan kata lain satu atau lebih variabelnya merupakan fungsi linier dari variabel independen yang lain. Untuk mempermudah dalam pengujian maka terlebih dahulu dilakukan uji korelasi. Uji korelasi ini dilakukan untuk melihat hubungan masing – masing variabel independen. Tulisan dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Faktor (VIIF).

VIF = 1 / (1 - ) (Sudrajat, 1998:210) Dimana :


(54)

R = Koefisien korelasi antar variabel bebas

VIF menyatakan tingkat pembengkakan varian apabila VIF lebih besar dari 10 maka terjadi multikolinier pada persamaan tersebut.

3.4.3 Teknik Analisis

Data diolah dengan teknik analisis dengan menggunakan uji statistik regresi linier berganda, dengan bentuk persamaannya adalah sebagai berikut :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + c (Sudjana, 2003: 69)

Keterangan :

Y = Keputusan pemberian kredit

b0 = Konstanta

b1 … b4 = Koefisien

X1 = Kemauan untuk membayar (character)

X2 = Pendapatan debitur (capacity)

X3 = Modal debitur (capital)

X4 = Jaminan atas kredit (collateral)

X5 = Kondisi perekonomian secara umum (conditions)

c = Variabel pengganggu, merupakan wakil dari semua faktor lain yang dapat


(55)

Untuk mengetahui apakah model analisis tersebut cukup layak atau tidak digunakan dalam pembuktian selanjutnya, maka perlu untuk mengetahui (koefisien determinasi) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

=

(

Sudjana, 2003:107)

Keterangan :

= Koefisien determinasi

= Jumlah kuadrat

= Jumlah kuadrat – kuadrat total regresi

3.4.4 Uji Hipotesis 3.4.4.1Uji F

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel –

variabel bebas dan variabel terikat secara bersama – sama (simultan) maka digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut :

Fhitung =

(Sudjana, 2003:108)

Keterangan ;

Fhitung = F hasil perhitungan

= Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel independent


(56)

2. H0 : b1 = b2 = 0 berarti tidak ada pengaruh secara simultan variabel bebas (X)

terhadap variabel terikat.

H0 : b1 = b2 ≠ 0 berarti ada pengaruh secara simultan variabel bebas (X) terhadap

variabel terikat.

3. Menentukan level of significant (α) sebesar, dengan :

df = n – k – 1 Keterangan :

n = Jumlah sampel

k = Banyaknya variabel bebas Confidence interval sebesar 95 %

Kriteria pengujian yang dipakai dalam uji F adalah : 1. Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan Hi ditolak

2. Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Hi diterima 3.4.4.2 Uji T

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel –

variabel bebas dan variabel terikat secara parsial, maka digunakan uji t dengan rumus sebagai berikut :

thitung =

(

Sudjana, 2003:111)

Keterangan :

thitung = t hasil perhitungan

bi = Koefisien regresi


(57)

2. H0 : b1 atau b2 = 0 berarti tidak ada pengaruh secara parsial variabel bebas (X)

terhadap variabel terikat.

H0 : b1 atau b2 ≠ 0 berarti ada pengaruh secara parsial variabel bebas (X)

terhadap variabel terikat.

3. Menentukan level of significant (α) sebesar 5 %, dengan :

df = n – k – 1 Keterangan :

n = Jumlah sampel

k = Jumlah parameter regresi

Confidence interval sebesar 95 %

4. Kriteria pengujian yang dipakai dalam uji t adalah : 1. Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan Hi ditolak


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Obyek Penelitian dan Penyajian Data

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. BPR Surya Artha Utama Kota Surabaya merupakan Perusahaan Bank Perkreditan Rakyat milik Pemerintah Kota Surabaya yang didirikan pada tanggal 26 Mei 2006 dengan tujuan untuk memberikan pinjaman kepada para Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Kota Surabaya serta kepada para pedagang – pedagang dilingkungan pasar – pasar di daerah Kota Surabaya yang berada dibawah naungan Perusahaan Daerah Pasar Surya.

Sepanjang perjalanan PT. BPR Surya Artha Utama telah banyak mengalami perubahan dan juga perkembangan seiring adanya perubahan – perubahan baru dari Peraturan Daerah Kota Surabaya serta kehidupan perbankkan. PT. BPR Surya Artha Utama di dalam operasionalnya sudah memberikan pinjaman kepada masyarakat umum diluar para Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Surabaya serta para pedagang – pedagang pasar dibawah naungan PD. Pasar Surya, dan semakin pula ditingkatkan jangkauannya. Hal ini dapat dilihat dari perubahan sasaran dari tujuan PT. BPR Surya Artha Utama yang diperluas sehingga dapat melayani para pengusaha kecil, mikro dan menengah maupun para pensiunan yang berada di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya.


(59)

Sejalan dengan Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang pokok – pokok Perbankan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 31), sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Bank Perkreditan Rakyat. PT. BPR Surya Artha Utama telah dijadikan Perseroan Terbatas dengan Peraturan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas.

Dengan Share Holder PT. BPR Surya Arta Utama :

1. PT. Surya Karsa Utama (Pemerintah Kota Surabaya) : 98 %

2. Koperasi Karyawan PD. Pasar Surya : 2 %

Adapun yang menjadi dasar hukum pelaksanaan kegiatan PT. BPR Surya Artha Utama adalah :

1. Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah

menjadi Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1995 tentang

Perseroan Terbatas.

3. Akte pendirian Nomor 21 tanggal 09 Agustus 2004 sebagaimana telah

disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Nomor : C – 10565 HT. 01.01.TH.2005 tanggal 18 April 2005.


(60)

4.1.2 Lokasi Perusahaan

Penentuan lokasi perusahaan sangat penting karena sangat mempengaruhi dalam kelangsungan hidup serta perkembangan perusahaan itu sendiri, maka penentuan lokasi perusahaan ini dipertimbangkan secara matang dan juga harus dengan lingkungan, situasi dan kondisi alam serta masyarakat sekitarnya.

PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya yang terletak di Jln. Walikota Mustajab No. 84. Dalam penentuan lokasi perusahaan memperhatikan segala aspek yang mempengaruhi pemilihan model lokasi perusahaan antara lain :

1. Lokasi perusahaan yang sangat strategis, karena lokasinya tepat di daerah lingkungan instansi perkantoran pemerintah maupun perkantoran swasta.

2. Transportasi yang cukup mudah di jangkau mengingat lokasi letak

perusahaan tepat di tengah kota serta di pinggir jalan raya.

Dengan pertimbangan tersebut diatas, maka PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya mampu menjalankan operasionalnya dengan lancar serta dibuktikan bahwa lokasi perusahaan yang sangat strategis akan semakin menunjang dalam pencapaian tujuan perusahaan tersebut.

4.1.3 Struktur Organisasi

Pada umumnya suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya supaya aktivitas perusahaan dapat berjalan dengan lancar serta efektif dan


(61)

efisien, maka harus memiliki susunan organinasi yang teratur agar tiap – tiap bagian dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.

Susunan organisasi PT. Bank Perkreditan Rakyat Surya Artha Utama Kota Surabaya Terdiri dari :

A. Dewan Komisaris

B. Direksi

C. Bagian – Bagian yang terdiri dari :

1. Bagian Operasional

2. Bagian Pemasaran

a) Seksi Pemasaran

b) Seksi Kredit

3. Bagian Penghimpunan dan Pengelolahan Dana

a. Seksi Dana

b. Seksi Tabungan dan Deposito

4. Baigan Pembukuan (Accounting), Umum dan Sumber Daya Manusia

a. Seksi Akuntansi

b. Seksi Umum dan Sumber Daya Manusia

5. Bagian Kas

a. Seksi Administrasi Kas b. Seksi Teller

6. Bagian Pengawasan

a. Satuan Pengawas Intern b. Staf Teknologi dan Informasi


(62)

(63)

4.1.4 Uraian Pekerjaan

Adapun job description dari susunan organisasi tersebut adalah :

1. Dewan Komisaris tugasnya adalah :

a. melakukan pengawasan atas terhadap pelaksanaan tugas Direksi.

b. Memberikan saran – saran maupun nasihat kepada Direksi.

2. Direksi mempunyai tugas yaitu :

a. Menjalankan kepemimpinan PT. BPR Surya Artha Utama sehari –

hari yang berdasarkan kebijaksanaan umum yang digariskan oleh Dewan Komisaris dan Rapat Umum Direksi.

b. Mewakili Bank dalam melakukan segala tindakan keluar dari

kepentingan PT. BPR Surya Artha Utama.

c. Meneliti dan menata kesempurnaan administrasi, pembukuan bank,

system dan prosedur pemberian kredit. 3. Bagian Operasional mempunyai tugas yaitu :

a. Mengkoordinasikan segala upaya dalam penggalian dana, mengelola

penyaluran dana yang dikuasai dalam bentuk kredit, mengendalikan operasional Bank yang terkait dengan pelaksanaan segala urusan Kas dan Data Akuntasi Bank.

b. Penerus perintah-perintah dan atau pendelegasian wewenang dari

Direksi kepada seksi-seksi dan seluruh Sumber Daya Manusia yang berada dibawah kendalinya serta tanggung jawabnya, sesuai dengan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang berlaku.


(64)

c. Melaksanakan administrasi analisa sumber dana / penggunaan dana Bank dengan maksud menjaga tingkat keseimbangan likuiditas dan rentabilitas.

d. Mengadministrasikan saham.

4. Bagian Pemasaran mempunyai tugas yaitu :

a. Menyalurkan dana dalam bentuk perkreditan dalam batas wewenang

Bagian Operasional.

b. Mengadakan penilaian permohonan kredit.

c. Menyelenggarakan administrasi nasabah tabungan dan deposito

maupun debitur, baik debitur performing maupun non performing serta debitur yang telah dihapus bukukan tetapi masih tercantum di dalam rekening administratif serta pemantauan penyelesaian kredit bermasalah.

d. Menangani penyelesaian kredit bermasalah serta mengupayakan

langkah langkah penyelamatan. e. Memantau aktifitas pemberian kredit.

5. Bagian Penghimpunan dan Pengelolahan Dana mempunyai tugas yaitu:

a. Menghimpun dana masyarakat

b. Selalu menjaga perkembangan jumlah dana yang dihimpun, antara

lain dengan cara selalu memelihara hubungan baik dengan nasabah


(65)

yang berasal dari perorangan, badan hukum maupun instansi pemerintah

d. Ikut mempelajari potensi daerah, guna mempermudah mencari calon

nasabah dan penetapan strategi pemasaran produk.

e. Melakukan verifikasi dan validasi atas seluruh dokumen yang

menyangkut transaksi Tabungan dan Deposito serta jasa perbankan lainnya sesuai dengan kewenangannya

f. Mempersiapkan data dibidangnya, guna kepentingan kaji ulang atas

program kerja tahunan, penyusunan cashflow, perhitungan cost of fund, penyusunan business plan tahun yang akan datang serta kepentingan lain yang berkaitan dengan tugasnya

6. Bagian Pembukuan (Accounting), Umum dan Sumber Daya Manusia

mempunyai tugas yaitu :

a. Memimpin dan membawahi seksi-seksi dan pegawai yang ada

dibawahnya guna mencapai sasaran dari tugas pokok.

b. Memanfaatkan, mengatur dan membina sebaik baiknya, baik personil

maupun peralatan yang ada dibawah agar tercapai produktifitas kerja yang setinggi tingginya.

c. Memberikan petunjuk dan keterangan bagi pelaksanaan tugas

bawahannya.

d. Menetapkan petugas yang menangani tata administrasi bagian.


(66)

direksi tentang usaha perbaikan dan penyempurnaan serta peningkatan tugas bagian baik mengenai sistem dan prosedur tata laksana pengelolaan bank.

f. Dalam menjalankan tugasnya wajib mengatur hubungan dan menjaga

hubungan kerjasama yang sebaik baiknya dengan bagian bagian lain dalam kesatuan unit organisasi bank.

g. Demi kelancaran tugas dalam hal yang berhubungan dengan fungsi

fungsinya berkewajiban mengadakan hubungan dengan instansi instansi di luar bank setelah mendapatkan persetujuan direksi.

h. Memberikan laporan secara berkala kepada direksi mengenai keadaan

atau perkembangan unit kerjanya.

i. Laporan yang diterima dari bawahan diolah dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih lanjut atau untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada bawahannya.

7. Bagian Kas mempunyai tugas yaitu :

a. Menyediakan uang kas untuk kepentingan operasional sesuai

ketentuan.

b. Melayani pembayaran dan penyetoran uang nasabah dan bukan

nasabah sesuai wewenang yang diberikan.

c. Mencatat semua transaksi yang terjadi dan mengumpulkan bukti-bukti transaksinya.


(67)

diperlukan.

e. Mengusahakan secara aktif bertambahnya nasabah-nasabah baru.

f. Setiap hari meneruskan transaksi nasabah dan calon nasabah ke

bagian operasional dalam hubungannya dengan penjualan produk dan jasanya bank.

g. Melakukan pengawasan dan penelitian atas semua kegiatan di unit

kerjanya agar sesuai dengan ketentuan, mengendalikan timbulnya kesalahan dalam pelaksanaan tugas di unit kerjanya serta membuat laporan atas hasil pengamatan yang dilakukan bila dipandang perlu.

h. Dalam melaksanakan tugas tugas pokok tersebut di atas, ditunjuk

salah seorang sebagai koordiantor kantor pelayanan kas atau kepala kantor pelayanan kas membawahi petugas-petugas lainnya disesuaikan dengan kebutuhan dan volume usahanya.

8. Bagian Pengawasan mempunyai tugas yaitu :

a. Menyelenggarakan audit program/rencana pemeriksaan secara

menyeluruh.

b. Menyelenggarakan pemeriksaan dan penilaian seluruh aktivitas Bank

meliputi finansial audit, operasional audit, management audit dan EDP audit, serta menyampaikan laporan hasil pemeriksaan berikut rekomendasinya kepada manajemen yang membidangi.

c. Menyelenggarakan evaluasi atas pelaksanaan rencana kerja


(68)

d. Menyiapkan usulan program dan langkah-langkah pengembangan kegiatan fungsi Pengawasan kepada Direksi.

e. Mengevaluasi dan memantau realisasi neraca dan rugi laba setiap unit organisasi terhadap anggarannya untuk periode bulanan.

f. Menyiapkan pemeriksaan, penilaian dan pembinaan terhadap

pelaksanaan tata kerja Bank yang meliputi penilaian tingkat kepatuhan dan kewajaran.

g. Menyiapkan pengawasan terhadap rencana kerja dan anggaran

termasuk penilaian atas efisiensi dan efektifitas usaha Bank.

h. Menyiapkan dan mengawasi pelaksanaan pemeriksaan serta penilaian

terhadap kewajaran laporan keuangan Bank, menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) beserta rekomendasinya kepada Direktur Utama.

i. Menyiapkan dan mengawasi pelaksanaan pemeriksaan terhadap

pengolahan data elektronik.

j. Melaksanakan tugas dan pekerjaan lain yang masih berkaitan dengan

fungsi dasar uraian jabatannya yang belum dijabarkan dalam tugas - tugas pokok diatas.

4.2. Diskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Deskripsi Variabel Character (X1)


(69)

Tabel 4.1. Variabel Produk (X1)

No Indikator SS S N TS STS Total

1

Pernyataan calon debitur dan informan dibandingkan dalam memberikan kredit (X1.1)

11 48 1 0 0 60

Prosentase (%) 18% 80% 2% 0% 0% 100%

2

Kondisi fisik dan kesehatan calon debitur diperhatikan dalam memberikan kredit (X1.2)

6 52 2 0 0 60

Prosentase (%) 10% 87% 3% 0% 0% 100%

3

Pekerjaan calon debitur yang berganti-ganti dijadikan

pertimbangan dalam

memberikan kredit (X1.3)

8 51 1 0 0 60

Prosentase (%) 13% 85% 2% 0% 0% 100%

4 Pola hidup dan interkasi calon

debitur dalam bermasyarakat dijadikan pertimbangan dalam memberikan kredit (X1.4)

3 54 3 0 0 60

Prosentase (%) 5% 90% 5% 0% 0% 100%


(1)

seorang calon debitur maka akan semakin besar peluang untuk pemberian kredit kepada calon debitur.

Variabel Collateral tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap Keputusan Pemberian Kredit pada BPR Surya Artha Utama di Surabaya. Perhitungan yang diperoleh dari uji parsial untuk variabel collateral adalah t hitung = -0,825 < t tabel = 2,004. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil analisis dan perhitungan tidak sesuai dengan hipotesis yang telah di buat. Hal ini disebabkan karena meskipun jaminan yang diberikan dapat mengcover jumlah pinjaman tetapi jika faktor lain dalam jaminan seperti letak dan harga jual tidak memenuhi ketentuan, maka pinjaman tidak akan di berikan.

Variabel Condition berpengaruh nyata (signifikan) terhadap Keputusan Pemberian Kredit pada BPR Surya Artha Utama di Surabaya. Perhitungan yang diperoleh dari uji parsial untuk variabel condition adalah t hitung = 2,140 > t tabel = 2,004 Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil analisis dan perhitungan sesuai dengan hipotesis yang telah di buat. Bahwa kondisi perekonomian dari usaha calon debitur juga mentukan keputusan pemberian kredit oleh sebuah bank.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Variabel Character (X1), Capacity (X2), Capital (X3), Collateral (X4) dan

Condition (X5) berpengaruh secara simultan terhadap Keputusan Pemberian

Kredit pada BPR Surya Artha Utama di Surabaya (Y). Dengan demikian hipotesis satu yang menyatakan bahwa’’ Terdapat pengaruh simultan variabel Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition terhadap Keputusan Pemberian Kredit pada BPR Surya Artha Utama di Surabaya adalah sangat kuat.

2. Variabel Character (X1), Capacity (X2), Capital (X3), Collateral (X4) dan

Condition (X5) berpengaruh secara parsial terhadap Keputusan Pemberian

Kredit pada BPR Surya Artha Utama di Surabaya.

a. Tidak terdapat pengaruh variabel Character secara parsial terhadap Keputusan Pemberian Kredit pada BPR Surya Artha Utama di Surabaya.

b. Terdapat pengaruh antara Capacity secara parsial terhadap Keputusan Pemberian Kredit pada BPR Surya Artha Utama di Surabaya


(3)

c. Terdapat pengaruh antara Capital secara parsial terhadap Keputusan Pemberian Kredit pada BPR Surya Artha Utama di Surabaya.

d. Tidak terdapat pengaruh antara Collateral secara parsial terhadap Keputusan Pemberian Kredit pada BPR Surya Artha Utama di Surabaya.

e. Terdapat pengaruh antara Condition secara parsial terhadap Keputusan Pemberian Kredit pada BPR Surya Artha Utama di Surabaya.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan maka dapat diambil kesimpulan yang diperoleh, dapat dikembangkan beberapa saran bagi pihak – pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini. Adapun saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Bagi PT. BPR Surya Artha Utama diharapkan lebih memperhatikan track

record dari calon debitur dalam hal pinjaman. Hal ini berkaitan dengan faktor character dari debitur Sehingga pemberian kredit benar-benar dapat di berikan pada debitur yang memenuhi kriteria.

2. Bagi PT. BPR Surya Artha Utama diharapkan lebih memperhatikan

jaminan yang akan digunakan oleh debitur (collateral). Faktor-faktor letak dan harga dari jaminan tersebut harus lebih diperhatikan oleh suatu bank. Sehingga pemberian kredit benar-benar dapat diberikan pada debitur yang memenuhi kriteria dan kredit macet dapat diminimalkan.


(4)

3. Bagi peneliti selanjutnya agar penelitian dapat lebih beragam maka diharapkan peneliti selanjutnya dapat menambahkan serta memasukkan variabel yang lain yang dapat mempengaruhi dalam keputusan pemberian kredit.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari, 2002, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran jasa, Edisi Revisi, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Azwar, Saifuddin, 2001. Reliability dan Validitas, UNDIP Press, Semarang. Budi Untung, 2001. Kredit Perbankan di Indonesia, Andi, Yogyakarta.

Dahlan Siamat, 2001. Manajemen Lembaga Keuangan, Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, Jakarta.

Kasmir, 2003. Uang Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, Cetakan 2, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Kotler, Philip, 2002. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium, Jilid satu, Jakarta : Prenhallindo.

Ma’ruf, Hendri, 2005. Pemasaran Ritel, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

OP Simorangkir, 2000. Seluk Beluk Bank Komersial, Cetakan Kelima, Aksara

Persada Indonesia, Jakarta.

Ridwan S. Sundjaja, dan Inge Berlian, 2001. Manajemen Keuangan Satu, PT.

Prehallindo, Jakarta.

Radiosunu ( Alm ), 2003. Manajemen Pemasaran Edisi Kedua, Yogyakarta :

BPFE.

Swastha, Basu, 2000. Asas – Asas Marketing ( Edisi Ketiga ), Yogyakarta : Liberty.

Swastha, Basu, 2001. Asas – Asas Marketing ( Edisi Keempat ), Yogyakarta : Liberty.


(6)

Sugiyono, 2006. Metoode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta Bandung.

Suhardjono, 2000. Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah, UPP

AMK YKPN, Yogyakarta.

Suhardjono, 2002. Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah, UPP

AMK YKPN, Yogyakarta.

Swastha, Basu, 2000. Azas – Azas Marketing, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

Tjiptono, Fandi, 2005. Pemasaran Jasa Edisi Pertama, Malang : Bayumedia