VARIABEL VARIABEL YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT UNTUK PEMBELIAN SEPEDA MOTOR PADA PT. SUZUKI SEJAHTERA SIDOARJO.

(1)

SEPEDA MOTOR PADA PT. SUZUKI SEJAHTERA SIDOARJO

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “ Veteran “

Jawa Timur SKRIPSI

Oleh:

DODY WIGUNA NPM : 0542010041

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

SURABAYA 2010


(2)

Judul Penelitian : VARIABEL – VARIABEL YANG MEMPENGARUHI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT UNTUK PEMBELIAN SEPEDA MOTOR SUZUKI PADA PT. SUZUKI SEJAHTERA SIDOARJO

Nama Mahasiswa : Dody Wiguna

NPM : 0542010041

Jurusan : Administrasi Bisnis

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti sidang Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dra. Lia Nirawati, M.Si. NIP 196009241993032001

Mengetahui Ketua Program Studi

Drs. Sadjudi, S.E., M.Si. NIP. 195220271973101001


(3)

PT. SUZUKI SEJAHTERA SIDOARJO Oleh:

Dody Wiguna NPM 0542010041

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 03 Desembar 2010

Pembimbing utama Tim Penguji 1. Ketua

Dra. Lia Nirawati, M. Si Drs. Sadjudi M.Si

NIP. 196009241993032001 NIP. 195202071973101001 2. Sekretaris

Dra. Lia Nirawati, M. Si NIP. 196009241993032001 3. Anggota

Dra. Ety Dwi Susanti M.Si NIP. 1968050119940322001 Mengetahui,

Dekan

Dra. Ec, Hj. Suparwati M. Si NIP. 1955071819832022001


(4)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, serta tidak lupa sholawat dan salam penulis ucapkan kepada baginda Rasul nabi Muhammad SAW. Karena karunia – Nya, penulis bisa menyelesaikan Skripsi. Hanya kepadaNya – lah rasa syukur yang dipanjatkan atas selesainya Skripsi. Sejujurnya penulis mengakui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan Skripsi ini, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri, kesulitan itu akan terasa mudah apabila kita yakin terhadap kemampuan yang kita miliki. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yakni Ibu Dra. Lia Nirawati., M.Si. yang telah bersedia memberi masukan dan meluruskan kesalahan-kesalahan penulis dalam penyusunan Skripsi. Semua proses kelancaran pada saat pembuatan Skripsi tidak lepas dari segala bantuan dari berbagai pihak yang sengaja maupun yang tidak sengaja telah memberikan sumbangasihnya. Maka penulis “wajib” mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka yang disebut berikut :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si. selaku Dekan FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

2. Bapak Drs. Sadjudi, S.E., M.Si. selaku Ketua Program Studi Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Nurhadi, M.Si. selaku sekretaris Program Studi Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(5)

iv diberikan kepada penulis.

5. Kedua orang tua serta adik-adik penulis yang selalu mendukung atas terselesainya Skripsi ini.

6. Teman-teman angkatan 2005 yang tidak dapat disebutkan satu per satu. 7. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis.

Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan – kekurangan dalam penyusunan Skripsi. Maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Terima kasih.

Surabaya, Desember 2010


(6)

KATA PENGANTAR ………... i

DAFTAR ISI ... ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... … 1

1.1Latar Belakang ... … 1

1.2Perumusan Masalah ... … 5

1.3 Tujuan Peneliti ……….………... 5

1.3 Manfaat Penelitian ………..……... 6

BAB II LANDASAN TEORI... … 7

2.1 Landasan Teori... … 7

2.1.1 Pengertian Pemasaran ... … 7

2.1.2 Manajemen Pemasaran... … 9

2.1.3 Konsep Pemasaran ... 10

2.1.4 Strategi Pemasaran ... 12

2.1.5 Manajemen Perkreditan ... 13

2.1.6 Kredit ...14

2.1.6.1 Pengertian kredit...14

2.1.6.2 Unsur – Unsur Kredit ... 16

2.1.6.3 Fungsi Kredit ... 18

2.1.6.4 Jenis Kredit ... 18

2.1.6.5 Penilaian Kredit ... 20

2.1.6.6 Selekai dalam pemberian kredit ... 20

2.1.6.7 Faktor – Faktor Penyebab Kredit Bermasalah ... 20


(7)

2.1.7.1 Pengertian ... 25

2.1.7.2 Jenis Perusahaan Pembiayaan Konsumen ... 26

    2.1.7.3. Dokumen ……….……… 28

2.1.7.4. Manfaat ………..………. 29

2.2 Kerangka Berpikir ……… 30

2.3 Hipotesis ………..……… 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….... ………..34

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...….………..…. 34

3.1.1 Variabel Bebas (Independent) ………... 34

3.1.2 Variabel terikat ( Dependent ) ………... 37

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... ... 38

3.2.1 Populasi………..……..……… 38

3.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...……. 39

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.3.1 Pengumpulan Data ... 40

3.3.3. Jenis Data ... 40

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 40

3.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitasata ... 40

3.4.1.2 Reliabilitas Data ... 42

3.4.2 Asumsi-Asumsi Klasik Analisis Regresi Linier Berganda ... 42

3.4.3 Teknik Analisis ... 45


(8)

3.4.4.1 Uji F ... 47

3.4.4.2 Uji t ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Gambaran Obyek Penelitian dan Penyajian Data ... 49

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 49

4.1.2 Lokasi Perusahaan ... 50

4.1.3 Struktur Organisasi ... 51

4.1.4 Uraian Pekerjaan ... 53

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 57

4.2.1 Karakteristik Responden ... 57

4.2.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ... 59

4.2.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 64

4.2.3.1 Uji Validitas ... 64

4.2.3.2 Uji Reliabilitas ... 68

4.3 Uji Asumsi Klasik dan Analisis Regresi Linier Berganda ... 69

4.3.1 Uji Normalitas ... 69

4.3.2 Multikolonieritas ... 71

4.3.3 Heterokedastisitas ... 73

4.3.4 Autokorelasi ... 73

4.4 Hasil Analisis Regresi linear Berganda ... 74

4.4.1 Analisis Koefisien Determinasi dan Koefisien Korelasi .... 77

4.4.2 Pengujian Hipotesis ... 78


(9)

4.4.2.2 Uji t ( Uji Parsial ) ... 80

4.5 Interprestasi ... 89

BAB V KESIMPILAN DAN SARAN ... 93

5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Saran ... 94 DAFTAR PUSTAKA


(10)

Gambar 2.1 Unsur – unsur Kredit Gambar 2.2 kerangka berpikir

Gambar 3.1 Distribusi Daerah Keputusan Autokorelasi Gambar 4.1 Uji Hiterokedastisitas

Gambar 4.2 Daerah Penerimaan H1 dan Penolakan H0 Uji F

Gambar 4.4 Kreteria Daerah Penerimaan atau Penolakan Variabel X1 Gambar 4.4 Kreteria Daerah Penerimaan atau Penolakan Variabel X2 Gambar 4.4 Kreteria Daerah Penerimaan atau Penolakan Variabel X3 Gambar 4.4 Kreteria Daerah Penerimaan atau Penolakan Variabel X4 Gambar 4.4 Kreteria Daerah Penerimaan atau Penolakan Variabel X5


(11)

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ... 57

Tabel 4.2 Usia Responden ... 58

Tabel 4.3. Pekerjaan Responden ... 59

Tabel 4.4 Jawaban responden terhadap variabel kemauan untuk membayar ... 59

Tabel 4.5 Jawaban responden setuju terhadap variabel kapasitas konsumen ... 60

Tabel 4.6 Jawaban responden terhadap variabel modal konsumen ... 61

Tabel 4.7 jawaban responden terhadap variabel jaminan atas kredit ... 62

Tabel 4.8 jawaban responden terhadap variabel kondisi konsumen secara umum63 Tabel 4.9 jawaban responden terhadap variabel keputusan pemberian kredit ... 63

Tabel 4.10 Hasil uji validitas butir pertanyaan untuk variabel kemauan untuk Membayar (X1)... 65

Tabel 4.11 Hasil uji validitas butir pertanyaan untuk variabel kapasitas konsumen (X2) ... 66

Tabel 4.12 Hasil uji validitas butir pertanyaan untuk variabel modal konsumen (X3) ... 66

Tabel 4.13 Hasil uji validitas butir pertanyaan untuk variabel jaminan atas kredit (X4) ... 67

Tabel 4.14 Hasil uji validitas butir pertanyaan untuk variabel kondisi konsumen secara umum (X5) ... 67

Tabel 4.15 Hasil uji validitas butir pertanyaan untuk variabel keputusan pemberian kredit (Y) ... 68


(12)

Tabel 4.17 Hasil uji Normalitas Model ... 70

Tabel 4.18 Nilai Variance Inflation Variabel Bebas ... 72

Tabel 4.19 Nilai Durbin Watson ... 74

Tabel 4.20 Hasil dari Regresi Linier Berganda ... 74

Tabel 4.21 Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 77

Tabel 4.22 Hasil perhitungan uji F ... 79

Tabel 4.23 Hasil perhitungan uji t ... 81

Tabel 4.24 Nilai koefisien korelasi parsial ... 88


(13)

x Lampiran 1 Kuisioner

Lampiran 2 Hasil perhitungan Kuisioner Lampiran 3 Distribusi Frekuensi

Lampiran 4 Uji Validitas Correlation Lampiran 5 Uji Realibilitas

Lampiran 6 Uji Asumsi Klasik Lampiran 7 Regresi


(14)

DODY WIGUNA, VARIABEL – VARIABEL YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT UNTUK PEMBELIAN SEPEDA MOTOR PADA PT. SUZUKI SEJAHTERA SIDOARJO

PT. Suzuki Sejahtera Sidoarjo adalah sebuah perusahaan leasing atau pembiayaan konsumen yang mengkhususkan diri pada pembiayaan sepeda motor suzuki yang legalitasnya sebagai pemberi kredit resmi sepeda motor suzuki pada perkembangannya telah memperoleh kepercayaan dari masyarakat luas yang ingin memiliki sepeda motor suzuki dengan cepat dan mudah melalui kredit.

Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh character, capacity, capital, collateral,

conditions terhadap keputusan pemberian kredit. Teknik sampel yang dipergunakan adalah simple

random sampling. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi sebanyak 120 sehingga jumlah sampel yang diambil sebanyak 92 orang. Teknik analisis yang dipergunakan adalah analisis regresi berganda.

Hasil dari penelitian telah menunjukan bahwa secara simultan variabel kemauan untuk membayar, kapasitas konsumen, modal konsumen, jaminan atas kredit dan kondisi konsumen berpengaruh pada signifikan terhadap keputusan pemberian kredit. Hal ini dapat diketahui dari nilai signifikan variabel kemauan membayar (character) (X1) sebesar 0,021 dengan sebesar 2.349, variabel pendapatan konsumen (capacity) (X2) sebesar 0.003 dengan sebesar 3.085, variabel modal yang dimiliki (capital) (X3) sebesar 0.001 dengan sebesar 3.042, variabel jaminan atas kredit (collateral) (X4) sebesar 0.030 dengan sebesar 2.203, variabel kondisi konsumen secara umum (conditions) (X5) sebesar 0.026 dengan sebesar 2.259. Dengan demikian dapat diketahui lebih besar dari sebesar 1.9879 maka H0 ditolak; yang berarti bahwa ada pengaruh secara parsial dari variabel kemauan membayar (character) (X1), variabel pendapatan konsumen (capacity) (X2), variabel modal yang dimiliki (capital) (X3), variabel jaminan atas kredit (collateral) (X4), variabel kondisi konsumen secara umum (conditions) (X5), terhadap keputusan pemberian kredit (Y).

Kata Kunci : Kemauan untuk membayar, Kapasitas konsumen, Modal konsumen, Jaminan atas kredit, Kondisi konsumen secara umum, Keputusan pemberian kredit.

   


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada era globalisasi yang mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini, membuat jalannya roda pembangunan nasional di Negara mengalami kemajuan di berbagai bidang. Hal ini jugadi alami yang besar dari sector moneter melalui berbagai kebijaksanaan. Peranan kebijaksanaan moneter dalam suatu perekonomian biasanya keliatan jelas pada waktu perekonomian tersebut untuk menciptakan dan memelihara suatu tingkat kestabilan ekonomi. Dalam masa pembangunan juga didasari kebijaksanaan ekonomi yang lain seperti kebijaksanaan perdagangan, kurs mata uang, perpajakan, kebijaksanaan industri dan produksi, kebijaksanaan pertanian dan sebagainya.

Salah satu pegangan yang penting dalam kebijaksanaan moneter adalah bagaimana kebijaksanaan suku bunga dan kredit. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa suku bunga kredit akan dapat menunjang tercapainya sasaran kebijaksanaan moneteryang dapat mendorong tabungan masyarakat dan mengurangi tekanan inflasi.

Kebijaksanaan – kebijaksanaan pemerintah dalam rangkah pelaksanaan pembangunan di bidang ekonomi ikut pula memacu perkembangan sektor – sektor lain, baik secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan bidang ekonomi. Langkah – langkah yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan


(16)

pembangunan sektor – sektor lain yang baik langsung maupun tidak langsung berhubung dengan bidang ekonomi, yang ditandai dengan munculnya lembaga – lembaga keuangan selain bank, diantaranya perusahaan pembiayaan konsumen pada saat ini sudah cukup banyak dan manfaatnya telah dirasakan oleh banyak pihak yang menggunakan jasa perusahaan pembiayaan konsumen ini. Pembiayaan konsumen adalah suatu jenis usaha keuangan bukan bank yang bergerak dalam bidang pemberian kredit kepada masyarakatyang memerlukan dana untuk memenuhi kebutuhan dengan syarat – syarat yang relatif lebih tinggi.

Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa masih sering terjadi kendala yang harus dihadapi oleh perusahaan pembiayaan konsumen dalam hal yang berkaitan dengan tanggung jawab konsumen, yaitu kemampuan dan ketepatan waktu dalam melakukan pembayaran pengambilan pinjaman atau hutang. Realita yang terjadi adalah jika konsumen tidak mampu mengembalikan pinjaman dariperusahaan maka pada akhirnya berakhirnya pada terjadinya kredit bermasalah, berbagai hal yang berpotensi dalam terjadinya kredit bermasalah pada konsumen antara lain seperti kemauan untuk membayar, pandapatan konsumen, modal yang dimiliki konsumen, jaminan atas kredit dan kondisi perekonomian. Kelima hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kalangsungan kelancaran pembayaran kredit kedepannya.

Kondisi tersebut di atas mengharuskan pihak manajemen mempunyai perencanaan dan pengendalian yang matang dalam pengelolaan perusahaan. Perencanaan dan pengendalian yang matang didukung oleh informasi yang handal, maka pihak manajemen akan mampu untuk melakukan strategi


(17)

pengambilan keputusan yang tepat. Berdasarkan hal tersebut maka setiap keputusan yang diambil harus diperhitungkan semua faktor yang dapat mempengaruhinya.

Seperti diketahui kendaraan bermotor saat ini bukan lagi merupakan barang mewah, tetapi menjadi kebutuhan masyarakat yang digunakan sebagai alat untuk beraktifitas. Hal ini telah terbukti dengan banyaknya pengguna kendaraan bermotor baik di aderah perkotaan ataupun pedesaan. Banyak masyarakat yang lebih memilih naik kendaraan pribadi daripada kendaraan umum untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, karena mungkin biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah.

Dalam mendapatkan kendaraan bermotor, masyarakat telah ditawarkan dengan berbagai kemudahan dalam pembelian kendaraan bermotor. Salah satu contohnya adalah pembelian kendaraan bermotor dengan system kredit dan di dalam system tersebut juga relatif ringan dengan uang muka yang bias disesuaikan.

PT. SUZUKI SEJAHTERA SIDOARJO sebagai perusahaan leasing atau pembiayaan konsumen yang mengkhususkan diri pada pembiayaan sepeda motor Suzuki legatitasnya sebagai pemberi “ Kredit Resmi Sepeda Motor Suzuki “ pada perkembangannya telah memperoleh kepercayaan dari masyarakat luas yang ingin memiliki sepeda motor Suzuki dengan cepat dan mudah melalui kredit.


(18)

Dari sini masalah – masalah yang berhubungan dengan pemberian kredit muncul dan diperlukan sikap hati – hati dari perusahaan Suzuki Sejahtera ini sendiri. Tindakan yang dilakukan perusahaan tersebut dilakukan untuk menjaga kelangsungan proses pemberian kredit dari awal pencarian sampai calon konsumen dapat memenuhi kewajibannya dapat dimaklumi, berdasarkan data dari perusahaan pada bulan Agustus sampai bulan Desember 2009 diketahui kredit bermasalah semakin meningkat. Dengan adanya kredit bermasalah ini, disamping akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan pembiayaan konsumen, kredit bermasalah juga dapat dipastikan akan menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.

Untuk mengatasi kondisi yang demikian, maka di dalam pengelolaan pemberian kredit, pihak perusahaan mempertimbangkan informasi character

(kharakter konsumen) berkaitan dengan petensi kemauan konsumen untuk membayar, capacity (kapasitas pemohon) berkaitan dengan kemampuan konsumen dalam mengembalikan pinjaman, collateral (jaminan) memepertimbangkan pinjaman dari konsumen, conditions (kondisi) memperhatikan keadaan konsumen secara umum yang akan berpengaruh terhadap kelancaran pembayaran kedepannya dari calon konsumen sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dari informasi tersebut di atas maka penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang pemberian kredit. Adapun judul penelitian yang akan diajukan yaitu :


(19)

“Variabel - Variabel yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Pemberian Kredit dalam Pembelian Sepeda Motor pada PT. Suzuki Sejahtera di Sidoarjo”

1.2 Perumusan masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut :

a. Apakah kemauan untuk membayar (character), pendapatan konsumen

(capacity), modal yang dimiliki konsumen (capital), jaminan atas kredit

(collateral) dan kondisi konsumen secara umum (conditions) berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pemberian kredit ?

b. Apakah kemauan untuk membayar (character), pendapatan konsumen

(capacity), modal yang dimiliki konsumen (capital), jaminan atas kredit

(collateral) dan kondisi konsumen secara umum (conditions) berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pemberian kredit ?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara simultan character, capacity, capital, collateral dan conditions terhadap keputusan pemberian kredit.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara parsial character, capacity, capital, collateral dan conditions terhadap keputusan pemberian kredit.


(20)

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : a. Bagi Perusahaan

Dapat digunakan untuk memperoleh suatu bahan masukan tentang alternative yang dapat dipertimbangkan guna meningkatkan prestasi perusahaan dalam bidang pendapatan serta dapat dijadikan bahan perbandingan dengan kebijaksanaan yang ditempuh selama ini.

b. Bagi Universitas

Untuk menambah koleksi pustaka almamater UPN “ Veteran “ Jawa Timur. Diharapkan dapat digunakan untuk kepentingan ilmiah, perbendaharaan dan referensi keputusan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur, khususnya dibidang pemasran jasa yang berkaitan dengan kepuasan konsumen dapat digunakan sebagai refrensi penelitian selanjutnya.

c. Bagi Peneliti

dengan mengadakan penelitian secara langsung serta diharapkan pada kenyataan yang ada maka didapatkan pengetahuan mengenai pemecahan masalah yang sesungguhnya.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Pemasaran

Pemasaran tidak hanya mencakup kegiatan pertukaran (jual-beli) barang atau jasa yang terjadi dalam pasar, tetapi juga membahas semua sistematika yang menyangkut gerak dinamis dalam dunia usaha. Dimana untuk tujuan jangka pendeknya perusahaan dapat menghasilkan produk untuk memberikan kepuasan kepada konsumen, dan untuk tujuan jangka panjangnya perusahaan mendapatkan keuntungan yang diharap guna mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus melakukan salah satu fungsi pokok kegiatan yaitu pemasaran. Dimana menurut Ma’ruf (2005:3), fungsi pemasaran adalah mewujudkan sasaran perusahaan dengan cara :

1. Menetapkan basis pelanggan (customer bases) secara strategis, rasional, dan lengkap informasinya.

2. Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan calon pelanggan yang sekarang dan yang akan dating.

3. Menciptakan produk yang akan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dengan pas dan menguntungkan dan yang mampu membedakan perusahaan dari pesaingnya.

4. Mengkomunikasikan dan “mengantarkan” produk tersebut kepada pasar sasarn (target market).


(22)

5. Memimpin personel perusahaan untuk menjadi sekumpulan tenaga kerja yang disiplin, profesional, dan berpengetahuan serta punya dedikasi bagi nilai dan sasaran perusahaan.

Definisi pemasaran menurut Kotler (2002:9) adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Sedangkan menurut Assauri (2000:4), pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu kegiatan yang meliputi keseluruhan dari suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individu dan kelompok melalui pertukaran. Kebutuhan adalah suatu keadaan merasa tidak memiliki kepuasan dasar tertentu. Kebutuhan ini timbul bukan diciptakan dari para ahli pemasaran atau masyarakat itu sendiri, tetapi kebutuhan-kebutuhan itu telah ada dalam diri manusia sesuai dengan kehidupannya dan setiap orang akan selalu memenuhi kebutuhan akan yempat tinggal, makanan, pakaian, keamanan, dan beberapa hal lain untuk bertahan hidup.

Keinginan adalah hasrat akan pemuas tertentu dari kebutuhan yang lebih mendalam dan keinginan diciptakan oleh para ahli pemasaran yang terbentuk sesuai dengan kebudayaan dan perkembangan seseorang. Manusia mempunyai banyak keinginan tetapi tidak semuanya dapat dipenuhi karena harus disesuaikan dengan pendapatan, waktu dan tenaga yang ada sehingga harus menentukan


(23)

pilihan keinginan yang mana yang harus dipenuhi terlebih dahulu dengan membuat prioritas pertama terhadap keinginan yang akan dipenuhi terlebih dahulu

Perusahaan selaku produsen apabila dapat merealisir kebutuhan dan keinginan konsumen atau pasar akan menciptakan permintaan yang efektif bagi perusahaan dan akan timbul suatu kepuasan dan loyalitan konsumen terhadap produk perusahaan. Oleh karena itu pemasaran memiliki peranan yang sangat penting sebagai ujung tombak suatu perusahaan.

2.1.2 Manajemen Pemasaran

Definisi manajemen pemasaran menurut Kotler (2002:9) adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi.

Sedangkan menurut Radiosunu (2003:3), manajemen pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program-program yang bertujuan menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dijadilan sasaran dengan maksud untuk mencapai objective organisasi pemasaran.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pada suatu pertukaran produk yang menghasilkan kepuasan bagi individu serta tercapainya tujuan organisasi.


(24)

2.1.3 Konsep Pemasaran

Definisi konsep pemasaran menurut Kotler (2002:22) adalah kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada para pesaing dan memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran. Sedangkan menurut Swastha (2000:17), konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep pemasaran berientasi pada kebutuhan dan keinginan konsumen yang didukung oleh usaha pemasaran terpadu guna terciptanya kepuasan konsumen sebagai kunci tercapainya tujuan organisasi.

Menurut Tjiptono (2005:3) konsep pemasaran berientasi pada konsumen, dimana konsumen hanya akan bersedia membeli produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan serta memberikan kepuasan baginya. Implikasinya, focus aktivitas pemasaran dalam mewujudkan tujuan perusahaan adalah berusaha memuaskan pelanggan melalui pemahaman perilaku konsumen secara menyeluruh yang dijabarkan dalam kegiatan pemasaran yang mengintegrasikan kegiatan-kegiatan fungsional lainnya secara efisisen dan efektif dibandingkan para pesaing.

Menurut Swastha (2001:18), selain berientasi pada konsumen terdapat dua faktor lain yang merupakan dasar dalam konsep pemasaran yaitu koordinasi dan integritas dalam perusahaan serta mendapatkan laba melalui perusahaan konsumen.


(25)

Ketiga faktor penting dalam konsep pemasaran menurut Swastha (2001:18), dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Orientasi Konsumen

Perusahaan yang mempraktekkan orientasi konsumen harus :

a. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi.

b. Memilih kebutuhan pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya. c. Menentukan produk dan program pemasarannya.

d. Mengadakan penelitian pada konsumen, untuk mengukur, menilai dan menafsirkan keinginan, sikap serta tingkah laku mereka.

e. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang menarik.

2. Koordinasi dan integrasi dalam perusahaan

Untuk memberikan kepuasan konsumen secara optimal, semua elemen-elemen pemasaran yang ada harus dikoordinasi dan diintegrasikan. Dengan kata lain, setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam suatu usaha yang terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen sehingga tujuan perusahaan dapat direalisir.

3. Mendapatkan laba melaui pemuasan konsumen

Salah satu tujuan dari semua perusahaan pada umumnya adalh mengoptimalkan laba yang disebut dengan orientasi laba. Dengan laba ini, perusahaan dapat tumbuh dan berkembang, dapat menggunakan kemampuan


(26)

yang lebih besar, dapat memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen serta dapat memperkuat kondisi perekonomian.

2.1.4 Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran merupakan bagian dari strategi bisnis yang memberikan arah pada semua fungsi manajemen suatu organisasi.

Menurut Tull dan Kahle yang dikutip oleh Tjiptono (2002:6), strategi pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melaui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

Sedangkan menurut Hawkins, Best dan Coney (2001:12), marketing strategy is formulated in term of the marketing mix. This is, it envolves determining the product features, price, communications, distribution and services that will provide customers with superior value.

Atau strategi pemasaran adalah perumusan yang dipandang dari segi bauran pemasaran. Yaitu yang menyangkut ciri-ciri (keistimewaan) produk, harga, komunikasi, distribusi dan pelayanan yang akan memberikan pelanggan nilai lebih.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran merupakan alat atau perumusan yang direncanakan dalam memberikan arah untuk mencapai tujuan perusahaan melaui bauran pemasaran yaitu produk, harga, komunikasi (promosi), distribusi dan pelayanan yang saling berkaitan untuk melayani pasar sasarannya.


(27)

2.1.5 Manajemen Perkreditan

Menurut Suhardjono (2002 : 243-244) manajemen mencakup prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit, organisasi dan jabatan yang berhak memeberikan kredit, proses dan prosedur dalam pemberian kredit, dokumentasi dan aministrasi kredit, pengawasan dan pembinaan kredit serta penyelesaian kredit bila terjadi maslah dalam proses dan prosedur pemberian kredit mencakup prakarsa kredit, analisi kredit, rekomendasi kredit dan keputusan kredit.

Dalam pelaksanaan pemberian kredit dan pengelolaan pengkreditan bank wajib mematuhi kebijakan perkreditan yang telah dibuat tersebut serta konsisten dan konsekuen. Kebijaksanaan perkreditan harus sudah diterapkan dan dilaksanakan selambat – lambatnya pada tanggal 1 januari 1996. Bagi bank yang telah mempunyai pedoman kebijaksanaan perkreditan wajib menyesuaikan kembali pedoman tersebut dengan memperhatikan semua aspek – aspek tersebut di atas. Sedangkan bagi bank yang baru memeperoleh izin usaha wajib memiliki dan menerapkan serta melaksanaan kebijaksanaan perkreditan sejak mulai melakukan kegiatan usahanya.

Apabila dalam pelaksanaanya ternyata bank memberikan kredit tidak sesuai dengan kebijaksanaan perkreditan yang telah di tetapkannya, mala bank Indonesia akan memberikan sanksi yang mempengaruhi penilaian kesehatan bank dan sanksi sesuai degan perundang – undangan yang berlaku.

Pedoman tersebut wajib di buat mengingat bahwa sesuai dengan lingkup pemberian kredit mencakup bahwa aspek dan mengandung resiko yang bervariasi, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu agar ada pedoman


(28)

pemberian kredit yang dapat di pergunakan oleh setiap pejabat di bidang perkreditan, maka setiap bank harus memepunyai pedoman kebijaksanaan perkreditan.

2.1.6 Kredit

2.1.6.1 Pengertian kredit

Menurut Suhardjono (2000 : 11), kata kredit bersal dari bahasa Yunani “Credre” yang bereti kepercayaan atau bersala dari bahasa latin “Creditum” yang berarti kepercayaan akan benar. Pengertian tersebut kemudian dibakikan oleh pemerintah dengan dikeluarkan undang – undang pokok perbankan no. 14 tahun 1967 bab 1 pasal 1 dan 2 yang merumuskan pengertian kredit sebagai berikut : “kredit adalah penyediaan uang atau yang disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan lain pihak dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan”.

Selanjutnya pengertian kredit tersebut dalam undang – undang no. 7 tahun 1992 tentang perbankkan sebagaiman telah diubah dengan undang – undang nomor 10 tahun 1998, yang mendefisinikan pengertian kredit adalah sebagai berikut : “kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan sejumlah bunga”.

Dalam praktek sehari – hari pengertian kredit tersebut mencakup pula kegiatan antara lain : pembelian surat berharga yang disertai Note Purchase


(29)

Agreement (NPA), pembelian surat berharga lain yang diterbitkan nasabah pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan ajak piutang (factoring)

pemberian jaminan bank, fasilitas berupa komitmen dan kontingensi yang diantaranya meliputi bank garasi, latterof credit (L atau C), surat krdit berdokumen dalam negeri (SKBDN), stand by L or C (SLBC), ekspektasi endosemen dan aval surat berharga.

Menurut Budi Untung yang menguntip dari OP Simorangkir (2000 : 194) kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang dan barang) dengan batas prestasi (kontrapretasi) yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Kehidupan ekonomi modern adalah prestasi uang, yang dengan demikian transaksi kredit menyangkut uang sebagai alat kredit. Kredit berfungsi kooperatif antara si pemberi kredit dan si penerima kreditatau antara kreditur dengan debitur. Mereka menarik keuntungan dan saling menaggung resiko. Singkatnya, kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen kepercayaan, resiko dan pertukaran ekonomi di masa – masa yang akan datang.

Secara umum kredit diartikan sebagai “the ability to borrow on the oponion conceived by the leader that will be repaid”.

Definisi kredit tersebut memberikan konsekuensi bagi bank dan peminjam mengenai hal- hal berikut :

1. Penyediaan uang atau yang dapat dipersamakan dengan itu oleh bank (kreditur)

2. Kewajiban debitur mengembalikan kredit yang diterima 3. Jangka waktu pengembalian kredit


(30)

4. Pembayaran bunga 5. Perjanjian kredit 2.1.6.2 Unsur – Unsur Kredit

Menurut Budi Untung (2000 : 2), dari uraian diatas dapat ditemukan sedikitnya ada 4 (empat) unsur kredit, yaitu seperti di gambarkan pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Unsur – unsur Kredit

Unsur Kredit

Prestasi Resiko

Waktu Kepercayaan

Intisari kredit adalah unsur kepercayaan. Unsur lainnya adalah mempunyai pertimbangan tolong menolong. Selain itu, diliat dari pihak kreditur, unsur penting dalam kegiatan kredit sekarang ini adalah untuk mengambil keuntungan dari modal dengan mengambil kontraprestasi, sedangkan dipandang dari segi debitur, adalah adanya bantuan dari kreditur untuk mencapai menutupi kebutuhan yang berupa prestasi. Hanya saja antra prestasi dengan kontraprestasi tersebut ada suatu masa yang memisahkannya. Kondisi ini mengakibatkan adanya resiko yang


(31)

berupa ketidaktentuan, sehingga oleh kerananya diperlukan suatu jaminan dalam pemberian kredit tersebut.

1. Kepercayaan, disini berarti bahwa si pemberi kredit yakin bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk ruang, barang, atau jasa akan benar – benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

2. Tenggang waktu, yaitu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.

3. Degree Of Risk, yaitu resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima dikemudian hari. Semakin panjang jangka waktu kredit diberikan maka semakin tinggi pula tingkat resikonya, sehingga terdapat unsur – unsur ketidak tentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko. Karena adanya unsur resiko ini maka dibituhkan jaminan dalam pemberian kredit. 4. Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang,

tetapi juga da[at berbentuk barang atau jasa. Namun karena kehidupan ekonomi modern sekarang ini didasarkan pada uang transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.


(32)

2.1.6.3 Fungsi Kredit

Menurut Budi Untung (2004 : 4), kredit pada awalnya perkembanganya mengarah fungsinya untuk merangarah kedua belah pihak untuk tujuan pencapian kebutuhan baik dalam bidang usaha maupun kebutuhan sehari – hari.

Suatu kredit mencapai fungsinya, baik bagi debitur, kreditur, maupun masyarakat, apabila secara sosial ekonomis membawa pengaruh yang lebih baik. Bagi pihak debitur dan kreditur, mereka sama – sama memperoleh keuntungan, dan juga mengakibatkan tambahan penerimaan negara dari pajak, serta membawa dampak kemajuan ekonomi yang bersifat mikro maupun makro. Kredit dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan mempunyai fungsi :

1. Meningkatkan daya guna uang

2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang 3. Meningkatkan daya guna dan peredaran uang 4. Sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi 5. Meningkatkan semangat berusaha

6. Meningkatkan pemerataan pendapatan 7. Meningkatkan hubungan internasional 2.1.6.4 Jenis Kredit

Menurut Budi Untung (2000 : 4), krdit terdiri dari beberapa jenis bila diliat berbagai pandangan.

Jenis kredit dapat dibedakan menurut berbagai kriteria, yaitu dari berbagai kriteria lembaga pemberian – penerima kredit, jangka waktu serta penggunaan


(33)

kredit, kelengkapan dokumen penggunaan krdit, kelengkapan dokumen perdagangan, atau dari berbagai kriteria lainnya.

Dari segi lembaga pemberi – penereima kredit yang menyangkut struktur pelaksanaan kredit di indonesia, maka jenis kredit dapat digolongkan menjadi sebagai berikut :

1. Kredit perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha, dan atau konsumsi. Kredit ini diberikan oleh bank pemerintah maupun bank swasta kepada dunia usaha guna membiayai sebagai kebutuhan permodalan, dan atau kredit dari bank kepada individu untuk membiayai pembelian kebutuhan hidup yang berupa barang maupun jasa.

2. Kredit likuiditas, yaitu yang diberikan oleh bank sentral kepada bank – bank di indonesia, yang selanjutnya digunakan sebagai dana untuk membiayai kegiatan pengkreditannya. Kredit ini dilaksanakan oleh bank indonesia dalam rangka melaksanakan tugasnya sesuai ketentuan pasal 29 UU Bank Sentral tahun 1968, yaitu memajukan urusan perkreditan dan sekaligus bertindak sebagai pengawas atas urusan kredit tersebut. Dengan demikian bank indonesia mempunyai wewenang untuk menetapkan batas – batas kuantitatif dan kualitatif di bidang perkreditan bagi perbankan yang ada.

3. Kredit langsung, kredit ini diberikan oleh bank indonesia kepada lembaga pemerintahan. Misalnya bank indonesia memberikan kredit langsung kepada lembaga pemerintah, atau semi pemerintah. Misalnya bank indonesia memberikan kredit langsung kepada bulog dalam rangka melaksanakan


(34)

program pengadaan pangan, atau pemberian kredit langsung kepada pertamina, atau pihak ketiga lainya.

2.1.6.5 Penilaian Kredit

Menurut Dahlan Siamat (2001 : 171), penilaian kredit atau disebut juga analisis kredit, dilakukan oleh suatu tim atau bagian dalam organisasi perkreditan terhadap permohonan kredit yang diajukan kepada tujuan untuk menilai kondisi calon debitur. Analisis kredit dimaksudkan agar pemberian kredit tersebut mencapai sasaran yaitu dapat lebih terarah, memberikan hasil dan aman. Dengan analisis kredit macet yang disebabkan ketidakmampuan debiturmemenuhi kewajibannya sesuai yang telah disepakati sebagaimana tertuang dalam perjanjian kredit.

Agar tujuan analisis tercapai, perlu persiapan analisis berupa pengumpulan informasi atau data sebagai bahan analisis dengan menggunakan teknik – teknik penganalisisaan yang mencakup baik analisis kuantitatif maupun kualitatif. Bahan analisi tersebut haruslah dapat dipercaya sehingga akan memeberikan output yang lebih akurat pula. Selain itu, tenaga analisis haruslah yang memiliki ketrampilan dan berpengalaman di bidang ini secara teknisi dan teoritis.

2.1.6.6 Selekai dalam pemberian kredit

Menurut Ridwan S. Sundjaja (2001 : 162), sumber informasi kredit dan metode analisa kredit yang tepat harus dikembangkan. Setiap aspek dari pemilihan kredit adalah penting untuk keberhasilan mengelola piutang dagang.

Lima dimensi utama yaitu Character (karakter), Capacity (kemampuan), Capital (modal), Collector (jaminan), dan Conditons (keadaan) yang sering


(35)

digunakan oleh analisis kredit perusahaan untuk menganilis kemampuan permohonan kredit.

1. Character

Memeliti dan memperhatikan sifat – sifat pribadi, cara hidup, status sosial dan lain – lain. Hal ini penting karena berkaitan dengan kemampuan untuk membayar (willingness to pay)

2. Capacity

Meneliti kemampuan pimpinan perusahaan berserta staf dalam meraih penjualan ataupun pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dicapai pada masa lalu dan juga keahlian yang dimilikidalam bidang usaha. Hal ini berkaitandengan kemampuan untuk membayar (ability to pay).

3. Capital

Mengukur posisi keungan secara umum dengan memperhatikan modal yang dimiliki perusahaan dan juga perbandingan hutang dan modalnya.

4. Collateral

Mengukur besarnya aktiva yang akan dikaitkan sebagai jaminan atas kredit. 5. Condition

Memperhatikan keadaan perekonomian pada umumya serta trend perekonomian yang akan mempengaruhi terhadap jalannya usaha perusahaan. Analisa kredit memberikan perhatian utama terhadap character dan capacity karena merupakan dasar yang paling utama dalam memberikan kredit. Pertimbangan terhadap 3 C lainnya capital, collateral, dan condition penting


(36)

dalam menyusun rencana kredit serta dalam membuat keputusan akhir kredit, hal mana juga dipengaruhi oleh pengalaman dan pertimbangan dari analisis kredit. 2.1.6.7 Faktor – Faktor Penyebab Kredit Bermasalah

1. Faktor Internal

Menurut Dahlan Siamat (2001 : 175), faktor internal kredit bermasalah berhubungan dengan kebijakan dan strategi yang ditempuh pihak bank.

a. Kebijakan perkreditan yang ekspansif

Bank yang memiliki kelebihan dana (exess liqudity) sering menetapkan kebijakan perkreditan yang terlalu ekspansif yang melebihi pertumbuhan kredit secara wajar yaitu dengan menetapkan sejumlah target kredit yang harus dicapai ubtuk kurun waktu tertentu tersebut cenderung mendorong pejabat kredit menempuh langkah – langkah yang lebih agresif dalam memilih calon debitur dan kurang menerapkan prinsip – prinsip perkreditan yang sehat dalam menilai permohonan kredit sebagaimana seharusnya. Di samping itu bank sering saling membajak nasabah dengan memeberikan kemudahan yang berlebihan. Bank dalam beberapa kasus sering mengabaikan kalau calon debiturnya masuk dalam daftar kredit macet yang diterbitkan bank indonesia secara rutin.

b. Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan

Pejabat bank sering tidak mengikuti dan kurang disiplin dalam menerapkan prosedur perkreditan sesuai dengan pedoman dan tata cara pemberian kredit dalam suatu bank. Hal yang sering terjadi, bank tidak mewajibkan calon debitur membuat studi kelayakan dan menyampaikan


(37)

data keuangan yang lengkap. Penyimpangan sistem dan prosedur perkreditan tersebut bisa disebabkan karena jumlah dan prosedur dan kualitas sumber daya manusia khususnya yang menangani maslah perkreditan belum memadai. Di samping itu, salah satu penyebab timbulnya kredit bermasalah tersebut dari sisi intern bank adalah adanya pihak dalam bank yang sangat dominan dalam pemutusan kredit.

c. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit

Untuk mengukur kelemahan sistem administrasi dan pengawasan kredit bank dapat dilihat dari dokumen kredit yang seharusnya diminta dari debitur tapi tidak dilakukan oleh bank, berkas perkreditan tidak lengkap dan tidak teratur, pemntauan terhadap usaha debitur tidak dilakukan secara rutin, termasuk peninjauan langsung pada lokasi usaha debitur secara periodik. Lemahnya sistem administrasi tersebut menyebabkan kredit yang secara potensial akan mengalami masalah tidak dapat dilacak secara dini, sehingga bank melakukan langkah – langkah pencegahan.

d. Lemah sistem informasi kredit

sistem informasi kredit yang tidak berjalan sebagaimana seharusnya akan memperlemah keakuratan pelaporan bank yang pada gilirannya akan sulit melakukan deteksi dini. Hal tersebut dapat menyebabkan terlambatnya pengambilan langkah – langkah yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah.


(38)

e. Itikad kurang baik dari pihak bank

pemilik atau pengurus bank seringkali memenafaatkan keberadaan banknya untuk kepentingan kelompok bisnisnya dengan sengaja melanggar ketentuan kehati – hatian perbankan terutama ketentuan legal lending limit. Skenario lain adalah pemilik dan atau pengurus bank memberikan kredit tersebut digunakan untuk kepentingan pemilik atau pengurus bank untuk tujuanyang lain. Skenario lain adalah pemilik dan atau pengurus bank untuk tujuan yang lain. Skenario ini terjadi karena adanya kerjasama antara pemilik dan pengurus bank yang memiliki itikad kurang baik.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal ini sangat terkait dengan kegiatan usaha debitur yang menyebabkan tejadinya kredit bermasalah antara lain dari :

1. Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya tingkat bunga kredit

Kegiatan usaha debitur rentan terhadap terjadinya penurunan kegiatan ekonomi dan dalam waktu yang sama tingkat suku bunga mengalami kenaikan yang tinggi. Penurunan kegiatan ekonomi dapat disebabkan oleh adanya kebijakan pengetatan uang yang dilakukan oleh bank indonesia menyebabkan tingkat bunga naik yang pada gilirannya bank tidak lagi mampu membayar cicilan pokok dan bunga kredit.

2. Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur Persaingan bank yang sangat ketat dalam penyaluran kredit dapat


(39)

memeperoleh kredit melebihi jumlah yang diperlukan dan untuk usaha yang tidak jelas atau spekulatif. Dalam kondisi persaingan yang tajam sering bank manjadi rasional dalam pemberian kredit dan akan diperburuk dengan keterbatasan kemampuan teknis dan pengalaman petugas bank dalam pengelolaan kredit.

3. Kegagalan usaha debitur

Kegagalan usaha debitur dapat terjadi karena sifat usaha debitur sensitive terhadap pengaruh eksternal (external factor) misalnya kegagalan dalam pemasaran produk, terjadi perubahan harga dipasar, perubahan pola konsumen dan pengaruh perekonomian nasional.

4. Debitur mengalami musibah

Musibah dapat saja terjadi pada debitur misalnya meninggal dunia, lokasi usahanya mengalami kebakaran atau kerusakan sementara usaha debitur tidak dilindungi dengan asuransi.

2.1.7 Perusahaan Pembiayaan Konsumen 2.1.7.1 Pengertian

Menurut Totok Budisantoro dan Sigit Triandru (2006 : 203), pengertian dari pembiayaan konsumen adalah suatu pinjaman atau kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada debitur untuk pembelian barang atau jasa yang akan langsung dikonsumsi oleh konsumen dan bukan untuk tujuan produksi ataupun distribusi. Perusahaan yang memberikan pembiayaan diatas disebut perusahaan pembiayaan konsumen (consumer finance company). Perusahaan pembiayaan konsumen bias dilakukan oleh suatu bank maupun lembaga keuangan bukan bank


(40)

perusahaan pembiayaan konsumen yang berbentuk lembaga keuangan bukan bank dapat dirikan oleh suatu instansi nonbank maupun bank.

2.1.7.2 Jenis Perusahaan Pembiayaan Konsumen

Menurut Totok Budisantoro dan Sigit Triandru (2006 : 204), berdasarkan kepemilikan,perusahaan pembiayaan konsumen dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

1. Perusahaan Pembiayaan Konsumen yang Merupakan Anak Perusahaan dari Pemasok.

Perusahaan pembiayaan ini dibentuk oleh perusahaan induknya yaitu pemasok dengan tujuan untuk memperlancar penjualan barang atau jasanya.

Tahap-tahap pelaksanan pembiayaan konsumen adalah : a. Pembentukan anak perusahaan

b. Pembuatan perjanjian kerjasama pembiayaan konsumen

c. Perjanjian jual beli yang dibiayai perusahaan pembiayaan konsumen dan pembiayaan pembelian konsumen

d. Pembayaran tunai dan penyerahan barang

e. Pembayaran angsuran pokok dan bunga hingga lunas selama jangka waktu tertentu

2. Perusahaan Pembiayaan Konsumen yang Merupakan Satu Grup Usaha dengan Pemasok.

Perusahaan pembiayaan konsumen jenis ini pada dasarnya tidak berbeda dengan perusahaan pembiayaan konsumen yang merupakan anak perusahaan dari pemasok. Perusahaan ini juga melayani pembiayaan pembelian barang


(41)

dan jasa yang diproduksi oleh pemasok yang juga masih satu grup usaha dengan perusahaan tersebut, perbedaanya hanya pada hubungan antara pemasok dengan perusahaan pemniayaan konsumen.

Tahap-tahap pelaksanaan pembiayaan konsumen adalah : a. Mempunyai salah satu anak perusahaan

b. Membentuk anak perusahaan baru

c. Pembentukan perjanjian kerjasama pembiayaan konsumen

d. Perjanjian jual beli yang dibiayai oleh perusahaan pembiayaan konsumen dan perjanjian pembiayaan oleh konsumen

e. Pembiayaan tunai dan penyerahan

f. Pembayaran angsuran pokok dan bunga hingga lunas selama jangka waktu tertentu

3. Perusahaan Pembiayaan Konsumen yang Tidak Mempunyai Kaitan Kepemilikan dengan Pemasok.

Perusahaan ini tidak mempunyai kaitan kepemilikan dengan pemasok dan biasanya tidak hanya melayani pembiayaan atas pembelian barang pada satu pemasok saja. Perusahaan pembiayaan ini bisa melayani pembiayaan pada pemasok lain, sedangkan spesialisasi perusahaan pembiayaan konsumen biasanya pada jenis atau tipe barang dan daerah pemasarannya.

Tahap-tahap pelaksanaan pembiayaan konsumen adalah : a. Pembuatan perjanjian kerjasama pembiayaan konsumen

b. Perjanjian jual beli yang dibiayai oleh perusahaan pembiayaan konsumen dan perjanjian pembiayaan pembelian oleh konsumen


(42)

c. Pembayaran tunai dan penyerahan barang

d. Pembayaran angsuran pokok dan bunga hingga lunas selama jangka waktu tertentu

2.1.7.3. Dokumen

Menurut Totok Budisantoro dan Sigit Triandru (2006 : 207), dokumen yang diperlikan selama proses pembiayaan konsumen sejak adanya perjanjian awal sampai dengan pelunasan pinjaman, meliputi dokumen-dokumen berikut ini :

1. Dokumen kelayakan konsumen

Adalah dokumen yang diperlukan oleh perusahaan pembiayaan konsumen untuk menentukan apakah suatu konsumen layak dibiayai ataukah tidak.

Dokumen ini antara lain :

a. Identitas konsumen ( KTP, Paspor, SIM, NPWP, anggaran dasar, surat ijin usaha dan lain-lain)

b. Bukti penghasilan atau keadaan keuangan konsumen (slip gaji, neraca dan rugi laba dan lain-lain)

c. Laporan survey oleh petugas pembiayaan konsumen pada tempat tinggal atau usaha dari konsumen

d. Dokumen pendukung seperti persetujuan istri/ suami, rekomendasi pihak yang dapat dipercayai dan lain-lain

2. Dokumen perjanjian

Adalah dokumen yang menunjukan kesepakatan-kesepakatan antara pihak yang terkait dalam proses pembiayaan konsumen. dokumen ini antara lain :


(43)

a. Perjanjian kerjasama antara pemasok dengan perusahaan pembiayaan konsumen

b. Perjanjian jual beli antara konsumen dan pemasok

c. Perjanjian pembiayaan antara konsumen dengan perusahaan pembiayaan konsumen

d. Perjanjian pengikatan berbagai bentuk jaminan ( cessie piutang, fidusia, Akta Pembebanan Hak Tanggunan dan lain-lain)

3. Dokumen kepemilikan objek pembiayaan

Adalah dokumen yang merupakan bukti kepemilikan atas barang yang dibiayai dengan pembiayaan konsumen. Dokumen ini antara lain berupa BPKB, faktur, sertifikat, bukti penyerahan barang, bukti pemesanan barang dan lain-lain.

4. Dokumen kepemilikan jaminan

Adalah dokumen yang terkait dengan kepemilikan jaminan atas pemenuhan kewajiban calon debitur. Dokumen ini antara lain berupa BPKP, sertifikat, tanah, faktur dan lain-lain.

2.1.7.4. Manfaat

Menurut Totok Budisantoro dan Sigit Triandru (2006 : 208), terdapat manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya perusahaan pembiayaan konsumen antara lain :

1. Bagi pemasok

Manfaat utama bagi pemasok dengan adanya perusahaan pembiayaan konsumen adalah peningkatan penjualan


(44)

2. Bagi konsumen

Manfaat utama bagi konsumen adalah kesempatan untuk membeli atau memiliki barang meskipun dana yang tersedia saat ini belum cukup untuk menutup seluruh harga barang dan jasa

3. Bagi perusahaan pembiayaan

Manfaat utama yang dapat diperoleh penbiayaan konsumen adalah penerimaan bunga dan biaya administrasi yang dibayarkan oleh konsumen 2.2 Kerangka Berpikir

PT Suzuki Sejatera Sidoarjo dalam melakukan pengambilan keputusan kredit yang ditujukan untuk konsumen harus dipertimbangkan dengan pengendalian dan pemgawasan, karena apabila ada kesalahan akan berakibat fatal bagi setiap langkah yang akan dilaksanakan dengan tujuan agar dana yang ada dapat digunakan seoptimal mungkin.

Di dalam kebijaksanaan pemberian kredit, tidak lepas dari faktor-faktor kemauan untuk membayar ( character ), pendapatan konsumen ( capacity ), modal yang dimiliki konsumen ( capital ), jaminan atas kredit ( collateral ) dan kondisi konsumen secara umum ( conditionds ) yang merupakan factor untuk bahan analisis dan pertimbangan mengenai kredit yang akan diberikan. Tanpa adanya factor-faktor tersebut maka kredit yang diberikan akan mengandung resiko bagi kelangsungan hidup PT Suzuki Sejatera Sidoarjo.

Character berkaitan dengan watak dan perilaku seseorang baik secara individual maupun dalam komunitas atau lingkungan usahanya. Pejabat analis dalam melakukan penilaian kharakter calon konsumen perlu memperhatikan


(45)

terutama sifat-sifat sebagai berikut : kejujuran, ketulusan,kecerdasan, kesehatan, kebiasan-kebiasan, temperamental, kekakuan, membanggakan diri secara berlebihan dan sebagainya.

Capacity merupakan penilaian dengan kemampuan peminjam mengelola usahanya secara sehat untuk kemudian memperoleh laba sesuai yang diperkirakan. Penilaian kemampuan perlu untuk mengetahui sejauh mana hasil usaha calon konsumen dapat membayar semua kewajiban ( ability to pay ) tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian kredit.

Capital merupakan penilaian terhadap permodalan. Ini penting mengingatkan kredit yang diberikan PT Suzuki Sejatera Sidoarjo untuk membiayai keseluruhan dana untuk modal yang dibutuhkan calon konsumen.

Collateral adalah penilaian terhadap jaminan yang diajukan sebagai penjaminan atas kredit guna yang diperoleh adalah untuk mengetahui sejauh mana pinjaman itu dapat menutupi resiko kegagalan pembayaran angsuran atau pengembalian kewajiban-kewajiban calon konsumen.

Conditions adalah penilaian dengan memperhatikan keadaan konsumen secara umum yang akan mempengaruhi terhadap jalannya kelancaran pembayaran angsuran.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik model alur kerangka berpikir sebagai berikut :


(46)

Gambar 2.2 kerangka berpikir

Character

(X1)

Capacity

(X2)

Capital

(X3)

Collateral

(X4)

Conditions

(X5)

Keputusan pemberian kredit (Y)

2.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penilitian yang diajukan maka dapat dirumuskan hipotesis berikut :

1. Ada pengaruh secara simultan antara kemauan untuk membayar ( character ), pendapatan konsumen ( capacity ), modal yang dimiliki konsumen (capital ), jaminan atas kredit ( collateral ) dan kondisi konsumen secara umum (

conditionds ) terhadap keputusan pemberian kredit pada PT Suzuki Sejahtera Sidoarjo.

2. Ada pengaruh secara parsial antara kemauan untuk membayar ( character ), pendapatan konsumen ( capacity ), modal yang dimiliki konsumen (capital ), jaminan atas kredit ( collateral ) dan kondisi konsumen secara umum (


(47)

conditionds ) terhadap keputusan pemberian kredit pada PT Suzuki Sejahtera Sidoarjo.


(48)

(49)

METODOLOGI PENELETIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Yang dimaksud dengan definisi operasional variabel adalah sesuatu yang dapat menjadi objek pengamatan dalam suatu penelitian yang berdasarkan atas sifat atau hal yang dapat di definisikan, dan diobservasikanl. Dalam definisi operasional dijelaskan tentang variabel – variabel yang akan diamati untuk menjadi objek pengamatan dalam penelitian, yang mana bersifat kuantitatif. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keputusan pemberian kredit (Y) sebagai variabel terikat, sedangkan variabel bebasnya sebagai berikut :

3.1.1 Variabel Bebas (Independent)

1. Kemauan untuk membayar atau character (X1)

Hal ini berkaitan dengan potensi kemauan konsumen PT. Suzuki Sejahtera Sidoarjo untuk membayar angsuran, yang diukur dengan indikator :

a. Kejujuran konsumen

Adalah kesamaan dari apa yang diutarakan oleh konsumen dan disamakan dengan informasi lingkungan yang berkembang pada saat itu dari 2 – 3 informan untuk memperoleh suatu pernyataan yang benar.


(50)

b. Kesehatan konsumen

Adalah kelayakan kondisi fisik pemohon, meliputi : usia lanjut, penyakit yang dimiliki dan gangguan jiwa.

c. Sifat temperamental konsumen

Adalah pekerjaan yang berganti – ganti dari calon konsumen dengan masyarakat sekitar.

d. Kepribadian konsumen

Adalah perilaku yang menentukan sebuah sikap yang didasarkan pada pola hidup.

2. Kapasitas konsumen atau capacity (X2)

Meneliti kemampuan konsumen PT. Suzuki Sejahtera Sidoarjo dalam mengembalikan pinjaman yang diukur dengan indikator :

a. Pendapatan konsumen

Adalah jumlah penghasilan yang didapatkan selama proses pinjaman kredit dengan analisa jumlah pendapatan dikurangi kebutuhan hidup dan didapatkan minimal sisa 2x jumlah angsuran.

b. Pekerjaan konsumen

Adalah status atau legalitas pekerjaan yang dimiliki oleh pemohon kredit.


(51)

a. Pengeluaran untuk kebutuhan hidup konsumen

Adalah jumlah yang dikeluarkan pemohon untuk kebutuhan hidup selama 1 bulan dikurangi kebutuhan lain harus setara dengan jumlah angsuran yang diambil.

2. Modal konsumen atau capital ( X3)

Mempertimbangkan posisi keuangan atau modal konsumen PT Suzuki Sidoarjo yang di ukur perbandingan hutang dan modalnya yang diukur dengan indikator :

a. Status tempat tinggal / rumah

Menandakan apakah bahwa tempat tinggal tersebut milik pribadi, orang tua ataupun kontrakan yang dapat dilihat dari bukti pajak bumi bangunan.

b. Barang berharga yang dimiliki

Menandakan kepemilikan yang di ukur untuk menjadi acuan dalam analisa kredit.

c. Hutang konsumen

Adalah tanggungan lain dari calon konsumen dan berbagai permasalahan hutang piutang.

3. Jaminan atas kredit atau collateral ( X4)

Mempertimbangkan penjaminan konsumen PT Suzuki Sejahtera yang akan dikaitkan sebagai jaminan atas kredit, yang diukur dengan indikator :


(52)

a. Pekerjaan penjamin konsumen

Adalah suatu jaminan yang dikaitkan dengan pemohon kredit yang meliputi pendapatan dan pekerjaan penjamin.

b. Hubungan penjamin dengan konsumen

Adalah hubungan penjamin harus berdasarkan satu keluarga yang dapat dilihat dari identitas kartu keluarga.

4. Kondisi konsumen secara umum atau conditions (X5)

Memperhatikan keadaan konsumen PT Suzuki Sidoarjo yang dapat mempengaruhi jalannya kredit yang di ukur dengan indikator :

a. Daerah tempat tinggal

Adalah analisa yang didapat dari keseluruhan dari obyek lingkungan atau wilayah tinggal konsumen, dibedakan 2 macam :

daerah aman atau daerah black list.

b. Kondisi rumah

Dilihat dari letak posisi, dan jenis bangunan

c. Keadaan keluarga

Adalah ditinjau dari jumlah keluarga dalam satu keluarga, diantaranya yang menjadi tanggungan kebutuhan dan yang produktif.

3.1.2 Variabel terikat ( Dependent )

Keputusan pemberian kredit ( Y ) merupakan suatu keputusan mengenai jumlah atau besarnya kredit yang disetujui oleh pihak PT Suzuki Sidoarjo yang diukur dengan indikator :


(53)

1. Kemampuan membayar dijadikan pertimbangan keputusan pemberian kredit

2. Kapasitas debitur dijadikan pertimbangan keputusan pemberian kredit

3. Modal debitur dijadikan pertimbangan keputusan kredit

4. Jaminan atas dijadikan pertimbangan keputusan pemberian kredit

5. Kondisi konsumen secara umum dijadikan pertimbangan keputusan

pemberian kredit

Dalam penelitian ini, skala pengukuran yang digunakan untuk megukur variabel yang diteliti adalah dengan menggunakan ukuran skala likert, yang merupakan skala sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial, dengan skor terendah yang diberikan adalah 1 dan skor tertinggi adalah 5, sebagai berikut :

Skor 1 menunjukan sangat tidak setuju Skor 2 menunjukan tidak setuju

Skor 3 menunjukan netral Skor 4 menunjukan setuju

Skor 5 menunjukan sangat setuju

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi

Menurut sugiono ( 2006 : 90 ) bahwa popoulasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diteliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada obyek


(54)

atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah pegawai di PT. Suzuki Sejahtera Sidoarjo yang berjumlah sebanyak 120 orang pada tahun 2010.

3.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Sugiyono (2006 : 91), sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Yang sering digunakan dalam penelitian kualitaif. Jadi menggunakan seluruh sampel pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah pegawai di PT. Suzuki Sejahtera Sidoarjo yang berjumlah sebanyak 92 orang.

Rumus Slovin :

a =  

dimana :

a = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Tingkat kesalahan (error) dalam pengambilan sampel dari populasi

(disini digunakan tingkat kesalahan sebesar 5 % yang berarti level of


(55)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini adapun teknik yang digunakan dalam rangka memperoleh data antara lain :

3.3.1 Pengumpulan Data

Dokumen yaitu merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan mempelajari catatan-catatan atau dokumen berupa data laporan keungan yang akan diteliti berkaitan dengan masalah yang dibahas, indicator

kemauan untuk membayar ( character ), pendapatan konsumen ( capacity ),

modal konsumen ( capital ), jaminan atas kredit ( collateral ) dan indikator kondisi

konsumen secara umum ( conditions ).

3.3.3. Jenis Data

Data yang digunakan adalah :

1. Data sekunder yaitu data diperoleh langsung dari perusahaan

2. Data primer yaitu data diperoleh langsung dari observasi langsung di

lapangan dengan menggunakan kuisioner 3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitasata

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut. Jadi validitas ingin mengukur apakah butir-butir pertanyaan dalam kuisioner yang sudah dibuat betul - betul dapat mengukur apa yang hendak diukur.


(56)

1. Menentukan nilai

Dari table r untuk df = jumlah kasus - kasus dengan tingkat signifikasi 5 %

2. Mencari

adalah angka korelasi pearson (teletak diakhiri output), dengan rumus :

Keterangan :

r = koefisien korelasi Pearson validitas

x = skor tanggapan responden setiap pertanyaan y = skor total tanggapan responden seluruh pertanyaan n = banyaknya subyek atau jumlah responden

3. Mengambil keputusan

Dasar pengambilan keputusan :

a. Jika positif dan , maka butir pertanyaan tersebut valid

(sahih).

b. Jika positif dan , maka butir pertanyaan tersebut tidak

valid (sahih). 3.4.1.2 Reliabilitas Data

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indicator dari variabel. Suatu kuisioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seorang terhadap pertanyaan adalah kuisioner dari waktu.


(57)

Cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan item ialah dengan mengprediksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya ke dalam rumus :

1- (Saifudin, 2001:72)

Dengan :

= Koefisien realibilitas tes

= Varian perbedaan skor antara dua belahan = Varian skor tes (X)

3.4.2 Asumsi- Asumsi Klasik Analisis Regresi Linier Berganda

Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, multikolinieritas dan heterokedastisitas dalam hasil estimasi, karena apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi tersebut, uji t dan uji f yang dilakukan sebelumnya menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan kesimpulan yang diperoleh, untuk itu dilakukan uji asumsinya.

Tujuan utama penggunan uji asumsi klasik adalah untuk memdapatkan koefisien egresi yang terbaik linier dan tidak bisa ( BLUE = Best Linier Unbiased Estimator ) antara lain :

a) Best yaitu pentingnya sifat ini bisa di tetapkan dalam uji signifikan baku

terhadap

a

dan β

b) Linier yaitu sifat yang dibutuhkan untuk memindahkan dalam penafsiran

c) Unbiased yaitu penafsiran parameter yang diperoleh dari data yang besar


(58)

d) Estimasi yaitu e yang diharapkan sekecil mungkin. Penerapan asumsi klasik pada model regresi linier berganda tergantung ada tidaknya gangguan pada asumsi klasik tersebut. Dalam pengujian ini dihindari penyimpangan-penyimpangan yang bersifat sebagai berikut :

1. Autokorelasi

Satu dari asumsi penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa kesalahan atau gangguan. Uji yang kedalam fungsi regresif populasi adalah random atau tak berkorelasi. Jika ini dilanggar, kita mempunyai problem serial korelasi atau autokorelasi. Sedangkan yang dimaksud dengan autokorelasi yaitu keadaan dimana kesalahan pengganggu dalam suatu periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan pengganggu periode yang lain. Pengujian terhadap gejala autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Uji Statistik Durbin Watston (Gujarati, 1995 : 223).

d =

    n 1 t 2 t n 1 t 1 t 1 e ) e e ( Dimana :

et = Residual (perbedaan variabel tak bebas yang sebenarnya dengan

variabel tak bebas yang ditaksir) dari setiap periode waktu.


(59)

Gambar 8. Distribusi Daerah Keputusan Autokorelasi

Menolak Ho bukti autokorelasi nositif

Daerah

keragu-raguan

Daerah

keragu-raguan

Menolak Ho bukti autokorelasi positif Menerima Hi atau Ho kedua-duanya

4d 4-dl

4-du du

0 dl

Sumber : Gujarati Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar,

Cetakan Kedua, Erlangga, Jakarta, Hal. 216

Dari hasil dhitung kemudian dilambangkan dengan dtabel.

Hipotesis

Ho : Ada autokorelasi positif atau autokorelasi negatif. Hi : Tidak ada autokorelasi positif atau autokorelasi negatif.

Uji autokorelasi ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara residu atau sisa regresi pada kasus ke-n dengan residu kasus ke (n-1).

2. Heterokedastisitas

Pengujian heterokedastisitas dilakukan untuk melihat apakah ada kesalahan pengganggu mempunyai varian yang sama atau tidak. Hal tersebut dilambangkan sebagai :


(60)

Dimana : 2

 = Varian

I = 1, 2, ….. n

Apabila didapat varian yang sama maka asumsi homokedastisitas (penyebaran yang sama) diterima.

3. Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen terdapat korelasi atau hubungan dengan variabel independen lainnya, dengan kata lain satu atau lebih variabelnya merupakan fungsi linier dari variabel independen yang lain. Untuk mempermudah dalam pengujian maka terlebih dahulu dilakukan uji korelasi. Uji korelasi ini dilakukan untuk melihat hubungan masing-masing variabel independen. Tulisan dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Faktor (VIF).

VIF = 1 / (1 – R2) (Sudrajat, 1998 : 210)

Dimana :

R = Koefisien korelasi antar variabel bebas

VIF menyatakan tingkat pembengkakan varian apabila VIF lebih besar dari 10 maka terjadi multikolinier pada persamaan tersebut.

3.4.3. Teknik Analisis

Data diolah dengan teknik analisis dengan menggunakan uji statistik regresi linier berganda, dengan bentuk persamaannya adalah sebagai berikut : Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + c (Sudjana, 2003 : 69)


(61)

Y = Keputusan pemberian kredit

b0 = Konstanta

b1...b4 = Koefisien

X1 = Kemauan untuk membayar (character)

X2 = Pendapatan debitur (capacity)

X3 = Modal debitur (capital)

X4 = Jaminan atas kredit (collateral)

X5 = Kondisi perekonomian secara umum (conditions)

c = Variabel pengganggu, merupakan wakil dari semua faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan pemberian kredit.

Untuk mengetahui apakah model analisis tersebut cukup layak atau tidak

digunakan dalam pembuktian selanjutnya, maka perlu untuk mengetahui R2

(koefisien determinasi) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

R2 = 2

y gresi Re JK

 (Sudjana, 2003 : 107)

Keterangan :

R2 = Koefisien determinasi

JK = Jumlah kuadrat

2 y


(62)

3.4.4. Uji Hipotesis 3.4.4.1. Uji F

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara

variabel-variabel bebas dan variabel terikat secara bersama-sama (simultan) maka digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut :

Fhitung =

) 1 k n ( / ) R 1 ( k / R 2 2  

 (Sudjana, 2003 : 108)

Keterangan :

Fhitung = F hasil perhitungan

R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel independen

n = Jumlah

2. Ho : b1 = b2 = 0 berarti tidak ada pengaruh secara simultan variabel

bebas (X) terhadap variabel terikat.

H1 : b1 = b2 ≠ 0 berarti ada pengaruh secara simultan variabel bebas

(X) terhadap variabel terikat.

3. Menentukan level of significant () sebesar, dengan :

df = n – k – 1

Keterangan :

n = Jumlah sampel

k = Banyaknya variabel bebas Confidence interval sebesar 95%

Kriteria pengujian yang dipakai dalam uji F adalah : 1. Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak


(63)

2. Jika Fhitung Ftabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima

3.4.4.2. Uji t

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel bebas dan variabel-variabel terikat secara parsial, maka digunakan uji t dengan rumus sebagai berikut :

thitung =

) bi ( S

bi

(Sudjana, 2003 : 111)

Keterangan :

thitung = t hasil perhitungan

bi = Koefisien regresi

S(bi) = Standar error koefisien regresi

2. Ho : b1 atau b2 = 0 berarti tidak ada pengaruh secara parsial variabel bebas

(X) terhadap variabel terikat.

Hi : b1 atau b2 ≠ 0 berarti ada pengaruh secara parsial variabel bebas (X)

terhadap varibel terikat.

3. Menentukan level of significant () sebesar 5 %, dengan :

df = n – k – 1 Keterangan :

n = Jumlah sampel

k = Jumlah parameter regresi

Confidence interval sebesar 95 %

4. Kriteria pengujian yang dipakai dalam uji t adalah : 1. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak


(64)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Obyek Penelitian dan Penyajian Data

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Suzuki Sejahtera Sidoarjo merupakan dealer resmi Suzuki yang menjual sepeda motor merk Suzuki yang berada pada dunia bisnis otomotif yang memiliki pangsa pasar yang cukup luas dan memberikan produk yang bermutudan memberikan layanan yang berkualitas.

Adapun status PT. Suzuki Sejahtera Sidoarjo adalah mempunyai wilayah pemasaran Sidoarjo dan sekitarnya serta dibawah koordinasi PT. Mitra Piansthika Mustika sebagai main dealer untuk jatim selatan.

Perseroan ini didirikan berdasarkan Akta Notaris “Shinta ameliawaty,

SH” tertanggal 18 April 1997 dengan nomor 127, dan berkedudukan di Jl.

Diponegoro No.110 Sidoarjo.

Secara legalitas PT. Suzuki Sejahtera Sidoarjo juga dilengkapi

beberapa dokumen antara lain :

1. Surat ijin Usaha Perdagangan (SIUP) Menengah, Nomor : 510 / 357 /

402.4123 / 1997 ; dikukuhkan tanggal 15 juli 1997 dan di keluarkan di Sidoarjo.


(65)

2. Tanda Daftar Perusahaan Perseroan terbatas (TDP), Nomor : 13.01.1.50.13768 (berlaku sampai dengan 2002) ; dikukuhkan tanggal 19 juli 1997 dan di keluarkan di Sidoarjo.

3. Surat Pegukuhan Wajib Pajak dengan Nomor Wajib Pajak (NPWP) :

02.208.354.7/614.000 ; dikukuhkan tanggal 10 Mei 1997 dan dikeluarkan di Sidoarjo.

4. Surat Pengangkatan Dealer, Nomor : 108 / L.MPM/ SPD/ I / 1998 ;

dikukuhkan tanggal 01 Januari 1998 dan dikeluarkan di Sidoarjo.

5. Surat Keterangan Domosili : Kelurahan Pakis, Kecamatan Sawahan.

Nomor : 067/402.6.11.6/1998, dikukuhkan tanggal ) 09 April 1998dan dikeluarkan di Sidoarjo.

6. Dalam memperluas usahanya didirikan beberapa cabang lain yakni :

a. Cabang Krian

b. Cabang Jombang

c. Cabang Mojokerto

d. Cabang Surabaya

4.1.2 Lokasi Perusahaan

Penentuan lokasi perusahaan sagat penting karena sangat mempengaruhi kelangsungan hidup serta perkembangan perusahaan itu sendiri, maka penentuan lokasi perusahaan ini dipertimbangkan secar mayang dan juga harus dengan lingkungan, situasi dan kondisi alam serta masyarakat sekitarnya.


(66)

PT. Suzuki Sejahtera Sidoarjo yang terlertak Jl. Diponegoro 110 dalam penentuan lokasi perusahaan memperhatikan segala aspek yang mempengaruhi pemilihan model lokasi perusahaan antara lain :

1. Lokasi perusahaaan yang sangat startegis sekali untuk pemasaran

produk, karena lokasinya tepat di daerah lingkungan perkantoran dan pertokoan sekaligus dekat perumahan penduduk.

2. Transportasi yang cukup lancar mengingat letak perusahaan tepat

dipinggir jalan raya.

3. Adanya fasilitas listrik yang memadai.

Dengan pertimbangan tersebut diatas. Maka perusahaan PT. Suzuki Sejahtera Sidoarjo mampu menjalankan operasi perusahaan dan dibuktikan bahwa lokasi perusahaan yang sangat strategis akan semakin dapat menunjang kelancaran pencapain tujuan perusahaan.

4.1.3 Struktur Organisasi

Pada umumnya suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya agar supaya aktivitas dapat bejalan lancer dengan efektif dan efisien, maka harus mempunyai susunan organisasi yang teratur agar tiap-tiap bagian dapat menjalankan tugasnya secar baik.

Tiap-tiap bagian di dalam stuktur organisasi mempunyai kerkuasaan dan tugas masing-masing dimana diantaranya bagian-bagian tersebut erat hubungannya dan saling mempengaruhi satu sama lain.


(67)

Bentuk stuktur organisasi perusahaan PT. Suzuki Sejahtera Sidoarjo adalah organisasi garis dan staff (Gambar 1), apabial ditinjau dari lalu lintas wewenang dan tanggung jawab para pejabatnya, yaitu mengalir dari puncak pimpinan terus ke bawah melaui kepala bagian, dan akhirnya kepada bawahan.

Gambar 1

Struktur Organisasi PT. Suzuki Sejahtera Sidoarjo

Pimpinan Cabang  Wakil Pimpinan 

Marketing 

Acconting 

Collector 

Kasir 

Salesman  Sales Counter 

Mekanik 

Admin  Bengkel 

Sopir/Pen giriman  Owner (pemilik) 


(68)

4.1.4 Uraian Pekerjaan

Adapun uraian tugas dan tanggung jawab dari masing – masing bagian adalah sebagai berikut:

1. Pemilik (Owner)

Tugas dan tanggung jawab :

a. Merencanakan, mengontrol, mengkoordinasikan dan

mengendalikan seluruh kegiatan pada setiap kepala bagian dalam rangka pencapaian target sebagaimana ditetapkan dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan untuk menjamin kelangsungan bisnis dan menjaga kepercayaan pelanggan.

b. Membuat kebijakan serta menetapkan rencana dan cara kerja

perusahaan baik bersifat khusus maupun yang bersifat umum untuk memajukan perusahaan.

c. Mengembangkan Sumber Daya Manusia.

2. Pimpinan cabang

Tugas dan tanggung jawab :

a. Bertanggung jawab atas segala aktifitas atau kegiatan untuk

intern dan ekstern perusahaan.

b. Menandatangani SPK.

c. Motivasi karyawan.

d. Memberi keputusan dalam penerimaan atau pemberhentian


(69)

3. Wakil Pimpinan cabang

Tugas dan tanggung jawab :

a. Membantu tugas pimpinan

4. Mekanik

Tugas dan tanggung jawab :

a. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan jabatannya yaitu service

sepeda motor para konsumen.

b. Menganti spare parts kendaraan.

c. Menangani masalah kerusakan pada kendaraan.

d. Bertanggung jawab penuh pada kepala bagian pemeliharaan.

5. Administrasi

Tugas dan tanggung jawab :

a. Melaksanakan pembuatan STNK dan BPKB para konsumen.

b. Persediaan alat tulis kantor dan cetakan – cetakan.

c. Bertanggung jawab pada bagian Administrasi dan keuangan.

6. Keuangan dan kasir

Tugas dan tanggung jawab :

a. Membuat tanda terima pembayaran.

b. Membuat laporan kas besar harian.


(70)

d. Menyimpan surat – surat dan dokumen – dokumen penting yang menyangkut keuangan perusahaan.

e. Mengesahkan semua pemasukan dan pengeluaran serta trnsaksi

– transaksi keuangan yang terjadi.

f. Membuat laporan secara periodik tentang realisasi anggaran

perusahaan. 7. Acconting

Tugas dan tanggung jawab :

a. Cek saldo bank

b. Membuat laporan bank harian (LBH).

c. Membuka giro / cek serta membantu registernya.

d. Menginput LBH ke quick book.

e. Menghitung HPP (Draft Entry Harga Beli dan input ke quick

book).

f. Membuat schedule pembayaran hutang.

g. Memeriksa insetitif sales.

h. Memeriksa piutang karyawan.

i. Stock opname per bulan unit dan spare part.

j. Membuat laporan unit motor.

k. Mengirimkan data tagihan konsumen yang membeli produk

secara kredit kepada pihak finance (FIF, SAF, ADIRA dan WOM).


(71)

l. Bertanggung jawab kepada kepala bagian administrasi dan keuangan.

8. Sales counter

Tugas dan Tanggung jawab :

a. Melayani konsumen yang dating dengan baik.

b. Menerima telepon dari konsumen.

c. Membuat SPK (Surat Pemesanan Kendaraan) untuk konsumen

yang membeli kendaraan. 9. Sales

Tugas dan Tanggung jawab :

a. Juga pameran sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan olrh

supervisor.

b. Mencari order secara kanvas (tanpa ada pameran).

c. Membuat SPK (Surat Pemesanan Kendaraan) untuk konsumen

yang membeli kendaraan.

d. Bertanggung jawab penuh pada supervisor.

10. Pengiriman

Tugas dan Tanggung jawab :

a. Mengirim barang ke konsumen sesuai dengan alamat

pengiriman.


(72)

11. Debt Collector

Tugas dan Tanggung jawab :

a. Menagih tagihan konsumen yang membeli produk secara kredit

kepada pihak lissing.

b. Meloakukan penagihan dengan kwitansi yang diberikan dan

melaporkan hasil penagihan baik yang terbayar maupun belum terbayar.

c. Menyetor hasil tagihan kepada kasir.

d. Memberikan informasi lebih awal atas masalah yang berkaitan

dengan penagihan. 4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Karakteristik Responden

Karakteristik dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia dan pekerjaan responden. Klasifikasi responden menurut jenis kelamin selengkapnya pada table berikut :

Table 1. Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%)

Laki – Laki 40 72%

Perempuan 15 28%

Total 55 100%


(73)

Berdasarkan pada table 1 diatas, dari 55 orang responden sebanyak 40 orang atau 72% berjenis kelamin laki – laki dan 15 orang atau 28% berjenis kelamin perempuan. Ini berarti jumlah responden laki – laki lebih banyak dari jumlah responden perempuan.

Klaisifikasi responden menurut Usia selengkapnya tersaji pada table 2 berikut ini :

Tabel 2. usia responden

Usia Jumlah ( orang ) Presentase (%)

18 – 25 tahun 14 15%

26 – 30 tahun 41 45%

31 – 35 tahun 32 35%

> 35 tahun 5 5%

Total 92 100

Sumber : Kuisioner diolah

Berdasarkan pada table 2 diatas, dari 92 orang responden yang paling banyak melakukan pembelian sepeda motor Suzuki adalah responden berusia antara 26 - 30tahun yaitu 25 orang atau 45%.

Dan klasifikasi responden menurut pekerjaan selengkapnya tersaji pada tabel 3 berikut ini :


(74)

Tabel 3. Pekerjaan responden

Pekerjaan Jumlah ( orang ) Presentasi (%) Manager Sales Supervisor Depcolector 9 55 18 10 10% 60% 20% 10%

Total 92 100%

Sumber : Kuisioner diolah

Berdasarkan pada tabel 3 diatas, dari 92 orang orang responden yang paling banyak melakukan pembelian sepeda motor Suzuki adalah responden yang bekerja sebagai 55 orang atau 60%

4.2.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden

Dari tabulasi kuisioner diperoleh rekapitulasi jawaban responden terhadap variabel kemauan untuk membayar / Character sebagaimana tersaji pada tabel 4 berikut ini :

Tabel 4. Jawaban responden terhadap variabel kemauan untuk membayar

Jumlah responden

STS TS N S SS No Indikator

pertanyaan

(X1) f % f % f % f % f %

1 Kejujuran konsumen

0 0 11 12 42 45.7 35 38 4 4

2 Kesehatan konsumen

0 0 2 2.2 42 45.7 43 47 5 5

3 Sifat temperame ntal konsumen

0 0 0 0 20 21.7 60 65 12 13

4 Kepribadia n konsumen

0 0 7 7.6 43 46.7 37 40 5 5


(1)

19. Setujukah anda apabila pinjaman calon nasabah tidak mempunyai hubunggan

kekeluargaan ?

a.

Sangat

setuju

d.

Tidak

setuju

b.

Setuju

e.

Sangat

tidak

setuju

c. Netral

20. Apakah kondisi calon nasabah secara umum ( daerah tempat tinggal, kondisi

rumah dan tanggungan kelurga ) dijadikan pertimbangan dalam keputusan

pemberian kredit ?

a.

Sangat

setuju

d.

Tidak

setuju

b.

Setuju

e.

Sangat

tidak

setuju


(2)

Regression

Notes

Output Created 20-Nov-2010 14:13:26

Comments

Active Dataset DataSet2

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

Input

N of Rows in Working Data File

55

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Missing Value Handling

Cases Used Statistics are based on cases with no

missing values for any variable used.

Syntax REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL

/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN

/DEPENDENT

keputusan_pemberian_kredit

/METHOD=ENTER character capacity capital collateral condition

/SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED) /RESIDUALS DURBIN.

Processor Time 0:00:00.640

Elapsed Time 0:00:00.904

Memory Required 2684 bytes

Resources

Additional Memory Required for Residual Plots


(3)

[DataSet2]

Variables Entered/Removed

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 condition,

collateral, capital, character, capacitya

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .303a .092 .000 .57642 1.865

a. Predictors: (Constant), condition, collateral, capital, character, capacity b. Dependent Variable: keputusan_pemberian_kredit

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 1.646 5 .329 .991 .000

Residual 16.281 49 .332

1

Total 17.927 54

a. Predictors: (Constant), condition, collateral, capital, character, capacity b. Dependent Variable: keputusan_pemberian_kredit


(4)

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 2.175 1.192 1.825 .074

character .136 .135 .145 1.005 .320

capacity .076 .150 .073 .508 .614

capital .205 .112 .251 1.828 .074

collateral .041 .103 .057 .392 .697

1

condition .038 .135 .040 .279 .782

a. Dependent Variable: keputusan_pemberian_kredit

Coefficientsa

Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF

character .886 1.129

capacity .886 1.129

capital .983 1.018

collateral .871 1.148

1

condition .893 1.120

a. Dependent Variable: keputusan_pemberian_kredit

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimensi

on Eigenvalue Condition Index

1 5.866 1.000

2 .048 11.003

3 .039 12.255

4 .029 14.324

5 .015 19.893

1


(5)

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimensi

on Eigenvalue Condition Index

1 5.866 1.000

2 .048 11.003

3 .039 12.255

4 .029 14.324

5 .015 19.893

1

6 .003 41.221

a. Dependent Variable: keputusan_pemberian_kredit

Collinearity Diagnosticsa

Variance Proportions Model

Dimensi

on (Constant) character capacity capital collateral condition

1 .00 .00 .00 .00 .00 .00

2 .00 .04 .05 .00 .60 .02

3 .00 .01 .02 .72 .05 .11

4 .00 .40 .00 .23 .03 .20

5 .00 .15 .64 .00 .03 .45

1

6 1.00 .40 .29 .05 .29 .22

a. Dependent Variable: keputusan_pemberian_kredit

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 3.6644 4.5503 3.9864 .17461 55

Std. Predicted Value -1.844 3.229 .000 1.000 55

Standard Error of Predicted Value

.103 .302 .183 .052 55

Adjusted Predicted Value 3.6429 4.4903 3.9893 .19152 55


(6)

Std. Residual -2.491 1.842 .000 .953 55

Stud. Residual -2.536 1.886 -.002 1.000 55

Deleted Residual -1.48889 1.11288 -.00292 .60656 55

Stud. Deleted Residual -2.693 1.938 -.007 1.027 55

Mahal. Distance .748 13.878 4.909 3.266 55

Cook's Distance .000 .151 .018 .030 55

Centered Leverage Value .014 .257 .091 .060 55

a. Dependent Variable: keputusan_pemberian_kredit


Dokumen yang terkait

Pengaruh Bauran Promosi terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda Vario Techno 125 pada PT. Adira Dinamika Multifinance Tebing Tinggi

7 110 146

Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Sepeda Motor Suzuki 110 CDT Shogun Pada PT.Anthon Jaya Motor Bondowoso.

0 3 79

ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN OLEH KONSUMEN PADA TOKO BUKU TOGAMAS JEMBER

0 4 17

ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN MEMBELI SEPEDA MOTOR HONDA SECARA KREDIT PADA DEALER GARUDA MOTOR DI BANYUWANGI

0 5 17

ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MOBIL MEREK SUZUKI PADA PT. UMC CABANG JEMBER

0 7 62

Analisis variabel-variabel yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian sepeda motor kawasaki pada PT. Surapita Unitrans cabang Jember

0 3 90

PENGARUH VARIABEL BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK SEPEDA Pengaruh Variabel Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Terhadap Keputusan Pembelian Produk Sepeda Motor Honda Pada Pt. Central Sakti Motor Cabang Wonogiri.

0 1 13

VARIABEL – VARIABEL YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BPR SURYA ARTHA UTAMA DI SURABAYA.

0 0 109

VARIABEL VARIABEL YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT UNTUK PEMBELIAN SEPEDA MOTOR PADA PT. SUZUKI SEJAHTERA SIDOARJO

0 0 20

VARIABEL – VARIABEL YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BPR SURYA ARTHA UTAMA DI SURABAYA

0 0 15