KOKURIKULER KESEGARAN JASMANI12

(1)

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

PRAJABATAN GOLONGAN I DAN II

Drs. M. Jani Ladi

Hartoto Hendradjaja, SH, MM

Drs. Ambar Riyanto

Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia 2006


(2)

Edisi Tahun 2006

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110

Telp. (62 21) 3868201-06 Ext. 193, 197 Fax. (62 21) 3800188

Program Ko-Kurikuler:

Latihan Kesegaran Jasmani, Baris Berbaris,

Tata Upacara Sipil, dan Ceramah Tentang Kesehatan Mental

Jakarta – LAN – 2006 73 hlm: 15 x 21 cm


(3)

iii

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2005 – 2009 telah menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah: (1) terwujudnya kehidupan masyarakat yang aman, bersatu, rukun dan damai; (2) terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak asasi manusia; serta (3) terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan visi ini, mutlak diperlukan peningkatan kompetensi Pegawai Negeri Sipil (PNS), khususnya para Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang akan menjadi PNS. PNS memainkan peran dan tanggungjawabnya yang sangat strategis dalam mendorong dan mempercepat perwujudan visi tersebut.

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS mengamanatkan bahwa Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Prajabatan dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika PNS, disamping pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, bidang tugas, dan budaya organisasi agar mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat. Untuk mewujudkan PNS yang memiliki kompetensi sesuai dengan amanat PP 101 Tahun 2000 maka seorang CPNS harus mengikuti dan lulus Diklat Prajabatan sebagai syarat untuk dapat diangkat menjadi PNS.

Untuk mempercepat upaya meningkatkan kompetensi tersebut, Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan desentralisasi dengan pengendalian kualitas dengan standar tertentu dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan. Dengan kebijakan ini, jumlah penyelenggaraan dapat lebih menyebar disamping jumlah alumni yang berkualitas dapat meningkat pula. Standarisasi meliputi keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mulai dari aspek kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan strukturnya, metode dan skenario pembelajaran dan lain-lain sampai pada aspek administrasi seperti persyaratan peserta, administrasi penyelenggaraan, dan sebagainya. Dengan standarisasi ini, maka kualitas penyelenggaraan dan alumni diharapkan dapat lebih terjamin.

Salah satu unsur Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang mengalami penyempurnaan antara lain modul atau bahan ajar untuk para peserta. Oleh karena itu, kami menyambut baik penerbitan modul yang telah disempurnakan ini, sebagai antisipasi dari perubahan lingkungan stratejik yang cepat dan luas diberbagai sektor. Dengan kehadiran modul ini, kami mengharapkan agar peserta Diklat dapat memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali keluasan dan kedalaman substansinya bersama melalui diskusi sesama dan antar peserta dengan fasilitator para Widyaiswara dalam proses kegiatan pembelajaran selama Diklat berlangsung.

Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kami haturkan terima kasih. Semoga buku hasil perbaikan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 2006 KEPALA

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA


(4)

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Deskripsi Singkat ... 1

B. Tujuan Pembelajaran ... 1

C. Relevansi Modul Dengan Tujuan Diklat... 2

BAB II KESEHATAN DAN KESEGARAN JASMANI ... 3

A. Pengertian Kesehatan Dan Berpola Hidup Sehat 3 B. Penerapan Pola Hidup Sehat Melalui ”Pesan Tangan” ... 6

C. Kesegaran Jasmani ... 8

D. Latihan... 20

E. Rangkuman... 20

BAB III PERATURAN BARIS BERBARIS... 22

A. Pengertian Baris Berbaris ... 22

B. Manfaat... 22

C. Gerakan Ditempat... 23

D. Gerakan Berjalan ... 28

E. Latihan... 32

F. Rangkuman... 32

BAB IV TATA UPACARA SIPIL ... 33

A. Pengertian Tata Upacara Sipil ... 33

B. Manfaat... 35

C. Pengertian Upacara Umum ... 36

D. Pejabat-Pejabat Dalam Upacara ... 36

E. Tugas-Tugas Pejabat Upacara ... 36

F. Tata Urutan Upacara Umum ... 39

G. Pengertian Upacara Khusus... 44

H. Pelaksanaan Kegiatan Apel ... 44

I. Tata Cara Kegiatan Laporan Dikelas ... 47

J. Latihan... 49

K. Rangkuman... 49

BAB V KESEHATAN MENTAL...51

A. Pengertian...51

B. Manfaat Pembinaan Kesehatan Mental ...52

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dan Ciri- Ciri Mental Sehat ...53

D. Mental Produktif...55

E. Mental Masyarakat Modern ...56

F. Pengaruh Timbal Balik Antara Kondisi Mental Dan Fisik ...56

G. Cara-Cara Mengatasi Gangguan Mental ...57

H. Rangkuman...60

I. Latihan...61

BAB VI PENUTUP...63


(5)

(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Deskripsi Singkat

Dalam kegiatan-kegiatan latihan Kesegaran Jasmani, Baris-berbaris, mengikuti Tata Upacara Sipil, mengikuti ceramah kesehatan mental untuk dapat meningkatkan kesehatan memupuk sikap dan perilaku peserta Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Prajabatan golongan I dan II agar tercapai individu yang sehat jasmani dan rohaninya dalam kaitan dengan kelancaran pelaksanaan tugas-tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).

B.

Tujuan Pembelajaran

1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan memiliki pengetahuan tentang memelihara kesehatan jasmani melalui kegiatan;

a. Latihan kesegaran jasmani tujuannya adalah agar tercapai individu peserta Diklat yang sehat jasmani;

b. Baris berbaris tujuannya agar peserta Diklat mampu menerapkan peraturan baris-berbaris secara tertib, untuk mendukung penegakan disiplin dan kerjasama antara peserta;

c. Tata Upacara Sipil tujuannya adalah agar peserta Diklat mampu memahami dan menerapkan tata upacara sipil dengan benar;

d. Ceramah tentang Kesehatan Mental tujuannya agar peserta Diklat dapat memahami pentingnya kesehatan mental dalam kaitannya dengan kelancaran pelaksanaan tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil.

2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Setelah pembelajaran selesai peserta dapat menjelaskan manfaat:

a. Olahraga senam bagi kesehatan jasmani;

b. Baris-berbaris bagi penegakkan disiplin dan kerja sama; c. Tata Upacara Sipil dan penerapannya dengan benar di

instansinya;

d. Kesehatan mental bagi kelancaran pelaksanaan tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil.

C.

Relevansi Modul Dengan Tujuan Diklat

Peningkatan kompetensi aparatur tersebut dengan melakukan pembahasan kebijakan penyelenggaraan Diklat PNS yang mempunyai sasaran ganda, yang berkaitan dan saling menunjang. 1. Pengembangan sistem penyelenggaraan Diklat yang

terdesentralisasi, dan

2. Pengembangan program Kurikuler yang mengacu pada standar kompetensi yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan bangsa.


(7)

3

BAB II

KESEHATAN DAN KESEGARAN

JASMANI

A.

Pengertian Kesehatan Dan Berpola Hidup

Sehat

Kesehatan merupakan dasar untuk peningkatan dan pembinaan kesegaran jasmani, oleh karena itu sebelum seseorang melakukan latihan kesegaran jasmani, ia mutlak harus berada dalam kondisi "sehat".

Pola hidup sehat pada dasarnya adalah suatu kesatuan program yang meliputi program kesehatan, kesegaran jasmani, gizi dan aktivitas rekreasi yang bila dilaksanakan dengan baik dan benar akan mendukung tercapainya produktivitas kerja yang tinggi. Dengan melaksanakan pola hidup sehat secara baik dan benar maka seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) akan memperoleh tubuh yang sehat, tingkat kesegaran jasmani yang memadai serta mampu menjaga keseimbangan antara aktivitas fisik dan mental melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat rekreatif.

Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan pola hidup sehat adalah sebagai berikut:

1. Berpenampilan lebih sehat dan ceria; 2. Dapat tidur nyenyak;

3. Dapat menikmati kehidupan sosial baik di lingkungan

keluarga maupun masyarakat, sehingga meningkatkan kualitas hidup;

4. Dapat belajar atau berkarya Iebih baik; 5. Dapat meningkatkan produktivitas kerja, 6. Berpikir sehat dan positif;

7. Merasa tenteram dan nyaman;

8. Memiliki rasa percaya diri dan hidup seimbang.

Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992, dijelaskan bahwa "kesehatan" adalah "keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis". Dari definisi tersebut jelas terlihat bahwa kesehatan bukanlah semata-mata keadaan bebas dari penyakit, cacat atau kelemahan. Dari pengertian tersebut tersimpulkan bahwa hidup sehat secara badaniah, sosial dan rohani merupakan hak setiap orang. Sedangkan yang dimaksudkan dengan "pola hidup sehat" adalah segala upaya guna menerap kan kebiasaan baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan diri dari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

Kebiasaan-kebiasaan baik, dalam pola hidup sehat, yang perlu dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, meliputi:

1. Pemeliharaan kebersihan dan kesehatan pribadi, terutama kesehatan kulit, rambut, kuku, mata, telinga, mulut, gigi, tangan, dan kaki, serta memakai pakaian yang bersih. Selain itu tubuh juga perlu gerak dan istirahat yang cukup.


(8)

2. Makan makanan sehat, yang memenuhi gizi seimbang. Hidangan gizi seimbang mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur yang dikonsumsi seseorang dalam satu hari secara seimbang, sesuai dengan kebutuhan tubuh.

3. Makanan yang dimakan juga harus selalu disesuaikan dengan usia dan jenis aktivitas tubuh yang dilakukan, serta keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energi, sehingga tercapai berat tubuh yang proporsional. Cara mengukur berat badan yang proporsional akan dijelaskan dalam uraian tentang pengukuran tingkat kesegaran jasmani. 4. Pemeliharaan kesehatan lingkungan, yang berarti men jaga

kebersihannya. Untuk itu tiga faktor utama yang harus terpenuhi untuk menjaga kesehatan lingkungan adalah: tersedianya air bersih, terakomodasinya pembuangan sampah dan Iimbah, serta terjaganya kebersihan dan kesehatan kamar mandi, jamban/wc dan peturasan.

5. Pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mengetahui secara dini adanya gangguan kesehatan atau penyakit, sehingga pengobatannya akan lebih mudah daripada jika penyakitnya sudah bertambah parah. Bagi PNS yang usianya di bawah 40 tahun, pemeriksaan kesehatan cukup di lakukan sekali dalam dua tahun, sedangkan bagi yang sudah di atas 40 tahun atau lebih sebaiknya setiap tahun dilakukan pemeriksaan kesehatan.

6. Menghindari kebiasaan buruk yang merugikan kesehatan seperti merokok dan minum alkohol serta penyalahgunaan obat, narkotik dan zat aditif lainnya. Juga perlu dihindari

terjadinya kontak langsung dengan orang yang menderita penyakit menular.

7. Hindari memakai perlengkapan pribadi orang lain (apa lagi milik penderita penyakit menular) seperti sikat gigi, sabun mandi, handuk, pakaian, sendok, gelas & sisir.

8. Jangan melakukan hubungan seksual di luar nikah, atau berperilaku seksual menyimpang (seperti homo- seksual dan seks bebas), karena dapat terkena penyakit menular seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS.

9. Mengendalikan stress dengan cara menyelesaikan pekerjaan satu persatu pada satu saat, tidak mengkritik orang lain, selalu bersikap ramah dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta cukup tidur teratur setiap harinya sehingga badan akan mendapatkan kesegaran pada hari berikutnya.

B.

Penerapan Pola Hidup Sehat Melalui “Pesan

Tangan”

Untuk memudahkan seseorang agar selalu ingat untuk menerapkan pola hidup sehat, dapat di lakukan dengan teknik "pesan tangan" seperti tergambar dalam ilustrasi berikut ini:

seimbang gizi: Makan makanan yang tinggi serta (50 %),

rendah garam (kurang dari 4,5 gram), rendah lemak (20 % - 30%), rendah gula (< 10%), hindari sedapat mungkin bahan pengawet makanan, tidak makan "cemilan", dan makan beraneka ragam makanan.


(9)

Enyahkan kebiasaan buruk: enyahkan rokok, alkohol, obat

sembarangan, seks bebas, narkotik. Enyahkan kebiasaan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan berkala dan hindari kulit kena sinar matahari langsung antara jam 10.00 sampai dengan jam 14.00.

Hidup seimbang, 5 harus: rekreasi, hobby, sosialisasi, nafkah

batin (kasih sayang), dan ibadah.

Awasi bagian tubuh rawan: awasi tekanan darah, gula darah,

berat badan, dan kolesterol, serta lakukan pemeriksaan kesehatan berkala termasuk pemeriksaan gangguan alat kandungan pada wanita (PAP Smear), pemeriksaan payudara sendiri (sadari), awasi bagian tubuh rawan pada usia lanjut, dan awasi bagian tubuh rawan yang merupakan faktor keturunan.

Teratur hidup: teratur makan (2-3 kali sehari), tidur cukup (7-8

jam sehari), teratur olahraga untuk menjaga kesegaran jasmani, dan jalani kehidupan seksual yang baik.

C.

Kesegaran Jasmani

1. Pengertian Kesegaran Jasmani

Kesegaran jasmani didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa merasakan kelelahan yang berlebihan, serta masih memiliki cadangan tenaga untuk mengisi waktu luang dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya mendadak. Pembinaan kesegaran jasmani jelas bermanfaat bagi calon PNS guna menunjang kegiatan proses belajar mengajar selama mengikuti Pelatihan, serta kelak dapat meningkatkan produktivitas kerja yang prima saat telah menjadi PNS. Dengan demikian, setelah mengikuti pembelajaran ini, calon PNS. Diharapkan dapat menjelaskan komponen kesegaran jasmani serta memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmaninya.

2. Komponen Kesegaran Jasmani

Komponen kesegaran jasmani dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang berkaitan dengan kesehatan (health-related

fitness) dan komponen yang berkaitan dengan keterampilan (skills related fitness). komponen kesegaran jasmani yang

berkaitan dengan kesehatan, terdiri dari daya tahan jantung dan paru-paru; komposisi tubuh, fleksibilitas; kekuatan dan daya tahan otot. Sedangkan komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan, meliputi: Daya ledak, kecepatan, kelincahan, koordinasi, kecepatan reaksi dan keseimbangan.


(10)

Untuk dapat menjalankan tugas rutin sebagai PNS dan sebagai anggota masyarakat yang bersosialisasi, minimal komponen kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatanlah yang Iebih perlu mendapat perhatian. Sedangkan komponen kesegaran jasmani yang berkaitan dengan keterampilan Iebih dibutuhkan oleh orang yang memelihara prestasi fisik, seperti atlet dan penari.

a. Daya Tahan Jantung

Daya tahan jantung dan paru-paru di kenal juga dengan istilah daya tahan kardiorespirasi atau kapasitas aerobik, yang diartikan sebagai kemampuan jantung, paru-paru dan peredaran darah untuk mampu melakukan tugas-tugas fisik yang berat dalam jangka waktu yang lama tanpa megalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Jika daya tahan jantung dan paru-paru seseorang lemah, maka orang tersebut akan mudah lelah dan sulit pulih setelah melakukan kerja berat.

b. Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh merupakan perbandingan proporsi tubuh yang di pengaruhi oleh berat badan, tinggi badan dan ukuran anggota tubuh lainnya termasuk tebal lemak, jumlah cairan tubuh dan sel-sel tubuh lainnya. Cara untuk mengetahui apakah berat badan seseorang itu proporsional akan dijelaskan dalam bab selanjutnya.

c. Fleksibilitas

Fleksibilitas atau kelenturan selalu dikaitkan dengan ruang gerak sendi dan elastisitas otot-otot, tendon dan ligamen. Dengan demikian orang yang lentur adalah yang

memiliki ruang gerak luas dalam sendi-sendinya dan yang mempunyai otot yang elastis.

d. Kekuatan Otot

Kekuatan otot sangat penting guna meningkatkan kondisi kesegaran jasmani karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, yang memegang peranan pula dalam melindungi seseorang dari kemungkinan cedera. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari kekuatan otot amat diperlukan, misalnya untuk mengangkat sesuatu. Jika salah satu otot cedera dan tidak dapat digerakkan, maka akan terasa betapa pentingnya memelihara kekuatan otot.

e. Daya Tahan Otot

Daya tahan otot mengacu kepada suatu kelompok otot yang mampu untuk melakukan kontraksi yang berturut-turut, atau mampu mempertahankan suatu kontraksi statis untuk waktu yang lama. Contohnya, atlet yang melakukan

push-up atau seseorang ibu yang mengulek sambal.

3. Pemeliharaan dan Peningkatan Kesegaran Jasmani

Tingkat kesegaran jasmani seseorang perlu terus di pelihara agar selalu berada dalam kondisi yang prima. Untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani perlu dibiasakan hidup sehat dan selalu menjaga kebugaran tubuh dengan melakukan latihan kesegaran jasmani yang teratur. Manfaat dari latihan fisik, bukan saja meningkatkan derajat kesehatan dan daya tahan tubuh, tapi juga berdampak kepada


(11)

peningkatan rasa percaya diri, perbaikan kualitas tidur dan menurunkan tingkat stress. Disamping itu, jangan lupa meluangkan waktu untuk rekreasi. Berikut ini diuraikan prosedur, prinsip dan macam latihan kesegaran jasmani.

a. Prosedur Latihan Kesegaran Jasmani

Dalam melakukan latihan kesegaran jasmani perlu diikuti prosedur latihan berikut ini agar latihan dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan cedera.

1) Sebelum latihan fisik, pastikan badan dalam keadaan sehat. Terutama jika baru sembuh dari sakit atau cedera, sebaiknya dilakukan dulu pemeriksaan kesehatan.

2) Gunakan pakaian olah raga yang memungkinkan tubuh bergerak bebas, menyerap keringat dan sopan, bersepatu olahraga dan gunakan topi jika berolahraga di luar gedung.

3) Mulailah latihan dengan pemanasan (warming up), yang merupakan gerakan umum yang ringan ditambah dengan senam peregangan (stretching) selama sekitar 10 menit. Jika denyut nadi sudah mencapai 110 - 120 per menit, dapat dikatakan bahwa tubuh sudah cukup panas untuk melaku kan latihan inti.

4) Fokus awal dari latihan fisik adalah latihan dengan intensitas rendah yang bertujuan meningkatkan daya tahan jantung dan paru, yaitu latihan aerobik seperti jogging, jalan cepat, senam, aerobik, bersepeda statis. 5) Dalam latihan inti yang bersifat aerobik, target latihan

dapat dipantau dengan menetapkan zona latihan

(training zone) seseorang berdasarkan denyut nadinya.

Denyut nadi latihan harus mencapai denyut nadi optimal jika latihan ingin di rasakan manfaatnya. Untuk menentukan denyut nadi optimal perlu terlebih dahulu diketahui denyut nadi maksimal dan usia. Berikut ini cara menghitung denyut nadi optimal, dengan contoh usia 25 tahun.

DN maksimal: 220 - usia = 220 - 25 = 195 denyut/menit.

DN optimal: 80% x DN maksimal = 80% x 195 = 156 denyut/menit. DN minimal: 60% x DN maksimal = 60% x 195 = 117 denyut/menit.

Jadi, agar latihan aerobik yang dilakukan PNS yang berusia 25 tahun tersebut efektif, denyut nadinya saat melakukan latihan inti berkisar antara 117 sampai dengan 156 denyut per menit. Apabila denyut nadi latihannya dibawah 117 maka latihan yang dilakukan tidak akan meningkatkan daya tahan tubuhnya, maka sebaliknya, jika denyut nadinya diatas 156 maka latihan tersebut terlalu berat, dan akan berbahaya bagi kesehatan jantungnya. Semakin terlatih daya tahan seseorang, maka akan semakin lama dapat bertahan latihan dalam denyut nadi optimalnya.

6) Timbulnya rasa pegal setelah latihan adalah hal yang biasa, namun jika ada rasa nyeri setelah melakukan latihan fisik, itu merupakan pertanda ada sesuatu yang tidak beres pada tubuh. Oleh karena itu biasa lakukan pendinginan (cooling down) setelah latihan inti,


(12)

terutama dengan melakukan peregangan otot sampai denyut nadi kembali normal. Jika tidak hilang segera periksa ke dokter.

7) Lakukan gerakan-gerakan fisik yang tidak beresiko menyebabkan cedera.

b. Prinsip Latihan Kesegaran Jasmani

Program latihan fisik yang baik harus dapat menghasilkan peningkatan kualitas fisik dari orang yang melakukan latihan tersebut. Untuk bisa mencapainya, program latihan harus mengikuti prinsip-prinsip latihan sebagai berikut: 1) Prinsip dasar "overload", yaitu suatu prinsip latihan

dimana pembebanan latihan harus ditambah pada waktu tertentu, artinya beban latihan tidak monoton, ada saatnya semakin berat namun diselingi dengan latihan ringan.

2) Latihan untuk mencapai kondisi fisik yang baik setidaknya harus dilakukan tiga sampai lima kali dalam seminggu, dengan hari yang diselang-seling, misalnya Selasa, Jum'at, Minggu. Kalau latihan hanya satu atau dua kali seminggu, latihan tersebut tidak cukup untuk meningkatkan kualitas fisik. Sebaliknya, jika terlalu banyak sampai hampir setiap hari tanpa istirahatpun akan berbahaya bagi kerusakan fungsi tubuh.

3) Latihan harus progresif, artinya secara berangsur angsur disesuaikan dengan perkembangan prestasi orang yang melakukan latihan, misalnya dalam minggu pertama latihan jogging selama 20 menit,

maka minggu berikutnya bisa di tingkat kan menjadi 25 - 30 menit dan seterusnya. Latihan juga mengandung unsur individualitas, karena sebenarnya tidak ada program latihan yang langsung cocok untuk semua orang. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam prinsip individualitas ini antara lain: jenis kelamin, usia, tingkat kesegaran jasmani, selera, komposisi dan tipe tubuh serta karakter kepribadiannya.

4. Pengukuran Tingkat Kesegaran Jasmani

Tingkat kesegaran jasmani PNS dapat diketahui dengan mengukur berbagai komponen kesegaran jasmaninya, ataupun dengan mengukur tingkat kesegaran jasmani umum yang biasanya dilakukan dengan suatu rangkaian tes fisik. Namun dalam Pelatihan ini, hanya tiga macam pengukuran yang berhubungan dengan kesegaran jasmani yang akan dibahas dan dipraktekan, yaitu pengukuran denyut nadi, pengukuran berat badan proposional, dan pengukuran kapasitas aerobika.

Setelah mengikuti Pelatihan ini, diharapkan para calon PNS peserta Pelatihan akan memiliki kebiasaan untuk melakukan pengukuran kesegaran jasmaninya, sehingga para PNS dapat mengontrol tingkat kesegaran jasmaninya.

a. Pengukuran Denyut Nadi

Pengukuran denyut nadi, khususnya denyut nadi istirahat, perlu dilakukan setiap hari. Kegunaannya adalah kita dapat memonitor kondisi tubuh, apakah mengalami


(13)

kelelahan atau kurang istirahat. Saat terbaik mengukur denyut nadi istirahat adalah saat setelah bangun tidur, pada saat masih terbaring. Denyut nadi ini disebut sebagai denyut nadi basal.

Cara penghitungan denyut nadi yang paling sederhana adalah dengan meraba pergelangan tangan sebelah dalam

(arteri radialis) atau leher (arteri carotis). Setelah denyut

nadi teraba, hitung denyut nya selama satu menit, untuk mempercepat penghitungan, dapat dihitung dalam 15 detik lalu dikali kan 4, atau selama 30 detik lalu hasilnya dikalikan dua. Denyut nadi istirahat yang normal pada orang dewasa berkisar antara 60 - 80 denyut permenit.

Jika saat bangun tidur denyut mendekati 100 maka itu salah satu pertanda tubuh tidak sehat.

b. Pengukuran Berat Badan

Yang dimaksud dengan berat badan proporsional adalah keseimbangan antara berat badan dan tinggi badan. Salah satu cara yang praktis untuk mengetahui berat badan proporsional tersebut adalah dengan menghitung indeks massa tubuh (body mass index = BMI). Untuk itu terlebih dahulu harus diketahui berat badan dan tinggi badannya. Perhitungan BMI menggunakan rumus sebagai berikut:

Contoh: Berat badan= 60 kg, Tinggi badan = 160 cm BMI = (60 kg)/(1,6 m) x (1,6 m) = 60/2.56 = 23,4 kg /M2.

c. Pengukuran Kapasitas Aerobika

Sebelum melakukan pengukuran atau tes kapasitas aerobik, ikuti dahulu hal-hal berikut ini:

1) Peserta tes harus dalam kondisi sehat berdasarkan pemeriksaan dokter. Jika tekanan darah sedang terlalu tinggi atau terlalu rendah, lebih baik tes dilakukan di lain hari. Demikian juga jika peserta sedang merasa pusing, kurang tidur, denyut nadi mendekati 100 per menit, atau tidak sehat, jangan mengikuti tes.

2) Malam sebelum mengikuti tes, peserta harus cukup tidur.

3) Sebelum melakukan tes peserta tidak melakukan latihan fisik yang berat, tidak merokok, tidak minum alkohol ataupun obat-obatan.

4) Gunakan pakaian olahraga yang ringan dan tidak mengganggu gerakan.

5) Tes sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 10.00, atau jika terpaksa dapat dilakukan pada sore hari setelah matahari tidak menyengat, dan peserta tidak


(14)

dalam keadaan lelah.

Ada beberapa macam jenis pengukuran tes aerobik yang bisa dilakukan perorangan maupun secara massal. Tes yang paling mudah dilaksanakan adalah tes Iari 2,4 km dan tes jalan cepat 4,8 km (protokol test cooper). Ada pula tes lari 15 menit (Baike), tes naik turun bangku

(Harvard step test) dan tes lari multi tahap (Bleep-test).

Dalam uraian ini hanya kedua tes yang pertama di sebut tadi yang akan dibahas dan di praktekan pelaksanaannya.

1) Tes Lari 2,4 km

Tujuan daripada tes ini adalah untuk mengukur daya tahan jantung dan paru-paru. Untuk itu diperlukan lintasan lari sepanjang 2,4 km yang bisa berbentuk lintasan atletik standar (keliling 400 meter), atau lintasan lurus, bahkan dapat dilakukan di jalan raya atau lintasan lari. Yang penting, jaraknya harus terukur benar sejauh 2,4 km.

Alat bantu yang diperlukan adalah stopwatch. Jika tes dilakukan terhadap orang banyak (massal), maka diperlukan petugas pencatat waktu dan pencatat jarak.Tes dilakukan dengan start berdiri. Tes dimulai saat aba-aba start (biasanya petugas start teriak "ya" atau sambil mengibaskan bendera start) bersamaan dengan mengaktifkan stopwatch. Lalu peserta tes berlari secepatnya menempuh jarak 2,4 km dengan kecepatan yang diatur sendiri. Peserta boleh

mengurangi kecepatan lari jika ia merasa lelah, namun harus tetap lari atau berjalan jangan berhenti.

Pada saat peserta tes melewati garis finish di kilometer 2,4 stopwatch dimatikan. Waktu yang tertera untuk menempuh jarak 2,4 km itulah prestasi yang dicapai. Hasil waktu tes kemudian dilihat dalam Tabel 1 sesuai dengan jenis kelamin dan usia.

Tabel I

Norma Tes Lari 2,4 Km (Cooper)

2) Tes Jalan Cepat 4,8 km

Pelaksanaan tes jalan cepat ini mirip tes Iari dengan tes lari 2,4 km. Bedanya jarak yang ditempuh adalah 4,8 km dan dalam tes jalan cepat ini peserta harus berjalan kaki secepatnya, namun tidak boleh berlari. Yang dikatagorikan berlari adalah pada saat yang bersamaan kedua telapak kaki melayang (tidak menginjak tanah). Tes jalan cepat ini lebih sering di berikan kepada PNS


(15)

yang usianya di atas 40 tahun. Cara start, finish dan penghitungan waktu sama dengan tes Iari 2,4 km. Katagori hasil waktu tes dapat dilihat dalam Tabel 2 sesuai dengan jenis kelamin dan usia.

Tabel 2

Norma Tes Jalan Cepat 4,8 Km (Cooper)

Agar para peserta lebih memahami dan dapat mengerti cara pelaksanaan pengukuran kesegaran jasmani ini, akan dilakukan praktek yang sekaligus untuk mengukur tingkat kesegaran jasmani peserta. Idealnya, pengukuran kesegaran jasmani dilakukan secara berkala, misalnya setiap tiga bulan sekali, agar perkembangan tingkat kesegaran jasmani hasil latihan fisik dapat diketahui manfaatnya.

D.

Latihan

Bentuklah kelompok sesuai dengan jumlah peserta untuk mengkaji hal-hal sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi siapa yang dianggap dan apa kriteria sehat itu?

2. Mengidentifikasi jenis yang berkategori sehat?

3. Mengidentifikasikan persyaratan-persyaratan yang diperlukan pada setiap jenis-jenis sehat tersebut.

4. Waktu penyelesaian (mulai dari proses sampai menjadi kajian sehat).

5. Mengapa kita melakukan latihan kesegaran jasmani?

6. Apa saja yang harus kita lakukan sebelum melakukan kegiatan kesegaran jasmani?

7. Kegiatan kesegaran jasmani bagi yang berusia 40 tahun ke atas, bagaimana bentuknya?

E.

Rangkuman

1. Kesegaran jasmani didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa merasakan kelelahan yang berlebihan, serta masih memiliki cadangan tenaga. 2. Komponen-komponen kesegaran jasmani dibagi menjadi 2

(dua) bagian, yaitu komponen yang berkaitan dengan kesehatan (health related fitness) dan komponen yang berkaitan dengan keterampilan (skills related fitness).

3. Untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani perlu dibiasakan hidup sehat dan selalu menjaga kebugaran tubuh dengan melakukan latihan.


(16)

diukur tingkatan kesegaran tersebut, yaitu untuk melakukan pengukuran denyut nadi, pengukuran berat badan dan pengukuran kapasitas aerobiknya.

22

BAB III

PERATURAN BARIS BERBARIS

A.

Pengertian Baris Berbaris

Peraturan Baris Berbaris (PBB) ini adalah dalam rangka pembinaan dan kerjasama antar peserta. Salah satu dasar pembinaan disiplin adalah melalui latihan PBB. Jadi PBB berarti bukanlah mengarahkan peserta menjadi TNI atau Militer tetapi untuk mewujudkan disiplin yang prima, agar dapat menunjang pelayanan yang prima pula. PBB tujuannya adalah antara lain, membentuk sikap, membentuk disiplin, membina kebersamaan/ kesetiakawanan, dan lain-lain.

Pokok-pokok baris-berbaris diberikan peserta untuk mengikuti upacara serta digunakan untuk pelaporan kesiapan belajar di kelas dengan gerakan-gerakan di tempat dan berjalan yang serba tertib guna mendukung penegakan disiplin.

B.

Manfaat

1. Peraturan baris-berbaris dimaksudkan untuk mengatur sekelompok orang dalam barisan melakukan gerakan bersama-sama secara tertib dan serempak baik gerakan ditempat maupun gerakan berjalan.

2. Pengetahuan PBB sangat bermanfaat bagi peserta LATPRAJAB Golongan I dan II baik selama mengikuti Diklat maupun setelah Diklat, guna mendukung tugas


(17)

pokok. Pembinaan disiplin dan memupuk rasa kebersamaan antar peserta dilakukan melalui PBB. Gerakan-gerakan enerjik dari kedisiplinan yang tinggi serta rasa karsa yang dihasilkan dari latihan PBB sangat diperlukan dalam pelaksanaan tugas.

C.

Gerakan Ditempat

Gerakan ditempat diperlukan untuk mempersiapkan atau merapikan barisan dalam menghadapi upacara-upacara, melaksanakan apel kerja pagi/siang, apel belajar pagi/ persiapan pelaporan belajar pagi/siang di kelas.

1. Contoh-Contoh

Gerakan-gerakan ditempat yang umum dilakukan adalah: a. Sikap sempurna;

b. Lencang kanan; c. Lencang depan; d. Berhitung; e. Hadap kanan; f. Hadap kiri;

g. Hadap serong kanan/kiri; h. Balik kanan;

i. Istirahat ditempat.

2. Latihan

Untuk melaksanakan gerakan-gerakan ditempat dilakukan melalui aba-aba yang diberikan oleh pelatih atau pimpinan barisan. Aba-aba yang diberikan terdiri dari aba-aba peringatan dan aba-aba pelaksanaan diperlukan jarak waktu

beberapa detik agar anggota barisan dapat mempersiapkan diri dan melaksanakannya secara serempak.

a. Sikap Sempurna

Membentuk sikap sempurna dengan aba-aba "siap ... Grak", (berdiri) atau "duduk siap ... grak" (dalam keadaan duduk).

1) Begitu mendengar aba-aba "siap grak" (dilapangan/ berdiri).

a) Kaki kiri ditarik rapat-rapat lurus ke kaki kanan dan ujung kaki membentuk sudut 45°;

b) Pandangan lurus ke depan; c) Dagu ditarik;

d) Dada dibusungkan dan perut ditarik/dikempiskan; e) Tangan lurus ke bawah rapat dengan paha dan

jari-jari dikepalkan serta ibu jari-jari menempel di paha. 2) Setelah dilaksanakan tidak boleh bergerak lagi dan

melirik ke kiri atau ke kanan serta bersuara atau senyum.

3) Khusus untuk di ruangan kelas dalam rangka persiapan pelaporan belajar, begitu mendengar aba-aba "duduk siap ... grak", langsung sikap sempurna di tempat duduk, pandangan lurus kedepan, kaki rapat, dagu ditarik, duduk tegak (dada busung), tangan mengepal menempel di tangkai kursi atau paha, tidak boleh lagi bergerak dan melirik ke kiri atau ke kanan serta bersuara atau tersenyum.


(18)

b. Lencang kanan/Lencang depan

Untuk meluruskan atau merapikan barisan dengan aba-aba "lencang kanan ... grak" (barisan berbentuk SAF) atau "lencang depan ... grak" (barisan berbetuk BANJAR). 1) Begitu mendengar aba-aba "lencang kanan ... grak"

(bersaf);

a) Saf 1 (depan) langsung menoleh ke kanan bersamaan dengan melencangkan tangan kanan lurus ke kanan menyenggol pangkal tangan kiri orang di sebelah kanannya, khusus saf 2 dan 3 hanya menoleh ke kanan sejenak sambil meluruskan Langsung kembali menoleh ke depan. b) Untuk staf 1 setelah mendengar aba-aba "tegak ...

grak", langsung menurunkan/melurus kan tangannya memalingkan mukanya ke depan. 2) Khusus lencang depan berlaku untuk barisan yang

bentuknya berbanjar. Begitu mendapat aba-aba "lencang depan ... grak", banjar paling kanan mengangkat tangan lurus ke depan dengan jarak 2 kepal dengan punggung di depannya, dan setelah mendengar aba-aba "tegak ... grak", kembali sikap sempurna.

c. Berhitung

Untuk mengetahui jumlah personil dalam barisan (3 bersaf), berikan aba-aba "hitung ... mulai"

1) Begitu mendengar aba-aba "hitung ... mulai"

a) Saf 1 (depan) serentak menoleh ke kanan, dan

setelah mendapatkan aba-aba pelaksanaan mulai berturut-turut menghitung dari kanan ke kiri. b) Bagi orang yang paling ujung dari saf 3

mengucapkan "lengkap" kalau barisan lengkap kelipatan 3, mengatakan "kurang 1 atau kurang 2" kalau barisan kurang dari kelipatan.

2) Setelah menghitung langsung orang perorang dari saf depan itu menoleh ke depan (sikap sempurna).

d. Hadap kanan/hadap kiri

1) Hadap kanan

Begitu mendengar aba-aba "hadap kanan grak", langsung melakukan gerakan:

a) Kaki kiri diangkat serong ke kanan, kaki kanan sebagai poros berputar 900 ke kanan.

b) Badan putar 900 ke kanan.

c) Kaki kiri ditutup kembali ke sikap sempurna. 2) Hadap kiri

Begitu mendengar aba-aba "hadap kiri grak", langsung melakukan gerakan:

a) Kaki kanan diangkat serong ke kiri, kaki kiri sebagai poros berputar 900 ke kiri.

b) Badan putar 90° ke kiri.

c) Kaki kanan ditutup kembali ke sikap sempurna.

e. Hadap serong kanan/kiri

1) Hadap serong kanan


(19)

grak", langsung melakukan gerakan:

a) Kaki kiri diangkat serong sedikit ke kanan, kaki kanan sebagai poros berputar 45° ke kanan.

b) Badan putar 450 ke kanan.

c) Kaki kiri ditutup kembali ke sikap sempurna. 2) Hadap serong kiri

Begitu mendengar aba-aba "hadap serong kiri ... grak", langsung melakukan gerakan:

a) Kaki kanan diangkat serong ke kiri, kaki kiri sebagai poros berputar 450 ke kiri.

b) Badan putar 450 ke kiri.

c) Kaki kanan ditutup kembali ke sikap sempurna.

f. Balik kanan

1) Balik kanan

Begitu mendengar aba-aba "balik kanan ... grak", langsung melakukan gerakan:

a) Kaki kiri diangkat serong ke kanan, kaki kanan sebagai poros berputar 1800 ke kanan/ke belakang. b) Badan putar 180° ke kanan/ke belakang.

c) Kaki kiri ditutup kembali ke sikap sempurna.

g. Istirahat di tempat

1) Begitu mendengar aba-aba "istirahat di tempat ... grak", langsung melakukan gerakan:

a) Kaki kiri dibuka selebar bahu (± 20 atau 30 cm). b) Kedua tangan ditarik kebelakang menempel di

punggung, tangan kiri memegang pergelangan

tangan kanan.

2) Pada waktu diistirahatkan pandangan tetap lurus ke depan, perhatian dipusatkan pada pelatih/ pemimpinan barisan.

D.

Gerakan Berjalan

Gerakan berjalan diperlukan pada saat menggerakkan, memindahkan, atau menggeser barisan dari suatu tempat ke tempat lain.

Gerakan-gerakan berjalan ini sangat diperlukan kekompakan, ketertiban, keseragaman dalam rangka memupuk rasa kebersamaan.

1. Contoh-Contoh

a. Maju jalan;

b. Hadap kanan/kiri maju jalan; c. Balik kanan maju jalan; d. Jalan di tempat; e. Berhenti;

f. Belok kanan/kiri jalan; g. Bubar jalan.

2. Praktek Pelaksanaan

Untuk menggerakkan/memindahkan barisan atau melaksanakan gerak jalan pada umumnya barisan berbentuk berbanjar, yang dimulai dengan aba-aba "maju ... jalan". Pada waktu memberikan aba-aba, sama halnya dengan gerakan ditempat, harus ada jarak waktu beberapa detik antara


(20)

aba-aba peringatan dan aba-aba-aba-aba pelaksanaan.

a. Maju jalan

Barisan setelah dirapikan dan menghadap ke arah gerakan.

1) Begitu mendengar aba-aba "maju ... jalan", langsung melakukan gerakan-gerakan:

a) Langkah pertama, secara serempak dimulai dengan kaki kiri dihentakkan.

b) Tangan kanan lurus ke depan, dan langsung berjalan.

2) Waktu sedang berjalan pandangan tetap lurus ke depan dan yang menjadi penjuru sebagai patokan agar langkah tetap sama adalah orang yang paling depan sebelah kanan.

b. Hadap kanan maju jalan

Barisan yang akan digerakkan setelah hadap kanan akan langsung berjalan.

1) Begitu mendengar aba-aba "hadap kanan maju ... jalan", langsung melakukan gerakan-gerakan:

a) Hadap kanan, dengan ketentuan kaki kiri yang tadinya harus menutup tapi sekarang dihentikan menjadi langkah pertama.

b) Tangan kanan lurus ke depan dan langsung jalan. c) Pelaksanaannya dilakukan serempak.

2) Selanjutnya ketentuan sama dengan gerak maju jalan.

c. Hadap kiri maju jalan

Barisan yang akan digerakkan setelah dihadap kirikan langsung berjalan.

1) Begitu mendengar aba-aba "hadap kiri maju ... jalan", langsung melakukan gerakan-gerakan:

a) Hadap kiri, dengan ketentuan kaki kanan yang tadinya harus menutup tapi sekarang dihentikan menjadi Iangkah pertama;

b) Tangan kiri lurus ke depan dan langsung berjalan. c) Pelaksanaannya dilakukan serempak.

2) Selanjutnya ketentuan sama dengan gerak maju jalan.

d. Balik Kanan maju jalan

Barisan yang akan digerakkan setelah dihadapkanankan langsung berjalan.

1) Begitu mendengar aba-aba "balik kanan maju ... jalan", langsung melakukan gerakan-gerakan:

a) Balik kanan, dengan ketentuan kaki kiri yang tadinya harus menutup tapi sekarang dihentikan menjadi Iangkah pertama;

b) Tangan kanan lurus ke depan dan langsung jalan; c) Pelaksanaannya dilakukan serempak.

2) Selanjutnya ketentuan sama dengan gerak maju jalan.

e. Jalan di tempat

Guna merapikan dan merapatkan barisan dapat dilakukan jalan ditempat, dengan aba-aba "jalan ditempat ... grak".


(21)

1) Begitu mendengar aba-aba "jalan ditempat ... grak';, yang boleh jatuh pada kaki kiri dan boleh jatuh kaki kanan, langsung melakukan gerakan-gerakan:

a) Tambah satu Iangkah bila jatuh kaki kiri dan tambah dua langkah bila jatuh kaki kanan.

b) Kaki/paha diangkat rata-rata air disamakan

2) Pada waktu jalan ditempat pandangan lurus ke depan, sambil merapikan barisan. Yang menjadi patokan untuk menyamaratakan kaki adalah penjuru yaitu orang yang paling depan sebelah kanan.

3) Tangan lurus ke bawah (tidak melenggang).

f. Menghentikan barisan

Barisan bisa dihentikan baik pada waktu sedang berjalan maupun sedang jalan di tempat dengan aba-aba "berhenti ... grak".

1) Begitu mendengar aba-aba "berhenti ... grak", bisa jatuh kaki kiri dan bisa jatuh kaki kanan langsung melakukan gerakan-gerakan:

a) Tambah satu langkah (bila jatuh kaki kiri) atau tambah dua langkah (bila jatuh kaki kanan) dan langkah berikutnya menutup/berhenti, kaki kiri selalu menutup;

b) Setelah berhenti tidak boleh gerak dulu.

2) Untuk merapikan barisan setelah berhenti, perlu dilencangkanankan atau dilencangdepankan.

g. Bubar Jalan

Untuk membubarkan barisan secara tertib diberikan aba-aba "bubar ... jalan", langsung melakukan gerakan-gerakan:

1) Memberikan penghormatan barisan secara serentak. 2) Begitu selesai dibalas dengan yang membubarkan

langsung tangan diturunkan dan otomatis balik kanan dengan kaki kiri menghentakkan secara serempak.

E.

Latihan

1. Apa yang Saudara ketahui tentang Peraturan Baris Berbaris (PBB)?

2. Manfaat apa saja di dalam melakukan kegiatan PBB? 3. Sebutkan contoh-contoh gerakan di tempat!

4. Sebutkan contoh-contoh gerakan berjalan! 5. Coba berikan aba-aba dari baris-berbaris.

F.

Rangkuman

Gerakan-gerakan yang umum dilakukan adalah gerakan maju jalan, belok kanan/kiri, balik kanan maju jalan, jalan ditempat, belok kanan/kiri jalan, menghentikan barisan dan membubarkan barisan.

Pada pokoknya gerakan berjalan ini sasarannya adalah melatih kelompok/barisan agar terbentuk kekompakan dan kerjasama yang harmonis. Dalam suatu barisan bila terlihat salah seorang menyimpang dari aba-aba yang diberikan. Akibatnya akan jelas


(22)

memporakporandakan barisan itu, misalnya pada waktu diberikan aba-aba hadap kanan, maju jalan, maka barisan utamanya pada gerakan berjalan setiap orang perorang memusatkan perhatian kepada aba-aba yang diberikan dan dapat dilaksanakan serempak, sehingga tercipta kebersamaan.

BAB IV

TATA UPACARA SIPIL

A.

Pengertian Tata Upacara Sipil

Tata Upacara Sipil (TUS) ini adalah bagian dari pembinaan disiplin. Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus selama mengikuti Diklat Prajabatan, dengan semua kegiatan dilakukan serba tertib yakni tertib di ruang kelas, tertib di ruang tidur, tertib di ruang makan, tertib di lapangan, tertib pengaturan dan penggunaan waktu (tepat waktu) dan kegiatan-kegiatan lain yang tertib dan teratur. Suatu kehidupan yang serba tertib akan melahirkan suatu disiplin yang prima.

Upacara dilakukan secara tertib dan teratur menurut urut-urutan acara yang telah dilakukan dengan gerakan-gerakan dan langkah-langkah kaki yang seragam dan serentak sesuai gerakan/langkah yang ditentukan dalam Peraturan Baris Berbaris (PBB).

Maka kepada peserta sebelum mendapatkan pelajaran TUS ini harus betul-betul memahami dan menguasai serta mampu melakukan ketentuan yang berlaku pada PBB. Karena upacara yang berdasarkan PBB itu membutuhkan mental yang kuat, disiplin yang tinggi dan fisik yang bugar dan tegar, sehingga tercermin suatu kekhidmatan dari upacara itu. Berbagai macam upacara yang kita ketahui, secara garis besar dikenal upacara umum yang biasanya dilaksanakan di lapangan dan upacara


(23)

khusus biasanya di dalam ruangan.

Aturan untuk melaksanakan upacara dalam acara kenegaraan atau acara resmi mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 62 tahun 1990. Dalam pelaksanaan aturan tersebut merupakan Pedoman Umum Tata Upacara Sipil yang memuat sebagai perencana dan pelaksanaan upacara untuk menjawab apa, siapa yang harus berbuat apa, dimana dan bilamana tata caranya serta bentuk dan jenisnya. Sedangkan Pedoman Umum pelaksanaan upacara meliputi kelengkapan dan perlengkapan upacara, langkah-langkah persiapan, petunjuk pelaksanaan dan susunan acaranya.

Pada dasarnya upacara umum di lapangan jumlah pesertanya lebih banyak, sedangkan upacara khusus di ruangan pesertanya lebih sedikit.

B.

Manfaat

Tata Upacara Sipil berguna bagi peserta Diklat Prajabatan Golongan I dan II, terutama dapat dimanfaatkan ditempat tugas masing-masing sebagai penanggungjawab upacara sebagai pembina upacara, pemimpin upacara, upacara tertentu dan pelaporan kesiapan mulai belajar atau selesai mengikuti pelajaran setiap hari kepada Widyaiswara di kelas.

C.

Pengertian Upacara Umum

Upacara umum adalah suatu kegiatan upacara secara umum dilapangan yang urut-urutan acaranya telah ditentukan diinstansi/perkantoran resmi pemerintah, misalnya upacara peringatan hari ulang tahun instansi, Kemerdekaan Republik Indonesia, upacara peringatan hari-hari besar nasional, upacara serah terima jabatan yang disaksikan pegawai dan pejabat di instansi masing-masing, upacara pembukaan dan penutupan pendidikan dan berbagai upacara lainnya.

D.

Pejabat-Pejabat Dalam Upacara

Mengingat upacara umum cakupannya cukup luas di lapangan perlu ditentukan pejabat-pejabatnya, antara lain:

1. Ketua panitia pelaksana upacara/penanggung jawab upacara; 2. Pemimpin upacara;

3. Pembina Upacara.

E.

Tugas-Tugas Pejabat Upacara

1. Ketua panitia pelaksana upacara/penanggung jawab upacara: a. Sebagai penangung jawab terlaksananya upacara dengan

tertib dan khidmat;

b. Menyiapkan dan menyusun tata urutan acara upacara; c. Menyiapkan sarana dan prasarana upacara (lapangan

upacara, perlengkapan upacara dan lain-lain);

d. Menyiapkan petugas pengerek bendera dan dilatih terlebih dahulu;


(24)

UUD Tahun 1945 dan Panca Prasetya KORPRI (kalau ada);

f. Menunjuk dan menyiapkan pembawa acara;

g. Menghubungi dan berkoordinasi dengan pemimpin upacara;

h. Sebelum pembina upacara memasuki lapangan upacara, ketua panitia pelaksana upacara/penanggung jawab upacara memberitahukan kepada pembina upacara hal-hal yang penting dalam upacara sekali gus memberitahukan bahwa upacara siap dimulai;

i. Baik buruknya pelaksanaan upacara adalah menjadi tanggung jawab ketua panitia pelaksana upacara/ penangung jawab upacara.

2. Pemimpin upacara:

a. Menerima laporan dari pemimpin kelompok/barisan upacara dan mengambil alih pimpinan seluruh barisan peserta upacara serta menyiapkan kerapihan kelompok/barisan upacara (jarak antar barisan yang satu dengan yang lain diatur sedemikian rupa sehingga terlihat rapi/teratur dan seimbang);

b. Memimpin penghormatan umum kepada pembina upacara dengan aba-aba "kepada pembina upacara hormat ... grak" (peserta upacara sudah disiapkan);

c. Menyampaikan laporan, kepada pembina upacara bahwa upacara siap dimulai, dengan mengucapkan kata-kata sebagai berikut: "Lapor upacara (sebut upacara apa) ... siap dimulai"

d. Memimpin penghormatan kepada bendera Merah Putih dengan aba-aba: "kepada Sang Merah Putih hormat ... grak" selanjutnya setelah bendera sampai di puncak/ditempatnya lalu memberikan aba-aba "tegak ... grak";

e. Pada waktu pembina upacara akan menyampaikan amanat maka pemimpin upacara mengistirahatkan barisan upacara (kalau diminta), dengan aba-aba "untuk perhatian istirahat di tempat ... grak"

f. Selanjutnya secara otomatis menyiapkan kembali barisan upacara setelah pembina upacara selesai menyampaikan amanatnya dengan aba-aba "siap ... grak";

g. Menyampaikan laporan kepada pembina upacara bahwa upacara selesai dengan mengucapkan kata-kata: "Upacara telah selesai dilaksanakan, laporan selesai";

h. Memimpin penghormatan umum kepada pembina upacara dengan aba-aba "kepada pembina upacara hormat ... grak" i. Membubarkan barisan peserta upacara.

3. Pembina Upacara

a. Memahami dan menguasai tata urutan acara upacara; b. Menerima laporan kesiapan upacara dari penanggung

jawab upacara sebelum memasuki lapangan upacara; c. Menerima dan membalas penghormatan umum dari

peserta upacara;

d. Memimpin mengheningkan cipta;

e. Memerintahkan kepada pemimpin upacara untuk mengistirahatkan atau membubarkan peserta upacara;


(25)

f. Menerima laporan dari penanggung jawab upacara bahwa upacara telah selesai.

F.

Tata Urutan Upacara Umum

Kegiatan upacara umum di lapangan terdiri dari persiapan upacara dan pelaksanaan upacara, sebagai contoh pelaksanaan upacara penaikan bendera,.

1. Persiapan Upacara

a. Seluruh peserta upacara diatur dalam kelompok/barisan, 15 menit sebelum pelaksanaan upacara dimulai, masing-masing kelompok/barisan meluruskan barisannya;

b. Petugas-petugas upacara seperti pengerak bendera, pembaca/pengucap Pembukaan UUD tahun 1945 dan Panca Prasetya KORPRI serta pembawa acara telah menempati tempat yang telah ditentukan;

c. Pemimpin upacara memasuki lapangan upacara;

d. Pemimpin upacara mengambil alih pimpinan seluruh barisan peserta upacara;

e. Pemimpin upacara merapikan/menyempurnakan susunan barisan peserta upacara;

f. Pembawa acara membacakan urut-urutan upacara.

2. Pelaksanaan Upacara

a. Penanggung jawab upacara lapor kepada Pembina upacara bahwa upacara siap dimulai, di luar lapangan upacara (biasanya dilakukan di ruang VIP) dengan kata-kata "Lapor, upacara ... (jelaskan upacara apa) siap dimulai": b. Pembawa acara mulai membacakan acara upacara bahwa

upacara segera dimulai, pembina upacara memasuki lapangan upacara dan barisan disiapkan;

c. Pemimpin upacara menyiapkan barisan upacara dengan aba-aba “Siap … grak”.

d. Pembina upacara memasuki lapangan upacara yang diantar oleh penanggungjawab upacara (biasanya pembina upacara didampingi oleh ajudan untuk membawakan map teks amanat/sambutan);

e. Penghormatan umum kepada pembina upacara yang dipimpin oleh pemimpin upacara dengan aba-aba “Kepada pembina upacara, hormat … grak”. Setelah dibalas oleh pembina upacara sampaikan aba-aba “Tegak … grak”.

f. Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara bahwa upacara siap dimulai, pelaksanaannya adalah: 1) Pemimpin upacara maju menghadap Pembina upacara

dan langsung menyampaikan laporan dengan aba-aba “Lapor, upacara (sebutkan upacara apa) siap dimulai”. 2) Setelah dijawab oleh Pembina upacara dengan kata-kata “Lanjutkan/kembali ketempat”, maka pemimpin upacara kembali menjawab: “Kerjakan/laksanakan”. Selanjutnya kembali balik kanan dan kembali ketempat semula.

g. Persiapan Penaikan Bendera

1) Petugas pengerak bendera (biasanya 3/tiga orang) membawa bendera mendekati tiang bendera;

2) Setelah sampai di tiang bendera, masing-masing bertugas: satu memegang bendera, satu mengikat


(26)

bendera pada tali yang ada di tiang bendera dan satu lagi memegang tali dan menaikkan bendera;

3) Setelah bendera diikat dan dikembangkan, maka salah seorang melaporkan bahwa bendera siap untuk dinaikkan, bunyi laporan "Bendera ... siap";

h. Penghormatan kepada Bendera Merah Putih dipimpin oleh pemimpin upacara (ada kalanya dipimpin oleh pembina upacara). Pelaksanaan dilakukan, begitu mendengar laporan dari petugas pengerek bendera bahwa bendera siap, langsung pemimpin upacara memberikan aba-aba "Kepada Sang Merah Putih, hormat ... grak", (seluruh peserta upacara melakukan penghormatan). Setelah bendera sampai ke puncak tiang bendera, pemimpin upacara memberikan aba-aba "Tegak ... grak (Penghormatan selesai);

i. Mengheningkan cipta dipimpin oleh pembina upacara. Pelaksanaannya pembina upacara menyampaikan kata-kata "Mengheningkan cipta ... dimulai" (semua peserta upacara menundukkan kepala beberapa detik) setelah itu pembina upacara mengucapkan "Selesai" dan seluruh peserta upacara secara serentak kembali menegakkan kepala;

j. Pembacaan teks Pancasila. Pelaksanaannya, ajudan menyampaikan teks Pancasila kepada pembina upacara dan langsung dibaca satu persatu serta diikuti oleh peserta upacara;

k. Pembacaan/pengucapan Pembukaan UUD tahun 1945 dan Panca Prasetya KORPRI. Pelaksanaannya adalah:

1) Para pembaca/pengucap maju menghadap pembina upacara (3 atau 4 langkah di muka pembina upacara) dan laporan dengan kata-kata "Lapor, pembaca/pengucap Pembukaan UUD tahun 1945 dan Panca Prasetya KORPRI ... siap";

2) Setelah dijawab oleh pembina upacara "Kerjakan /laksanakan", langsung masing-masing membacakan/mengucapkan yang di mulai dari Pembukaan UUD tahun 1945.

3) Setelah selesai membacakan, mengucapkan kembali/melapor kepada pembina upacara bahwa pembacaan/pengucapan sudah dilaksanakan dengan kata-kata "Pembacaan/pengucapan Pembukaan UUD tahun 1945 dan Panca Prasetya KORPRI telah dilaksanakan, laporan selesai";

4) Setelah pembacaan/pengucapan selesai melaporkan, dijawab oleh pembina upacara "Kembali ke tempat" dan dijawab lagi oleh pembaca/pengucap "laksanakan", maka pembaca/pengucap langsung balik kanan dan berjalan menuju ke tempat semula. l. Amanat Pembina Upacara

1) Pelaksanaannya ajudan memberikan teks amanat atau pembina upacara akan menyampaikan amanat tanpa teks, selanjutnya pembina upacara menginstruksikan kepada pemimpin upacara mengistirahatkan barisan upacara dengan kata-kata: "Peserta upacara diistirahatkan";


(27)

pemimpin upacara langsung menyampaikan aba-aba untuk mengistirahatkan barisan upacara dengan kata-kata "Istirahat ditempat ... grak";

3) Pembina upacara membacakan atau menyampaikan amanatnya;

4) Begitu pembina upacara selesai menyampaikan amanatnya, maka pemimpin upacara langsung menyiapkan kembali barisan upacara dengan aba-aba "Siap ... grak";

m. Pembacaan Do'a (bila ada);

Pelaksanaannya adalah petugas yang membaca do'a (sebelumnya sudah berdiri dekat dengan pembawa acara) langsung memimpin membacakan do'a;

n. Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara tentang selesainya upacara.

Pelaksanaannya adalah:

1) Pemimpin upacara maju menghadap pembina upacara (3 atau 4 Iangkah) dan langsung menyampaikan laporan dengan kata-kata "Upacara telah dilaksanakan, laporan selesai";

2) Setelah dijawab oleh pembina upacara dengan kata-kata "Bubarkan", dan dijawab lagi oleh pemimpin upacara dengan kata "Kerjakan/laksanakan", maka pemimpin upacara balik kanan kembali ke tempat semula".

o. Penghormatan umum kepada pembina upacara yang dipimpin oieh pemimpin upacara dengan aba-aba "Kepada pembina upacara, hormat ... grak". Setelah

penghormatan dibalas oleh pembina upacara maka pemimpin upacara mengucapkan aba-aba "Tegak ... grak".

p. Upacara Selesai

Pembina upacara berkenan meninggalkan lapangan upacara, selanjutnya di luar lapangan upacara, pembina upacara disambut oleh penanggung jawab upacara dan menerima laporan bahwa upacara telah dilaksanakan dengan kata-kata laporan "Upacara telah dilaksanakan, laporan selesai".

G.

Pengertian Upacara Khusus

Upacara khusus adalah suatu kegiatan upacara secara khusus yang tidak memerlukan pejabat-pejabat upacara dan susunan acara upacara secara lengkap seperti upacara umum. Banyak sekali macam-macam upacara khusus yang kita ketahui antara lain laporan serah terima jabatan, laporan kenaikan pangkat, penyumpahan jabatan. Kegiatan apel (pagi/siang), kegiatan pelaporan belajar dan selesai belajar di kelas dan lain sebagainya. Pada umumnya kegiatan upacara diadakan di dalam ruangan. Dalam uraian selanjutnya yang banyak kaitannya dengan kegiatan Diklat Prajabatan akan dijelaskan pelaksanaan kegiatan apel dan kegiatan pelaporan. Kesiapan belajar dan atau selesai belajar kepada Widyaiswara di kelas.

H.

Pelaksanaan Kegiatan Apel

Pelaksanaan kegiatan apel sangat diperlukan baik ditempat pekerjaan maupun di lingkungan Diklat. Apel adalah suatu


(28)

kegiatan berkumpul untuk mengetahui kehadiran dan kondisi personil dari suatu instansi perkantoran atau lembaga pendidikan yang dilaksanakan secara terus-menerus (rutin). Apel yang biasa dilakukan adalah apel pagi (masuk kerja/belajar) dan apel siang (selesai kerja/belajar) yang pada umumnya dilaksanakan di lapangan dengan tertib dan khidmat serta sungguh-sungguh.

1. Tata Cara apel

a. Barisan dipimpin dan disiapkan oleh seorang dari barisan itu (biasanya yang tertua atau ditunjuk). Setelah diluruskan dan dirapihkan, selanjutnya berdiri disamping kanan barisan (menurut ketentuan PBB);

b. Setelah penerimaan apel berdiri di tengah berhadapan dengan barisan apel dan penerima apel mengucapkan "Apel pagi/siang ... dimulai", maka pemimpin barisan langsung menyampaikan penghormatan umum dengan aba-aba "Kepada penerima apel (atau disebut jabatannya dan diucapkan oleh pemimpin yang paling kanan), hormat ... gerak", dan selanjutnya pemimpin barisan bersama-sama dengan seluruh peserta apel memberikan penghormatan;

c. Setelah penghormatan dibalas oleh penerima apel, langsung pemimpin barisan menyampaikan aba-aba lagi (diucapkan oleh pemimpin barisan) "Tegak ... grak", dan seluruh peserta apel serentak secara menghentikan penghormatan bersama-sama dengan pemimpin barisan; d. Pemimpin barisan, maju menghadap 2 atau 3 langkah

dimuka penerima apel selanjutnya langsung melapor situasi apel dengan kata-kata "Lapor, apel pagi/siang

(disebutkan kelompok apa) jumlah ..., kurang ..., keterangan kurang ..., siap".

e. Setelah diterima laporan oleh penerima apel maka penerima apel mengucapkan kata-kata, "Kembali ke tempat" dan diulangi oleh pelapor "Kembali ketempat atau kerjakan", selanjutnya langsung balik kanan kembali menuju ketempat semula (disamping barisan);

f. Selanjutnya kalau ada instruksi atau pengumuman yang akan disampaikan oleh penerima apel maka penerima apel langsung mengistirahatkan barisan dengan kata-kata "Istirahat ditempat ... grak", lalu menyampaikan instruksi atau pengumuman, setelah selesai kembali disiapkan dengan aba-aba "Siap ... grak";

g. Terakhir penerima apel menyampaikan kata-kata "Apel pagi/siang selesai, tanpa penghormatan barisan dapat dibubarkan, kerjakan", langsung diulangi oleh pemimpin barisan dengan kata "Kerjakan", dan langsung pemimpin barisan menyampaikan penghormatan perorangan selanjutnya penerima apel otomatis balik kanan, sesudah itu pemimpin barisan membubarkan barisannya;

h. Bila pemimpin apel tidak mengatakan tanpa penghormatan, maka sampaikan lagi penghormatan umum yang kegiatan dan aba-abanya seperti pada point b.

2. Manfaat apel

a. Dapat selalu mengikuti perkembangan situasi dan kondisi serta kesiapan personil yang dipimpinnya;


(29)

pengumuman-pengumuman;

c. Menjalin rasa persaudaraan senasib sepenanggungan, senasib seperjuangan dan meningkatkan persatuan dan kesatuan dilingkungan pekerjaan/pendidikan;

d. Memupuk rasa kebersamaan dan kesetiakawanan; e. Meningkatkan pembinaan disiplin.

I.

Tata Cara Kegiatan Laporan Di Kelas

Pelaporan kesiapan belajar di kelas kepada Widyaiswara merupakan suatu upacara kecil/khusus di kelas yang harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan khidmat.

1. Laporan kesiapan mulai belajar

a. Setelah Widyaiswara memasuki ruang kelas dan berdiri dimuka kelas, maka petugas piket atau petugas yang ditunjuk untuk memimpin kelas menyiapkan kelas dengan aba-aba "Duduk siap ... grak".

b. Selanjutnya maju 2 atau 3 langkah menghadap Widyaiswara langsung menyampaikan penghormatan (mengangkat tangan atau mengangguk), setelah dibalas kembali ke sikap sempurna dan menyampaikan laporan dengan urut-urutan sebagai berikut:

1) Lapor;

2) Peserta Diklat Prajabatan Golongan II (Departemen/ Instansi) angkatan ...;

3) Jumlah ...; 4) Kurang ... ; 5) Hadir ...;

6) Keterangan kurang ...;

7) Siap menerima pelajaran/pembekalan (disebutkan pelajaran apa).

c. Sesudah itu Widyaiswara menyampaikan kata-kata "Istirahat" dan diulangi oleh pelapor "Istirahat/ kerjakan". d. Tanpa penghormatan langsung balik kanan dan

menghadap peserta dan selanjutnya langsung memimpin do'a dengan menyampaikan kata-kata "Untuk mengawali pelajaran kita pagi/siang/sore/ malam ini, marilah kita berdo'a sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, berdo'a ... mulai". Selanjutnya semua menundukkan kepala beberapa detik dan disudahi dengan kata-kata "Selesai", kembali ke sikap sempurna.

e. Petugas piket/Ketua kelas mengistirahatkan kelasnya dengan aba-aba "Duduk istirahat grak".

48

2. Laporan selesai belajar

a. Setelah Widyaiswara mengatakan pelajaran selesai maka petugas piket atau petugas yang ditunjuk untuk memimpin kelas, menyiapkan kelas dengan aba-aba "Duduk siap ... grak";

b. Selanjutnya maju 2 atau 3 Iangkah menghadap Widyaiswara tanpa penghormatan melaporkan dengan kata-kata "Telah menerima pelajaran/pembekalan (disebutkan pelajaran apa), laporan selesai";

c. Sesudah itu Widyaiswara memerintahkan "Bubarkan" dan diulangi oteh pelapor "Bubarkan/ kerjakan";

d. Petugas piket atau Ketua kelas menyampaikan penghormatan kepada Widyaiswara setelah dibalas


(30)

kembali ke sikap sempurna dan langsung balik kanan dan menghadap kepada peserta bergeser 2 atau 3 Iangkah kekanan/kiri dan selanjutnya langsung memimpin do'a dengan menyampaikan kata-kata "Untuk mengakhiri, marilah kita berdo'a sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, berdo'a ... mulai".

Selanjutnya semua menundukkan kepala beberapa detik dan" disudahi dengan kata-kata "Selesai", kembali ke sikap sempurna;

e. Petugas piket/Ketua kelas mengistirahatkan kelasnya dengan aba-aba "Duduk istirahat ... grak".

Catatan:

Penghormatan dalam suatu kegiatan pelaporan belajar di kelas hanya dilakukan dua kali, pertama pada waktu mulai belajar, dan kedua pada waktu selesai belajar.

J.

Latihan

1. Sebutkan dasar peraturan Tata Upacara Sipil!

2. Sebutkan Tata Upacara Sipil yang telah dilakukan pada instansi Saudara!

3. Siapa saja yang terlibat pada Tata Upacara? 4. Sebutkan Tata Urutan Upacara!

5. Apa perbedaan Tata Upacara Umum dan Khusus?

K.

Rangkuman

Kegiatan apel maupun kegiatan pelaporan kesiapan belajar dan selesai belajar di kelas yang dilakukan Instansi perkantoran atau

lembaga pendidikan secara terus-menerus (rutin) akan dapat membiasakan diri untuk melaksanakan pekerjaan agar selalu tertib, teratur dan sempurna.

Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan-kegiatan ini, terutama sekali menghasilkan disiplin yang tinggi dan prima.


(31)

51

BAB V

KESEHATAN MENTAL

A.

Pengertian

Manusia merupakan kesatuan jiwa dan raga. Akal merupakan asset manusia yang sangat berharga yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Manusia adalah makhluk individual, makhluk sosial dan sekaligus makhluk berketuhanan.

Manusia dalam hal ini PNS adalah salah satu aset organisasi yang paling berharga, aset yang mengelola dan dikelola, untuk itu perlu dibina.

Pembinaan kesehatan mental PNS merupakan suatu kegiatan yang dipandang dapat dilakukan melalui Diklat dan penyuluhan.

1. Pengertian Mental

Menurut Webster Dictionary, mental adalah "way of

thinking", berkenaan dengan pikiran/gangguan saraf/

kejiwaan. Menurut Kamus Purwodarminto, mental merupakan "way of sense".

Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa mental merupakan cara berpikir dan berperasaan berdasarkan atas nurani yang tercermin pada perilaku seseorang.

2. Pengertian Kesehatan Mental

Dr. Zakiah Darajat (1996) memberikan beberapa pengertian mengenai kesehatan mental, sebagai berikut:

a. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa ("neuroses") dan dari gejala-gejala penyakit jiwa ("psychoses");

b. Kemampuan untuk menyesuaikan diri sendiri dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup;

c. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin sehingga membaur kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa; d. Terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara

fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.

B.

Manfaat Pembinaan Kesehatan Mental

Pembinaan kesehatan mental bagi peserta Diklat dimaksudkan agar peserta Diklat bermental baik (bermoral, jujur, terpercaya, bertanggung jawab dan disiplin) dalam melaksanakan tugasnya, dan sekaligus dapat menjadi teladan bagi lingkungannya.


(32)

C.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dan

Ciri-Ciri Mental Sehat

1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mental Sehat

a. Internal

1) Faktor internal adalah yang berasal dari dalam diri seseorang, misalnya: sifat pemarah, halus, talenta di bidang kesenian, dan sebagainya;

2) Faktor keturunan juga cenderung memegang peran terhadap mental seseorang, misalnya: intelek tualitas, emosi dan potensi. Contoh intelektualitas mampu menyelesaikan masalah dengan bijak

b. Eksternal

Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang ada di luar diri manusia dan dapat mempengaruhi mental (cara berpikir dan cara berperasaan berdasarkan hati nuraninya). Misalnya: pendidikan agama (keyakinan), status sosial, hukum, budaya dan sistem pemerintahan.

Lingkungan keluarga, masyarakat dan pekerjaan juga dapat mempengaruhi kesehatan mental baik secara positif maupun negatif. Contoh positif: jika dalam keluarga terbiasa hidup teratur, maka dalam bekerja sehari-hari juga akan cenderung disiplin. Sebaliknya, kebiasaan berbohong di rumah dapat mengarah ke perbuatan korupsi dikantor.

2. Ciri-Ciri Mental Sehat

Menurut pemahaman dari pakar agama, orang yang bermental sehat adalah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Jujur (sidik), yaitu orang yang setia, ikhlas,

bertanggungjawab, terbuka dan tulus;

b. Terpercaya (amanah), yaitu orang yang dapat dipercaya baik dalam bersikap, berbicara maupun dalam berbuat, jadi tidak munafik;

c. Adil, yaitu orang yang bisa melihat dan menempatkan permasalahan secara proporsional, obyektif, tidak pilih kasih;

d. Konsisten (istiqomah), yaitu orang taat azas, berprinsip, sehingga tidak mudah terombang-ambing oleh lingkungan;

e. Dapat bekerjasama, yaitu orang yang dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Dari berbagai sumber selain ciri-ciri sebagaimana telah dikemukakan, masih dapat dikemukakan beberapa ciri mental sehat yang juga merupakan cerminan dari sifat-sifat berbudi pekerti luhur (Sedyawati, dkk. 1997) sebagai berikut: a. Beriman dan bertaqwa, yaitu perilaku yang menunjukkan adanya rasa percaya dan yakin disertai kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya;

b. Bertanggung jawab, yaitu perilaku yang konsekuen, konsisten dan berani menanggung segala resiko atas apa yang dilakukannya;


(33)

c. Berpikir positif, yaitu berilaku yang rasional, kritis, bijak, obyektif dan optimis;

d. Sikap hormat dan sopan santun, menghargai orang lain, dan berperilaku tertib sesuai adat istiadat atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat;

e. Dewasa, yaitu perilaku yang wajar, terkendali, tidak kekanak-kanakkan;

f. Disiplin, yaitu perilaku yang menunjukkan pola hidup tertib, teratur dan taat pada aturan/tatanan;

g. Menghargai waktu, yaitu perilaku yang menunjukkan pentingnya memanfaatkan waktu secara optimal untuk kegiatan-kegiatan yang positif.

D.

Mental Produktif

Cara berpikir dan berperan yang didasarkan kepada hati nurani untuk selalu berbuat sesuatu yang besar atau lebih dan bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain dan masyarakat.

Ciri-ciri sifat mental produktif:

1. Produktif: sikap perilaku yang berhasilguna, yang dihasilkan lebih besar dari apa yang telah dikeluarkan;

2. Berinisiatif: sikap dan perilaku yang penuh prakarsa, berbuat dan berpikir tanpa disuruh, mengembangkan kemampuan imajinasi;

3. Bekerja keras: sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif, tidak suka berpangku tangan, dan tidak merasa cepat puas;

4. Bersemangat: sikap dan perilaku yang dalam melakukan sesuatu tidak gampang menyerah;

5. Berpikir jauh ke depan: bersikap dan berperilaku untuk jangka waktu panjang yang lebih baik;

6. Menghargai waktu: sikap dan perilaku yang mampu memanfaatkan waktu secara efisien dan efektif sehingga melahirkan karya yang optimal;

7. Tekun: sikap dan perilaku yang menunjukkan kesanggupan dan semangat yang tinggi, dengan daya tahan yang cukup untuk mewujudkan sesuatu.

E.

Mental Masyarakat Modern

1. Memiliki sifat pribadi yang terbuka;

2. Memiliki dan mengembangkan sikap untuk selalu siap berusaha;

3. Menghargai perbedaan pendapat dalam banyak hal; 4. Memanfaatkan waktu secara tepat;

5. Selalu memperkaya diri dengan berbagai informasi dan pengetahuan;

6. Menghagai keberadaan diri orang lain sebagaimana adanya; 7. Memiliki dan mampu mengembangkan sikap percaya diri; 8. Menghargai pentingnya pendidikan sebagai wahana

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; 9. Menghargai prinsip-prinsip demokrasi dalam berkarya.

F.

Pengaruh Timbal Balik Antara Kondisi Mental

Dan Fisik

Kita mengenal istilah dalam badan yang sehat terdapat mental yang sehat. Padahal seringkali terjadi hal yang sebaliknya,


(34)

mental yang tidak sehat menyebabkan badan tidak sehat. Hal ini disebut psikomatis, yaitu gangguan fisik yang disebabkan adanya gangguan mental, khususnya emosi. Contoh gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh tekanan hidup yang mengganggu ketenangan pikiran/batin antara lain adalah tekanan darah tinggi, darah rendah, maag, sesak napas, eksim, anoreksia, migrain, diare dan gemetar.

G.

Cara-Cara Mengatasi Gangguan Mental

1. Beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengatasi gangguan mental, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Berusaha memahami hakekat manusia yang mempunyai pembawaan dan pengalaman yang berbeda-beda dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Termasuk memahami diri sendiri yang bisa dilakukan melalui introspeksi atau umpan balik;

b. Konsultasi pada orang yang dianggap bisa memahami membantu mengatasi masalahnya;

c. Mencurahkan isi hatinya kepada orang lain yang dipercaya;

d. Berpikir positif, dengan memandang segala sesuatu dari aspek positif/hikmahnya;

e. Realistis, yaitu dengan menerima kenyataan/fakta secara rasional;

f. Berusaha untuk menyesuaikan diri yang bisa dilakukan secara:

1) Alloplasties yaitu dengan mengubah sikap perilaku diri

sendiri agar sesuai dengan situasi dan kondisi

lingkungan, jika diri sendiri tidak mungkin/mampu mengubah situasi dan kondisi lingkungan;

2) Geneplasties yaitu dengan mengadakan perubah an

pada diri sendiri dan pada lingkungan, sepanjang hal tersebut memungkinkan;

3) Autoplasties yaitu mengubah situasi dan kondisi

lingkungan sesuai dengan yang kita harapkan, sepanjang hal tersebut memungkinkan, baik secara kemampuan, kemauan, kewenangan maupun peluang, sehingga sesorang akan merasa lebih baik, senang, nyaman dan bahagia.

g. Melakukan rekreasi dan olahraga ringan agar secara fisik maupun mental seseorang merasa lebih segar dan enak; h. Melakukan relaksasi misalnya dengan program latihan

relaksasi, massage, rekreasi, dan sebagainya yang akan membuat seseorang merasa lebih tenang;

i. Berdo'a dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga seseorang akan merasa tenang, tenteram dan damai.

2. Ketidakmampuan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya maupun terhadap lingkungannya dikenal dengan istilah stress. Sehubungan dengan hal tersebut Hans Selye (1976) dalam

"The Stress Life" menuliskan beberapa cara untuk mengatasi

stress, yaitu:

a. Ubah Iingkungan kerja dan lingkungan sosial;

b. Pelajari emosi yang dilahirkan oleh persepsi dan opini anda;


(1)

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 57 mental yang tidak sehat menyebabkan badan tidak sehat. Hal ini disebut psikomatis, yaitu gangguan fisik yang disebabkan adanya gangguan mental, khususnya emosi. Contoh gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh tekanan hidup yang mengganggu ketenangan pikiran/batin antara lain adalah tekanan darah tinggi, darah rendah, maag, sesak napas, eksim, anoreksia, migrain, diare dan gemetar.

G.

Cara-Cara Mengatasi Gangguan Mental

1. Beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengatasi gangguan mental, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Berusaha memahami hakekat manusia yang mempunyai pembawaan dan pengalaman yang berbeda-beda dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Termasuk memahami diri sendiri yang bisa dilakukan melalui introspeksi atau umpan balik;

b. Konsultasi pada orang yang dianggap bisa memahami membantu mengatasi masalahnya;

c. Mencurahkan isi hatinya kepada orang lain yang dipercaya;

d. Berpikir positif, dengan memandang segala sesuatu dari aspek positif/hikmahnya;

e. Realistis, yaitu dengan menerima kenyataan/fakta secara rasional;

f. Berusaha untuk menyesuaikan diri yang bisa dilakukan secara:

1) Alloplasties yaitu dengan mengubah sikap perilaku diri

sendiri agar sesuai dengan situasi dan kondisi

58 Ko-Kurikuler

lingkungan, jika diri sendiri tidak mungkin/mampu mengubah situasi dan kondisi lingkungan;

2) Geneplasties yaitu dengan mengadakan perubah an

pada diri sendiri dan pada lingkungan, sepanjang hal tersebut memungkinkan;

3) Autoplasties yaitu mengubah situasi dan kondisi

lingkungan sesuai dengan yang kita harapkan, sepanjang hal tersebut memungkinkan, baik secara kemampuan, kemauan, kewenangan maupun peluang, sehingga sesorang akan merasa lebih baik, senang, nyaman dan bahagia.

g. Melakukan rekreasi dan olahraga ringan agar secara fisik maupun mental seseorang merasa lebih segar dan enak; h. Melakukan relaksasi misalnya dengan program latihan

relaksasi, massage, rekreasi, dan sebagainya yang akan membuat seseorang merasa lebih tenang;

i. Berdo'a dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga seseorang akan merasa tenang, tenteram dan damai.

2. Ketidakmampuan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya maupun terhadap lingkungannya dikenal dengan istilah stress. Sehubungan dengan hal tersebut Hans Selye (1976) dalam

"The Stress Life" menuliskan beberapa cara untuk mengatasi

stress, yaitu:

a. Ubah Iingkungan kerja dan lingkungan sosial;

b. Pelajari emosi yang dilahirkan oleh persepsi dan opini anda;


(2)

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 59 c. Berusaha untuk rileks, tenang dalam menghadapi tugas

maupun masalah;

d. Pelihara fisik anda dengan gizi yang memadai dan berolah raga yang teratur;

e. Penuhi kebutuhan rohani dengan berdo'a, laksanakan ajaran dengan sebaik-baiknya sesuai dengan keyakinan. 3. Gangguan mental dapat diobati secara informal seperti

masuk perkumpulan sosial, berliburan, mendiskusikan sesuatu dengan orang terdekat, makan di luar atau pergi menyaksikan atraksi yang menarik.

Pengobatan informal ini dapat berupa partisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan mental dan fisik secara keseluruhan, dan didukung oleh filsafat atau ideologi tertentu mengenai bagaimana seseorang harus hidup.

Contoh:

Mengikuti latihan pengembangan diri, latihan yoga atau orhiba (olahraga hidup baru), mendalami ajaran agama, ikut dalam kelompok arisan yang disenangi, secara teratur mengikuti pengajian dan sebagainya.

Pengobatan formal menyangkut segala bentuk terapi, perawatan medis atau lainnya yang dilakukan sematamata untuk meringankan masalah-masalah mental. Kegiatan ini meliputi berbagai bentuk kegiatan psikoanalisis, terapi tingkah laku, terapi umum atau konseling profesional lainnya.

60 Ko-Kurikuler

H.

Rangkuman

Kesehatan mental seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Adapun ciri mental sehat antara lain adalah: jujur, terpercaya, adil, konsisten, dapat bekerjasama dengan orang lain, beriman, bertanggung jawab, dewasa dan disiplin.

Gangguan mental dapat disebabkan oleh faktor kejiwaan seperti rasa cemas, rendah diri dan stres, serta faktor fisik biologis seperti kerusakan pada sentral saraf, hilangnya kemampuan berbagai kelenjar akibat keracunan, narkoba, dan sebagainya. Faktor lingkungan yang tidak sesuai seperti iklim kerja, gaya kepemimpinan dan kebijaksanaan pemerintah, juga dapat merupakan faktor penyebab gangguan mental.

Antara kondisi mental dan kondisi fisik seseorang ada hubungan saling pengaruh. Adapun gangguan mental perilaku penderita tetap saja dapat merupakan orang/pihak lain sehingga dilakukan tindakan penanganan secara proporsional.

Untuk membangun kualitas mental agar tetap sehat bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: melalui pemahaman terhadap hakekat manusia (diri sendiri dan orang lain), usaha penyesuaian diri, rekreasi dan latihan fisik secara ringan, relaksasi dan berserah diri kepada Tuhan.


(3)

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 61

I.

Latihan

Pilih dengan melingkari salah satu jawaban yang dianggap paling benar.

1. Mental dapat diartikan: a. Cara berpikir;

b. Yang berhubungan dengan kejiwaan; c. Cara berperasaan;

d. Semua benar.

2. Kesehatan mental adalah?

a. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa dan penyakit jiwa;

b. Kemampuan untuk menghindari masalah;

c. Pengetahuan dan perbuatan yang dapat menguntungkan diri sendiri;

d. Bukan salah satu di atas.

3. Seseorang dapat terganggu kesehatan mentalnya apabila: a. Syaraf otaknya terganggu;

b. Ada perasaan rendah diri; c. 1 dan 2 benar;

d. 1 dan 2 salah.

4. Orang yang bermental sehat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Ikhlas, bertanggung jawab dan subyektif; b. Adil, membela kelompoknya secara gigih; c. Konsisten dan dapat bekerjasama;

d. Memanfaatkan waktu hanya untuk bekerja.

5. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan mental, diantaranya:

62 Ko-Kurikuler

a. Berpikir positif, realitas dan membicarakan orang lain; b. Mengeluh dan menyalahkan diri sendiri;

c. Berusaha memahami dan menerima teman kerja dengan segala kekurangannya;

d. Selalu berusaha untuk menyesuaikan diri dengan cara merubah sikap perilaku diri sendiri agar sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan.


(4)

63

BAB VI

PENUTUP

TEST SUMATIF

1. Apa yang dimaksud dengan Kesegaran Jasmani? 2. Sebutkan komponen kesegaran jasmani!

3. Sebutkan prosedur dan prinsip-prinsip latihan Kesegaran Jasmani!

4. Apa yang dimaksud dengan Peraturan Baris Berbaris? 5. Dalam Baris Berbaris mengapa diperlukan gerakan ditempat

dan gerakan berjalan? Coba Jelaskan! 6. Apa yang dimaksud dengan:

a. Upacara Umum; b. Upacara Resmi; c. Upacara Kenegaraan; d. Khusus.

7. Dalam Tata Upacara Sipil ada beberapa pejabat yang telibat, coba sebutkan dan jelaskan tugas-tugasnya!

8. Sebutkan tata urutan acara upacara umum! 9. Sebutkan manfaat diadakannya Apel! 10. Jelaskan pengertian Upacara Umum!

11. Upacara Umum apa saja yang Saudara ketahui? 12. Sebutkan pejabat-pejabat dalam upacara?

13. Sarana dan prasarana apa serta petugas-petugas apa saja yang harus disiapkan dalam upacara?

14. Kapan dilakukan penghormatan umum kepada Pembina Upacara?

64 Ko-Kurikuler

15. Sebutkan manfaat apel atau kegiatan pelaporan kesiapan belajar dan selesai belajar!

16. Berapa kali penghormatan dilakukan dalam kegiatan pelaporan di kelas dan saat apa saja ?

17. Sebutkan urut-urutan laporan mulai belajar!

18. Sebutkan pengertian mental menurut Dr. Zakiah Darajat! 19. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi mental sehat! 20. Bagaimana ciri-ciri mental produktif, sebutkan!

21. Bagaimana ciri-ciri mental sehat, sebutkan!

22. Apa yang anda ketahui tentang mental masyarakat modern? 23. Apakah ada timbal balik antara kondisi mental dan fisik,

sebutkan!

24. Bagaimana cara-cara mengatasi gangguan mental?

25. Hans Selye menulis beberapa cara untuk mengatasi stress. Sebutkan!


(5)

65

DAFTAR PUSTAKA

A. Peraturan Perundang Undangan

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Per-ubahan

Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok Pokok Kepegawaian;

Undang Undang Nomor 8 Tahun 1987 tentang Protokol;

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang

Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil;

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan

Disiplin Pegawai Negeri;

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang

Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil;

Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengesahan

Perubahan Anggaran Dasar Korps Pegawai

Republik Indonesia;

Hasil Munas Korps Pegawai Republik Indonesia, Jakarta, Tahun 1999, Jakarta;

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Yang Menyangkut Segi-Segi Keprotokolan, Sekretariat Negara Rumah Tangga Kepresidenan, Jakarta 1993;

Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyeleng garaan

Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan I, II dan Golongan III;

66

B. Buku-Buku

Ananto, Purnomo, dkk (2000), Kesegaran Jasmani dan

Kesehatan Mental, Jakarta, Lembaga Administrasi

Negara, Jakarta 2001;

Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan Pusat (1984), Kesehatan Keluarga Buku I, Departemen Kesehatan RI. 1984

Dick, F.W. (1997), Sport Training Principles (3rd ed) London, A&C Black;

Departemen Kesehatan, Pedoman Pengukuran Kesegaran

Jasmani, Jakarta, 1984;

Haryo Tilarso, Dr. DSKO. PACM, Program Olahraga dan

Kesegaran Jasmani Di Tempat Kerja, Jakarta;

Kusmana, Dede & Memet, Obih S. Petunjuk Pembinaan

Kesehatan Jantung dan Kesegaran Jasmani, Jakarta,

1981;

Kusmana, Dede, Prof. DR, Dr. SpJP (K), FACC, Olahraga

Untuk Orang Sehat dan Penderita Penyakit Jantung,

Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2006.

Kershaw, A.Lees, R. Johnson, G. & Taylor, M (1995) Senior

Personal Development, Health and Physical

Education, Roseville, NSW: Mc-GrawHill;

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Peraturan

Baris-Berbaris Suratman dan Nuzuar Zainun, Bahan

Diklat Prajabatan Golongan II dan III, Jakarta 2001; Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Peraturan

Penghormatan, Suratman dan Nuzuar Zainun, Bahan


(6)

67 Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Program

Ko-Kurikuler, Nasution Yuanita & Hendrajaya

Hartoto, Bahan Diklat Prajabatan Golongan III, Jakarta 2001;

Mohammad, Kartono, Pertolongan Pertama, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996;

Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga Bagi Pelatih Olahraga Pelajar, Jakarta. Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani, Departemen Pendidikan Nasional, Presiden Council of Physical Fitness and Sport, Physical Fitness

Research Desert, Series 1 Nomor 1 Washington DC,

1971,

Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pola Hidup Sehat dan Segar, Jakarta, 1997;

Pusat Pengkajian dan Pengembangan IPTEK Olahraga, Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, Panduan Teknis Tes dan Latihan Kesegaran Jasmani;

Selye, H. The Stress of Life, New York: Mc. Graw Hill, 1976; Suharto, Dr. SpKO. DPH. Olahraga dan Kebugaran, Jakarta; Tim Peneliti Laboratorium Gerak Kerja Jasmani (1993)

Penelitian Kesegaran Jasmani di Pusdiklat Olahraga Pelajar Tahun 1992/1993, Jakarta: Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi, Departemen Pendidikan Nasional.

Zakiah Darajat, Dr. Kesehatan Mental, PT. Gunung Agung, Jakarta, 1996.