Segmentasi, Targeting dan Positioning Mutu Crude Palm Oil CPO

50

4.5.2. Segmentasi, Targeting dan Positioning

Penjualan Crude Palm Oil CPO yang dilakukan PT. KPB Nusantara tidak memiliki segmen khusus dalam penjualan produknya, terutama CPO, hal ini dikarenakan CPO merupakan produk yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, baik masyarakat dalam maupun luar negeri. Pembeli CPO berasal dari dalam dengan pelanggan utama seperti PT. Bukit Kapur Reksa, Multimas Nabati Asahan, Musim Mas, Astra Agro Lestari, Permata Hijau Sawit, dan lain-lain, sedangkan sisanya diekspor ke Negara pelanggan utama perusahaan seperti Eropa Wilmar, ISISA, Safic Alcan, India protea, China Wilmar, Malaysia, Singapura Gladale, Ltd, Wilmar dan lain-lain. Target penjualan PT. KPB Nusantara adalah semua perusahaan pengolahan CPO yang berada di dalam maupun diluar negeri dan trader eksportir, sedangkan positioning produk CPO PT. KPB Nusantara memiliki kualitas mutu yang sesuai standar mutu dan harga yang bersaing dengan perusahaan swasta, sehingga pelanggan tetap setia membeli CPO dari PT. KPB Nusantara.

4.5.3. Mutu Crude Palm Oil CPO

Mutu CPO yang dipasarkan oleh PT. KPB Nusantara sudah sesuai dengan standar mutu Nasional yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Indonesia, PT. KPB Nusantara hanya memasarkan hasil CPO sedangkan kadar mutu yang dipasarkan berasal dari pabrik pengolahan yang tersebar di setiap PTPN yang memproduksi CPO dan telah memiliki pedoman standar mutu 51 Nasional, Standar mutu yang diperjual belikan tidak boleh melebihi batas toleransi yaitu kadar Asam Lemak Bebas ALB sebesar 5, hal ini dikarenakan mutu standar yang ditetapkan pemerintah terhadap kadar ALB maksimal 3,5. Standar mutu CPO yang menjadi pedoman PTPN disajikan pada Tabel 7 berikut. Tabel 7. Standar Mutu CPO PT. KPB Nusantara No Parameter Satuan Persyaratan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ALB Air Kotoran Bilangan peroksida Bilangan antisida DOBI Bilangan iod Fe besi Cu tembaga Titik cair Ppm Ppm o C 2.5-3.5 maks 0.15 maks 0.02 maks 5.0 maks 5.0 maks 2.5 min 51 min 5 maks 0.3 maks 39-41 Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan 1997:132 52

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN