Struktur Tegakan Awal Pada Hutan Bekas Tebangan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Struktur Tegakan Awal Pada Hutan Bekas Tebangan

Petak yang diukur dalam penelitian ini adalah petak ukur permanen PUP dengan luas 100 m x 100 m pada areal bekas tebangan 3 tahun yang tidak mengalami pemeliharaan, yaitu : pada areal bekas tebangan Blok RKT 20082009 petak 4, petak 5 dan petak 6. Data pertumbuhan tegakan tahun 2009 dan 2010 diperoleh dari data sekunder perusahaan. Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa pada hutan bekas tebangan memiliki kondisi tempat tumbuh sama dan karakteristik tegakan yang homogen. Penelitian ini menggunakan contoh kasus pada areal hutan bekas tebangan, hal ini dilakukan akibat adanya asumsi tingkat pertumbuhan dan penyerapan karbon pada hutan bekas tebangan yang tinggi karena memiliki keterbukaan areal yang besar, sehingga menyebabkan sinar matahari langsung masuk kemudian diterima oleh pohon dan mempercepat proses fotosintesis. Sinar matahari tersebut dapat menjadi stimulus bagi pertumbuhan tegakan dalam proses penyerapan karbon. Struktur tegakan pada masing-masing kelas diameter dapat dilihat seperti pada Gambar 4. Gambar 4 Kondisi struktur tegakan awal areal hutan bekas tebangan. Hasil dari pengukuran diperoleh jumlah pohon per hektar nha pada hutan bekas tebangan sebanyak 397 pohon yang terdiri dari 6 kelas diameter dengan lebar kelas 10 cm, mulai dari pohon berdiameter 10-19 cm hingga pohon- pohon berdiameter 60 cm KD 60up seperti disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Rekapitulasi data komposisi tegakan Jenis 1019 2029 3039 4049 5059 60up Jumlah Komersil 128 42 15 7 3 3 209 Non komersil 11 9 3 5 3 24 59 Rimba campuran 87 17 5 7 1 2 129 Total 226 68 23 19 7 29 397 Sumber : hasil rekapitulasi data Pada hutan bekas tebangan untuk pohon inti didominasi oleh jenis-jenis komersil dan rimba campuran karena telah dilakukan pemanenan pada kelas diameter 40cm up dan hanya menyisakan permudaan pohon yang dihasilkan dari regenerasi pohon induk melalui penyebaran biji yang jatuh kemudian tumbuh. Sedangkan pada pohon layak tebang lebih didominasi oleh jenis non komersil karena pada saat kegiatan penebangan, jenis non komersil tidak diproduksi. Data komposisi tegakan tersebut kemudian digunakan dalam pendugaan model simulasi dinamika struktur tegakan pada pengelolaan hutan menggunakan sistem TPTI dimana parameter-parameternya merupakan fungsi dari kerapatam tegakan yang dinyatakan oleh bidang dasar tegakan yang terdiri atas fungsi ingrowth, upgrowth, dan mortality.

5.2 Model Pengelolaan Hutan Menggunakan Sistem TPTI