Komposisi dan Struktur Tegakan

Hutan sekunder memiliki sifat sebagai berikut : 1. Komposisi dan struktur tegakan tidak hanya tergantung pada luas keterbukaan namun juga pada umur keterbukaan areal. 2. Tegakan muda memiliki komposisi dan struktur tegakan lebih seragam dibandingkan dengan hutan aslinya. 3. Pohon jenis niagawi sangat sulit ditemui sedangkan jenis-jenis pohon cepat tumbuh fast growing species lebih mendominasi. 4. Persaingan ruangan dan sinar matahari yang intensif sering membuat batang bengkok karena pertumbuhan pohon mengikuti arah sinar matahari. 5. Memiliki riap awal yang besar, karena pertumbuhan tegakan distimulus oleh sinar matahari yang langsung masuk akibat keterbukaan areal dan lambat laun riap tersebut akan mengecil. 6. Memiliki struktur tegakan, komposisi tegakan, dan riap tegakan yang tidak pernah stabil, sehingga mengakibatkan sulitnya merencanakan pemasaran hasil yang tepat. Kegiatan pemanenan kayu dan perlakuan silvikultur di hutan alam tropis dapat menimbulkan perubahan terhadap ekosistem hutan yang cukup besar. Dampak dari kegiatan pemanenan kayu di hutan alam mengakibatkan kerusakan vegetasi hutan dan kerusakan tanah. Disamping itu kegiatan pemanenan kayu berperan dalam menurunkan cadangan karbon di atas permukaan tanah minimal 50. Di hutan tropis asia penurunan cadangan karbon akibat aktifitas pemanenan kayu berkisar antara 22-67 Butler 2007.

2.2 Komposisi dan Struktur Tegakan

Keanekaragaman jenis pohon pada hutan alam umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan tipe hutan tanaman. Tingginya keanekaragaman jenis tersebut diwakili oleh banyaknya jumlah jenis pohon yang ditemukan per satuan luas. Struktur tegakan dapat menjelaskan tentang tingkat kerapatan suatu tegakan, selain itu struktur tegakan juga dapat menjelaskan tentang distribusi jumlah pohon berdasarkan kelas diameternya. M engukur kerapatan tegakan berguna untuk mengindikasikan kuantitas kayu yang berada di atas tegakan Husch et al. 2003. Tegakan hutan adalah sekumpulan pohon yang memiliki karakteristik seperti komposisi, ukuran dan umur Kohyama 1993. Tegakan dapat diekspresikan sebagai unit per luas area seperti volume, luas bidang dasar, jumlah pohon, dan sebagainya. Tetapi sering juga diekspresikan dalam skala relatif sebagai persentase dari keadaan kerapatan penuh atau sebagai persentase kerapatan rata-rata. Hasil dari proyeksi struktur tegakan berguna untuk pengaturan hasil dan prediksi kandungan biomassa dan nilai karbon tersimpan pada tegakan. Struktur tegakan merupakan istilah untuk menggambarkan sebaran jenis pohon dengan dimensi diameter pohon dalam suatu kawasan hutan yang berguna untuk mempertahankan keanekaragaman jenis. Pengetahuan menyangkut struktur tegakan memberi informasi dinamika populasi suatu jenis mulai dari tingkat semai, pancang, tiang dan pohon. Struktur tegakan dapat memberikan berbagai informasi penting bagi pengelola hutan melalui upaya pemodelan untuk keperluan prediksi yang sesuai dengan kondisi yang akan datang Kohyama 1993. Demikian disampaikan oleh Burkhart 1990 dalam Thornley 1998 bahwa pemodelan pertumbuhan merupakan dasar pengelolaan hutan yang bertujuan untuk mengekstrapolasi prediksi kegunaan untuk tujuan pengelolaan pada basis yang dibatasi pada sejumlah hasil yang diinginkan. Dalam pemodelan hutan, Thornley 1998 membedakan atas model individu pohon yakni terdiri atas pengukuran dimensi tinggi, diameter, umur dan lain-lain serta model tegakan keseluruhan seperti model pertumbuhan dan hasil tegakan.

2.3 Kandungan Biomassa dan Karbon di Atas Permukaan Tanah