Skenario Pengelolaan Hutan Kombinasi Karbon + Sarang Semut Sub Model Usaha Minyak Lawang

telah dipotong dan dikeringkan dinamakan simplisia. Harga simplisia saat ini Rp.65.000,-kg dan dalam setahun diasumsikan sebanyak 360 kg simplisia. Gambar 15 Sub model pengusahaan sarang semut. Skenario pengelolaan hutan yang menghasilkan manfaat tambahan secara finansial diperlukan ketika kebijakan moratorium penebangan diberlakukan dengan maksud mempertahankan kelestarian tegakan dan menurunkan emisi secara global. Karena jika pengelolaan hutan hanya difokuskan untuk penyerapan karbon saja tidak mencukupi untuk memperoleh keuntungan yang minimal setara dengan pengelolaan hutan menggunakan sistem TPTI. Untuk itu perlu formula khusus melalui beberapa skenario untuk mengetahui hasil hutan buan kayu yang berpotensi menambah pendapatan perusahaan. Kombinasi yang mungkin dilakukan oleh perusahaan diantaranya adalah pemanfaatan sarang semut, pemanfaatan minyak lawang, dan pemanfaatan sagu yang memiliki potensi melimpah di sekitar areal kerja perusahaan. 5.4.2 Skenario Pengelolaan Hutan Kombinasi Karbon + Sarang Semut Pada sub model pengelolaan sarang semut, keuntungan tambahan yang akan diperoleh perusahaan disamping dari pembayaran kompensasi penyerapan karbon adalah sebesar Rp. 7.823.608,- ha. Nominal tersebut sedikitnya bisa menutupi kekurangan pendapatan perusahaan ketika kebijakan moratorium penebangan berlaku dan pengelolaan hutan diperuntukan sebagai penyerapan karbon. Skenario pengelolaan hutan kombinasi karbon dengan sarang semut, akan Biay a Pendapatan Olah Kemasan Keuntungan Pemasaran harga simplisia simplisia KgperTh SukuBunga NPV SS BCR SS waktu Sub Model Usaha Sarang Semut memperoleh pendapatan tambahan dari pengolahan sarang semut disamping dari kompensasi penyerapan karbon. Besarnya NPV pada skenario kombinasi ini adalah Rp. 17.834.820,-ha dengan BCR 1,35 dan IRR 23. Pendapatan dari kombinasi pengelolaan hutan berbasis karbon dengan sarang semut ternyata dapat melebihi pendapatan pengelolaan hutan menggunakan sistem TPTI yang hanya Rp. 17.032.509,-ha jika dikelola dengan benar.

5.4.3 Sub Model Usaha Minyak Lawang

Potensi minyak lawang di Papua cukup melimpah dan khasiat atau kegunaanya pun makin digemari akhir-akhir ini. Minyak lawang yang dihasilkan dari penyulingan berbahan baku kulit pohon lawang merupakan obat gosok yang digunakan untuk meredakan nyeri yang ditimbulkan oleh rematik, pegel, keseleo dan lainya. Selain itu minyak lawang juga digunakan untuk bumbu masak oleh sebagian masyarakat di Bali. Limbah dari penyulingan minyak lawang yang berupa bubur kayu masih bisa dimanfaatkan untuk bahan baku produk diantaranya adalah param dan lulur. Gambar 16 Sub model usaha minyak lawang. Sub model ini di buat untuk mengetahui nilai ekonomis dari pemanfaatan kulit pohon lawang dengan pengelolaan yang baik. Pengelolaan dimulai dari pengupasan kulit batang pohon yang telah ditebang pada pohon komersil, hasil suling bahan bakar kupas kulit Sortir Produksi per ha peny ulingan Biay a 1Ha pemasaran miny ak kemas harga per mL pendapatan miny ak NPV Miny ak BCR miny ak Jk waktu SukuBunga cacah upah pekerja Sub Model Usaha Miny ak Lawang kemudian dilakukan pemilihan sortir kulit pohon yang memiliki kualitas baik, setelah itu dilakukan pencacahan pada kulit pohon tesebut hingga berbentuk potongan-potongan kecil atau bahkan serbuk untuk memudahkan dalam proses penyulingan, pencacahan tersebut dilakukan supaya menghasilkan sari pati yang lebih banyak dari serat-serat potongan tesebut. Kemudian dilakukan proses penyulingan hingga berbentuk minyak murni yang telah terpisah dari air, selanjutnya dilakukan pengemasan dan pemasaran. Sub model ini terdiri dari komponen biaya, pendapatan dan potensi produksi. Biaya dari pembuatan minyak lawang, yaitu : biaya pengupasan kulit, biaya pemilihan bahan baku, biaya pencacahan bahan baku, biaya penyulingan, biaya pembelian bahan bakar, upah pekerja, biaya pengemasan, dan biaya pemasaran. Sedangkan komponen pendapatan terdiri dari harga jual minyak lawang per mili liter dan potensi produksi minyak hasil sulingan. Harga minyak lawang dipasaran saat ini sebesar Rp. 500.000,- untuk tiap satu liter minyak lawang. sedangkan dalam satu hektar kurang lebih akan menghasilkan 15,75 ℓ dengan asumsi terdapat 21 pohon lawangha. Hal ini tentu saja bisa menjadi nilai tambah lain bagi perusahaan jika pemanfaatan kulit pohon lawang dikelola dengan baik. Dalam sub model usaha minyak lawang juga terdapat komponen nilai kelayakan usaha menggunakan suku bunga bank 10 untuk melihat nilai kelayakan usaha minyak lawang tersebut.

5.4.4 Skenario Pengelolaan Hutan Kombinasi Karbon dan Minyak Lawang