9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Modal Sosial
Modal sosial merupakan gambaran organisasi sosial sebagai jaringan- jaringan, norma-norma, dan kepercayaan yang dapat berkoordinasi dan
bekerjasama dalam mencapai suatu keuntungan bersama seperti yang dilakukan dalam usaha peternakan sapi. Modal sosial merupakan suatu dimensi budaya dari
kehidupan ekonomi yang sangat menentukan dalam keberhasilan suatu bidang ekonomi masyarakat lemah. Konsep modal sosial menjadi salah satu komponen
penting untuk menunjang model pembangunan manusia. Karena dalam modal ini, manusia ditempatkan sebagai subjek penting yang menentukan arah
penyelenggaraan pembangunan fukuyama 1995. Fukuyama 1995 menilai modal sosial dibentuk dan ditranmisikan
melalui mekanisme kultural, seperti agama, tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan historis. Mekanisme kultural tersebut membentuk nilai-nilai bersama dalam
menghadapi masalah bersama dalam komunitas. Analisi modal sosial dapat mengacu pada komponen-komponen modal sosial antara lain komponen
mekanisme kultural, saling percaya, pranata dan norma-norma yang dimiliki bersama dan jaringan sosial yang ada. Sehingga dalam sistem gaduh sapi
kebanyakan pemilik sapi dan pemelihara sapi adalah kerabat dekat, keluarga, dan tetangga yang memiliki tingkat modal sosial yang lebih dalam dan lebih mengikat
antara yang satu dengan lainnya. Keberadaan modal sosial ini digunakan dan dimanfaatkan dalam
menunjang ekonomi peternak yang tergolong rendah, dan perluasan akses
10
sumber-sumber peluang bisnis usaha penggaduhan sapi dalam melakukan hubungan kepada para pemilik sapi yang ingin menggaduhkan sapi yang mereka
miliki. Dengan cara tersedianya jaringan-jaringan sosial yang akan muncul diikuti dengan norma-norma serta nilai-nilai yang akan berlaku dalam proses
pemeliharaan sapi yang dimiliki oleh para pemilik sapi . Serta dapat menjunjung tinggi tingkat kepercayaan yang semakin erat antara pemilik sapi dan pemelihara
sapi penggaduh sapi yang pada akhirnya menuju pada masyarakat sejahtera pada tingkat perekonomian peternak.
Modal sosial adalah salah satu konsep baru yang digunakan untuk mengukur kualitas hubungan dalm komunitas, organisasi, dan masyarakat. Ada
beberapa tokoh yang berperan dalam memeperkenalkan konsep modal sosial dalam karya-karya mereka seperti Putnam, Bourdieu, Coleman dan Sabatini 2005.
Menurut Putnam 1993, 1996, 2000 menyatakan: “modal sosial mengacu pada esensi dari organisasi sosial seperti trust,
norma, jaringan sosial, yang memungkinkan pelaksanaan kegiatan lebih terkoordinasi, dan anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan
bekerjasama secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan bersama, dan mempengaruhi produktifitas secara individual maupun secara
berkelompok”.
Sependapat dengan Putnam , Bourdieu 1998 menyatakan: “bahwa modal sosial sebagai sumber daya yang dimiliki seseorang ataupun
sekelompok orang dengan memanfaatkan jaringan, atau hubungan yang terlembaga dan ada saling mengakui antar anggota yang terlibat
didalamnya”.
Dari defenisi di atas ada dua hal yang perlu mendapat perhatian dalam memahami modal sosial yaitu pertama: sumber daya yang saling dimiliki
seseorang berkaitan dengan keanggotaan dalam kelompok dan jaringan sosial. Besarnya modal sosial yang dimiliki seseorang tergantung pada kemampuan
11
orang tersebut memobilitasi hubungan dan jaringan dalam kelompok atau dengan orang lain di luar kelompoknya. Kedua, kualitas hubungan antara aktor lebih
penting dari pada hubungan dalam kelompok. Bourdieu melihat bahwa jaringan sosial tidak bersifat alami, melainkan
dibentuk melalui strategi investasi yang berorientasi kepada pelembagaan hubungan kelompok yang dapat dipakai sebagai sumber untuk meraih
keuntungan. Coleman melengkapi kajian Bourdieu dengan melihat modal sosial
berdasarkan fungsinya. Menurutnya : “Modal sosial mencakup dua hal dasar yaitu modal sosial mencakup aspek
tertentu dari struktur sosial dan modal sosial memfasilitasi pelaku aktor bertindak dalam struktur tersebut”.
Fukuyama 1999 menambahkan norma-norma informal dapat mendorong kerjasama antara dua atau beberapa orang. Norma-norma yang mengandung
modal sosial memiliki ruang lingkup yang cukup luas, mulai dari nilai-nilai resiprokal antar teman sampai dengan yang sangat kompleks dan mengandung
nilai-nilai keagamaan. Berdasarkan defenisi tersebut, modal sosial dapat disimpulkan sebagai jaringan dan nilai-nilai sosial yang dapat memfasilitasi
individu dan komunitas untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Empat unsur utama dalam modal sosial adalah trust kepercayaan ,
norms norma , network jejaring, reciprocity hubungan timbal balik. 1. Trust kepercayaan merupakan komponen penting dari adanya
masyarakat. Trust dapat mendorong seseorang untuk bekerja sama dengan orang lain untuk memunculkan aktivitas ataupun tindakan bersama yang
produktif. Trust merupakan produk dari norma-norma sosial kooperatif
12
yang sangat penting yang kemudian memunculkan modal sosial. Fukuyama 2002 menyatakan:
“trust sebagai harapan-harapan terhadap keteraturan, kejujuran, perilakukoperatif yang muncul dari dalam diri sebuah komunitas
yang didasarkan pada norma-norma yang dianut bersama anggota komunitas tersebut”.
2. Unsur terpenting kedua dari modal sosial adalah reciprocity hubungan timbal balik yang merupakan tindakan bersama yang ditujukan dengan
saling memberi respon. Reciprocity dapat dijumpai dalam bentuk memberi, saling menerima, saling membantu, yang dapat muncul dari
interaksi sosial Soetomo, 2006:87 . 3. Unsur yang ketiga adalah seperangkat norma dan tata nilai dalam
bertindak. Norma merupakan satu identitas khusus yang mampu membentuk modal sosial social capital . Norma merupakan pedoman
berprilaku bagi antar individu dan apa yang mesti mereka lakukan . Selain itu, norma merupakan sebuah alat penjaga keutuhan eksistensi masyarakt
tertentu. Suatu masyarakat akan disebut eksistensinya tinggi jika mereka memiliki norma yang berlaku dan disepakati bersama. Apabila tidak ada
maka tidak ada masyarakat melainkan hanya sekumpulan benda. Sedangkan nilai merupakan sesuatu yang dihargai, dibanggakan,
dijunjung tinggi dan ingin diperoleh manusia dalam hidupnya yang dapat berkembang sewaktu-waktu Prof.Dr.Notonegoro .
4. Unsur yang terkahir adalah network atau jaringan sosial yang merupakan hubungan diantara para pelaku anggota masyarakat atau organisasi sosial.
Jaringan sekelompok orang yang dihubungkan oleh perasaan simpati dan kewajiban serta norma pertukaran dan civic engagement. Jaringan ini bisa
13
dibentuk karena berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan politik atau agama, hubungan geneologis, dan lain-lain. Jaringan sosial
tersebut diorganisasikan menjadi sebuah institusional yang memberikan perlakuan khusus terhadap mereka yang dibentuk oleh jaringan untuk
mendapatkan modal sosial dari jaringan tersebut Pratikno dkk:8 . Keempat unsur utama modal sosial dapat dilihat secara aktual dalam
berbagai bentuk kehidupan dengan menggunakan konsep modal sosial seperti yang dinyatakan oleh Soetomo,2006:90 :
“Dalam pandangannya modal sosial dapat dilihat dalam dua kategori, fenomena struktural, dan kognitif. Kategori struktural merupakan modal
sosial yang terkait dengan beberapa bentuk organisasi sosial khusus peranan, aturan, precedent, dan prosedur yang dapat membentuk jaringan
yang luas bagi kerjasama dalam bentuk tindakan bersama yang saling menguntungkan”.
Modal sosial dalam kategori kognitif diderivasi dari proses mental dan hasil pemikiran yang diperkuat oleh budaya dan ideologi khususnya norma, nilai,
sikap, kepercayaan yang memberikan kontribusi bagi tumbuhnya kerjasama khususnya dalam bentuk tindakan bersama yang saling menguntungkan. Bentuk-
bentuk aktualisasi modal dalam fenomena struktural maupun kognitif itulah yang perlu digali dari dalam kehidupan masyarakat selanjutanya dikembangkan dalam
usaha pengingkatan taraf hidup dan kesejahteraan. Komponen modal sosial tersebut menjelaskan, pada level nilai, kultur,
kepercayaan dan persepsi modal sosial bisa berbentuk simpati, rasa kewajiban, rasa percaya, resiprositas,dan pengakuan timbal balik. Pada level institusi bisa
berbentuk keterlibatan umum sebagai warga negara, asosiasi, jaringan. Pada level mekanisme, modal sosial berbentuk kerjasama, tingkah laku, sinergi antara
14
kelompok. Tampak jelas bahwa modal sosial bisa memberikan kontrobusi tersendiri bagi terjadinya integrasi sosial Sortomo 2006.
2.2.Interaksi Sosial
Menurut Gillin dan Soeharjo Seokamto 2007: 55-56: “Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis
yang menyangkut hubungan antar orang-perorang, antar kelompok- kelompok manusia, maupun antar orang-perorang dengan kelompok
manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi dimulai pada saat itu misalnya mulai dari menegur, berjabat tangan, saling berbicara, bahkan
mungkian berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk- bentuk interaksi sosial. Walaupun orang-orang yang bertemu muka
tersebut saling berbicara atau saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang
menyebutkan perubahan-perubahandalam perasaan maupun syaraf orang- orang yang bersangkutan, yang disebabkan oleh misalnya bau keringat,
minyak wangi, suara berjalan, dll.Semua itu menimbulakan kesan didalam pikiran seseorang, yang kemudian, menentukan tindakan apa yang akan
dilakukan Soerjono Soekamto”.
Interaksi sosial terjadi apabila dalam masyarakat terjadi kontak sosial dalam satu komunitas. Interkasi terjadi dua orang atau kelompok saling bertanya
atau pertemuan antara individu dengan kelompok dimana komunitas terjadi diantara kedua belah pihak. Kontak sosial dalam komunitas merupakan syarat
mutlak dalam proses interaksi sosial, sehingga tanpa kedua unsur ini sangatlah mustahil jika interaksi dapat terjadi dengan baik. Interaksi sosial dimaksud
sebagai pengaruh timbal balik antara individu dengan golongan di dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam usaha untuk
mencapai tujuannya Abu Ahmadi 2007:10. Menurut Soleman B.Taneko ada beberapa bentuk interaksi sosial yang
terdiri dari :
15
1. Kerjasama Kerjasama merupakan usaha bersama antara individu atau kelompok
untuk mencapai satu tujuan bersama. Proses terjadinya kerjasama lahir apabila diantara individu dan kelompok yang bertujuan memiliki satu tujuan yang sama
yang ingin mereka capai. Begitu pula apabila individu atau kelompok merasa adanya ancaman dan bahaya dari luar, maka proses kerjasama ini akan bertambah
kuat diantara mereka. 2. Persaingan
Persaingan adalah proses sosial, dimana individu atau kelompok berjuang dan bersaing untuk mencari keuntungan pada bidang-bidang kehidupan yang
menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik dan dengan mempertajam prasangka yang telah ada namun tanpa menggunakan ancaman atau
kekerasan. 3. Konflik
Konflik merupakan proses sosial dimana individu ataupun kelompok menyadari perbedaan-perbadaan, misalnya dalam ciri badaniah, emosi, unsur-
unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, prinsip, politik, ideologi, maupun kepentingan dengan pihak lain. Perbedaan ciri tersebut dapat mempertajam
perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian dimana pertikaian itu sendiri dapat menghasilkan ancaman dan kekerasan fisik.
4. Perdamaian Akomodasi merupakan proses sosial dengan dua makna, pertama adalah
proses sosial yang menunjukan pada suatu keadaan yang seimbang dalam interaksi sosial dan antar kelompok didalam masyarakat, terutama yang ada
16
hubungannya dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Kedua adalah suatu proses yang sedang berlangsung dimana
akomodasi menampakkan suatu proses untuk merendahkan suatu pertentangan yang terjadi didalam masyarakat, baik pertentangan yang terjadi diantara individu,
kelompok dan masyarakat maupun dengan norma dan nilai yang ada dimasyarakat.
Soehaji Soekamto menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua bentuk umum dari interaksi sosial , yaitu asosiatif dan disosiatif Soleman B.Taneko
1984:115: “Suatu interaksi sosial yang asosiatif merupakan proses yang menunjukan
pada suatu kerjasama, sedangkan bentuk interaksi disosiatif dapat di artikan sebagai suatu perjuangan melawan seseorang atau kelompok orang
untuk mencapai tujuan tertentu”.
2.3. Tinjauan Umum Skala Usaha Ternak Sapi