Apabila Pemilik Ternak Mengambil Ternaknya Kembali

69 dapat muncul kapan saja dalam waktu yang tidak tentu. Jadi jika pemelihara memerintahkan untuk menjual ternak yang kita miliki karena kebutuhan uang, maka kasi saja uang hasil gaduhan dengan cara harga total sapi dibagi dua. Separuh bagian itulah milik pemelihara ternak dan separuh bagian lagi milik Bapak. Kejadian ini sudah sering Bapak mengalaminya tapi semuanya sudah Bapak beli sayang kalau ketangan orang lain”.

4.4.2.6. Apabila Pemilik Ternak Mengambil Ternaknya Kembali

Pemilik ternak mengambil ternaknya kembali dengan maksud untuk dijual atau untuk dipelihara sendiri, sementara pihak pemelihara ternak belum banyak mendapatkan hasil dari usaha yang dilakukan. Maka pemelihara ternak harus bisa menerima keputusan tersebut, hal ini sudah dianggap wajar karena keputusan itu adalah hak pemilik ternak. Sifat menerima ini dapat terwujud karena kebanyakan yang memiliki ternak adalah keluarga dekat dan kerabat dekat yang selalu berinteraksi dan berhubungan setiap harinya. Seperti pemaparan informan dibawah ini. Penjelasan informan 1 yaitu Bapak Siir: “Dalam menggaduh sapi Bapak selaku pemelihara menganggap wajar jika pemilik sapi mengambil sapi yang digadukan kapan saja. Dengan alasan ekonomi atau ingin dipelihara sendiri, namun keuntungan dari hasil gaduhan harus dibagi dua sebelum sapi diambil oleh sang pemilik. Hal ini bertujuan untuk menghindari kecurangan karena kedua belah pihak telah sama – sama mendapatkan keuntungan yang sama. Jadi siapa yang membutuhkan uang untuk keperluan keluarga bisa dibicarakan antara kedua belah pihak, bagaimana baiknya apakah sapi yang dipelihara dijual baru keuntungan dibagi dua atau satu pihak memberikan keuntungan kepada pihak yang lain karena sapi mau dipelihara sendiri. Hal demikian sudah biasa dan sudah sering Bapak alami sehingga menjadi hal yang normal bagi Bapak, jika sapi yang dipelihara diminta oleh pemiliknya atau ingin dijual.Karena yang mereka pelihara adalah hak orang lain walaupun masih sedikit mendapatkan hasil dari gaduhan”. Dipertegas oleh penjelasan informan 2 Bapak Nur Ismail “Kalau Bapak tidak ada masalah mau sapi itu diambil kapan saja yang penting pembagian hasil usaha jelas dan tidak ada yang ditutup – tutupi sesuai dengan perjanjian diawal kesepakatan. Bagaimana kondisi sapi 70 sebelum dan sesudah digaduhkan, apakah harus dibagi dua hasil dari anakan sapi atau harus dibagi sepertiga milik Bapak dan sepertiganya hak pemilik sapi, semua kembali kepada pemilik sapi sesuai perjanjian diawal”. Interpretasi yang peneliti dapatkan dalam penyelesaian jika terjadi beberapa masalah di atas, dalam observasi yang peneliti lakukan di Desa Purwosari Atas, hampir semua penyelesaian masalah yang muncul dalam gaduh sapi berlangsung kedua belah pihak menyelsaikan masalah dengan jalan musyawarah keluarga. Dengan kata lain tidak melibatkan pihak berwajib setiap menyelesaikan masalah yang muncul dalam gaduh sapi. Hal ini dapat terjadi karena hampir setiap pelaku usaha adalah keluarga serta kerabat dekat yang memiliki hubungan sosial yang baik. Jika masalah kecil sampai dibawah kejalur hukum dalam penyelesaiannya maka yang dirugikan adalah kedua belah pihak mengapa, karena komunikasi sosial akan terputus dan menghilangkan rasa kepercayaan yang sudah ada sebelumnya dan tertanamlah perasaan dendam. Seperti penjelasan menurut Soleman B. Taneko mengenai salah satu cara ketika muncul masalah dalam gaduh sapi: “Soleman b. Taneko menyatakan dalam tulisannya bahwa salah satu peredam konflik yaitu adanya akomodasi atau jalan perdamaian. yang kedua belah pihak lakukan demi meredam masalah yang muncul. Akomodasi akan muncul karena hubungan erat kedua belah pihak yang terdapat dalam nilai – nilai sosial dan norma – norma sosial yang berlaku didalam masyarakat melalui hubungan kekerabatan dan kekeluargaan”. Walaupun dalam perjanjian sebelumnya hal – hal yang demikian belum dibicarakan, itulah hubungan kekeluargaan yang sudah sangat erat antara kedua belah pihak saling membantu jika ada masalah yang muncul. Jika setiap masalah diselsaikan dengan demikian maka aspek kepercayaan antara pemilik dan 71 pemelihara sapi, tidak akan terganggu dan kerjasama sapi bisa dilanjutkan kembali. Sedangkan jika pemilik menemukan permasalah dalam gaduh sapi yang dikarenakan keteledoran dari pemelihara sampai merugikan pemilik sapi maka hubungan kerjasama bisa langsung dibatalkan tanpa membagi hasil usaha. Terkadang juga pemilik sapi melaporkan permasalahan ini kepada pihak yang berwajib, dengan tujuan untuk menimbulkan efek jerah kepada pemelihara ternak yang tidak serius dalam memelihara ternak yang dipeliharanya.

4.4.3. Adanya Kepercayaan Modal Sosial yang Mendukung Sistem Gaduh

Dokumen yang terkait

Peran Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun Terhadap Masyarakat Dikecamatan Sidamanik Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Serta Pelaksanaannya Berdasarkan Uu Pa Dan Peraturan Pemerintah Nomor24 Tahun 1997

2 111 115

Dampak Relokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten Simalungun Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Raya

2 36 189

Evaluasi Pelaksanaan Program Keselamtan dan Kesehatan Kerja Bagi Karyawan PTPN IV Dolok Iilir Kecamatan Dolok Batu Naggar Kabupaten Simalungun

0 0 14

Evaluasi Pelaksanaan Program Keselamtan dan Kesehatan Kerja Bagi Karyawan PTPN IV Dolok Iilir Kecamatan Dolok Batu Naggar Kabupaten Simalungun

0 0 2

Evaluasi Pelaksanaan Program Keselamtan dan Kesehatan Kerja Bagi Karyawan PTPN IV Dolok Iilir Kecamatan Dolok Batu Naggar Kabupaten Simalungun

0 0 7

Evaluasi Pelaksanaan Program Keselamtan dan Kesehatan Kerja Bagi Karyawan PTPN IV Dolok Iilir Kecamatan Dolok Batu Naggar Kabupaten Simalungun

0 2 32

Evaluasi Pelaksanaan Program Keselamtan dan Kesehatan Kerja Bagi Karyawan PTPN IV Dolok Iilir Kecamatan Dolok Batu Naggar Kabupaten Simalungun

1 1 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial - Modal Sosial Sistem Bagi Hasil Dalam Beternak Sapi Pada Masyarakat Desa Purwosari Atas, Kecamatan Dolok Batu Naggar, Kabupaten Simalungun

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Modal Sosial Sistem Bagi Hasil Dalam Beternak Sapi Pada Masyarakat Desa Purwosari Atas, Kecamatan Dolok Batu Naggar, Kabupaten Simalungun

0 0 8

MODAL SOSIAL SISTEM BAGI HASIL DALAM BETERNAK SAPI PADA MASYARAKAT DESA PURWOSARI ATAS, KECAMATAN DOLOK BATU NANGGAR KABUPATEN SIMALUNGUN Studi kasus : Sistem Gaduh Sapi Pada Masyarakat Desa Purwosari Atas, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalung

0 0 9