77
dipelihara dalam keadaan sehat dan gemuk akan senang hatinya. Terlebih lagi pemilik sapi adalah adik Bapak sendiri yang tidak mungkin Bapak
kecewakan mengingat modal yang ia keluarkan sangatlah besar untuk membeli sapi yang Bapak pelihara saat ini”.
Dipertegas oleh penjelasan informan 2 Bapak Mail: “Mungkin pengeluaran yang Bapak berikan untuk merawat ternak yang
Bapak miliki sangatlah besar, mulai dari mencari pakan tambahan dan kebutuhan vitamin lainnya. Namun Bapak akan puas kalau pemilik sapi
yang datang kemari dan mengatakan sapi yang dipelihara gemuk dan sehat, ketimbang pemilik sapi datang untuk melihat ternaknya dengan
ungkapan kekecewaan dan penyesalan. Hal inilah yang Bapak jaga sejak Bapak mulai memelihara ternak milik tetangga Bapak hingga sekarang
Bapak masih dipercaya”.
4.4.3.4. Adanya Kejujuran
Dalam gaduh sapi sifat jujur merupakan bagian yang sama pentingnya, dengan kepercayaan karena dari kejujuranlah dapat menimbulkan kepercayaan
ditengah - tengah mayarakat. Selain itu kejujuran juga merupakan salah satu factor yang sangat dihargai keberadaanya dalam satu usaha yang dilakukan.
Kebanyakan para pihak yang bersangkutan dalam proses bagi hasil masih menghargai kejujuran. dalam hal ini pemilik sapi menyerahkan sapi untuk
dipelihara penggaduh sepenuhnya. Tanpa perna memikirkan dampak yang ditimbulkan.
Kejujuran selalu bermain dalam gaduh sapi, karena terkadang ada pemilik sapi yang tidak melihat kondisi sapi yang dimiliki dalam waktu yang
cukup lama. Maka dari itu calon pemelihara sapi memang harus orang yang benar – benar baik dan tidak mau bermain curang. Maka dipilihla orang – orang terdekat
yang memiliki hubungan mendalam antara keduanya, yang memang mengetahui bagaimana kehidupan sehari – harinya. Seperti penjelasan beberapa informan
berikut ini: Penjelasan informan 1 bapak kasiban mengenai kejujuran:
78
“Hubungan yang dimiliki antara Bapak dengan pemilik sapi adalah hubungan kerja karena pemilik sapi merupakan toke dari Bapak yang
mengamanahkan sapi kepada Bapak. Kedekatan yang muncul antara Bapak dengan toke ternyata sangat membantu untuk meminimalisir yang namanya
kecurangan karena yang dijalankan adalah usaha yang menyangkut dengan uang. Selain itu Bapak tidak mau bermain curang karena sapi yang
dipelihara adalah milik orang yang banyak membantu dalam hidup Bapak. Sebab selama ini jika tanpa bantuan beliau mungkin bapak bingung
mencari pekerjaan untuk menghidupi keluarga Bapak. Kejujuran memang menjadi kunci yang selalu Bapak pegang mulai Bapak kerja bersama toke
Bapak bahkan sebelum memelihara sapi”.
Peneliti dapat simpulkan bahwa setiap warga Desa Purwosari Atas sebagai pelaku usaha yang menerapkan sistem Gaduh sapi mengandalkan
kepercayaan sebagai pengikat kedua belah pihak. Kepercayaan dapat muncul di dalam diri pelaku usaha dikarenakan ada beberapa factor pendukung yang biasa
warga lakukan dalam usaha gaduh sapi. Factor pendukungnya adalah adanya sifat mementingkat jiwa rasa, adanya sifat senang berlaku rukun, adanya sifat
menghormati orang lain dan munculnya sifat jujur yang dimiliki peternak dalam gaduh sapi.
Seperti yang dijelaskan oleh fukuyama 1999 mengenai factor pemicunya modal sosial, salah satu didalamnya terdapat Trust kepercayaan
berikut penjelasannya. “ trust kepercayaan merupakan komponen penting dari adanya
masyarakat. Kepercayaan juga mendorong seseorang untuk bekerja sama dengan orang lain sehingga dapat memunculkan aktifitas ataupun tindakan
bersama yang produktif. Kepercayaan juga merupakan produk dari norma – norma sosial kooperatif yang sangat penting sehingga memunculkan
modal sosial. Selain itu kepercayaan juga sebagi harapan – harapan terhadap keteraturan, kejujuran, perilaku koperatif yang muncul dari dalam
diri sebuah komunitas yang didasarkan pada norma – norma yang dianut bersama anggota komunitas tersebut”.
Melalui hubungan kepercayaan juga banyak para pelaku usaha yang menerapkan sistem gaduh sapi tidak menggunakan perjanjian secara tertulis
dalam usaha yang dijalankan. Hal ini dikarenakan para pelaku usaha sudah saling
79
percaya dalam melakukan hubungan kerjasama antara pemelihara ternak dan pemilik ternak. Selain itu keduanya sama – sama diuntungkan karena jika faktor
pemicu kepercayaan dapat terwujud maka konflik tidak akan muncul pada warga desa yang melakukan sistem gaduh sapi.
4.4.4. Cara Pembagian Hasil Ternak Dengan Gaduh Sapi yang Dilakukan Oleh Warga Desa Purwosari Atas.
Dalam gaduh sapi tidak ada batasan waktu untuk proses pemeliharaan ternak sapi yang digaduhkan. Justru yang ada para pemilik sapi sengaja
membiarkan sapi mereka untuk dipelihara sampai lama. Terkadang tidak selamanya usaha yang dijalani dapat langgeng dan berjalan lama, misalnya ada
kebutuhan mendesak dan ada masalah lain, yang memungkinkan hubungan kerjasama dapat terhenti dipertengahan. Hal demikian sering kali terjadi, karena
setiap peternak dan pemiliki sapi memiliki kebutuhan dan kepentingan, yang membuat sapi harus dijual, atau sapi diambil oleh pemiliknya karena suatu
masalah yang muncul. Untuk menyikapi masalah tersebut maka ada beberapa cara yang biasa
dilakukan untuk menyelsaikan pembagian hasil usaha sesuai perjanjian dan cara menggaduhnya seperti dibawah ini:
4.4.4.1. Sistem Maro Anak