Tinjauan Umum Skala Usaha Ternak Sapi

16 hubungannya dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Kedua adalah suatu proses yang sedang berlangsung dimana akomodasi menampakkan suatu proses untuk merendahkan suatu pertentangan yang terjadi didalam masyarakat, baik pertentangan yang terjadi diantara individu, kelompok dan masyarakat maupun dengan norma dan nilai yang ada dimasyarakat. Soehaji Soekamto menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua bentuk umum dari interaksi sosial , yaitu asosiatif dan disosiatif Soleman B.Taneko 1984:115: “Suatu interaksi sosial yang asosiatif merupakan proses yang menunjukan pada suatu kerjasama, sedangkan bentuk interaksi disosiatif dapat di artikan sebagai suatu perjuangan melawan seseorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu”.

2.3. Tinjauan Umum Skala Usaha Ternak Sapi

Usaha peternakan khususnya di Indonesia masih dikelola secara taradisional, yang bercirikan dengan usaha hanya sebagai usaha keluarga atau sebagai usaha sampingan. Menurut Soehaji Saragih:2000 , tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak, dan dan diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok berikut: 1. Peternakan sebagai usaha sambilan, dimana ternak sebagai usaha sambilan untuk mencukupi kebutuhan sendiri subsistence , dengan tingkat pendapatan usaha ternak kurang dari 30. 2. Peternakan sebagai cabang usaha, dimana peteni peternak mengusahakan pertanian campuran mixed forming dengan ternak sebagai cabang 17 usaha, dengan tingkat pendapatan dari usaha ternak 30-70 semi komersial atau usaha terpadu 3. Peternakan sebagai usaha pokok, dimana peternakan mengusahakan ternak sebagai usaha pokok dan komoditi pertanian lainnya sebagai usaha sambilan single komodity, dengan tingkat pendapatan usaha ternak 70- 100. 4. Peternakan sebagai usaha sendiri, dimana komoditas ternak diusahakan secara khusus specialized farming dengan tingkat pendapatan usaha ternak 100 komoditi pilihan. Ternak sapi merupakan jenis usaha yang dilakukan dalam sekala besar khususnya di Indonesia. Ternak sapi memiliki manfaat yang lebih luas dan bernilai ekonomis tinggi jika dibandingkan dengan ternak lainnya. Usaha ternak sapi merupakan usaha yang lebih menarik sehingga mudah merangsang pertumbuhan usahanya. Hal ini bisa di buktikan dengan perkembangan usaha peternakan sapi yang ada di Indonesia jauh lebih maju jika dibandingkan dengan ternak lain, seperti kerbau, babi, domba dan kambing. Peternakan sapi yang ada di Indonesia semuanya adalah peternakan rakyat atau keluarga yang merupakan usaha sambilan dan cabang usaha, yang belum bisa memenuhi permintaan daging berkualitas. Hal ini dapat terjadi karena pengelolaannya yang masih sangat tradisional. Usaha ini belum dilakukan sebagai mata pencaharian utama, sehingga tidak di kelola sebagai penghasil daging. Keadaan industri peternakan seperti ini mempengaruhi kualitas daging yang di hasilkan dan pada gilirannya berpengaruh dengan terhadap harga yang terbentuk. Keadaan ini lebih diperburuk lagi oleh 18 kenyataan sikap konsumen yang pada umumnya belum selektif terhadap mutukualitas daging yang dibelinya. Selera konsumen daging terhadap marbling perlemakan, warna dan keempukan, belum begitu tinggi Azis dalam Bidiarti, 2000. Menurut Wiliamson dan Payne dalam Rivai,2009 , setidaknya ada tiga tipe dalam peternakan sapi di daerah tropis yaitu peternakan rakyat atau subsistem, peternakan spesialis, produsen skala besar. Purawirokusumo 1990 menyatakan bahwa berdasarkan tingkat produksi, macam teknologi yang digunakan, dan banyaknya hasil yang dipasarkan, maka usaha peternakan di Indonesia dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk, yaitu: 1. Usaha yang bersifat tradisional, yang diwakili oleh petani dangan lahan sempit, yang mempunyai 1-2 ekor ternak. 2. Usaha backyard yang diwakili oleh peternak sapi perah yang menggunakan teknologi seperti kandang, manajemen, pakan komersial, bibit unggul,dan lain-lain. 3. Usaha komersial adalah usaha yang benar-benar menerapkan prinsip- prinsip ekonomi antara lain untuk keuntungan maksimum.

2.4. Sistem Gaduh Sapi Dengan Bagi Hasil

Dokumen yang terkait

Peran Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun Terhadap Masyarakat Dikecamatan Sidamanik Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Serta Pelaksanaannya Berdasarkan Uu Pa Dan Peraturan Pemerintah Nomor24 Tahun 1997

2 111 115

Dampak Relokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten Simalungun Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Raya

2 36 189

Evaluasi Pelaksanaan Program Keselamtan dan Kesehatan Kerja Bagi Karyawan PTPN IV Dolok Iilir Kecamatan Dolok Batu Naggar Kabupaten Simalungun

0 0 14

Evaluasi Pelaksanaan Program Keselamtan dan Kesehatan Kerja Bagi Karyawan PTPN IV Dolok Iilir Kecamatan Dolok Batu Naggar Kabupaten Simalungun

0 0 2

Evaluasi Pelaksanaan Program Keselamtan dan Kesehatan Kerja Bagi Karyawan PTPN IV Dolok Iilir Kecamatan Dolok Batu Naggar Kabupaten Simalungun

0 0 7

Evaluasi Pelaksanaan Program Keselamtan dan Kesehatan Kerja Bagi Karyawan PTPN IV Dolok Iilir Kecamatan Dolok Batu Naggar Kabupaten Simalungun

0 2 32

Evaluasi Pelaksanaan Program Keselamtan dan Kesehatan Kerja Bagi Karyawan PTPN IV Dolok Iilir Kecamatan Dolok Batu Naggar Kabupaten Simalungun

1 1 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial - Modal Sosial Sistem Bagi Hasil Dalam Beternak Sapi Pada Masyarakat Desa Purwosari Atas, Kecamatan Dolok Batu Naggar, Kabupaten Simalungun

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Modal Sosial Sistem Bagi Hasil Dalam Beternak Sapi Pada Masyarakat Desa Purwosari Atas, Kecamatan Dolok Batu Naggar, Kabupaten Simalungun

0 0 8

MODAL SOSIAL SISTEM BAGI HASIL DALAM BETERNAK SAPI PADA MASYARAKAT DESA PURWOSARI ATAS, KECAMATAN DOLOK BATU NANGGAR KABUPATEN SIMALUNGUN Studi kasus : Sistem Gaduh Sapi Pada Masyarakat Desa Purwosari Atas, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalung

0 0 9