40
4.3.2. Pemelihara Ternak Sapi
1. Nama : Nur Ismail
Umur : 47 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Jenis kelamin : Laki – Laki Bapak Nur Ismail merupakan penduduk yang pindah ke Desa Purwosari
Atas, Lama beliau tinggal di Desa Purwosari Atas sekitar 16 tahun hingga sekarang. Beliau juga memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta, yang
berpenghasilan Rp 2.500.000.00 dalam setiap bulannya. Dengan penghasilan segitu beliau merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari
keluarganya. Pendidikan terakhir Bapak Nur Ismail adalah SMP, beliau juga memiliki 3 orang anak yang semuanya masih duduk dibangku pendidikan mulai
dari perguruan tinggi sampai tingkat pendidikan SMP. Bapak Nur Ismail merupakan salah satu pemelihara sapi yang sukses
menerapkan sistem bagi hasil sejak empat tahun terakhir. Adapun yang menjadi alasan beliau memelihara ternak dengan sistem bagi hasil, karena kebutuhan
ekonomi dan kekurangan modal yang menjadi factor utamanya. Mengingat harga sapi saat ini yang sangat mahal dan tidak bisa terjangkau jika membelinya.
Kehidupan Bapak Nur Ismail yang memiliki ternak sapi sedikit lebih baik dibandingkan dengan warga yang tidak memiliki ternak sapi walaupun
pekerjaannya tidak tetap. Hal ini dikarenakan baginya ternak adalah tabungan yang selalu membantu jika menghadapi suatu kendala dalam bidang ekonomi
yang sedikit banyaknya digunakan untuk mengatasi masa – masa sulit.
41
Ternak yang dipelihara Bapak Nur Ismail berjumlah 10 ekor namun yang dimiliki hanya dua setengah bagian dari anak sapi yang dipelihara, hal ini
dikarenakan anak sapi yang berjumlah lima ekor harus dibagi dua. Selain itu lama beliau memelihara ternak sekitar empat tahun yang lalu. Beliau menggaduh milik
tetangganya dan saudara yang telah beliau kenal sejak ia tinggal di Desa Purwosari Atas.
2. Nama : Bapak Buyung
Umur : 49 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Jenis kelamin : Laki – Laki
Bapak Buyung bukan merupakan penduduk asli Desa Purwosari Atas melainkan pendatang yang ketika itu ikut istri untuk pindah ke Desa Purwosari
Atas ini. Bapak Buyung juga merupakan pemelihara ternak sapi yang menerapkan sistem gaduh. Beliau memiliki pekerjaan tetap selain beternak sapi
yaitu tukang bangunan yang penghasilannya dalam sebulan mencapai Rp.1.500.000.00. Dengan penghasilan segitu Bapak Buyung harus memenuhi
kebutuhan hidup istri dan dua orang anaknya yang masih duduk di bangku pendidikan. Pendidikan terkhir Bapak Buyung adalah Sekolah Dasar SD hal ini
dapat terjadi harena kehidupan ekonomi orang tuanya yang sulit ketika itu. Gaduh Sapi sangat banyak membantu kehidupan ekonomi keluarga
Bapak Buyung. Hal ini dikarenakan beliau tidak harus bingung lagi jika ingin menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Sebab adanya tabungan yang
bisa dijadikan jaminan untuk menyekolahkan anak – anaknya kelah. Dapat
42
dikatakan kehidupan Bapak Buyung saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan kehidupannya ketika beliau masih kecil.
Lama Bapak Buyung memelihara ternak dengan gaduh sapi sekitar 10 tahun sampai sekarang. Jumlah ternak yang beliau pelihara sekitar 35 ekor sapi
dan sebagiannya milik Bapak Buyung. Dahulu sapi yang dipelihara hanya berjumlah satu ekor namun berkat kegigihan dan ketekunannya sapi – sapi
tersebut dapat berkembang biak hingga 35 ekor, dan sebagian juga ditambah dari hasil gaduhan orang lain.
3. Nama : Bapak Sisus
Umur : 53 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Jenis kelamin : Laki – Laki Bapak Sisus adalah warga asli Desa Purwosari Atas, lama beliau tinggal
di Desa ini sekitar 53 tahun yang lalu. Bapak Sisus merupakan pensiunan karyawan dari PTPN IV bisa dikatakan saat ini beliau tinggal menikmati masa
tuanya saja. Bapak Sisus memiliki empat orang anak dan semuanya sudah berkeluarga jadi yang tinggal dirumah tinggal Bapak Sisus dan istrinya .
Penghasilan gaji pensiun Bapak Sisus sekitar Rp 1.200.000.00 yang diterima dua kali dalam sebulan. Dengan penghasilan segitu Bapak Sisus rasa cukup untuk
memenuhi kebutuhan dapurnya sehari – hari karena tidak lagi menanggung biaya anak sekolah. Alasan Bapak Sisus mau menggaduh sapi berikut ini:
“Bapak mau menggaduh sapi adalah sebagai hiburan ketika sore hari , ketimbang Bapak dirumah diam diri lebih baik mengisi waktu kosong
43
sambil jalan – jalan sore untuk melihat ternak diperkebunan yang lebih bermanfaat”.
Selain itu usaha gaduh sapi ini tidak bisa jadi jaminan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari – hari sebab prosesnya lama untuk mendapatkan hasil.
Selain itu gaduh sapi yang dilakukan oleh beliau sudah cukup lama, sekitar enam tahun yang lalu hingga sekarang. Ternak yang Bapak Sisus pelihara sekitar lima
belas ekor dan milik sendiri baru 6 ekor. 4. Nama
: Bapak Siir Umur
: 36 tahun Agama
: Islam Suku
: Jawa Jenis kelamin : Laki – Laki
Bapak Siir adalah penduduk asli Desa Purwosari Atas beliau memili tiga orang anak dan semuanya masih menempuh jenjang pendidikan mulai SD hingga
SMA. Pekerjaan sehari – hari Bapak Siir adalah petani karet yang penghasilan setiap bulannya tidak lebih dari Rp 1.800.000.00. dengan penghasilan segitu
beliau harus dapat mencukupi kebutuhan istri dan ketiga anaknya yang masih membutuhkan biaya yang besar untuk bersekolah. Pendidikan terakhir Bapak Siir
adalah SMA. Padahal beliau sangat ingin lanjut hingga perguruan tinggi namun karena biaya yang besar cita – cita itu pun harus terhenti di pertengahan jalan.
Walaupun biaya hidup saat ini besar tapi hal tersebut tidak perna diambil pusing oleh Bapak Siir, sebab beliau memiliki tabungan yang bisa dijual kapan
saja yaitu ternak sapi. lama Bapak Siir memelihara ternak sapi sekitar sepuluh tahun hingga sekarang yang merupakan milik adiknya sendiri. Kini sapi yang ia
pelihara sekitar dua belas ekor dan empat diantaranya adalah milik Bapak Siir
44
setelah digaduhkan. Selain itu kehidupan beliau jauh lebih baik dikarenakan memiliki sapi yang bisa dijual kapan saja misalnya membutuhkan uang tidak lagi
berhutang kepada tetangga. 5. Nama
: Bapak Kasiban Umur
: 30 tahun Agama
: Islam Suku
: Jawa Jenis kelamin : Laki – Laki
Bapak Kasiban merupakan penduduk asli Desa Purwosari Atas, pekerjaan sehari – harinya yaitu bekerja sebagai buruh lepas disalah satu kedai
sampah yang ada di Desa. Penghasilan sebulannya sekitar Rp 2.800.000.00 yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari keluarga dan anak -
anaknya yang masih bersekolah. Anak dari Bapak Kasiban berjumlah tiga orang dan masih menempu dijenjang pendidikan. Selain itu pendidikan Bapak Kasiban
hanya sampai kejenjang SMA dan tidak melanjutkan sampai perguruan tinggi karena faktor biaya yang besar dan mahal.
Lama beliau menggaduh sapi sekitar enam tahun yang lalu hingga sekarang dan sapi yang dipelihara adalah milik tokenya sendiri yang
dipercayakan kepadanya untuk dipelihara. Hal ini dapat terjadi karena, beliau juga orang kepercayaan dari tokenya yang sudah lama bekerjasama. Jumlah ternak
yang dipelihara sekitar 28 ekor sementara yang dimilikinya sekitar sembilan ekor sisa dari yang dijual untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Dalam proses pemeliharaan yang menanggung modal usaha dalam pembelian bibit adalah pemilik sapi sementara biaya perawatan dan pembuatan
45
kandang semua dari bapak Kasiban. Namun selama ini beliau tidak perna membuat kandang karena sapi yang dipelihara ditinggal di perkebunan yang dekat
dengan rumahnya. Seperti penjelasan berikut ini “Kebiasaan peternak di Desa ini semuanya memelihara sapi hanya
diliarkan diperkebunan, hal ini memang sudah lama terjadi dikalangan peternak yang ada di Desa ini. Yang menjadi alasan Bapak kenapa sapi
tidak dikandangkan dirumah, karena tidak ada makanan tambahan seperti rumput yang tersedia. Walaupun diliarkan di perkebunan ternak Bapak
akan aman karena setiap waktu selalu di lihat kesahatan dan jumlahnya”.
Selama memelihara ternak ada saja kisah dan cerita yang hampir sama susah dan senangnya salah satunya yang dialami oleh Bapak Kasiban. Beliau
pernah di denda karena sapi yang ia pelihara masuk kedalam perkebunan milik warga, dan memakan tanaman yang ada didalam kebun tersebut sehingga harus
didenda. Sementara itu yang menanggung biaya untuk denda sapinya adalah Bapak Kasiban. Pemilik sapi tidak mau tau karena hal itu merupakan kesalahan
Bapak Kasiban yang tidak menjaga ternaknya dengan baik.
4.3.3. Pemilik Ternak sapi