Inventarisasi Cendawan Patogen pada Buah Impor dan Sifat Mating Type Terhadap Cendawan Patogen Buah Lokal dan Impor

(1)

INVENTARISASI CENDAWAN PATOGEN PADA BUAH

IMPOR DAN SIFAT MATING TYPE TERHADAP CENDAWAN

PATOGEN BUAH LOKAL DAN IMPOR

TESIS

Oleh

HEPPY DIATI

107001007/MAET

PROGRAM MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

INVENTARISASI CENDAWAN PATOGEN PADA BUAH

IMPOR DAN SIFAT MATING TYPE TERHADAP CENDAWAN

PATOGEN BUAH LOKAL DAN IMPOR

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister dalam Program Magister Agroekoteknologi pada Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Oleh

HEPPY DIATI

107001007/MAET

PROGRAM MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : INVENTARISASI CENDAWAN PATOGEN PADA

BUAH IMPOR DAN SIFAT MATING TYPE

TERHADAP CENDAWAN PATOGEN BUAH LOKAL DAN IMPOR

Nama Mahasiswa : Heppy Diati

Nomor Pokok : 107001007

Program Studi : Magister Agroekoteknologi

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Hasanuddin, MS) (Dr. Lisnawita, SP, M.Si)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan Fakultas Pertanian

(Prof.Dr. Ir. Abdul Rauf, MP) (Prof.Dr. Ir. Darma Bakti, MS)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 23 Juni 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Dr. Ir. Hasanuddin, MS ANGGOTA : 1. Dr. Lisnawita, SP, M.Si

2. Prof.Dr. Ir. Darma Bakti, MS

3. Prof. Dr. Dra. Maryani Cyccu Tobing, MS 4. Prof. Dr. Edison Purba, Ph.D


(5)

ABSTRAK

Heppy Diati, Inventarisasi Cendawan Patogen pada Buah Impor dan Sifat

Mating Type terhadap Cendawan Patogen Buah Lokal dan Impor Dibimbing oleh Hasanuddin dan Lisnawita

Buah impor dan buah lokal dapat terserang oleh cendawan patogen karena faktor fisik dan kondisi fisiologis buah yang banyak mengandung kadar air mempercepat pertumbuhan cendawan patogen. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisir dan mengidentifikasi berbagai jenis cendawan pada buah impor dan sifat mating type pada cendawan-cendawan tersebut terhadap patogen buah lokal dan impor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai Desember 2012 di laboratorium Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan Kompleks Pergudangan/cargo Bandara Polonia Medan. Metode penelitian menggunakan metode sampling yang dilakukan pada 2 (dua) tempat yaitu pasar tradisional dan swalayan dengan dua peubah amatan yaitu :1. jenis-jenis cendawan patogen yang terdapat pada buah impor dan 2. jenis-jenis mating type. Hasil penelitian didapat

19 (sembilan belas) jenis cendawan yaitu C. gloesporioides, B.cinerea, R.stolonifer, P. digitatum, P. expansum, . P. italicum, F. semitectum, F.

oxysforum, F. solani, A. niger, A. alternata, Phytophthora sp., B. theobromae, Trichotecium sp., L. theobromae C. herbarum, C. casiicola, R. solani, A. tenuissima dan Cephalosporium sp. Mating type pada cendawan B. cinerea pada buah strawberry yang berasal dari pasar Pancur Batu terjadi 18 hari setelah inkubasi pada PDA sedangkan pada buah strawberry impor (Amerika Serikat) yang diambil dari supermarket Brastagi mating type terjadi 20 hari setelah inokulasi. Pada anggur yang diambil dari pasar Deli Tua terjadi mating type 10 hari setelah inokulasi terlihat proses plasmogami, karyogami, fusi serta meoisis pada sel.

Kata Kunci : inventarisasi, cendawan patogen, buah lokal, buah impor,


(6)

ABSTRACT

Heppy Diati, Iventaritation of Pathogenic Fungi on Import Fruits and Their Mating Type to Local and Import Fruit

Supervised by Hasanuddin and Lisnawita

Import and local fruits attacked by pathogenic fungi because of the physical and physiological factors of the fruit contains more waters will support the growth of pathogen fungus. Objective of this research was to inventory and identify fungus on imports fruits and mating type characteristic of the fungus to the pathogens of local and imported fruits. The research was conducted on July up to December 2012 at laboratory of Agricultural Quarantine Office Class II Medan, warehouse/cargo complex of Polonia Airport Medan. The method of research is sampling methods on 2 (two) locations, traditional markets and mini markets with two variables . 1. The spesies of pathogen fungus found on the imported fruits and 2. Mating type. The results of research indicates that there are 19 (nineteen)

C. gloesporioides, B. cinerea, R. stolonifer, P. digitatum, P. italicum, P. expansum, F. semitectum, F. solani, F. oxysforum, A. niger, A. alternata,

Phytophthora sp., Botridiplodia sp., Trichotecium sp., L theobromae, C. herbarum, R. solani, C. Casiicola and Cephalosporium sp., A. tenuissima.

Mating type on fungus B. cinerea on strawberry from of Pancur Batu market found on 18 days after incubation at PDA while on imported strawberry (Amerika Serikat) from Berastagi supermarket, the mating type in 20 found days after inoculation. On wine from Deli Tua the mating type found on 10 days after inoculation with proses plasmogami, karyogamy, fusion and meoisis on cells. Keywords: Inventory, pathogen fungi, local fruit, imported fruit, mating type


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul ‘‘Inventarisasi Cendawan Patogen pada Buah Impor dan Sifat Mating Type Terhadap Cendawan Patogen Buah Lokal dan Impor“

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Hasanudin, MS, Dr. Lisnawita, SP, MSi, selaku Dosen pembimbing serta Prof. Dr. Dra. Maryani

Cyccu Tobing, MS dan Prof. Dr. Edison Purba, Ph.D selaku Dosen penguji. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Japar Sidik, SP., MH selaku Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program Magister Pertanian.

Penulis juga mengucapkan kepada Bapak Ir. Suwandi Penanggung Jawab Laboratorium Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan yang telah memberikan fasilitas penelitian kepada penulis. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dekan Fakultas Pertanian USU Medan dan Pembantu Dekan I serta seluruh fungsional yang telah mendukung penulis dalam menempuh pendidikan program pasca sarjana.

Penghargaan dan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda H. Muhammad Sadi dan Ibunda Hj. Sri Rubiati serta Abangda Indra Mulia, Amd dan Adikku tersayang Prihatini Amd., Yusdhaniar SE yang telah mendukung penulis untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, selalu sabar dan memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan tesis ini serta keluarga


(8)

besar, terima kasih atas segala doa, bantuan dan motivasi yang telah diberi selama ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Saudari Ummu Umaroh, SP, Lidiawati, SP serta rekan-rekan sejawat di Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan serta pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan, masukan dan motivasi dalam rangka penyelesaian tesis ini.

Medan, Juni 2014


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian tentang : Inventarisasi Cendawan Patogen pada Buah Impor dan Buah Lokal Serta Sifat Mating Type terhadap Cendawan Patogen Buah Lokal dan Impor, yang merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan Program Pasca Sarjana Pertanian di Jurusan Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara.

Kehadiran buah-buah impor di pasar tradisional maupun supermarket mempengaruhi pemasaran buah-buah lokal tetapi juga berpengaruh pada kehadiran mikroorganisme. Di pasar tradisional dan supermarket buah lokal dan impor selalu disusun berdampingan kondisi ini akan berakibat pada benrpindahnya mikroorganisme patogen khususnya cendawan patogen dan potensi terjadinya mating type di antara buah–buah tersebut. Berdasarkan hal tersebutlah menjadi alasan utama dilakukan penelitian ini.

Permintaan buah saat ini tidak dapat dipenuhi hanya dengan buah-buahan produksi lokal. Hal tersebut menyebabkan banyaknya buah impor dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Australia, China, India dan Pakistan yang dapat dijumpai baik di pasar tradisional maupun supermarket atau pedagang di pinggir jalan. Apalagi kualitas buah impor cukup baik dan harga lebih murah.


(10)

Dalam penulisan tesis ini tentunya masih banyak hal yang perlu diperbaiki, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran demi perbaikan kualitas tulisan selanjutnya.

Medan, Juni 2014 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Heppy Diati dilahirkan di Tandem Hilir I, 19 Maret 1972, anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Haji Muhammad Sadi dan Ibu Hajjah Sri Rubiati.

Pendidikan yang telah dijalani adalah Sekolah Dasar Negri 101757 Tandem Hilir I lulus pada tahun 1985 , SMP Negri 3 Binjai lulus tahun 1988, SMA Negri 2 Binjai lulus tahun 1991, Program S1 pada Fakultas Pertanian Sumatera Utara (USU) Medan lulus tahun 1997 jurusan Hama Penyakit Tumbuhan dan mengikuti Program S2 di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara (USU) jurusan Agroekoteknologi mulai tahun 2010. Penulis adalah Kepala Seksi Karantina Tumbuhan di Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan sejak bulan Maret 2013 sampai sekarang.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

KATA PENGANTAR... v

RIWAYAT HIDUP... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... xii

I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan Penelitian... 3

1.3 Hipotesa Penelitian... 4

1.4 Kegunaan Penelitian... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Cendawan Patogen Pasca Panen... 2.2 Mating Type Cendawan Patogen... 5 7 III. BAHAN DAN METODA... 11

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian... 11

3.2 Metoda Penelitian... 12

3.3 Pelaksanaan Penelitian... 13

3.3.1 Pengumpulan Sampel... 13

3.3.2 Pemeriksaan Bagian Tanaman pada Buah di Laboratorium... 14

3.3.2.1 Pemeriksaan Langsung (Direct Inspection)... 14

3.3.2.2 Metode Kertas Saring (Blotter Test)... 14

3.3.2.3 Metode Inkubasi Agar... 15

3.3.2.4 Pembentukkan Mating Type... 16

3.4 Peubah Amatan... 16

3.5 Data Pendukung... 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 18

KESIMPULAN DAN SARAN... 75

Kesimpulan... 75

Saran... 76 DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN... 77 87


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 : : :

Proses Mating Type...………...

Aktifitas mating type……….

Gejala Colletotrichum gloesporioides pada buah pisang………... `

9 10

25 Gambar 4 : Konidia cendawan Colletotrichum gloesporioides

pada buah pisang ( perbesaran 100 x 10 Kali ) (A), hifa (B)...

25

Gambar 5 : Gejala serangan Colletotrichum gloesporioides

pada buah mangga... 26

Gambar 6 : Massa konidia cendawan Colletotrichum

gloesporioides pada buah mangga (Perbesaran 100x10 Kali)...

26

Gambar 7 : Gejala Colletotrichum gloesporioides pada buah

strawberry... 27 Gambar 8 : Massa konidia cendawan Colletotrichum

gloesporioides pada buah strawberry (perbesaran 100 x 10 kali) (A)...

27

Gambar 9 : Gejala Clletotrichum gloesporioides pada buah

apel... 28 Gambar 10 : Konidia cendawan Colletotrichum gloesporioides

pada buah apel (perbesaran 100x10 kali) (A)...

28

Gambar 11 : Gejala Colletotrichum gloesporioides pada buah

jeruk... 29 Gambar 12 : Konidia cendawan Colletotrichum gloesporioides

pada buah jeruk (perbesaran 100x10 Kali)

(A)... 29 Gambar 13 : Gejala Colletotrichum gloesporioides pada buah


(14)

Gambar 14 Gejala Botrytis cinerea pada buah anggur dan

gejala pada buah strawberry... 32 Gambar 15 : Konidia cendawan Botrytis cinerea pada buah

strawberry (perbesaran 100x10 kali) (A) , konidiofor (B)...

32

Gambar 16 : Konidia cendawan Penicillium italicum pada buah jeruk (perbesaran 100 x 10 kali) (A), branched (B)...

34

Gambar 17 : Gejala busuk hitam Alternaria alternata pada buah

pir (A) dan buah apel (B)... 36 Gambar 18 : Konidia cendawan Alternaria alternata pada buah

jeruk (perbesaran 100 x 10 kali) (A)... 37 Gambar 19 : Gejala serangan busuk kapang biru Penicillium

expansum pada buah apel (A) dan buah pir (B)... 39 Gambar 20 : Cendawan Penicillium expansum pada buah apel

(A : ciri khas dat branche atau cabang (perbesaran

100 x 10 kali)... 39 Gambar 21 : Gejala Serangan Fusarium solani pada buah

pepaya... 41 Gambar 22 : Konidia cendawan Fusarium solani pada buah

pepaya(perbesaran 100 x 10 kali), makarokonidia

(A), mikrokonidia... 41 Gambar 23 : Konidia cendawan Rhyzopus stolonifer pada buah

strawberry (perbesaran 100 x 100 kali) (A),

kolumeka (B), sporangiophore (C)... 43 Gambar 24 : Konidia cendawan Aspergillus niger pada buah

mangga (perbesaran 100 x 10 Kali) (A), konidiofor (B)...

46

Gambar 25 : HIFA cendawan Rhizoctonia solani pada buah

strawberry (perbesaran 100 x 10 kali)... 47

Gambar 26 : Cendawan Penicillium digitatum pada buah jeruk


(15)

Gambar 27 : Konidia cendawan Cladosporium herbarum pada buah jeruk (perbesaran 100 x 10 kali) (A),

konidiofor (B)... 51 Gambar 28 Konidia cendawan Lasiodiplodia theobramae

pada buah pisang (perbesaran 100 x 10 kali

(A)... 53 Gambar 29 : Konidia cendawan Fusarium oxysforum pada buah

pisang A.Makrokonidia B.Mikrokonidia

(perbesaran 100 x 100 kali)... 54 Gambar 30 : Konidia cendawan Corynespora casiicola pada

buah pepaya (perbesaran 100 x 100 kali)... 56 Gambar 31 : A. Konidia cendawan Alternaria tenuissima pada

buah pir (perbesaran 100 x 10 Kali)... 57 Gambar 32 : Konidia cendawan Phytophthora sp. pada buah

pepaya (perbesaran 100x10 Kali). (A)... 59 Gambar 33 : Gejala serangan Trichotecium sp. pada buah

pir...

60

Gambar 34 : Konidia cndawan Trichotecium sp. pada buah pir (perbesaran 100 x 10 kali)... 61 Gambar 35 : Konidia cendawan Fusarium semitectum pada

buah pisang (perbesaran 100 x 10 kali)... 63 Gambar 36 : Gejala serangan Cephalosporium sp. ... 65 Gambar 37 : Konidia cendawan Cephlosporium sp. pada buah

pepaya (perbesaran 100 x 10 kali) (A)... 65 Gambar 38

Gambar 39

Gambar 40

: Cendawan Botrytis cinerea dengan inangnya strawberry di media PDA selama 5 hari setelah inokulasi (A = strawberry USA dan B=strawberry dari (USA)...

Mating type konidia Botrytis cinerea pada buah strawberry A: plasmogami, B. karyogami... (A) Konidia Botrytis cinerea pada buah anggur , (B) Karyogami konidia B. Cinerea pada buah anggur...

69

71


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 : : :

Karakteristik jenis–jenis cendawan

patogen pada buah impor dan lokal………... Suhu dan kelembaban bulan Juli 2012…... Suhu dan kelembaban bulan Agustus 2012 Suhu dan kelembaban bulan september 2012………

87 91 92

93 Lampiran 5 : Suhu dan kelembaban bulan Oktober

2012……… .

94 Lampiran 6 : Suhu dan kelembaban bulan Nopember

2012………... 95 Lampiran 7

Lampiran 8 : :

Suhu dan kelembaban Bulan Desember 2012………... Rata–rata suhu dan kelembaban pasar tradisional dan pasar swalayan...

96 97 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 : : :

Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar tradisional Medan Labuhan……….. Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar tradisional Marelan…………..………. Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar tradisional Pulo Brayan….…..………

98

99

100 Lampiran 12 : Cendawan patogen pada buah impor dan

lokal pada pasar tradisional

Patumbak.……..………. 101

Lampiran 13 : Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar tradisional Simpang


(17)

Lampiran 14 : Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar tradisional Glugur

Kota……....………... 103

Lampiran 15 : Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar tradisional

Sambu….…………..……….. 104

Lampiran 16 : Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar tradisional Deli

Tua…...……….. 105

Lampiran 17 : Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar tradisional

Sukarame…….…....………... 106

Lamporan 18 : Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar tradisional Pancur

Batu….…....………... 107

Lampiran 19 : Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar tradisional Sei

Agul…….…....………... 108

Lampiran 20 : Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar tradisional Glugur Darat II ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,…... 109 Lampiran 21 Lampiran 22 Lampiran 23 Lampiran 24 : : : :

Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar tradisional Glugur Darat I (Pasar Impres)...……….. Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar tradisional Medan Deli... Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar tradisional Brayan Kota... Cendawan Patogen pada buah impor dan

lokal pada pasar tradisional

Brastagi...

110

111

112


(18)

Lampiran 25

Lampiran 26

Lampiran 27

Lampiran 28

Lampiran 29 :

:

:

:

:

Cendawan patogen pada buah impor dan

lokal pada pasar swalayanl

Brastagi... Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar swalayan Sun Plaza... Cendawan patogen pada buah mpor dan lokal pada pasar swalayan Medan Mall... Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar swalayan Carrefure... Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar swalayan Brastagi ...

114

115

116

117


(19)

ABSTRAK

Heppy Diati, Inventarisasi Cendawan Patogen pada Buah Impor dan Sifat

Mating Type terhadap Cendawan Patogen Buah Lokal dan Impor Dibimbing oleh Hasanuddin dan Lisnawita

Buah impor dan buah lokal dapat terserang oleh cendawan patogen karena faktor fisik dan kondisi fisiologis buah yang banyak mengandung kadar air mempercepat pertumbuhan cendawan patogen. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisir dan mengidentifikasi berbagai jenis cendawan pada buah impor dan sifat mating type pada cendawan-cendawan tersebut terhadap patogen buah lokal dan impor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai Desember 2012 di laboratorium Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan Kompleks Pergudangan/cargo Bandara Polonia Medan. Metode penelitian menggunakan metode sampling yang dilakukan pada 2 (dua) tempat yaitu pasar tradisional dan swalayan dengan dua peubah amatan yaitu :1. jenis-jenis cendawan patogen yang terdapat pada buah impor dan 2. jenis-jenis mating type. Hasil penelitian didapat

19 (sembilan belas) jenis cendawan yaitu C. gloesporioides, B.cinerea, R.stolonifer, P. digitatum, P. expansum, . P. italicum, F. semitectum, F.

oxysforum, F. solani, A. niger, A. alternata, Phytophthora sp., B. theobromae, Trichotecium sp., L. theobromae C. herbarum, C. casiicola, R. solani, A. tenuissima dan Cephalosporium sp. Mating type pada cendawan B. cinerea pada buah strawberry yang berasal dari pasar Pancur Batu terjadi 18 hari setelah inkubasi pada PDA sedangkan pada buah strawberry impor (Amerika Serikat) yang diambil dari supermarket Brastagi mating type terjadi 20 hari setelah inokulasi. Pada anggur yang diambil dari pasar Deli Tua terjadi mating type 10 hari setelah inokulasi terlihat proses plasmogami, karyogami, fusi serta meoisis pada sel.

Kata Kunci : inventarisasi, cendawan patogen, buah lokal, buah impor,


(20)

ABSTRACT

Heppy Diati, Iventaritation of Pathogenic Fungi on Import Fruits and Their Mating Type to Local and Import Fruit

Supervised by Hasanuddin and Lisnawita

Import and local fruits attacked by pathogenic fungi because of the physical and physiological factors of the fruit contains more waters will support the growth of pathogen fungus. Objective of this research was to inventory and identify fungus on imports fruits and mating type characteristic of the fungus to the pathogens of local and imported fruits. The research was conducted on July up to December 2012 at laboratory of Agricultural Quarantine Office Class II Medan, warehouse/cargo complex of Polonia Airport Medan. The method of research is sampling methods on 2 (two) locations, traditional markets and mini markets with two variables . 1. The spesies of pathogen fungus found on the imported fruits and 2. Mating type. The results of research indicates that there are 19 (nineteen)

C. gloesporioides, B. cinerea, R. stolonifer, P. digitatum, P. italicum, P. expansum, F. semitectum, F. solani, F. oxysforum, A. niger, A. alternata,

Phytophthora sp., Botridiplodia sp., Trichotecium sp., L theobromae, C. herbarum, R. solani, C. Casiicola and Cephalosporium sp., A. tenuissima.

Mating type on fungus B. cinerea on strawberry from of Pancur Batu market found on 18 days after incubation at PDA while on imported strawberry (Amerika Serikat) from Berastagi supermarket, the mating type in 20 found days after inoculation. On wine from Deli Tua the mating type found on 10 days after inoculation with proses plasmogami, karyogamy, fusion and meoisis on cells. Keywords: Inventory, pathogen fungi, local fruit, imported fruit, mating type


(21)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan penghasil buah-buahan yang beragam jenisnya. Produksi dan luas pertanaman buah-buahan cenderung meningkat. Namun permintaan buah-buah saat ini tidak dapat dipenuhi hanya dengan buah-buahan produksi lokal, oleh karena itu harus dilakukan impor dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Australia, China, India dan Pakistan. Buah impor dapat dijumpai di pasar swalayan, pasar tradisional dan pedagang di pinggir jalan. Perusahaan importir dan distributor buah-buahan bermunculan baik yang lewat jalur Surabaya, maupun Jakarta. Nilai dan volume impor lebih besar dibandingkan dengan nilai dan volume ekspornya. Hal tersebut memperlihatkan rendahnya daya saing buah Indonesia di pasar domestik maupun Internasional (Broto et al., 2010).

Dari hasil data Badan Pusat Statisik Ditjen Hortikultura tahun 2012 buah-buahan mengalami penurunan nilai volume ekspornya dibandingkan dengan nilai impor. Dimana nilai volume impor buah apel 151.680.865 US $ nilai ekspornya 68.092 US $, buah mangga nilai volume impor 1.109.203 US $ nilai ekspornya 786.505 US $, buah strawberry nilai volume impor 1.217.892 US $ dan nilai ekspornya 338.456 US $ (

Rantai tataniaga impor dari negara asal sampai ke konsumen cukup panjang sehingga memerlukan waktu relatif lama untuk sampai ke konsumen. Selain itu sifat buah-buahan yang mudah rusak karena mengandung kadar air yang tinggi menuntut penanganan khusus sehingga susut bobot dan susut mutu dapat dihindari. Penanganan yang tidak optimal selama penyimpanan, transportasi atau


(22)

pada saat penjualan menyebabkan buah yang sampai ke konsumen tidak segar. Selain itu buah juga sudah mengalami penurunan bobot dan nilai gizi bahkan kadang-kadang telah terjadi pembusukkan (Tawali, 2004).

Kandungan air pada buah dan sayuran yang cukup tinggi dan nutrisi yang dikandungnya merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Adanya mikroorganisme pembusuk pada buah dan sayuran merupakan faktor pembatas utama dalam memperpanjang masa simpan buah dan sayuran (Utama, 2001).

Buah segar mudah mengalami kerusakan fisik akibat penanganan yang dilakukan. Kerusakan fisik ini terjadi karena fisik morfologi yang mengandung air cukup tinggi (85% - 98%) sehingga benturan, gesekan dan tekanan sekecil apapun dapat menyebabkan kerusakan yang dapat dilihat secara kasat mata dan dapat terlihat pada saat aktifitas fisik terjadi. Kerusakan fisik ini menjadi pintu masuk yang baik sekali khususnya bagi mikroorganisme pembusuk (Utama, 2012).

Beberapa mikroorganisme berproduksi secara seksual dan aseksual selama hidupnya. Campuran bahan genetik dari dua individu genetik yang berbeda yang terjadi selama reproduksi seksual dapat menimbulkan kombinasi gen baru yang menghasilkan keturunan lebih sesuai terhadap perubahan lingkungan (Metin et al., 2010).

Reproduksi seksual ada dua pola umum yaitu: bipolar dan tetrapolar. Dalam sistem bipolar, suatu lokus genetik tunggal, yang dikenal sebagai lokus

mating type (Mating Type Locus /MAT). Mating type terjadi dalam dua bentuk alternatif, dikenal sebagai idiomorphs (a , atau A+ , atau -, P atau M) yang berperan mengatur identitas sel. Inkubasi isolat berlawanan jenis kawin mengarah


(23)

pada reproduksi seksual spesies dengan sistem bipolar ditemukan pada filum Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Zygomycetes (Metin et al., 2010).

Pada beberapa jenis cendawan mekanisme genetik dibedakan menjadi A1 dan A2. Sampai akhir 1980 - an, hanya satu jenis mating type (A1) ada di negara-negara di luar Meksiko. Dalam beberapa tahun terakhir, mating type keduanya menjadi luas di banyak negara. Strain dari mating type A2 jauh lebih agresif dibandingkan dari tipe kawin A1 (Kim dan Lee, 2002)

Reproduksi seksual memainkan peranan penting dalam evolusi jamur, yaitu pembentukkan ras baru, seperti ras baru yang tahan dengan fungisida. Mating type

pada jamur merupakan hal penting untuk menganalisis genetik (Irzykowska dan Kosiada, 2011).

Dengan mengetahui jenis-jenis patogen cendawan pada buah impor yang saat ini mobilitasnya cukup tinggi akan mengetahui jenis cendawan patogen apa saja yang mempunyai kemampuan untuk melakukan mating type yang di dapat di pasar tradisional maupun supermarket. Sehingga akan diketahui resiko yang ditimbulkan dari reproduksi seksual dari cendawan patogen yang terdapat pada buah impor dan lokal.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menginventarisasi dan mengidentifikasi berbagai jenis cendawan patogen pada buah impor dan sifat mating type pada cendawan-cendawan tersebut terhadap patogen buah lokal dan impor.


(24)

1.3 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat beberapa cendawan patogen yang menyebabkan penyakit pada buah impor dan buah lokal;

2. Mating type dapat terjadi antara buah lokal dengan buah impor yang ada di pasar tradisional dan supermarket yang dijual pada tempat yang sama;

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Untuk mengetahui cendawan patogen pada buah impor dan buah lokal.

2. Untuk mengetahui kompatibilitas cendawan patogen pada buah impor dengan cendawan patogen buah lokal dalam melakukan mating type intra dan antar spesies.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cendawan Patogen Pasca Panen

Pasar buah–buahan di Indonesia telah dibanjiri buah-buah impor, seperti apel, jeruk, anggur, durian, pir dan buah lainnya. Hal tersebut mempengaruhi iklim pemasaran buah-buah lokal. Sebagai akibatnya terjadi kelesuan di tingkat petani di masyarakat Indonesia. Upaya-upaya peningkatan produksi buah-buahan lokal semestinya juga diikuti dengan kebijakan yang menguntungkan petani seperti adanya standar mutu buah-buah impor dan lokal (Setyabudi et al., 2008).

Banyaknya buah-buahan impor di pasar lokal merupakan tantangan yang harus diterima akibat globalisasi pangan (globalization of food). Adanya pasar bebas membuka peluang masuknya pangan impor ke tanah air termasuk buah-buahan baik dalam bentuk segar maupun olahan. Masuknya buah impor memberi alternatif pilihan bagi konsumen. Tidak dipungkiri juga bahwa produk buah segar impor menjadi pilihan konsumen, karena ketersediaannya yang melimpah di pasar lokal, selain daya tarik karena kualitas yang ditampilkannya. Apalagi impor terbesar buah segar di Indonesia didominasi oleh buah jeruk, apel dan pir, kekhawatiran timbul karena justru jenis buah yang merupakan buah lokal tropis (pisang, jambu biji, mangga, pepaya dan durian) ternyata masih mempunyai nilai impor yang cukup tinggi, padahal ketersediaan atau produksi buah tersebut cukup tinggi (Ananingsih, 2006).

Kehilangan hasil produk pertanian baik kuantitatif maupun kualitatif sangat dirasakan oleh petani yang tanamannya rusak oleh patogen. Penyakit pascapanen pada komoditas hortikultura hingga kini belum mendapat perhatian yang


(26)

memadai. Di Amerika Serikat, diperkirakan lebih kurang 24% buah-buahan dan sayuran yang dipanen terbuang percuma karena penyakit. Angka tersebut biasanya didasarkan pada satu tahap dalam sistem penanganan pascapanen. Belum ada seorang pun yang menghitung kehilangan hasil secara akumulatif pada buah-buahan dan sayur-sayuran selama panen, penanganan segar, penyimpanan, pengangkutan, penjualan di pasar swalayan atau pasar tradisional. Di negara berkembang fasilitas penanganan pascapanen sangat minim dan tuntutan mutu masih rendah sehingga kehilangan hasil mencapai 50% (Suhardi, 2009).

Infeksi mikroorganisme terhadap produk terjadi pada saat buah tersebut tumbuh di lapangan, namun mikroorganisme tersebut tidak tumbuh dan berkembang. Bila kondisi memungkinkan terutama setelah produk tersebut dipanen dan mengalami penanganan dan penyimpanan lebih lanjut, maka mikroorganisme tersebut segera dapat tumbuh dan berkembang dan menyebabkan kerusakan serius. Infeksi mikrorganisme di atas dinamakan infeski laten. Contoh mikrorganisme yang melakukan infeksi laten adalah Colletotrichum spp. yang menyebabkan pembusukan pada buah mangga, pepaya dan pisang. Ada pula mikroorganisme yang hanya berada pada bagian permukaan produk namun belum mampu menginfeksi. Infeksi baru dilakukan bila ada pelukaan-pelukaan akibat proses permanen, pasca panen dan pendistribusiannya (Utama, 2001).

Salah satu cendawan yang sering masuk melalui luka antara lain Penicillium expansum, penyebab cetakan biru yang merupakan patogen pascapanen yang paling penting dari apel. Kerugian pascapanen apel di Amerika Serikat diperkirakan mencapai lebih dari $ 4,4 juta tahun 1992 (Rosenberger et al., 2006).


(27)

Salah satu kendala didalam budidaya buah-buahan khususnya mangga adalah adanya serangan patogen C. gloesporioides. Serangan muncul pada periode pasca panen meskipun serangan sudah dimulai sejak di lapangan atau periode prapanen. Patogen ini menyebabkan penyakit antraknosa. Serangan utama patogen ini adalah bagian tanaman yang bernilai ekonomis yaitu buah. Penyakit ini berakibat sangat menurunkan kualitas buah. Serangan pada buah ditandai dengan adanya bercak coklat atau hitam, agak cekung. Seringkali bercak-bercak tersebut mengumpul pada pangkal buah, dan buah terinfeksi tidak dapat dikonsumsi (Indriatmi, 2009). Berdasarkan survei di lima pasar terbesar di Punjab Pakistan, ditemukan serangan antraknosa hampir 100% terdapat pada buah mangga

Siklus hidup jamur sangat sederhana, ascomycetes hanya memiliki dua jenis

mating type, tapi basidiomycetes mungkin memiliki beberapa ribu. Adanya perbedaan biologi dan jumlah mating type dari ke dua kelas jamur ini menjadi semakin jelas bahwa banyak komponen dari jenis perkawinan jamur tersebut sangat penting. Sel haploid memiliki satu dari dua jenis kawin. Setiap sel haploid mengeluarkan feromon peptida kecil yang mengikat reseptor yang kompatibel pada permukaan sel dari lawan jenis perkawinan. Feromon yang mengikat menyebabkan respon karakteristik dimana sel kembali mengorientasikan pertumbuhan terhadap pasangan kawin potensial dan kemudian bergabung membentuk sel diploid. Sel diploid tidak lagi mampu kawin tetapi mengingat kondisi lingkungan yang tepat, mengalami meiosis dan sporulasi. Cendawan

(Meer et al., 2013).


(28)

Ustilago maydis memiliki fase aseksual uniseluler dan, seperti ragi, sel mensekresikan feromon kawin yang menarik pasangan kawin yang kompatibel kawin yang sering berada di ujung untuk menghasilkan sel yang memulai

pertumbuhan dikaryon berserabut

tahap aseksual adalah berfilamen dan dikenal sebagai monokaryon (homokaryon) (Casselton, 2002)

Manohora dan Sato (1992) mendapatkan adanya variasi bentuk sporangium di dalam Phytophthora yang menyerang lada yang diduga bukan dari jenis

P. capsici. Mereka juga menyatakan adanya dua mating type diantara isolat-isolat

P. capsici yaitu mating type A1 dan A2. Adanya dua mating type tersebut memungkinkan terjadinya plasmogami dan membentuk turunan P. capsici yang virulensinya lebih ganas atau lebih lemah pada induknya.Wahyuno dan Manohora (1995) telah membuktikan bahwa oospora P. capsici dapat terbentuk di dalam jaringan daun, batang atau akar lada yang telah terinfeksi oleh dua mating type A1 dan A2. Adanya oospora hasil perkawinan P. capsici tipe A1 dan A2 juga memungkinkan P. capsici dapat bertahan lebih lama di lapangan karena oospora juga berfungsi struktur bertahan. Hasil penelitian Flier et al. (2003) menunjukkan bahwa adanya oospora P. infestan pada kentang mendorong meningkatnya variasi di dalam populasi P. infestan yang memungkinkan patogen dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan-perubahan lingkungan seperti menjadi lebih tahan terhadap fungisida dan memecahkan atau melemahkan ketahanan varietas kentang yang baru (Wahyuno, 2009)


(29)

Untuk menentukan isolat-isolat termasuk dalam mating type A1 dan A2 maka isolat-isolat tersebut dilakukan uji mating type mengikuti prosedur Tooley et al. (1989) dan Wangsomboondee et al. (2002). P. palmivora tipe A1 diambil dari isolasi dari pucuk kelapa dan batang karet, sedangkan tipe A2 berasal dari isolasi dari buah kakao. Determinasi tipe kawin dilakukan dengan membandingkan setiap isolat yang diperoleh dengan isolat P. palmivora dan

P. capsisci yang sudah diketahui (tester) A1 dan A2 pada medium agar V8. Isolat tersebut diamati 4-6 hari inkubasi pada suhu 22 0

Gambar 1 : Proses Mating Type ( Sumber : Nielson, 2004)

C di ruang gelap. Pengamatan

dilakukan terhadap ada tidaknya oospora pada zone interaksi kedua isolat

P. palmivora. Apabila isolat yang dideterminasi membentuk oospora dengan tester A1 dan tidak membentuk oospora dengan tester A2 berarti isolat tersebut dikatakan sebagai A2. Sebaliknya apabila isolat yang dideterminasi membentuk oospora dengan tester A2 dan tidak membentuk oospora dengan tester A1 berarti isolat tersebut dikatakan A1 (Motulo, 2008).

Nielsen (2004) menyatakan dalam illustrasi proses mating type pada cendawan (Gambar 1)


(30)

Sel vegetatif sebagian besar adalah haploid (1n). Cendawan yang homothallic dengan jenis kawin (P«M) terjadi selama masa pertumbuhan vegetatif. Pembentukan zigot dan/atau meiosis terjadi setelah penurunan nutrisi, khususnya untuk sumber nitrogen. Konjugasi membutuhkan sel partner lawan jenis dalam perkawinan, sementara meiosis membutuhkan ekspresi berlawanan kawin-jenis gen dalam sel yang sama. Meiosis ini diikuti oleh pembentukan ascospore. Jarang terjadi pertumbuhan zigot diploid (2n) dan hanya terjadi di laboratorium

Kjaerulff et al. (2005) menyatakan s .

alah satu mating type ditentukan oleh dua gen, yang terkait erat dalam kaset-mat yang disebut: M oleh tikar-tikar dan Mc-Mm (alias Mi), P oleh mat-mat-Pc dan Pm (alias Pi). Mm dan Pm kawin-jenis gen disebabkan oleh respon feromon, tetapi protein yang sesuai yang dapat membentuk heterodimer aktif setelah pembentukan zigot, yang kemudian memicu kaskade reaksi lebih lanjut yang mengarah ke meiosis dan sporulasi (F) (Gambar 2).

Gambar 2. Aktifitas mating type pada saat konjugasi dan meiosis (Sumber : Kjaerulff et al., 2005)


(31)

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Desember 2012 dilaksanakan di Laboratorium Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan Komplek Pergudangan/Cargo Bandara Polonia Medan.

Bahan dan Alat : Bahan :

Bahan – bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah-buah impor : strawberry, apel, jeruk (ponkan), pir, pisang, pepaya.

Buah lokal yang digunakan dalam penelitian : strawberry, pepaya, jeruk, pisang, mangga.

Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pengamatan di laboratorium :

Akuades, alkohol, KOH, Clorox, lactophenol bening, PDA (Potato Dextrose Agar), kertas saring, canada balsam, lactophenol blue, pipet, object glass, cover glass, kuteks, plastik sampel, label, jarum, amplop besar, minyak imersi, aqua bidestilata.


(32)

Alat :

Alat - alat yang digunakan dalam penelitian antara lain :

Inkubator, laminar air flow, autoclave, mikroskop stereo, mikrokop compound, centrifuge, unit photograph (camera), cover glass, beaker glass, erlemeyer, pinset, gunting, cawan petri, cutter.

3.2. Metode Penelitian

Penelitian menggunakan metode sampling dari buah yang bergejala yang dilakukan di 2 (dua) tempat yaitu pasar tradisional dan pasar swalayan. Penelitian dilakukan dengan mengambil beberapa sample dari sentra pasar yang ada di Sumatera Utara dengan cara mengunjungi tempat-tempat pasar tradisional dan pasar swalayan yang ada di kota Medan dan sekitarnya. Data jenis dan karakteristik cendawan patogen pada buah impor dan lokal serta mating type yang terbentuk akan dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Adapun pengambilan sampel pada pasar tradisional dan pasar swalayan yang dilakukan antara lain :

1. Pasar Tradisional :

Pasar tradisional yang dikunjungi untuk pengambilan sampel buah impor dan buah lokal adalah :

Medan Utara (Pasar Marelan, Pasar Medan Labuhan, Pasar Medan Deli) Medan Selatan (Pasar Pancur Batu, Pasar Deli Tua, Pasar Patumbak)

Medan Timur (Pasar Glugur Darat I, Pasar Brayan Kota, Pasar Glugur Darat II)


(33)

Medan Barat (Pasar Glugur Kota, Pasar Pulo Brayan Kota, Pasar Sei Agul) Pasar Pusat Pasar Sambu

Pasar Berastagi Pasar Sukarame Pasar Simpang Limun

2. Pasar Swalayan :

Pasar swalayan yang dikunjungi untuk pengambilan sampel buah impor dan buah lokal adalah :

Brastagi Medan Mall Carrefour

Brastagi Pasar Buah (Jl. Gatot Subroto) Sun Plaza

3.3. Pelaksanaan Penelitian 3.3.1 Pengumpulan Sampel

Sampel buah diambil dari buah yang menunjukkan gejala dari setiap lokasi pasar masing–masing 10 (sepuluh) buah per sampel. Buah yang diambil yang menampakkan gejala maupun yang tidak menampakkan gejala penyakit. Sampel dimasukkan ke dalam kantong kertas yang bertujuan untuk mengurangi penguapan buah agar tidak cepat rusak. Setiap sampel dicatat lokasi pengambilan meliputi kelurahan, kecamatan dan kabupaten. Selain itu dicatat cara


(34)

penyimpanan yang dilakukan oleh para pedagang. Semua sampel yang telah dikumpulkan dibawa ke laboratorium Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan.

3.3.2 Pemeriksaan Bagian Tanaman pada Buah di Laboratorium 3.3.2.1 Pemeriksaan Langsung (Direct Inspection)

Seluruh buah diamati dari gejala serangan cendawan dengan menggunakan mikroskop stereo. Buah yang menunjukkan gejala selanjutnya diambil bagian cendawan seperti miselium atau spora dengan menggunakan jarum tusuk dan diletakkan pada object glass yang telah ditetesi lactophenol kemudian ditutup dengan cover glass. Untuk mengetahui jenis cendawan yang terdapat dalam preparat diamati dengan mikroskop compound dengan pembesaran 10x10, 40x10 dan 100x10.

3.3.2.2 Metode Kertas Saring (Blotter Test)

a. Bagian tanaman yang bergejala, diisolasi dengan cara memotong antara bagian tanaman yang sakit dengan bagian yang sehat ± 2 cm.

b. Potongan disterilisasi dengan menggunakan natrium hipoklorit 2% selama 5 menit kemudian dibilas dengan air steril 2 (dua) kali dan dikeringkan dengan tissu steril. Setelah itu bagian tanaman disusun di atas cawan petri yang telah dialasi dengan kertas saring steril. Cawan petri diletakkan di dalam ruang inkubasi dengan suhu 20 0C ± 2 0C di bawah lampu NUV (Near Ultra Violet) dengan panjang gelombang 200 nm (Syahrini, 2004) selama 12 jam gelap dan 12 jam terang selama lebih kurang 5-8 hari (Neergaard, 1979). Setelah itu cendawan diamati dengan menggunakan mikroskop stereo.


(35)

c. Miselium cendawan yang terdapat pada cawan petri dipindahkan dengan menggunakan jarum tusuk ke object glass yang telah ditetesi lactophenol kemudian ditutup dengan cover glass lalu diseal dengan canada balsam (preparat).

d. Preparat diamati dengan menggunakan mikroskop compound dengan pembesaan 10x10, 40x10 dan 100x10 .

e. Identifikasi cendawan dilakukan dengan merujuk kepada buku Illustrated Genera of Infected Fungi (Ellis, 1971).

3.3.2.3 Metode Inkubasi pada Media Agar.

a. Bagian buah yang sakit dan sehat di potong (± 2 cm). Setelah itu disterilkan dengan larutan natrium hipoklorit 2% selama 5 menit, di bilas dengan air steril sebanyak 2 (dua) kali dan dikeringkan dengan kertas tisue steril lalu. Setelah itu potongan tanaman disusun dalam cawan petri yang bersisi media PDA. b. Cawan petri yang bersisi PDA diinkubasi selama lebih kurang 5 hari dalam

ruangan inkubasi di bawah lampu NUV dengan pengaturan penyinaran selama 12 jam terang dan 12 jam gelap untuk pertumbuhan cendawan.

c. Miselium cendawan yang terdapat pada cawan petri dipindahkan dengan menggunakan jarum tusuk ke object glass yang telah ditetesi lactophenol kemudian ditutup dengan cover glass lalu diseal dengan canada basam (preparat) kemudian diamati dibawah mikroskop compound dengan perbesaan 10x10, 40x10 dan 100x10.

d. Identifikasi cendawan dilakukan dengan merujuk kepada buku Illustrated Genera of Infected Fungi (Ellis, 1971).


(36)

3.3.2.4. Pembentukkan Mating Type

a. Disiapkkan cawan petri yang berisi media PDA, Setelah itu diambil sedikit koloni jamur dari filum Ascomycetes, Basidiomycetes dan Zygomycetes dari sampel buah impor (A) dengan menggunakan cock borrer (bor gabus) diameter 0,5 cm kemudian diletakkan pada media agar disisi cawan petri. Setelah itu ambil juga koloni cendawan dari buah lokal yang sejenis dan koloni cendawan yang sejenis (B) diletakkan pada media agar yang sama di sisi lain cawan petri. b. Biakan diinkubasikan pada suhu 20 0C ± 2 0

Pengamatn dilakukan melihat sifat morfologi dari tipe koloni, pembengkakan hifa, bentuk sporangium, berdasarkan usulan yang disampaikan oleh Erwin dan Ribeiro (1996). Dalam satu cawan petri diletakkan dua isolat C selama ±10 (sepuluh) hari atau sampai koloni antara cendawan A dan cendawan B bersatu dalam cawan petri yang sama .

c. Koloni cendawan A dan cendawan B yang bersatu melakukan mating type di cawan petri diamati dengan menggunakan mikroskop stereo.

3.4 Peubah Amatan

a. Jenis-jenis cendawan patogen yang terdapat pada buah impor dan lokal Semua patogen cendawan yang didapat pada sampel dari lapangan diamati secara langsung dengan mengamati gejala. Setelah itu cendawan diisolasi dengan metode kertas saring dan media agar. Identifikasi dengan menggunakan buku Illustrated Genera of Infected Fungi (Ellis, 1971)


(37)

dalam satu cawan petri dengan jarak ± 5 cm, kemudian diinkubasi pada suhu 20 0C selama 4–5 hari dan dihindarkan dari cahaya langsung (Manohara dan Sato, 1992). Mating type dikatakan berbeda dengan isolat tester apabila di tempat pertemuan dua koloni terbentuk oospora dan sebaliknya mereka dikatakan satu mating type apabila tidak ada oospora yang terbentuk.

Pengamatan sporangium yang didapatkan dari kultur 6-10 hari yang tumbuh pada media agar PDA. Dari setiap isolat diambil lima potongan agar (diameter 5 mm) diamati dengan mengambil gambar sporangium di bawah mikroskop dengan perbesara 40 x 10 dan 100 x 10 dengan menggunakan kamera digital.

3.5 Data Pendukung

Data pendukung yang diamati selama penelitian adalah suhu dan kelembaban. Suhu udara diukur pada saat pengambilan sampel di pasar tradisional dan pasar swalayan dengan menggunakan termometer dan kelembaban dengan menggunakan higrometer.


(38)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan dari delapan jenis buah lokal dan impor yang digunakan dalam penelitian ini yang semua sampel di ambil dari pasar tradisional dan supermarket didapat 19 (sembilan belas) jenis cendawan. Cendawan-cendawan tersebut terdapat pada satu atau beberapa jenis buah. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis - jenis cendawan patogen pada buah impor dan lokal No. Inang Nama Patogen Nama Penyakit Lokal/Impor

1 Strawberry C. gloesporioides Antraknosa Lokal

Botrytis cinerea Busuk kapang kelabu Lokal & Impor

Fusarium solani Busuk kering Lokal

Penicillium italicum Busuk kapang biru Lokal

Rhyzopus stolonifer Busuk rhyzopus Lokal

Rhizoctonia solani Busuk rhizoctonia Lokal 2 Pisang C. gloesporioides Antraknosa Lokal

Fusarium solani Busuk kering Lokal

Fusarium semitectum Busuk kering Lokal

Botrydiplodia

theobromae Busuk lunak

Lokal Penicillium italicum Busuk kapang biru Lokal

Aspergillus niger Busuk aspergillus Lokal

Fusarium oxysforum Busuk fusarium Lokal

3. Jeruk C.gloesporioides Antraknosa Lokal & Impor Penicillium digitatum Busuk kapang hijau Lokal & Impor Penicillium italicum Busuk kapang biru Lokal & Impor Aspergillus niger Busuk kapang hitam Lokal & Impor

Alternaria alternata Busuk hitam Lokal

Cladosporium herbarum Bintik hitam Lokal

4 Pepaya C. gloesporioides Antraknosa Lokal

Fusarium solani Busuk kering Lokal

Cephalosporium sp Busuk kering Lokal

Phytophthora sp Busuk buah Lokal

Aspergillus niger Busuk kapang hitam Lokal


(39)

Dari Tabel 1 dapat dilihat cendawan A. niger terdapat pada semua jenis buah terkecuali buah strawberry. Cendawan ini paling banyak terdapat pada buah yang dijual di pasar tradisional. Hal ini dikarenakan cendawan tersebut merupakan cendawan kontaminan dan penyebarannya secara pasif. Kurangnya perhatian pedagang pada faktor penyimpanan, kemasan, suhu dan kelembaban menyebabkan cendawan patogen akan mudah tersebar. Martoredjo (2009) menyatakan patogen ini tidak akan menimbulkan masalah jika buah disimpan

No. Inang Nama Patogen Nama Penyakit Lokal/Impor

5. Apel C.gloesporioides Antraknosa Impor

Penicillium expansum Kapang biru Impor

Penicillium italicum Busuk kapang biru Impor

Alternaria alternata Busuk hitam Impor

Aspergillus niger Busuk kapang hitam Impor

6. Pir C. gloesporioides

Alternaria tenuissima

Antraknosa Bercak pada buah

Impor Impor Penicillium italicum Busuk kapang biru Impor

Alternaria alternata Busuk hitam Impor

Aspergillus niger Busuk kapang hitam Impor

Penicillium expansum Cendawan biru Impor

Trichotecium sp

Busuk kapang merah

muda Impor

7. Mangga C. gloesporioides Antraknosa Lokal & Impor Aspergillus niger Busuk kapang hitam Lokal & Impor

Alternaria alternata Busuk hitam Lokal

8. Anggur Botrytis cinerea Busuk kapang kelabu Impor Penicillium digitatum Busuk kapang hijau Impor

Penicillium expansum Blue mold rot (kapang biru)

Impor Penicillium italicum Busuk kapang biru Impor

C. gloesporioides Antraknosa Impor

Alternaria alternata Busuk hitam Impor

Aspergillus niger Busuk kapang hitam Impor

Cladosporium

herbarum Bintik hitam

Impor


(40)

pada suhu yang rendah yaitu pada suhu 15 0

Tabel 1 menunjukkan cendawan patogen buah lokal dan impor memiliki jenis yang sama. Hanya perbedaan kuantitas serangan pada buah yang dipasarkan. Di pasar tradisional lebih banyak buah yang terinfeksi dengan jumlah 16 jenis cendawan dibanding yang dijual di pasar swalayan 13 jenis cendawan . Lebih banyaknya jumlah buah yang terinfeksi di pasar tradisional dibandingkan dengan di pasar swalayan disebabkan karena kondisi lingkungan dimana sampel-sampel buah tersebut diambil. Pada saat sampel buah diambil dari pasar tradisional suhu rata-rata 27 ºC–33 ºC dengan kelembaban 70%–78% . Sedangkan suhu dan kelembaban dari sampel buah yang diambil dari pasar swalayan rata-rata 23,6 ºC–25 ºC dengan kelembaban 60%–66%. Ruang inkubasi untuk pertumbuhan isolat cendawan patogen suhu rata-rata 22 ºC ± 2 ºC dengan kelembaban 60%-65%. Kondisi tersebut sangat mendukung untuk pertumbuhan cendawan patogen pada buah impor dan buah lokal yang dijual di pasar

C atau dibawahnya. Sebaliknya buah yang dijual di pasar swalayan saat pemasaran buah telah dikemas dan disortir dengan baik tidak terserang oleh cendawan kontaminan tersebut.

Hasil lain menunjukkan C. gloesporoides menyerang seluruh jenis buah baik pada buah lokal maupun impor serta buah yang terdapat di pasar tradisional

maupun di pasar swalayan. Hal tersebut dikarenakan sifat dari cendawan

C. gloesporoides yang bersifat laten yang akan menimbulkan gejala apabila kondisi lingkungan mendukung, Elfina et al. (2013) menyatakan bahwa C. gloesporoides menyerang buah yang terdapat di pasar swalayan dan pasar tradisional. Pada buah jeruk gejala bercak warna coklat kehitaman, kering dan apabila terlihat serangan sudah lanjut akan berubah menjadi busuk lunak.


(41)

tradisional dan pasar swalayan. Disamping itu kandungan air yang berlebih pada produk pasca panen akan menyebabkan tingginya kelembaban di sekitar produk tersebut. Hal ini dapat terlihat dari gejala serangan pada buah apel, pir, mangga, strawberry, pepaya, anggur, pisang dan jeruk.

Menurut Setyolaksono (2012) suhu dan kelembaban berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan jamur patogen pasca panen. Beberapa cendawan mampu tumbuh sangat lambat meski berada di bawah suhu 10 ºC, seperti jamur Rhizopus stolonifer. Botrytis, Cladosporium, dan Penicillium masih mampu tumbuh pada suhu 1 ºC. Kelembaban pada ruang penyimpanan juga berperan penting terhadap kerentanan produk pasca panen dan laju infeksi patogen. Kelembaban relatif 90 % dan suhu di atas 5 o

Buah yang dijual di pasar tradisional dan pasar swalayan semakin matang semakin rentan terhadap masuknya patogen cendawan. Hal ini tampak jelas pada buah mangga, anggur, pir , pisang , apel, pepaya, jeruk, strawberry. Kondisi ini disebabkan karena produk pasca panen hortikultura segar buah-buahan merupakan produk yang masih hidup yang dicirikan dengan adanya aktivitas metabolisme yaitu respirasi. Bhargava (2011) melaporkan respirasi adalah proses oksidasi

C mempengaruhi perkembangan penyakit pasca panen. Kelembaban dan suhu berperan dalam mempertahankan luka dan lubang infeksi alami lain, sehingga memberikan kondisi yang sesuai bagi patogen untuk menginfeksi. Ini terbukti bahwa cendawan menyerang lebih banyak ditemukan pada buah-buah yang dijual pada pasar tradisional dibandingkan di pasar swalayan di mana dengan suhu dan kelembaban yang tidak terkontrol dengan baik sehingga daya serang cendawan pada buah menjadi lebih cepat.


(42)

dengan memanfaatkan gula sederhana dimana dengan keterlibatan enzim dirubah menjadi CO2, H2O dan energi kimia berupa adenosin triphosphate (ATP)

disamping energi dalam bentuk panas. Oleh karena suplai karbohidrat terputus karena aktivitas fotosintesis terhambat setelah panen suplai terputus dari tanaman induknya untuk buah-buahan, maka semua suplai untuk aktivitas respirasi hanya berasal dari tubuh bagian tanaman yang dipanen itu sendiri. Akibatnya selama periode pascapanennya terjadi kemunduran-kemunduran mutu kesegarannya. Kemunduran ini akan dibarengi dengan tumbuh dan perkembangan agen-agen perusak lainnya seperti mikroorganisme pembusuk antara lain patogen cendawan . Dari Tabel 1 menunjukkan pembusukkan yang terjadi pada buah strawberry, pisang, mangga, anggur, jeruk, pepaya, pir, apel yang terdapat di pasar tradisional dan pasar swalayan. Hal ini disebabkan karena faktor fisik antara lain terjadinya luka memar, luka potongan, lecet akibat gesekan maupun lubang alami pada permukaan buah terjadi waktu pengangkutan yang merupakan jalan masuknya (infeksi) patogen jamur. Sesuai dengan Meer et al. (2013) menyatakan busuk pasca panen pada buah mangga yang disebabkan tersedianya suhu optimum serta dumping kotak kayu tidak teratur di pasar. Pengepakan dalam kotak kayu secara paksa dapat menimbulkan memar sehingga patogen pasca panen mudah masuk dan merusak seluruh banyak buah-buahan, selain itu juga pengangkutan mangga menggunakan truk tanpa terkontrol keadaan lingkungan juga akan mempengaruhi kontribusi terhadap penyakit.


(43)

1. Busuk buah matang Colletotrichum gloesporioides

(Strawberry, pisang, jeruk, mangga, pepaya, apel, anggur, pir). Klasifikasi C. gloesporiodes (Penz.) Sacc sebagai berikut:

Kingdom : Mycota

Divisio : Ascomycota

Kelas : Sordariomycetes

Ordo : Phyllachorales

Family : Phyllachoraceae

Genus : Colletotrichum

Species : Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc.

Penyakit antraknosa ditemukan pada buah strawberry, pisang, jeruk, mangga, pepaya, apel, anggur dan pir. Gejala pertama terlihat pada buah bintik-bintik yang kemudian membulat dan berubah menjadi cekung pada buah, dan semakin jelas pada saat buah matang. Gejala tersebut dapat dilihat pada buah strawberry (Gambar 7), apel (Gambar 9), jeruk (Gambar 11), pepaya (Gambar 13). Gejala ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Dickman (1993) bahwa lesi dapat menjadi besar dengan diameter 5 cm. Daerah merah muda-orange dibentuk oleh massa konidia yang mencakup pusat lesi dan sering diproduksi dalam konsentris pola cincin. Gejala muncul tidak teratur, melingkar 1 hingga 10 mm. Lesi ini disebut sebagai titik cokelat. Pada buah masak, tempat ini cepat membesar (sampai 20 mm), untuk membentuk karakteristik lesi cekung melingkar terlihat pada gejala pada buah apel (Gambar 9) dan buah jeruk (Gambar 11). Pada


(44)

buah matang yang disebabkan oleh antraknosa berkembang menjadi cekung, menonjol, bintik-bintik coklat tua sampai hitam terjadi pembusukan sebelum atau setelah di petik (Meer et al., 2013).

Warna coklat timbul karena cendawan tersebut menghasilkan enzim selulase yang dapat menghidrolisis selulosa kulit buah, sehingga kulit buah menjadi terdisintegrasi dan lunak serta berubah warna menjadi coklat. Noda coklat lama kelamaan meluas dan warnanya makin gelap dan akhirnya busuk. Adanya noda-noda berwarna coklat sampai hitam di permukaan kulit buah, seperti pada pisang (Gambar 3) dan mangga (Gambar 5), merupakan indikator adanya serangan antraknosa. Luka pada buah-buahan dapat terjadi pada saat penanganan di lapangan, panen, penanganan saat proses pengepakan (packing house), transportasi dan pemasaran. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab intensitas serangan cendawan C. gloeosporioides pada buah lokal lebih banyak dibandingkan buah impor. Karena adanya luka menjadi pintu gerbang masuknya cendawan penyebab kebusukan.

Pengamatan mikroskopis menunjukkan spora hialin, bersel satu, memiliki seta berbentuk lonjong dan sedikit melengkung (Gambar 4, 6, 8,10, 12) dapat tumbuh dengan baik dan bersporulasi di ruang inkubasi pada media PDA pada suhu 20 0C ± 2 0C. Cendawan C. gloeosporioides banyak dijumpai pada buah lokal dan impor di pasar tradisional dibanding dengan buah yang dijual di pasar swalayan karena dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Dimana suhu di pasar tradisional rata-rata 27 0C-33 0C sangat mendukung pertumbuhan dan

perkembangan cendawan. Hal tersebut sesuai menurut Pandey et al. (2012) bahwa


(45)

pertumbuhan miselium C. gloeosporioides di ruang inkubasi pada suhu 20 0C–24 0C (Slade et al., 1987).

Gambar 3. Gejala Colletotrichum gloeosporioides pada buah pisang

Gambar 4. Konidia cendawan Colletotrihum gloesporioides pada buah pisang (perbesaran : 100 x 10 kali) (A),


(46)

Gambar 5. Gejala Colletotrichum gloeosporioides pada buah mangga

Gambar 6. Massa konidia cendawan Colletotrihum gloesporioides pada buah mangga (perbesaran : 100 x 10 Kali) (A), setae (B)


(47)

Gambar 7. Gejala Colletotrichum gloeosporioides pada buah strawberry

Gambar 8. Massa konidia cendawan Colletotrihum gloesporiodes pada buah strawberry (perbesaran: 100 x 10 kali) (A)


(48)

Gambar 9. Gejala Colletotrichum gloeosporioides pada buah apel

Gambar 10. Konidia cendawan Colletotrihum gloesporiodes pada buah apel (perbesaran : 100 x 10 kali) (A)


(49)

Gambar 11. Gejala Colletotrichum gloeosporioides pada buah jeruk

Gambar 12. Konidia cendawan Colletotrihum gloesporiodes pada buah jeruk (perbesaran : 100 x 10 kali) (A)


(50)

Gambar 13. Gejala Colletotrichum gloeosporioides pada buah pepaya (A)

2. Busuk kapang kelabu Botrytis cinerea (strawberry, anggur) Klasifikasi Botrytis cinerea adalah senagai berikut:

Kingdom : Fungi,

Phylum : Ascomycota,

Subphylum : Pezizomycotina,

Kelas : Leotiomycetes,

Ordo : Helotiales,

Family : Sclerotiniaceae

Genus : Botryotinia

Spesies : Botrytis cinerea


(51)

Hasil penelitian menunjukkan gejala busuk kapang kelabu yang disebabkan oleh B. cinerea pada buah strawberry dan buah anggur terdapat bercak putih, coklat, buah menjadi basah dan lunak. Pada buah terdapat kumpulan koloni cendawan berwarna coklat abu-abu kotor (Gambar 14). Khazaeli et al. (2006) melaporkan karakteristik dari B. cinerea adalah kultur membentuk koloni berwarna putih, putih kotor atau abu-abu, hialin dan berubah menjadi abu-abu kotor, miselium bercabang, hialin dan kotor. Selanjutnya Utama (2006) menyatakan buah strawberry yang terinfeksi B. cinerea menjadi lunak karena adanya enzim pektolitik yang dihasilkan oleh mikroorganisme itu sendiri yang dapat melunakkan jaringan produk terutama dinding sel yang tersusun oleh polisakarida pektat. Enzim pektinase yang berperan untuk melunakkan jaringan tersebut meliputi pectin metal esterase (PME), pectin lyase (PE) endopolygakturonase (Endo-PG) dan exopoligalakturonase (Exo-PG).

Strawberry terinfeksi karena mengalami kerusakan pada penanganan pascapanen selama proses pengangkutan dan penyimpanannya baik pada sampel di pasar swalayan maupun di pasar tradisional. Hal ini dikarenakan tingkat kerusakan buah dipengaruhi oleh difusi gas ke dalam dan luar buah yang terjadi melalui lentisel yang tersebar di permukaaan buah. Difusi gas tersebut secara alami dihambat dengan lapisan kulit yang sangat mudah membusuk yang dilakukan pada saat penanganan pasca panen dan apabila buah mulai busuk dapat menular dengan sangat cepat ke strawberry lain yang disimpan bersamaan. Menurut Jarvis (1977) bahwa infeksi cendawan B. cinerea dimulai dengan adanya konidium pada permukaan inang. Konidia B. cinerea berada di udara dan


(52)

mudah terbawa angin menginfeksi buah yang berada di lapangan maupun yang sudah di kemas.

Hasil pengamatan secara mikroskopis didapat konidia berbentuk bulat telur, seperti anggur dan hialin (Gambar 15). Konidium berkecambah pada kelembaban tinggi (> 93%) dan dapat menembus bagian epidermis inangnya (Kain, 2005).

Gambar 14. Gejala Botrytis cinerea pada buah anggur dan buah strawberry

Gambar 15.Konidia cendawan Botrytis cinerea (perbesaran: 100x10 kali) (A), konidiofor (B)


(53)

3. Busuk kapang biru Penicillium italicum Wehmer (strawberry, pisang , jeruk, apel, pir anggur)

Klasifikasi Penicillium italicum Wehmer adalah sebagai berikut :

Kingdom : Fungi

Phylum

Kelas

Ordo

Family

Genus : Penicillium

Spesies : Penicillium

Buah yang dijual di pasar tradisional lebih banyak terinfeksi P. italicum

dibandingkan di pasar swalayan hal tersebut dikarenakan sanitasi lingkungan yang italicum Wehmer

(Wehmer, 1894)

Hasil penelitian didapat menunjukkan buah strawberry, pisang , jeruk, apel, pir dan anggur terserang penyakit kapang biru dimana gejalanya mirip dengan gejala penyakit kapang hijau. Buah menjadi busuk dimana daerah busuknya berukuran kecil tampak seperti noda basah berair. Ketika bercak membesar sampai diameternya berukuran 2,5 – 4,5 cm , miselium berwarna putih muncul di pusatnya, dan segera dibentuk konidium berwarna biru. Pada pengamatan mikroskopis terlihat konidium dikelilingi jalur miselium berwarna putih. Biasanya jamur P. italicum akan berspora pada bagian dalam buah. Buah terinfeksi dapat tertutup seluruhnya oleh massa konidium berwarna biru (Gambar 16), yang dengan mudah tersebar oleh gerakan fisik atau aliran udara menginfeksi buah di sekitarnya.


(54)

kurang baik. Loekas (2006) menyatakan P. italicum bersifat tular udara dan dalam jumlah besar dihasilkan oleh cendawan pada permukaan buah yang terinfeksi. Konidium akan mengkontaminasi di ruang pengepakan, alat, air yang digunakan, ruang simpan, kontainer, bahkan daerah pemasaran buah. Cendawan akan bertahan hidup di lapang pada sisa–sisa tanaman dalam tanah. P. italicum mampu memproduksi konidium yang cukup banyak dan akhirnya cendawan mempunyai kemampuan menghasilkan strain yang tahan terhadap perlakuan fungisida kimia.

Gambar 16. Konidia cendawan Penicillium italicum pada buah jeruk ( perbesaran : 100 x 10 Kali ) (A),branched (B)


(55)

4. Busuk hitam Alternaria alternata ( jeruk, apel , pir , mangga, anggur ). Klasifikasi cendawan Alternaria alternata adalah sebagai berikut : Kingdom : Fungi

Divisio : Ascomycota Kelas : Dothideomycetes Ordo : Pleosporales Family : Pleosporaceae Genus : Alternaria

Spesies : Alternaria alternata (Fries) Keissler, 1912 (

Hasil penelitian menunjukkan buah jeruk, apel, pir, mangga dan anggur di pasar tradisional dan pasar swalayan terserang oleh penyakit bercak yang disebabkan oleh A. alternata. Buah yang dijual di pasar tradisional lebih banyak terinfeksi dibanding yang dijual di pasar swalayan. Hal ini disebabkan karena pengaruh cuaca dan iklim dimana suhu rata-rata di pasar tradisional 27

Clipson et al., 2001)

0

C-33 0C. Harteveld (2011) melaporkan A.alternata pada buah apel sangat baik pertumbuhan pada temperatur ± 20 0

Gejala buah yang terinfeksi akan kelihatan bercak mengering, terdapat lesi yang melebar warna coklat dan akhirnya hitam. Pada buah sering terdapat bercak kehitaman dan lunak pada bagian pangkal buah dan menyebabkan buah menjadi busuk (Gambar 17). Buah yang terinfeksi terdapat bercak yang

C dan pada curah hujan tinggi di bulan Januari dan Pebruari.

menyebar dengan cepat, berwarna coklat tua sampai hitam menyatu untuk membentuk lesi yang lebih besar tidak teratur. Buah terinfeksi mulai dari buah muda dari daun atau


(56)

tunas yang terserang kemudian terjadi infeksi sekunder pada saat penyebaran spora dari buah yang terinfeksi oleh angin atau hujan. Pertumbuhan penyakit pada cuaca basah dan suhu sangat tinggi 25-30ºC (Ponti et al., 2000). Menurut Lawley (2006) cendawan A. alternata menginfeksi buah menyebabkan bercak pada buah baik sebelum maupun setelah dipanen.

Pengamatan mikroskopis konidia berwarna coklat muda, berwarna kuning langsat-hitam atau keabu-abuan,berantai, bersel banyak, kadang-kadang bercabang, pendek atau memanjang, bulat telur atau elips (Gambar 18) .

A B

Gambar 17. Gejala busuk hitam alternaria alternata pada buah pir (A) dan buah apel (B)


(57)

Gambar 18. Konidia cendawan Alternaria alternata pada buah jeruk (perbesaran : 100 x 10 kali) (A)

5. Busuk cendawan biru Penicillium expansum ( apel, pir dan anggur ) Klasifikasi cendawan Penicillium expansum adalah sebagai berikut :

Kingdom : Fungi

Divisio : Ascomycota

Kelas : Eurotiomycetes

Ordo : Eurotiales

Family : Trichocomaceae

Genus : Penicillium

Spesies : Penicillium expansum Link (Johnston, 2008)

Hasil penelitian yang didapat dari sampel pasar tradisional dan pasar swalayan menunjukkan bahwa buah apel, pir dan anggur terinfeksi cendawan

P. expansum dengan gejala buah menjadi busuk, lunak, berair, dan berwarna coklat bercahaya. Permukaan pada lesi yang sudah lama tertutup oleh spora, berwarna hijau kebiruan dan memasuki warna putih salju (Gambar 19). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mansilla (2008) buah yang terinfeksi akan membentuk lesi berwarna coklat, memiliki karakteristik bau yang apek, kumpulan dari tumpukan konidia pada permukaannya akan berkembang menjadi lesi. Apabila disimpan pada kondisi dingin, lesi kapang biru yang disebabkan oleh

P. expansum diameternya berkembang sekitar 3 cm selama 8 sampai 10 minggu setelah infeksi.


(58)

Banyaknya buah yang terinfeksi cendawan ini disebabkan kemampuan cendawan yang banyak terdapat di setiap bahan organik serta spora yang berada di udara mempunyai kemampuan untuk terbawa oleh angin. Disamping itu kemampuan untuk dapat hidup pada kondisi kelembaban yang sangat rendah menyebabkan buah terkontamiasi dari buah yang terinfeksi . Bezirtzoglou (2000) melaporkan P. expansum umumnya merupakan penyebab busuknya buah apel dan dapat mengkontaminasi sari buah apel dan produk apel lainnya. Penicillium expansum diketahui dapat memproduksi mikotoksin patulin (4-hidroksi-4Hfuro(3,2-C)-piran-2(6H)-satu). Patulin merupakan mikotoksin yang mempunyai efek karsinogen yang membahayakan bagi kesehatan manusia. Adanya patulin pada buah atau jus apel dapat dijadikan sebagai indikator rendahnya kualitas buah tersebut

Berdasarkan pengamatan buah yang dijual dipasar swalayan dengan suhu rata-rata 23,6 ˚C–25 ˚C, dimana pada suhu tersebut cendawan tersebut masih dapat tumbuh dan berkembang. Buah apel, pir dan anggur yang di jual di supermarket lebih banyak terinfeksi dibanding di pasar tradisional. Hal ini disebabkan buah yang dijual di pasar swalayan dalam temperatur yang stabil dan rendah dan cendawan P.expansum masih dapat bertahan pada suhu yang rendah.

Doyle (2001) melaporkan P. expansum dapat tumbuh pada suhu sekitar -3 sampai 35 ˚C, dengan suhu optimal sekitar 25 ˚C. Spora yang dihasilkan dapat

menginfeksi apel pada suhu 0ºC dan bergerminasi pada suhu penyimpanan 0ºC. Pengamatan mikroskopis konidia berbentuk ellips, phialides seperti silinder, stipe halus dan berdinding memliki konidiofor yang berada di bawah permukaan tunggal dalam faskula (Gambar 20)


(59)

A. B.

Gambar 19. Gejala busuk kapang biru Penicillium expansum pada buah apel (A) dan buah pir (B)

Gambar 20. Cendawan Penicillium expansum pada buah apel ( A: ciri khas dari branche atau cabang)


(60)

6. Busuk kering Fusarium solani ( strawberry, pisang, pepaya ) Klasifikasi cendawan Fusarium solani adalah sebagai berikut : Kingdom : Fungi

Divisio : Ascomycota Kelas : Sordariomycetes Subkelas : Hypicreomycetidae Ordo : Hypocreales

Family : Nectriaceae

Genus : Fusarium

Spesies : Fusarium solani (Mart.) Sacc. (Luginbuhl,

Hasil pengamatan mikroskopis mikrokonidia F. solani hialin bersepta 1-3 dan makrokonidia biasa bersepta 3,

2010).

Hasil penelitian pada sampel yang di dapat pada buah di pasar tradisional lebih banyak terinfeksi F. solani dibandingkan dengan buah yang di jual di pasar swalayan. F. solani dan dapat menyerang buah strawberry, pepaya dan pisang. Nelson et al. (1983) melaporkan bahwa F. solani merupakan spesies yang kosmopolit bagi tanaman. Pada buah pepaya yang terserang menunjukkan buah ditutupi oleh miselium berwarna putih kemerahan dan lunak yang diakibatkan adanya kontaminasi dari yang terinfeksi (Gambar 21).

miselium berwarna krem, makrokonidia rata-rata memiliki 3-4 septa, sedikit melengkung, agak lebar, ujung apikal sedikit


(61)

tumpul. Mikrokonidia cukup banyak berbentuk oval berbentuk ginjal, klamidospora berlimpah (Gambar 22).

Gambar 21. Gejala serangan Fusarium solani pada buah pepaya

Gambar 22. Konidia cendawan Fusarium solani pada buah pepaya (perbesaran: 100 x 10 kali), mikrokonidia (A),


(62)

Ellis (2013) menyatakan koloni cendawan F. solani berkembang sangat cepat dengan miselium berwarna putih krem, menjadi kebiruan-coklat bila sporodochia ada. Terdiri atas 3-5 septa (biasanya 3 septa), fusiform, silinder, seringkali melengkung, dengan sel kaki tak jelas pedicellate dan sel apikal pendek tumpul. Mikrokonidia biasanya cukup banyak, silindris sampai oval, satu-dua-bersel dan terbentuk dari phialides lateral yang panjang. Klamidospora yang hialin, bulat, halus sampai kasar berdinding, tunggal atau berpasangan pada cabang-cabang lateral yang pendek

7. Busuk Rhyzopus stolonifer ( strawberry )

Klasifikasi cendawan Rhyzopus stolonifer adalah sebagai berikut : Kingdom : Fungi

Divisio : Zygomycota

Kelas : Zygomycetes

Ordo : Mucorales Family : Mucoraceae

Genus : Rhyzopus

Spesies : Rhyzopus stolonifer

(Foody dan Tong, 2008)

Hasil penelitian didapat pada buah strawberry yang berasal dari pasar tradisional dan pasar swalayan terserang oleh R. stolonifer dengan gejala buah menjadi busuk, berair, berwarna coklat muda dan bila ditekan akan mengeluarkan cairan keruh,


(63)

Nishijima (1993) menyatakan Rhizopus penyebab busuk lunak ditandai dengan busuk lunak dan berair, spora menyebar dengan cepat ke buah yang berdekatan. Buah yang terinfeksi sering kelihatan kasar, abu-abu, miselia berbulu yang membentuk massa hitam sporangia di ujungnya. Buah yang terkena menjadi cepat dimasuki oleh bakteri dan bau asam. Cendawan cepat tumbuh, awalnya seperti kapas putih kemudian gelap berubah abu-abu sampai hitam tergantung pada jumlah sporulasi. Hifa mensekresikan enzim pektinolitik yang memecah lamella tengah jaringan yang terinfeksi dan menyebabkan lembut, membusuk berair. Rhyzopus stolonifer menginfeksi buah melalui luka pada buah selama pemanenan, pengangkutan, dan penanganan pascapanen. Luka tusukan lebih mudah terjangkiti seperti lecet atau memar.

Hasil pengamatan mikroskopis diperoleh cendawan terdiri dari rhizoid, stolon dan sporangiospor yaitu bentuk hifa menyerupai tangkai dan terdapat sporangium diujungnya yang merupakan kotak spora. Spora berbentuk bulat sedikit lonjong akan keluar melalui sporangium (Gambar: 23)

Gambar 23. Spora cendawan Rhyzopus stolonifer pada buah


(64)

strawberry (perbesaran: 100 x 10 Kali) (A), kolumela (B), sporangiophore (C)

8. Busuk Aspergillus niger (pisang, jeruk, pepaya, apel, pir, mangga dan anggur)

Klasifikasi cendawan Aspergillus niger adalah sebagai berikut :

Kingdom : Fungi

Divisio : Ascomycota

Kelas : Eurotiomycetes

Ordo : Eurotiales

Family : Trichocomaceae

Genus : Aspergillus

Spesies : Aspergillus niger

(

Hasil penelitian yang didapat dari buah yang berasal dari pasar tradisional dan pasar swalayan, buah yang terinfeksi A. niger menunjukkan perubahan warna dari kuning, kecoklatan dan menjadi hitam. Tampak bercak kelabu kecil yang akhirnya melebar menjadi satu. Buah yang terinfeksi (pisang, jeruk, pepaya, apel, pir , mangga dan apel) lebih banyak dijual pasar tradisional dibandingkan di pasar swalayan. Hal ini disebabkan cendawan A.niger s

Metzger, 2008)

ebagai saprofit tumbuh di daun-daun kering, biji-bijian yang disimpan, tumpukan kompos, dan vegetasi yang membusuk lainnya. Spora tersebar luas ada di udara dan mudah terbawa oleh angin dalam penyebarannya. Menginfeksi buah yang mengalami luka fisik karena


(65)

benturan. Sedangkan yang terdapat di pasar swalayan terinfeksi dimulai dari pangkal batang buah sewaktu terbawa panen.

Reiss (1986) melaporkan A. niger adalah cendawan yang tumbuh memerlukan oksigen dan bahan organik. Di alam ditemukan di dalam tanah, sampah, kompos dan bahan tanaman membusuk.

Aspergillus niger mampu tumbuh pada suhu 6 °C-47 °C dengan suhu optimum pada 35 °C-37 °C, pH 1,4 - 9, penyebarannya melalui udara, dan frekuensi lebih tinggi pada tempat yang hangat dan lembab (Rippel dan Baldes, 1955).

Hasil pengamatan secara mikroskopis konidia berbentuk bulat hingga semi bulat, berwarna coklat, memiliki bentuk berupa tonjolan dan duri-duri yang tidak beraturan. Kepala konidia berwarna hitam, bulat, Konidiospora memiliki dinding yang halus, hialin tetapi juga berwarna coklat (Gambar 24).

Fardiaz (1992) melaporkan bahwa kepala konidia besar, bulat dan berwarna hitam, coklat hitam atau ungu coklat. Konidianya kasar dan mengandung pigmen, hifa bersepta dan miselium bercabang. Konidiofor membengkak membentuk vesikel pada ujungnya. Konidia membentuk rantai berwarna hijau, coklat atau hitam.

Kepala konidia besar berukuran 3 mm x 15-20 mm diameter, bulat, coklat tua. Konidiofor berdinding halus, hialin atau gelap menuju vesikel tersebut. Konidia yang agak bulat (3,5 - 5,0 µm diameter), coklat tua sampai hitam dan berdinding kasar (Ellis, 2013).


(66)

Gambar 24. Konidia cendawan Aspergillus niger pada buah mangga (perbesaran : 100 x 10 kali) (A), konidiofor (B)

9. Busuk Rhizoctonia solani (strawberry)

Klasifikasi cendawan Rhizoctonia solani adalah sebagai berikut : Kingdom : Fungi

Divisio : Basidiomycota Kelas : Agaricomycetes Ordo : Agaricales Family : Corticiaceae Genus : Rhizoctonia Spesies : Rhizoctonia solani

(Sneh et al., 1996)

Hasil penelitian di dapat dari sampel buah berasal dari pasar tradisional dan pasar swalayan menunjukkan buah strawberry juga terserang R. solani

menyebabkan buah berwarna coklat, lunak dan menjadi busuk. Buah yang dijual di pasar tradisional lebih banyak terinfeksi cendawan R. solani karena selain buah


(67)

sudah terinfeksi sejak di pertanaman juga cendawan tersebut terinfeksi dari udara yang mengandung misellium R .solani.

J. Craig Venter Institute (2006) melaporkan cendawan R. solani selain dapat menyebabkan penyakit tanaman, juga dapat tumbuh sebagai saprofit pada bahan tanaman mati yang dapat mendaur ulang bahan organik.

Hasil pengamatan secara mikroskopis cendawan R. solani memiliki miselium yang memiliki hifa yang mempunyai ciri khas yaitu benbentuk siku. Tidak memiliki spora, menghasilkan miselium berwarna putih cokelat tua (Gambar 25).

Gambar 25. Hifa cendawan Rhizoctonia solani pada buah strawberry (perbesaran : 100 x 10 kali)


(68)

10. Busuk kapang hijau Penicillium digitatum (jeruk, anggur)

Klasifikasi cendawan Penicillium digitatum adalah sebagai berikut : Kingdom : Fungi

Divisio : Ascomycota Kelas : Eurotiomycetes Ordo : Eurotiales Family : Trichocomaceae Genus : Penicillium

Spesies : Penicillium digitatum

(Banos, 2014)

Hasil penelitian didapat dari sampel buah jeruk dan anggur di pasar tradisional lebih banyak yang terinfeksi P. digitatum di banding yang dijual di pasar swalayan. Hal ini disebabkan karena suhu penyimpanan buah di pasar swalayan 23,6 0C–25 0C dapat menekan pertumbuhan cendawan dan suhu rata-rata di pasar tradisional 27 0C-33 0C.

Selain itu pertumbuhan maksimum untuk P. digitatum terjadi antara 20 0C dan 25 0C , tetapi dapat tumbuh pada kisaran 6 0C–37 0C (Hocking dan Pitt 1979; Lacey 1989).

Hasil pengamatan secara mikroskopis cendawan menghasilkan konidiofor yang bercabang-cabang dimana pada ujungnya terdapat phialides yang membentuk suatu rantai spora mengandung pigmen berwarna hijau atau biru (Gambar 24)


(69)

Agric (2002) menyatakan P. digitatum tumbuh pada permukaan buah jeruk pada pasca panen menghasilkan karakteristik tepung konidia berwarna hijau dan umumnya dikenal sebagai green-cetakan. Patogen ini sangat penting karena menimbulkan kerusakan yang serius dan kerugian bisa mencapai 90% jika jeruk yang terserang penyakit ini terjadi selama periode penyimpanan.

Gambar 26. Cendawan Penicillium digitatum pada buah jeruk (perbesaran : 100 x 10 kali), phialides (A)

11. Bintik hitam Cladosporium herbarum ( anggur, jeruk )

Klasifikasi cendawan Cladosporium herbarum adalah sebagai berikut : Kingdom : Fungi

Divisio : Ascomycota Kelas :Dothideomycetes Ordo :Capnodiales Family :Davidiellaceae Genus : Cladosporium

Spesies : Cladosporium herbarum


(1)

NO. PATOGEN APEL PIR MANGGA ANGGUR

IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL LOKAL IMPOR

1 Colletotrichum gloesporioides - + - + - + - + + + + +

2 Botrytis cinerea - + - - -

-3 Rhizopus stolonifer - - -

-4 Penicillium digitatum - - - + - - -

-5 Penicillum expansum - - -

-6 Penicillium Italicum - - -

-7 Fusarium semitectum - - -

-8 Fusarium oxysforum - - -

-9 Fusarium solani - - -

-10 Aspergillus niger - - - +

-11 Alternaria alternata - - - + - - + + - +

12 Phytophthora sp. - - -

-13 Botridiplodia theobromae - - -

-14 Trichotecium sp. - - -

-15 Cladosporium herbarum - - -

-16 Corynespora casiicola - - -

-17 Rhizoctonia solani - - -

-18 Alternaria tenuissima - - -

-19 Cephalosporium sp. - - -

-Lampiran 24 : Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar tradisional Berastagi

INANG


(2)

NO. PATOGEN APEL PIR MANGGA ANGGUR

IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL LOKAL IMPOR

1 Colletotrichum gloesporioides - + - + - + + + + + + +

2 Botrytis cinerea - + - - - +

3 Rhizopus stolonifer - - -

-4 Penicillium digitatum - - -

-5 Penicillum expansum - - - + - - +

6 Penicillium Italicum - - -

-7 Fusarium semitectum - - -

-8 Fusarium oxysforum - - - + - - -

-9 Fusarium solani - - - + - - -

-10 Aspergillus niger - - - + - -

-11 Alternaria alternata - - - + - - + + +

-12 Phytophthora sp. - - -

-13 Botridiplodia theobromae - - -

-14 Trichotecium sp. - - -

-15 Cladosporium herbarum - - -

-16 Corynespora casiicola - - -

-17 Rhizoctonia solani - + - - -

-18 Alternaria tenuissima - - - + -

-19 Cephalosporium sp. - - - + - - -

-Lampiran 25 : Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar swalayan Berastagi

INANG


(3)

NO. PATOGEN APEL PIR MANGGA ANGGUR

IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL LOKAL IMPOR

1 Colletotrichum gloesporioides - - - + + +

-2 Botrytis cinerea - - - +

3 Rhizopus stolonifer - - -

-4 Penicillium digitatum - - -

-5 Penicillum expansum - - - + - - +

6 Penicillium Italicum - - -

-7 Fusarium semitectum - - -

-8 Fusarium oxysforum - - - + - - -

-9 Fusarium solani - - -

-10 Aspergillus niger - - - +

-11 Aspergillus fumigatus - - -

-12 Alternaria alternata - - - + + -

-13 Phytophthora sp. - - -

-14 Botridiplodia theobromae - - -

-15 Trichotecium sp. - - -

-16 Cladosporium herbarum - - -

-17 Corynespora casiicola - - -

-18 Rhizoctonia solani - - -

-19 Alternaria tenuissima - - - + -

-20 Cephalosporium sp. - - -

-Lampiran 26 : Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar swalayan Sun Plaza

INANG


(4)

NO. PATOGEN APEL PIR MANGGA ANGGUR

IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL LOKAL IMPOR

1 Colletotrichum gloesporioides - + - - - + - +

-2 Botrytis cinerea - + - - - +

3 Rhizopus stolonifer - - -

-4 Penicillium digitatum - - -

-5 Penicillum expansum - - -

-6 Penicillium Italicum - - - +

7 Fusarium semitectum - - -

-8 Fusarium oxysforum - - -

-9 Fusarium solani - - -

-10 Aspergillus niger - - - + - +

-11 Alternaria alternata - - - + - - + + -

-12 Phytophthora sp. - - -

-13 Botridiplodia theobromae - - -

-14 Trichotecium sp. - - -

-15 Cladosporium herbarum - - -

-16 Corynespora casiicola - - -

-17 Rhizoctonia solani - - -

-18 Alternaria tenuissima - - -

-19 Cephalosporium sp. - - -

-Lampiran 27 : Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar swalayan Medan Mall

INANG


(5)

NO. PATOGEN APEL PIR MANGGA ANGGUR

IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL LOKAL IMPOR

1 Colletotrichum gloesporioides - + - - + - - - + + -

-2 Botrytis cinerea - + - - - +

3 Rhizopus stolonifer - - -

-4 Penicillium digitatum - - - - + - - -

-5 Penicillum expansum - - - + -

-6 Penicillium Italicum - - - - + - - - + - -

-7 Fusarium semitectum - - -

-8 Fusarium oxysforum - - -

-9 Fusarium solani - - -

-10 Aspergillus niger - - - +

-11 Alternaria alternata - - - + - - -

-12 Phytophthora sp. - - -

-13 Botridiplodia theobromae - - -

-14 Trichotecium sp. - - - + -

-15 Cladosporium herbarum - - -

-16 Corynespora casiicola - - -

-17 Rhizoctonia solani - - -

-18 Alternaria tenuissima - - -

-19 Cephalosporium sp. - - -

-Lampiran 28 : Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar swalayan Carrefure

INANG


(6)

NO. PATOGEN APEL PIR MANGGA ANGGUR

IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL IMPOR LOKAL LOKAL IMPOR

1 Colletotrichum gloesporioides + + - - - + - - + - +

-2 Botrytis cinerea + + - - - +

3 Rhizopus stolonifer - - -

-4 Penicillium digitatum - - -

-5 Penicillum expansum - - -

-6 Penicillium Italicum - - -

-7 Fusarium semitectum - - -

-8 Fusarium oxysforum - - -

-9 Fusarium solani - - -

-10 Aspergillus niger - - -

-11 Alternaria alternata - - - + - - + + -

-12 Phytophthora sp. - - -

-13 Botridiplodia theobromae - - -

-14 Trichotecium sp. - - -

-15 Cladosporium herbarum - - -

-16 Corynespora casiicola - - -

-17 Rhizoctonia solani - - -

-18 Alternaria tenuissima - - -

-19 Cephalosporium sp. - - -

-Lampiran 29 : Cendawan patogen pada buah impor dan lokal pada pasar swalayan Brastagi (Jl. Gatot Subroto ) INANG