I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan penghasil buah-buahan yang beragam jenisnya. Produksi dan luas pertanaman buah-buahan cenderung meningkat. Namun
permintaan buah-buah saat ini tidak dapat dipenuhi hanya dengan buah-buahan produksi lokal, oleh karena itu harus dilakukan impor dari berbagai negara seperti
Amerika Serikat, Australia, China, India dan Pakistan. Buah impor dapat dijumpai di pasar swalayan, pasar tradisional dan pedagang di pinggir jalan. Perusahaan
importir dan distributor buah-buahan bermunculan baik yang lewat jalur Surabaya, maupun Jakarta. Nilai dan volume impor lebih besar dibandingkan
dengan nilai dan volume ekspornya. Hal tersebut memperlihatkan rendahnya daya saing buah Indonesia di pasar domestik maupun Internasional Broto et al., 2010.
Dari hasil data Badan Pusat Statisik Ditjen Hortikultura tahun 2012 buah- buahan mengalami penurunan nilai volume ekspornya dibandingkan dengan nilai
impor. Dimana nilai volume impor buah apel 151.680.865 US nilai ekspornya 68.092 US , buah mangga nilai volume impor 1.109.203 US nilai ekspornya
786.505 US , buah strawberry nilai volume impor 1.217.892 US dan nilai ekspornya 338.456 US
Rantai tataniaga impor dari negara asal sampai ke konsumen cukup panjang sehingga memerlukan waktu relatif lama untuk sampai ke konsumen. Selain itu
sifat buah-buahan yang mudah rusak karena mengandung kadar air yang tinggi menuntut penanganan khusus sehingga susut bobot dan susut mutu dapat
dihindari. Penanganan yang tidak optimal selama penyimpanan, transportasi atau
Ditjen Hortikultura, 2012
Universitas Sumatera Utara
pada saat penjualan menyebabkan buah yang sampai ke konsumen tidak segar. Selain itu buah juga sudah mengalami penurunan bobot dan nilai gizi bahkan
kadang-kadang telah terjadi pembusukkan Tawali, 2004. Kandungan air pada buah dan sayuran yang cukup tinggi dan nutrisi yang
dikandungnya merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Adanya mikroorganisme pembusuk pada buah dan sayuran merupakan faktor
pembatas utama dalam memperpanjang masa simpan buah dan sayuran Utama, 2001.
Buah segar mudah mengalami kerusakan fisik akibat penanganan yang dilakukan. Kerusakan fisik ini terjadi karena fisik morfologi yang mengandung air
cukup tinggi 85 - 98 sehingga benturan, gesekan dan tekanan sekecil apapun dapat menyebabkan kerusakan yang dapat dilihat secara kasat mata dan dapat
terlihat pada saat aktifitas fisik terjadi. Kerusakan fisik ini menjadi pintu masuk yang baik sekali khususnya bagi mikroorganisme pembusuk Utama, 2012.
Beberapa mikroorganisme berproduksi secara seksual dan aseksual selama hidupnya. Campuran bahan genetik dari dua individu genetik yang berbeda yang
terjadi selama reproduksi seksual dapat menimbulkan kombinasi gen baru yang menghasilkan keturunan lebih sesuai terhadap perubahan lingkungan Metin et al.,
2010. Reproduksi seksual ada dua pola umum yaitu: bipolar dan tetrapolar.
Dalam sistem bipolar, suatu lokus genetik tunggal, yang dikenal sebagai lokus mating type
Mating Type Locus MAT. Mating type terjadi dalam dua bentuk alternatif, dikenal sebagai idiomorphs a , atau A+ , atau -, P atau M yang
berperan mengatur identitas sel. Inkubasi isolat berlawanan jenis kawin mengarah
Universitas Sumatera Utara
pada reproduksi seksual spesies dengan sistem bipolar ditemukan pada filum Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Zygomycetes Metin et al., 2010.
Pada beberapa jenis cendawan mekanisme genetik dibedakan menjadi A1 dan A2. Sampai akhir 1980 - an, hanya satu jenis mating type A1 ada di negara-
negara di luar Meksiko. Dalam beberapa tahun terakhir, mating type keduanya menjadi luas di banyak negara. Strain dari mating type A2 jauh lebih agresif
dibandingkan dari tipe kawin A1 Kim dan Lee, 2002 Reproduksi seksual memainkan peranan penting dalam evolusi jamur, yaitu
pembentukkan ras baru, seperti ras baru yang tahan dengan fungisida. Mating type pada jamur merupakan hal penting untuk menganalisis genetik
Irzykowska dan Kosiada, 2011. Dengan mengetahui jenis-jenis patogen cendawan pada buah impor yang
saat ini mobilitasnya cukup tinggi akan mengetahui jenis cendawan patogen apa saja yang mempunyai kemampuan untuk melakukan mating type yang di dapat di
pasar tradisional maupun supermarket. Sehingga akan diketahui resiko yang ditimbulkan dari reproduksi seksual dari cendawan patogen yang terdapat pada
buah impor dan lokal.
1.2 Tujuan Penelitian