Mating Type Cendawan Patogen

Salah satu kendala didalam budidaya buah-buahan khususnya mangga adalah adanya serangan patogen C. gloesporioides. Serangan muncul pada periode pasca panen meskipun serangan sudah dimulai sejak di lapangan atau periode prapanen. Patogen ini menyebabkan penyakit antraknosa. Serangan utama patogen ini adalah bagian tanaman yang bernilai ekonomis yaitu buah. Penyakit ini berakibat sangat menurunkan kualitas buah. Serangan pada buah ditandai dengan adanya bercak coklat atau hitam, agak cekung. Seringkali bercak-bercak tersebut mengumpul pada pangkal buah, dan buah terinfeksi tidak dapat dikonsumsi Indriatmi, 2009. Berdasarkan survei di lima pasar terbesar di Punjab Pakistan, ditemukan serangan antraknosa hampir 100 terdapat pada buah mangga Siklus hidup jamur sangat sederhana, ascomycetes hanya memiliki dua jenis mating type , tapi basidiomycetes mungkin memiliki beberapa ribu. Adanya perbedaan biologi dan jumlah mating type dari ke dua kelas jamur ini menjadi semakin jelas bahwa banyak komponen dari jenis perkawinan jamur tersebut sangat penting. Sel haploid memiliki satu dari dua jenis kawin. Setiap sel haploid mengeluarkan feromon peptida kecil yang mengikat reseptor yang kompatibel pada permukaan sel dari lawan jenis perkawinan. Feromon yang mengikat menyebabkan respon karakteristik dimana sel kembali mengorientasikan pertumbuhan terhadap pasangan kawin potensial dan kemudian bergabung membentuk sel diploid. Sel diploid tidak lagi mampu kawin tetapi mengingat kondisi lingkungan yang tepat, mengalami meiosis dan sporulasi. Cendawan Meer et al., 2013.

2.2 Mating Type Cendawan Patogen

Universitas Sumatera Utara Ustilago maydis memiliki fase aseksual uniseluler dan, seperti ragi, sel mensekresikan feromon kawin yang menarik pasangan kawin yang kompatibel Bannuett, 1995. Feromon yang mengikat menginduksi pembentukan filamen kawin yang sering berada di ujung untuk menghasilkan sel yang memulai pertumbuhan dikaryon berserabut Spellig et al., 1994. Dalam spesies jamur, tahap aseksual adalah berfilamen dan dikenal sebagai monokaryon homokaryon Casselton, 2002 Manohora dan Sato 1992 mendapatkan adanya variasi bentuk sporangium di dalam Phytophthora yang menyerang lada yang diduga bukan dari jenis P. capsici . Mereka juga menyatakan adanya dua mating type diantara isolat-isolat P. capsici yaitu mating type A1 dan A2. Adanya dua mating type tersebut memungkinkan terjadinya plasmogami dan membentuk turunan P. capsici yang virulensinya lebih ganas atau lebih lemah pada induknya.Wahyuno dan Manohora 1995 telah membuktikan bahwa oospora P. capsici dapat terbentuk di dalam jaringan daun, batang atau akar lada yang telah terinfeksi oleh dua mating type A1 dan A2. Adanya oospora hasil perkawinan P. capsici tipe A1 dan A2 juga memungkinkan P. capsici dapat bertahan lebih lama di lapangan karena oospora juga berfungsi struktur bertahan. Hasil penelitian Flier et al. 2003 menunjukkan bahwa adanya oospora P. infestan pada kentang mendorong meningkatnya variasi di dalam populasi P. infestan yang memungkinkan patogen dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan-perubahan lingkungan seperti menjadi lebih tahan terhadap fungisida dan memecahkan atau melemahkan ketahanan varietas kentang yang baru Wahyuno, 2009 Universitas Sumatera Utara Untuk menentukan isolat-isolat termasuk dalam mating type A1 dan A2 maka isolat-isolat tersebut dilakukan uji mating type mengikuti prosedur Tooley et al. 1989 dan Wangsomboondee et al. 2002. P. palmivora tipe A1 diambil dari isolasi dari pucuk kelapa dan batang karet, sedangkan tipe A2 berasal dari isolasi dari buah kakao. Determinasi tipe kawin dilakukan dengan membandingkan setiap isolat yang diperoleh dengan isolat P. palmivora dan P. capsisci yang sudah diketahui tester A1 dan A2 pada medium agar V8. Isolat tersebut diamati 4-6 hari inkubasi pada suhu 22 Gambar 1 : Proses Mating Type Sumber : Nielson, 2004 C di ruang gelap. Pengamatan dilakukan terhadap ada tidaknya oospora pada zone interaksi kedua isolat P. palmivora . Apabila isolat yang dideterminasi membentuk oospora dengan tester A1 dan tidak membentuk oospora dengan tester A2 berarti isolat tersebut dikatakan sebagai A2. Sebaliknya apabila isolat yang dideterminasi membentuk oospora dengan tester A2 dan tidak membentuk oospora dengan tester A1 berarti isolat tersebut dikatakan A1 Motulo, 2008. Nielsen 2004 menyatakan dalam illustrasi proses mating type pada cendawan Gambar 1 Universitas Sumatera Utara Sel vegetatif sebagian besar adalah haploid 1n. Cendawan yang homothallic dengan jenis kawin P«M terjadi selama masa pertumbuhan vegetatif. Pembentukan zigot danatau meiosis terjadi setelah penurunan nutrisi, khususnya untuk sumber nitrogen. Konjugasi membutuhkan sel partner lawan jenis dalam perkawinan, sementara meiosis membutuhkan ekspresi berlawanan kawin-jenis gen dalam sel yang sama. Meiosis ini diikuti oleh pembentukan ascospore. Jarang terjadi pertumbuhan zigot diploid 2n dan hanya terjadi di laboratorium Kjaerulff et al. 2005 menyatakan s . alah satu mating type ditentukan oleh dua gen, yang terkait erat dalam kaset-mat yang disebut: M oleh tikar-tikar dan Mc-Mm alias Mi, P oleh mat-mat-Pc dan Pm alias Pi. Mm dan Pm kawin-jenis gen disebabkan oleh respon feromon, tetapi protein yang sesuai yang dapat membentuk heterodimer aktif setelah pembentukan zigot, yang kemudian memicu kaskade reaksi lebih lanjut yang mengarah ke meiosis dan sporulasi F Gambar 2. Gambar 2. Aktifitas mating type pada saat konjugasi dan meiosis Sumber : Kjaerulff et al., 2005 Universitas Sumatera Utara III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian