Unsur untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di Wilayah Negara Republik

66 Jakarta menunggu diberangkatkan ke Medan. Pekerjaan saksi korban Lisna Widiyanti di Cafen Pesona adalah melayani tamu-tamu yang datang minum ke Cafe tersebut, mulai dari pukul 20.00 Wib sampai dengan pukul 03.00 Wib dengan berpenampilan sexi yaitu pakaian dengan baju tanpa lengan dan celana pendek, dan dari pekerjaan tersebut saksi korban dijanjikan oleh terdakwa dengan gaji Rp.300.000,- Tiga ratus ribu rupiah perbulan, ditambah adanya bonus botol yaitu bonus sebesar Rp. 2000,- Dua ribu rupiah perbotol dari jumlah minimal yang terjual, serta uang tip dari tamu yang minum yang jumlahnya bervariasi. Sekira tanggal 8 Januari 2012 sekira pukul 15.00 Wib terdakwa telah membawa Lisna Widiyanti keluar dari Cafe Pesona dengan alasan untuk melihat rumah baru terdakwa, dan setelah dari rumah baru milik terdakwa ternyata Lisna Widiyanti telah dibawa oleh terdakwa ke Hotel Pardede International Cottage dan didalam kamar Hotel tersebut Lisna Widiyanti telah disetubuhi oleh terdakwa seperti layaknya sebagai suami isteri, dengan janji bahwa terdakwa akan bertanggungjawab atas perbuatannya ; Selama saksi korban bekerja sebagai pelayan di Cafe Pesona belum pernah menerima gaji dari terdakwa, dan malah untuk membeli makanan setiap hari saksi korban terpaksa menggunakan uangnya sendiri yang diperoleh dari bonus botol dan uang tip yang diberikan tamu, sehingga dengan keadaan tersebut makan pada tanggal 16 Janurai 2012 sekira pukul 18.00 Wib saksi korban telah melarikan diri meninggalkan Cafe Pesona yang dibantu oleh saksi Marlan, dan kemudian dengan ditemani oleh Marlan saksi korban Lisna Widiyanti telah melaporkan kejadian tersebut ke Polda Sumatera Utara ; Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka unsur “Unsur Melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain”, telah terpenuhi

3. Unsur untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di Wilayah Negara Republik

Indonesia Yang dimaksud dengan Eksploitasi menurut ketentuan Pasal 1 angka 7 Undang- Undang No. 21 Tahun 2007 adalah Tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi atau secara melawan hukum memindahkan atau mentranplantasi organ danatau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materiil maupun immaterial. Universitas Sumatera Utara 67 Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas karena unsur-unsur dari Dakwaan Kesatu melanggar Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 telah terbukti dan terpenuhi, maka menurut pendapat Majelis Hakim terdakwa telah terbukti secara syah dan meya kinkah bersalah melakukan “Tindak pidana perdagangan orang” oleh karenanya Majelis Hakim tidak sependapat dengan Penasehat Hukum terdakwa, yang menyatakan bahwa terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum, dan meminta terdakwa dibebaskan dari segala dakwaan Vrijspraak atau setidak-tidaknya melepaskan terdakwa dari segala tuntutan hukum Setelah mempertimbangkan segala sesuatunya ternyata tidak dapat menghilangkan pertanggungjawaban pidana atas diri terdakwa, karenanya terdakwa haruslah dinyatakan bersalah dan dihukum ; Hal-hal yang memberatkan : - Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat ; - Perbuatan terdakwa tidak mendukung Program Pemerintah Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang ; - Perbuatan terdakwa telah membuat penderitaan dan rasa malu bagi korban dan keluarganya ; Hal-hal yang meringankan : - Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya sehinggal tidakmempersulit pemeriksaan dipersidangan ; - Terdakwa belum pernah dihukum, mengaku bersalah dan menyesali perbuatannya ; - Terdakwa sudah berkeluarga dan mempunyai tanggungan isteri dan seorang anak ; TENTANG TUNTUTAN HAK RESTITUSIPEMBAYARAN GANTI KERUGIAN : Ibu kandung saksi korban Lisna Widiyanti yaitu Saksi Enong Suliyani atas dasar Surat Kuasa yang diberikan kepada : 1. Muslim Harahap, SH,MH, 2. Azmiati Zuliah, SH,MH, 3. Rina Melati Sitompul, SH dan 4. Elisabeth,SH. Universitas Sumatera Utara 68 Masing-masing Tim Advokasi Trafiking Anak P2TP2A Provinsi Sumatera Utara, tertanggal 6 September 2012, telah mengajukan dan menyerahkan Gugatan Hak Restitusi dipersidangan tertanggal 16 Oktober 2012. Adapun Tuntutan Hak Restitusi yang diajukan oleh Ibu kandung saksi korban atas dasar Pasal 1 angka 13, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50 Undang- Undang No.21 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah RI No. 44 Tahun 2008 dan Aturan-aturan lain yang berkaitan dengan Undang-Undang tersebut adalah menyangkut Kerugian Materil sebesar Rp. 49.700.00,- Empat puluh Sembilan juta tiga ratus ribu rupiah dengan perincian sebagaimana diuraikan dalam Gugatan Hak Restitusi tertanggal 15 Oktober 2012, serta Kerugian Immateril yaitu Penderitaan Psikis yang dialami korban sebesar Rp.30.000.000,- Tiga puluh juta rupiah, jadi jumlah seluruhnya menjadi Rp. 79.700.000,- Tujuh puluh Sembilan juta tujuh ratus ribu rupiah Untuk membuktikan Gugatan Hak Restituai tersebut, oleh Pemohon telah mengajukan dan menyerahkan bukti-bukti surat persidangan, bertanda P-1sdP-5 sebagaimana terlampir dalam berkas perkara ini. Bahwa terhadap Tuntutan Hak Restitusi tersebut, KuasaPenasehat Hukum terdakwa Andreas Ginting alias Ucok telah mengajukan dan menyerahkan Jawabannya dipersidangan tertanggal 23 Oktober 2012 dan juga telah mengajukan dan menyerahkan bukti-bukti surat dipersidangan bertanda T-1 sd T-7. Setelah mempelajari TuntuanGugatan Hak Restitusi yang diajukan oleh Kuasa Ibu kandung korban Lisna Widiyanti, serta Jawaban yang diajukan oleh kedua belah pihak, Majelis Hakim memberikan pertimbangan sebagai berikut : - Bahwa sesuai dengan ketentusn pasal 48 ayat 1 Undang- Undang No. 21 Tahun 2007, Setiap korban tindak pidana perdagangan orang atau ahli warisnya berhak memperoleh Restitusi. Restitusi yang dimaksud disini adalah pembayaran ganti kerugian yang dibebankan kepada pelaku berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian materil danatau immaterial yang diderita korban atau ahli warisnya pasal 1 angka 13 Undang-Undang No. 21 Tahun 2007. Restitusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tersebut diatas adalah berupa ganti kerugian atas : a. kehilangan kekayaan atau penghasilan, b. pendertiaan, c. biaya untuk tindakan perawatan medis danatau psikologis, danatau d. kerugian lain yang diderita korban sebagai akibat perdagangan orang pasal 48 ayat 2 ; Universitas Sumatera Utara 69 - Bahwa atas dasar ketentuan hukum tersebut diatas karena korban masih dibawah umur, maka Ibu kandung korban yaitu saksi Enong Sulyani telah mengajukan TuntutanGugatan Hak Restitusi melalui Kuasanya yaitu Tim Advokasi Trafiking Anak P2TP2A Provinsi Sumatera Utara ; Berpedoman kepada ketentuan pasal 48 ayat 2 Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 dihubungkan dengan bukti-bukti surat yang diajukan oleh Kuasa Ibu kandung korban, Majelis Hakim berpendapat besarnya ganti kerugian yang dimohonkan oleh Kuasa Ibu kandung korban tersebut, baik kerugian materil maupun kerugian immaterial cukup beralasan dan patut dikabulkan, kecuali mengenai Biaya untuk Advokatpendamping kepentingan hukum korban di Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan sebesar Rp. 15.000.000,- Lima belas juta rupiah tidak dapat dikabulkan, karena menurut pendapat Majelis Hakim hal tersebut tidak merupakan kewajiban hukum bagi setiap korban tindak pidana perdagangan orang untuk didampingi oleh Advokat atau Penasehat Hukum, dan sebagai Tim Advokasi Trafiking Anak P2TP2 Provinsi Sumatera Utara mempunyai rasa tanggung jawab secara moral untuk melindungi dan mendampingi korban tindak pidana perdagangan orang Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas Majelis Hakim berpendapat, TuntuanGugatan Restitusi yang diajukan oleh Ibu kandung saksi korban Lisna Widiyanti, patut untuk dikabulkan sebahagian yaitu berupa ganti kerugian materil dan immaterial sebesar Rp. 49.700.00,- dikurangi Rp. 15.000.000,- ditambah Rp.30.000.000,- sama dengan Rp. 64.700.000,- Enam puluh empat juta tujuh ratus ribu rupiah.

3. Penerapan Hukum

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Perdagangan Orang Menurut Konvensi Hak Anak 1989

0 98 86

Analisis Juridis Terhadap Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Percobaan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dikaitkan Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007

3 59 100

Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/2012/PN.Mdn)

2 99 187

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Beberapa Putusan Pengadilan Negeri di Indonesia)

1 74 133

Peran Kejaksaan Dalam Penentuan Hak Restitusi Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Putusan Nomor : 1554/Pid. B/2012/PN.Mdn)

3 64 101

Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang (Human Trafficking) (Studi Di Poltabes Medan)

6 106 124

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi di Pengadilan Negeri Medan)

1 78 149

Hak Restitusi Sebagai Bentuk Perlindungang Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Kasus Nomor 1554/Pid.B/2012/PN.MDN)

1 65 92

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang - Peran Kejaksaan Dalam Penentuan Hak Restitusi Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Putusan Nomor : 1554/Pid. B/2012/PN.Mdn)

0 0 23

BAB II BENTUK – BENTUK, FAKTOR PENYEBAB DAN AKIBAT DARI TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (HUMAN TRAFFICKING) A. Bentuk – Bentuk Tindak Pidana Perdagangan Orang - Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Perdagangan Orang (Human Trafficking)

0 0 20