Restitusi Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Tinjau Dari Aspek

71

4. Analisis Hukum

A. Restitusi Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Tinjau Dari Aspek

Perlindungan Terhadap Korban Menurut penulis dilihat dari sisi ketentuan hukum pidananya maka putusan Hakim sudah tepat dengan adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Majelis Hakim menjatuhkan hukuman kepada terdakwa Andreas Ginting alias Ucok berupa pidana penjara selama 3 tahun dan denda sebesar Rp. 120.000.000,-. Selain menjatuhkan pidana tersebut Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan juga menghukum terdakwa untuk memberikan restitusi kepada saksi korban Lisna Widiyanti sebagai bentuk perlindungan akibat dari tindak pidana yang dialaminya. Jika dilihat dalam konteks perlindungan terhadap korban kejahatan, adanya upaya preventif dan represif yang dilakukan, baik oleh masyarakat maupun pemerintah melalui aparat penegak hukumnya, seperti pemberian perlindunganpengawasan dari berbagai ancaman yang dapat membahayakan nyawa korban, pemberian bantuan medis, maupun hukum secara memadai, proses pemeriksaan dan peradilan yang fair terhadap pelaku kejahatan, pada dasarnya merupakan salah satu perwujudan hak asasi manusia serta instrument penyeimbang. Dari sinilah dasar filosifis di balik pentingnya korban kejahatan keluarganya memperoleh perlindungan. 87 Pengkajian terhadap perlunya perlindungan terhadap korban kejahatan dikemukakan oleh Muladi dengan alasan-alasan sebagai berikut : 88 1. Proses pemidanaan dalam hal ini mengandung pengertian umum dan konkret. Dalam arti umum, proses pemidanaan sebagai wewenang sesuai asas legalitas, yaitu poena dan crimen harus ditetapkan lebih dahulu apabila hendak menjatuhkan pidana atas diri pelaku pidana. Dalam arti kontret, proses pemidanaan berkaitan dengan penetapan pidana melalui infrastruktur penitensier hakim, petugas lembaga pemasyarakatan, dan sebagainya. Di sini terkandung tuntutan moral, dalam wujud keterkaitan filosofis pada satu pihak, dan keterkaitan sosiologis dalam kerangka hubungan antar manusia dalam masyarakat. Secara sosiologis masyarakat sebagai “ system of institutional trust ” sistem kepercayaan yang melembaga, dan terpadu melalui norma yang diekspresikan dalam sturuktur kelembagaan seperti kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga koreksi. Terjadinya kejahatan atas diri korban bermaksa penghancuran sistem kepercayaan tersebut, 87 Dikdik M. Arief Mansyur dan Elisatris Gultom. Op.Cit. halaman 161. 88 Maya Indah.Op.Cit. halaman 111-112. Universitas Sumatera Utara 72 pengaturan hukum pidana dan hukum lain yang menyangkut masalah korban berfungsi sebagai sarana pengembalian sistem kepercayaan tersebut. 2. Adanya argument kontrak sosial, yaitu negara memonopoli seluruh reaksi sosial terhadap kejahatan dan melarang tindakan yang bersifat pribadi, dan argument solidaritas sosial bahwa negara harus menjaga warga negaranya dalam memenuhi kebutuhannyaapabila warga negaranya mengalami kesulitan, melalui kerja sama dalam masyarakat berdasarkan atau menggunakan sarana yang disediakan oleh negara. Hal ini bisa dilakukan baik melalui peningkatan pelayanan maupun melalui pengaturan hak. 3. Perlindungan korban dikaitkan dengan salah satu tujuan pemidanaan, yaitu penyelesaian konflik yang ditimbulkan oleh adanya tindak pidana, memulihkan keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat Berdasarkan alasan yang telah dikemukakan oleh Muladi, penulis sependapat dengan alasan-alasan tersebut. Jika dikaitkan dengan kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang yang dialami oleh Lisna Widiyanti dengan nomor perkara 1554Pid.B2012PN.MDN salah satu perlindungan yang diberikan oleh pemerintah yang dimuat dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang yaitu dengan memberikan restitusi kepada saksi korban Lisna Widiyanti sebagai bentuk ganti rugi. Jika dilihat dari aspek perlindungan terhadap korban tindak pidana perdagangan orang, dengan diberikannya restitusi kepada korban merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah agar dapat mengembalikan kepercayaan yang telah hilang dari pihak korban maupun keluarga korban akibat dari suatu tindak pidana yang telah dialaminya. Karena dengan memberikan restitusi kepada saksi korban Lisna Widiyanti, saksi korban merasa bahwa haknya telah dilindungi oleh pemerintah. Dengan memberikan restitusi sebagai bentuk perlindungan terhadap korban tindak pidana perdagangan orang, secara tidak langsung korban mendapat penghargaan atas hak asasi manusia yang telah diwujudkan dalam bentuk ganti rugi dari pihak pelaku. Korban tindak pidana perdagangan orang berhak untuk mendapat restitusi karena akibat perbuatan yang telah dilakukan oleh terdakwa Andreas Ginting alias Ucok dalam kasus perdagangan orang Nomor 1554Pid.B2012PN.MDN , mengakibatkan saksi korban mengalami kerugian baik fisik maupun psikis. Akibat dari tindak pidana yang dialaminya, saksi korban mengalami trauma terlebih saat tindak pidana terjadi saksi korban masih ditergolong anak dibawah umur. Oleh karena itu, pemberian restitusi oleh pelaku tindak pidana perdagangan orang yaitu Andreas Ginting alias Ucok sebagai salah satu wujud perlindungan hukum yang diberikan oleh saksi korban dengan harapan bahwa setelah ganti kerugian diberikan oleh terdakwa penderitaan yang dialami oleh saksi korban akan selesai ataupun berkurang Universitas Sumatera Utara 73

B. Prosedur Permohonan Restitusi Yang Diajukan Oleh Korban Tindak Pidana

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Perdagangan Orang Menurut Konvensi Hak Anak 1989

0 98 86

Analisis Juridis Terhadap Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Percobaan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dikaitkan Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007

3 59 100

Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/2012/PN.Mdn)

2 99 187

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Beberapa Putusan Pengadilan Negeri di Indonesia)

1 74 133

Peran Kejaksaan Dalam Penentuan Hak Restitusi Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Putusan Nomor : 1554/Pid. B/2012/PN.Mdn)

3 64 101

Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang (Human Trafficking) (Studi Di Poltabes Medan)

6 106 124

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi di Pengadilan Negeri Medan)

1 78 149

Hak Restitusi Sebagai Bentuk Perlindungang Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Kasus Nomor 1554/Pid.B/2012/PN.MDN)

1 65 92

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang - Peran Kejaksaan Dalam Penentuan Hak Restitusi Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Putusan Nomor : 1554/Pid. B/2012/PN.Mdn)

0 0 23

BAB II BENTUK – BENTUK, FAKTOR PENYEBAB DAN AKIBAT DARI TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (HUMAN TRAFFICKING) A. Bentuk – Bentuk Tindak Pidana Perdagangan Orang - Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Perdagangan Orang (Human Trafficking)

0 0 20