38
menggangu perekonomian akibat perbankan lebih senang menempatkan dananya di SBIS disbanding menyalurkannya.
3. Ketentuan Hukum SBIS
Ketentuan hukum SBIS adalah sebagai berikut: a. SBIS sebagai instrumen pengendalian moneter boleh diterbitkan untuk
memenuhi kebutuhan Operasi Pasar Terbuka OPT. b. Bank Indonesia memberikan imbalan kepada pemegang SBIS sesuai
dengan akad yang dipergunkan. c. Bank Indonesia wajib mengembalikan dana SBIS kepada pemegangnya
pada saat jatuh tempo. d. Bank Syariah boleh memiliki SBIS untuk memanfaatkan dananya yang
belum dapat disalurkan ke sektor riil. Zulkifli, 2008:76
Gambar 2.1 Skema SBIS
a. Akad
c. Pengembalian uang plus bonus
b. Penerbitan SBIS Keterangan:
a. Antara Bank Indonesia
Mustawda‟ dengan Bank Syariah Muwaddi‟ melakukan akad terlebih dahulu.
b. Lalu Bank Indonesia menerbitkan SBIS kepada Bank Syariah.
c. Bank Syariah mendapatkan uang yang ditipkannya serta bonus dari
Bank Indonesia. Zulkifli, 2008:78
Muwaddi ‟
Bank Mustawda‟
Bank Indonesia
39
4. Mekanisme Penerbitan SBIS
Berdasarkan fatwa DSN-MUI dan peraturan Bank Indonesia, instrument SBIS dilaksanakan dengan menggunakan mekanisme lelang
sebagaimana hal ini pun diberlakukan bagi SBI konvensional. Berdarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 1040DPM Tanggal 17 November
2008 tentang tata cara penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah melalui lelang dan Peraturan Bank Indonesia No. 1011PBI 2008 tentang
Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS. Berikut ini adalah penjelasan atas hal-hal yang berkaitan dengan peraturan diatas. Berkaitan dengan
penatausahaan SBIS, sebagaimana yang telah dioperasikan terhadap SBI Konvensional, BI menggunkan sistem pencatatan dan penatausahaan
secara elektronis yang dikenal dengan sistem BI-SSSS Scripless Securities Settlement System
atau Sistem Penyelesaian Surat Berharga Tanpa Warkat, yaitu transaksi dengan Bank Indonesia termasuk
penatausahaannya dan penatausahaan surat berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara peserta, penyelenggara dan sistem Bank
Indonesia Real Time Gross Settlement BI-RTGS. 5.
Pihak-Pihak dalam Lelang SBIS
a. Bank Umum Syariah BUS atau Unit Usaha Syariah UUS atau pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUSUUS.
b. BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun tidak langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio FDR yang
ditetapkan Bank Indonesia. Soemitra, 2009:217
40
6. Pembatalan Hasil dan Transaksi Lelang SBIS
a. Hasil lelang SBIS dapat dibatalkan oleh Bank Indonesia. b. Transaksi SBIS Settlement lelang SBIS, Settlement first leg Repo
SBIS dan Settlement second leg Repo SBIS dinyatakan batal apabila saldo rekening giro dan saldo rekening surat berharga BUS atau UUS
di Bank Indonesia tidak mencukupi. www.bi.go.id
7. Sanksi SBIS
Peraturan Bank Indonesia Nomor 1218PBI2010. Bank Indonesia mengenakan sanksi kepada BUS dan UUS atas transaksi SBIS yang
dinyatakan batal berupa www.bi.go.id
:
a. Teguran tertulis. b. Kewajiban membayar sebesar 0,01 satu per sepuluh ribu dari nilai
transaksi SBIS yang dinyatakan batal, paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 sepuluh juta rupiah dan paling banyak sebesar
Rp100.000.000,00 seratus juta rupiah untuk setiap transaksi SBIS yang dinyatakan batal.
Dengan tidak mengurangi sanksi tersebut diatas, dalam hal BUS atau UUS melakukan transaksi SBIS danatau transaksi operasi moneter
syariah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter syariah, yang dinyatakan batal
sebanyak tiga kali dalam kurun waktu 6 enam bulan, maka BUS atau UUS dikenakan sanksi berupa penghentian sementara untuk mengikuti
kegiatan operasi moneter syariah selama 5 lima hari kerja berturut-turut.