90
Gambar 4.1 Perkembangan
Return on Asset ROA Periode Januari 2009- Desember 2012
Sumber: Bank Indonesia data diolah tahun 2013 Dapat dilihat pada Gambar 4.1, tingkat profitabilitas perbankan
syariah pada tahun 2010 yang dalam penelitian ini dinilai dari Return on Asset ROA menunjukkan kinerja yang membaik. Terlihat bahwa ROA
industri perbankan syariah meningkat dari 1,48 pada tahun 2009 menjadi 1,67 pada tahun 2010. Kemudian pada tahun 2011, ROA perbankan
syariah juga meningkat menjadi sebesar 0,12 dikarenakan laba yang didapatkan BUS dan UUS yang merupakan bagian perbankan syariah
mengalami peningkatan sejalan dengan pengembalian aset yang juga meningkat.
Dengan adanya pencapaian kenaikan produktivitas aset, penyesuaian distribusi return kepada nasabah dan peningkatan efisiensi
operasi membuat profitabilitas perbankan syariah ikut meningkat pada tahun 2012 sebesar 0,35 dari 1,79 pada tahun 2011 menjadi 2,14
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00
20 09-
Ma r
20 09-
Ju n
20 09-
Sep 20
09- De
s 20
10- Ma
r 20
10- Ju
n 20
10- Sep
20 10-
De s
20 11-
Ma r
20 11-
Ju n
20 11-
Sep 20
11De s
20 12
-Mar 20
12- Ju
n 20
12- Sep
20 12-
De s
ROA
ROA
P ERSEN
TAS E
91
pada tahun 2012. Dibandingkan dengan perbankan secara nasional yang memiliki ROA 3,1, tingkat profitabilitas bank-bank syariah sebenarnya
masih cukup bersaing jika kita tidak memperhitungkan kemampuan menghasilkan pendapatan selain dari kegiatan penyaluran dana dimana
Bank Umum Konvensional memiliki kapasitas yang melebihi bank-bank syariah.
4. Perkembangan Financing to Deposit Ratio FDR
Financing to Deposit Ratio FDR merupakan perbandingan antara
pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun perbankan syariah. Tinggi rendahnya rasio ini
menunjukkan tingkat likuiditas bank tersebut, semakin tinggi angka FDR suatu bank, digambarkan sebagai bank yang kurang likuid dibandingkan
dengan bank yang memiliki angka rasio yang lebih kecil.Di bawah ini adalah gambar perkembangan FDR dari periode tahun Januari 2009
– Desember 2012.
Gambar 4.2 Perkembangan
Financing to Deposit Ratio FDR Periode Januari 2009- Desember 2012
Sumber: Bank Indonesia data diolah tahun 2013
70.00 80.00
90.00 100.00
110.00
20 09-
Ma r
20 09-
Ju n
20 09-
Se p
20 09-
De s
20 10-
Ma r
20 10-
Ju n
20 10-
Se p
20 10-
De s
20 11-
Ma r
20 11-
Ju n
20 11-
Se p
20 11De
s 20
12- Ma
r 20
12- Ju
n 20
12- Se
p 20
12- De
s
FDR
FDR
P ERSEN
TAS E
92
Berdasarkan gambar grafik di atas dapat kita lihat pada desember 2009, nilai FDR menurun menjadi 89,70. Menurunnya FDR perbankan
syariah bukan berarti perbankan syariah tak lagi ekspansif dalam melakukan pembiayaan, penurunan ini terjadi juga karena perbankan
syariah sedang berlomba-lomba dalam menghimpun dana dan mnyalurkan pembiayaan ke sektor riil.
Krisis moneter yang terjadi pada 2009 memberi pengaruh positif terhadap pertumbuhan bank syariah karena memperlihatkan industri ini
sebagai tempat investasi yang aman dan cukup bertahan dari krisis ekonomi global. Industri syariah yang berbasis pada underlying business
membuat industry ini tak terkena dampak yang terlalu besar sebagaimana perbankan konvensional. Pertumbuhan jumlah pembiayaan yang tidak
secepat pertumbuhan DPK menyebabkan FDR bank syariah mengalami penurunan yaitu dari 89.67 pada triwulan IV tahun 2010 menjadi
88,94 pada triwulan IV tahun 2011. Laju pertumbuhan FDR yang dihimpun perbankan syariah pada
tahun 2011 sebesar Rp 115,415 Miliar, meningkat sebesar Rp 39,379 Miliar dari tahun 2010. Berdasarkan data pada statistik perbankan
Indonesia, pada triwulan III 2012, FDR bank umum syariah dan unit usaha syariah mencapai 102,10. Hal ini dikarekan tingkat pembiayaan yang
dikeluarkan lebih besar dari dana pihak ketiga yang telah terkumpul.Namun demikian, sekalipun FDR meningkat, tingkat likuiditas
masih aman dan terjaga.
93
5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga DPK
Dana pihak ketiga DPK adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan akad penyimpanan dana dalam
bentuk giro, tabungan, dan deposito dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu dengan menggunakan prinsip syariah. Dana
pihak ketiga disini adalah kumpulan dana yang diperoleh dari nasabah, dalam arti nasabah sebagai masyarakat individu, perusahaan, koperasi,
yaysan, dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing yang dialokasikan atau dikelola oleh perbankan syariah dan
kemudian jikalau ada keuntungan maka keuntungan tersebut akan dibagi antara kedua belah pihak baik bank dan nasbah. Di bawah ini adalah
gambar grafik perkembangan DPK periode 2009 sampai dengan 2012.
Gambar 4.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga DPK Periode Januari
2009- Desember 2012
Sumber: Bank Indonesia data diolah tahun 2013
Berdasarkan pada grafik diatas terlihat bahwa penghimpunan pihak ketiga meningkat di setiap tahunnya, mulai tahun 2009 sampai dengan
50000 100000
150000 200000
20 09-
Ma r
20 09-
Ju n
20 09-
Se p
20 09-
De s
20 10-
Ma r
20 10-
Ju n
20 10-
Se p
20 10-
De s
20 11-
Ma r
20 11-
Ju n
20 11-
Se p
20 11De
s 20
12- Ma
r 20
12- Ju
n 20
12- Se
p 20
12- De
s
DPK
DPK
M ILIA
R
94
2012. Penghimpuna dana tertinggi terjadi pada Desember 2012 yaitu sebesar Rp 147,512 Miliar. Peningkatan ini merefleksikan preferensi
nasabah kepada instrument investasi yang meningkat dan memberi indikasi bahwa nasbah banyak menggunakan jasa perbankan syariah
sebagai alternatif jasa keuangan untuk investasi dana mereka. Tingginya pertumbuhan DPK juga didorong oleh semakin
kompetitifnya imbal bagi hasil yang ditawarkan bank syariah. Imbal hasil bank syariah yang menarik terutama apada produk deposito mmembuat
paroduk tersebut lebih diminati masayrakat dibandingkan alternatif penempatan dana lainnya yaitu tabungan dna giro. Sejauh ini bank syariah
telah memberikan imbal hasil dengan equivalent rate yang mencoba tetap menjadi pilihan bagi masyarkat untuk menabung ataupun investasi.
Karakteristiknya memang sama sekali berbeda, yaitu dalam bank sayriah imbalan yang diberikan sesuai dengan syariat Islam yang dibenarkan dan
bukan tergolong riba sebagaimana bunga bank pada umumnya Perkembangan tersebut menunjukkan dukungan kuat perbankan
syariah dalam meningkatkan akses keuangan masyarakat. Peningkatan akses dan preferensi nasabah atas produk dan layanan perbankan syariah
senantiasa menjadi sasaran yang terus diupayakan pencapiannya oleh Bank Indonesia antara lain mellaui program iBcampaign bersama industry
perbankan syariah, edukasi masyarakat dan pengaturan serta perizinan perluasan jariangan.
95
6. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS
Serrtifikat Bank Indonesia Syariah SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka
pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan akad
ju‟alah. Akad ju‟alah adalah janji atau komitmen iltizam untuk memberikan imbalan tertentu
„iwadhju‟l atas pencapaian hasil natijah yang ditentuka dari suatu pekerjaan.
Sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia yang dibuat dalam rangka pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah dan sebagai
salah satu upaya untuk mengatasi likuiditas bank syariah. Fee yang diterima dari penerbitan SBIS akan memperngaruhi ROA, walaupun masih
berfluktuatif namun SBIS merupakan salah satu instrument moneter yang sangat bermanfaat dalam pengendalian likuiditas bank syariah. Berikut ini
merupakan grafik perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS periode 2009 sampai sengan 2012.