Provinsi Aceh atau sebanyak 29 184 jiwa. Kota sabang yang dahulu terkenal dengan pelabuhan bebasnya tahun 1980-an, mempunyai penduduk paling sedikit
dibandingkan dengan daerah lainnya. Status Kawasan Ekonomi Terpadu KAPET dengan pelabuhan bebasnya, ternyata belum mampu menarik penduduk
pindah ke daerah kepulauan itu. Kepadatan penduduk di Aceh tahun 2009 mencapai 75 orangkm
2
. Namun, penduduk yang menyebar di 23 KabupatenKota berbeda kepadatannya antar
daerah. Daerah terpadat adalah Kota Banda Aceh yang rata-rata per kilometer wilayahnya dihuni oleh sekitar 3 459 jiwa. Kemudian diikuti oleh Kota
Lhokseumawe dan Kota Langsa masing-masing 879 jiwakm
2
dan 535 jiwakm
2
. Sabaliknya, daerah yang paling jarang penduduknya yaitu Kabupaten Gayo Lues
yang dihuni hanya 13 jiwakm
2
. Masalah kependudukan merupakan suatu masalah yang kompleks, karena
akan berimbas pada masalah lainnya seperti sosial dan ekonomi. Untuk itu persebaran penduduk yang tidak merata hendaknya di pecah secara berhati-hati,
karena program pemerataan penduduk yang sedianya ditujukan untuk pemerataan pembangunan dan kesejahteraan rakyat, menjadi berbalik menyengsarakan rakyat
dan menimbulkan kerawanan sosial. Selain itu tiga masalah ketenagakerjaan yang menjadi perhatian
Pemerintah Aceh adalah perluasan lapangan kerja, peningkatan kemampuan dan ketrampilan tenaga kerja, serta perlindungan tenaga kerja. Kondisi keamanan yang
semakin baik di Aceh, akan membantu meningkatkan pertumbuhan perluasan lapangan usaha. Sehingga dengan demikian para investor dari luar Aceh merasa
aman untuk menanamkan modalnya. Hal ini mengakibatkan akan bertambahnya
lapangan pekerjaan dan jenis lapangan pekerjaan yang bervariasi, sehingga penduduk tidak hanya terus bekerja di sektor formal, tapi juga bisa memperoleh
pekerjaan di sektor lainnya. Pemerintah dan
pihak-pihak terkait yang peduli pada masalah
ketenagakerjaan, hendaknya
melakukan sosialisasi
tentang masalah
ketenagakerjaan pada penduduk terutama yang akan masuk usia kerja. Sosialisasi yang terus menerus kepada masyarakat diperlukan agar mereka mengetahui
bahwa bekerja bukan hanya untuk menjadi karyawan dan hanya bekerja pada lembaga tertentu, tetapi mampu juga berusaha sendiri dan menciptakan lapangan
kerja bagi orang lain.
5.3. Struktur Perekonomian dan Potensi Ekonomi
Perekonomian di Aceh didominasi oleh tiga sektor kegiatan ekonomi yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian, dan industri
pengolahan. Struktur perekonomian Aceh berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto PDRB periode tahun 2006-2009 masih didominasi oleh sektor pertanian.
Sektor ini memberikan kontribusi berkisar antara 24-29 persen dengan kecenderungan terus meningkat setiap tahunnya. Kemudian diikuti oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang memberikan kontribusi antara 11-14 persen dengan kecenderungan yang juga meningkat setiap tahunnya.
Sementara itu sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2009 memberikan kontribusi sebesar 9.37 persen. Sektor industri pengolahan yang
terdiri dari sub sektor industri pengolahan minyak dan gas serta industri pengolahan bukan minyak dan gas memberikan kontribusi yang relatif stabil
setiap tahunnya pada periode 2006-2009 yaitu berkisar antara 10-11 persen. Kontribusi ini lebih banyak diberikan oleh sub sektor industri pengolahan minyak
dan gas, sedangkan kontribusi yang diberikan industri pengolahan bukan minyak dan gas hanya berkisar dua sampai tiga persen saja.
Sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto PDRB Provinsi Aceh. Pada tahun 2009 sektor konstruksi memberikan andil sebesar 10.21 persen, sektor
pengangkutan dan komunikasi memberikan andil sebesar 10.97 persen, serta sektor jasa-jasa yang memberikan andil sebesar 11.87 persen BPS, 2009b.
Apabila dilihat dari persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan di Provinsi Aceh, sektor yang paling dominan dalam penyerapan tenaga
kerja adalah sektor pertanian sebesar 48.89 persen. Sektor pertanian merupakan sektor yang dominan dalam penyerapan tenaga kerja, dikarenakan sebagian besar
rumahtangga penduduk di Provinsi Aceh terutama mereka yang tinggal di daerah perdesaan bekerja di sektor ini. Kemudian diikuti oleh jasa sebesar 19.13 persen,
sektor perdagangan 15.26 persen, sektor industri pengolahan sebesar 4.66 persen dan yang bekerja pada sektor lainnya yang ada di Provinsi Aceh sebesar 12.05
persen BPS, 2010a. Perkembangan perekonomian di Provinsi Aceh tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan ekspor dan impor. Apabila dilihat dari jumlah ekspor dan impor, total nilai ekspor Provinsi Aceh mencapai US 1 138.02 juta, hal ini mengalami
penurunan bila dibandingkan dengan keadaan tahun 2008 dengan total ekspor mencapai US 2 234.13 juta. Sementara itu nilai impor Provinsi Aceh tahun 2009
juga mengalami penurunan. Nilai impor pada tahun 2008 sebesar US 384.24 juta turun menjadi US 115.72 juta pada tahun 2009. Ekspor terbesar di Aceh adalah
sektor pertambangan dengan nilai total sebesar US 1 049 156 895, kemudian diikuti oleh
sektor industri pupuk sebesar US 81 107 904 juta dan sektor pertanian sebesar US 191 688 juta BPS, 2009b.
Secara umum kegiatan ekonomi Provinsi Aceh dibagi menjadi Sembilan sektor yaitu:
1. Sektor Pertanian, yang terdiri dari: a.
Subsektor tanaman pangan; pembangunan pada subsektor ini diarahkan pada peningkatan produksi tanaman padi dan palawija dalam rangka
mempertahankan swasembada pangan. b.
Subsektor tanaman perkebunan; pengembangan pada subsektor ini diarahkan untuk menunjang peningkatan produksi tanaman perkebunan
terutama yang mudah dipasarkan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani dan devisa negara dari hasil ekspor.
c. Subsektor peternakan dan hasilnya; pembangunan pada subsektor ini
diarahkan pada peningkatan produksi daging, telur, dan susu untuk memenuhi gizi masyarakat.
d. Subsektor kehutanan; kegiatan yang dilakukan meliputi pembangunan
kayu, pengambilan hasil-hasil hutan dan perburuan binatang. e.
Subsektor perikanan; pembangunan pada subsektor ini diarahkan untuk peningkatan produksi dalam upaya pemenuhan gizi masyarakat.
2. Sektor Pertambangan dan Galian