Tinjauan Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA 2.1.

informasi laju pertumbuhannya turun sebesar -15.13 persen dan sektor industri pengolahan laju pertumbuhannya turun sebesar -11.88 persen. Adapun sektor yang laju pertumbuhannya positif adalah listrik, gas dan air bersih tumbuh 1.86 persen dan sektor pertanian laju pertumbuhan sebesarnya sebesar 0.81. Berdasarkan hasil penelitian Martono 2008, menunjukkan bahwa sektor pertanian dan industri memiliki keterkaitan langsung ke depan yang cukup besar, hal ini mengindikasikan terjadi potensi yang cukup besar bagi pengembangan industri pengolahan hasil pertanian di wilayah Kedungsepur apabila sektor pertanian terus dikembangkan. Hasil penelitian Rachman, 1993, menunjukkan bahwa antar sektor ekonomi di Provinsi Jawa Barat memiliki hubungan keterkaitan. Apabila dilihat dari keterkaitan ke depan, sektor peternakan memiliki hubungan keterkaitan relatif lebih besar dibandingkan kaitan kebelakangnya. Hal ini mengindikasikan bahwa output sektor tersebut lebih banyak digunakan sebagai input antara oleh sektor- sektor ekonomi lain. Sebagian besar dari output sektor peternakan dialokasikan kepada sektor industri makanan dan minuman serta industri itu sendiri. Penelitian dari Amalina, 2008, dalam kaitannya dengan keterkaitan antar sektor menunjukkan bahwa keterkaitan total ke belakang sektor industri pengolahan dengan sektor pertanian berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Sementara keterkaitan total ke depan sektor industri pengolahan dengan sektor perdagangan, hotel, restoran berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Hasil penelitian Puspitawati, 2000, bila dilihat berdasarkan dari analisis keterkaitan, baik langsung maupun tidak langsung sektor pertanian memiliki keterkaitan ke depan relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan keterkaitannya ke belakang. Dimana pengaruh suatu sektor terhadap sektor lainnya dilihat berdasarkan indeks penyebaran kedepan dan kebelakang, khususnya pengaruh yang ditimbulkan maupun yang diterima oleh sektor pertanian. Indikasi ini menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai kemampuan mendorong output sektor hilirnya sehingga pertanian lebih banyak mempengaruhi dari pada sektor lainnya. Secara tradisional, peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi dipandang pasif dan hanya sebagai penunjang. Akan tetapi berdasarkan pengalaman sejarah negara-negara Barat, transformasi struktural ekonomi yang cepat dibutuhkan untuk memacu pembangunan ekonomi, dimana sektor pertanian dapat menyesuaikan keadaan kondisi yang sedang terjadi. Selain itu sektor pertanian mampu melakukan transformasi struktural, melalui proses yang semula mengutamakan kegiatan pertanian menjadi masyarakat yang lebih kompleks, di mana terdapat bidang industri dan jasa yang lebih modern, artinya perkembangan sektor industri dan jasa tidak terlepas dari perkembangan sektor pertanian Herliana, 2004. Penelitian yang dilakukan oleh Saragih, 2003, dalam kaitannya mengenai keterkaitan antar sektor dalam pembangunan menunjukkan bahwa sektor pertanian dilihat dari sisi penawarannya, sebagian besar dari seluruh kebutuhan mampu disediakan dari produksi domestik. Tetapi dari sisi permintaan, ternyata sebagian besar penawaran komoditi pertanian hanya untuk memenuhi permintaannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa arus transaksi barang atau perdagangan baik antar Provinsi maupun keluar negeri masih relatif rendah. Output sektor perdagangan di Sumatera Utara memiliki andil yang sangat besar, akan tetapi hal tersebut tidak terlepas dari peranan output sektor pertanian yang diperdagangkan dan masuk dalam klasifikasi sektor perdagangan. Penelitian yang dilakukan Asnawi, 2005, menunjukkan bahwa peningkatan kredit di sektor pertanian dapat meningkatkan produksi pertanian sebesar 1.42 , hal ini menunjukkan bahwa sektor jasa perbankan memiliki hubungan saling keterkaitan dengan sektor pertanian. Perkembangan sektor jasa mampu mendorong pertumbuhan sektor pertanian, dimana dengan adanya kredit yang diberikan oleh sektor jasa terhadap sektor pertanian maka output sektor pertanian akan semakin meningkat. Peningkatan tertinggi terjadi pada sub sektor perkebunan, tanaman pangan, peternakan dan perikanan. Ekspor produk pertanian meningkat sebesar 8.45 persen, terutama dari produk perkebunan. Peningkatan ekspor pertanian dapat meningkatkan surplus neraca perdagangan sebesar 115.36 persen. Penelitian yang dilakukan Rachman, 1993 mengenai analisis keterkaitan antar sektor dalam perekonomian wilayah Jawa Barat dengan menggunakan analisis Input-Output. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor ekonomi memiliki keterkaitan antar sektor baik ke belakang maupun ke depan. Apabila dilihat dari kesempatan kerja, bahwa sektor jasa memiliki pengganda tenaga kerja yang tinggi dibandingkan dengan sektor ekonomi lain. Selain sektor jasa, sektor pertanian memiliki nilai penggandaan tenaga kerja relatif lebih tinggi dibandingkan sektor lain. Hal ini tercermin dari nilai koefisien penggandanya yang relatif diatas rataan penggandaan tenaga kerja seluruh sektor ekonomi di Jawa Barat, dengan kata lain bahwa sektor pertanian relatif masih menyandar pada aspek padat karya bila dikomparasikan dengan sektor ekonomi lain sektor pertanian memiliki keterkaitan dengan sektor ekonomi lain. Hasil penelitian Putri,1995 dan Sugiarti, 1994 dalam kaitan mengenai kesempatan kerja di sektor ekonomi menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki hubungan keterkaitan dengan sektor ekonomi lain, karena sektor pertanian mampu menghasilkan input untuk sektor industri dan sektor ekonomi lain. Hasil dari sektor ekonomi baik dari sektor pertanian maupun dari sektor industri merupakan sumber devisa baik melalui kegiatan ekspor maupun penghematan devisa melalui substitusi impor. Semakin besarnya ekspor yang dihasilkan oleh sektor ekonomi maka akan semakin banyak devisa yang akan dihasilkan oleh suatu wilayah atau negara. Hasil penelitian Novita et al, 2007, menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki nilai tambah terbesar bagi perekonomian Sumatera Utara pada Tahun 2007 yaitu sebesar 26,69 dari total nilai tambah. Nilai ini disebabkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap jumlah tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan sektor lainnya mengingat bahwa karakteristik pertanian di Indonesia umumnya dan Sumatera Utara khususnya masih bersifat padat karya. Besaran struktur nilai tambah yang tercipta pada sektor pertanian sebagian besar dikontribusi oleh sektor kelapa sawit sebesar 24,60 dari total nilai tambah sektor pertanian. Selanjutnya diikuti oleh besaran nilai tambah dari sektor padi, karet, perikanan, dan sayur-sayuran. Menurut penelitian Ediana, 2006, peran sektor pertanian yang tidak kalah penting adalah menyediakan tenaga kerja yang terus bertambah, peran ini akan lebih bertambah lagi seandainya penciptaan lapangan kerja dan penyerapan angkatan kerja di sektor industri tidak lebih cepat dari pertumbuhan angkatan kerja, artinya sektor pertanian akan menyerap tenaga kerja lebih banyak jika pertumbuhan angkatan kerja di sektor industri lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan angkatan kerja di sektor pertanian. Menurut Astuti, 2005, distribusi pendapatan faktorial antar faktor produksi menunjukkan bahwa pada tahun 1995 kontribusi faktor produksi tenaga kerja terhadap perekonomian Indonesia relatif lebih besar daripada faktor produksi modal. Sebaliknya pada tahun 2000 kontribusi faktor produksi modal terhadap perekonomian di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan faktor produksi tenaga kerja. Analisis distribusi faktorial per sektor ekonomi untuk tahun 1995 maupun 2000, menunjukkan bahwa sektor pertanian masih bersifat padat kerja sedangkan sektor non pertanian masih bersifat padat modal sektor pertanian berperan besar dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Menurut hasil penelitian Zaini, 2003, sektor pertanian sektor perikanan, tanaman pangan, peternakan dan pertanian tanaman lainnya baik sebelum krisis maupun pada masa krisis ekonomi ternyata mempunyai output multiplier dan faktorial multiplier yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertambangan, industri dan jasa-jasa. Hal ini menunjukkan adanya potensi besar apabila dilakukan pengembangan terhadap sektor pertanian itu sendiri maupun pengaruh terhadap kenaikan produksi sektor lain serta peningkatan faktor produksi baik berupa kapital maupun tenaga kerja. Menurut penelitian Kagami, 2000, transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian sangat dipengaruhi oleh kesempatan kerja di sektor pertanian. Apabila kesempatan kerja di sektor pertanian mengalami peningkatan maka transformasi tenagakerja dari sektor pertanian ke sektor nonpertanian juga akan meningkat dan sebaliknya implikasi penting dalam hal ketenagakerjaan dari kondisi ini adalah apabila pengambil kebijakan semakin memperluas kesempatan kerja ke sektor pertanian dengan meningkatkan investasi maka sektor pertanian akan semakin mudah dalam penyerapan tenaga kerja. Dari hasil penelitian terdahulu menerangkan sektor ekonomi mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan perekonomian daerah maupun nasional. Dalam penciptaan tenaga kerja sektor ekonomi memiliki peran yang sangat penting. Apabila dilihat dari hubungan keterkaitan, perkembangan suatu sektor akan mempengaruhi perkembangan sektor ekonomi lain. Tinjauan mengenai penelitian diatas disimpulkan bahwa sektor ekonomi memiliki keterkaitan dengan sektor lain, dimana sektor ekonomi memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian daerah maupun perekonomian nasional. Penelitian ini pernah dilakukan oleh Rachman, 1993, penelitiannya dilakukan di Provinsi Jawa Barat. Sementara itu, penelitian ini dilakukan di Provinsi Aceh dan dalam penelitian ini dilakukan simulasi pada pengeluaran konsumsi pemerintah, rumahtangga, dan ekspor.

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.

Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. Model Input-Output adalah suatu analisis tentang perekonomian suatu wilayah yang bertujuan untuk melihat keterkaitan antar sektor ekonomi di suatu wilayah secara keseluruhan. Dengan demikian apabila terjadi perubahan tingkat produksi terhadap sektor tertentu, maka dampaknya terhadap sektor lain dapat terlihat. Selain itu analisis ini juga terkait dengan tingkat kemakmuran masyarakat di wilayah tersebut melalui input primer nilai tambah. Artinya, akibat perubahan tingkat produksi sektor-sektor tersebut, maka dapat dilihat seberapa besar kemakmuran masyarakat di wilayah tersebut Daryanto dan Yundy, 2010a. Model Input-Output untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Wassily Leontif pada tahun 1930 yang didasarkan pada pendekatan bahwa hubungan interdependensi antara suatu sektor dengan sektor lainnya dalam perekonomian dapat dinyatakan dalam persamaan linear. Menurut Luthan, 1975 analisis Input- Output digunakan untuk melihat keadaan perekonomian berdasarkan besar kecilnya nilai ketergantungan suatu sektor terhadap sektor lain. Selain itu menurut Glasson, 1977 model Input-Output dapat digunakan untuk meramalkan pengaruh pengganda output, pendapatan, dan tenaga kerja pada sektor ekonomi di suatu wilayah. Menurut Leontief , analisis Input-Output merupakan suatu metode yang sistematis mengukur hubungan timbal balik antara berbagai sektor dalam sistem ekonomi yang kompleks, dimana ekonomi yang dimaksud dapat diterapkan pada sistem ekonomi suatu bangsa atau daerah Daryanto dan Yundy, 2010. Leontief memfokuskan perhatian terhadap hubungan antar sektor dalam satu wilayah. Konsep dasar dari Input-Output Leontief adalah : 1. Struktur perekonomian disusun dari berbagai sektor yang sama satu sama lain berinteraksi melalui transaksi jual beli. 2. Output suatu sektor dijual kepada sektor lainnya untuk memenuhi permintaan akhir rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal, dan ekspor. 3. Input suatu sektor dibeli dari sektor lainnya dan rumah tangga dalam bentuk jasa dan tenaga kerja, surplus usaha dan impor. 4. Hubungan Input-Output bersifat linear. 5. Waktu analisis biasanya dilakukan dalam kurun waktu satu tahun dan total input sama dengan total output. 6. Suatu sektor hanya menghasilkan suatu Input-Output yang dihasilkan dari satu input. Model Input-Output dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain : 1 untuk analisis sektoral yang melukiskan hubungan pemerintah dan penawaran pada tingkat keseimbangan, 2 sebagai alat evaluasi pengaruh ekonomi pada investasi masyarakat terhadap perekonomian nasional dan regional, 3 sebagai alat peramalan dan perencanaan melalui mekanisme tertentu, 4 untuk analisis dampak sektor ekonomi, tenaga kerja dan pendapatan Saragih, 2003. Penggunaaan Tabel Input-Output sebagai alat perencanaan maupun evaluasi terhadap pembangunan masih terbatas pada penggunaan Tabel Input- Output yang bersifat statis. Sebagaimana yang diketahui bahwa analisis dalam model statis menggunakan koefisien teknis, yang merupakan ukuran arus barang yang dibutuhkan untuk produksi yang sedang berjalan dalam suatu periode tertentu. Kenyataannya kegiatan produksi suatu sektor juga dipengaruhi oleh beberapa input barang, khususnya barang modal yang digunakan sebagai penunjang terlaksananya proses produksi pada tahun yang bersangkutan. Dengan kata lain, dalam melaksanakan kegiatan produksinya suatu sektor mempunyai stok barang atau modal yang juga sangat dibutuhkan untuk menunjang keperluan produksinya. Dalam model Input-Output statis, barang modal merupakan variabel eksogen yang tidak berpengaruh terhadap jalannya proses produksi Saragih, 2003. Penyusunan Tabel Input-Output yang bersifat statis static model diperlukan 3 asumsi atau prinsip dasar yang dikemukakan oleh O’Connor dan Henry, 1975 yaitu : 1. Keseragaman Homogenitas yaitu prinsip dimana suatu komoditi yang dihasilkan suatu sektor hanya satu tunggal dengan struktur tunggal pula dan tidak ada komoditi substitusi yang dihasilkan oleh sektor lainnya. 2. Kesebandingan Proportionality yaitu suatu prinsip dimana hubungan input dengan output dalam suatu proses produksi adalah berupa garis lurus dengan perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh perubahan pemakaian input yang proporsional fungsi linear, artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan sektor tersebut. 3. Penjumlahan Additivitas yaitu suatu asumsi bahwa total efek dari kegiatan sektor merupakan penjumlahan efek pada masing-masing kegiatan. Sebagai suatu sistem data kuantitatif, persoalan pokok yang dihadapi dalam menyusun Input-Output adalah bagaimana mencatat dan menyajikan berbagai kegiatan ekonomi yang tentunya sangat beraneka ragam baik sifatnya, cara berproduksi, serta cara melakukan transaksi kedalam suatu Tabel yang lengkap dan komprehensif. Tabel Input-Output mempunyai keterbatasan yaitu: pertama; koefisien input yang konstan selama periode analisis dan proyeksi sehingga teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam produksi juga dianggap konstan, kedua; biaya yang sangat tinggi untuk menyusun Tabel Input-Output dengan metode survei; dan ketiga semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor maka akan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan akan semakin banyak informasi ekonomi yang tidak terungkap dalam analisis Daryanto dan Yundy, 2010b. Tabel Input-Output merupakan metode kuantitatif yang mampu memberikan gambaran tentang hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antar sektor ekonomi dalam perekonomian suatu wilayah secara menyeluruh pada satu tahun tertentu yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor Djakapermana, 2010. Dalam model Input-Output pengaruh interaksi ekonomi dapat diklasifikasikan kedalam tiga jenis yaitu: 1 pengaruh langsung, 2 pengaruh tidak langsung, dan 3 pengaruh total. Pengaruh langsung atau direct effect merupakan pengaruh yang secara langsung dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya digunakan sebagai input dari produksi sektor yang bersangkutan. Sementara pengaruh tidak langsung atau indirect effect menunjukkan pengaruh tidak langsung yang dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya tidak digunakan sebagai input dari sektor yang bersangkutan. Terakhir pengaruh total atau total effect adalah pengaruh keseluruhan sektor dalam perekonomian Daryanto dan Yundy, 2010b. Menurut Daryanto dan Yundy, 2010a pemakaian model Input-Output mendatangkan keuntungan bagi perencanaan pembangunan daerah yaitu, pertama; dapat memberikan deskripsi yang detail mengenai perekonomian nasional atau perekonomian regional dengan menguantifikasikan ketergantungan antar sektor dan sumber ekspor dan impor, kedua; perangkat permintaan akhir dapat ditentukan besaran output dari setiap sektor dan kebutuhannya akan faktor produksi dan sumber daya, ketiga; dampak perubahan permintaan terhadap perekonomian baik yang disebabkan oleh swasta ataupun pemerintah dan ditelusuri dan diramalkan secara terperinci, dan keempat; perubahan-perubahan teknologi dan harga relatif dapat diintegrasikan ke dalam model melalui perubahan koefisien teknik. Kegunaan Tabel Input-Output adalah untuk meneliti tingkat saling keterkaitan diantara berbagai sektor dalam suatu ekonomi. Selain itu Tabel Input- Outpun juga dapat melihat gambaran mengenai kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap ekonomi secara keseluruhan atau potensi pertumbuhan suatu sektor ekonomi tertentu. Tabel analisis Input-Output antara lain terdiri dari tabel koefisien input yang disebut matrik koefisien input, tabel atau matriks pengganda, tabel indeks daya menarik dan indeks daya mendorong serta berbagai tabel pendukung dan tabel analisis lainnya tergantung kepada luasnya bidang yang hendak dibahas. Format Tabel Input-Output bisa kita lihat pada Tabel 5. Tabel 5. Tabel Input-Output Output Input Sektor produksi Permintaan akhir Jumlah output s 1 2 .... N Sektor Prosuksi 1 Z II Z 12 …. Z 1n F 1 X 1 2 Z 21 Z 22 …. Z 2n F 2 X 2 3 Z 31 Z 32 …. Z 3n F 3 X 3 … …. … …. ….. ….. ….. N Z n1 Z n2 …. Z nn F n X n Input Primer V 1 V 2 …. V n Total Input X 1 X 2 …. X n Sumber: Daryanto dan Yundy 2010a Berdasarkan Tabel Input-Output dalam Tabel 5, sektor produksi terdapat didalam kuadran I yaitu berisi kelompok produsen yang memanfaatkan berbagai sumberdaya dan menghasilkan barang dan jasa secara makro yang disebut dengan sistem produksi. Sektor yang terdapat didalam sistem produksi disebut sebagai sektor endogen, sedangkan sektor yang terdapat diluar sistem produksi pada kuadaran II, III dan IV dinamakan sektor eksogen. Selain digunakan untuk sistem produksi dalam permintaan antara, output juga digunakan diluar sistem produksi yaitu dalam bentuk permintaan akhir. Input antara dalam Tabel 5 diatas menjelaskan bahwa terjadi arus perpindahan barang antar sektor, yaitu dari sektor i ke sektor j. Selain perpindahan antar sektor, perpindahan antar sektor dalam sektor inti seperti, sektor i dengan sektor i kemungkinan bisa terjadi perpindahan intrasektor. Notasi Zij merupakan perpindahan barang dari sektor i ke sektor j, sedangkan nilai total output sektor i diberi notasi X. Susunan angka-angka dalam bentuk matrisk memperlihatkan suatu hubungan saling berkaitan diantara beberapa sektor. Sektor 1, outputnya