Struktur Perekonomian dan Potensi Ekonomi

termasuk dalam hitungan hanya terbatas pada segala jenis angkutan jalan raya seperti angkutan bus, truk, becak dan angkot. b. Subsektor angkutan laut; meliputi kegiatan pelayanan samudera, perairan pantai, sungai dan jasa penumpang angkutan laut. Namun, yang termasuk dalam hitungan hanya terbatas angkutan perairan pantai saja. c. Subsektor komunikasi; kegiatan jasa komunikasi untuk umum seperti pengiriman surat, paket, dan wesel yang diusahakan oleh Perum Pos dan Giro, pengiriman berita dengan menggunakan telepon, telex, dan telegram yang diusahakan oleh Perum Telekomunikasi. 8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, yang terdiri dari: a. Subsektor keuangan bank, kegiatan ini meliputi jasa pelayanan di bidang keuangan kepada pihak lain, seperti menerima simpanan dalam bentuk giro dan tabungan, memberi pinjaman, mengirim uang, memindahkan rekening koran, membeli atau menjual surat-surat berharga, dan memberi jaminan bank. b. Subsektor keuangan non bank; meliputi pelayanan asuransi baik jiwa maupun bukan jiwa seperti asuransi kebakaran, kecelakaan, kerusakan dan sebagainya. Termasuk juga agen perasuransian, unit penyaluran dana pensiun dan sebagainya. c. Subsektor persewaan dan jasa perusahaan; meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain seperti jasa hukum, jasa angkutan, jasa periklanan, jasa penyewaan mesin dan peralatan, jasa bangunan dan jasa arsitek. Tetapi yang termasuk dalam perhitungan terbatas pada jasa hukum advokatpengacara, notaris dan jasa konsultan. 9. Sektor Jasa, terdiri dari: a. Pemerintah Umum; meliputi jasa pelayanan sosial seperti rumah sakit umum dan panti asuhan b. Swasta, meliputi: 1. Subsektor jasa sosial kemasyarakatan; meliputi jasa pendidikan dan pendidikan swasta mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, termasuk guru perorangan yang berusaha sendiri dari kursus- kursus. Jasa kesehatan mencakup panti asuhan, rumah ibadah dan sebagainya. 2. Subsektor kebudayaan dan hiburan; meliputi segala macam perusahaan dan lembaga swasta yang bergerak pada jasa hiburan, rekreasi serta kebudayaan seperti pembuatan dan distribusi film, usaha penyiaran film dan penyiaran radio swasta. Dari jenis kegiatan tersebut diatas, yang ternasuk dalam perhitungan terbatas pada kegiatan pemutaran film dan penyiaran radio swasta. 3. Subsektor perorangan dan rumah tangga; meliputi jasa yang diberikan untuk perorangan dan rumah tangga seperti reparasi, jasa binatu, tukang cukur, tukang jahit, tukang las dan jasa perorangan lain.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1.

Struktur Permintaan dan Penawaran dalam Pembangunan Ekonomi Berdasarkan tujuan pertama maka hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sektor ekonomi mempunyai peran yang penting dalam pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari permintaan dan penawaran barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor ekonomi di Provinsi Aceh. Permintaan terhadap barang dan jasa pada suatu wilayah pada periode waktu tertentu merupakan seluruh permintaan yang digunakan oleh sektor produksi permintaan antara, permintaan untuk memenuhi konsumsi akhir domestik permintaan akhir, dan permintaan untuk ekspor. Apabila dilihat dari sisi penawaran, barang dan jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh permintaan tersebut bisa disediakan dari produksi domestik, produksi luar daerah bahkan luar negeri. Dengan demikian permintaan dan penawaran dapat menunjukkan arus transaksi barang baik untuk memenuhi permintaan domestik maupun permintaan antar daerah Hotman, 2006. Permintaan barang dan jasa di Aceh mencapai Rp 133 941 422 juta, jumlah permintaan tersebut merupakan permintaan yang dilakukan oleh sektor-sektor produksi permintaan antara, permintaan oleh konsumen akhir domestik serta untuk memenuhi permintaan ekspor luar negeri dan daerah lainnya. Berdasarkan asumsi bahwa permintaan sama dengan penawaran pada saat keseimbangan ekonomi, maka total permintaan dan penawaran di Provinsi Aceh mempunyai jumlah yang sama yaitu sebesar Rp 133 941 422 juta Lampiran 5. Dari seluruh penawaran tersebut, sebagian digunakan untuk memenuhi permintaan antara yaitu permintaan barang dan jasa yang digunakan oleh sektor produksi sebesar Rp 48 306 892 juta atau 36.06 persen, sedangkan untuk permintaan oleh konsumsen akhir domestik konsumen rumahtangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal dan perubahan stok sebesar Rp 53 173 030 juta atau sekitar 39.79 persen dan sisanya untuk permintaan ekspor sebesar Rp 32 461 501 juta atau sekitar 24.24 persen Lampiran 5. Berdasarkan hasil analisis permintaan dan penawaran di Provinsi Aceh, permintaan dan penawaran yang ada di Provinsi Aceh lebih diprioritaskan untuk konsumen permintaan akhir domestik, sedangkan permintaan dan penawaran yang terkecil berasal dari ekspor. Semakin besarnya penawaran dan permintaan maka mencerminkan bahwa Provinsi Aceh memiliki kemampuan yang relatif baik dalam menunjang perekonomian daerahnya. .

6.1.1. Struktur Output

Pengertian dari output dalam penelitian ini adalah seluruh nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di Aceh. Analisis struktur output ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran sektor-sektor mana saja yang mampu memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pembentukan output secara keseluruhan Amir dan Nazara, 2005. Jumlah output yang mampu dihasilkan menurut sektor ekonomi di Aceh dapat dilihat pada Lampiran 3. Total nilai produksi barang dan jasa yang produksi oleh sektor-sektor ekonomi output di Aceh mencapai Rp 123 347 013 juta . Jika dilihat dari jumlah penciptaan output menurut sektor, terlihat bahwa ada sepuluh sektor terbesar menurut peringkat output seperti yang disajikan pada Tabel 9. Sektor pertambangan gas merupakan sektor yang mempunyai output terbesar yaitu sebesar Rp 16 260 630 juta. Meskipun laju pertumbuhan sektor ini menunjukkan laju pertumbuhan negatif dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto namun dalam penciptaan output sektor ini masih mampu menciptakan output yang relatif besar dalam pembangunan ekonomi Aceh. Hal ini dikarenakan sumberdaya yang terdapat pada sektor pertambangan masih relatif besar yang dihasilkan oleh dua perusahaan besar di Aceh yaitu PT. Arun dan PT. Exxon Mobil Oil. Selain kedua perusahan terbesar tersebut, pertambangan lain di Aceh juga masih ada meskipun belum diusahakan secara komersial. Dengan adanya perusahaan dan sumberdaya yang dimiliki sektor tersebut maka output yang dihasilkan juga relatif besar. Kemudian diikuti oleh sektor perdagangan yang memiliki laju pertumbuhan yang relatif besar setelah tsunami dan mampu menghasilkan output yang relatif besar dalam perkembangan ekonomi Aceh saat ini. Sementara itu untuk sektor bangunan, sektor pemerintahan dan pertahanan, sektor angkutan jalan raya dan sektor industri makanan, minuman dan tembakau masing-masing juga mampu menyumbang output yang relatif besar dalam menunjang pembangunan ekonomi. Selain sektor tersebut sektor padi, sektor ternak dan hasilnya dan sektor sayuran masing-masing mampu memberikan kontribusi yang relatif besar dalam penciptaan ouput meskipun laju pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2009 relatif kecil lebih kecil dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor listrik, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa. Hal ini dikarenakan sektor pertanian di Provinsi Aceh masih merupakan sektor pekerjaan utama bagi rumahtangga yang ada di daerah pedesaan. Sementara itu meskipun laju pertumbuhan sektor listrik dari tahun 2004 ke tahun 2009 lebih besar daripada laju pertumbuhan sektor ekonomi lain, namun dalam penciptaan output sektor ini masih relatif kecil dan tidak termasuk ke dalam peringkat sepuluh besar sektor yang menghasilkan output terbesar. Secara kumulatif kesepuluh sektor yang disajikan pada Tabel 9 dibawah ini, mampu menciptakan output sebesar 77.01 persen dari keseluruhan output di Provinsi Aceh. Apabila dilihat dari besarnya output yang dihasilkan, sektor tersebut merupakan leading sector yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah dalam rangka pengembangan perekonomian daerah. Tabel 9. Sepuluh Sektor Terbesar Menurut Peringkat Output Rangking Sektor Nilai Juta Rp Persen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pertambangan Gas Pengilangan Minyak dan Gas Perdagangan Bangunan Pemerintahan dan Pertahanan Angkutan Jalan Raya Industri makanan, minuman dan tembakau Padi Ternak dan Hasilnya Sayuran dan Buah-buahan 16 260 630 15 531 384 14 800 837 13 292 505 9 106 603 8 602 314 5 465 012 4 379 783 4 296 950 3 255 865 13.18 12.59 12.00 10.78 7.38 6.97 4.43 3.55 3.48 2.64 Jumlah Peringkat 1-10 94 991 882 77.01 Sektor Lainnya 28 355 131 22.99 Jumlah 123 347 013 100.00 Sumber : Tabel IO Hasil updating Provinsi Aceh Tahun 2009 Diolah

6.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi berdasarkan penggunaannnya. Total nilai tambah bruto dalam perekonomian suatu daerah juga merupakan nilai PDRB daerah tersebut berdasarkan pendekatan nilai tambah. Nilai total nilai tambah bruto input primer ini akan sama dengan nilai permintaan akhir domestik atau yang disebut nilai PDRB Novita et al, 2007. Dalam Tabel Input-Output di Provinsi Aceh, nilai tambah dirinci lagi menurut upah dan gaji, surplus usaha sewa, bunga dan keuntungan, penyusutan dan pajak tidak langsung. Besarnya nilai tambah di tiap-tiap sektor ditentukan oleh besarnya output besarnya nilai produksi yang dihasilkan dan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi Hotman, 2006. Oleh karena itu, suatu sektor yang memiliki nilai output besar belum tentu memiliki nilai tambah yang besar juga. Hal ini dikarenakan, dalam nilai tambah dihitung juga besarnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh suatu sektor dalam melakukan aktivitasnya. Jumlah nilai tambah bruto yang mampu dihasilkan menurut sektor ekonomi di Aceh secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil analisis pada Tabel 10 menunjukkan bahwa sektor pertambangan gas merupakan sektor terbesar dalam penciptaan nilai tambah. Selain besar dalam penciptaan output sektor ini juga mampu menghasilkan nilai tambah yang relatif besar yaitu sebesar Rp 15 481 236 juta atau sebesar 20.63 persen. Sektor pertambangan mampu menghasilkan nilai tambah yang relatif besar dikarenakan selain untuk memenuhi kebutuhan domestik, sektor ini juga mampu mengekspor sebagian besar hasil outputnya. Kemudian berturut-turut sektor perdagangan , sektor pemerintahan dan pertahanan, sektor angkutan jalan raya, sektor bangunan, sektor padi, sektor ternak dan hasilnya, sektor sayur-sayuran dan buah-buahan, dan yang terakhir sektor kehutanan. Dalam penciptaan nilai tambah rata-rata sektor yang menghasilkan nilai tambah yang relatif tinggi dalam perekonomian adalah sektor yang mampu menghasilkan output yang relatif besar kecuali sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Artinya di Provinsi Aceh sektor industri makanan, minuman dan tembakau meskipun mampu menghasilkan output yang relatif besar namun dalam penciptaan nilai tambah sektor ini relatif kecil. Ini dikarenakan di Provinsi Aceh rata-rata sektor industri makanan, minuman dan tembakau yang ada tidak bergerak dalam skala besar namun masih termasuk ke dalam industri rumahtangga. Selain itu untuk proses produksinya sektor industri, makanan dan tembakau yang ada di Provinsi Aceh masih sangat bergantung pada sektor ekonomi lain terutama sektor pertanian. Kebanyakan input sektor industri makanan, minuman dan tembakau dihasilkan oleh sektor pertanian. Sehingga dalam penciptaan nilai tambah sektor ini tidak mampu memberikan kontribusi yang relatif besar. Tabel 10. Sepuluh Peringkat Terbesar Nilai Tambah Bruto Tahun 2009 Rangking Sektor Nilai Juta Rp Persen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pertambangan Gas Perdagangan Pengilangan Minyak dan Gas Pemerintahan dan Pertahanan Angkutan Jalan Raya Bangunan Padi Ternak dan Hasilnya Sayuran dan Buah-buahan Kehutanan 15 481 236 10 170 702 7 097 489 6 309 799 4 961 538 4 836 086 3 731 499 3 122 944 3 050 094 1 785 956 20.63 13.55 9.46 8.41 6.61 6.44 4.97 4.16 4.06 2.38 Jumlah Peringkat 1-10 60 547 342 80.69 Sektor Lainnya 14 492 779 19.31 Jumlah 75 040 121 100.00 Sumber : Tabel IO Updating Provinsi Aceh Tahun 2009 Diolah Selanjutnya disajikan pada Tabel 11, jumlah nilai tambah bruto menurut komponen di Provinsi Aceh. Komponen nilai tambah bruto terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, pajak tak langsung dan subsidi. Pada Tabel 11 diketahui bahwa komponen nilai tambah bruto di Aceh dialokasikan untuk upah dan gaji sebesar 26.57 persen. Selanjutnya dialokasikan untuk surplus usaha sebesar 63.47 persen, dialokasikan untuk penyusutan sebesar 7.07 persen, serta 2.89 persen dialokasikan untuk pajak tidak langsung.