Keterangan: Simulasi 1 = Pengeluaran rumahtangga naik 40 persen dan pengeluaran
pemerintah naik 17 persen Simulasi 2 = Pengeluaran rumahtangga turun 40 persen dan pengeluaran
pemerintah turun 17 persen Simulasi 3 = Ekspor naik 32 persen
Tabel 23 menunjukkan hasil analisis simulasi skenario pertama, bahwa apabila terjadi peningkatan pengeluaran konsumsi rumahtangga sebesar 40 persen
dan konsumsi pemerintah naik sebesar 17 persen maka jumlah output pada seluruh sektor ekonomi akan meningkat sebesar 9.49 persen, pada pendapatan
terjadi peningkatan perubahan sebesar 17.70 persen dan pada tenaga kerja terjadi perubahan peningkatan sebesar 14.40 persen. Sedangkan hasil simulasi skenario
kedua, apabila terjadi penurunan pengeluaran konsumsi rumahtangga sebesar 40 persen dan penurunan konsumsi pemerintah sebesar 17 persen maka jumlah
output pada sektor ekonomi turun sebesar -9.49 persen, pada pendapatan turun menjadi -17.70 persen dan tenaga kerja berubah menjadi -14.48 persen. Sementara
itu untuk hasil simulasi skenario ketiga, apabila terjadi peningkatan ekspor sebesar 32 persen maka perubahan peningkatan jumlah output akan bertambah sebesar
11.72 persen, peningkatan pendapatan terjadi perubahab sebesar 8.19 persen dan perubahan peningkatan jumlah tenaga kerja bertambah sebesar 9.19 persen. Dari
keseluruhan simulasi tersebut jumlah perubahan terbesar pada output dihasilkan oleh simulasi ketiga dengan perubahan sebesar 11.72 persen. Sedangkan apabila
dilihat dari peningkatan pendapatan simulasi pertama merupakan yang terbesar dalam menghasilkan pendapatan yaitu sebesar 17.70 persen. Sementara itu apabila
dilihat dari sisi peningkatan tenaga kerja maka simulasi pertama merupakan yang terbesar terhadap peningkatan tenaga kerja sebesar 14.48 persen.
Sektor ekonomi yang menghasilkan output terbesar apabila terjadi peningkatan konsumsi rumahtangga dan konsumsi pemerintah adalah sektor
pertambangan gas sebesar Rp 16 601 796 dan sektor perdagangan sebesar Rp 15 938 188 juta Lampiran 23. Sementara itu sektor ekonomi yang mampu
menghasilkan pendapatan tertinggi apabila konsumsi rumahtangga dan
pengeluaran pemerintah dinaikkan adalah sektor pemerintahan dan pertanahan sebesar Rp 8 664 637 juta, selanjutnya ditempati oleh sektor perdagangan sebesar
Rp 2 461 549 juta Lampiran 24. Sedangkan sektor ekonomi yang mampu
menghasilkan tenaga kerja terbanyak apabila konsumsi rumahtangga dan pengeluaran pemerintah dinaikkan adalah sektor pemerintah dan pertahanan
sebesar Rp 429 437 juta, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan sebesar Rp 271 384 juta, serta sektor ternak dan hasilnya mampu menghasilkan tenaga
sebesar Rp 183 124 juta Lampiran 25. Sementara itu apabila ekspor dinaikkan maka akan berdampak pada
peningkatan output, pendapatan dan tenaga kerja seluruh sektor ekonomi. Sektor ekonomi yang mampu menghasilkan output terbesar adalah sektor pertambangan
gas sebesar Rp 20 246 407 juta, kemudian sektor pengilangan dan gas sebesar Rp 18 739 104 juta dan sektor perdagangan sebesar Rp 16 814 725 juta Lampiran
26. Selanjutnya sektor yang mampu menghasilkan pendapatan terbesar apabila ekspor dinaikkan adalah sektor pemerintahan dan pertahanan sebesar Rp 6 209
239 juta, kemudian sektor perdagangan sebesar Rp 2 596 936 juta, sektor angkutan jalan raya sebesar Rp 1 572 231 juta dan sektor pertambangan gas
sebesar Rp 1 519 369 Lampiran 27. Sementara itu sektor yang mampu menghasilkan tenaga kerja terbesar jika ekspor dinaikkan adalah sektor
pemerintahan dan pertahanan sebesar Rp 307 742 juta orang, sektor perdagangan sebesar Rp 286 205 juta orang, sektor ternak dan hasilnya sebesar 158 722 juta
orang, sektor sayur-sayuran dan buah-buahan sebesar 146 102 juta orang dan sektor padi sebesar Rp 147 421 juta orang Lampiran 28.
Perbedaan dampak ini berdasarkan hasil simulasi akhirnya bisa digunakan untuk melihat gambaran perekonomian di Provinsi Aceh. Untuk melihat kebijakan
fiskal yang sesuai dengan kondisi Provinsi Aceh maka instrumen peningkatan alokasi anggaran pengeluaran melalui konsumsi pemerintah, konsumsi rumah
tangga dan ekspor sangat tepat untuk digunakan. Dengan adanya instrument peningkatan tersebut maka akan meningkatkan output, pendapatan dan
kesempatan kerja, sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1.
Kesimpulan
1. Sektor ekonomi memiliki peran penting dalam pembangunan di Provinsi
Aceh. Sektor ekonomi yang mampu menghasilkan output dan nilai tambah yang relatif besar terhadap perekonomian yaitu sektor pertambangan,
sektor pengilangan minyak dan gas, sektor perdagangan, sektor angkutan jalan raya, sektor bangunan, sektor padi, sektor sayur-sayuran dan buah-
buahan dan sektor ternak dan hasilnya. Bila dilihat dari keseluruhan jumlah output dan nilai tambah sektor pertambangan dan pertanian
merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi di Provinsi Aceh. 2.
Perkembangan suatu sektor ekonomi sangat dipengaruhi oleh
perkembangan sektor lainnya. Dalam Pembangunan ekonomi di Provinsi Aceh tidak semua sektor memiliki hubungan keterkaitan ke depan maupun
ke belakang dengan sektor ekonomi lain. Sektor yang memiliki hubungan keterkaitan dengan sektor lain merupakan sektor penting dalam
pembangunan ekonomi di Provinsi Aceh. Sektor yang memiliki nilai keterkaitan ke belakang langsung terbesar adalah sektor listrik, sedangkan
untuk keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang ditempati oleh sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Sementara itu sektor
yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan adalah sektor perdagangan, sedangkan untuk keterkaitan langsung dan tidak langsung ke
depan ditempati oleh sektor pertambangan gas. Baik keterkaitan ke belakang maupun keterkaitan ke depan, sektor yang memiliki nilai
keterkaitan rata-rata terkecil adalah sektor pertanian. Bila dilihat dari nilai indeks daya penyebaran, indeks derajat kepekaan dan nilai multiplier maka
diketahui bahwa nilai indeks daya penyebaran tertinggi adalah sektor industri sedangkan untuk nilai derajat kepekaan tertinggi yaitu sektor
pertambangan gas. Berdasarkan indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan, yang termasuk sektor penting dalam pembangunan ekonomi di
Provinsi Aceh terdiri dari sektor industri makanan, minuman dan tembakau, sektor ternak dan hasilnya, sektor industri pupuk urea dan
kimia, sektor pengilingan minyak dan gas, dan sektor listrik dan bangunan. 3.
Multiplier output terbesar sektor ekonomi dihasilkan oleh sektor industri makanan, minuman dan tembakau, hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan sektor industri, makanan dan minuman dalam menghasilkan output dalam perekonomian relatif besar. Sedangkan pada multiplier
pendapatan, sektor listrik mampu menghasilkan nilai multiplier pendapatan yang relatif besar dibandingkan sektor ekonomi lain, hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan sektor listrik untuk mendorong peningkatan pendapatan tenaga kerjadi Provinsi Aceh relatif besar
dibandingkan sektor ekonomi lain. Sementara itu nilai multiplier tenaga kerja terbesar di Provinsi Aceh dihasilkan oleh sektor industri
penggilingan beras, biji-bijian dan tepung, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan sektor industri pengilingan beras, bijian dan tepung dalam
penyerapan tenaga kerja relatif lebih besar dibandingkan dengan sektor ekonomi lain.
4. Hasil simulasi pada skenario pertama menunjukkan bahwa peningkatan
jumlah output seluruh sektor ekonomi memiliki nilai yang relatif besar dibandingkan dengan peningkatan pendapatan dan tenaga kerja.
Sedangkan hasil simulasi scenario kedua menunjukkan apabila terjadi penurunan konsumsi rumahtangga dan konsumsi pemerintah maka jumlah
output, pendapatan dan tenaga kerja pada seluruh sektor ekonomi akan mengalami penurunan. Sementara itu untuk simulasi ketiga menunjukkan
bahwa apabila ekspor dinaikkan, peningkatan jumlah output relatif lebih besar dibandingkan dengan peningkatan pendapatan dan tenaga kerja. Dari
ketiga simulasi tersebut untuk menaikkan jumlah output maka simulsi skenario ketiga mampu menghasilkan jumlah output terbesar pada seluruh
sektor ekonomi. Apabila dilihat dari segi pendapatan, simulasi skenario pertama mampu menghasilkan jumlah pendapatan relatif besar pada
seluruh sektor ekonomi. Sedangkan apabila dilihat dari penciptaan tenaga kerja maka simulasi skenario pertama mampu menghasilkan tenaga kerja
yang relatif besar pada seluruh sektor ekonomi di Provinsi Aceh .
7.2. Implikasi Kebijakan
1. Pertumbuhan sektor ekonomi merupakan salah satu faktor penting yang
mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Sektor penting dalam pembangunan ekonomi di Provinsi Aceh seperti sektor industri makanan,
minuman dan tembakau, sektor ternak dan hasilnya, sektor padi, sektor industri pupuk urea dan kimia dasar perlu mendapat perhatian pemerintah
untuk pengembangan sektor tersebut. Mengingat sektor
tersebut
merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi masyarakat di Provinsi Aceh.
2. Melihat eratnya keterkaitan antar sektor ekonomi dalam pembangunan di
Provinsi Aceh, maka diharapkan kepada pemerintah untuk terus meningkatkan pengembangan sektor-sektor yang merupakan sektor
penting dalam pembangunan ekonomi. Sektor-sektor yang dianggap sektor penting dalam perekonomian adalah sektor yang memiliki nilai keterkaitan
langsung ke depan dan nilai keterkaitan langsung ke belakang yang relatif tinggi seperti sektor sektor industri makanan, minuman dan tembakau,
sektor listrik, sektor pupuk urea dan kimia dasar, sektor ternak dan hasilnya dan sektor padi yang sangat tepat untuk dikembangkan di
Provinsi Aceh. Artinya dalam pembangunan ekonomi sektor tersebut mampu menarik dan mendorong pertumbuhan sektor ekonomi lain.
3. Apabila dilihat dari nilai multiplier ouput, pendapatan dan tenaga kerja
sektor industri makanan, minuman dan tembakau, sektor listrik dan sektor industri penggilingan beras, biji-bijian dan tepung merupakan sektor yang
mampu menghasilkan output, pendapatan, tenaga kerja yang tinggi dibandingkan sektor ekonomi lain. Akan tetapi sektor yang sangat
potensial dikembangkan di Provinsi Aceh adalah sektor pertanian, dikarenakan sumberdaya dari sektor pertanian di Provinsi Aceh lebih besar
dibandingkan sumberdaya yang dimiliki oleh sektor lain. Selain itu sektor pertanian secara umum mampu menghasilkan output dan dijadikan input
oleh sektor ekonomi lain.
4. Kebijakan pemerintah sangat diperlukan dalam pengembangan sektor
ekonomi di Provinsi Aceh. Sehingga diharapkan kepada pemerintah untuk menaikkan konsumsinya terhadap perkembangan seluruh sektor ekonomi.
Apabila konsumsi pemerintah dinaikkan untuk pengembangan seluruh sektor ekonomi maka seluruh sektor ekonomi akan mampu menghasilkan
jumlah output, pendapatan dan tenaga kerja yang lebih besar demi kelancaran pembangunan di Provinsi Aceh.
DAFTAR PUSTAKA
Amalina, H.D. 2008. Keterkaitan Antar Sektor terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah. Skripsi Sarjana. Departemen Ilmu Ekonomi dan Manajemen.
Fakultas Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Amir, H. dan S.Nazara. 2005. Analisis Perubahan Strukur Ekonomi Economic
Landscape dan Kebijakan Strategi Pembangunan Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000: Analisis Input-Output. http:www.google.co.id [24 Juli
2011]
Antara, M. 2006. Keterkaitan Usaha Kecil Sektor Pariwisata dengan Sektor-sektor Ekonomi Lainnya di Provinsi Bali : Suatu Pendekatan Model Input-
Output. Tesis Magister. Fakultas Pertanian. Universitas Udayana, Denpasar.
Asnawi. 2005. Dampak Kebijakan Makroekonomi terhadap Kinerja Sektor Pertanian. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor, Bogor. Astuti, E. 2005. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Perekonomian dan
Upaya Pengurangan Kemiskinan di Indonesia. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Bachri, F. 2007. Studi Pengembangan Model Ekonomi Makro dan Kebijakan Ekonomi Regional Kota Pagar Alam. Jurnal Ekonomi Pembangunan,
15 : 21-30. Badan Pusat Statistik. 2006. Tabel Input-Output Provinsi Aceh Tahun 2006.
Badan Pusat Statistik, Banda Aceh. . 2008a. Kerangka Teori dan Analisis: Tabel Input-Output.
Badan Pusat Statistik, Jakarta. . 2008b. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output. Badan
Pusat Statistik, Jakarta. . 2009a. Keadaan Geografis Wilayah Provinsi Aceh. Badan
Pusat Statistik, Banda Aceh. . 2009b. Perkembangan Ekspor Provinsi Aceh. Badan Pusat
Statistik, Banda Aceh. . 2010a. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto di
Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha. Badan Pusat Statistik, Jakarta.