Analisis Keterkaitan Karakteristik PKL, Kebijakan Penataan Ruang

116 b. Penentuan zonasi yang boleh dilakukan untuk kegiatan berdagang, yaitu: ruas Jalan KHZ Mustofa mulai dari Jl. Sukawarni hingga Jl. Nagarawangi dengan jenis dagangan non maknaan dan minuman, Jl. Cihideung, Jl. Cihideung Balong, Jl. Tentara Pelajar, Jl. Pataruman, Jl. Yudanegara, Jl. Bekas Rel, Jl. Pasar Kidul, Jl. Pasar Wetan, Jl. Pasar Lama, Jl. Pasar Baru, Jl. Empang, dan Jl. RSU. c. Jumlah lapak yang diperbolehkan di tiap ruas jalan dihitung berdasarkan panjang jalan dikurangi area yang digunakan toko dibagi panjang lapak 1,5 meter. d. Pengaturan waktu melakukan perdagangan, yaitu di luar jam sibuk pick hour dari jam 08.00 hingga 15.00 bagi pedagang yang berjualan pagi hingga sore, sedangkan pedagang yang berjualan malam dari jam 17.00 hingga jam 04.00 dan harus sudah rapi. e. Untuk pedagang makanan harus memenuhi syarat kesehatanhigienis dan ditempatkan di Jl. Empang untuk memudahkan pengelolaan. f. PKL yang berada di Jl. Bekas Rel, Jl. Pasar Baru, Jl. Pasar Lama, Jl. Pasar Kidul dikelola oleh swasta seperti saat ini. g. Ketentuan teknis mengenai lebar, tinggi, dan panjang lapak yang diperbolehkan sebagai sarana berdagang PKL jika mengadop dari aturan yang diterapkan di Fukuoka Jepang tidaklah sesuai sehingga untuk aturan di Kota Tasikmalaya, lebarnya 1 meter dan panjangnya 1,5 meter dengan jarak antar lapak minimal 75 meter, jenis sarana untuk tiap PKL tergantung jenis dagangannya, yaitu: 131. PKL asesoris, sandang, elektronik menggunakan bangku. 132. PKL makanan dan minuman menggunakan rodatenda 133. PKL buah-buahan menggunakan roda. 2. Relokasi Eks-Situ ialah relokasi PKL ke lokasi lain yaitu memindahkan kegiatan PKL dari jalan – jalan di wilayah kota ke suatu tempat yang dikhususkan untuk menampung para PKL. Berdasarkan aspirasi masyarakat yang didapat melalui kuesioner dan wawancara didapatkan tiga lokasi yang dapat dijadikan tempat untuk relokasi PKL, diantaranya : 117 a. Pasar Cikurubuk b. Bekas Terminal Cilembang c. Kawasan Dadaha Berdasarkan tiga lokasi ini dapat dinilai lokasi mana yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai tempat untuk relokasi PKL. Berdasarkan matriks di bawah ini, lokasi yang memungkinkan untuk relokasi PKL pusat kota adalah bekas Terminal Cilembang. Namun, tidak menutup kemungkinan lokasi-lokasi lain dijadikan lokasi untuk relokasi sehingga memudahkan pengawasan dan pengendalian kegiatan PKL. Tabel 36 Matriks Alternatif Lokasi untuk Relokasi PKL No. Lokasi Fakta Kemungkinan Relokasi 1. Pasar Cikurubuk 134. PKL yang ada menempati troroar dan bahu jalan 135. Menimbulkan kemacetan karena badan jalan terpakai 136. Pedagang formal keberatan jika dilakukan penambahan PKL 137. Akan terjadi konflik antara PKL lama dan pedagang formal dengan PKL baru 138. Banyak trayek angkutan umum yang melalui lokasi ini Tidak mungkin dijadikan lokasi untuk relokasi PKL karena akan menimbulkan kemacetan dan konflik ruang dengan PKL lama 2. Bekas Terminal Cilembang 139. Saat ini tidak digunakan untuk peruntukkan apapun 140. Rute angkutan umum yang lewat hanya 2 trayek 141. Masyarakat tidak keberatan Memungkinkan untuk dijadikan lokasi untuk relokasi PKL 3. Kawasan Dadaha 142. Merupakan sarana olahraga 143. PKL yang ada saat ini menggunakan trotoar dan lahan parkir Tidak memungkinkan karena lokasi ini merupakan sarana olahraga dan PKL yang ada sekarang pun akan ditertibkan 118 No. Lokasi Fakta Kemungkinan Relokasi 144. Masyarakat tidak keberatan, kecuali PKL berupa kafe 145. Pemeritah Kota sedang berupayan mengembalikan fungsi utama kawasan dadaha sebagai sarana olahraga dan Ruang terbuka Hijau RTH 146. Sedang terjadi konflik karena akan ada penertiban Untuk menerapkan alternatif ini perlu tindak lanjutprasyarat yang harus dipertimbangkan diantaranya: a. Dalam proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian ruang PKL harus diikutsertakan. b. Dalam proses pemanfaatan ruang, masyarakat juga ingin dilibatkan c. Kebijakan pemerintah harus diubah menjadi kebijakan yang partisipatif d. Perlu pengendalian terhadap lokasi bekas PKL agar tidak digunakan oleh PKL baru atau PKL lama kembali ke lokasi itu e. Perlu pengaturan trayek yang ada sehingga sumber daya ekonomi tersebar ke daerah yang baru f. Harus ada akses yang mudah bagi masyarakat dalam maupun luar Kota Tasikmalaya ke lokasi baru Pengaturan zonasi untuk lokasi baru hampir sama dengan model 1 hanya harus disertai pengaturan zonasi untuk lokasi bekas PKL agar PKL benar-benar tidak kembali ke tempat asal berupa aturan-aturan disertai penguatan kelembagaan yang ada di lokasi bekas PKL untuk menolak kembalinya PKL. Kedua alternatif di atas dapat digambarkan pada Gambar 33 di bawah ini dimana pada alternatif 2 di setiap lokasi harus dibebaskan dari PKL karena pusat kota harus bersih dari PKL dan direlokasi ke tempat lain, baik di dalam Kota Tasikmalaya maupun di luar Kota Tasikmalaya. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa diantara kedua alternatif di atas alternatif 1 merupakan alternatif yang menjadi prioritas karena alternatif ini merupakan perpaduan antara aspirasi PKL dan masyarakat bottom-