BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sektor Informal
Menurut Zarida Hermanto 1995, konsep sektor informal pedagang kaki lima pertama kali diperkenalkan oleh Keith Hart pada tahun 1971, dari hasil
penelitiannya tentang ”Small-scale Enterpreneurs in Ghana”. Konsep ini kemudian dipopulerkan oleh ILOUNDP pada tahun 1972 melalui hasil penelitian
di Kenya. Selanjutnya Sethuratnam 1976 secara intensif melalui berbagai penelitiannya baik perorangan maupun bersama-sama dengan ILOUNDP
memperluas konsep sektor informal ini. Walaupun konsep ini telah lama diperkenalkan, namun konsep dan definisi
baku dari sektor informal belum ada seperti apa yang dikemukakan oleh Hans Singer dikutip oleh Lubell 1991, p:11.
Informal sector entity is hard to describe but you know it when you see it. The informal sector enterprise is not only small, it is also likely to be
located in a dilapidated structure structure thus excluding from the informal category most self-employed doctors, lawyers and other liberal
professional whose productive activity is likely to well-housed. Menurut Hidayat 1983 dalam Hermanto 1995, di Indonesia pengertian
umum dari sektor informal pedagang kaki lima meliputi tiga hal : 1 sektor yang tidak menerima bantuan atau proteksi ekonomi dari pemerintah, seperti
perlindungan tarif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan, pemberian kredit dengan bunga yang relatif rendah, pembimbingan teknis dan ketatalaksanaan,
perlindungan dan perawatan tenaga kerja, penyediaan teknologi dan hak paten ; 2 sektor yang belum mempergunakan bantuan ekonomi pemerintah, walaupun
bantuan itu telah tersedia; dan 3 sektor yang telah menerima dan menggunakan bantuan atau fasilitas yang disediakan oleh pemerintah, tetapi bantuan itu belum
sanggup membuat unit usaha tersebut berdiri. Konsep operasional lain yang dapat digunakan untuk menjelaskan atau
membatasi siapakah yang tergolong ke dalam sektor informal adalah sebagai
berikut : 1 unit usaha yang kecil; 2 pola kegiatannya tidak teratur baik dalam arti waktu permodalan maupun penerimaannya; 3 tidak mempunyai tempat yang
tetap atau keterkaitan dengan usaha lain; 4 tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus sehingga secara luas dapat menyerap bermacam-macam
tingkatan angkatan kerja; 5 modal peralatan dan perlengkapan maupun omzetnya kecil dan diusahakan atas dasar hitungan harian; 6 tidak disentuh oleh
peraturan atau ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah sehingga sering dikatakan liar Hermanto, 1995.
2.2 Pengertian PKL