5.1.5 Lamanya Berprofesi dan Daerah Asal
Lama PKL berprofesi berkisar antara 1-40 tahunan. Hal ini, mengindikasikan bahwa diantara para PKL ada yang berasal dari dalam Kota
Tasikmalaya dan dari luar Kota Tasikmalaya. Semakin lama dia berprofesi berarti bisa dimungkinkan PKL itu merupakan penduduk asal Kota Tasikmalaya. Jumlah
PKL berdasarkan daerah asal yang didapat dari data Himpunan Pedagang Kecil Mustofa HPKM dan Himpunan Pedagang Kecil Saluyu HPKS disajikan pada
Tabel 19.
Tabel 19 Jumlah dan Prosentase PKL Kawasan HZ. Mustofa Berdasarkan Daerah
Asal
No. Daerah Asal
Jumlah Prosentase
1. Kota Tasikmalaya
179 71,31
2. Kabupaten Tasikmalaya
30 11,95
3. Kabupaten Ciamis
23 9,16
4. Kabupaten Garut
6 2,39
5. Lain-lain 13
5,18
Jumlah 251 100,00
Sumber : HPKM dan HPKS, 2003
Begitu pula berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh UPLINK, sebuah LSM di Kota Tasikmalaya yang saat ini sedang menyusun konsep
penataan PKL Kawasan Dadaha bersama-sama PKL Dadaha, menyatakan bahwa pada umumnya PKL berasal dari dalam Kota Tasikmalaya sebesar 79. Data asal
PKL di Kawasan Dadaha disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20 Jumlah dan Prosentase PKL Kawasan Dadaha Berdasarkan Daerah Asal
No. Daerah Asal
Jumlah Prosentase
1. Tasikmalaya 79
79 2.
Luar Tasikmalaya, Prov. Jawa Barat 13
13 3. Pulau
Jawa 1
1 4. Luar
Jawa 7
7 Jumlah
100 100
Sumber : Hasil Analisis UPLINK, 2008
Di koridor lain pun berdasarkan hasil kuesioner, lebih dari 70 PKL berasal dari Kota Tasikmalaya. Dengan demikian, PKL Kota Tasikmalaya ini bisa
dikategorikan merupakan PKL lokal.
5.1.6 Tingkat Pendapatan Keuntungan
Tingkat pendapatan yang dihitung ialah keuntungan rata-rata per hari yang didapat oleh PKL. Keuntungan yang diperoleh PKL bervariasi tergantung dari
jenis dagangan yang dijual. Kelompok PKL yang menjual sandang yang terdiri atas pedagang buah-buahan, pedagang makanan dan minuman, pedagang sayuran,
dan pedagang daging dan ikan merupakan kelompok pedagang yang mendapat keuntungan paling tinggi. Berikut ini data mengenai dominan keuntungan PKL
berdasarkan jenis dagangan.
Tabel 21 Keuntungan per Hari Berdasarkan Jenis Dagangan Rp per hari
No. Jenis Dagangan
Dominan Keuntungan per hari Rp
Keuntungan Per bulan Rp
Keterangan
1. Buah-buahan
125.000 3.750.000
Tinggi 2. Makanan
Minuman 100.000
3.000.000 Tinggi
3. Pakaian 50.000
1.500.000 Tinggi
4. Koranmajalah 30.000
900.000 Sedang
5. VCD 50.000
1.500.000 Tinggi
6. Sepeda 35.000
1.050.000 Sedang
7. Ikan Hias
30.000 900.000
Sedang 8. Sayuran
75.000 2.250.000
Tinggi 9.
Daging Ikan 100.000
3.000.000 Tinggi
10. Vocher 30.000
900.000 Sedang
11. Asesoris 30.000
900.000 Sedang
12. JasaService 30.000
900.000 Sedang
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008
Berdasarkan Tabel 21, secara umum dapat dilihat bahwa pendapatan yang diperoleh oleh PKL dikategorikan mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari
karena pendapatan yang didapat tergolong sedang dan tinggi.
5.1.7 Jenis Sarana Perdagangan
Sarana yang digunakan oleh PKL untuk kegiatan berdagang perlu diketahui karena berkaitan dengan jenis penataan yang akan dilakukan. Sarana untuk
kegiatan PKL yang digunakan ada yang bersifat temporer, semi permanen bahkan ada juga yang sudah bersifat permanen.
Sarana berdagang yang bersifat temporer yaitu gerobakroda. Sarana ini digunakan oleh pedagang buah-buahan keliling dan pedagang makanan yang
berada di Jl. Empang. Lokasi PKL yang menggunakan sarana ini berada di sepanjang trotoar jalan.
Sarana berdagang yang bersifat semi permanen ialah lapak sebagai sarana berdagang dan atapnya terbuat dari terpal plastik yang bisa dibongkar. Sarana
inilah yang paling banyak digunakan oleh PKL di Kota Tasikmalaya. PKL yang
menggunakan sarana ini ada menempati trotoar dan ada pula yang menempati badan jalan.
Sarana permanen ialah lapak dengan bangunan yang sudah permanen. Lapak dengan bangunan yang sudah permanen terdapat di Jl. Bekas Rel, Jl. Pasar Baru,
dan Jl. Pasar Kidul yang dikelola oleh pihak swasta. Sedangkan bangunan yang berupa warung atau kafe terdapat di Kawasan Dadaha.Untuk lebih jelasnya
mengenai sarana perdagangan dan bagian jalan yang digunakan untuk masing- masing jenis sarana di tiap jalan dapat dilihat pada Gambar 24 dan 25 berikut.
Gambar 24 Foto di atas memperlihatkan sarana yang digunakan sudah permanen dan lokasi yang digunakan pada foto yang paling kiri dan tengah adalah badan
jalan dan pada foto paling kanan menggunakan trotoar jalan
5.1.8 Interaksi Sesama PKL
Hubungan kerjasama antara sesama PKL di Kota Tasikmalaya umumnya terjalin antar sesama PKL yang memiliki jenis dagangan yang sama. Bentuk
interaksi atau kerjasama itu diantaranya tukar menukar barang, tukar informasi, dan informasi mengenai harga.
Berdasarkan hasil wawancara, kerjasama tidak terjadi untuk pedagang yang menjual makanan dan minuman serta penjual ikan hias. Hal ini tentu saja karena
sifat barang yang mereka jual berbeda dengan penjual lainnya. Misalnya pedagang buah, mereka masih bisa melakukan tukar menukar barang atau saling memberi
informasi tentang harga jual dari barang yang akan mereka jual. Tingkat solidaritas antar PKL juga tinggi. Hal ini diindikasikan dengan
adanya iuran harian yan dihimpun oleh himpunan pedagang tiap lokasi untuk kepentingan jika ada PKL yang sakit, kegiatan-kegiatan sosial-ekonomi PKL, dan
sebagainya. Tingkat kepercayaan PKL terhadap ketua kelompok maupun koordinator PKL cukup tinggi seperti di Dadaha. Ketika ada isu untuk penertiban
mereka berdiskusi dan menyerahkan hasil diskusi untuk diperjuangkan oleh koordinator PKL ke eksekutif dan legislatif. Begitu pula di kawasan lainnya,
dalam setiap pengaturan dan pengendalian PKL koordinator masing-masing lokasi sangat berperan.
Dari hal di atas, para PKL ini memiliki modal sosial berupa rasa solidaritas diantara PKL dan saling gotong royong serta adanya kepercayaan terhadap
koordinator-koordinator PKL yang diwadahi melalui lembaga perkumpulan diantaranya HPKM Himpunan Pedagang Kecil Mustofa, HPKS Himpunan
Pedagang Kecil Saluyu, Himpunan Pedagang Pasar Rel, Himpunan Pedagang Pasar Kidul, Himpunan Pedagang Cihideung, dan sebagainya sesuai nama jalan
tempat mereka berdagang.
5.1.9 Interaksi PKL dengan Pedagang Formal
Interaksi tidak saja terjadi antara sesama PKL, tetapi juga terjadi antara PKL dengan pedagang formal. Namun, hal ini hanya terjadi di beberapa lokasi
saja. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner, kerjasama antara PKL dengan pedagang formal yang terjalin yaitu pedagang yang menjual jenis dagangan
pakaian, asesoris, dan sepeda. Bentuk kerjasamanya ialah PKL mengambil barang dari pedagang formal untuk dijual dengan harga yang tentunya lebih murah
dibandingkan harga di toko. Hal ini dilakukan dalam rangka memperluas skala usaha dari pedagang formal.
Adapun jumlah PKL yang bekerjasama dengan pedagang formal dari 65 orang PKL sebanyak 27,69. Hal ini mengindikasikan adanya saling
ketergantungan antara beberapa PKL dengan pedagang formal.
5.2 Hubungan Antar Karakteristik PKL
Hubungan antar karakteristik PKL dinyatakan dengan hubungan antara keuntungan yang didapat dengan tingkat pendidikan, lama usaha, modal usaha,
dan umur. Hubungan itu dianalisis dengan menggunakan Analisis Spearman yang hasilnya disajikan pada Tabel 22.
Tabel 22 Koefisien Korelasi antara Keuntungan, Lama usaha, Pendidikan, Modal, dan Umur
Correlations
1.000 -.055
.098 .052
-.232 .
.561 .293
.577 .012
116 116
116 116
116 -.055
1.000 .061
-.036 .306
.561 .
.518 .703
.001 116
116 116
116 116
.098 .061
1.000 .417
-.236 .293
.518 .
.000 .011
116 116
116 116
116 .052
-.036 .417
1.000 -.038
.577 .703
.000 .
.685 116
116 116
116 116
-.232 .306
-.236 -.038
1.000 .012
.001 .011
.685 .
116 116
116 116
116 Correlation Coefficient
Sig. 2-tailed N
Correlation Coefficient Sig. 2-tailed
N Correlation Coefficient
Sig. 2-tailed N
Correlation Coefficient Sig. 2-tailed
N Correlation Coefficient
Sig. 2-tailed N
keuntngn lamausaha
pddkn modal
umur Spearmans rho
keuntngn lamausaha
pddkn modal
umur
Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed. .
Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. .
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 22 ternyata tidak ada perbedaan yang nyata atau hubungan antar variabel. Hal ini dapat disebabkan keuntungan dari
PKL tidak dipengaruhi lama usaha, tingkat pendidikan, modal usaha, maupun umur. Keuntungan PKL dipengaruhi lokasi PKL berdagang dan tingkat
keragaman serta jenis dagangan di lokasi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23 Rata-rata Keuntungan PKL Berdasarkan Lokasi dan Tingkat Keragaman Jenis Dagangan
No. Lokasi Rata-rata
Keuntungan Rp Jenis Dagangan
1 HZ Mustofa
105300 - Jasa reklame, stempel - Produk pakaian, asesoris
- Makanan minuman - Buah-buahan
2 Pasar Kidul
187500 - Buah-buahan - Daging dan ikan
- Makanan minuman - Sepeda
3 Bekas Rel
117500 - Buah-buahan - Daging dan ikan
- Makanan minuman 4
Pasar Wetan 185000 - Produk kios rokok, asesoris, vocher,
koran - Makanan minuman
- Buah-buahan 5
Cihideung 70000 - Produk pakaian, sandal, kerudung,
tas - Buah-buahan
6 Tentara Pelajar
85000 - Makanan minuman - Buah-buahan
7 RSU
47500 - Makanan minuman - Buah-buahan
No. Lokasi Rata-rata
Keuntungan Rp Jenis Dagangan
8 Empang
197000 - Makanan minuman - Buah-buahan
9 Pataruman
62500 - Makanan minuman - Buah-buahan
10 Veteran
32500 - Produk kios rokok, asesoris, vocher, koran
- Makanan minuman - Buah-buahan
11 Cihideung Balong
190000 - VCD 12
Pasar Baru 90000 - Buah-buahan
- Daging dan ikan - Makanan minuman
- Ikan Hias 13
Gunung Sabeulah 71250 - Produk kios rokok, asesoris, vocher,
koran - Makanan minuman
- Buah-buahan 14
Dadaha 62000 - Makanan minuman
- Produk kios, pakaian, VCD, asesoris
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008
Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwa di Jl. Bekas Rel dan Jl. Pasar Kidul memiliki rata-rata keuntungan yang besar karena lokasinya kini sudah
seperti pasar dan menjual aneka kebutuhan sehari-hari. Begitupula dengan Jl. HZ. Mustofa karena di ruas jalan ini merupakan jalan utama di Kota Tasikmlaya
dimana banyak terdapat toko pedagang formal dan mall sehingga menarik konsumen berbelanja ke daerah ini sehingga keuntungan rata-rata PKL pun besar.
Lokasi yang memiliki homogenitas jenis dagangan seperti Jl. Empang dan Jl. Cihideung Balong juga memiliki tingkat keuntungan yang besar karena lokasi
ini banyak dilalui oleh berbagai trayek angkutan kota disamping jenis dagangannya yang sudah khas. Dengan demikian, keragaman jenis dagangan di
suatu lokasi sangat berpengaruh terhadap keuntungan pedagang karena berpengaruh pada pencapaian konsumen terhadap barang yang ingin dibelinya.
5.3 Karakteristik Konsumen
Karakteristik konsumen PKL juga merupakan hal yang penting diperhatikan dalam penataan PKL karena PKL berinteraksi dengan konsumen sehingga
keberadaan PKL tergantung dari konsumen. Karakteristik konsumen yang diinvestigasi adalah pemahaman terhadap perilaku konsumen PKL. Hal ini dapat
diindikasikan dengan umur konsumen, status pekerjaan, dan motivasi berbelanja.
Telaah terhadap konsumen didapatkan bahwa konsumen yang melakukan jual beli dengan PKL berasal dari berbagai daerah di Kota Tasikmalaya, bahkan
ada juga yang berasal dari Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis. Tentunya hal ini terjadi karena letak Kota Tasikmalaya berbatasan dengan kedua
kabupaten tersebut. Berdasarkan data, sebanyak 29 orang 83 konsumen berasal dari Kota Tasik, 4 orang 11 berasal dari Kabupaten Tasikmalaya, dan
2 orang 6 dari Kabupaten Ciamis. Berkaitan dengan visi Kota Tasikmalaya sebagai pusat bisnis di Priangan Timur pada tahun 2012 dan di Jawa Barat pada
Tahun 2025 dapat dilihat bahwa konsumen PKL dari luar kota hanya sebagian kecil saja dan dapat diduga bahwa konsumen luar kota lebih banyak berinteraksi
dengan pedagang formal. Dari informasi sebelumnya mengindikasikan bahwa pada umumnya PKL
Kota Tasikmalaya melayani konsumen masyarakat Kota Tasikmalaya dan sekitarnya karena hampir 100 responden menyatakan pernah berbelanja di PKL.
Berdasarkan hasil kuesioner juga didapatkan bahwa konsumen PKL itu adalah masyarakat umum, yaitu masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Hal ini
sama seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Hamid hal. 24: 1995 bahwa konsumen PKL terdiri atas golongan pendapatan menengah kebawah, karena itu
produkbarang yang dipilih disesuaikan dengan golongan pendapatan tersebut yaitu mutu barang yang sedangkurang dan harga relatif murah agar terjangkau
oleh konsumen. Umur konsumen yang berbelanja ke PKL Kota Tasikmalaya sangat
bervariasi yaitu antara 16 – 50 tahun. Dengan demikian hal ini berpengaruh terhadap jenis dagangan yang dijual oleh PKL yaitu bervariasi karena
konsumennya pun bervariasi dari tingkatan remaja sampai dewasa. Berarti jenis dagangan yang dijual dari mulai kebutuhan sehari-hari sampai aksesoris-aksesoris
yang sifatnya kebutuhan sekunder. Pada umumnya motivasi para konsumen ini berbelanja ke PKL karena
harganya lebih murah dibandingkan di toko-toko formal dan letaknya strategis di pusat kota dekat dengan kegiatan perdagangan, jasa, dan perkantoran.
5.4 Karakteristik Pedagangan Formal
Karakteristik pedagang formal juga perlu diperhatikan dalam penataan PKL karena keberadaan mereka merupakan sektor formal yang mendapat legalitas
secara hukum dan keberadaan PKL tentunya berkaitan dengan pedagang formal. Karakteristik pedagang formal di Kota Tasikmalaya diantaranya pendidikan
rata-rata tamat diplomasarjana 34,6, memiliki masa kerja antara 10 – 96 tahun, rata-rata keuntungan per hari Rp 250.000,-, dan rata-rata durasi waktu
berjualan 11 jam 07.00 – 18.00. Karakteristik pedagang formal ini tentunya jauh berbeda dengan
karakteristik PKL baik dari tingkat pendidikan, masa kerja, dan keuntungan yang didapat karena pedagang formal memiliki modal yang tinggi dibandingkan PKL
dan legalitas hukum dalam bentuk izin yang resmi untuk melakukan perdagangan. Menanggapi keberadaan PKL, konsumen pada umumnya merasakan
keberadaan PKL menguntungkan karena memberi kemudahan bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari disamping harganya yang relatif lebih murah dan
letaknya yang dianggap strategis oleh konsumen. Sama halnya juga pedagang formal menganggap keberadaan PKL
menguntungkan walaupun merupakan saingan bagi pedagang yang menjual barang dagangan yang sama dengan PKL. Berikut ini hasil pengolahan data
kuesioner terkait keberadaan PKL menurut konsumen, pedagang formal, dan masyarakat umum.
Tabel 24 Opini Stakeholder tentang Keberadaan PKL
Opini Pedagang Formal
Konsumen Masyarakat
Umum
Keberadaan PKL : a. Menguntungkan
b. Merugikan 53,85
46,15 63,64
36,36 77,27
22,73 Perlunya Penataan :
a. Perlu b. Tidak
92,00 2,00
100,00 -
100,00 -
Perlunya Relokasi : a. Ya
b. Tidak 70,83
29,17 65,22
34,78 84,00
16,00
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa 53,85 pedagang formal memiliki solidaritas yang tinggi terhadap keberadaan PKL. Berdasarkan hasil
wawancara di lapangan ternyata ada indikasi usaha PKL ini didukung oleh
pedagang formal dalam rangka memperluas usaha pedagang formal agar barang dagangannya laku karena jika pedagang formal ini melakukan perluasan usaha
dengan memperluas toko atau membuka toko di tempat lain membutuhkan biaya yang besar sehingga salah satu caranya adalah memberi modal PKL memberi
pinjaman berupa barang.
5.5 Ringkasan
Karakteristik sosial-ekonomi PKL Kota Tasikmalaya berbeda dengan karakteristik PKL di kota lain seperti Kota Bogor, Kota Bandung, dan kota lain
diantaranya tingkat pendidikannya tamatan SD 34, jenis dagangan yang dijual berupa kebutuhan sehari-hari masyarakat bukan hasil industri lokal yang berasal
dari dalam Kota Tasikmalaya sebesar 62, modal awal rendah Rp 5.000.000,- dan sebanyak 24 berasal dari pinjaman rentenir, 72 tidak menggunakan tenaga
kerja, 71 PKL berasal dari dalam Kota Tasikmalaya, membentuk kelompok- kelompok PKL berdasarkan ruas jalan, dan ada hubungan antara PKL dengan
pedagang formal sebesar 27,69. Berdasarkan hasil analisis hubungan antar karakteristik PKL yaitu antara
keuntungan yang didapat dengan tingkat pendidikan, lama usaha, modal usaha, dan umur didapatkan bahwa diantara variabel itu tidak terdapat hubungan. Hal ini
mengindikasikan bahwa untuk menjadi PKL tidak diperlukan pendidikan yang tinggi, pengalaman usaha, dan modal yang besar sehingga jenis usaha ini
dijadikan alternatif untuk berusaha karena untuk memasuki sektor ini cukup mudah.
Adapun karakteristik konsumen PKL adalah masyarakat dengan penghasilan menengah ke bawah dengan usia antara 16 – 50 tahun usia produktif dan berasal
dari Kota Tasikmalaya 83. Sedangkan karakteristik pedagang formal Kota Tasikmalaya lebih baik
dibandingkan karakteristik PKL diantaranya memiliki pendidikan rata-rata tamat diplomasarjana 34,6, masa kerja yaitu antara 10 – 96 tahun, rata-rata
keuntungan per hari Rp 250.000,-, dan rata-rata durasi waktu berjualan 11 jam 07.00 – 18.00.
Dengan demikian bisa dilihat bahwa PKL di Kota Tasikmalaya merupakan sektor yang mudah dimasuki oleh siapapun yang ingin melakukan usaha itu
karena sektor ini lebih mudah dan membutuhkan modal yang relatif kecil dibandingkan sektor formal.
Timbulnya PKL di Kota Tasikmalaya juga disebabkan tingginya angka pengangguran dimana pada tahun 2002 sebesar 47.380 orang sedangkan pada
tahun 2006 sebanyak 34.907 orang. Dari data itu, terlihat bahwa jumlah pengangguran menurun yang disebabkan banyaknya supermarketmall yang
dibangun oleh pihak swasta atas izin Pemerintah Kota Tasikmalaya. Dengan dibangunnya sarana perdagangan itu mengakibatkan penyerapan tenaga kerja
yang banyak dan tumbuh efek multiflier di sekitar sarana perdagangan itu berupa perdagangan sektor informal yang dilakukan oleh PKL.
Tabel 25 Matriks Karakteristik PKL Kota Tasikmalaya
Karakteristik Umum PKL Kota Tasikmalaya
Karakteristik Khusus PKL Kota Tasikmalaya
1. Tingkat pendidikan rendah tamatan SD 2. Jenis dagangan tergantung lokasi jualan,
heterogen dan homogen 3. Modal awal rendah
4. Keuntungan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
5. Asal PKL dari Kota Tasikmalaya lokal 6. Tidak menggunakan tenaga kerja
7. Lokasi jualan menempati trotoar dan badan jalan
1. Sebanyak 20 PKL mendapatkan modal berasal dari rentenir
2. Memiliki himpunan PKL dan kelompok PKL berdasarkan ruas jalan yang ditempati
3. Sebesar 27 PKL bekerjasama dengan pedagang formal dalam rangka memperluas
skala usaha pedagang formal 4. Tidak ada hubungan antara keuntungan yang
diperoleh PKL dengan tingkat pendidikan, lama usaha, modal usaha, dan umur.
Hal itu juga yang menarik orang-orang dari luar daerah masuk ke Kota Tasikmalaya, yaitu karena adanya daya tarik untuk melakukan usaha dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Berikut ini matriks mengenai karakteristik PKL Kota Tasikmalaya, baik karakteristik umum yang hampir sama
dengan kota-kota lain maupun karakteristik khusus yang dimiliki oleh PKL Kota Tasikmalaya.
BAB VI TINJAUAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG
TERHADAP PENATAAN PKL
5.2 Tinjauan Kebijakan Penataan Ruang Kota Tasikmalaya terhadap
Penataan PKL
Kajian terhadap kebijakan penataan pedagang kaki lima PKL di Kota Tasikmalaya dilihat dari kebijakan-kebijakan terkait dengan tata ruang dan PKL
itu sendiri diantaranya Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Tasikmalaya, Rencana Detil Tata Ruang RDTR BWK I, Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan RTBL Kawasan Pusat Bisnis, dan Perda yang terkait PKL yaitu Perda No. 7 tahun 2005 tentang Ketentraman dan Ketertiban Umum.
Kebijakan-kebijakan terkait penataan pedagang kaki lima di Kota Tasikmalaya akan diuraikan pada bagian berikut disertai hasil kuesioner dan
wawancara di lapangan.
6.1.1 Kajian Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Tasikmalaya
2004-2014
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya 2004-2014 belum memuat tentang pedagang kaki lima baik dalam uraian fakta dan analisa maupun
dalam rencana penataannya 10 tahun yang akan datang. Hal ini disebabkan penyusunan RTRW tersebut dilakukan sebelum adanya UU Tata Ruang No. 26
tahun 2007 yang mengamanatkan bahwa untuk perencanaan tata ruang wilayah kota ditambahkan rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana
jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan ruang evakuasi bencana yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota
sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan dan pusat pertumbuhan wilayah Pasal 28.
Dalam Peta Rencana Pola Pemanfaatan Ruang yang tertuang dalam RTRW Kota Tasikmalaya 2004-2014, belum ada ruang yang diperuntukkan untuk sektor
informal tapi hanya pasar formal dan kawasan perdagangan formal. Terkait wilayah studi dalam penelitian ini, dalam RTRW hanya digambarkan sebagai
pusat kota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 26.